Anda di halaman 1dari 43

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA REMAJA Nn. D DENGAN ANEMIA


RINGAN DI PUSKESMAS SUNGAI BAHAR VII
TAHUN 2021

Dosen Pembimbing :
Lia Artika Sari, M.Keb

OLEH
NOVRIANA LUBIS
PO71242210045

PROGRAM STUDI PROFESI BIDAN


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAMBI
TAHUN AKADEMIK 2021/2022
LEMBAR PENGESAHAN

Telah disahkan “Laporan Kasus Asuhan Kebidanan Pada Remaja Nn. D dengan
Anemia Ringan di Puskesmas Sungai Bahar VII Muaro Jambi” guna memenuhi
tugas Stase Remaja dan Pranikah Program Studi Profeksi Bidan Poltekkes Kemenkes
Jambi tahun 2021

Jambi, Oktober 2021

Mengetahui:
Preseptor Akademik Pembimbing Lahan

(Lia Artika Sari, M.Keb) (Ika Sarwendah, AM.Keb)


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah, SWT atas rahmat dan hidayahnya laporan tugas

akhir ini dapat terselesaikan dengan sebaik-baiknya dengan judul “Asuhan Kebidanan

Pada Remaja Nn.D dengan Anemia Ringan di Puskesmas Sungai Bahar VII Tahun

2021”

Dalam proses penyusunan laporan ini tidak terlepas dari dukungan berbagai pihak

yang telah membantu. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima

kasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu Lia Artika Sari, M.Keb selaku dosen

pembimbing yang telah banyak membantu, memberikan saran, bimbingan, arahan dan

nasehat, serta meluangkan banyak waktu dalam penyelesaian laporan tugas akhir ini

Dalam penyusunan tugas ini penulis sangat menyadari bahwa masih banyaknya

terdapat kekurangan dan kesalahan pada tugas ini yang dikarenakan keterbatasan ilmu

pengetahuan, pengalaman, serta kekhilafan yang penulis miliki. Maka dari itu dengan

kerendahan hati penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat mendidik

dan membangun dari semua pihak demi perbaikan kualitas dan kesempurnaan tugas ini

yang akan datang.

Semoga Allah SWT berkenan melimpahkan segala rahmat dan karunia – Nya

kepada kita semua dan akhir kata penulis berharap semoga tugas ini bermanfaat bagi

kita semua. Aamiin

Jambi, Oktober 2021

Novriana Lubis

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
HALAMAN PERSETUJUAN
KATA PENGANTAR ................................................................................. i
DAFTAR ISI ............................................................................................... ii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ....................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................. 3
C. Tujuan Penulisan .................................................................... 3
D. Manfaat Penelitian ................................................................. 4

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA


A. Teori Remaja .......................................................................... 6
B. Teori Anemia ......................................................................... 8
C. Teori Manajemen Asuhan Kebidanan ..................................... 14
D. Teori Evidence bassed ............................................................ 17
E. Pathway Anemia .................................................................... 19
F. Mind Maping Anemia ............................................................ 20

BAB III. TINJAUAN KASUS ................................................................... 21


BAB IV. PEMBAHASAN .......................................................................... 26
BAB V PENUTUP .................................................................................... 34
A. Kesimpulan ............................................................................ 34
B. Saran ...................................................................................... 35

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 37


LAMPIRAN

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Anemia merupakan penurunan jumlah hemoglobin darah masih menjadi

permasalahan kesehatan saat ini, serta merupakan jenis malnutrisi dengan

prevalensi tertinggi di dunia. Hal ini ditunjukkan dengan masuknya anemia ke

dalam daftar Global Burden of Disease dengan jumlah penderita sebanyak 1,159

miliar orang di seluruh dunia (sekitar 25 % dari jumlah penduduk dunia). Sekitar

50% dari semua penderita anemia mengalami defisiensi besi (Mairita dkk,

2018).

Anemia adalah suatu keadaan kadar hemoglobin (Hb) di dalam darah

lebih rendah daripada nilai normal untuk kelompok orang menurut umur dan

jenis kelamin. Penyebab anemia pada negara dengan prevalensi anemia di atas

20% adalah anemia defisiensi Fe atau kombinasi defisiensi Fe. Anemia yang

terjadi karena kekurangan zat besi sehingga pembentukan sel - sel darah merah

dan fungsi lain dalam tubuh terganggu adalah anemia gizi besi. Di Indonesi

Prevalensi anemia pada kelompok umur 5 –14 tahun adalah 26,4% dan pada

kelompok umur 15 – 24 tahun adalah 18,4%.

World Health Organization (WHO) tahun 2015 melaporkan bahwa lebih

dari 30 % atau 2 miliar orang di dunia berstatus anemia, sedangkan prevalensi

di Asia Tenggara adalah 25-40% remaja putri mengalami kejadian anemia

tingkat ringan sampai berat. Berdasarkan data Riskesdas tahun 2007 didapatkan

prevalensi anemia sebanyak 14,8% dan mengalami peningkatan menjadi 21,7%

menurut data Riskesda tahun 2013. Riskesdas 2007 prevalensi anemia

1
berdasarkan kelompok umur 5-14 tahun sebanyak 9,4% dan kelompok umur

15-24 tahun sebanyak 6,9%. Berdasarkan Riskesdas tahun 2013 prevalensi

anemia berdasarkan kelompok umur 5-14 tahun sebanyak 26,4% dan kelompok

umur 15-24 tahun sebanyak 18,4%. Sedangkan menurut jenis kelamin laki-laki

sebanyak 18,4% dan perempuan sebanyak 23,9%. Berdasarkan semua kelompok

umur tersebut, wanita memiliki prevalensi tertinggi mengalami anemia.

