Disusun oleh:
Jalum 3B
Alhamdulillahirabbil’alamin, puji dan syukur bagi Allah SWT yang telah melimpahkan
Rahmat dan Inayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan pembuatan CBD mengenai
Imunisasi DPT-HB_HIB.
Dalam penyusunan CBD ini, tidak sedikit hambatan yang penulis hadapi. Namun, penulis
menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak lain berkat bantuan dan
dorongan serta bimbungan orang tua, dosen, serta kakak tingkat. Sehingga kendala-kendala
sebagai penulis dan penyusun hadapi dapat teratasi.
CBD ini disusun untuk memenuhi tugas individu Praktik Kebidanan 3 dan agar pembaca
dapat memperluas ilmu tentang Imunisasi DPT_HB_HIB yang disajikan berdasarkan
pengamatan dari berbagai sumber informasi, referensi dan berita.
Semoga CBD ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi sumbangan
pemikiran kepada pembaca khususnya mahasiswa Poltekkes Kemenkes Bandung Prodi
Kebidanan Karawang dan seluruh masyarakat sekitar. Saya sebagai penulis sadar bahwa CBD ini
masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Untuk itu, kepada pembimbing kami meminta
masukannya demi perbaikan pembuatan makalah saya di masa yang akan datang dan
mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN.........................................................................................................1
BAB VI PENUTUP.................................................................................................................21
4.1. Kesimpulan....................................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................22
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Indonesia Sumatera Selatan termasuk ke-8 besar kasus Difteri terbanyak yaitu 61,11%
(Profil Kesehatan RI, 2018). Data Kementerian Kesehatan menunjukkan bahwa sampai
dengan bulan November 2017, kasus Difteri dilaporkan dari 95 Kabupaten /Kota yang
terletak di 20 Provinsi di Indonesia. Ada 11 Provinsi yang melaporkan terjadinya KLB
Difteri di wilayah kabupaten/Kota-nya selama bulan Oktober dan November 2017, yaitu
Sumatera Barat, Jawa Tengah, Aceh, Sumatera Selatan, Sulawesi Selatan, Kalimantan
Timur, Riau, Banten, DKI, Jawa Barat dan Jawa Timur (Madon, 2017).
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1. PENGERTIAN IMUNISASI
Imunisasi adalah cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang terhadap suatu penyakit,
sehingga bila kelak tertular penyakit tersebut ia tidak menjadi sakit (Gde Ranuh dkk, 2011).
Sedangkan menurut Marmi,S.ST (2012), imunisasi adalah suatu proses untuk membuat sistem
pertahanan tubuh kebal terhadap invasi mikroorganisme (bakteri dan virus) yang dapat
menyebabkan infeksi sebelum mikroorganisme tersebut memiliki kesempatan unuk menyerang
tubuh kita.
Vaksin adalah antigen berupa mikroorganisme yang sudah mati, masih hidup tapi
dilemahkan, masih utuh atau bagiannya, yang telah diolah berupa toksin mikroorganisme yang
telah diolah menjadi toksoid, protein rekombinan yang jika diberikan kepada seseorang akan
menimbulkan kekebalan spesifik secara aktif terhadap penyakit infeksi tertentu.
Tujuan dari pemberian imunisasi adalah menurunkan angka kesakitan, kematian serta
kecacatan akibat Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I).
2.2. SASARAN IMUNISASI
Sasaran dalam pelayanan imunisasi rutin pada bayi dan anak adalah sebagai berikut:
1. Bayi
Jenis Imunisasi Usia Pemberian Jumlah Pemberian Interval Minimal
Hepatitis b 0-7 hari 1 -
BCG 1 bulan 1 -
Polio/IPV 1,2,3,4 bulan 4 -
DPT-HB-HIB 2,3,4 bulan 3 4 Minggu
Campak 9 bulan 1 4 Minggu
3
4. Anak Sekolah Dasar (SD) Kelas 2 dan 3 atau (sederajat)
Jenis Imunisasi Usia Pemberian Jumlah Pemberian
DT Bulan November Bulan Imunisasi Anak
Sekolah (BIAS)
4
menimbulkan
batuk yang
cepat dan
keras.
