Anda di halaman 1dari 76

PROPOSAL SKRIPSI

HUBUNGAN KETERAMPILAN TEKNIK MENYUSUI DENGAN


KEJADIAN REGURGITASI PADA BAYI USIA 0-3 BULAN DI
PMB Ny. SIWIK ERNAWATI, A.Md.Keb DESA BLARU
KECAMATAN BADAS KABUPATEN KEDIRI

Oleh :

NURHALIMAH
NIM : 201904060

PRODI D IV BIDAN PENDIDIK PEMINATAN KOMUNITAS


STIKES KARYA HUSADA KEDIRI
2020

PROPOSAL SKRIPSI

i
Diajukan sebagai salah satu persyaratan
untuk menyelesaikan program Studi
D-IV Bidan Pendidik

Oleh :

NURHALIMAH
NIM : 201904060

PRODI D IV BIDAN PENDIDIK PEMINATAN KOMUNITAS


STIKES KARYA HUSADA KEDIRI
2020

ii
LEMBAR PERSETUJUAN

Proposal skripsi yang berjudul “Hubungan Keterampilan Teknik


Menyusui Dengan Kejadian Regurgitasi Pada Bayi Usia 0-3 Bulan Di Pmb Ny.
Siwik Ernawati, A.Md.Keb Desa Blaru Kecamatan Badas Kabupaten Kediri” ini
telah disetujui oleh pembimbing penyusunan skripsi Prodi D-IV Bidan Pendidik
Peminatan Komunitas STIKES Karya Husada Pare Kediri pada :

Hari/tanggal : Kamis, 14 Mei 2020

Pare, 14 Mei 2020

Mahasiswa

NURHALIMAH
NIM : 201904060

Mengetahui

Pembimbing 1 Pembimbing 2

BRIVIAN FLORENTIS, SST.,M.Kes SITI ASIYAH, SSiT., M.Kes

iii
HALAMAN PENGESAHAN

Proposal skripsi ini telah disetujui untuk disahkan oleh penguji skripsi

Prodi DIV Bidan Pendidik STIKES Karya Husada Kediri dalam Ujian Akhir

Program pada :

Hari/tanggal : Jumat, 15 Mei 2020

Tempat : Prodi DIV BIDAN PENDIDIK STIKES Karya Husada Kediri

Tanda Tangan
Ketua penguji : Tintin Hariyani, SSiT.,M.Kes

A
Anggota penguji :

Penguji 1 : Linda Andri M. SSiT.,M.Kes A

Penguji 2 : Siti Asiyah,SSiT.,M.Kes

Mengetahui,
Ka.Prodi DIV Bidan Pendidik STIKES Karya Husada Kediri

TINTIN HARIYANI, SSiT.,M.Kes

iv
PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya

yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar keserjanaan disuatu perguruan

tinggi manapun, dan sepanjang sepengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau

pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain kecuali yang secara

tertulis diacu dalam naskah ini dan telah diber citasi dalam daftar pustaka.

Jika ternyata pernyataan saya tersebut tidak benar maka saya bersedia

untuk menerima sanksi pencabutan gelar yang saya peroleh dari skripsi tersebut.

Pare, 2020

Mahasiwa

Materai 6000

NURHALIMAH
201904060

v
KATA PENGANTAR

Assalam’ulaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas

limpahan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penyusunan Proposal skripsi dengan

judul “Hubungan Keterampilan Teknik Menyusui Dengan Kejadian Regurgitasi

Pada Bayi Usia 0-3 Bulan Di Pmb Ny. Siwik Ernawati, A.Md.Keb Desa Blaru

Kecamatan Badas Kabupaten Kediri”. Dapat terselesaikan tepat pada waktunya.

Proposal skripsi ini terwujud atas bimbingan, pengarahan dan bantuan dari

berbagai pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu dan pada kesempatan ini

penulis menyampaikan penghargaan dan terima kasih kepada :

1. Ita Eko Suparni. SSiT.M.Keb selaku ketua STIKES Karya Husada Kediri

yang memberikan kesempatan kepada saya untuk mengikuti tugas akhir ini

dan telah memfasilitasi dalam pemberian ijin untuk melakukan penelitian.

2. Tintin Hariyani., SSiT.M.Kes selaku ketua Program Studi D-IV Bidan

Pendidik STIKES Karya Husada Kediri yang telah memberikan kesempatan

kepada saya untuk mengikuti tugas akhir ini.

3. Brivian Florentis Yustanta., SST.M.Kes selaku pembimbng I yang telah

banyak meluangkan waktu dan pikiran dalam memberikan bimbingan serta

arahan dalam penyusunan proposal skripsi ini.

4. Siti Asiyah, SSiT., M.Kes selaku pembimbing II yang telah banyak

meluangkan waktu dan pikiran dalam memberikan bimbingan serta arahan

dalam penyusunan proposal skripsi ini.

vi
5. Semua dosen dan staf di STIKES Karya Husada Kediri.

6. Kedua orang tua yang telah banyak memberikan dukungan dan semangat

yang tiada hentinnya dalam penyusunan proposal skripsi ini.

7. Sahabat-sahabatku Prodi D-IV Bidan Pendidik yang selalu mendukung dan

memberikan dorongan semangat dalam penyelesaian proposal skripsi ini.

8. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan proposal skripsi ini.

Penulis menyadari dalam penyusunan skripsi ini masih belum

sempurna dengan keterbatasan yang penulis miliki. Maka kritik dan saran

yang membangun dari pembaca yang diperlukan untuk menyempurnakan

skripsi dan masukan dalam melakukan Penelitian selanjutmya.

Akhir Kata, Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat

bagi semua orang yang membacanya

Pare, 2020

Penulis

vii
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PERSETUJUAN ii
HALAMAN PENGESAHAN iii
HALAMAN PERNYATAAN iv
KATA PENGANTAR v
DAFTAR ISI vi
DAFTAR BAGAN vii
DAFTAR GAMBAR viii
DAFTAR LAMPIRAN ix
DAFTAR SINGKATAN x
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang 1
1.2 Rumusan masalah 6
1.3 Tujuan penelitian 6
1.4 Manfaat penelitian 7
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep teori 9
2.1.1 Keterampilan teknik menyusui yang benar 9
2.1.2 Regurgitasi 12
2.1.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi ibumenyusui 18
2.14 Hubungan keterampilan teknik menyusui dengan
kejadianregurgitasi pada bayi usia 0-3 bulan 32
2.2 Kerangka konseptual 53
2.2.1 Kerangka konsep 53
2.2.2 Kerangka penelitian 54
2.3 Hipotesis 55

viii
BAB 3 METODELOGI PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian 56
3.2 Kerangka Kerja 58
3.3 Identifikasi Variabel 59
3.4 Definisi Operasional 60
3.5 Sampling Desain 61
3.6 Pengumpulan Data dan Analisa Data 64
3.7 Etika Penelitian 74
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

ix
DAFTAR TABEL

Halaman
3.1 Definisi Operasional 49

x
DAFTAR BAGAN

Halaman

2.1 Kerangka Konsep 45

2.2 Kerangka Penelitian 46

3.1 Kerangka Kerja 48

xi
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Posisi Berbaring 24

Gambar 2.2 Posisi Menyusui Yang Benar 25

Gambar 2.3 Posisi Menyusui Dengan Memancar 25

Gambar 2.4 Posisi Menyusui Dengan Berdiri 25

Gambar 2.5 Posisi Menyusui Dibawah Lengan 26

Gambar 2.6 Posisi Menyusui Bayi Kembar 27

Gambar 2.7 Posisi Menyusui Yang Baik Dan Benar 28

Gambar 2.8 Cara Memegang Payudara 29

Gambar 2.9 Rooting Reflex Dan Bayi Muali Menyusui 30

Gambar 2.10 Cara Melepas Isapan Bayi 31

Gambar 2.11 Cara Menyendawakan Bayi 32

xii
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Lembar Permohonan Menjadi Responden 62

Lampiran 2 Lembar Persetujuan Menjadi Responden 63

Lampiran 3 Lembar Kisi-Kisi Check List Keterampilan Teknik Menyusui 64

Lampiran 4 Lembar Check List Keterampilan Teknik Menyusui 65

Lampiran 5 Lembar Data Umum 66

Lampiran 6 Rekapitulasi Data Umum Penelitian 67

Lampiran 7 Lembar Observasi Regurgitasi 70

xiii
DAFTAR SINGKATAN

ASI : Air Susu Ibu

DEPKES : Departemen Kesehatan

PMB : Praktek Mandiri Bidan

UNICEF : United Nations Childern’s Fund

WHO : World Health Organization

xiv
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Menyusui suatu proses yang alami dimana tahapan memberikan makanan

pada bayi berupa Air Susu Ibu (ASI) langsung dari payudara ibu, bukan hal

baru yang akan dilalui oleh seorang perempuan setelah melahirkan. Pelatihan

dan pengetahuan yang tepat sangat diperlukan untuk mengoptimalkan proses

menyusui (Riskani, 2012).

Pemberian Air Susu Ibu (ASI) yang benar merupakan praktek yang tepat

serta sesuai dengan perkembangan fisiologi bayi selama masa pralahir dan

tahun pertama kehidupan. Menyusui ketepatan waktu saja tidak cukup, tak

jarang kegagalan dalam menyusui salah satunya diantaranya adalah kurang

atau sama sekali tidak mempunyai pengalaman dan pengetahuan tentang

bagaimana cara menyusui yang benar. Teknik menyusui yang tidak tepat dapat

menyebabkan regurgitasi seperti proses perlekatan yang salah, posisi

terlentang saat disusui mengakibatkan ASI yang diminum dapat keluar

kembali (Dwienda, 2014).

Regurgitasi adalah keluarnya kembali sebagian susu yang telah ditelan

melalui mulut dan tanpa paksaan, beberapa saat setalah minum susu (Depkes,

2010). Regurgitasi (Gumoh) bukan muntah yang diawali dengan rasa mual

dan penuh diperut. Gumoh biasa terjadi pada bayi secara spontan, saat asam

lambung naik membawa isi lambung kembali ke kerongkongan. Gumoh

berkelanjutan juga bisa naik dan masuk ke saluran pernapasan hingga ke paru-

1
2

paru, hal ini bisa menyebabkan asma, pneumonia, atau radang paru, bahkan

sindrom kematian bayi mendadak. Gumoh yang berlebihan dapat

menyebabkan berbagai komplikasi yang akan mengganggu pertumbuhan bayi.