Anemia pada remaja dapat menyebabkan keterlambatan pertumbuhan

fisik, gangguan perilaku serta emosional. Hal ini dapat mempengaruhi proses

pertumbuhan dan perkembangan sel otak sehingga dapat menimbulkan daya

tahan tubuh menurun, mudah lemas dan lapar, konsentrasi belajar terganggu,

prestasi belajar menurun serta dapat mengakibatkan produktifitas kerja yang

rendah (Sayogo, 2006). Sebagai efek jangka panjang dari anemia, remaja putrid

sebagai calon ibu yang akan melahirkan generasi penerus bangsa

meningkatnya risiko kematian maternal, prematuritas, BBLR dan kematian

perinatal (Proverawati, 2011).

Melihat dari fenomena diatas, anemia merupakan salah satu masalah gizi

utama di Indonesia, yang cukup menonjol pada anak-anak sekolah khususnya

remaja. Remaja putri merupakan salah satu kelompok yang rawan menderita

anemia dibandingkan dengan remaja laki-laki karena alasan pertama remaja

putri setiap bulan mengalami siklus menstruasi dan alasan kedua yaitu karena

memiliki kebiasaan makan yang salah, hal ini terjadi karena para remaja putrid

ingin terlihat ideal untuk menjaga penampilannya sehingga mereka berdiet dan

mengurangi makan, akan tetapi diet yang dijalankan merupakan diet yang tidak

2
seimbang dengan kebutuhan tubuh sehingga dapat menyebabkan tubuh

kekurangan zat-zat penting seperti zat besi

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan studi

kasus asuhan kebidanan pada remaja Nn. D dengan anemia ringan di Puskesmas

Sungai Bahar Unit VII Muaro Jambi Tahun 2021

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan identifkasi masalah di atas,

maka rumusan masalah pada studi kasus ini yaitu Bagaimana Asuhan Kebidanan

pada Remaja Nn. D dengan Anemia ringan di Puskesmas Sungai Bahar Unit VII

Muaro Jambi Tahun 2021?

C. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Tujuan umum dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran

dan melakukan asuhan kebidanan pada remaja Nn.D dengan kasus anemia

ringan di Puskesmas Sungai Bahar VII Tahun 2021 menggunakan manajemen

asuhan kebidanan 7 langkah Varney

2. Tujuan Khusus

a. Mampu melakukan pengkajian menyeluruh asuhan kebidanan pada

remaja Nn. D dengan anemia ringan di Puskesmas Sungai Bahar VII

Tahun 2021

b. Mampu melakukan interpretasi data pada remaja Nn.D dengan anemia

ringan di Puskesmas Sungai Bahar VII Tahun 2021.

3
c. Mampu menentukan diagnosa potensial dan masalah Asuhan Kebidanan

pada remaja Nn. D dengan anemia ringan di Puskesmas Sungai Bahar VII

Tahun 2021.

d. Mampu mengidentifikasi kebutuhan akan tindakan segera Asuhan

Kebidanan pada remaja Nn.D dengan anemia ringan di Puskesmas Sungai

Bahar VII Tahun 2021.

e. Mampu merencanakan tindakan Asuhan Kebidanan pada remaja Nn.D

dengan anemia ringan di Puskesmas Sungai Bahar VII Tahun 2021.

f. Mampu melaksanakan tindakan Asuhan Kebidanan pada remaja Nn.D

dengan anemia ringan di Puskesmas Sungai Bahar VII Tahun 2021.

g. Mampu mengevaluasi tindakan Asuhan Kebidanan pada remaja Nn.D

dengan anemia ringan di Puskesmas Sungai Bahar VII Tahun 2021

D. Manfaat Penulisan

1. Bagi Penulis

Sebagai sarana belajar bagi penulis untuk mengaplikasikan teori

dalam perkuliahan untuk memenuhi Tugas Laporan Kasus Praktek Asuhan

Kebidanan, serta menambah wawasan pengetahuan dan pengalaman serta

bahan dalam mempelajari kesenjangan yang dapat dipraktekkan dan teori

yang ada.

2. Bagi Poltekkes Kemenkes Jambi

Dapat dijadikan bahan referensi dalam perpustakaan untuk

memberikan pelayanan dalam memberikan Asuhan Kebidanan remaja dengan

kasus anemia ringan

4
3. Bagi Lahan Praktik

Diharapkan dapat berguna sebagai acuan untuk memberikan

pelayanan dan tingkat kepuasan pasien terhadap asuhan yang di berikan pada

remaja dengan anemia ringan.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Remaja

1. Pengertian Remaja

Masa remaja atau masa adolesensi adalah suatu fase perkembangan

yang dinamis dalam kehidupan seorang individu. Masa ini merupakan

periode transisi dari masa anak ke masa dewasa yang ditandai dengan

percepatan perkembangan fisik, mental, emosional dan social dan

berlangsung pada dekade kedua masa kehidupan (Narendra, 2005). Monks,

dkk (2004) mendefinisikan remaja apabila telah mencapai umur 10-18 tahun

untuk anak perempuan dan 12-20 tahun untuk anak laki-laki, sementara itu

WHO mendefinisikan remaja bila anak telah mencapai umur 10-19 tahun.