3 Tetanus Penyakit yang Melalui Gejala awal: Patah tulang
disebabkan oleh kotoran kaku otot pada akibat
Clostridium Tetani yang masuk rahang, disertai kejang,
yang menghasilkan ke dalam kaku pada Pneumonia
neurotoksin luka yang leher, Infeksi Lain
dalam. kesulitan, yang dapat
menelan, kaku menimbulka
otot perut, n kematian
berkeringat dan
demam.
Pada bayi
terdapat gejala
berhenti
menetek
(sucking)
antara 3 sampai
dengan 28 hari
setelah lahir.
Gejala
berikutnya
kejang yang
hebat dan
tubuh menjadi
kaku
4 Tuberculo Penyakit yang Melalui Gejala awal: Kelemahan
sis (TBC) disebabkan oleh pernafas lemah badan, dan kematian.
Mycobacterium an penurunan
tuberculosa disebut berat
5
juga batuk darah. Lewat badan,demam,
bersin dan keluar
atau keringat pada
batuk malam hari.
Gejala
selanjutnya:
batuk terus-
menerus, nyeri
dada dan
(mungkin)
batuk darah.
Gejala lain:
Tergantung
pada organ
yang diserang
5 Campak Penyakit yang Melalui Gejala awal: Diare
disebabkan oleh virus udara demam, hebat
myxovirus virida (percikan bercak Peradang
emeasles ludah) dari kemerahan,ba an Pada
bersin atau tuk, pilek, telinga
batuk konjunctivitis innfeksi
penderita (mata merah) saluran
dan koplik napas
spots. (pneumon
Selanjutnya ia)
timbul ruam
pada muka
dan leher,
kemudian
menyebar
ketubuh dan
6
tangan serta
kaki
6 Poliomieli Penyakit pada susunan Melalui Demam Bisa
tis saraf pusat yang kotoran Nyeri otot dan menyebabkan
disebabkan oleh virus manusia kelumpuhan kematian jika
polio tipe1, 2, atau 3. (tinja) yang terjadi pada otot
Secara klinis terkontamin minggu pernafasan
menyerang anak di asi pertama terinfeksi dan
bawah umur 15tahun tidak segera
dan menderita lumpuh ditangani
layuakut(acute flaccid
paralysis = AFP
7 Hepatitis Penyakit yang Penularan Merasa lemah Penyakit ini
B disebabkan oleh virus secara Gangguan perut bisa menjadi
hepatitis B yang horizontal: Gejala lain kronis yang
merusak hati (penyakit Dari seperti flu, urin menimbulkan
kuning). darah menjadi pengerasan
dan kuning, hati
produkn kotoranmenjadi (Cirrhosis
ya pucat. Hepatis),
Suntikan Warna kuning Kankerhati
yang bisa terlihat (Hepato
tidak pada mata Cellular
aman ataupun kulit Carsinoma)
Transfus Dan
i darah menimbul-
Melalui kan kematian.
hubunga
n
seksual
Penularan
secara
7
vertical:
Dari ibu ke
bayi
selama
proses
persalina
n
8 Hemofilus Salah satu bakteri yang Droplet Pada selaput
Influenza dapat menyebabkan melalui otak akan
tipe B infeksi dibeberapa nasofaring. timbul gejala
(HIB) organ seperti menigitis
meningitis, epiglotitis, (demam, kaku
pneumonia, artritis, dan kuduk,
selulitis. Banyak kehilangan
menyerang anak di kesadaran),
bawah usia 5 tahun, Pada paru
terutama pada usia 6-1 menyebabkan
tahun. pneumonia
(demam, sesak,
rRetraksi otot
pernafasan),
terkadang
menimbulkan
gejala sisa
berupa
kerusakan alat
pendengaran
9 HPV Virus yang menyerang penularan Beberapa
(Human kulit dan membran melalui menyebabkan
Papilom A mukosa manusiadan hubungan kutil, sementara
Virus) hewan. kulit ke lainnya dapat
kulit, HPV menyebabkan
8
menular infeksi yang
dengan menimbulkan
mudah. munculnya lesi, ca
servik juga
disebabkan karena
virus HPV melalui
hubungan seks.