Gumoh pada bayi dapat dianggap normal selama tidak mengganggu

pertumbuhan.

Bayi yang sudah kenyang, akan memuntahkan ASI yang telah ditelannya,

jika jumlahnya sedikit maka disebut dengan gumoh dan volumenya 10cc,

sebaliknya jika dalam jumlah yang banyak dan volumenya diatas 10cc, disebut

dengan muntah (Dinarti, 2010). Sedikitnya 25% orang tua khususnya ibu

menganggap bahwa regurgitasi merupakan keadaan yang mencemaskan dan

umumnya dihubungkan dengan frekuensi dan volumenya.

Kebijakan pemerintah dalam menurunkan angka kematian bayi di

Indonesia adalah meningkatkan pemberian air susu ibu (ASI) eksklusif.

Menurut WHO (2010) terdapat 35,6% ibu gagal menyusui bayinya dan 20%

diantaranya adalah ibu-ibu di negara berkembang. Berdasarkan dari Riset

Kesehatan Dasar tahun 2010 dijelaskan bahwa 67,5% ibu yang gagal

memberikan ASI eksklusif kepada bayinya adalah kurangnya pemahaman ibu

tentang teknik menyusui yang benar (Rohmatun, 2014). Sementara itu, di

Indonesia kondisi serupa juga terjadi pada 75% bayi berusia 0-3 bulan,

Sehingga dapat disimpulkan bahwa 1 dari 3 ibu di seluruh dunia perlu

mewaspadai dampak regurgitasi yang terjadi pada bayi mereka (Rahayu,

2012).
3

Menurut Andani (2015) didapatkan bahwa posisi menyusui sebagian besar

dalam kategori posisi menyusu tidak baik yaitu sejumlah 21 orang (55,3%)

dan sebagian besar bayi mengalami kejadian regurgitasi yaitu sejumlah 22

bayi (57.9%) dan yang tidak mengalami kejadian regurgitasi sejumlah 16 bayi

(42,1%).

Keterampilan Teknik menyusui yang tidak tepat seperti proses perlekatan

yang salah, posisi terlentang saat disusui dapat menyebabkan regurgitasi

(Dwienda, 2014). Regurgitasi adalah aliran balik isi lambung kedalam

esofagus, keluar melalui mulut dan tidak disertai kontraksi otot abdomen.

(Badriul, 2013). Kejadian regurgitasi pada bayi sekitar 25% selama bulan

pertama dan 50% bayi mengalami regurgitasi 1–4x/hari sampai umur 3

bulan. Sekitar 30% ibu di Indonesia mengalami kecemasan mengenai

regurgitasi pada bayi, dimana 66% kecemasan lebih berkaitan dengan

frekuensi dan 9% terhadap volume regurgitasi (9%) (Yolanda Natharina,

2016).

Hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti di PMB Ny. Siwik

Ernawati, A.Md.Keb didapatkan 6 dari 9 bayi mengalami regurgitasi lebih

dari 1 kali dalam sehari. Hasil pengamatan peneliti bahwa ke 6 ibu tersebut

menggunakan teknik menyusui yang kurang tepat dimana ibu memposisikan

bayi dengan posisi terlentang, perut bayi tidak menempel pada perut ibu dan

Ibu kurang memperhatikan perlekatan mulut bayi pada puting susu saat proses

menyusui berlangsung.
4

Dampak yang timbul akibat gumoh dapat berupa infeksi saluran

pernapasan, cairan gumoh yang kembali keparu-paru dapat menyebabkan

radang, napas terhenti sesaat, cairan gumoh dapat menimbulkan iritasi, Pucat

pada wajah bayi karena tidak bisa napas, Bayi tersedak dan batuk. Meskipun

normal, gumoh yang berlebihan dapat menyebabkan berbagai komplikasi

yang akan mengganggu pertumbuhan bayi (Suparyanto,2010).

Adapun upaya yang dilakukan untuk menangani atau mencegah

regurgitasi (gumoh) adalah memperbaiki cara menyusui sehingga tidak

menyebabkan terlalu banyak udara yang tertelan, sendawakan bayi dengan

tujuan udara yang tertelan pada saat menyusui dapat dikeluarkan, perlakukan

bayi secara halus karena muntah dapat disebabkan oleh gangguan psikologis,

misalya bayi diperlakukan dengan kasar.

Adapun cara lain yang dilakukan untuk mencegah terjadinya regurgitasi

(gumoh) adalah dengan cuci tangan dan sterilkan botol sebelum membuat

susu untuk mencegah masuknya kuman atau bakteri, berikan susu pada bayi

secukunya dan pada waktu yang tepat. Jangan memberikan susu saat bayi

sangat lapar karena bayi cenderung meminum dengan terburu-terburu dalam

jumlah yang banyak. Jarak pemberian susu formula kurang lebih 3,5-4 jam,

bila bayi minum dengan botol dan dot, periksa lubang dotnya ukuranya harus

tepat bagi bayi (tidak terlalu besar atau tidak terlalu kecil) dan tidak tersumbat,

pada saat menyusui bayi dengan dot, usahakan nipple dot masuk seluruhnya

didalam mulut bayi dengan posisi tegak lurus dengan mulut bayi.biarkan bayi
5

berbaring kurang lebih 10 menit setelah menyusu, setelah itu menyendawakan

(Dinarti, 2010).

Oleh karena itu, maka peneliti ingin melakukan penelitian yang berjudul

“Hubungan Keterampilan Teknik Menyusui Dengan Kejadian Regurgitasi

Pada Bayi Usia 0-3 Bulan Di PMB Ny. Siwik Ernawati, A.Md.Keb Desa

Blaru Kecamatan Badas Kabupaten Kediri”.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah, peneliti membuat

rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu “Apakah Ada Hubungan

Keterampilan Teknik Menyusui Dengan Kejadian Regurgitasi Pada Bayi Usia

0-3 Bulan Di PMB Ny. Siwik Ernawati, A.Md.Keb Desa Blaru Kecamatan

Badas Kabupaten Kediri?”

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Mengetahui Hubungan Keterampilan Teknik Menyusui Dengan

Kejadian Regurgitasi Pada Bayi Usia 0-3 Bulan Di PMB Ny. Siwik

Ernawati, A.Md.Keb Desa Blaru Kecamatan Badas Kabupaten Kediri.

1.3.2. Tujuan Khusus

1.3.2.1. Mengidentifikasi Keterampilan Teknik Menyusui di PMB

Ny. Siwik Ernawati, A.Md.Keb Desa Blaru Kecamatan

Badas Kabupaten Kediri


6

1.3.2.2. Mengidentifikasi Kejadian Regurgitasi Pada Bayi Usia 0-3

Bulan Di PMB Ny. Siwik Ernawati, A.Md.Keb Desa Blaru

Kecamatan Badas Kabupaten Kediri

1.3.2.3. Menganalisis Hubungan Keterampilan Teknik Menyusui

Dengan Kejadian Regurgitasi Di PMB Ny. Siwik Ernawati,

A.Md.Keb Desa Blaru Kecamatan Badas Kabupaten Kediri

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini dapat menambah wawasan mengenai Hubungan

Keterampilan Teknik Menyusui Dengan Kejadian Regurgitasi.

1.4.2. Manfaat Praktis

1.4.2.1. Bagi Tempat Penelitian

Hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi petugas

kesehatan, sehingga penelitian ini dapat dijadikan sebagai

acuan dalam memberikan konseling kepada Ibu tentang

regurgitasi.

1.4.2.2. Bagi Stikes Karya Husada Kediri

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan untuk

mengembangkan ilmu pengetahuan terutama dalam

memahami tentang terjadinya Regurgitasi pada bayi, dan

dapat dijadikan kepustakaan dalam bidang ilmu kesehatan di

Stikes Karya Husada Kediri.

1.4.2.3. Bagi Responden


7

Sebagai informasi dan wawasan bagi ibu menyusui

sehingga dalam menyusui ibu dapat melakukan teknik

menyusui secara benar dan tanpa masalah.

1.4.2.4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Sebagai bahan perbandingan dan masukan untuk

melakukan penelitian selanjutnya tentang pelaksanaan teknik

menyusui dengan kejadian regurgitasi pada bayi usia 0-3

bulan, dengan jelas penelitian lain atau penambahan variabel

penelitian yang lebih lengkap dengan metode penelitian yang

berbeda.
8

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2. 1 Konsep Keterampilan Teknik Menyusui

2.1.1 Pengertian Teknik Menyusui Yang Benar

Teknik menyusui yang benar adalah cara memberika ASI

kepada bayi dengan perlekatan dan posisi ibu dan bayi dengan

benar. Teknik menyusui yang benar diperlukan agar bayi dan ibu

merasa nyaman serta bayi bisa memperoleh manfaaat terbesar

dari menyusui (Astutik, 2014). Teknik menyusui yang penting

diajarkan kepada ibu untuk mencegah kesulitan untuk pemberian

ASI. Tujuan menyusui yang benar adalah untuk merangsang

produksi susu memperkuat reflex menghisap bayi.

2.1.2 Pembentukan Air Susu

Beberapa reflek yang berperan sebagai pembentukan dan

pengeluaran air susu, antara lain :

1) Reflek Prolaktin
9

Setelah seseorang ibu melahirkan dan terlepasnya

plasenta, fungsi korpus luteum berkurang maka estrogen dan

progesterone pun berkurang. Dengan adanya hisapan bayi pada

putting susu dan aerola akan merangsag ujung-ujung saraf

sensorik, rangsangan ini dilanjutkan ke hipotalamus,

hipotalamus akan menekan pengeluaran faktor-faktor yang

menghambat sekresi prolactin namun sebaliknya akan

merangsang factor-faktor tersebut merangsang hipose anterior

untuk mengeluarkan hormone prolactin. Hormone prolactin

akan merangsang sel-sel alveoli yang berfungsi untuk

membuat susu.

