Anda di halaman 1dari 51

LAPORAN PENDAHULUAN

PEMASANGAN INFUS

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktik Stase KDPK

Disusun Oleh:
Nama : Kiswati
Nim : 2209064

PROGRAM STUDI PROFESI BIDAN


UNIVERSITAS KARYA HUSADA SEMARANG
2022/2023
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Pendahuluan

Pemasangan Infus

Disusun Oleh:

Kiswati
2209064

Menyetujui,

Pembimbing Akademik Pembimbing CI

(Vita Triani Adhi P, S. SiT. M. KM) (Luky Prihatin Ning Rahayu, Amd. Keb)

Mengetahui

Ketua Program Studi Profesi Bidan

(Lestari Puji Astuti, S.ST, M.Tr.Keb)

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan
tugas laporan pendahuluan dengan temapemasangan infus.

Penulis menyadari penyusunan laporan pendahuluan ini berkat adanya bantuan dan
dukungan dari berbagai pihak.Untuk itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima
kasih kepada seluruh rekan yang membantu dalam penyusunan laporan ini.

Penulis menyadari laporan pendahuluan ini masih jauh dari katasempurna oleh karena
itu kritik dan saran yang membangun penulis harapkan untuk bahan perbaikan di kemudian
hari.

Akhir kata semoga laporan pendahuluanini dapat bermanfaat bagi semua pembaca.

Semarang, 07 Desember 2022

Penyusun

3
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN....................................................................................ii
KATA PENGANTAR...............................................................................................iii
DAFTAR ISI..............................................................................................................iv
BAB I TINJAUAN TEORI........................................................................................5
BAB II TINJAUAN TEORI ASUHAN KEBIDANAN............................................38
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................42

4
BAB I

TINJAUAN TEORI

A. TINJAUAN TEORI MEDIS


1. Pengertian Kehamilan
Kehamilan merupakan proses fisiologis bagi wanita yang dimulai
dengan proses fertilisasi kemudian janin berkembang didalam uterus dan
berahir dengan kehamilan (Widatiningsih and Dewi 2017). Kehamilan
baru bisa terjadi jika seorang wanita sudah mengalami pubertas yang
ditandai dengan terjadinya menstruasi. Menurut Yanti (2017), kehamilan
adalah suatu keadaan di dalam rahim seorang wanita terdapat hasil
konsepsi (pertemuan ovum dan spermatozoa).
Menurut Federasi Obstetri Ginekologi Internasional, kehamilan
didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan
ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila dihitung dari
saat fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan berlangsung
dalam waktu 40 minggu atau 10 bulan atau 9 bulan menurut kalender
internasional. Kehamilan terbagi dalam 3 trimester, dimana trimester
kesatu berlangsung dalam 12 minggu, trimester kedua 15 minggu
(minggu ke-13 hingga ke-27), dan trimester ketiga 13 minggu (minggu
ke-28 hingga ke-40) (Sarwono Prawirohardjo 2014).
Kehamilan trimester 1 adalah kehamilan dengan usia 0-12 minggu
dimulai sejak terjadinya fertilisasi sampai masa kehamilan mencaai usia
12 minggu. Kehamilan Trimester pertama adalah pembentukan yang
dimulai dari konsepsi (pembuahan) sel telur dengan sel sperma (Fauziah
& Sutejo, 2012). Sedangkan menurut Rahmasari (2012) Kehamilan
adalah suatu proses pembuahan yang terjadi dengan sempurna dengan
mencakup usia kehamilan minggu 1 hingga minggu 12 masa kehamilan.

5
2. Tanda Gejala

Menurut Manuaba (2012), untuk dapat menegakkan kehamilan


ditetapkan dengan melakukan penilaian terhadap beberapa tanda dan
gejala kehamilan, yaitu sebagai berikut :
a. Tanda Dugaan Kehamilan
1) Amenorea
Pada wanita hamil terjadi konsepsi dan nidasi yang
menyebabkan tidak terjadi pembentukan Folikel de graff dan
ovulasi .Hal ini menyebabkan terjadinya amenorea pada seorang
wanita yang sedang hamil.Dengan mengetahui hari pertama haid
terakhir (HPHT) dengan perhitungan Neagle dapat ditentukan
hari perkiraan lahir (HPL) yaitu dengan menambah tujuh pada
hari, mengurangi tiga pada bulan, dan menambah satu pada
tahun.
2) Mual dan Muntah
Pengaruh estrogen dan progesteron menyebabkan
pengeluaran asam lambung yang berlebihan.Mual dan Muntah
pada pagi hari disebut morning sickness.Dalam batas yang
fisiologis keadaan ini dapat diatasi. Akibat mual dan muntah
nafsu makan berkurang.
3) Ngidam
Wanita hamil sering menginginkan makanan tertentu,
keinginan yang demikian disebut ngidam.Perubahan hormon
dalam tubuh ibu hamil membuat indra penciuman dan perasa
menjadi lebih sensitif. Hal inilah yang diduga menjadi penyebab
ibu hamil tiba-tiba menyukai makanan yang sebelumnya tidak
disukainya.
4) Sinkope atau pingsan
Terjadinya gangguan sirkulasi ke daerah kepala (sentral)
menyebabkan iskema susunan saraf pusat dan menimbulkan

6
sinkope atau pingsan. Keadaan ini menghilang setelah usia
kehamilan 16 minggu.
5) Payudara Tegang
Pengaruh hormon estrogen, progesteron, dan
somatomamotrofin menimbulkan deposit lemak, air, dan garam
pada payudara.Payudara membesar dan tegang.Ujung saraf
tertekan menyebabkan rasa sakit terutama pada hamil pertama.
6) Sering Miksi (Sering BAK)
Desakan rahim kedepan menyebabkan kandung kemih
cepat terasa penuh dan sering miksi.Sering BAK juga bisa
disebabkan perubahan hormon. Setelah embrio berada di uterus,
tubuh mulai memproduksi hormon hCG (human chorionic
gonadotropin), yang memicu ibu hamil sering buang air
kecil.Pada triwulan kedua, gejala ini sudah menghilang.
7) Konstipasi atau Obstipasi
Pengaruh hormon progesteron menyebabkan relaksasi
otot akibatnya dapat menghambat peristaltik usus, menyebabkan
kesulitan untuk buang air besar.
8) Pigmentasi Kulit
Terdapat pigmentasi kulit disekitar pipi (cloasma
gravidarum). Pada dinding perut terdapat striae albican, striae
livide dan linea nigra semakin menghitam. Pada sekitar
payudara terdapat hiperpigmintasi pada bagian areola mammae,
puting susu makin menonjol.
9) Epulis
Epulis ini merupakan pembesaran gusi yang berkembang
selama kehamilan. Sebanyak 0,2–5 persen ibu hamil mengalami
epulis gravidarum.Faktor kehamilan yang menyebabkan
keseimbangan hormonal, terutama estrogen dan
progesteron.Peningkatan konsentrasi hormon estrogen dan
progesteron pada masa kehamilan ternyata mempunyai efek

7
lain, yaitu pelebaran pembuluh darah yang mengakibatkan
bertambahnya aliran darah. Akibatnya gusi menjadi lebih merah,
bengkak dan mudah berdarah
10) Varices
Karena pengaruh dari hormon estrogen dan progesteron
terjadi penampakan pembuluh darah vena, terutama bagi mereka
yang mempunyai bakat.Penampakan pembuluh darah terjadi
pada sekitar genetalia, kaki, betis, dan payudara.Penampakan
pembuluh darah ini menghilang setelah persalinan
b. Tanda Tidak Pasti Kehamilan
1) Perut Membesar
Setelah kehamilan 14 minggu, rahim dapat diraba dari luar dan
mulai pembesaran perut.
2) Pada pemeriksaan dalam di temui :
a) Tanda Hegar yaitu perubahan pada rahim menjadi lebih
panjang dan lunak sehingga seolah-olah kedua jari dapat
saling bersentuhan.
b) Tanda Chadwicks yaitu vagina dan vulva mengalami
peningkatan pembuluh darah sehingga makin tampak dan
kebiru-biruan karena pengaruh estrogen.
c) Tanda Piscaceks yaitu adanya pelunakan dan pembesaran
pada unilateral pada tempat implantasi (rahim).
d) Tanda Braxton Hicks yaitu adanya kontraksi pada rahim
yang disebabkan karena adanya rangsangan pada uterus.
3) Pemeriksaan test kehamilan positif.
Cara khas yang dipakai dengan menentukan adanya human
chorionic gonadotropin pada kehamilan muda adalah air
kencing pertama pada pagi hari. Dengan tes ini dapat
membantu menentukan diagnosa kehamilan sedini mungkin.
c. Tanda Pasti Kehamilan

8
1) Gerakan janin dalam rahim yang dapat dilihat, dirasa atau diraba,
juga bagian-bagian janin.
2) Terlihat dan teraba gerakan janin, teraba bagian-bagian janin.
3) Denyut jantung janin
Didengar dengan stetoskop Laenec, alat Kardiotografi, dan
Doppler.Dilihat dengan ultrasonografi.
a) Perubahan Fisiologis pada Ibu Hamil
b) Diagnosa Kehamilan
c) Diagnosa Banding Kehamilan antara Primipara dan Multipara
d) Usia Kehamilan

3. Tahapan / Patofisiologis Klinis


Menurut Manuaba (2012), peristiwa terjadinya kehamilan di
antaranya yaitu:
a. Ovulasi
Ovulasi adalah proses pelepasan ovum yang dipengaruhi oleh
sistem hormonal. Dengan pengaruh FSH, folikel primer mengalami
perubahan menjadi folikel de Graaf yang menuju ke permukaan
ovum disertai pembentukan cairan folikel. Selama pertumbuhan
menjadi folikel de graaf, ovarium mengeluarkan hormon estrogen
yang dapat mempengaruhi gerak dari tuba yang makin mendekati
ovarium, gerak sel rambut lumen tuba makin tinggi, sehingga
peristaltic tuba makin aktif,
yangmengalirmenujuuterus.DenganpengaruhLHyangsemakin besar
dan fluktusi yang mendadak, terjadi proses pelepasan ovum yang
disebut ovulasi. Ovum yang dilepaskan akan ditangkap oleh
fimbriae, dan ovum yang ditamngkap terus berjalan mengikuti tuba
menuju uterus dalam bentuk pematangan yang siap untuk dibuahi.
b. Konsepsi
Merupakan pertemuan antara inti ovum dengan inti
spermatozoa yang nantinya akan membentuk zigot. Konsepsi adalah