10 Hepati tis Suatu penyakit yang Disebarkan Kelelahan
A disebabkan oleh virus oleh Mual dan
kotoran/ muntah
tinja Nyeri perutatau
penderita; rasatidak
biasanya nyaman, di
melalui daerah hati
makanan Kehilangan
(fecaloral). nafsu makan
Demam
Urin berwarna
gelap
Nyeri otot
Menguningnya
kulit dan mata
9
a. imunisasi rutin,
Imunisasi rutin merupakan kegiatan imunisasi yang dilaksanakan secara
terusmenerus sesuai jadwal. Imunisasi rutin terdiri atas imunisasi dasar dan
imunisasi lanjutan.
1) Imunisasi dasar
a) Vaksin BCG
Deskripsi: Vaksin BCG merupakan vaksin beku kering yang
mengandung Mycrobacterium bovis hidup yang dilemahkan (Bacillus
Calmette Guerin), strain paris.
Indikasi: Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap tuberculosis.
b) Vaksin DPT – HB – HIB
Deskripsi: Vaksin DTP-HB-Hib digunakan untuk pencegahan terhadap
difteri, tetanus, pertusis (batuk rejan), hepatitis B, dan infeksi
Haemophilus influenzae tipe b secara simultan.
c) Vaksin Hepatitis B
Deskripsi: Adalah vaksin virus recombinan yang telah diinaktivasikan
dan bersifat noninfecious,berasal dari HBsAg
d) Vaksin Polio
1. Vaksin Polio Oral ( Oral Polio Vaccine (OPV)
Deskripsi: Vaksin Polio Trivalent yang terdiri dari suspensi
viruspoliomyelitis tipe 1,2, dan 3 (strain Sabin) yang
sudahdilemahkan.
Indikasi: Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap poliomyelitis
2. Vaksin Polio Inactive Polio Vaccine (IPV)
Deskripsi: Bentuk suspensi injeksi.
Indikasi: Untuk pencegahan poliomyelitis pada bayi dan
anakimmunocompromised, kontak dilingkungan keluarga dan pada
individu dimana vaksin polio oral menjadi kontra indikasi.
e) Vaksin Campak
Deskripsi: Vaksin virus hidup yang dilemahkan.
Indikasi: Pemberian kekebalan aktif terhadap penyakit campak
10
b. imunisasi tambahan,
Imunisasi lanjutan merupakan imunisasi ulangan untuk mempertahankan
tingkat kekebalan atau untuk memperpanjang masa perlindungan. Imunisasi
lanjutandiberikan kepada anak usia bawah tiga tahun (Batita), anak usia sekolah
dasar, danwanita usia subur. Vaksin yang diberikan adalah: vaksin DT, vaksin TD
c. imunisasi khusus.
Imunisasi tambahan diberikan kepada kelompok umur tertentu yang
palingberisiko terkena penyakit sesuai kajian epidemiologis pada periode waktu
tertentu.
11
Sesuai dengan manfaat di lapangan maka Komnas PP-KIPI memakai kriteria
World Health Organization (WHO) Western Pacific (1999) yang memilah KIPI
dalam lima kelompok berikut.
a) Kesalahan Prosedur (Program)/Teknik Pelaksanaan (Programmatic Error)
Kesalahan prosedur meliputi kesalahan prosedur penyimpanan,
pengelolaan dan tata laksana pemberian vaksin.
b) Reaksi Suntikan
Reaksi suntikan langsung, meliputi rasa sakit, bengkak, dan
kemerahan pada tempat suntikan. Adapun reaksi tidak langsung, meliputi
rasa takut, pusing, mual, sampai sinkop.
c) Induksi Vaksin (Reaksi Vaksin)
Gejala KIPI yang disebabkan induksi vaksin umumnya secara
klinis biasanya ringan. Namun demikian, dapat juga terjadi gejala klinis
hebat seperti reaksi anafilaksis sistemik dengan risiko kematian.
d) Reaksi kebetulan (koinsiden)
Salah satu indikator faktor kebetulan ini ditandai dengan
ditemukannya kejadianyang sama pada saat bersamaan pada kelompok
populasi setempat dengankarakteristik serupa, tetapi tidak mendapat
imunisasi.
e) Penyebab tidak diketahui
Apabila kejadian atau masalah yang dilaporkan belum dapat
dikelompokkan kedalam salah satu penyebab.
12
Difteri merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri Corynebacterium
diphtheria. Difteri bersifat ganas, mudah menular dan menyerang terutama saluran
nafas bagian atas. Penularannya bisa karena kontak langsung dengan penderita
melalui bersin atau batuk atau kontak tidak langsung karena adanya makanan yang
terkontaminasi bakteri difteri. Penderita akan mengalami beberapa gejala seperti
demam lebih kurang 38°C, mual, muntah, sakit waktu menelan dan terdapat
pseudomembran putih keabu-abuan di faring, laring, atau tonsil.