2) Reflek Let Down

Bersamaan dengan pembentukan prolactin merangsang

yang berasal dari isapan bayi aka nada yang dilanjutkan ke

hipose anterior yang kemudian dikeluarkan oksitosin. Melalui

aliran darah, hormone ini diangkut menuju uterus yang dapat

menimbulkan kontraksi dari sel akan memeras air susu yang

telah terbuat keluar dar alveoli dan masuk ke system duktus

yang untuk selanjutnya mengalir melalui duktus laktiferus

masuk ke mulut bayi.

2.2.3 Mekanisme Menyusui

Untuk mendapatkan keberhasilan dalam menyusui

dibutuhkan 3 reflek intrinsic, antara lain :


10

1) Reflek mencari (Rooting Reflek)

Payudara yang menempel pada pipi atau daerah

sekeliling mulut merupakan rangsangan yang menimbulkan

reflek mencari pada bayi sehingga menyebabkan kepala bayi

berputar menuju putting susu dan kemudian putting susu

ditarik masuk kedalam mulut.

2) Reflek menghisap

Teknik menyusui yang baik adalah seluruh aerola

payudara sedapat mungkin semuanya masuk ke dalam mulut

bayi, tetapi hal ini tidak mungkin dilakuan pada ibu yang

mempunyai aerola yang besar. Untuk itu maka sudah cukup

bila rahang bayi supaya menekan sinus laktiferus. Tidak

dibenarkan apabila rahang bayi hanya menekan putting susu

saja karena dapat menimbulkan putting susu lecet.

3) Reflek menelan

Pada saat air susu keluar dari putting susu, akan disusul

dengan gerakan menghisap yang ditimbulkan oleh otot-otot

pipi, sehingga pengeluaran air susu akan bertambah dan

diteruskan dengan mekanisme masuk lambung.

2.1.4 Posisi Menyusui Yang Benar

Posisi menyusui yang benar akan dibahas disini yaitu posisi

berbaring, posisi duduk, berdiri serta posisi untuk menyusi bayi


11

kembar secara bersamaan. Masing-masing posisi tersebut

dijelaskan sebagai berikut :

1) Posisi berbaring

Ibu dipastikan meraa nyaman dan rileks. Agar santai

maka ibu berbaring pada sisi yang ia bias tidur. Rasa nyaman

bias dibantu dengan menempatkan satu bantal dibawah kepala

dan bantal yang lain dibawah dada. Tubuh bayi di letakkan

dekat dengan ibu kepala berada setinggi payudara sehingga

bayi tidak perlu menarik putting. Ibu dapat menyangga bayi

dengan lengan bawah, sedangkan lengan atas menyangga

payudara, dan apabila tidak menyangga payudara, maka dapat

memegang bayi dengan lengan atas. Empat kunci pentin

perlekatan yang benar adalah sebagai berikut :

a. Kepala dan badan bayi dalam satu garis lurus

b. Wajah bayi menghadap payudara dan hidung menghadap

putting

c. Ibu memegang bayi dekat pada ibu

d. Pada bayi baru lahir, ibu memegang tubuh bayi tidak

hanya kepala dan bahunya tetapi sampai ke bokong bayi

Gambar 2.1 Posisi Berbaring


12

2) Posisi Menyusui Sambil Duduk

Ibu dipastikan duduk dengan nyaman dan santai pada

kursi yang rendah, biasanya kursi yang disertai sandaran lebih

baik. Apabila kursi agak tinggi maka diperlukan kursi untuk

meletakkan kaki ibu.

Gambar 2.2 Posisi Menyusui Yang Benar

3) Posisi dengan ASI yang memancar (penuh)

Bayi ditengkurapkan diatas dada ibu dengan tangan ibu

sedikit menahan kepala bayi. Pada posisi ini bayi tidak akan

tersedak.

Gambar 2.3 Posisi Menyusui Dengan Memancar

4) Posisi Ibu Menyusui Sambil Berdiri


13

Penting bagi ibu untuk merasa nyaman dan rileks, dan

untuk bayi perlekatannya benar sehingga bayi menyusu

dengan efektif.

Gambar 2.4 Posisi Menyusui dengan Berdiri

5) Posisi dibawah lengan (underarm position)

Posisi lainnya yang dapat dilakukan yaitu memegang

bayi pada lengan dengan posisi lengah bawah (underarm

position). Posisi ini berguna untuk bayi kembar atau jika sulit

meletakkan bayi.

Gambar 2.5 Posisi menyusui dibawah lengan

6) Posisi menyusui bayi kembar

Ibu dapat menyusui sekaligus dua bayi, yaitu dengan

posisi seperti memegang bola (football position), jika ibu


14

menyusui bersama-sama, maka bayi sebaiknya menyusui pada

payudara secara bergantian, jangan menetap pada satu

payudara.

Gambar 2.6 Posisi menyusui bayi kembar

2.1.5 Langkah-langkah menyusui yang benar adalah sebagai berikut :

1) Cuci tangan sebelum dan sesudah menyusui dengan sabun dan

air mengalir untuk membersihkan tangan dari kemungkinan

adanya kotoran serta kuman yang dikhawatirkan bias

menempel pada payudara atau bayi.

2) Masase payudara dimulai dari korpus menuju aerola sampai

terapa lemas atau lunak.

3) Sebelum menyusui, ASI dikeluarkan sedikit kemudian

dioleskan pada putting susu dan aerola sekitarnya. Cara ini

mempunyai manfaat sebagai desinfektan dan menjaga

kelembaban putting susu.

4) Bayi diletakkan menghadap perut ibu atau payudara


15

a. Ibu duduk atau berbring santai. Bila duduk lebih baik

menggunakan kursi yang rendah agar kaki ibu tidak

tergantung dan punggung ibu bersandar pada sandaran.

b. Bayi dipegang dengan satu lengan, kepala bayi terletak

pada lengkung siku ibu dan bokong bayi terletak pada

lengan. Kepala bayi tidak boleh menengadah dan bokong

bayi ditahan dengan telapak tangan ibu.

Gambar 2.7 Posisi menyusui yang benar

c. Satu tangan bayi di letakkan di belakang badan ibu dan

yang satu di depan.

d. Prut bayi menempel badan ibu dan kepala bayi menghadap

payudara (tidak hanya membelokkan kepala bayi).

e. Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus

5) Payudara dipegang dengan ibu jari diatas da jari yang lain

menopang dibawah. Jangan menekan putting susu atau

aerolanya saja.
16

Gambar 2.8 Cara memegang payudara

a. Bayi diberi rangsangan untuk membuka mulut (rooting

reflex) dengan cara menyentuh pipi dengan putting susu

atau menyentuh sisi mulut bayi.

b. Setelah bayi membuka mulut, dengan cepat kepala bayi di

dekatkan ke payudara ibu dengan putting serta aerola

dimasukkan ke mulut bayi.

(1) Usahakan sebagian besar aerola dapat masuk ke dalam

mulut bayi, sehingga putting susu berada dibawah

langit-langit dan lidah bayi akan menekan ASI yang

terletak di bawah aerola.

(2) Setalah bayi mulai menghisap payudara tidak perlu

dipegang atau disangga lagi.

Gambar 2.9 Rooting reflex dan bayi muali menyusui

6) Cara melepas isapan bayi yaitu dengan memasukan jari

kelingking ibu ke mulut bayi melalui sudut mulut atau dagu

bayi ditekan kebawah.


17

Gambar 2.10 Cara melepas isapan bayi

7) Setelah selesai menyusui, ASI dikeluarkan sedikit kemudian

dioleskan pada putting susu dan aerola, biarkan kering dengan

sendirinya.

8) Menyendawakan bayi degan tujuan mengeluarkan udara dari

lambung supaya bayi tidak muntah (gumoh) setelah menyusui

dengan cara menggendong bayi tegang dengan bersandar pada

bahu ibu kemudian punggungnya ditepuk perlahan-lahan. Hal

ini dapat dilakukan juga dengan bayi ditidurkan tengkurap di

pangkuan ibu kemudian punggungnya ditepuk perlahan-lahan.

Gambar 2.11 Cara menyendawakan bayi

9) Periksa keadaan payudara adakah perlukaan atau pecah-pecah

atau terbendung.

(Astutik, 2014)

2.1.6 Menyusui
18

Menyusui dengan teknik yang tidak benar dapat

mengakibatkan putting susu menjadi lecet dan ASI tidak keluar

optimal sehingga mempengaruhi produksi ASI selanjutnya atau

bayi enggan menyusu. Untuk mengetahui bayi telah menyusu

dengan teknik yang benar atau salah, ada beberapa hal yang bias

diamati diantaranya sebagai berikut :

1) Bayi tampak tenang

2) Badan bayi menempel pada perut ibu

3) Mulut bayi terbuka lebar

4) Dagu bayi menempel pada payudara ibu

5) Sebagian besar aerola masuk kedalam mulut bayi, aerola

bagian bawah lebih banyak yang masuk

6) Bayi tampak menghisap kuat denganirama perlahan

7) Putting susu ibu tidak terasa nyeri

8) Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus

9) Kepala agak menengadah, saat satu payudara sampai terasa

kosong, maka ganti menyusui pada payudara yang lain.

2.1.7 Kriteria ASI Cukup atau Tidak

Ada beberapa kriteria yang bias digunakan untuk

mengetahui apakah jumlah ASI cukup atau tidak, diantaranya

sebagai berikut:
19

1) ASI yang banyak dapat merembes keluar melalui putting

susu, terutama pada saat ibu memikirkan untuk menyusui bayi

atau ingat pada bayi.

2) Sebelum disusukan pada bayi, payudara terasa tegang.

3) Jika ASI cukup, maka bayi akan tidur atau teang selama 3-4

jam setalah menyusui.

4) Bayi akan berkemih sekitar 8x sehari

5) Berat badan bayi naik sesuai dengan pertambahan usia.