Menurut Undang-undang No. 4179 mengenai kesejahteraan anak, remaja

adalah individu yang belum mencapai umur 21 tahun dan belum menikah.

Adapun Menurut UU Perburuan anak dianggap remaja apabila telah

mencapai umur 16-18 tahun atau sudah menikah dan mempunyai tempat

tinggal sendiri.

Sarwono (2011) menyatakan bahwa remaja adalah suatu masa dimana

individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tandan-tanda

seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual. Individu

mengalami perkembangan psikologis dan pola identifikasi dari anak-anak

menjadi dewasa, serta terjadi peralihan dari ketergatungan sosial ekonomi

yang penuh kepada keadaan yang relative mandiri

6
2. Tahap Perkembangan Remaja

Menurut Depkes RI dan WHO (2005) dalam Irianto (2015) remaja

berlangsung melalui 3 tahapan yang masing-masing ditandai dengan isu-isu

biologik, psikologik dan sosial yaitu :

a. Masa remaja awal (10-12 tahun)

Masa remaja bermula pada perubahan fisik yang cepat,

pertambahan berat dan tinggi badan yang drastis, perubahan bentuk tubuh,

dan perkembangan karakteristik seksual seperti pembesaran buah dada

(payudara), perkembangan pinggang dan kumis, dan suara. Pada

perkembangan ini pencapaian kemandirian dan identitas sangat menonjol

(pemikiran semakin logis, abstrak dan idealistis) dan semakin banyak

menghabiskan waktu diluar keluarga.

b. Masa remaja tengah (13-15 tahun)

Perkembangan pada remaja tengah pada umunya adalah menerima

hubungan baru dan lebih dekat dengan teman sebaya, meraih peras

maskulin dan feminin, meraih kebebasan emosional dari orangtua dan

orang dewasa lainnya, mengembangkan keterampilan dalam komunikasi

interpersonal dan belajar berteman baik di dalam kelompok lain,

menemukan figur yang tepat untuk dijadikan sebagai model dalam

mencapai identitas ego, menyadari dan menggunakan potensi diri dan

meraih peran jenis.

Pada periode ini, keformalitasan terhadap kelompok atau teman

sebaya memiliki peranan penting bagi remaja. Mereka mencoba mencari

identitas diri dengan berpakaian, berbicara, berperilaku sebisa mungkin

7
sama dengan kelompoknya. Salah satu cara remaja untuk meyakinkan

dirinya yaitu dengan menggunakan simbol status, seperti mobil, pakaian

dan benda-benda lainnya yang

dapat dilihat oleh orang lain.

c. Masa remaja akhir (16-19 tahun)

Pada masa remaja akhir, perkembangan fisik dan psikis yang

dicapai remaja berpengaruh pada perubahan sikap dan perilakunya.

Pemikiran moral remaja berkembang sebagai pendirian pribadi yang tidak

tergantung lagi pada pendapat atau perantara yang bersifat konvensional.

Ciri khas pada masa adolescence ini yaitu pengungkapan

kebebasan diri, lebih selektif dalam mencari teman sebaya, mempunyai

citra jasmani dirinya, mewujudkan rasa cinta, mampu berfikir abstrak.

B. Teori Tentang Anemia

1. Pengertian Anemia

Anemia merupakan keadaan menurunnya kadar hemoglobin

hemotokrit dan jumlah sel darah merah di bawah nilai normal yang dipatok

untuk perorangan (Arisman, 2014). Anemia sebagai keadaan bahwa level

hemoglobin rendah karena kondisi patologis. Defisiensi Fe merupakan salah

satu penyebab anemia, tetapi bukanlah satu-satunya penyebab anemia (Ani,

2016).

Menurut Nursalam (2010), anemia adalah berkurangnya kadar eritrosit

(sel darah merah) dan kadar hemoglobin (Hb) dalam setiap millimeter kubik

darah dalam tubuh manusia. Hampir semua gangguan pada sistem peredaran

8
darah disertai dengan anemia yang ditandai dengan warna kepucatan pada

tubuh, penurunan kerja fisik dan penurunan daya tahan tubuh.

Anemia didefinisikan suatu keadaan yang mana nilai Hb dalam darah

lebih rendah dari keadaan normal (WHO, 2001). Batas kadar normal Hb

untuk kelompok orang ditentukan menurut umur dan jenis kelamin seperti

yang diperlihatkan dalam tabel 1 dibawah ini :

Tabel 1.
Batas Normal Kadar Hb Menurut Umur dan Jenis Kelamin

Kelompok Umur Hb (gr/dl)


Anak-anak 6 bulan – 59 bulan 11
5 – 11 tahun 11,5
12 – 14 tahun 12
Dewasa Wanita >14 tahun 12
Wanita hamil 11
Laki laki >14 tahun 13
Sumber : WHO (2001)

2. Klasifikasi Anemia

Berdasarkan batasan hemoglobin, WHO (2011) juga melakukan

klasifikasi anemia. Batasan hemoglobin untuk setiap klasifikasi, dapat dilihat

pada tabel 2 di bawah ini :