Pertusis merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh kuman Bordetella
Pertusis. Kuman ini mengeluarkan toksin yang menyebabkan ambang rangsang
batuk yang hebat dan lama. Serangan batuk lebih sering pada malam hari, batuk
terjadi beruntun dan akhir batuk menarik nafas panjang, biasanya disertai muntah.
Batuk bisa mencapai 1-3 bulan, oleh karena itu pertusis disebut juga dengan “batuk
seratus hari”. Tetanus merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi kuman
Clostridium tetani. Kuman ini bersifat anaerob, sehingga dapat hidup pada
lingkungan yang tidak terdapat zat asam (oksigen).
Tetanus dapat menyerang bayi, anak-anak bahkan orang dewasa. Pada bayi
penularan disebabkan karena pemotongan tali pusat tanpa alat yang steril atau
dengan cara tradisional dimana alat pemotong dibubuhi ramuan tradisional yang
terkontaminasi spora kuman tetanus. Pada anak-anak atau orang dewasa bisa
terinfeksi karena luka yang kotor atau luka terkontaminasi spora tetanus.
Hepatitis B Penyakit yang disebabkan oleh virus hepatitis B yang merusak hati
(penyakit kuning). Penularan secara horizontal:
Dari darah dan produknya
Suntikan yang tidak aman
Transfusi darah
Melalui hubungan seksual
Penularan secara vertical:
Dari ibu ke bayi selama proses persalinan
Gejala:
Merasa lemah
Gangguan perut
13
Gejala lain seperti flu, urin menjadi kuning, kotoranmenjadi pucat.
Warna kuning bisa terlihat pada mata ataupun kulit
Penyakit ini bisa menjadi kronis yang menimbulkan pengerasan hati (Cirrhosis
Hepatis), Kankerhati (Hepato Cellular Carsinoma) Dan menimbul-kan kematian.
Hemofilus Influenza tipe B (HIB) Salah satu bakteri yang dapat menyebabkan
infeksi dibeberapa organ seperti meningitis, epiglotitis, pneumonia, artritis, dan
selulitis. Banyak menyerang anak di bawah usia 5 tahun, terutama pada usia 6-1
tahun. Penularan nya melalui droplet ke nasofaring. Gejala nya seperti: selaput otak
akan timbul gejala menigitis (demam, kaku kuduk, kehilangan kesadaran), Pada paru
menyebabkan pneumonia (demam, sesak, Retraksi otot pernafasan), terkadang
menimbulkan gejala sisa berupa kerusakan alat pendengaran.
C. KONTRA INDIKASI
Kejang atau gejala kelainan otak pada bayi baru lahir atau kelainan saraf serius .
D. EFEK SAMPING
Reaksi lokal sementara seperti bengkak, nyeri dan kemerahan pada lokasi
suntikan disertaidemam dapat timbul dalam sejumlah besar kasus. Kadang-kadang
reaksi berat seperti demamtinggi, irritabilitas (rewel), dan menangis dengan nada
tinggi dapat terjadi dalam 24 jam setelahpemberian.
Penanganan efek samping:
Orang tua dianjurkan untuk memberikan minum lebih banyak (ASI atau sari
buah).
Jika demam pakaikan pakaian yang tipis.
Bekas suntikan yang nyeri dapat dikompres air dingin.
Jika demam berikan paracetamol 15 mg/kgBB setiap 3–4 jam (maksimal 6
kali dalam 24 jam).
Bayi boleh mandi atau cukup diseka dengan air hangat.
14
Jika reaksi memberat dan menetap bawa bayi ke dokter.