Tanda yang menunjukkan bahwa bayi kurang mendapat

cukup ASI adalah sebagai berikut :

a. Urine bayi berwarna kekuningan pekat, berbau tajam, dan

jumlahnya sedikit (bayi buang air kecil kurang dari 6x sehari)

b. Pada bulan pertama berat badan bayi meningkat kurang dari

300 gram (dalam satu minggu pertama kelahiran berat badan

bayi masih boleh turun sampai 10% dan dalam kurun waktu 2

minggu sudah kembali ke berat badan semula). Sedangkan

pada bulan kedua sampai bulan ke enam kurang dari 500 gram

perbulan atau bayi belum mencapai berat lahirnya pada usia 2

minggu. Ini menunjukan bayi kurang mendapat asupan yang

baik selama satu bulan terakhir.

2.1.8 Lama dan frekuensi menyusui

Sebaiknya bayi disusui secara on demand karena bayi akan

menentukan sendiri kebutuhannya. Ibu harus menyusui bayinya


20

bila bayi menangis bukan karena sebab lain (kencing, kepanasan

atau kedinginan, atau sekedar ingin didekap) atau ibu sudah

merasa perlu menyusui bayinya. Bayi yang sehat dapat

mengosongkan satu payudara sekitar 5-7 menit dan ASI dalam

lambung bayi akan kosong dalam waktu 2 jam. Pada awalnya

bayi akan menyusu dengan jadwal yang tak teratur, dan akan

mempunyai pola tertentu setelah 1-2 miggu kemudian (Suradi dan

Hesti, 2011).

2.1.9 Manfaat ASI

Besarnya manfaat ASI telah di kampanyekan oleh UNICEF

(United Nations Childern’s Fund) melalui pekan menyusui

sedunia atau World Breastfeeding Week yang diselenggarakan

setia tanggal 17 Agustus. Kampanye itu antara lain mengajak

masyarakat diseluruh dunia, terutama kaum ibu untuk

memberikan manfaat ASI kepada bayi serta mengenal manfaat

pemberian ASI bagi dirinya sendiri (Novianti, 2009).

Manfaat ASI untuk ibu yang menyusui adalah sebagai berikut :

1) Memberikan ASI segera setelah melahirkan akan

meningkatkan kontraksi rahim, yangberarti mengurangi resiko

perdarahan.

2) Memberikan ASI juga membantu memperkecil ukuran Rahim

ke ukuran sebelum hamil


21

3) Menyusui (ASI) membakar kalori sehingga mempercepat

penurunan berat badan

4) Menyusui mengurangi resiko terkena kanker Rahim dan

kanker payudara

5) ASI lebih praktis karena ibu bisa jalan-jalan keluar rumah

tanpa harus membawa perlengkapan sepeti botol, kaleng susu

formula dan air panas.

6) ASI tidak basi karena selalu di produksi oleh payudara

Manfaat ASI untuk bayi adalah sebagai berikut :

1) ASI adalah makanan alamiah yang disediakan untuk bayi

dengan komposisi nutrisi yang sesuai untuk perkembangan

bayi.

2) ASI mudah dicerna oleh

3) ASI kaya akan antibodi yang membantu melawan infeksi dan

penyakit lainnya

4) ASI menurunkan resiko diare, infeksi salurah kemih, dan

menurunkan resiko kematian bayi mendadak

Manfaat ASI untuk keluarga adalah sebagai berikut :

1) Menghemat pengeluaran karena tidak harus membeli susu

formula
22

2) Bayi sehat, sehingga keluarga bias berhemat untuk biaya

perawatan kesehatan

3) Penjarangan kelahiran karena efek kontrasepsi alamiah dari

menyusui (Novianti, 2009).

2.1.10 Masalah-masalah dalam pemberian ASI

Kegagalan dalam proses menyusui sering disebabkan karena

timbulnya beberapa masalah, antara lain :

1) Putting susu lecet

a. Penyebab

(1) Kesalahan dalam teknik menyusui yang benar

(2) Akibat dari pemakaian sabun, alcohol, krim, dll untuk

mencuci putting susu

(3) Mungkin saja terjadi pada bayi yang frenulum lingue

(tali lidah yang pendek), sehingga menyebabkan bayi

sulit menghisap sehingga hisapannya habya pada

putting susu

(4) Rasa nyeri dapat timbul jika ibu menghentikan

menyusui dengan kurang hati-hati

2) Payudara bengkak

a. Penyebab

Pembengkakan ini karena ASI tidak disusui secara

adekuat, sehingga sisa ASI terkumpul pada system duktus

yang mengakibatkan terjadinya pembengkakan.


23

Pembengkakan bias terjadi pada hari ketiga dan keempat

sesudah melahirkan.

b. Pencegahan

(1) Apabila memungkinkan, susukan bayi segera setelah

lahir

(2) Susukan bayi tanpa di jadwal

(3) Keluarkan ASI dengan tangan atau pompa bila

produksi ASI melebihi kebutuhan bayi

(4) Melakukan perawatan payudara

3) Saluran susu tersumbat (obstruvtive duc)

Suatu keadaan dimana terdapat sumbatan pada duktus

laktiferus, dengan penyebabnya adalah :

a. Tekanan jari ibu pada waktu menyusui

b. Pemakaian BH yang terlalu ketat

c. Komplikasi payudara bengkak, yaitu susu yang terkumpul

tidak segera dikeluarkan sehingga meninggalkan

sumbatan.

4) Mastitis

Hal ini merupakan radang pada payudara, yang disebabkan

oleh :

a. Payudara bengkak yang tidak disusui secara adekuat


24

b. Putting lecet yang memudahkan masuknya kuman dan

terjadi payudara bengkak

c. BH yang terlalu ketat

d. Ibu yang diit jelek, kurang istirahat, anemi akan mudah

terinfeksi

5) Abses payudara

Abses payudara merupakan kelanjutan dari mastitis, hal

ini dikarenakan meluasnya peradangan payudara tampak

merah mengkilap dan terdapat nanh sehingga perlu insisi

untuk mengeluarkannya.

6) Kelainan anatomis pada puting susu (putting tenggelam atau

datar)

Pada putting tenggelam kelainan dapat diatasi dengan

perawatan payudara dan perasat Hoffman secara teratur. Jika

putting masih tidak bias diatasi maka untuk mengeluarkan

ASI dapat dilakukan dengan tangan atau pompa kemudian

dapat diberikan dengan sendok atau pipet.

2.2 Konsep Regurgitasi

2.2.1 Pengertian Regurgitasi

Bayi yang kenyang sering mengeluarkan ASI yang sudah

ditelannya yang disebut regurgitasi, bayi sering mengalami

regurgitasi / gumoh. Bila hal ini sering terjadi sering membuat

ibu risau. Sebagai bidan harus dapat menjelaskan mengapa


25

gumoh terjadi dan pencegahan dalam memberikan pendidikan

kesehatan bagi klien / ibu (Maryunani, 2013).

Pengertian Gumoh dalam istilah kedokteran disebut

regurgitasi. Regurgitasi adalah gejala klinis merupakan keadaan

fisiologis yang normal pada bayi berusia di bawah satu tahun.

Kejadian tersebut akan menurun seiring pertambahan usia. Jika

terjadi regurgitasi secara berlebihan, frekuensi sering dan terjadi

dalam waktu lama akan mengakibatkan gangguan pada bayi.

Baik gangguan pertumbuhan karena asupan gizi berkurang

karena asupan makanan tersebut keluar lagi dan merusak

dinding kerongkongan akibat asam lambung yang ikut keluar

dan mengiritasi (Rukiyah, 2013).

Regurgitasi adalah keluarnya kembali sebagian susu yang

telah ditelan melalui mulut dan tanpa paksaan beberapa saat

setelah makan dan minum susu (Dwienda, 2014). Regurgitasi

adalah keluarnya sebagian kecil isi lambung setelah beberapa

saat makanan masuk lambung. regurgitasi adalah hal yang

umum terutama bayi yang mendapatkan ASI. Hal ini tidak akan

mengganggu pertambahan berat badan bayi dan pada umumnya

disebabkan karena bayi menelan udara pada saat menyusui

(Yongki , 2012).

Regurgitasi berbeda dengan muntah. Muntah adalah

sebagian besar makanan yang keluar dari lambung, sedangkan


26

Regurgitasi hanya sedikit makanan yang dikeluarkan kembali

oleh bayi. Regurgitasi merupakan gejala yang umumnya terjadi

pada minggu-minggu pertama kehidupan bayi. Hal ini

disebabkan oleh lendir dan cairan ketuban yang tertelan bayi

pada waktu proses persalinan, kedua cairan inilah yang

merangsang bayi Regurgitasi. Gangguan ini tidak

membahayakan terutama jika terjadi pada usia kurang dari 6

bulan dan tidak sering frekuensinya (Maryunani, 2013).

Regurgitasi terjadi karena ada udara di dalam lambung yang

terdorong keluar ketika makanan masuk ke dalam lambung bayi.

regurgitasi terjadi secara pasif atau terjadi secara spontan dalam

konsisi normal regurgitasi dapat dialami bayi antara 1 - 4 kali

sehari. regurgitasi dikatakan normal jika terjadi setelah makan

dan minum serta tidak diikuti gejala lain yang mencurigakan.

Selama berat badan bayi meningkat sesuai standar kesehatan,

tidak rewel, regurgitasi tidak bercampur darah dan tidak susah

makan dan minum maka gumoh tidak perlu di waspadai

(Dwienda, 2014). Regurgitasi yang tidak berlebihan merupakan

keadaan normal terutama pada bayi dibawah usia 6 bulan dan

tidak sering frekuensinya. Seiring dengan bertambahnya usia

diatas 6 bulan, regurgitasi akan semakin jarang dialami oleh

anak. Namun regurgitasi dapat menjadi abnormal apabila terjadi

terlalu sering atau hampir setiap saat. Terjadinya tidak hanya


27

setelah makan dan minum tapi juga saat tidur, regurgitasi

bercampur darah. Regurgitasi yang seperti ini tentu saja harus

mendapat perhatian agar tidak berlanjut menjadi kondisi

patologis yang diistilahkan dengan refluks esophagus.

Regurgitasi atau gumoh harus dibedakan dengan muntah.