9
pertemuan antara ovum matang dan sperma sehat yang
memungkinkan terjadinya kehamilan. Konsepsi ini dapat terjadi jika
terpenuhi beberapa kriteria, yaitu sebagai berikut:
1) Senggama harus terjadi pada bagian siklus reproduksi wanita
yang tepat
2) Ovarium wanita harus melepaskan ovum yang sehat pada saat
ovulasi
3) Pria harus mengeluarkan sperma yang cukup normal dan sehat
selama ejakulasi
4) Tidak ada barrier atau hambatan yang mencegah sperma
mencapai, melakukan penetrasi, dan sampai akhirnya membuahi
ovum.
c. Nidasi atau implantasi
Setelah terbentuknya zigot yang dalam beberapa jam telah
mampu membelah dirinya menjadi dua dan seterusnya serta berjalan
terus menuju uterus, hasil pembelahan sel memenuhi seluruh
ruangan dalam ovum, maka terjadilah proses penanaman blastula
yang di namakan nidasi atau implantasiyang berlangsung pada hari
ke 6 sampai 7 setelah konsepsi (Manuaba, 2012)
d. Pembentukan plasenta
Terjadinya nidasi mendorong sel blastula mengadakan
diferensisi, sel yang dekat dengan ruangan eksoselom membentuk
kantong kuning telur sedangkan sel lain membentuk ruangan
amnion, sedangkan plat embrio terbentuk diantara dua ruangan
amnion dan kantong kuning telur tersebut. Ruangan amnion dengan
cepat mendekati korion sehingga jaringan yang terdapat diantara
amnion dan embrio padat dan berkembang menjadi talipusat.Vili
korealis menghancurkan desidua sampai pembuluh darah vena mulai
pada hari ke 10 sampai 11 setelah konsepsi sedangkan arteri pada
hari ke 14 sampai 15. Bagian desidua yang tidak dihancurkan akan
membentuk plasenta 15- 20 kotiledon maternal, pada janin plasenta

10
akan dibagi menjadi sekitar 200 kotiledon fetus dan setiap kotiledon
fetus terus bercabang dan mengambang ditengah aliran darah yang
nantinya berfungsi untuk memberikan nutrisi dan
pertumbuhan(Manuaba, 2012).
4. Perubahan Fisiologis Kehamilan Trimester I
a. Sistem Reproduksi
1) Uterus
Perubahan yang amat jelas pada anatomi maternal adalah
perbesaran uterus untuk menyimpan bayi yang sedang tumbuh.
Uterus akan bertambah besar, beratnya meningkat dari 30 gram
menjadi 1000 gram dengan ukuran 32x24x22 cm dengan
kapasitas 4000 cc.
Penyebab pembesaran uterus adalah peningkatan
vaskularisasi dan dilatasi pembuluh darah, hiperplasia dan
hipertrofi, perkembangan desidua (Kumalasari, 2015).Perbesaran
ini disebabkan oleh hypertrofi dari otot-otot rahim, tetapi pada
kehamilan muda terbentuk serabut-serabut otot yang
berhubungan, termasuk jaringan fibroelastik, darah dan
saraf.Pertumbuhan jaringan uterus pada masa awal kehamilan
disebabkan oleh hormon esterogen yang merangsang serabut otot
dan menyebabkan dinding rahim menebal.Pertumbuhan uterus ini
disebut pertumbuhan aktif.
Pada masa kehamilan uterus menjadi mudah teraba.Pada
minggu pertama, isthmus rahim mengalami hypertrofi dan
bertambah panjang, sehingga bila diraba terasa lebih lunak.Hal ini
disebut tanda Hegar’s pada kehamilan.
2) Vagina dan Vulva
Hormon estrogen mempengaruhi sistem reproduksi
sehingga terjadi peningkatan vaskularisasi dan hyperemia pada
vagina dan vulva. Peningkatan vaskularisasi menyebabkan warna

11
kebiruan pada vagina yang disebut dengan tanda Chadwick
(Kumalasari, 2015).
3) Ovarium
Selama kehamilan ovulasi berhenti. Pada awal kehamilan
masih terdapat korpus luteum graviditatum dengan diameter
sebesar 3 cm. Setelah plasenta terbentuk korpus luteum
graviditatum mengecil dan korpus luteum mengeluarkan hormone
estrogen dan progesteron (Kumalasari, 2015).
4) Serviks Uteri
Serviks bertambah vaskularisasinya dan menjadi lunak
(Soft) yang disebut dengan tanda Goodell.Kelenjar endoservikal
membesar dan mengeluarkan banyak cairan mucus. Oleh karena
pertambahan dan pelebaran pembuluh darah, warna menjadi livid
yang disebut dengan tanda Chadwick (Mochtar, 1998 dalam
Dewi, 2011).
b. Sistem Integumen
Pada kulit terjadi hiperpigmentasi yang dipengaruhi hormone
Melanophore Stimulating Hormone di Lobus Hipofisis anterior dan
pengaruh kelenjar suprarenalis (Kamariyah, 2014). Sehubungan
dengan tingginya kadar hormonal, maka terjadi peningkatan
pigmentasi selama kehamilan. Ketika terjadi pada kulit muka dikenal
sebagai cloasma. Linea Alba adalah garis putih tipis yang
membentang dari simfisis pubis sampai umbilikus, dapat menjadi
gelap yang biasa disebut Line Nigra (Dewi, 2011). Pada primigravida
panjang linea nigra mulai terlihat pada bulan ketiga dan terus
memanjang seiring dengan meningginya fundus. Pada Muligravida
keseluruhan garis munculnya sebelum bulan ketiga (Kamariyah,
2014). Striae Gravidarum yaitu renggangan yang dibentuk akibat
serabut-serabut elastic dari lapisan kulit terdalam terpisah dan putus.
Hal ini mengakibatkan pruritus atau rasa gatal (Kumalasari, 2015)

12
Kulit perut mengalami perenggangan sehingga tampak retak-
retak, warna agak hyperemia dan kebiruan disebut striae lividae
(timbul karena hormone yang berlebihan dan ada
pembesaran/perenggangan pada jaringan menimbulkan perdarahan
pada kapiler halus di bawah kulit menjadi biru). Tanda regangan
timbul pada 50% sampai 90% wanita selama pertengahan kedua
kehamilan setelah partus berubah menjadi putih disebut striae albikans
(biasanya terdapat pada payudara, perut, dan paha) (Kamariyah, 2014)
c. Sistem Endokrin
Pada ovarium dan plasenta, korpus luteum mulai menghasilkan
estrogen dan progesterone dan setelah plasenta terbentuk menjadi
sumber utama kedua hormone tersebut.Kelenjar tiroid menjadi lebih
aktif. Kelenjar tiroid yang lebih aktif menyebabkan denyut jantung
yang cepat, jantung berdebar-debar (palpitasi), keringat berlebihan
dan perubahan suasana hati. Kelenjar paratiroid ukurannya meningkat
karena kebutuhan kalsium janin meningkat sekitar minggu ke 15-35.
Pada pankreas sel-selnya tumbuh dan menghasilkan lebih banyak
insulin untuk memenuhi kebutuhan yang meningkat (Kumalasari
2015).
d. Sistem Kardiovaskuler (Sirkulasi Darah)
Pada volume darah, volume darah total dan volume plasma darah
naik pesat sejak akhir timester pertama. Berkaitan dengan sistem
sirkulasi darah, Rustam (2010) mengatakan bahwa tekanan darah
arteri cenderung menurun terutama selama trimester kedua, dan
kemudian akan naik lagi seperti pada pra-hamil. Tekanan vena dalam
batas-batas normal pada ekstremitas atas dan bawah, cenderung naik
setelah akhir trimester pertama. Distribusi aliran darah dipengaruhi
oleh resistensi vaskuler total. Renal blood flow meningkat sekitar 30%
pada trimester pertama dan menetap atau sedikit menurun sampai
melahirkan. Aliran darah kekulit meningkat 40-50% yang berfungsi

13
untuk menghilangkan panas. Total cairan tubuh saat hamil meningkat
6-8 liter yang sebagian besar berada pada ekstraseluler.
e. Sistem Muskuloskeletal
Pengaruh dari peningkatan estrogen, progesterone, dan elastin
dalam kehamilan menyebabkan kelemahan jaringan ikat serta
ketidakseimbangan persendian. Persendian panggul akan terasa lebih
longgar, karena ligamen-ligamen melunak (softlistening). Juga terjadi
sedikit pelebaran pada ruang persendian. Apabila pemberian makanan
tidak dapat memenuhi kebutuhan kalsium janin, kalsium maternal
pada tulang-tulang panjang akan berkurang untuk memenuhi
kebutuhan ini. Bila konsumsi kalsium cukup, gigi tidak akan
kekurangan kalsium.
Kram otot-otot tungkai dan kaki merupakan masalah umum
selama kehamilan, hal tersebut terjadi kemungkinan berhubungan
dengan metabolisme kalsium dan fosfor, kurangnya drainase sisa
metabolisme otot, atau postur yang tidak seimbang. Kram biasanya
terjadi setelah berdiri sepanjang hari dan pada malam hari setelah
tubuh istirahat.
f. Sistem Pernapasan
Timbulnya keluhan sesak dan pendek nafas.Hal ini disebabkan
karena uterus yang tertekan kea rah diagfragma akibat pembesaran
rahim.Volume tidal (volume udara yang diinspirasi/diekspirasi setiap
kali bernafas normal) meningkat.Hal ini dikarenakan pernafasan cepat
dan perubahan bentuk rongga toraks sehingga O2 dalam darah
meningkat (Kumalasari, 2015).
g. Sistem Gastrointestinal (Pencernaan)
Rahim yang semakin membesar akan menekan rektum dan usus
bagian bawah sehingga terjadi sembelit (Konstipasi). Wanita hamil
sering mengalami Hearthburn (rasa panas di dada) dan sendawa, yang
kemungkinan terjadi karena makanan lebih lama berada di dalam
lambung dan arena relaksasi sfingter di kerongkongan bagian bawah