Tabel 2.
Klasifikasi Anemia Berdasarkan Batasan Hemoglobin

Klasifikasi Anemia Batasan Hemoglobin


Normal 11 gr/dl
Ringan 9-10 gr/dl
Sedang 7-8 gr/dl
Berat <7 gr/dl
Sumber: Manuaba dalam Tarwoto dan Wasnidar, 2013:38

Menurut Prawirohardjo (2009), macam-macam anemia adalah sebagai

berikut:

9
a. Anemia defisiensi besi adalah anemia yang disebabkan oleh kurangnya

mineral fe. Kekurangan ini dapat disebabkan karena kurang masuknya

unsur besi dengan makanan, karena gangguan absorbsi atau terpantau

banyaknya besi keluar dari tubuh, misalnya pada pendarahan.

b. Anemia megaloblastik adalah anemia yang disebabkan oleh defisiensi

asam folat, jarang sekali karena defisiensi vitamin B12, anemia ini sering

ditemukan pada wanita yang jarang mengonsumsi sayuran hijau segar atau

makanan dengan protein hewani tinggi.

c. Anemia hemolitik adalah anemia yang disebabkan karena penghancuran

sel darah merah berlangsung lebih cepat dari pembuatannya.

d. Anemia hipoplastik dan aplastik adalah anemia yang disebabkan karena

sumsum tulang belakang kurang mampu membuat sel-sel darah yang baru

(Prawirohardjo, 2009). Pada sepertiga kasus anemia dipicu oleh obat atau

zat kimia lain, infeksi, radiasi, leukimia dan gangguan imunologis

3. Tanda dan Gejala Anemia

Menurut Proverawati (2011), tanda-tanda anemia pada remaja adalah:

a. Lesu, lemah, letih, lelah dan lunglai (5 L).

b. Sering mengeluh pusing dan mata berkunang-kunang.

c. Gejala lebih lanjut adalah kelopak mata, bibir, lidah, kulit dan telapak

tangan menjadi pucat.

Menurut Aulia (2012), tanda-tanda anemia pada remaja adalah:

a. Mudah lelah.

b. Kulit pucat.

c. Sering gemetar.

10
d. Lesu, lemah, letih, lelah dan lunglai (5 L).

e. Sering pusing dan mata berkunang-kunang.

f. Gejala lebih lanjut adalah kelopak mata, bibir, lidah dan telapak tangan

tampak pucat.

g. Anemia yang parah (kurang dari 6 gr%) dapat menyebabkan nyeri

Tanda dan gejala anemia biasanya tidak khas dan sering tidak jelas,

seperti pucat, mudah lelah, berdebar dan sesak napas. Kepucatan bisa

diperiksa pada telapak tangan, kuku dan konjungtiva palbera. Tanda yang

khas meliputi anemia, angular stomatitis, glositis, disfagia, hipokloridia,

koilonikia dan patofagia. Tanda yang kurang khas berupa kelelahan,

anoreksia, kepekaan terhadap infeksi meningkat, kelainan perilaku tertentu,

kinerja intelektual serta kemampuan kerja menurun (Arisman, 2007).

Gejala awal anemia zat besi berupa badan lemah, lelah, kurang energi,

kurang nafsu makan, daya konsentrasi menurun, sakit kepala, mudah

terinfeksi penyakit, stamina tubuh menurun, dan pandangan berkunang-

kunang terutama bila bangkit dari tempat duduk. Wajah, selaput lendir

kelopak mata, bibir, dan kuku penderita tampak pucat. Anemia berat dapat

berakibat penderita sesak napas bahkan lemah jantung (Zarianis,2006).

4. Penyebab Anemia

Menurut Soekarti (2011) penyebab terjadinya anemia adalah:

a. Pada umumnya masyarakat indonesia (termasuk remaja putri) lebih

banyak mengkonsumsi makanan nabati yang kandungan zat besinya

11
sedikit, dibandingkan dengan makanan hewani, sehingga kebutuhan tubuh

akan zat besi tidak terpenuhi.

b. Remaja putri biasanya ingin tampil langsing, sehingga membatasi asupan

makanan.

c. Setiap hari manusia kehilangan zat besi 0,6 mg yang diereksi, khususnya

melalui feses (tinja).

d. Remaja putri mengalami haid setiap bulan, sehingga kehilangan zat besi +

1,3 mg per hari, sehingga kebutuhan zat besi lebih banyak daripada pria

5. Dampak Anemia

Menurut Merryana dan Bambang (2013), dampak anemia bagi remaja

adalah:

a. Menurunnya kesehatan reproduksi.

b. Terhambatnya perkembangan motorik, mental dan kecerdasan.

c. Menurunnya kemampuan dan konsentrasi belajar.

d. Mengganggu pertumbuhan sehingga tinggi badan tidak mencapai optimal.

e. Menurunkan fisik olahraga serta tingkat kebugaran.

f. Mengakibatkan muka pucat

6. Upaya Pencegahan Anemia

Menurut Almatzier (2011), cara mencegah dan mengobati anemia

adalah:

a. Meningkatkan konsumsi makanan bergizi.

b. Makan makanan yang banyak mengandung zat besi dari bahan makanan

hewani (daging, ikan, ayam, hati dan telur) dan bahan makanan nabati

(sayuran berwarna hijau tua, kacang-kacangan, tempe).

