OLEH:
SALSABILLA VALESKA
P17324419034
TAHUN 2022
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-
Nya sehingga penulisan makalah ini dapat terselesaikan yang berjudul “Pijat
oksitosin pada ibu post partum”
Karena keterbatasan yang dimiliki, maka saran dan kritik yang membangun
sangat diharapkan, dan semoga makalah ini dapat menjadi titik sumbangan bagi
pengembangan ilmu pengetahuan.
Salsabilla Valeska
ii
DAFTAR ISI
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masa nifas disebut juga masa post partum atau puerperium adalah jangka
waktu antara lahirnya bayi dan plasenta lepas dari rahim sampai kembalinya
organ-organ reproduksi ke keadaan normal seperti sebelum melahirkan. Masa
nifas berlangsung selama enam minggu. (Lowdermilk, 2013). Pada masa nifas,
ibu akan mengalami beberapa perubahan, salah satunya perubahan pada
payudara. Payudara pada ibu nifas akan menjadi lebih besar, keras dan
menghitam disekitar puting, ini menandakan dimulainya proses menyusui.
Menyusui merupakan hal yang sangat penting bagi seorang ibu untuk buah
hatinya, karena ASI mempunyai banyak nutrisi yang berguna untuk kecerdasan
bayi. Menurut Utami (2005 dalam Widyasih, 2013), semua zat yang terkandung
dalam ASI seperti zat putih, lemak, karbohidrat, vitamin, mineral, zat
kekebalan, hormon, enzim dan sel darah putih sangat dibutuhkan oleh bayi
untuk tumbuh dan berkembang, selain itu, ASI juga berrmanfaat membantu
melindungi bayi dari penyakit-penyakit seperti diare, demam, kematian
mendadak dan melindungi terhadap alergi makanan (Khasanah, 2017).
Manfaat ASI tersebut akan diperoleh secara optimal apabila ibu
memberikan ASI ekslusif (tanpa makanan tambahan) selama enam bulan. Bayi
yang mendapatkan ASI eksklusif pada usia nol sampai kurang dari enam bulan,
secara nasional di Indonesia sebanyak 54,0% (Kemenkes RI, 2016), sedangkan
capaian ASI Ekslusif di Kota Yogyakarta pada tahun 2014 mencapai 54,9%.
Pada tahun 2015 cakupan ASI ekslusif di DIY mengalami peningkatan yaitu
73,7% (Dinkes DIY, 2016). Menurut Kemenkes RI (2017) cakupan pemberian
ASI pada bayi umur nol sampai lima bulan pada tahun 2016 di DIY sebanyak
70,9%. Beberapa faktor yang perlu diperhatikan agar ibu dapat menyusui secara
eksklusif, yaitu kesehatan, dukungan, istirahat dan rasa nyaman. Kesehatan ibu
memegang peran penting dalam produksi ASI. Ibu yang sakit, asupan makanan
kurang atau kekurangan darah untuk membawa nutrient yang akan diolah oleh
1
sel-sel acini payudara, menyebabkan produksi ASI akan menurun (Bahiyatun,
2009).
Pijat oksitosin adalah pijat disepanjang tulang belakang (vertebre) sampai
tulang costae kelima atau keenam. Pijat ini berfungsi untuk meningkatkan
oksitosin yang dapat menenangkan ibu, sehingga ASI pun keluar dengan
sendirinya (Biancuzzo, 2003; Roesli, 2009 dalam Afiani 2016). Sedangkan
menurut Mulyani (2009 dalam Wulandari 2014), pijat merupakan salah satu
terapi yang efektif untuk mengurangi ketidaknyamanan fisik serta memperbaiki
mood. Melalui pemijatan pada tulang belakang, neurotransmitter akan
merangsang medulla oblongata langsung mengirim pesan ke hipotalamus untuk
mengeluarkan oksitosin. Oksitosin menyebabkan otot-otot halus disekitar
kelenjar payudara mengkerut sehingga ASI keluar. Dengan pijat oksitosin ini
juga akan merileksasi ketegangan dan menghilangkan stress (Perinasia, 2007
dalam Wulandari, 2014).