Bedanya dengan muntah, regurgitasi terjadi secara pasif artinya

tidak ada usaha bayi untuk mengeluarkan makanan dan

minuman. Bayi mengalami regurgitasi dalam keadaan santai

dalam gendongan atau sedang berbaring atau bermain

sedangkan muntah terjadi secara aktif, muntah merupakan aksi

refleks yang di koordinasi medula oblongata, sehingga isi

lambung dikeluarkan dengan paksa melalui mulut (Dwienda,

2014). Bayi yang mengalami regurgitasi dimana volumenya

kurang dari 10 cc, regurgitasi susu dalam jumlah yang kecil

merupakan hal yang biasa pada bayi, biasanya bersifat

sementara dan tidak mengganggu pertumbuhan. Namun jika

volumenya banyak diatas 10 cc disebut dengan bayi muntah

(Marmi, 2015). Regurgitasi akan berkurang dan menghilang saat

bayi mencapai usia 18 – 24 bulan saat ukuran lambung bayi

lebih besar dan katup penutup lambung lebih kuat (IDAI, 2016).

2.2.2 Etiologi

1) ASI atau susu yang diberikan melebihi kapasitas lambung.


28

Lambung yang sudah penuh juga bisa membuat bayi

regurgitasi, ini terjadi karena makanan yang sebelumnya

belum sampai ke usus tetapi sudah diisi makanan lagi.

2) Posisi menyusui

a. Posisi anak atau bayi yang salah saat menyusui akibatnya

udara masuk ke dalam lambung

b. Ibu menyusui sambil tiduran dengan posisi miring

sementara bayi tidur terlentang. Akibatnya, cairan

tersebut tidak masuk ke saluran pencerna tapi ke saluran

nafas dan bayi pun regurgitasi

c. Pemakaian bentuk dot jika bayi suka dot besar diberi dot

kecil ia akan malas menghisap karena lama. Akibatnya,

susu tetap keluar dari dot dan memenuhi mulut bayi dan

lebih banyak udara yang masuk

3) Klep penutup lambung belum berfungsi sempurna, susu

akan masuk ke saluran pencernaan atas baru kemudian ke

lambung diantara kedua organ tersebut terdapat klep

penutup lambung pada bayi, klep ini biasanya belum

berfungsi sempurna. Sampai 4 bulan lambung bayi hanya

dapat menampung susu dalam jumlah kecil setiap kali

minum.

4) Fungsi pencernaan bayi dengan peristaltik (gelombang

kontraksi pada lambung dan usus) untuk makanan dapat


29

masuk dari saluran pencernaan ke usus, masih belum

sempurna.

5) Terlalu aktif yaitu bayi menggeliat dan bayi terus menerus

menangis hal ini akan membuat tekanan di dalam perutnya

tinggi, sehingga keluar dalam bentuk regurgitasi

6) Bayi sudah kenyang

7) Tergesa-gesa saat pemberian susu

8) Kegagalan dalam mengeluarkan udara yang tertelan

9) Regurgitasi terjadi karena bayi minum susu terlalu banyak,

sehingga lambung tidak dapat menampung susu yang

masuk. Keadaan ini menyebabkan perut kembung (Yongki,

2012)

Regurgitasi bisa disebabkan oleh cedera di kepala

bayi akibat persalinan yang sulit atau berlangsung lama.

Jika cedera kepala bayi sembuh, perlahan-lahan gejala

gumoh juga akan berkurang (Marynani, 2013).

Hal-hal yang harus diwaspadai Meskipun regurgitasi tidak

membahayakan, namun pada keadaan tertentu harus

diwaspadai oleh ibu bayi atau bidan, antara lain sebagai

berikut:

1) Bayi regurgitasi dengan karakteristik sebagai berikut

a. Tanpa memandang cara pemberian minum

b. Setiap kali minum ASI atau minuman dimuntahkan


30

c. Muntahan berwarna hijau atau bercampur darah

d. Distensi abdomen (Marmi, 2015)

2) Apabila bayi regurgitasi hebat dan berlangsung terus-

menerus atau terlalu sering. Hal ini biasanya disebabkan

oleh gangguan saluran pencernaan. Akibat dari gumoh

hebat bayi akan kehilangan cairan tubuh (dehidrasi).

3) Selain regurgitasi hebat, hal yang harus diwaspadai adalah

isi dari regurgitasi. Apakah regurgitasi berisi lendir,

bercampur air liur dan darah. Bila isi regurgitasi bercampur

darah dan bayi regurgitasi lebih dari lima kali sehari maka

perlu pemeriksaan di fasilitas pelayanan kesehatan

(Maryunani, 2013).

2.2.3 Pencegahan terjadinya Regurgitasi

Menyusui bayi untuk pertama kalinya merupakan suatu

pengalaman yang menyenangkan, serta menakutkan bagi

seorang yang baru menjadi orang tua. Bayi setelah menyusui

harus di sendawakan, sendawa dapat membantu mengeluarkan

udara yang masuk ke perut bayi saat menyusui. Jika bayi tidak

bersendawa setelah menyusui maka udara yang masuk bisa

menyebabkan regurgitasi, mudah tersedak pada beerapa bayi

dapat menimbulkan kolik (sakit perut) sehingga menyebabkan

bayi menangis terus – menerus dan membuat rasa tidak nyaman

pada perut bayi, sementara bayi menangis secara tidak langsung


31

gas akan masuk kembali ke dalam perut bayi yang semakin

membuat bayi tidak nyaman.

Ketika ingin membuat bayi bersendawa, lakukan menepuk

dengan lembut punggung bayi secara berulang dan untuk

mencegah adanya cairan yang keluar letakkan alas dada atau

handuk kecil di bawah dagu bayi atau di pundak ibu. Berikut

metode menyendawakan bayi :

1) Ibu duduk dengan posisi tegak dan gendong bayi pada dada

2) Letakkan dagu bayi pada bahu ibu dan pegang kepala bayi

dengan satu tangan

3) Tangan lainnya menepuk lembut punggung bayi secara

berulang

4) Bila bayi mulai rewel atau menangis saat sedang menyusui,

maka hentikan sebentar. Buatlah bayi bersendawa lalu ganti

posisi dan menyusui kembali. Usahakan bayi mengkonsumsi

60 sampai 90 ml susu

5) Untuk bayi berusia 6 bulan pertama, cobalah menunggu

bersendawa selama 10 sampai 15 menit sambil bayi tetap

ditegakkan. Bayi yang tidak bersendawa akan mengeluarkan

susu yang telah diminum (Marmi, 2015).

2.2.4 Penatalaksanaan

1) Perbaiki teknik menyusui, setelah menyusui usahakan bayi

disendawakan
32

2) Perhatikan posisi botol saat pemberian susu bayi yang sedang

menyusui pada ibunya harus dengan bibir yang mencakup

rapat seluruh puting susu ibu (Yongki, 2012).

3) Jika bayi gumoh cepat miringkan tubuhnya atau diangkat ke

belakang seperti disendawakan atau di tengkurangkan agar

muntahan tidak masuk ke saluran nafas yang dapat

menyumbat dan berakibat fatal. Jika cairan susu keluar dari

hidung, segera dibersihkan orang tua tidak perlu khawatir

karena gumohnya sudah keluar. Yang menjadi perhatian bila

cairan susu yang keluar dari hidung masuk lagi dan terhisap

ke saluran nafas dan masuk ke paru - paru dan harus segera

ditangani lebih lanjut

4) Memperlakukan bayi secara halus karena gumoh dapat juga

disebabkan oleh gangguan psikologis, misalnya bayi

diperlakukan kasar

5) Setelah selesai menyusui, tubuh bayi seharusnya tidak

digoyang-goyang atau diayun – ayun

6) Tutuplah baju atau pangkuan ibu dengan handuk bersih,

sedangkan untuk bayi dapat dikenakan celemek untuk berjaga

- jaga bila bayi tiba - tiba memuntahkan sebagian dari

makanan atau minuman (Maryunani, 2013)

7) Setelah minum ASI posisikan bayi tegak selama 30 menit,

pastikan bahwa tidak ada yang menekan bagian perut bayi.


33

2.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi Ibu menyusui

Sikap dan keputusan ibu dalam memberikan ASI dipengaruhi oleh

beberapa faktor, yaitu pengalaman menyusui sebelumnya, apakah ibu

menyusui pertama kali atau tidak, apakah menyusui sebelumnya pernah

mengalami kegagalan atau tidak (kemampuan melakukan teknik

menyusui yang benar), adat istiadat atau pandangan budaya dan

kepercayaan dalam menyusui di tempat tinggal ibu, kebiasaan ibu serta

keluarga dalam menyusui, dukungan keluarga dan lingkungan pada ibu

untuk tetap menyusui, faktor pengetahuan, dan informasi yang diterima

ibu dan keluarga tentang manfaat ASI untuk bayi, ibu dan keluarga, sikap

dan penerimaan terhadap kelahiran, dukungan dari petugas kesehatan

tempat ibu melahirkan, motivasi untuk memberikan ASI secara eksklusif

pada bayinya, faktor ibu bekerja (pekerjaan ibu), usia ibu (Sidi, 2010).

2.4 Hubungan Keterampilan Teknik Menyusui Dengan Kejadian

Regurgitasi Pada Bayi Usia 0-3 Bulan

Keterampilan Teknik menyusui yang tidak tepat seperti proses

perlekatan yang salah, posisi terlentang saat disusui dapat menyebabkan

regurgitasi (Dwienda, 2014). Regurgitasi adalah aliran balik isi lambung

kedalam esofagus, keluar melalui mulut dan tidak disertai kontraksi otot

abdomen. (Badriul, 2013). Kejadian regurgitasi pada bayi sekitar 25%

selama bulan pertama dan 50% bayi mengalami regurgitasi 1–4x/hari

sampai umur 3 bulan. Sekitar 30% ibu di Indonesia mengalami

kecemasan mengenai regurgitasi pada bayi, dimana 66% kecemasan


34

lebih berkaitan dengan frekuensi dan 9% terhadap volume regurgitasi

(9%) (Natharina, 2016).