14
yang memungkinkan isi lambung mengalir kembali ke kerongkongan
(Kumalasari 2015).
Pada bulan-bulan awal masa kehamilan, sepertiga dari wanita
hamil mengalami mual (morning sickness) dan muntah (emesis
gravidarum).Sebagaimana kehamilan berlanjut, penurunan asam
lambung, melambatkan pengosongan lambung dan menyebabkan
kembung. Menurunnya gerakan peristaltik tidak saja menyebabkan
mual tetapi juga konstipasi, karena lebih banyak feses terdapat dalam
usus, lebih banyak air diserap akan semakin keras jadinya. Konstipasi
juga disebabkan oleh tekanan uterus pada usus bagian bawah pada
awal masa kehamilan dan kembali pada akhir masa kehamilan.
h. Sistem Perkemihan
Dibawah keadaan yang normal, peningkatan kegiatan
penyaringan darah bagi ibu dan janin tidak membuat ginjal dan ureter
bekerja ekstra.Keduanya menjadi dilatasi karena peristaltik uretra
menurun.Sebagai akibat, gerakan urin ke kadung kemih lebih
lambat.Stasis urin ini meningkatka kemungkinan pielonefritis.
Pada awal kehamilan, suplai darah ke kandung kemih meningkat,
dan perbesaran uterus menekan kandung kemih.Faktor ini
menyebabkan meningkatnya berkemih.Mendekati kelahiran janin
turun lebih rendah ke pelvis, lebih menekan lagi kandung kemih dan
semakin meningkatkan berkemih, walaupun gejala ini sangat tidak
menyenangkan, hal ini tidak menyebabkan masalah medis yang
berarti.
i. Sistem imun
Sistem imun adalah sistem pertahanan tubuh terhadap organisme
infeksiosa dan mencegah invasi organisme yang membahayakan
tubuh.Pada seorang wanita, perubahan yang terjadi selama hamil
dapat memicu terjadinya sistem imun. Saat terjadi konsepsi, tubuh
seorang wanita akan terangsang dan mengeluarkan sejumlah antibodi.

15
Apabila respons tersebut berakibat buruk pada janin maka kehamilan
tidak akan terjadi. Hal ini yang sering terjadi pada pasangan infertil.
Sepanjang siklus kehamilan seorang wanita hamil sangat rentan
terhadap infeksi virus (Indonesia 2018). Kehamilan dianggap sebagai
kondisi imunosupresi sehingga dapat menurunkan kemampuan ibu
untuk melawan infeksi (Wiwik Agustina 2014)(W. Agustina,
Sumiatun, and Fatmawati 2014) . Selama hamil, sel darah putih
khususnya neutrofil mengalami peningkatan akibat adanya HCG.
Peningkatan hormon esterogen dan progesteron menurunkan jumlah
sel T helper dan meningkatkan jumlah sel penekan (Wiwik Agustina
2014).
j. Metabolisme
Metabolisme tubuh mengalami perubahan yang mendasar,
dimana kebutuhan nutrisi makin tinggi untuk pertumbuhan janin dan
persiapan pemberian ASI. Diperkirakan selama kehamilan berat badan
akan bertambah 12,5 kg. Sebagaian besar penambahan berat badan
selama kehamilan berasal dari uterus dan isinya. Kemudian payudara,
volume darah, dan cairan ekstraselular. Pada kehamilan normal akan
terjadi hipoglikemia puasa yang disebabkan oleh kenaikan kadar
insulin, hiperglikemia postprandial dan hiperinsulinemia.
5. Perubahan Psikologis Trimester I
Kehamilan trimester pertama merupakan periode adaptasi. Respon
yang muncul pada periode ini adalah sebagai berikut:
a. Ketidak yakinan atau ketidak pastian
Awal minggu kehamilan, wanita akan merasa tidak yakin dengan
kehamilannya tersebut.
b. Ambivalen
Ambivalen definisikan sebagai komplik perasaan yang simultan,
seperti cinta dan benci terhadap seseorang, sesuatu atau keadaan.
Setiap wanita hamil memiliki rasa ambivalen dalam dirinya selama

16
masa kehamilan. Beberapa wanita merasa tidak nyata dan bukanlah
saat yang tepat untuk hamil, walaupun ini telah di rencanakan.
c. Fokus pada diri sendiri
Awal kehamilan, pusat fikiran ibu terfokus pada dirinya sendiri,
bukan pada janin. Ibu merasa bahwa jain merupakan bagian tidak
terpisahkan bagi diri ibu, calon ibu juga mulai berkeinginan untuk
menghentikan rutinitasnya yang penuh tuntutan sosial dan tekanan
agar dapat menikmati waktu kosong tanpa beban.
d. Perubahan seksual
Selama trimester I, sering kali keinginan seksual wanita menurun.
Ketakutan akan keguguran menjadi penyebab pasangan menghindari
aktivitas seksual.
e. Perubahan psikologis kehamilan trimeste I
1) Merasa tidak sehat dan benci kehamilannya
2) Selalu memperhatikan setiap perubahan yang terjadi dalam
tubuhnya
3) Mencari tanda-tanda untuk lebih meyakinkan bahwa dirinya
sedang hamil
4) Mengalami gairah seks yang lehih tinggi tapi libido turun
5) Khawatir kehilangan bentuk tubuh
6) Membutuhkan penerimaan kehamilannya dengan keluarga
7) Ketidakstabilan emosi dan suasana hati
(S Prawirohardjo 2011).
Trimester pertama ini sering dirujuk sebagai masa
penentuan.Penentuan untuk menerima kenyataan bahwa ibu sedang hamil.
Segera setelah konsepsi, kadar hormon progesteron dan estrogen dalam
tubuh akan meningkat dan ini menyebabkan timbulnya mual dan muntah
pada pagi hari, lemah,lelah dan membesarnya payudara. Ibu merasa tidak
sehat dan sering kali membenci kehamilannya (Kamariyah 2014).
Sedangkan menurut (Bartini 2012), perubahan psikologis I yaitu
penerimaan keluarga terhadap kehamilan, perubahan pola hidup sehari-

17
hari, reaksi terhadap perubahan dan cara keluarga memberi dukungan
sangat berpengaruh. Mual muntah pagi hari, lemah, lelah dan
membesarnya payudara membuat ibu merasa tidak sehat.Seringkali ibu
membenci kehamilannya, seringkali timbul kekecewaan, penolakan,
kesedihan dan kecemasan terhadap kondisi tubuh akibat kehamilan. Masa
ini perlu dukungan suami, keluarga dan bidan (Bartini 2012).
Gangguan psikologis sering terjadi akibat kecemasan yang dirasakan
oleh ibu hamil. Menurut salah satu penelitian menyebutkan bahwa
kecemasan selama kehamilan mucul akibat beberapa ketidaknyamanan
yang dirasakan ibu tidak dapat ditangani dengan baik sehingga memicu
timbulnya rasa cemas dan stress. Kecemasan selama hamil dan dalam
menghadapi persalinan dapat menyebabkan kelainan persalinan seperti
inersia uteri, partus lama, dan perdarahan pasca persalinan. Kecemasan
tersebut dapat dikurangi dengan adanya dukungan dari keluarga terutama
suami. Dukungan suami yang dapat diberikan mencakup dukungan
informasi, dukungan instrumental, dukungan emosi dan dukungan
penilaian. Dukungan informasi misalnya suami memberikan informasi
mengenai perkembangan kehamilan dan persalinan yang diperoleh dari
petugas kesehatan maupun media sosial dan dukungan instrumental
diberikan untuk memenuhi kebutuhan fisik ibu hamil diantaranya adalah
dukungan materi atau kesiapan finansial (Dewi 2011)
6. Kebutuhan Dasar pada Kehamilan Trimester I
a. Pola Nutrisi
Menurut Saminem (2009). pada saat ibu harus makan makanan
yang mengandung nilai gizi bermutu tinggi meskipun tidak berarti
makanan yang mahal. Gizi pada waktu hamil harus ditingkatkan
hingga 300 kalori perhari, ibu hamil seharusnya mengkonsumsi
makanan yang mengandung protein, zat besi dan minum cukup cairan
(menu seimbang). Menurut (Manuaba 2012) nilai gizi dapat
ditentukan dengan bertambahnya berat badan sekitar 6,5-15 kg
selama masa kehamilan.

18
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Retnorini DL,
Widatiningsih S dan Masini, bahwa ibu hamil perlu konsumsi bahan-
bahan pangan sumber zat besi, diantaranya daging, hati, ikan, susu,
yoghurt, kacang-kacangan, serta sayuran berwarna hijau untuk
meningkatkan Hb. Kandungan zat besi dalam kacang hijau paling
banyak terdapat pada embrio dan kulit bijinya dengan jumlah
kandungan zat besi pada kacang hijau sebanyak 6,7 mg per 100
gram kacanghijau dan salah satu bentuk penyajian kacang hijau
yang paling efektif adalah dengan sari kacang hijau. Kacang hijau
juga mengandung vitamin C yang membantu dalam melakukan
penyerapan fe dalam tubuh karenadapat merubah bentuk feri menjadi
fero.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Sugiarti (2014), Bayam
merah dan madu dianggap memiliki kandungan zat besi yang
terbilang tinggi. Bayam merah dan madu ini semakin nyata
khasiatnya, zat besi, asam folat dan vitamin C yang berlimpah
membuat bayam merah dan madu membantu dalam pembentukan sel
darah merah, pencegahan anemia dan peningkatan kadar
hemoglobin. Bayam merah dan madu yang mengandung zat besi yang
berfungsi membantu dalam melancarkan sirkulasi oksigen darah.
Vitamin A dan C –nya yang sama-sama berfungsi sebagai
antioksidan yang dapat melindungi tubuh dan otak dari racun dan
populasi. Vitamin C membantu penyerapan zat besi untuk proses
sistem kekebalan tubuh. Selain itu, adanya vitamin B12 dan
asam folat, dimana keduanya merupakan gabungan penting untuk
pembentukan sel baru, sehingga dapat mempengaruhi Fe dalam darah
dan diharapkan terjadinya peningkatan hemoglobin.
b. Eliminasi
Peningkatan frekuensi berkemih sebagai ketidaknyamanan
nonpatologis pada kehamilan sering terjadi pada dua kesempatan
yang berbeda yaitu pada trimester pertama karena pembesaran