Pijat oksitosin efektif dilakukan kali sehari pada hari pertama dan kedua
post partum, karena pada kedua hari tersebut ASI belum terproduksi cukup
banyak (Hartiningtiyaswati, 2015). Hal ini di dukung oleh penelitian yang
dilakukan oleh Setiowati (2017), tentang hubungan pijat oksitosin dengan
kelancaran produksi ASI pada ibu post partum fisiologis hari ke 2 dan ke 3,
menyatakan ibu post partum setelah diberikan pijat oksitosin mempunyai
produksi ASI yang lancar. Selain melancarkan produksi ASI, pijat ini juga dapat
mengurangi bengkak, mengurangi sumbatan ASI, mempertahankan produksi
ASI ketika ibu dan bayi sakit. (Mardiyaningsih, 2010 & Depkes RI, 2007 dalam
Wijayanti, 2014).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dibuat rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah “ Bagaimana penerapan pijat oksitosin ibu
menyusui pada masa post partum ?”
C. Tujuan
Untuk mengetahui bagaimana penerapan pijat oksitosin ibu menyusui pada
masa post partum
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pijat Oksitosin
Menurut Ummah (2014), pijat oksitosin adalah pijat relaksasi untuk
merangsang hormon oksitosin. Pijat yang lakukan disepanjang tulang vertebre
sampai tulang costae kelima atau keenam. pijat oksitosin merupakan salah satu
solusi untuk mengatasi ketidaklancaran produksi ASI. Menurut Depkes RI
(2007 dalam Setiowatii, 2017), pijat okitosin dilakukan dengan cara memijat
pada daerah punggung sepanjang kedua sisi tulang belakang sehingga
diharapkan ibu akan merasakan rileks dan kelelahan setelah melahirkan akan
hilang.
B. Mekanisme Pijat Oksitosin
Pijat oksitosin adalah pijat yang dilakukan disepanjang tulang belakang
(vertebre) sampai costae ke lima atau keenam (Ummah, 2014). Melalui
pemijatan pada tulang belakang, neurotransmitter akan merangsang medulla
oblongata langsung mengirim pesan ke hipotalamus untuk mengeluarkan
oksitosin. Dengan pijat oksitosin ini juga akan merileksasi ketegangan dan
menghilangkan stress serta meningkatkan rasa nyaman (Perinasia, 2007 dalam
Wulandari, 2014). Saat ibu merasa nyaman atau rileks, tubuh akan mudah
melepaskan hormon oksitosin. Hormon oksitosin diproduksi oleh kelenjar
hipofisi posterior.
Setelah diproduksi oksitosin akan memasuki darah kemudian merangsang
sel-sel meopitel yang mengelilingi alveolus mammae dan duktus laktiferus.
Kontraksi sel-sel meopitel mendorong ASI keluar dari alveolus mammae
melalui duktus laktiferus menuju ke sinus laktiferus dan disana ASI akan
disimpan. Pada saat bayi menghisap puting susu, ASI yang tersimpan di sinus
laktiferus akan tertekan keluar kemulut bayi (Widyasih, 2013). Hasil penelitian
Setiowati pada tahun 2017, tentang tentang hubungan pijat oksitosin dengan
kelancaran produksi ASI pada ibu post partum fisiologis hari ke 2 dan ke 3,
menyatakan ibu post partum setelah diberikan pijat oksitosin mempunyai
prosduksi ASI yang lancar. Hasil penelitian lain yang dilakukan oleh Ummah
3
(2014), tentang pijat oksitosin untuk mempercepat pengeluaran ASI pada pasca
salin normal di dusun Sono, didapatkan hasil rata-rata ASI pada ibu post partum
yang diberikan pijat oksitosin lebih cepat dibandingkan ibu post partum yang
tidak diberi pijat oksitosin.
C. Manfaat Pijat Oksitosin
Pijat oksitosin mempunyai beberapa manfaat yang sangat membantu bagi
ibu setelah persalinan. Seperti yang dilajelaskan oleh Mulyani (2009), dalam
Wulandari, 2014), pijat oksitosin dapat mengurangi ketidak nyamanan fisik
serta memperbaiki mood. Pijat yang dilakukan disepanjang tulang belakang ini
juga dapat merileksasikan ketegangan pada punggung dan menghilangkan stres
sehingga dapat memperlancar pengeluaran ASI. Sedangkan menurut Depkes RI
(2007, dalam Wijayanti, 2014), pijat oksitosin dapat mengurangi bengkak,
mengurangi sumbatan ASI dan mempertahankan produksi ASI ketika ibu dan
bayi sakit.