12
c. Makan sayur-sayuran dan buah-buahan yang banyak mengandung vitamin

C (daun katuk, daun singkong, bayam, jambu, tomat, jeruk dan nanas)

sangat bermanfaat untuk meningkatkan penyerapan zat besi dalam usus.

d. Menambah pemasukan zat besi ke dalam tubuh dengan minum Tablet

Tambah Darah (TTD).

e. Mengobati penyakit yang menyebabkan atau memperberat anemia seperti:

kecacingan, malaria, dan penyakit TBC

Sedangkan menurut Akhmadi (2008), ada beberapa pendekatan yang

digunakan oleh pemerintah untuk mencegah atau mengurangi terhadap

kejadian kekurangan zat besi, usaha-usaha yang dilakukan tersebut antara

lain:

a. Pemberian suplemen tablet besi

Pemberian tablet zat besi digunakan untuk memperbaiki status

kondisi zat besi seseorang secara cepat. Dalam pemberian tablet ini

memperhatikan beberapa strategi sesuai dengan kelompok yang telah

ditargetkan. Penentuan target ini mempertimbangkan resiko yang dapat

terjadi bila anemia terjadi pada sesorang. Kelompok yang digolongkan

rawan untuk diprioritaskan menjadi target adalah: ibu hamil, anak pra

sekolah, anak sekolah, bayi

b. Modifikasi makanan

Pencegahan ini dilakukan dengan memastikan jumlah makanan

yang dikonsumsi oleh sesorang. Hal ini sangat terkait dengan kuantitas dan

kualitas makanan yang dimakan oleh seseorang atau masyarakat. Bila

ditelusuri lebih hal inipun sangat terkait dengan kondisi social ekonomi

13
masyarakat kita dimana daya beli masyarakat yang rendah sehingga

memperburuk kondisi kesehatan khususnya kekurangan zat besi. Selain

hal tersebut juga yang tak kalah pentingnya adalah bagaimana agar makan

yang kita makan tersebut bersama-sama kita konsumsi dengan makanan

yang membentu penyerapan zat makanan tersebut. Dalam hal ini bila kita

mengkonsumsi makanan yang cukup zat besi tetapi bila banyak faktor

penghambatnya maka penyerapan makanan lebih sedikit dari yang

seharusnya kita dapatkan.

c. Pengawasan penyakit infeksi

Pengobatan penyakit infeksi dan penyakit karena virus sedikit

banyak membantu mengurangi kekurangan zat besi. Dengan pengobatan

yang tepat dapat mengurangi lama dan beratnya infeksi sehingga tidak

memperparah kondisi kekuarang zat besi. Dalam hal ini keluarga perlu

diberikan infomasi yang sebaik-baiknya mengenai pentingnya konsumsi

makanan bila ada anggota keluarga yang sakit ataupun memberikan

dorongan kepada ibu yang menyusui agar terus memberikan ASInya untuk

mencegah penyakit infeksi.

d. Fortifikasi makanan

Fortifikasi zat atau penambahan zat besi ke dalam makanan yang di

konsumsi secara umum oleh masyarakat merupakan tulang punggung pada

beberapa negara. Hal ini sangat efektif untuk membantu mengatasi

kekuarang zat besi

C. Teori tentang Manajemen Asuhan Kebidanan

14
1. Pengertian manajemen kebidanan

Manajemen kebidanan adalah satu metode pendekatan pemecahan

masalah yang digunakan oleh bidan dalam proses pemecahan masalah dalam

pemberian pelayanan asuhan kebidanan, atau merupakan proses pemecahan

masalah yang digunakan oleh bidan serta merupakan metode yang

terorganisir melalui tindakan logika dalam memberi pelayanan (Varney,

2007).

2. Tahapan dalam manajemen kebidanan menurut Helen varney

Proses manajemen kebidanan terdiri dari 7 langkah asuhan kebidanan

yang dimulai dengan pengumpulan data dasar yang diakhiri dengan evaluasi.

Tahapan dalam proses manajemen asuhan kebidanan ada 7langkah yaitu :

a. Pengkajian dalam pengumpulan data dasar yang lengkap untuk menilai

keadaan klien. Yang termasuk data dasar adalah riwayat kesehatan klien,

pemeriksaan fisik, dan catatan riwayat kesehatan yang lalu dan sekarang,

pemeriksaan laboratorium. Semua data tersebut di atas harus

memberikan informasi yang saling berhubungan dari semua sumber dan

menggambarkan kondisi ibu yang sebenarnya.

b. Identifikasi diagnose/masalah aktual.

Menginterprestasikan data secara spesifik mengenai diagnose dan

masalah. Kata diagnose dan masalah selalu digunakan namun keduanya

mempunyai pengertian yang berbeda. Masalah lebih sering berhubungan

dengan apa yang dialami oleh seseorang, menguraikan suatu kenyataan

yang ia rasakan sebagai suatu masalah. Sedangkan diagnose lebih sering

diidentifikasi oleh bidan yang berfokus pada apa yang dialami oleh klien.