19
uterus dan pada trimester ketiga dialami oleh ibu hamil karena
presentasi akan turun dan masuk kedalam panggul dan menimbulkan
tekanan langsung pada kandung kemih (Varney dalam Kriebs and
Gegor, 2010)
c. Istirahat
Adanya perubahan fisik pada ibu hamil, salah satunya berat pada perut
sehingga terjadi perubahan sikap tubuh, tidak jarang ibu akan
mengalami kelelahan, oleh karena itu istirahat dan tidur sangat penting
untuk ibu hamil. Pada trimester akhir kehamilan sering diiringi dengan
bertambahnya ukuran janin, sehingga terkadang ibu kesulitan untuk
menentukan posisi yang paling baik dan nyaman untuk tidur. Posisi
tidur yang dianjurkan pada ibu hamil adalah miring ke kiri, kaki kiri
lurus, kaki kanan sedikit menekuk dan diganjal dengan bantal , dan
untuk mengurangi rasa nyeri pada perut, ganjal dengan bantal pada
perut bawah sebelah kiri (Saminem, 2009). Wanita hamil dianjurkan
untuk merencanakan istirahat yang teratur khususnya seiring
kemajuan kehamilannya. Jadwal istirahat dan tidur perlu
diperhatikan dengan baik, karena istirahat dan tidur yang teratur
dapat meningkatkan kesehatan jasmani dan rohani untuk
kepentingan perkembangan dan pertumbuhan janin. Tidur pada
malam hari selama 8 jam dan istirahat rileks pada siang hari 1
jam (Kusmiyati, 2010).
d. Aktivitas
MenurutManuaba (2012) mengatakan bahwa aktivitas yang
banyak dianjurkan adalah jalan-jalan waktu pagi hari yang beguna
untuk mendapatkan ketenangan dan udara segar. Menurut
Kusmiyati (2010) mengatakan Ibu hamil boleh melakukan kegiatan
atau aktivitas fisik biasa selama tidak terlalu melelahkan. Ibu hamil
dapat melakukan pekerjaan seperti menyapu, mengepel masak
ataupun mengajar dengan tetap memperhatikan keseimbangan untuk
beristirahat.

20
e. Personal Hygiene
Kebersihan harus dijaga pada masa hamil, mandi dianjurkan
sedikitnya dua kali sehari karena ibu hamil cenderung untuk
mengeluarkan banyak keringat, menjaga kebersihan diri terutama
lipatan kulit (ketiak, bawah buah dada, daerah genetalia) dengan cara
dibersihkan dengan air dan dikeringkan. Kebersihan gigi dan mulut,
perlu mendapat perhatian karena seringkali mudah terjadi gigi
berlubang, terutama pada ibu yang kekurangan kalsium
(Kusmiyati, 2010).
f. Hubungan Seksual
Hamil bukan merupakan halangan untuk melakukan hubungan
seksual, menghentikan hubungan seksual apabila: terdapat tanda
infeksi dengan pengeluaran cairan disertai rasa nyeri atau panas,
terjadi perdarahan saat hubungan seksual, terdapat pengeluaran cairan
yang mendadak, pada pasien yang mengalami keguguran, persalinan
sebelum waktunya dan pengalaman kematian janin dalam
kandungan sekitar 2 minggu sebelum persalinan (Manuaba, 2012).
g. Perawatan Payudara
Wanita mempelajari bahwa putting susu dibersihkan dengan air
hangat agar saluran tidak tersumbat oleh kolustrom kering dan sabun
tidak digunakan karena menghilangkanminyakpelindung yang
mempertahankan putting tetap fleksibel. Beberapa wanita
menggunakan mangkuk putting susu yang dirancang secara khusus
untuk mengoreksi putting yang invertil. Mangkuk plastic berbentuk
donat dapat digunakan untuk memperbaiki putting yang invertil atau
retraktil. Pemberian tekanan yang lembut dan berlanjut disekitar
areola mendorong putting susu keluar melalui muara sentral
dilapisan bagian depan. Mangkok putting susu harus dipakai
selama 2 bulan terakhir selama kehamilan selama 1-2 jam sehari.
Waktu pemakaiannya harus ditingkatkan secara bertahap. Hal ini
dilakukan untuk persiapan pada saat kelahiran bayi untuk segera

21
disusui dan untuk menghindari kesulitan saat menyusui pada
putting invertil ataupun retraktil agar tidak terjadi sumbatan atau
bendungan ASI yang dapat menyebabkan mastitis.
1. Ketidaknyamanan Kehamilan Trimester I
a. Morning Sickness, mual dan muntah
Kadar hormon HCG dan esterogen yang meningkat drastis pada
trimester pertama akan memicu bagian otak yang mengontrol mual
dan muntah. Selain itu, saluran cerna juga menjadi terdesak karena
memberi ruang untuk janin tumbuh.Akibatnya terjadi refleks asam
(keluarnya asam dari lambung ke tenggorokan) dan lambung bekerja
lebih lambat menyerap makanan, sehingga menyebabkan mual dan
muntah.Mual ini biasanya akan berakhir pada 14 mingggu kehamilan.
Pada beberapa kasus dapat berlanjut sampai kehamilan trimester
kedua dan ketiga.
b. Sering Buang Air Kecil
Keinginan sering buang air kecil pada awal kehamilan ini
dikarenakan rahim yang membesar dan menekan kandung kencing.
Keadaan ini akan menghilang pada trimester II dan akan muncul
kembali pada akhir kehamilan, karena kandung kemih ditekan oleh
kepala janin. Cara Mengatasi: ketika akan tidur menghindari banyak
minum atau minum teh.
c. Konstipasi atau Sembelit
Keluhan ini juga sering dialami selama awal kehamilan, karena
peningkatan hormon progesteron yang menyebabkan relaksasi otot
sehingga usus bekerja kurang efisien. Adapun keuntungan dari
keadaan ini adalah memungkinkan penyerapan nutrisi yang lebih baik
saat hamil. Cara Mengatasi: makan makanan yang banyak
mengandung serat yaitu sayur dan buah.
d. Sakit Kepala/Pusing
Sakit kepala atau pusing sering dialami oleh pada ibu hamil
pada awal kehamilan karena adanya peningkatan tuntutan darah ke

22
tubuh sehingga ketika akan mengubah posisi dari duduk/ tidur ke
posisi yang lain (berdiri) tiba-tiba, sistem sirkulasi darah merasa sulit
beradaptasi. Sakit kepala/pusing yang lebih sering daripada biasanya
dapat disebabkan oleh faktor fisik maupun emosional. Pola makan
yang berubah, perasaan tegang dan depresi juga dapat menyebabkan
sakit kepala. Cara Mengatasinya dengan istirahat yang cukup, berfikir
santai (S Prawirohardjo 2011).
e. Mudah Lelah
Menurut American Pregnancy Association, hampir semua
wanita hamil merasa lebih mudah lelah, dan ini normal terjadi. Di
awal kehamilan, perubahan hormon menjadi penyebab ibu hamil
mudah lelah. Tubuh menghasilkan lebih banyak darah yang membawa
nutrisi untuk janin di dalam perut. Di waktu yang sama, tekanan darah
dan gula darah juga menurun.Lalu hal tersebut juga menyebabkan
mudah mengantuk. Hal ini dikarenakan oleh berbagai hormon
kehamilan, terutama meningkatnya kadar progesteron. Selain
beberapa penyebab di atas, perubahan fisik dan perubahan emosi yang
terjadi pada bumil turut menurunkan energi yang dihasilkan. Baik
kehamilan terencana dengan baik ataupun tidak terencana dan yang
sangat penting untuk memahami emosi yang bisa memengaruhi
kesehatan fisik Anda.
7. Pathway Kehamilan Trimester I

23
B. TEORI HIPEREMESIS GRAVIDARUM
1. Pengertian Hiperemesis Gravidarum
Hiperemesis gravidarum dapat menyebabkan cadangan karbohidrat
habis dipakai untuk keperluan energi, sehingga pembakaran tubuh beralih
pada cadangan lemak dan protein. Karena pembakaran lemak kurang
sempurna terbentuklah badan keton didalam darah yang dapat menambah
beratnya gejala klinis (Gde bagus, 2010; hal 229).
Hiperemesis gravidarum adalah muntah yang terjadi pada awal
kehamilan sampai umur kehamilan 20 minggu sehingga dapat
mempengaruhi keadaan umum yang menggangu pekerjaan sehari-hari,
karena oksidasi lemak yang tidak sempurna, terjadilah ketosis dengan
tertimbunnya asam aseton asetik, asam hidroksi butirik dan aseton dalam
darah. ((Prawirohardjo, 2010 hal 815).
Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah yang berlebihan
pada wanita hamil sampai mengganggu pekerjaan sehari-hari karena
keadaan umumnya menjadi buruk, karena terjadi dehidrasi. Hiperemesis
gravidarum dapat menyebabkan komplikasi bahkan kematian pada ibu
dan janin jika tidak tertangani dengan baik. pada janin dengan ibu yang
menderita hiperemesis gravidarum berkepanjangan dapat menyebabkan
pertumbuhan janin terhambat bahkan kematian. (Mochtar, 2011).
Hiperemesis gravidarum adalah mual muntah yang berlebihan yang
terjadi pada wanita hamil sehinggan menyebabkan terjadinya ketidak
seimbangan kadar ketosis, dan kekurangan nutrisi (Nengah, 2010; hal 8)
2. Etiologi Hipermesis Gravidarum
Penyebab hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti.
Perubahan-perubahan anatomis pada otak, jantung, hati, dan susunan
saraf disebabkan oleh kekurangan vitamin serta zat-zat lainnya. Berikut
adalah beberapa faktor predisposisi terjadinya mual dan muntah (Gde
bagus, 2009):
a. Faktor adaptasi dan hormonal

24
Pada wanita hamil yang kekurangan darah lebih sering terjadi
hiperemesis gravidarum. Dapat dimasukkan dalam ruang lingkup
faktor adaptasi adalah wanita hamil dengan anemia, wanita
primigravida, dan overdistensi rahim pada hamil kembar dan hamil
mola hidatidosa Sebagian kecil primigravida belum mampu
beradaptasi terhadap hormon estrogen dan korionik gonadotropin,
sedangkan pada ibu hamil kembar dan mola hidatidosa, jumlah
hormon yang dikeluarkan terlalu tinggi dan menyebabkan terjadi
hiperemesis gravidarum itu. STIKes Santa Elisabeth Medan
b. Faktor psikologis
Hubungan faktor psikologis dengan kejadian hiperemesis
gravidarum belum jelas.Besar kemungkinan bahwa wanita yang
menolak hamil, takut kehilangan pekerjaan, keretakan hubungan
dengan suami dan sebagainya, diduga dapat menjadi faktor kejadian
hiperemesis gravidarum. Dengan perubahan suasana dan masuk
rumah sakit penderitaannya dapat berkurang sampai menghilang.
c. Faktor alergi
Pada kehamilan, ketika diduga terjadi oivasi jaringan villi korialis
yang masuk kedalam peredaran darah ibu, maka faktor alergi
dianggap dapat menyebabkan kejadian hiperemesis gravidarum.
(Gde bagus, 2010. Hal 230).
3. Klasifikasi dan Tanda Gejala Hiperemesis Gravidarum
Secara klinis, hiperemesis gravidarum dibedakan menjadi 3 tingkatan,
yaitu (Manuaba, 2009):
a. Tingkat I
1) Muntah yang terus-menerus
2) Nafsu makan berkurang
3) Berat badan menurun
4) Nyeri epigastrium
5) Muntah pertama keluar makanan
6) Keluar lendir dan cairan sedikit ada cairan empedu