D. Indikasi Pijat Oksitosin
Indikasi pijat oksitosin dalah ibu post partum dengan gangguan produksi ASI
E. Pelaksanaan Tindakan Pijat Oksitosin
Pijat oksitosin dilakukan dua kali sehari, setiap pagi dan sore. Pijat ini
dilakukan selama 15 sampai 20 menit (Sari, 2015). Pijat ini tidak harus selalu
dilakukan oleh petugas kesehatan. Pijat oksitosin dapat dilakukan oleh suami
atau keluarga yang sudah dilatih. Keberadaan suami atau keluarga selain
membantu memijat pada ibu, juga memberikan suport atau dukungan secara
psikologis, membangkitkan rasa percaya diri ibu serta mengurangi cemas.
Sehingga membantu merangsang pengeluaran hormon oksitosin Langkah-
langkah yang dilakukan yaitu yang pertama ibu melepas pakian bagian atas dan
bra, pasang handuk di pangkuan ibu, kemudian posisi ibu duduk dikursi
(gunakan kursi tanpa sandaran untuk mem udahakan penolong atau pemijat),
kemudian lengan dilipat diatas meja didepannya dan kepala diletakkan diatas
lengannya, payudara tergantung lepas tanpa baju. Melumuri kedua telapak
tangan menggunakan minyak atau baby oil Selanjutnya penolong atau pemijat
memijat sepanjang tulang belakang ibu dengan menggunakan dua kepal tangan,
4
dengan ibujari menunjuk ke depan dan menekan kuat-kuat kedua sisi tulang
belakang membentuk gerakan-gerakan melingkar kecil-kecil dengan kedua
ibujari. Pada saat bersamaan, pijat ke arah bawah pada kedua sisi tulang
belakang, dari leher kearah tulang belikat. Evaluasi pada pemijatan oksitosin
dilakukan (Depkes RI, 2007 dalam Trijayati, 2017).
5
BAB III
TINJAUAN KASUS
B. KELUHAN
Ibu mengaku telah melahirkan anak pertamanya 1 hari yang lalu mengeluh
ASI nya belum keluar
6
Penyulit : tidak ada
E. RIWAYAT KESEHATAN
1. Riwayat penyakit yang pernah/ sedang diderita : tidak ada
2. Riwayat penyakit keluarga : tidak ada
3. Riwayat alergi : tidak ada
4. Riwayat operasi : tidak ada
F. RIWAYAT KONTRASEPSI
Jenis Kontrasepsi : Belum pernah KB
Rencana KB yang akan datang : suntik KB 3 bulan
G. AKTIVITAS SEHARI-HARI
1. Diet
a. Nutrisi
a) Pola makan : 3x/hari
b) Porsi makan : 1 piring sedang habis
c) Jenis makanan yang dikonsumsi : nasi, sayur, dan ayam
d) Makanan yang dipantang : tidak ada
e) Perubahan pola makan : tidak ada
f) Alergi : tidak ada
b. Hidrasi
a) Minum dalam sehari : 2 liter/hari
b) Jenis minuman yang dikonsumsi : air putih
2. Istirahat dan Tidur
7
Siang : belum tidur siang
Malam : belum tidur malam
Masalah : belum bisa tidur
3. Personal Hygiene
a. Mandi : 2x/hari
b. Gosok Gigi : 2x/hari
c. Ganti pembalut : 3x/hari
d. Vulva Hygiene : 3x/hari
e. Ganti Pakaian Dalam : 2x/hari
f. Ganti pakaian : 2x/hari
4. Pola seksual
a. Rencana hubungan seksual : setelah 40 hari
b. Alasan : setelah selesai masa nifas
5. Eliminasi
a. BAK : 5x/hari
Banyaknya : Banyak
Masalah : Tidak ada
b. BAB : 1/hari
Kosistensi : lunak
6. Perilaku Kesehatan
a.Obat-obatan yang sedang dikonsumsi: Fe
b.Obat-obatan yang pernah dikonsumsi: Fe
c.Obat-obatan terlarang : Tidak ada
d.Alkohol : Tidak ada
e.Merokok : Tidak ada
7. Aktivitas dan mobilisasi
a. Aktivitas yang sudah dilakukan :berjalan