15
c. Antisipasi diagnosa/masalah potensial

Dari kumpulan masalah dan diagnosa, identifakasi faktor-faktor

potensial yang memerlukan antisipasi segera tindakan pencegahan jika

memungkinkan atau waspada sambil menunggu dan mempersiapkan

pelayanan untuk segala sesuatu yang mungkin terjadi.

d. Evaluasi perlunya tindakan segera/kolaborasi

Proses manajemen kebidanan dilakukan secara terus menerus

selama klien dalam perawatan bidan. Proses terus menerus ini

menghasilkan data baru segera dinilai. Data yang muncul dapat

menggambarkan suatu keadaan darurat dimana bidan harus segera

bertindak untukmenyelamatkan klien.

e. Rencana asuhan kebidanan

Rencana tindakan konprehensif bukan hanya meliputi kondisi

klien serta hubungannya dengan masalah yang dialami klien akan tetapi

meliputi antisipasi dengan bimbingan terhadap klien, serta konseling,

bila perlu mengenai ekonomi, agama, budaya, atau masalah psikologis.

Rencana tindakan harus disetujui klien, oleh sebab itu harus didiskusikan

denganklien. Semua tindakan yang diambil harus berdasarkan rasional

yang relevan dan diakui kebenarannya serta situasi dan kondisi tindakan

harus dianalisa secara teoritis.

f. Pelaksanaan asuhan kebidanan (Implementasi)

Pelaksanaan rencana asuhan kebidanan (Implementasi)

dilaksanakan oleh bidan dan sebagian dilaksanakan oleh ibu sendiri, dan

anggota tim kesehatan lainnya berdasarkan rencana yang ditetapkan.

16
g. Evaluasi asuhan kebidanan

Langkah akhir kebidanan adalah evaluasi, namun sebenarnya

evaluasi ini dilakukan pada setiap langkah kebidanan. Pada tahap

evaluasi bidan harus mengetahui sejauh mana keberhasilan asuhan

kebidanan yang diberikan kepada klien. (Varney, 2007).

3. Pendokumentasian asuhan kebidanan (SOAP)

a. Data subjektif

Data atau fakta yang merupakan informasi termasuk biodata

mencakup nama, umur, pekerjaan,status perkawinan, pendidikan serta

keluhankeluhan yang diperoleh dari hasil wawancara langsung pada klien

atau keluarga dan tenaga kesehatan lainnya.

b. Data Objektif

Data yang diperoleh dari hasil pemeriksaan fisik mencakup

inspeksi, palpasi, auskultasi, perkusi, serta pemeriksaan penunjang seperti

pemeriksaan laboratorium.

c. Assesmen/Diagnosa

Merupakan keputusan yang ditegakkan dari hasil perumusan

masalah yang mencakup kondisi tersebut. Penegakan diagnose kebidanan

dijadikan 50 sebagai dasar tindakan dalam upaya menanggulangi ancaman

keselamatan ibu.

d. Planning/Perencanaan

Rencana kegiatan mencakup langkah-langkah yang akan

dilakukanoleh bidan dalam melakukan intervensi untuk mencegah masalah

pasien/klien (Salmah, 2016: 171).

17
D. Teori Evidence Based Midwifery (EBM)

1. Pengertian

Evidence based artinya berdasarkan bukti. Artinya tidak lagi

berdasarkan pengalaman atau kebiasaaan semata. Evidence based midwifery

adalah pemberian informasi kebidanan berdasarkan bukti dari penelitian yang

bisa dipertanggung jawabkan (Jayanti, 2020).

Praktik kebidanan sekarang lebih didasarkan pada bukti ilmiah hasil

penelitian dan pengalaman praktik dari para praktisi dari seluruh penjuru

dunia. Rutinitas yang tidak terbukti manfaatnya kini tidak dianjurkan lagi

(Jayanti, 2020).

2. Manfaaat Evidence based Midwifery dalam Praktik Kebidanan

Dengan pelaksanaan praktik asuhan kebidanan yang berdasarkan

evidence based tersebut tentu saja bermanfaat membantu mengurangi angka

kematian ibu hamil dan risiko-risiko yang dialami selama persalinan bagi ibu

dan bayi serta bermanfaat juga untuk memperbaiki keadaan kesehatan

masyarakat.

3. Kategori Evidence Based Menurut World Health Organization (2017)

Menurut WHO, Evidence based terbagi sebagai berikut:

a. Evidenve-based Medicine adalah pemberian informasi obat-obatan

berdasarkan bukti dari penelitian yang bisa dipertanggungjawabkan.

Temuan obat baru yang dapat saja segera ditarik dan peredaran hanya

dalam waktu beberapa bulan setelah obat tersebut dipasarkan, karena di

populasi terbukti memberikan efek samping yang berat pada sebagian

18
penggunanya.

b. Evidence-based Policy adalah satu sistem peningkatan mutu pelayanan

kesehatan dan kedokteran (Clinical Governance): suatu tantangan profesi

kesehatan dan kedokteran di masa mendatang.

c. Evidence based Midwifery adalah pemberian informasi kebidanan

berdasarkan bukti dari penelitian yang bisa dipertanggungjawabkan.

d. Evidence based report adalah mgmpakan bentuk penulisan laporan kasus

yang baru berkembang, memperlihatkan bagaimana hasil penelitian

dapat diterapkan pada semua tahapan penatalaksanaan pasien.