25
7) Nadi meningkat sampai 100/i dan,
8) Tekanan darah sistolik menurun
9) Mata cekung dan lidah kering
10) Turgor kulit berkurang.
b. Tingkat II
1) Gejala lebih berat
2) Segala yang dimakan dan diminum dimuntahkan
3) Haus hebat - Nadi lebih dari 100 – 140 kali permenit
4) Tekanan darah sistolik kurang dari 80 mmHg
5) Apatis
6) Kulit pucat, lidah kotor, aseton
7) Berat badan cepat menurun
c. Tingkat III
1) Gangguan kesadaran
2) Muntah berkurang atau berhenti
3) Terjadi ikterus
4) Sianosis
5) Gangguan jantung, billirubin
6) Proteinuria dalam urin (Prawirohardjo, 2010 hal 816)
4. Komplikasi Hipermesis Gravidarum
Komplikasi gravidarum yang dialami oleh ibu hamil dapat
menimbulkan berbagai macam komplikasi. Komplikasi tersebut bisa dari
yang ringan hingga yang berat. Komplikasi yang terjadi berupa dehidrasi
berat, ikterik, takikardia, suhu meningkat, alkalosis, kelaparan, gangguan
emosional yang berhubungan dengan kehamilan, serta keluarga, menarik
diri, serta depresi.
Dampak yang di timbulkan dapat terjadi pada ibu dan janin,
seperti ibu akan kekurangan nutrisi dam cairan sehingga keadaan fisik
ibu menjadi lemah dan lelah dapat pula mengakibatkan gangguan asam
basa, pneumini aspirasi, robekan mukosa pada hubungan asam basa
gastroesofagi yang menyebabkan peredaran rupture esophagus,

26
kerusakan hepar dan kerusakan ginjal, ini akan memberikan pengaruh
pada pertumbuhan dan perkembangan janin karena nutrisi yang tidak
terpenuhi atau tidak sesuai dengan kehamilan yang mengakibatkan
peredaran darah janin berkurang. Pada bayi dengan ibu yang mengalami
hiperemesis gravidarum, maka kemungkinan mengalami (Rukiyah dan
yulianti, 2010):
a. Abortus
Abortus adalah pengeluaran buah kehamilan sebelum kehamilan 22
minggu atau bayi dengan berat badan kurang dari 500 gram. Abortus
spontan adalah penghentian kehamilan sebelum janin mencapai
viabilitas (usia kehamilan 22 minggu).
b. Pertumbuhan Janin Terhambat (PJT)
Pertumbuhan janin terhambat adalah terhambatnya pertumbuhan dan
perkembangan janin dalam rahim, sehingga beberapa parameter
janin berada dibawah 10 persentil (<2 SD) dari umur kehamilan
yang seharusnya.
c. Berat Badan Lahir Rendah (BBLR).
BBLR adalah bayi yang dilahirkan dengan berat lahir rendah
dikarenakan kurang asupan nutrisi dari ibu ke janin
5. PenatalaksanaanHiperemesis Gravidarum Derajat I
Penatalaksanaan menurut (Prawirohardjo, 2010; Arif Mansjoer, 2005)
a. Infus untuk memberi larutan dekstrosa 5 %, dengan kecepatan aliran
200 ml per jam untuk liter pertama, larutan yang akan diberikan akan
menbantu mengganti cairan yang hilang.
b. Terapi obat: sedativa (Luminal, Stesoid), vitamin (B1 dan B6) anti
muntah (Mediamer B6, Drammamin, Avoperg, Avomin, Torecan,
Metoklopramid, Disiklomin hidroklorida atau klorpromazin).
1) Prometazin (Phenergan) 25 mg melalui intravena atau
supositoria
2) Klopromazin (Thorazine) melalui supositoria 25-50 mg setiap 6-
8 jam atau melalui IM 25-50 mg setiap 3-4 jam.

27
3) Proklorperazin (Compazin) 10 mg IM atau 2,5-10 mg IV setiap
3-4 jam atau 25 mg supositoria 2 kali sehari.
4) Metoklopramid (Reglan) 10 mg per oral 4 kali sehari (jangan
dikombinasikan dengan fenotiazin di atas sehubungan dengan
efek ekstra piramidal yang mungkin timbul).
5) Metilprednisolon 16 mg 3x sehari selama 3 hari, kemudian
dikurangi bertahap selama 2 minggu (untuk hiperemesis yang
membandel).
6) Vitamin B1, B2 dan B6 masing- masing 50-100 mg/hari/infus.
7) Vitamin C 200 mg/hari/infus
8) Antasida : asidrin 3x1 tablet per hari per oral.
c. Memberikan informasi dan edukasi tentang kehamilan kepada ibu
bahwa kehamilan adalah suatu hal yang wajar, normal dan fisiologis,
jadi tidak perlu takut dan khawatir, cari dan coba hilangkan faktor
psikologis seperti keadaan sosio ekonomi dan pekerjaan serta
lingkungan.
d. Mempuasakan wanita atau meminimalkan asupan cairan per oral
selama beberapa jam akan memberi waktu cukup bagi lambung
untuk beristirahat , setelah beberapa jam tawarkan minuman per oral
sedikit demi sedikit, apabila mual muntah muncul lagi, minta ibu
untuk puasa.
e. Lakukan pemeriksaan sampel Urine untuk mendeteksi keton
f. Begitu keton tidak ada lagi dalam urine, kaji status maternal
g. Menganjurkan ibu untuk makan dalam jumlah kecil, tetapi lebih
sering sehingga memenuhi nutrisi ibu, serta ketika bangun pagi
jangan segera turun dari tempat tidur dan anjurkan ibu makan roti
kering atau biskuit dengan teh hangat
h. Makanan yang berminyak dan berbau lemak sebaiknya dihindarkan
i. Makanan dan minuman sebaiknya disajikan dalam keadaan panas
atau hangat

28
C. TEORI PEMASANGAN INFUS
1. Definisi Pemasangan Infus
Pemasangan infus adalah pemasukan cairan atau obat langsung ke dalam
pembuluh darah vena dalam jumlah yang banyak dan waktu yang lama
dengan menggunakan alat infus set (Poltekes kemenkes Maluku, 2011).
Pemasangan infus adalah suatu tindakan memasukan cairan elektrolit,
obat, atau nutrisi ke dalam pembuluh darah vena dalam jumlah danwaktu
tertentu dengan menggunakan set infus (Hidayati, et al., 2014).
2. TujuanPemasangan Infus/Terapi Intravena
Memenuhi kebutuhan cairan pada klien yang tidak mampu
mengkonsumsi cairan oral secara adekuat, menambah asupan elektrolit
untuk menjaga keseimbangan elektrolit, menyediakan glukosa untuk
kebutuhan energi dalam proses metabolisme, memenuhi kebutuhan
vitamin larut-air, serta menjadi media untuk pemberian obat melalui
vena(Mubarak, et al., 2015). Selain itu, sebagai pengobatan, mencukupi
kebutuhan tubuh akan cairan dan elektrolit, memberi zat makanan pada
pasien yang tidak dapat atau tidak boleh makan melalui mulut (Hidayati,
et al., 2014). Pemasangan infus interavena merupakan tindakan yang
dilakukan dengancara memasukan cairan melalui intravena dengan
bantuan infus set, bertujuan memenuhi kebutuhan cairan dan elektrolit
serta serta sebagai tindakan pengobatan dan pemberian makanan
(Maryunani, 2015).
3. Jenis Cairan Intravena
a. Larutan nutrien
Larutan ini berisi beberapa jenis karbohidrat dan air seperti dekstrosa
dan glukosa. Larutan nutrient yang digunakan umumnya adalah 5%
dekstrosa dalam air (D,W), 3,3%glukosa dalam 0,3% NaCL, dan 5%
glukosa dalam 0,45% Nacl. Setiap satu liter cairan dekstrosa 5%
mengandung 170- 200 kalori, mengandung asam amino (Amigen,
Anunasol, Travamin) atau lemak (Lipomul dan liposin).
b. Larutan elektrolit

29
Larutan elektrolit meliputi larutan salin, baik isotonic, hipotonik,
maupun hiperonik.jenis larutan elektrolit yang paling banyak
digunakan adalah normal salin (isotonik) yaitu NaCl 0,9%. Contoh
larutan elektrolit lainnya adalah laktat Ringer (Na⁺, K⁺,Cl⁻, Ca2⁺)
dan cairan Bulter (Na⁺, K⁺, Mg2⁺, Cl⁻, HCO₃⁻).
c. Cairan asam-basa
Jenis cairan yang termasuk cairan asam basa adalah natrium laktat
dan natrium bikarbonat.Laktat merupakan jenis garam yang dapat
mengikuti ion H⁺ dari cairan sehingga mempengaruhi keasaman
lingkungan.
d. Volume ekspander
Jenis larutan ini berfungsi meningkatkan volume pembuluh darah
atau plasma, misalnya pada kasus hemoragi atau luka bakar berat.
Volum ekspander yang umum digunakan antara lain dekstran,
plasma, dan albumin serum. Cara kerjanya adalah dengan
meningkatkan tekanan osmotik darah.(Mubarak, et al., 2015).
4. Pemberian Cairan Intravena
a. Sebelum melakukan pemasangan infus ada hal hal yang perlu
diperhatikan:
1) Ganti lokasi tusukan setiap 48-72 jam dan gunakan set infus
baru.
2) Ganti kasa steril penutup luka setiap 24048 jam dan evaluasi
tanda-tanda infeksi.
3) Observasi tanda/reaksi alergi terhadap infus atau komplikasi
lain.
b. Persiapan alat
1) Larutan sesuai kebutuhan atau kolaborasi missal Ringer laktat
(RL); dekstrosa 5%; PZ/NS/nacl 0,9% dan lain-lain.
2) Jarum/pungsi vena yang terdiri dari keteter plastic dan
sylet/madrim missal medicet, surflo, venflon,abocath. Sesui
ukuran.