Menurut penelitian Ilmiasih (2017) bahwa posisi menyusui yang

kurang tepat yaitu bayi tidak menghadap payudara secara sempurna

sehingga proses mengulum dan pelekatan bibir bayi pada puting ibu tidak

melekat dengan baik dan dapat menyebabkan udara masuk dari sela- sela

puting pada saat bayi menghisap puting ibu. Mengulum dan pelekatan

merupakan kunci keberhasilan dalam teknik menyusui agar tidak terjadi

regurgitasi pada bayi.

Posisi menyusui dengan pelekatan yang tidak tepat yaitu pada saat

mengulum bibir bayi tidak membuka lebar dan tidak menutupi setengah

dari areola payudara ibu dengan baik akan mengakibatkan udara terhisap

bersama ASI. Udara tersebut masuk kedalam lambung dan akan

mendorong isi lambung sehingga bayi mengalami regurgitasi (Dwienda,

2014). Untuk bayi berusia 6 bulan pertama, cobalah menunggu

bersendawa selama 10 sampai 15 menit sambil bayi tetap ditegakkan.

Bayi yang tidak bersendawa akan mengeluarkan susu yang telah

diminum sehingga dapat menyebabkan regurgitasi.


35

2.5 Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah abstraksi dari suatu realitas agar dapat


dikomunikasikan dan membentuk suatu teori yang menjelaskan antar
variabel baik variabel yang diteliti maupun yang tidak diteliti (Nursalam,
2014).

Pada saat mengulum bibir


bayi tidak membuka lebar
dan tidak menutupi
Keterampilan Teknik setengah dari areola
Menyusui payudara ibu dengan baik
1. Posisi menyusui akan mengakibatkan Kejadian Regurgitasi
2. Perlekatan bayi udara terhisap bersama
3. Menyendawakan bayi ASI. Udara tersebut
masuk kedalam lambung
dan akan mendorong isi
lambung sehingga bayi Penyebab regurgitasi:
mengalami regurgitasi. a) Klep penutup lambung
belum sempurna
b) Bayi sudah kenyang
c) Kegagalan
mengeluarkan udara
d) Teknik menyusui yang
kurang tepat
e) Tergesa-gesa saat
pemberian ASI
36

Bagan 2.1 Kerangka Konsep Hubungan Keterampilan Teknik Menyusui


Dengan Kejadian Regurgitasi Pada Bayi Usia 0-3 Bulan
Modifikasi teori dari Dwienda. (2014), Marynani. (2013) dan
Rukiyah. (2013)

2.6 Kerangka Penelitian


Kerangka penelitian adalah uraian dan visualisasi antar variabel
satu dari yang lain dari masalah yang ingin diteliti (Notoadmojo, 2012)

Kemampuan ibu
melakukan teknik
Keterampilan
menyusui yang salah Kejadian Regurgitasi
Teknik Menyusui
dapat menyebabkan
bayi sesaat setelah
menyusui mengeluarkan
sebagian ASI.

Keterangan :
Tidak Diteliti
Diteliti
Bagan 2.2 Kerangka Penelitian Hubungan Keterampilan Teknik Menyusui
Dengan Kejadian Regurgitasi Pada Bayi Usia 0-3 Bulan di PMB
Ny. Siwik Ernawati, A.Md.Keb Desa Blaru Kecamatan Badas
Kabupaten Kediri
37

2.7 Hipotesis

Hipotesis suatu pernyataann asumsi tentang hubungan antara dua

atau lebih variabel yang diharapkan bisa menjawab suatu pertanyaan

dalam penelitian (Nursalam, 2014)

Ha : Ada Hubungan Keterampilan Teknik Menyusui Dengan Kejadian

Regurgitasi Pada Bayi Usia 0-3 Bulan di PMB Ny. Siwik Ernawati,

A.Md.Keb Desa Blaru Kecamatan Badas Kabupaten Kediri.


BAB 3

METODE PENELITIAN

Metode penelitian merupakan cara yang akan dilakukan dalam proses

penelitian. Dalam menyusun proposal, metode penelitian harus diuraikan secara

rinci seperti variabel penelitian, rancangan penelitian, teknik pengumpulan data,

analisis data, cara penafsiran, dan penyimpulan hasil penelitian (Hidayat, 2011).

3.1 Desain Penelitian

Rancangan atau desain penelitian adalah suatu yang sangat penting dalam

penelitian, memungkinkan pengontrolan maksimal bebrapa factor yang

mempengaruhi akrasi suatu hasil. Desain penelitian merupakan hasil akhir

dari suatu tahap keputusan yang dibuat oleh peneliti berhubungan dengan

bagaimana suatu penelitian dapat diterapkan (Nursalam, 2014).

Penelitian ini menggunakan desain peneitian Analitik untuk mengetahui

Hubungan Keterampilan Teknik Menyusui Dengan Kejadian Regurgitasi

Pada Bayi Usia 0-3 Bulan Di PMB Ny. Siwik Ernawati, A.Md.Keb Desa

Blaru Kecamatan Badas Kabupaten Kediri, dengan jenis pendekatan Cross

Sectional (Nursalam, 2014). Penelitian Cross Sectional adalah jenis penelitian

yang menekankan waktu pengukuran/observasi atau pengumpulan data

variabel independen dan dependen hanya satu kali pada satu saat. Pada jenis

ini, variabel dependen dan independen dinilai secara simultan pada suatu saat,

jadi tidak ada tindak lanjut (Nursalam, 2014).

36
37

3.2 Kerangka Kerja (frame work)

Kerangka kerja merupakan langkah-langkah yang akan dilakukan dalam

penelitian yang berbentuk kerangka ataualur penelitian, mulai dari desain

hingga analisis data (Hidayat, 2011).

Populasi penelitian :
Seluruh ibu yang menyusui bayinya usia 0-3 Bulan Di PMB Ny. Siwik
Ernawati, A.Md.Keb Desa Blaru Kecamatan Badas Kabupaten Kediri,
sejumlah 40 orang.

Teknik Sampel :
Purposive Sampling

Sampel :
Pengambilan sampel dalam penelitian adalah dengan teknik sampling
dengan menggunakan purposive sampling, yaitu teknik penentuan sampel
dengan pertimbangan tertentu.

Desain Penelitian :
Analitik korelasional dengan pendekatan Cross Sectional

Pengumpulan Data :
Dengan menggunakan lembar observasi dan lembar
cheklist

Pengumpulan Data

Analisis Data

Hasil

Kesimpulan dan saran

Bagan 3.1 Kerangka Kerja Penelitian Hubungan Keterampilan Teknik Menyusui


Dengan Kejadian Regurgitasi Pada Bayi Usia 0-3 Bulan Di PMB Ny.
Siwik Ernawati, A.Md.Keb Desa Blaru Kecamatan Badas Kabupaten
Kediri Tahun 2020
38

3.3 Identifikasi Variabel

Identidifikasi variabel merupakan bagian penelitian dengan cara

menentukan variabel-variabel yang ada dalam penelitian (Hidayat, 2011).

Variabel adalah perilaku atau karakteristik yang memberikan nilai beda

terhadap sesuatu (Nursalam, 2014).

3.3.1 Variabel Bebas (Independent)

Variabel yang mempengaruhi atau nilainya menentukan variabel

lain. Suatu kegiatan yang stimulus yang dimanipulasi oleh peneliti

menciptakan suatu dampak pada variabel dependen (Nursalam, 2014).

Variabel independen dalam penelitian ini adalah Keterampilan Teknik

Menyusui.

3.3.2 Variabel Terikat (Dependent)

Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi nilainya

ditentukan oleh variabel lain. Variabel respon akan muncul sebagai

akibat dari manipilasi variabel-variabel lain (Nursalam, 2014).

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Kejadian Regurgitasi.

3.4 Definisi Operasional

Definisi operasional adalah mendefinisikan variabel secara operasional

berdasarkan karakteristik yang diamati, hingga memungkinkan peneliti

untuk melakukan observasi ata penguuran secara cermat terhadap suatu

objek atau fenomena. Definisi operasional ditentukan berdasarkan parameter

yang dijadikan ukuran dalam penelitian. Sedangkan cara pengukuran


39

merupakan cara dimana variabel dapat diukur dan ditentukan

karakteristiknya (Hidayat, 2011).

Table 3.1 Definisi Operasional penelitian Hubungan Keterampilan Teknik


Menyusui Dengan Kejadian Regurgitasi Pada Bayi Usia 0-3
Bulan Di PMB Ny. Siwik Ernawati, A.Md.Keb Desa Blaru
Kecamatan Badas Kabupaten Kediri

No Variabel Definisi Indikator Instrument Skala Skor


Operasional
1. Keterampilan Cara Ibu 1. Posisi menyusui Lembar O Ya :1
Teknik memberikan Cheklist
2. Perlekatan bayi R Tidak :0
Menyusui ASI kepada
bayi secara 3. Menyendawakan D Kriteria :
langsung. bayi
I 1. Kurang (0-3)
N 2. Cukup (4-6)
A 3. Baik (7-9)
L
2. Kejadian Keluarnya Frekuensi Lembar O Ya :1
Regurgitasi sebagian ASI menyusui : Observasi
R Tidak :0
yang ditelan
1. Hari Pertama
bayi usia 0-3 D Kriteria :
bulan melalui 2. Hari Kedua
mulut sesaat I 1. Tidak pernah
setelah bayi 3. Hari Ketiga (0 kali per
N
menyusui yang hari)
diobservasi A
2. Jarang (1-4
selama 3 hari L kali per hari)
berturut-turut.
3. Sering (lebih
dari 4 kali
per hari)
40

3.5 Sampling Desain

3.5.1 Populasi

Populasi merupakan seluruh subjek atau objek dengan

karakteristik tertentu yang akan diteliti. Bukan hanya objek atau

subjek yang dipelajari saja tetapi seluruh karakteristik atau sifat yang

dimiliki subjek atau objek tertentu (Hidayat, 2011). Dalam penelitian

ini yang menjadi populasi adalah seluruh ibu yang menyusui bayinya

usia 0-3 Bulan Di PMB Ny. Siwik Ernawati, A.Md.Keb Desa Blaru

Kecamatan Badas Kabupaten Kediri, sejumlah 40 orang.