4. Sumber Evidence Based

Sumber EBM dapat diperoleh melalui bukti publikasi jurnal dari

internet maupun berlangganan baik hardcopy seperti majalah, bulletin, atau

CD. Situs internet yang ada dapat diakses, ada yang harus dibayar namun

banyak pula yang public domain

19
E. Pathway Anemia pada Remaja

20
F. Mind Mapping Anemia

20
BAB III

TINJAUAN KASUS

Nama Mhs :Novriana Lubis


NIM : PO71242210045
Tempat Praktik : Puskesmas Sungai Bahar Unit VII

I. PENGKAJIAN DATA
A. Data Subjektif
1. Identitas Pasien Identitas Wali Pasien
Nama : Nn. D Nama : Ny. M
Umur : 15 tahun Umur : 43 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku : Jawa Suku : Jawa
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Pelajar Pekerjaan : IRT
Alamat : RT 4 Tj.Lebar Alamat : RT 4 Tj.Lebar
2. Keluhan utama
Nn. D mengatakan sering pusing, mudah capek dan mata berkunang saat
berdiri
3. Data Kebidanan
Riwayat Menstruasi
a. Menarche : 11 tahun
b. Siklus : ±28 hari teratur
c. Lama : 4-7 hari
d. Banyaknya : ganti pembalut 2-3x sehari
e. Bau : bau anyir
f. Keluhan : nyeri pada 1-2 hari
4. Data Kesehatan
a. Riwayat penyakit sistemik yang pernah/sedang diderita
1) Jantung : Nn.D mengatakan tidak merasa berdebar-debar saat
melakukan aktifitas ringan dan tidak berkeringan dingin
ditelapak tangan

21
2) Ginjal : Nn.D mengatakan tidak pernah merasa sakit pinggang
dan saat BAK tidak sakit
3) Asma : Nn.D mengatakan tidak pernah sesak nafas
4) TBC : Nn.D mengatakan tidak pernah batuk berkepanjangan
selama 3 bulan
5) Hepatitis : Nn.D mengatakan pada mata, kuku, dan kulit tidak
pernah berwarna kuning
6) Hipertensi : Nn.D mengatakan tidak pernah merasakan sakit kepala
hebat, pandangan kabur dan tekanan darah >140/90
mmHg
b. Riwayat penyakit ginekologi
Nn. D mengatakan tidak pernah merasakan gejala rasa sakit,
benjolan, luka, serta keluarnya cairan nanah di kemaluan. Nn.D
mengatakan hanya merasakan nyeri perut saat menstruasi
5. Data Kebutuhan dasar
a. Pola nutrisi
Nn.D mengatakan makan 2x sehari dan tidak pernah sarapan porsi sedang,
jenis makanan nasi, lauk, dan lebih suka makanan instan, minum 6-8
gelas/hari jenis air putih dan teh
b. Pola eliminasi
Nn.D mengatakan BAB 1x sehari serta BAK 3-5x/hari dengan warna urine
kuning jernih
c. Aktifitas
Nn.D mengatakan sehari-hari sekolah dan membantu pekerjaan orangtua
dirumah
d. Istirahat/tidur
Nn.D mengatakan jarang tidur siang dan tidur malam 7-8 jam perhari
e. Personal hygiene
Nn.D mengatakan mandi 2x sehari, gosok gigi 2x sehari, ganti pakaian 2x
sehari dan keramas 1x/2hari
6. Data Psikososial
a. Pengetahuan tentang gangguan/penyakit yang diderita

22
Nn. D mengatakan belum mengetahui penyebab dari kurang konsentrasi,
sering pusing dan mudah capek
b. Pengetahuan tentang kesehatan reproduksi
Nn. D hanya mengetahui bahwa harus menjaga kebersihan area
kewanitaannya, tetapi tidak mengetahui tentang alat reproduksi dan
gangguan reproduksi yang mungkin terjadi
c. Dukungan keluarga
Keluarga dan kerabat selalu mendukung Nn.D untuk cepat sembuh dan
kembali pulih seperti semula, dimana Nn.D selalu ditemani oleh keluarga
dan kerabat saat memerlukan bantuan dan memenuhi kebutuhannnya
d. Keadaan psikologi
Nn.D mengatakan cemas dengan kondisinya karena takut terjadi gangguan
kesehatan yang serius dan mengganggu proses belajar

B. Data Objektif
1. Pemeriksaan umum
a. Keadaan umum : Baik
b. Kesadaran : Composmentis
c. BB : 47
d. TB : 155
e. TTV
TD : 110/70 mmHg S : 36 oC
N : 82x/menit R : 22x/menit
2. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala
1) Rambut : Bersih, tidak berketombe dan tidak mudah rontok
2) Muka : Bersih, tidak oedema
3) Mata : Conjungtiva pucat, sclera putih
4) Hidung : Bersih, tidak ada secret dan tidak ada benjolan
5) Telinga : Simetris, bersih, dan tidak ada serumen
6) Mulut/gigi/gusi : Bibir kering, bersih, tidak stomatitis, tidak caries,
tidak bengkak dan tidak berdarah.