30
a) Dewasa = 18, 20, 22
b) Anak = 24, 22
c) Bayi = 24, jarum kupu-kupu/ wings/ jarum bersayap
3) Set infus
a) Dewasa = makrodrip
b) Anak = mikrodrip ( bila perlu dengan alat pengontrol
volume/ volutrol/buret)
c) Alcohol 70%
d) Kapas
e) Povidon –iodin/betadin
f) Kasa steril
g) Tournigued
h) Papan penyangga lengan (bila diperlukan)
i) Spalak bila perlu ( untuk fiksasi pada pasien anak yang
belum kooperatif)
j) Plester / hipafix
k) Perlak dan alas perlak
l) Tiang infus
m) Sarung tangan sekali pakai
n) Bengkok
o) Gunting
p) Baki beralas/ troli/ dressing car
c. Persiapan pasien dan lingkungan
a) Beritahu pasien tentang tindakan yang akan dilakukan,
dimaksud , dan tujuan tindakan (informed consent)
b) Atur posisi pasien pada lokasi yang akan di pasang infus
c) Bebaskan daerah yang akan dipasang infus dari pakayan yang
menutupi.
d) Pastikan cahaya terang
d. Prosedur pemasangan infus intravena
1) Cuci tangan dan pasang sarung tangan

31
2) Buka kemasan set infus.
3) Tempatkan klem tepat 2-4 cm di bawah bilik tetesan, tutup
klem/ off.
4) Tusukan set infus ke dalam kantung cairan.
5) Lepaskan penutup botol cairan ( tanpa menyentuh ujung tempat
pemasukan set infus).
6) Lepaskan penutup ujung insersi selang dengan tidak menyentuh
ujung tersebut, kemudian masukan ujung selang tersebut ke
dalam botol cairan.
7) Isi selang infus.
a) Tekan bilik tetesan kemudian lepaskan, biarkan terisi 1/3
sampai dengan ½ bagian penuh.
b) Buka pelindung jarum dan buka klem rol. Alirkan cairan ke
adapter jarum, tampung pada bengkok. Setelah semua
selang terisi, tutup kembali klem.
c) Pastikan bagian dalam selang infus bebas dari udara.
8) Identifikasi vena yang dapat di akses untuk pemasangan infus.
a) Hindari daerah yang menonjol.
b)Pilih vena distal lebih dahulu.
c) Hindari pemasangan di pergelangan utama, daerah
peradangan, di ruang antekubital, ekstremitas yang
sensasinya menurun, dan tangan yang dominan.
9) Pasang perlak dibawah lokasi yang akan diinfus.
10) Bila terdapat bulu di tempat insersi, gunting terlebih dahulu
(jangan mencukur bulu karena dapat menyebabkan mikroabrasi
dan menjadi predisposisi infeksi).
11) Pasang tourniquet 10-12 cm di atas insersi.
12) Dilatasikan vena, dengan cara :
a) Menepuk- nepuk vena dari proksimal ke distal.
b) Mengepal dan membuka tangan.
c) Ketukan ringan di atas vena.

32
d) Kompres hangat di atas vena.
13) Desinfeksi lokasi insersi dengan betadin, lalu bilas dengan kapas
alcohol 70% sampai bersih dan tunggu sampai kering. n. Fiksasi
vena dengan ibu jari di atas vena dan renggangkan kulit
berlawanan dengan arah insersi 5-7.5 cm dari distal ke tempat
pungsi vena.
14) Lakukan pungsi vena dengan membentuk sudut 20-30⁰. Jika
darah masuk ke jarum, menandakan jarum telah masuk vena.
Rendahkan jarum sampai hamper menyentuh kulit. Masukkan
lagi ±2-3 cm kemudian tarik stylet/mandrim sedikit secara
perlahan. Lanjutkan memasukan keteter plastik sampai pangkal
keteter. ( untuk jarum bersayap : masukan jarum bersayap ke
dalam vena sampai pangkal insersi).
15) Stabilkan keteter dengan satu tangan, lapas tourniquet, tekan di
atas ujung keteter plastic (untuk mencegah darah mengali
keluar), kemudian tarik dan lepaskan stylet/ jarum mandrim.
16) Hubungkan adapter jarum infus (selang) ke pangkal keteter
plastic.
17) Buka klem, atur aliran dengan kecepatan tertentu (observasi
adanya ekstavasasi).
18) Fiksasi keteter IV (sarung tangan dilepas, agar plester tidak
lengket ke sarung tangan).
a) Fiksasi menyilang pada pangkal keteter plastic.
b) Letakan bantalan kasa steril di atas tempat insersi, fiksasi
dengan plester di atasnya
c) Letakan selang infus pada balutan dengan plester. Untuk
fiksasi jarum bersayap, plester diletakkan pada sayap.
(untuk fiksasi tergantung kebijakan institusi, ada pula yang
langsung memakai fiksasi infus dalam bentuk jadi seperti
curapot, Veca-C
19) Atur kecepatan aliran sesuai kebutuhan.

33
20) Tulis tanggal dan waktu pemasangan infus pada plester. v.
Rapikan pasien dan bersihkan alat.
21) Cuci tangan.
e. Evaluasi Observasi pasien terhadap:
a) jumlah larutan yang benar.
b) Kecepatan aliran.
c) Kecepatan jarum intravena
d) Infiltrasi, fleboitis, dan inflamasi.
f. Dokumentasi
Tulis di catatanperawat pada catatan medis pasien tentang:
a) jenis cairan.
b) Tempat insersi
c) Kecepatan aliran
d) Ukuran dan tipe kateter IV.
e) Waktu infu di mulai (tanggal dan jam).
f) Respon pasien setelah pemasangan.(hiryadi dkk.2014)
5. Prosedur Perawatan Infus Intravena
Prosedur perawatan pada daerah kulit tempat pemasangan infus
a) Tujuan untuk mencegah terjadinya infeksi
a. Indikasi:
1) Pasien yang terpasang infus lebih dari 1x24 jam.
2) IV set harus diganti jika telah terpasang selama 3 x 24 jam
3) IV canula tiap 3 x 24 jam atau jika ada tanda infeksi.
4) Selang IV set TPN harus diganti setelah pemakaian 1x 24
jam
5) Cairan infus harus diganti jika sudah terpasang 3 x 24jam
b. Persiapan alat :
1) Kasa steril
2) Sarung tangan steril
3) Gunting plester
4) Plester/ hypavic fallow

34
5) Lidi kapas
6) Alkohol 70%
7) Iodin povidon solution10 % / sejenis
8) Penunjuk waktu
9) NaCL 0,9%
10) Bengkok 2 buah, satu berisi cairan desinfektan
c. Tindakan
1) Lakukan verifikasi data sebelumnya
2) Cuci tangan
3) Tempatkan alat di dekat pasien dengan benar
4) Berikan salam sebagai pendekatan terapeutik
5) Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan pada keluarga /pasien
6) Tanyakan kesiapan klien sebelum kegiatan dilakukan
7) Atur posisi pasien ( tempat tusuk infus terlihat jelas )
8) Pakai sarung tangan
9) Basahi plester dengan alcohol dan buka balutan.
10) Bersihkan berkas pleter
11) Bersihkan daerah tusukan dan sekitarnya denganNaCl
12) Olesi tempat tusukan dengan Iodin Cair/ salf
13) Tutup dengan kassa steril dengan rapi
14) Pasang plester penutup
15) Atur tetesan infus sesuia program
16) Lakukan evaluasi tindakan
17) Pamitan dengan pasien
18) Bereskan alat-alat
19) Cuci tangan
d. Dokumentasi: catat kegiatan dalam lembar catatanperawatan.

6. Komplikasi yang Mungkin Terjadi pada Terapi Infus Intavena

35
a. Kerusakan/Oklusi Kanula Hal pertama yang bias kita temukan pada
kanula yang mengalami oklusi adalah kesulitan untuk membilas
alat. Pasien dapat melaporkan adanya nyeri pada lokasi kanula,
yang segera butuh pemasangan ulang kanula. Jika pasien mendapat
cairan IV yang melalui pompa, maka alaram pompa dapat
berbunyi. Jika terapi IV diberikan tampa pompa dikenal grafity
feed dapat dilihat infus berjalan sangat lambat atau bahkan berhenti
pada waktu-waktu tertentu.
b. Nyeri Lokasi terpasang kanula diinspkesi menggunakan skor VIP
(visual infusion phlebitis).Nyeri pada lokasi kanula juga 19 dapat
disebabkan oleh obat, kemungkinan jika obat di incerkan dengan
kadar yang salah. Flebitis juga dapat menyebabkan nyeri.
c. Flebitis
Flebitis (phelebitis) didefinisikan sebagai peradangan akut lapisan
internal vena yang ditandai oleh rasa sakit dan nyeri sepanjang
vena, kemerahan, bengkak dan hangat, serta dapat di rasakan di
daerah sekitar penusukan. Flebitis adalah komplikasi yang sering
dikaitkan dengan terapi IV (Nursalam, 2017).
d. Embolisme
Terdapat tiga jenis embolisme, sebagai berikut.
1) Trombus (gumpalan darah): kondisi ini biasanya diterapi
dengan antikoagulan oral.
2) Udara yang memasuki system kardiovaskuler, yang merupakan
alas an mengapa kita harus mengeluarkan udara dari set
pemberian dan spuit intravena.
3) Mekanis: dapat disebabkan potongan kanula yang rusak, kaca
dari ampul, atau karet dari ampul obat yang masuk kedalam
system

e. Kesalahan obat

36
Untuk kesalahn obat yang diberikan melalui infus, kita perlu
menghentikan infus dengan segera dan memberitahu staf senior,
termasuk perawat penangung jawab, tenaga medis, dan apoteker.
f. Cedera jarum suntik
Cedera jarum suntik paling sering disebabkan oleh upaya menutup
kembali jarum suntik: jangan pernah menutup kembali jarum suntik
g. Speed shock/fluid overload/free flow
Speed shock adalah pemberian obat yang terlalu cepatdan tidak
terkontrol,yang gejalanya terjadi akibat kecepatan pemberian obat
dan bukannya karena volume obat atau cairan. Fluid overload
secara harfiah adalah ketika pemberian sejumlah cairan secara
berlebihan pada pasien beresiko missal pasien gagal ginjal, jantung,
pasien lansia dan anak- 20 anak.Free flow terjadi ketika cairan
yang diberikan tidak teratur.
h. Ekstravasasi
Keadaan ini terjadi ketika suatu zat vesicant (pembentuk bula)
merusak jaringan di bawahnya karena kanula keluar dari vena.
i. Infiltrasi
Dulu keadaan ini disebut ‘tissuing’.Infiltrasi terjadi ketika kanula
bergeser dari vena dan zat yang diinfuskan masuk kedalam
jaringan.Lengan dapat mengalami edema (sangat membengkak).
j. Hematoma
Hematoma disebabkan oleh perdarahan yang tidak terkontrol,
biasanya menimbulkan pembengkakan yang keras, berbeda warna,
dan nyeri di bawah kulit (Boyd, 2015).