3.5.2 Sampel

Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan

objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluuh populasi

(Notoatmojo, 2013).

Pengambilan sampel dalam penelitian adalah dengan teknik

sampling dengan menggunakan purposive sampling, yaitu teknik

penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2011)

3.5.2.1 Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian

dari suatu populasi target yang terjangkau dan akan diteliti

(Nursalam, 2014).
41

1) Ibu menyusui yang bersedia menjadi responden dengan

menandatangani informed consent

2) Ibu memberikan ASI secara esklusif.

3) Bayi yang memiliki kelainan kongenital

3.5.2.1 Kriteria Ekslusi

Kriteria ekslusi adalah menghilangkan atau mengeluarkan

subjek yang memenuhi kriteria inklusi dari studi karena berbagai

sebab (Nursalam, 2014).

1) Ibu menyusui yang dalam keadaan sakit sehingga bayi tidak

mau menyusu

2) Bayi dalam keadaan sakit seperti panas

3.6 Pengumpulan Data Dan Analisis Data

3.6.1 Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subjek

dalam suatu penelitian (Nursalam, 2014).

3.6.1.1 Proses Pengumpulan Data

Dalam melakukan penelitian prosedur yang digunakan adalah :

1) Mengurus perijinan kepada Kaprodi D4 Bidan Pendidik

Stikes Karya Husada Kediri

2) Mengurus perijinan kepada PMB Ny. Siwik Ernawati,

A.Md.Keb Desa Blaru Kecamatan Badas Kabupaten Kediri


42

3) Mendatangi calon responden secara door to door dan

menerangkan maksud dan tujuan penelitian (Informed

Consent)

4) Apabila responden bersedia maka diminta menandatangani

surat persetujuan menjadi responden

5) Peneliti melakukan pengolahan, pengecekan kelengkapan,

scoring, koding dan tabulasi data

3.6.1.2 Cara Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini merupakan

data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan

langsung dilapangan oleh orang yang melakukan penelitian

atau yang bersangkutan yang memerlukannya, data ini disebut

juga data asli (Sugiyono, 2011). Dalam penelitian ini data

primer diperoleh melalui observasi.

3.6.2 Instrumen Pengumpulan Data

Instrument penelitian adalah alat pengumpulan data (Nursalam,

2014). Penelitian ini menggunakan instrument berupa lembar ceklist

dan lembar Observasi.

3.6.3 Waktu Dan Tempat Penelitian

3.6.3.1 Waktu

Penelitian ini direncanakan pada bulan April 2020

3.6.3.2 Tempat
43

Penelitian ini direncanakan di PMB Ny. Siwik Ernawati,

A.Md.Keb Desa Blaru Kecamatan Badas Kabupaten Kediri

3.6.4 Analisis Data

Langkah – langkah analisis data :

3.6.4.1 Memeriksa ( Editing )

Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran

data yang diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat

dilakukan pada tahap pengumpulan data atau setelah data

terkumpil (Hidayat, 2011).

Dalam penelitian ini langkah kegiatannya mengecek

kelengkapan data dan identitasnya.

1) Mengecek nama dan kelengkapan identitas pengisi

teruama yang sangat diperlukan bagi pengolahan data

yang lebih lanjut.

2) Mengecek kelengkapan data yaitu memeriksa isi

instrument pengumpulan data (termasuk pula

kelengkapan lembar instrument jika ada yang terlepas

atau sobek)

3.6.4.2 Coding

Coding adalah kegiatan memberi kode pada jawaban atau

kode tertentu sehingga lebih sederhana. Pada tahap ini

peneliti memberikan kode tertentu pada tiap-tiap data

sehingga memudahkan dalam melakukan analisis data.


44

1) Data Umum

(1) Usia Ibu

Kode 1 = Kurang dari 20 tahun

Kode 2 = 20 sampai 35 tahun

Kode 3 = lebih dari 35 tahun

(2) Usia gestasi bayi

Kode 1 = Prematur

Kode 2 = Aterm

Kode 3 = Postmatur

(3) Usia Bayi

Kode 1 = 1 bulan

Kode 2 = 2 bulan

Kode 3 = 3 bulan

(4) Paritas

Kode 1 = Primipara

Kode 2 = Multipara

Kode 3 = Grande Multipara

(5) Jenis persalinan

Kode 1 = Normal

Kode 2 = SC

(6) Pendidikan Ibu

Kode 1 = Tidak sekolah

Kode 2 = SD,
45

Kode 3 = SMP/MTS

Kode 4 = SMA/MA/SMK

Kode 5 = Diploma/PT

2) Data Khusus

(1) Keterampilan Teknik Menyusui

Kode 1 = Kurang

Kode 2 = Sedang

Kode 3 = Baik

(2) Kejadian Regurgitasi

Kode 1 = Tidak pernah

Kode 2 = Jarang

Kode 3 = Sering

3.6.4.3 Scoring

Scoring ini dilakukan setelah diteteapkan kode

jawaban atau hasil dari observasi sehingga jawaban

responden atau hasil observasi dapat diberikan skor

(Sugiyono, 2011).

1) Keterampilan Teknik Menyusui


46

Data analisa dengan menggunakan skor responden

pada pernyataan yang telah diberi skor sesuai dengan

nilai skala kategori jawaban yang diberikan.

(1) Ya =1

(2) Tidak = 0

Kriteria

a) Baik = (7 - 9)

b) Cukup = (4 – 6)

c) Kurang = (0 – 3)

2) Kejadian regurgitasi

(1) Ya :1

(2) Tidak :0

Kriteria :

1. Tidak pernah (0 kali per hari)

2. Jarang (1-4 kali per hari)

3. Sering (lebih dari 4 kali per hari)

3.6.4.3 Tabulating

Tabulasi penyusunan data dalam bentuk tabel adalah

kegiatan untuk mengolah data yang rusak (data mentah)

kedalam tabel-tabel yang telah disiapkan (Nursalam, 2014).

Hasil jawaban yang diteliti diberi nilai kemudian dijumlahkan

dan dibandingkan dengan jumlah skor tertinggi lalu dikalikan

100%.
47

Rumus : P = ƒ/n x 100%

Keterangan : P = Presentase

ƒ = Nilai yang diperoleh

n = Nilai Total / Keseluruhan

Hasil penggolongan data diinterprestasikan dengan

menggunakan skala kualitatif yaitu :

Seluruhnya = 100%

Hampir seluruhnya = 76-99%

Sebagian besar = 51-75%

Setengahnya = 50%

Hamper setengahnya = 30-49%

Sebagian kecil = 1-29%

Tidak satupun = 0% (Arikunto, 2010)

1) Uji Statistik

Pemilihan uji statistic ditentukan berdasarkan tujuan

analisis maupun skala data masing-masing variabel.

Hubungan Keterampilan Teknik Menyusui Dengan

Kejadian Regurgitasi Pada Bayi Usia 0-3 Bulan Di PMB

Ny. Siwik Ernawati, A.Md.Keb Desa Blaru Kecamatan

Badas Kabupaten Kediri dianalisis dengan uji korelasi


48

Spearman Rank (rho), digunakan untuk mengukur tingkat

atau eratnya hubungan antara dua variabel yang berskala

ordinal dan nominal.

Rumus :

rs= 1 - 6∑d2/n(n2-1)

Keterangan :

rs = Nilai korelasi Spearman Rank

d2 = Selisih setiap pasangan Rank

n = Jumlah pasangan Rank untuk Spearman (5<n<30)

1 = Angka satu yaitu bilangan konstan

6 = Angka 6 yaitu bilangan konstan

∑ = Sigma atau jumlah

(Hidayati, 2011)

3.7 Etika Penelitian

Etika dalam penelitian menggunakan subjek manusia menjadi issue sentral

yang berkembang saat ini. Pada penelitian ilmu kebidanan hamper 90%

subjek yang digunakan adalah manusia, maka peneliti harus memahami

prinsip-prinsip etika penelitian. Secara umum prinsip etika dalam penelitian

dibedakan menjadi 3 (tiga) bagian :

3.7.1 Informent Consent

Responden yang memenuhi syarat akan diberi penjelasan tentang

tujuan penelitian jika responden bersedia untuk diteliti, maka

responden harus menandatangani lembar persetujuan.


49

3.7.2 Anonimity

Untuk menjaga kerahasiaan responden, peneliti tidak

mencantumkan nama pada lembar pengambilan data

3.7.3 Confidentiality (Kerahasiaan)

Kerahasiaan infomasi yang telah dikumpulkan dari responden

dijamin kerahasiannya.

(Hidayat, 2011)
DAFTAR PUSTAKA

Andani, M, Surjani dan Chicik Nirmasari.2015. Hubungan Posisi Menyusui


Dengan Kejadian Regurgitasi Pada Bayi di Desa Jetak Kecamatan Gelasan
Kabupaten Semarang. Semarang: Jurnal AKBID Ngudi Waluyo.

Arikunto S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta :


Rineka Cipta

Astutik, R.Y. 2014. Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui. Semarang: Erlangga
Badriul, 2013. Bedah ASI. Balai Pustaka FKUI. Jakarta.

Depkes RI. 2010.Capaian Pembangunan Kesehatan Tahun 2011. Jakarta

Dinarti & Yuli Mulyanti, 2010. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Jakarta: EGC

Dinarti,dkk. 2010. Dokumentasi Keperawatan. Jakarta: Trans Info Media

Dwienda, O. 2014. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi/Balita dan Anak
Prasekolah untuk Para Bidan. Yogyakarta: Deepublish

Hidayat, A. Aziz Alimul. 2011. Metodologi Penelitian Kebidanan Dan Teknik


Analisis Data. Jakarta: Salemba Medika

IDAI, 2016. Bedanya Gumoh dan Muntah Pada Bayi.


www.idai.or.id/artikel/klinik/keluhananak/bedanya%E2%80%98gumoh
%E2%80%99-dan-muntah-pada-bayi, diakses tanggal 4 februari 2020.