E. TEKNIK PEMBERIAN IMUNISASI DPT-HB-HIB
1) Alat yang perlu disiapkan
Sarung tangan bersih 1 pasang(untuk melindungi petugas)
Vaksin DTP-HB-Hib
Kapas DTT
Bak Instrumen
Bengkok
Safety Box
Tempat sampah
Larutan klorin dalam tempatnya
2) Langkah – langkah pemberian Imunisasi DTp-Hb-Hib
a) Memperkenalkan diri dan menjelaskan kepada ibu bayi mengenai prosedur
yang akan dilakukan.
b) Mencuci tangan menggunakansabun di bawah air mengalir.
c) Menggunakan sarung tangan.
d) Membuka tutup metal pada vaksindengan menggunakan pengait.
e) Menghisap vaksin dari vial denganmenggunakan spuit sebanyak 0,5 ml.
f) Meminta ibu untuk menggendon gbayi di atas pangkuan ibu dengan posisi
menghadap ke depan, seluruh kaki telanjang. Ibu sebaiknya memegang kaki
bayi.
g) Bersihkan kulit dengan kapas DTT,tunggu hingga kering.
h) Menentukan lokasi penyuntikan,yaitu di paha anterolateral
i) Pegang paha bayi dengan ibu jari danjari telunjuk, suntikkan jarum dengan
sudut 90° (intra-muskulair). Suntikkan pelan-pelan untuk mengurangi rasa
sakit.
j) Cabut jarum dengan cepat dan tekan bekas suntikan dengan kapas kering,
jangan melakukan pemijatan pada daerah bekas suntikan.
k) Masukkan alat suntik ke dalam safety box tanpa ditutup kembali (no
recapping).
l) Bereskan semua peralatan yang sudah digunakan.
15
m) Bersihkan sarung tangan dalam larutan klorin dan lepaskan secara terbalik,
masukkan ke dalam ember berisi larutan klorin.
n) Mencuci tangan setelah melakukan tindakan.
o) Menjelaskan reaksi yang timbulsetelah penyuntikan dan cara mengatasi reaksi
tersebut.
p) Dokumentasikan dan beritahukan hasil kepada ibu bayi dan kunjungan ulang.
BAB III
TINJAUAN KASUS
16
Jenis Kelamin : laki-laki
Anak Ke- : 1
B. Identitas Orang Tua
Nama Ibu : Ny. R Nama Ayah : Tn. G
Umur : 25 tahun Umur : 27 tahun
Pendidikan : SLTA Pendidikan : S1
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Karyawan Swasta
Agama : Islam Agama : Islam
Alamat : Suka Mulya Alamat : Suka Mulya
C. Alasan Kunjungan (Keluhan): ibu mengatakan ingin meng-imunisasikan anaknya
D. Riwayat Kesehatan
1. Riwayat Kesehatan Sekarang : ibu mengatakan bahwa anaknya dalam keadaan
baik dan sehat
2. Riwayat Kesehatan Yang Lalu : ibu mengatakan bahwa anaknya tidak memiliki
riwayat penyakit setelah dilahirkan
E. Riwayat Kesehatan Keluarga : ibu mengatakan keluarga tidak ada penyakit yang
menurun ataupun menular
F. Riwayat Kehamilan Dan Persalinan Yang Lalu:
G. Riwayat Imunisasi
TINGKAT PEMBERIAN
I II III IV
JENIS
IMUNISASI
17
HB0 24-02-2021
BCG 30-03-2021
Polio/IPV 30-03-2021 30-04-2021
DPT 30-04-2021
Campak
18
2. Mata : simetris, tidak ada infeksi, sclera tidak ikterik, konjungtiva tidak
anemis, dapat memberikan respon pada saat diberi rangsangan
sinar
cahaya
3. Muka : bulat, berwarna kemerahan
4. Hidung : simetris, tidak ada secret, tidak ada nafas cuping hidung
5. Mulut : bibir lembab, tidak ada kelainan labiozkiziz dan labiopalatozkiziz
6. Telinga : simetris, daun telinga sejajar dengan mata, bersih, reflek bayi
positif pada saat diberi rangsangan
7. Dada : tidak ada retraksi dada
8. Kulit : warna kemerahan
9. Ekstremitas Atas : simetris, tidak sidaktil atau polidaktil, gerakan aktif
10. Ekstremitas Bawah: simetris, tidak sidaktil atau polidaktil, gerakan aktif
III. ASSESSMENT
Diagnosa : By. M usia 2 bulan dengan imunisasi DPT-HB-HIB 1 dan polio 2
dalam keadaan baik
Masalah Potensial : Tidak Ada