b. Mobilisasi :miring kanan, kiri dan duduk
8
E.KEADAAN PSIKOLOGIS DAN SOSIAL
1. Keadaan psikologis : Baik
2. Hubungan dengan suami : Baik
3. Hubungan dengan anggota keluarga : Baik
4. Tanggapan keluarga atas kelahiran bayi : Bahagia
5. Hubungan dengan lingkungan : Baik
6. Keadaan spiritual : Baik
7. Tanggapan ibu terhadap kelahiran anak: Bahagia
8. Rencana menyusui : ASI Eksklusif
9
3. Mata
Inspeksi
Simetris : simetris
Konjungtiva : merah muda
Sclera : putih
4. Hidung
Kebersihan : bersih
Polip : tidak ada
Kelainan : tidak ada
5. Telinga
Simetris : simetris
Kebersihan : terlihat bersih
Kelainan : tidak ada
6. Mulut
Warna : merah muda
Lidah : merah muda
Warna gigi : putih
7. Leher
Pembengkakan kelenjar tyroid : tidak ada pembengkakan kelenjar
tyroid
Pembengkakan KGB : tidak ada pembengkakan KGB
Pembengkakan vena jugularis : tidak ada pembengkakan vena
jugularis
8. Dada
Payudara
a. Inspeksi :Simetris/tidak : simetris
Benjolan : tidak teraba benjolan
Hyperpigmentasi : ada
Putting susu : menonjol
b. Palpasi : Benjolan : tidak teraba ada benjolan
10
Colostrum : tidak terlihat
Pembesaran KGB Axilla : tidak ada pembesaran
KGB Axilla
9. Abdomen
a. Inspeksi
Bentuk perut : simetris
Sikatrik bekas operasi : tidak ada
Striae : ada
Hyperpigmentasi : terlihat ada hyperpigmentasi
b. Palpasi
TFU : 2 jari dibawah pusat
Diastasis rekti : baik
Konsistensi uterus: keras
10. Ekstrimitas Atas
Inspeksi
Oedema : tidak terlihat oedema
Capillary refill : kembali kurang dari 2 detik
11
Pengeluaran : lochea rubra
Luka perineum : ada
Keadaan luka perineum : basah
b. Palpasi
Oedema : tidak teraba
Varises : tidak teraba
Pembesaran kelenjar Bertholin : tidak teraba
Pengeluaran : lochea rubra
Luka perineum : ada
13. Anus: Haemorroid : tidak
3. ASSESMENT (A)
Diagnosa : Ibu P1A0 post partum 1 hari dalam keadaan baik
Masalah : belum keluar ASI
Kebutuhan : pijat oksitosin
Masalah Potensial : Tidak ada
Antisipasi Masalah : Tidak ada
4. PENATALAKSANAAN (P)
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa kondisi ibu dalam keadaan
baik. Ibu terlihat senang mendengar hal tersebut.
2. Memberitahu ibu bahwa keluhan ibu yaitu belum keluar ASI dapat
disebabkan karena kurang rangsangan dari bayi ibu. Ibu mengerti dan
paham
3. Memberitahu ibu akan dilakukan pemijatan oksitosin. Pijat oksitosin
ialah pijat relaksasi untuk merangsang hormon oksitosin. Pijat yang
lakukan disepanjang tulang vertebre sampai tulang costae kelima atau
keenam. pijat oksitosin merupakan salah satu solusi untuk mengatasi
ketidaklancaran produksi ASI. Pijat oksitosin mempunyai beberapa
manfaat yang sangat membantu bagi ibu setelah persalinan dapat
12
mengurangi ketidak nyamanan fisik serta memperbaiki mood.ASI. ibu
dan keluarga mengerti dan paham.
4. Melakukan pemijatan oksitosin selama 15 menit dengan dilihat oleh
suami. Dan anjurkan suami untuk mengulang pijatan jika tidak ada
bidan yang jaga, beritahu suami ibu pijat oksitosin ini dapat dilakukan
setiap pagi atau sore dua kali sehari. Ibu dan suami mengerti dan
bersedia melakukannya.