37
BAB II
TINJAUAN TEORI ASUHAN KEBIDANAN
A. TINJAUAN TEORI ASUHAN KEBIDANAN
1. Menajemen Kebidanan
a. Definisi Manajemen Kebidanan
Manajemen kebidanan adalah pendekatan yang digunakan oleh
bidan dalam menerapkan metode pemecahan masalah secara
sistematis mulai dari pengkajian, analisis data, diagnosa kebidanan,
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi (Mufdilah & Hidayat, A
Kharimaturrahmah, 2012).
b. Langkah-langkah Manajemen Kebidanan
Menurut Varney dalam Kriebs & Gegor (2010)menajemen
asuhan pada kebidanan terdiri dari tujuh langkah :
1) Langkah I: Pengumpulan Data Dasar
Mengumpulkan data adalah menghimpun informasi dari
klien/orang yang meminta asuhan. Data yang tepat adalah data
yang relefan dengan situasi yang sedang ditinjau.kegiatan
pengumpulan data dimulia saat klien masuk dan dilanjutkan
secara terus menerus selama proses asuhan kebidanan. Teknik
pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, wawancara,
dan pemeriksaan. Klasifikasi data dibagi menjadi dua yaitu data
subyektif dan data obyektif.
2) Langkah II: Interpretasi Data Dasar atau Menganalisa Data
Data dasar yang sudah dikumpulkan kemudian
diinterpretasikan sehingga ditemukan masalah atau diagnosa
yang spesifik. Sedangkan pengertian masalah/diagnosa adalah
suatu pernyataan dari masalah pasien/klien yang nyata atau
potensial dan membutuhkan tindakan.
3) Langkah III : Mengidentifikasi Diagnosa atau Masalah Potensial
dan tindakan segera sebagai antisipasinya.

38
Langkah ketiga yaitu mengidentifikasi masalah potensial
berdasarkan diagnosis/masalah yang sudah diidentifikasi. Pada
langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan
dilakukan pencegahan. Langkah ini penting sekali dalam
melakukan asuhan yang aman dan bersifat antisipasi yang
rasional/ logis.
Pada langkah III perlunya tindakan segera dan melakukan
tindakan berdasarkan masalah potensial yang sudah dirumuskan.
Tindakan segera dilakukan untuk mengantisipasi ancaman yang
fatal, sehingga nyawa ibu dan janin dapat terselamatkan. Untuk
dilakukannya tindakan antisipasi atau langkah pencegahan bidan
bisa menggunakan Skor Poedji Rochjati.
4) Langkah IV : Menetapkan Perlunya Konsultasi dan Kolaborasi
Segera dengan Tenaga Kesehatan Lain
Pada kondisi tertentu, seorang bidan harus melakukan
tindakan segera untuk menyelamatkan pasien. Tindakan tersebut
mungkin perlu melakukan konsultasi atau kolaborasi dengan
dokter kandungan atau tim kesehatan lainnya. Seorang bidan
juga harus mampu mengevaluasi kondisi setiap klien untuk
menentukan kepada siapa sebaiknya konsultasi dan kolaborasi
dilakukan.
5) Langkah V : Merencanakan Asuhan yang Komprehensif/
Menyeluruh
Langkah kelima dilakukan perencanaan asuhan
komprehensif atau menyeluruh berdasarkan langkah
sebelumnya. Semua perencanaan asuhan disusun berdasarkan
pertimbangan yang tepat, meliputi pengetahuan, teori yang up to
date, perawatan berdasarkan bukti (evidance based), serta
divalidisasikan dengan asumsi mengenai apa yang diinginkan
dan tidak diinginkan oleh pasien. Pasien perlu dilibatkan dalam
menyusun perencanaan karena pengambilan keputusan dalam

39
melaksanakan rencana asuhan harus disetujui oleh pasien
(Sulistyawati, 2011).
6) Langkah VI : Melaksanakan Asuhan Sesuai Perencanaan Secara
Efisien dan Aman
Menurut Sulistyawati(2011)pelaksanaan perencanaan
asuhan dilakukan secara efisien dan aman. Realisasi dari
perencanaan dapat dilakukan oleh pasien, bidan atau anggota
keluarga yang lain. Menejemen yang efisien akan menyingkat
waktu, biaya dan meningkatkan mutu asuhan. Pelaksanaan
asuhan dapan dilakukan dalam tindakan mandiri, kolaborasi dan
tindakan pengawasan.
7) Langkah VII : Melakukan Evaluasi Terhadap Asuhan yang
Telah Dilaksanakan
MenurutSulistyawati (2011) evaluasi meliputi tercapianya
asuhan kebidanan, efektifitas tindakan untuk mengatasi masalah
dan hasil tindakan. Berupa pemulihan kondisi pasien,
peningkatan kesejahteraan emosional, peningkatan pengetahuan
dan kemampuan pasien mengenai perawatan diri, serta
peningkatan kemandirian pasien dan keluarga dalam memenuhi
kebutuhan kesehatannya.
c. Pendokumentasian Asuhan Kebidanan
Menurut Nursing Documentasion (1994) dalam Ai & Rukiyah
(2014)pendokumentasian hasil asuhan merupakan catatan tentang
interaksi antara pasien, keluarga pasien dan tim kesehatan yang
mencatat tentang hasil pemeriksaan prosedur, pengobatan pada
pasien dan pendidikan kesehatan pada pasein serta respon pasien
pada semua kegiatan yang dilakukan. Metode pendokumentasian
yang dilakukan dalam asuhan kebidanan adalah dengan
menggunakan SOAP :
1) S (Subyektif) : Data subyektif ini diperoleh dari hasil anamnesa
pasien. Meliputi identitas pasien, keluhan utama, riwayat

40
kesehatan pasien yang diderita sekarang maupun dahulu,
riwayat obstetri (riwayat haid, riwayat kehamilan sekarang dan
dahulu, riwayat persalinan, nifas dan KB) dan psikologi, sosial,
cultural dan spiritual.
2) O (Obyektif) : Data obyektif diperoleh dari hasil pemeriksaan
fisik maupun penunjang pada pasien.
3) A (Analisa): Mencatat diagnosa masalah yang telah diperoleh
dari data subyektif dan obyektif.
4) P (Penatalaksanaan) : Mencatat perencaan dan hasil asuhan yang
telah dilakukan

41
DAFTAR PUSTAKA

Aguswati, Fera. 2016. Asuhan Kebidanan Komprehensif.


http://repository.ump.ac.id/1152/1/Fera%20Aguswati%20BAB%20II.pdf
Ai, Y., & Rukiyah. (2014). Asuhan Kebidanan I. Trans InfoMedia.
Aini, Q & Firdaus, M 2013, Pengaruh Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Perawat
Terhadap Penerapan Standar Prosedur Operasional (SPO) Pemasangan Infus
Di RS PKU Muhammadiyah Bantul, Tesis Program Pasca Sarjana,
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
https://www.neliti.com/id/publications/113913/pengaruh-
tingkatpengetahuan-dan-sikap-perawat-terhadap-penerapan-standar-prosed
Alexander et al. (2010). Infusion Nursing: An Evidence Based Approach (3rd
Ed.). Missouri: Saunders Elsevier
Alexander, M, Corrigan, A, Gorski, L 2010, Infusion Nursing Society, Infusion
Amalia 2014, ‘Hubungan Perilaku Perawat terhadap Pelaksanaan SOP dalam
Pemasangan IVFD di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Pelabuhan
Pelembang Tahun 2014’, Jurnal STIKES Muhammadiyah Palembang, Vol.
4, No. 1, http://journalstikesmp.ac.id/filebae/JURNALAMALIA
Amare, G 2012, ‘Reviewing the Values of a Standard Operating Procedure’,
Ethiopian Journal of Health Sciences, Vol. 22, No. 3
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3511899/
Andares. (2009). Analisa hubungan karakteristik perawat dan tingkat kepatuhan
perawat dalam pelaksanaan protap pemasangan infus di Rumah Sakit Badrul
Aini Medan. Jurnal Keperawatan (2014, https://www.google.com/search?
q=da ftar+pustaka+priharjo+2008&gws_rd=ssl.
Apirilin, H. (2011). Hubungan Perawatan Infus Dengan Terjadinya Phlebitis Pada
Pasien Yang Terpasang Infus di Puskesmas Krian Sidoarjo. Jurnal
keperawatan. (2014, http: //www.dianhusada.ac.id/jurnalimg/jurper1-2-
het.pdf
Arma, MR 2012, Pengaruh Pelatihan Kolaborasi pada Perawat yang Mengalami
Konflik Peran terhadap Kepatuhan dalam Pelaksanaan Standar
OperasionalProsedur (Pemasangan Infus) di Ruangan Interne, RSUP Dr.M.
Djamil Padang, Skripsi Program Studi Keperawatan, Universitas Andalas
Padang, http://repo.unand.ac.id/45/

42
Asmadi 2010, Teknik Prosedural Keperawatan Konsep dan Aplikasi Kebutuhan
Dasar Klien, Salemba Medika, Jakarta
Bartini, I. 2012. ANC : Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil Normal Askeb I.
Yogyakarta: Nuha Medika;

Depkes RI , (2009), penelitian hiperemesis gravidarum, : Jakarta

Depkes RI, (2014), Penyebab Hiperemesis Gravidarum pada ibu hamil,


Jakarta :PT. Yankes

Desy, (2009) .Obstetri & Ginekologi.Yogyakarta: Tosca Entreprise

Dewi, & Sunarsih, T. (2011). Asuhan Kehamilan untuk Kebidanan. Salemba


medika.
Dewi, Dkk. 2011. Asuhan Kehamilan Untuk Kebidanan. Jakarta: Salemba
medika.