Marmi dan R Kukuh. 2015. Asuhan Neonatus, Bayi, Balita dan Anak Balita.
Cetakan ke IV. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Maryunani, A. 2013. Ilmu Kesehatan Anak Dalam Kebidanan. Jakarta Timur:


CV. Trans Info Media.

Notoatmodjo, S. 2012. Metodologi Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta

Novianti. 2009. Menyusui Itu Indah. Yogyakarta: Octopus

Nursalam. 2014. Konsep & Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan


(Pedoman Skripsi, Tesis Dan Instrument Penelitian Keperawatan).
Surabaya : Salemba Medika.
Rahayu, Sri. Faktor-faktor Yang aberhubungan Dengan Pemberian ASI eksklusif
Pada Karyawati UNISKA. Jurnal Ilmiah Solusi Vol. 1 No. 1 Januari-Maret
2014:55-63

Riskani R. Keajaiban ASI, Jakarta Timur: Dunia Sehat; 2012

Riskesdas. 2010. Riset Kesehatan Dasar: RISKESDAS 2010. Jakarta: Badan


Penelitiann dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI.

Rohmatun, Nining Yuliani. 2014. Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu dan


Pemberian ASI Eksklusif dengan Kejadian Stunting Pada Balita di Desa
Sidowarno Kecamatan Wonosari Kabupaten Klaten. Surakarta: Universitas
Muhammadiyah

Rukiyah, Y dan L Yulianti. 2013. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita.
Jakarta: CV. Trans Info Media.

Sidi, I.P.S, R.S., Masoara, S., Boedihardjo S.D., & Martono, W. 2010,
Manajemen Laktasi (4th ed.). Jakarta : Perinasia

Sugiyono. 2011. Statitistika Untuk Penelitian. Cetakan ke 18. Bandung : CV.


Alfabeta

Suparyanto, 2010. Konsep Gumoh (Regurgitasi), dikutip dari


http://dr.suparyanto.blogspot.com2010/09/konsep-gumoh-regurgitasi.html,
diakses pada tanggal 4 Februari 2020.

Suradi, R dan Hesti. 2011. Manajemen Laktasi. Jakarta : Program Manajemen


Laktasi Perkumpulan Perinatologi Indonesia.

Yolanda, Natharina. 2016. Bedanya Gumoh dan Muntah Pada Bayi.


http:/www.idai.or.id/artikel/klinik/keluhan-anak/bedanya gumoh dan
muntah-pada-bayi diakses tanggal 4 Februari 2020

Yongki, et.al. 2012. Asuhan Pertumbuhan Kehamilan, Persalinan, Neonatus,


Bayi dan Balita. Yogyakarta : Nuha Medika.

Yongki, et.al. 2012. Asuhan Pertumbuhan, Kehamilan, Persalinan, Neonatus,


Bayi dan Balita. Yogyakarta: Nuha Medika.
Lampiran 1

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Nurhalimah

NIM : 201904060

Saat ini sedang menyelesaikan peneltian dengan judul “Hubungan

Keterampilan Teknik Menyusui Dengan Kejadian Regurgitasi Pada Bayi Usia 0-3

Bulan Di PMB Ny. Siwik Ernawati, A.Md.Keb Desa Blaru Kecamatan Badas

Kabupaten Kediri”, sebagai dari proses akademik di Program Studi Diploma IV

Komunitas Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Karya Husada Kediri.

Demi tercapainya tujuan penelitian dengan segala hormat saya memohon

kesediaan ibu untuk menjadi responden dengan memberikan pernyataan bersedia

untuk meluangkan waktu menjawab pertanyaan yang diajukan. Kerahasiaan dan

identitas ibu akan dijaga. Apabila ibu merasa tidak nyaman dengan peelitian yang

saya lakukan, ibu berhak undur diri dari penelitian ini.

Atas segala bantuan dan kerjasamanya disampaikan terimakasih.

Pare, 2020

Hormat Saya,

(Nurhalimah)
Lampiran 2

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama :

Umur :

Setelah mendapatkan keterangan secukupnya serta mengetahui tentang

manfaat dan resiko penelitian berjudul “Hubungan Keterampilan Teknik

Menyusui Dengan Kejadian Regurgitasi Pada Bayi Usia 0-3 Bulan Di PMB Ny.

Siwik Ernawati, A.Md.Keb Desa Blaru Kecamatan Badas Kabupaten Kediri,

menyatakan bersedia untuk berpartisipasi sebagai responden tanpa adanya

paksaan dari pihak manapun.

Pare, 2020

Peneliti Responden

Nurhalimah (……………….)

Lampiran 3
KISI – KISI CHECK LIST
Judul : Hubungan Keterampilan Teknik Menyusui Dengan Kejadian Regurgitasi
Pada Bayi Usia 0-3 Bulan Di PMB Ny. Siwik Ernawati, A.Md.Keb Desa
Blaru Kecamatan Badas Kabupaten Kediri
Variabel Indikator Nomer Nilai
soal
Keterampilan 1. Posisi menyusui 1-3 Ya : 1
Teknik Mnyusui
Tidak : 0
2. Perlekatan bayi 4-6 Ya : 1
Tidak : 0
3. Menyendawakan 7-9 Ya : 1
bayi
Tidak : 0
Lampiran 4

CHECK LIST KETERAMPILAN TEKNIK MENYUSUI

Petunjuk pengisian :
1. Anjurkan ibu untuk melakukan keterampilan teknik menyusui yang benar, lalu
lakukan penelilaian dengan memberi tanda check (√) pada kolom “Ya” jika ibu
melakukan pernyataan tersebut, namun beri tanda (√ ¿pada kolom “Tidak” jika
ibu tidak melakukan pernyataan tersebut.
2. Check list digunakan selama 3 hari berturut-turut

No Tindakan Menyusui Ya Tidak Skor


1. Memilih posisi yang paling nyaman untuk
menyusui. Jika posisi duduk, punggung bersandar
(tegap) dan kaki diberi penyangga tidak boleh
menggantung.

2. Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis


lurus serta kepala tidak menengadah
3. Membaringkan bayi diatas bantal dengan baik dan
posisi bayi menghadap perut ibu
4. Setelah bayi siap menyusu memasukan putting susu
sampai daerah aerola mamae masuk ke mulut bayi
dan dagu bayi menempel pada payudara ibu
5. Menopang payudara dengan tangan kiri atau kanan
dan empat jari menahan bagian bawah aerola
sampai bayi membuka mulut
6. Mempertahankan posisi bayi yang tepat dan
nyaman sehingga memungkinkan bayi dapat
menghisap dengan benar
7. Setalah bayi menyusu, ibu memasukan jari
kelingking kedalam mulut bayi untuk melepaskan
isapan bayi
8. Setelah bayi selesai menyusu, membasahi putting
susu dan sekitarnya oleh ASI dan membiarkan
kering sendiri
9. Setelah menyusui, menyendawakan bayi dengan
cara :
- Menegakkan bayi dan menyandarkan di
pundak, kemudian menepuk punggung
secara perlahan
- Menelungkupkan bayi secara melintang di
atas pangkuan kemudian menggosok-gosok
punggung
- Mendudukan bayi diatas pangkuan dengan
punggung bersandar pada dada kemudian
menepuk punggung secara perlahan
TOTAL SKOR

Keterangan :
Ya : Dilakukan dengan sempurna
Tidak : tidak dilakukan
Lampiran 5

LEMBAR DATA UMUM

Nama :
Alamat :
Petunjuk pengisian :
Beri Tanda (√) pada kotak yang disediakan sesuai dengan keadaan ibu dan bayi
A. Identitas Umum
1. Usia ibu saat ini :
<20 Tahun
20 – 35 Tahun
>35 Tahun
2. Usia gestasi bayi

Prematur

Aterm

Postmatur
3. Usia Bayi :
1 Bulan
2 Bulan
3 Bulan
4. Pendidikan terakhir ibu
SD SMA
SMP Perguruan Tinggi
5. Ibu sekarang sudah melahirkan anak ke :
Satu Empat
Dua > Empat
Tiga

6. Jenis Persalinan yang lalu :


Normal
SC
Lampiran 6

REKAPITULASI DATA UMUM PENELITIAN HUBUNGAN


KETERAMPILAN TEKNIK MENYUSUI DENGAN KEJADIAN
REGURGITASI PADA BAYI USIA 0-3 BULAN DI PMB NY. SIWIK
ERNAWATI, A.MD.KEB DESA BLARU KECAMATAN BADAS
KABUPATEN KEDIRI
No Pendidikan Usia ibu Anak ke Riwayat
respon terakhir ibu persalinan
den
1 2 3 4 1 2 3 1 2 3 4 1 2

Jumlah

Keterangan :

1. Pendidikan terakhir 3. Anak ke


ibu Kode 1 : ke 1
Kode 1 : SD Kode 3 : SMA Kode 2 : ke 2 dan 3
Kode 2 : SMP Kode 4 : PT Kode 3 : ke 4
Kode 4 : >4
2. Usia ibu
Kode 1 : <20 tahun 4. Riwayat persalinan
Kode 2 : 20-35 Kode 1 : pervaginam
tahun Kode 2 : SC
Kode 3 : >35 tahun

Lampiran 7

LEMBAR OBSERVASI REGURGITASI

No Hari ke Pertanyaan Ya Tidak


1. Hari pertama 1. Apakah bayi ibu tampak tidak
nyaman setelah mendapatkan ASI ?
2. Apakah bayi ibu sangat aktif atau
sering menggeliat ?
3. Apakah bayi ibu mengalami
regurgitasi (gumoh) sesaat setelah
di beri ASI ?
2. Hari kedua 1. Apakah bayi ibu tampak tidak
nyaman setelah mendapatkan ASI ?
2. Apakah bayi ibu sangat aktif atau
sering menggeliat ?
3. Apakah bayi ibu mengalami
regurgitasi (gumoh) sesaat setelah di
beri ASI ?
3. Hari ketiga 1. Apakah bayi ibu tampak tidak
nyaman setelah mendapatkan ASI ?
2. Apakah bayi ibu sangat aktif atau
sering menggeliat ?
3. Apakah bayi ibu mengalami
regurgitasi (gumoh) sesaat setelah di
beri ASI ?

Berapa kali bayi ibu mengalami regurgitasi (gumoh) dalam sehari …….. sehari

Anda mungkin juga menyukai