5. Memberikan kebutuhan nutrisi dan cairan dengan memberitahu ibu dan
keluarga makan dengan pola gizi seimbang 3x/hari dengan porsi makan
lebih banyak dari sebelum hamil dengan menu lengkap nasi, lauk pauk,
sayuran dan buah-buahan serta minum minimal 3 liter perhari (14
gelas/hari). Ibu dan keluarga mengerti, mampu dan akan melakukannya
6. Memberikan kebutuhan pola istirahat dengan memberitahu ibu istirahat
yang cukup minimal 8 jam pada malam hari dan 1 jam pada siang hari
dan tidak ada larangan untuk tidur disiang hari, ibu bisa tidur saat bayi
tidur. Ibu dan keluarga mengerti dan akan melakukannya
7. Memberikan kebutuhan personal hygiene dengan memberitahu ibu
untuk menjaga kebersihan dirinya, mandi minimal 2x/hari serta mencuci
tangan sebelum dan sesudah membersihkan vulva, membersihkan vulva
dari depan kebelakang dengan air bersih, lalu mengeringkannya, dan
mengganti pembalut minimal 4 jam sekali serta tidak menambahkan
ramuan apapun pada luka perineum karena akan menyebabkan infeksi.
Ibu mengerti dan mengatakan akan melakukannya.
8. Memberitahu ibu teknik menyusui yang benar yaitu, ibu dalam posisi
nyaman kepala dan badan bayi dalam satu garis lurus, wajah bayi
menghadap payudara, hidung berhadapan dengan puting, ibu memeluk
atau menyangga bayi, sebagian besar aerola masuk ke mulut bayi, mulut
bayi terbuka lebar dan dagu menyentuh payudara, mencuci tangan
sebelum dan sesudah menyesui serta membersihkan payudara dengan
kain atau kapas yang dibasahi air bersih. Ibu mengerti dan akan
melakukannya.
13
9. Memberitahu ibu dan keluarga agar segera membawa ibu ke fasilitas
kesehatan terdekat jika terjadi tanda bahaya nifas:
a. Perdarahan hebat dari jalan lahir
b. Keluar cairan berbau dari jalan lahir
c. Sakit kepala hebat disertai pandangan kabur
d. Bengkak pada kaki, tangan dan wajah disertai sakit kepala dan
atau kejang
e. Payudara bengkak, memerah atau terasa nyeri
f. Demam tinggi
g. Ibu mengalami depresi (antara lain menangis tanpa sebab dan
tidak peduli pada bayinya).
Ibu dan keluarga mengerti dan akan segera membawa ibu ke
fasilitaskesehatan bila terjadi salah satu tanda bahaya nifas tersebut.
10. Memberitahu ibu bahwa akan dilakukan kunjungan nifas pada hari ke 5.
Ibu mengerti dan mengatakan bersedia untuk dikunjungi.
14
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Menurut Ummah (2014), pijat oksitosin adalah pijat relaksasi untuk
merangsang hormon oksitosin. Pijat yang lakukan disepanjang tulang
vertebre sampai tulang costae kelima atau keenam. pijat oksitosin
merupakan salah satu solusi untuk mengatasi ketidaklancaran produksi ASI.
Pijat oksitosin mempunyai beberapa manfaat yang sangat membantu
bagi ibu setelah persalinan. Seperti yang dilajelaskan oleh Mulyani (2009),
dalam Wulandari, 2014), pijat oksitosin dapat mengurangi ketidak
nyamanan fisik serta memperbaiki mood.
Indikasi pijat oksitosin dalah ibu post partum dengan gangguan
produksi
ASI. Pijat oksitosin dilakukan dua kali sehari, setiap pagi dan sore. Pijat ini
dilakukan selama 15 sampai 20 menit (Sari, 2015).
B. Saran
Setelah dibuatnya makalah ini diharapkan para mahasiswi
kebidanan dapat lemih mengerti dan memahami mengenai pijat oksitosin,
sehingga dapat menjadi seorang tenaga kesehatan yang peduli terhadap
kesehatan ibu nifas.
15
DAFTAR PUSTAKA
Astuti, R. P., Rusmil, K., Parmadi, W., Mose, J. C., Sulaeman, J., et al. 2015,
Pengaruh Pijat Oksitosin dan Memerah ASI terhadap Produksi ASI pada
Ibu Postpartum dengan Seksio Sesarea, Jurnal Pendidikan dan Pelayanan
Kebidanan Indonesia, Vol 2 No 1 hal 1-7, diakses pada tanggal 15 Januari
2018, http://ijemc.com
Bahiyatun 2009, Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas Normal, EGC, Jakarta.
Bulechek, G. M., Butcher H. K., Dochterman J. M., Wagner C. 2016, Nursing
Interventions Classification (NIC), 6th edition, Mocomedia, Yogyakarta.
Bobak, Lowdermilk, Jensen 2005, Buku Ajar Keperawatan Maternitas, EGC
Jakarta.
16