Antisipasi Masalah Potensial : Tidak Ada
IV. PLANNING
1. Memberitahukan ibu dan keluarga bahwa anaknya dalam keadaan sehat dan bisa
diberikan imunisasi DPT-HB-HIB 1 dan polio 2
- Ibu dan keluarga terlihat senang
2. Memberitahu ibu manfaat imunisasi DPT-HB-HIB dan polio
- Ibu mengerti
3. Meberitahu ibu bahwa akan dilakukan penyuntikan di paha kiri dan juga akan diteteskan
imunisasi polio sebanyak 2 tetes dimulut bayi
- Ibu mengerti
4. Menjelaskan kepada ibu efek samping dari imunisasi DPT-HB-HIB dan polio. Efek
samping dari imunisasi DPT-HB-HIB yaitu bengkak dan nyeri ditempat penyuntikan
disertai demam ringan selama 1-2 hari
- Ibu mengerti dan tetap menyetujui imunisasi DPT-HB-HIB dan polio ini dilakukan
19
5. Menyiapkan vaksin DPT-HB-HIB dan polio
- Vaksin sudah siap
6. Menyuntikan vaksin DPT-HB-HIB di paha kiri secara intramuskular (IM) dan
meneteskan vaksin polio di mulut bayi
- Vaksin sudah diberikan
7. Memberikan obat untuk demamnya, diminum 3x1
- Ibu mengerti
8. Menganjurkan ibu untuk kunjungan ulang kembali 1 bulan kemudian pada tanggal 30
mei 2021 atau pada saat ada keluhan
- Ibu mengerti dan akan melakukannya
BAB IV
PENUTUP
4.1. KESIMPULAN
Menurut Marmi,S.ST (2012), imunisasi adalah suatu proses untuk membuat
sistem pertahanan tubuh kebal terhadap invasi mikroorganisme (bakteri dan virus)
yang dapat menyebabkan infeksi sebelum mikroorganisme tersebut memiliki
kesempatan untuk menyerang tubuh kita. Tujuan dari pemberian imunisasi adalah
menurunkan angka kesakitan, kematian serta kecacatan akibat Penyakit yang Dapat
Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I).
20
Imunisasi DPT adalah vaksinasi yang diberikan untuk menimbulkan kekebalan
aktif dalam waktu yang bersamaan terhadap penyakit difteri, pertusis (batuk rejan/
batuk seratus hari), dan tetanus. DPT merupakan vaksin yang mengandung racun
kuman difteri yang telah dihilangkan sifat racunnya, namun masih dapat
merangsang pembentukan zat anti (toksoid).
Efek samping dari imunisasi DPT ini yaitu reaksi lokal sementara seperti
bengkak, nyeri dan kemerahan pada lokasi suntikan disertai demam dapat timbul
dalam sejumlah besar kasus. Kadang-kadang reaksi berat seperti demam tinggi,
irritabilitas (rewel), dan menangis dengan nada tinggi dapat terjadi dalam 24 jam
setelah pemberian.
4.2. SARAN
Agar orang tua khususnya para ibu berperan serta dalam memberikan imunisasi
kepada anaknya dengan cara membawa anaknya mengikuti setiap imunisasi yang
diadakan diposyandu atau di tenaga kesehatan terdekat dan juga menjelaskan
pentingnya imunisasi dilakukan dengan tujuan memberikan kekebalan dan
mencegahsuatu penyakit tertentumulai dari imunisasi hepatitis, BCG, DPT, polio dan
campak.
DAFTAR PUSTAKA
Setiyani. A. Sukesi, dkk. 2016. Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi, Balita Dan Anak Pra
Sekolah. Jakarta: KEMENKES RI
Marini. Y. 2020. Konseling Pada Ibu Tentang Imunisasi DPT. Jurnal Kesehatan dan
Pembangunan. Vol 10(20) hal 96-105
21
Rohita. T. Siti Sopiah, dkk. 2019. Hubungan Sikap Ibu Yang Mempunyai Bayi Dengan
Pelaksanaan Imunisasi Dpt Di Puskesmas Kawali Kabupaten Ciamis Tahun 2018. Jurnal
Keperawatan Galuh. Vol 01(01) hal 45-56
Permata Sari. M, dkk. 2018. Gambaran Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi Pada Anak Yang
Mendapatkan Imunisasi Difteri Pertusis Dan Tetanus Di Puskesmas Seberang Padang
Kota Padang. Jurnal Kesehatan Andalas. Vol 07(03) hal 352-357
22