Ditjen Yankes Depkes RI, (2013) ,Gejala Hiperemesi Gravidarum,


Jakarta :PT.Yankes

Ditjen Yankes Depkes RI,(2009),Klasifikasi Angka Kejadian Hiperemesi


Gravidarum, Jakarta : PT.Yankes

Fauziah, S, and Sutejo. 2012. Keperawatan Maternitas Kehamilan. Jakarta:


Kencana Prenada Media Group.

Hetje, (2014) . Faktor-faktor yang berhubungan dengan terjadinya


hiperemesisgravidarum, Jurnal Ilmiah Bidan, 2 (2),61-62

Indonesia, Bidan dan Dosen Kebidanan. 2018. Kebidanan Teori Dan Asuhan
Volume 1. Jakarta: EGC.

Insani, Aldina Ayunda, Ayu Nurdiyan, Yulizawati, Lusiana Elsinta B, Detty


Iryani, Fitrayeni. 2016. Berpikir Kritis Dasar Bidan Dalam Manajemen
Asuhan
Kebidanan.http://jom.fk.unand.ac.id/index.php/jom/article/download/8/21
Jannah, (2011). Antenatal Care. jogjakarta : Bina pustaka

Kamariyah, Dkk. 2014. Buku Ajar Kehamilan Untuk Mahasiswa & Praktisi
Keperawatan Serta Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika.

Kriebs, J. M., & Gegor, C. L. (2010). Buku Saku Asuhan Kebidanan Varney Ed.2.
EGC.

43
Kriebs, Jan M., and Carolyn L. Gegor. 2010. Buku Saku Asuhan Kebidanan
Varney Ed.2. Jakarta: EGC.

Kumalasari, I. 2015. Perawatan Antenatal, Intranatal, Postnatal Bayi Baru Lahir


Dan Konsepsi. Jakarta Selatan: Salemba Medika.

Kusmiati, Erna. 2014. Asuhan Kebidanan Komprehensif.


http://repository.ump.ac.id/996/4/Erna%20Kusmiati%20BAB%20II.pdf
Manuaba , dkk. 2007. Kuliah Obsterti. Jakarta : Kedokteran ECG.

Manuaba, 2010. Ilmu Kebidanan Dan Penyakit Kandungan Dan Keluarga


Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC
Manuaba, I. B. G. (2012). Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga
Berencama untuk Pendidikan Bidan. Penerbit ECG.
Manuaba, Ida Bagus Gede. (2010) . Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan danKb.
Jakarta : EGC

Margaretha, (2016) ,Gizi Pada Ibu Hamil.jakarta:Bina Medika

Marmik ,ddk . 2011. Asuhan Kebidanan Patologi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Maternity, D., Putri, R. D., & Aulia, D. L. N. (2017). Asuhan Kebidanan


Komunitas. Penerbit Andi.
Mauliana, (2016), Hubungan Antara Gizi Ibu Hamil Dengan Hiperemesis
Gravidarum, jurnal darul azhar,

Mochtar Rustam. 2010. Sinopsis Obsterti. Jakarta ECG

Mochtar, (2011), buku Kebidanan Kehamilan,Jakarta: ECG

Morgan Geri,dkk.2009, Obsterti Dan Gineologi Paduan Peraktik, Jakarta : ECG

Muslihatun (2009). Ilmu Kebidanan. Jakarta : ECG

Nursalam. (2008). Buku Metode Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta

Nursing: An Evidence-based Approach, Third Edition, Saunders Elsevier, St.


Louis, https://www.elsevier.com/books/infusionnursing/alexander/978-1-
4160-6410-7
Pantiawati, Ika & Saryon. (2013). Asuhan Kebidanan Kehamilan. Yogyakarta

Prawihardjo Saswono. 2009. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan

44
Maternatal dan Neonatal . Jakarta . PT Bina Pustaka

Prawirohardjo, Sarwono (2010) .Buku Kebidanan. Jakarta: Penerbit Bina Pustaka

Rahma, T. R. S. M. (2016). Asuhan pada Ibu Hamil Trimester I dengan


Hiperemesis Gravidarum Tingkat I. Jurnal Bidan, 2(2), 234047.

Romauli Suryati. 2011. Asuhan Kebidanan Konsep Dasar Asuhan Kehamilan.


jogjakarta

Romauli, Suriati. (2016) .Asuhan Kebidanan Kehamilan.yogyakarta:Nuha Medika

Runiari Nengah. 2010. Asuhan Kebidanan Pada Klien Dengan Hiperemesis

Rustam, Mochtar. 2010. Sinopsis Obstetri. Jakarta: EGC.

Saminem. 2009. Seri Asuhan Kebidanan Kehamilan Normal. Jakarta: EGC.

Tiran. 2018. Mengatasi Mual-Mual Dan Gangguan Lain Selama Kehamilan.


Jakarta: Disglossia.

Varney Helen Ddk. (2007), Asuhan Kebidanan , Jakrta.ECG

Widatiningsih, Sri, and Christin Hiyana Tungga Dewi. 2017. Praktik Terbaik
Asuhan Kehamilan. Yogyakarta: Trasmedika.

Winkjosastro Hanifa.(2007). Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina


PustakaSaswono Prawirohardjo.

Winkjosastro, Ddk , 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka

45
LAMPIRAN

46
LAMPIRAN

SOP (STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR)

Pemasangan Infus
NO SUBJUDUL PENJELASAN

1 PENGERTIAN Pemasangan infuse merupakan tindakan yang dilakukan pada


pasien yangmemerlukan masukan cairan atau obat langsung ke
dalam pembuluh darahvena dalam jumlah dan waktu tertentu
dengan menggunakan infus set.
2 TUJUAN 1. Mempertahankan atau mengganti cairan tubuh cairan
elektrolit, vitamin,protein, kalori dan nitrogen. Pada klien
yang tidak mampumempertahankan masukan yang adekuat
melalui mulut.
2. Memulihkan keseimbangan asam-asam
3. Memulihkan volume darah dan,
4. Menyediakan saluran terbuka untuk pemberian obat-obatan
3 INDIKASI 1. Pasien Syok
2. Pasien yang mengalami pengeluaran cairan berlebih
3. Intoksikasi berat
4. Sebelum tranfusi darah
5. Pasien yang membutuhkan pengobatan tertentu
5 PERSIAPAN Alat steril
1. Bak instrument berisi hand scon dan kasa steril
2. Infus set steril
3. Jarum / wingnedle / abocath dengan nomer yang sesuai
4. Korentang dan tempatnya
5. Kom tutup berisi kapas alcohol

47
Alat tidak steril
1. Standart infus
2. Bidai dan pembalut jika perlu
3. Perlak dan alasnya
4. Pembendung (tourniquet)
5. Plester
6. Gunting verban
7. Bengkok8. Sarung tangan bersih

Obat-obatan
1. Alcohol 70%
2. Cairan sesuai advis dokter, misal NaCl 0,9%, Dextrose 5% dll
6 PELAKSANAAN Persiapan Pasien :

1. Memperkenalkan diri
2. Memberitahu dan menjelaskan tujuan tindakan
3. Meminta kesediaan pasien untuk di rawat
4. Atur posisi yang nyaman bagi klien

Persiapan Lingkungan :

5. Ciptakan lingkungan yang tenang dan aman
6. Gunakan sketsel saat melakukan prosedur
7. Membawa alat ke dekat pasien

Pelaksanaan :

8. Mencuci tangan
9. Memakai sarung tangan
10. Membuka daerah yang akan dipasang infus
11. Memasang alas dibawah anggota badan yang akan dipasang
infus

48
12. Membuka set infus dan meletakkannya pada bak instrumen steril
13. Menusukkanjarum set infus ke dalam botol
infus kemudianmengalirkan cairan ke selang infus berakhir di
bengkok untukmengeluarkan udara dan mengisi selang infus
14. Isi tempat tetesan infus kurang lebih separuhnya
15.  Pastikan roller selang infus dalam keadaan menutup
(ke arahbawah)
16. Menggantungkan selang infus pada standar infus
17. Buka abocath dari bungkusnya
18. Potong 3 lembar plester1
19. Pilih pembuluh darah yang akan dipasang infus, dengan
syarat :pembuluh darah berukuran besar, pembuluh darah tidak
bercabang,pembuluh darah tidak di area persendian
20. Bendung bagian proksimal/atas dari pembuluh darah yang
akandipasang infus dengan torniquet
21. Minta pasien menggenggamkan tangan, dengn ibu jari pasien
didalam genggaman
22. Mendesinfeksi daerah yang akan dipasang infus
23. Menusukkan jarum infus ke vena dengan lubang jarum
menghadapkeatas. Pastikan darah mengaliri jarum dan abocath.
Jika belumteraliri oleh darah, temukan pembuluh darah
sampai darah mengaliri jarum dan abocath
24. Tourniket dilepas bila darah sudah masuk
25. Lepas jarum sambil meninggalkan abocath di dalam
pembuluhdarah
26. Tekan pangkal abocath untuk mencegah darah keluar danmasukk
an ujung sela infus set ke abocath
27. Fixasi secara menyilang menggunakan plester abocath yang
sudahterpasang
28. Alirkan cairan dari botol ke pembuluh darah
dengan membukaroller. Bila tetesan lancar, jarum masuk di

49
pembuluh darah yangbenar
29.  Fixasi dengan cara kupu-kupu. Meletakkan plester dengan
caraterbalik di bawah selang infus, kemudian disilangkan
30. Menutup jarum dan tempat tusukan dengan kassa steril
dandiplester
31. Mengatur/menghitung jumlah tetesan
32. Mengatur posisi pada anggota tubuh yang diinfus bila perlu
diberispalk
33. Menuliskan tanggal pemasangan infus pada plester terakhir
34. Merapikan alat dan pasien
35. Melepas sarung tangan dan mencuci tangan

7. EVALUASI 1. Aliran dan tetesan infus lancar


2. Tidak terjadi hematom
3. Sterilitas terjaga
4. Infus terpasang rapi
5. Pasien nyaman
6. Lingkungan bersi

8. REFERENSI Nursalam. 2008. Manajemen Keperawatan Aplikasi dalam


PraktikKeperawatan Profesional. Jakarta: Salemba Medika

50
51

Anda mungkin juga menyukai