23
b. Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar gondok, tidak ada pembesaran
vena, tidak ada pembesaran kelenjar limfe
c. Dada dan Axilla
1) Dada : Normal, simetris
2) Mammae
a) Membesar : Normal, tidak teraba benjolan abnormal
b) Simetris : Simetris kanan dan kiri
3) Axilla
a) Benjolan : Tidak ada benjolan
b) Nyeri : Tidak ada nyeri tekan
4) Abdomen
a) Benjolan : Tidak ada benjolan atau pembesaran
abnormal
b) Nyeri tekan : Tidak ada nyeri tekan
c) Bekas luka operasi : Tidak ada bekas operasi
5) Genitalia
a) Vulva Vagina
- Varices : Tidak ada varices
- Luka : Tidak ada luka
- Kemerahan : Tidak ada kemerahan
- Nyeri : Tidak ada nyeri tekan
- Kelenjar Bartholini : Tidak ada pembesaran
- PPV : Terdapat pengeluaran pervaginan dari
daerah merah pembalut penuh
b) Anus : Tidak ada Haemoroid
6) Ektremitas
a) Atas : Tidak oedema
b) Bawah : Tidak oedema, tidak ada varices
3. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium

24
Pemeriksaan Hasil Normal Satuan
Gol. Darah AB A, AB, B, O
Hemoglobin 9,8 L : 14-18 g/Dl
P : 12 - 16

II. Manajemen Asuhan Kebidanan


A. Interpretasi Data
Diagnosa : Nn D, umur 15 tahun dengan anemia ringan
Masalah : Sering pusing, mudah capek dan mata berkunang saat berdiri
Kebutuhan : KIE anemia dan menu gizi seimbang
B. Identifikasi Diagnosa dan Masalah Potensial
Anemia ringan
C. Identifikasi Tindakan Segera dan atau Kolaborasi
Tidak ada
D. Rencana Asuhan Menyeluruh
1. Beritahu klien dan keluarga tentang hasil pemeriksaan
2. Anjurkan mengkonsumsi gizi seimbang
3. Anjurkan klien mengurangi makanan instan
4. Anjurkan selalu sarapan sebelum beraktivitas
5. Anjurkan olahraga rutin
6. Beri tablet tambah darah
7. Anjurkan istirahat yang cukup
E. Pelaksanaan Asuhan
1. Memberitahu klien dan keluarga tentang kondisinya bahwa Nn.D mengalami
kurang darah atau anemia ringan yaitu Hb-nya 9,8 gr%
2. Menganjurkan konsumsi menu gizi seimbang dengan perbanyak makan sayur
dan buah seperti daging merah, ikan, telur, sayuran hijau, kacang-kacangan,
dan menganjurkan untuk mengurangi makanan instan atau bahkan
menghentikan makan makanan instan serta mengkonsumsi makanan/
minuman yang mengandung vitamin C dan zat besi seperti buah jeruk, buah
naga dan buah biit
3. Menganjurkan klien untuk mengurangi konsumsi makanan instan

25
4. Menganjurkan selalu sarapan sebelum melakukan aktivitas
5. Menganjurkan untuk olahraga rutin 3x/minggu dengan lama waktu 30 menit
6. Memberikan terapi farmakologi untuk menambah kadar hemoglobin dalam
darah selain dari makan
7. Menganjurkan istirahat cukup

26
BAB IV

PEMBAHASAN

Pembahasan ini disusun berdasarkan teori dari asuhan nyata dengan pendekatan

manajemen asuhan kebidanan yang terdiri dari tujuh Langkah Varney yaitu:

pengumpulan data dasar, merumuskan diagnosis atau masalah aktual, merumuskan

diagnosis atau masalah potensial, melaksanakan tindakan segera atau kolaborasi,

merencanakan tindakan asuhan kebidanan, melakukan tindakan asuhan kebidanan, dan

mengevaluasi asuhan kebidanan

A. Identifikasi Data Dasar

Pada langkah ini penulis melakukan pengkajian data dasar yang meliputi

identitas pasien, data biologis berupa keluhan utama dan riwayat keluhan utama,

riwayat kesehatan yang lalu, riwayat reproduksi, serta pemenuhan kebiasan

sehari-hari. Informasi yang diperoleh mengenai data-data tersebut penulis

dapatkan dengan mengadakan wawancara langsung dari klien serta sebagian

bersumber dari pemeriksaan fisik yang dimulai dari wajah sampai ke kaki yang

meliputi inspeksi, palpasi, auskultasi, perkusi, dan pemeriksan penunjang/

laboratorium.

Berdasarkan pengkajian data objektif dan subjektif pada Nn. D 15 tahun

didapatkan riwayat keluhan yaitu klien mengatakan mengeluh cepat lelah ketika

melakukan aktivitas, sering pusing dan mata berkunang saat berdiri yang

merupakan tanda dan gejala seseorang menderita anemia dengan keadaan umum

cukup, kesadaran composmentis, TD : 110/70 mmHg, S : 36 oC, N : 82x/menit,

R : 22x/menit dengan kadar Hb pada Nn.D yaitu 9,8 gram%. Berdasarkan teori

27
Gejala anemia secara umum menurut University Of North Colorina (2012) dalam

Briawan (2014) adalah cepat lelah, pucat (kuku, bibir, gusi, mata, kulit kuku, dan

telapak tangan), jantung berdenyut kencang saat melakukan aktivitas ringan,

napas tersenggal atau pendek saat melakukan aktivitas ringan nyeri dada, pusing,

mata berkunang, cepat marah (mudah rewel pada anak), dan tangan serta kaki

dingin atau mati rasa. Artinya tidak terdapat kesenjangan antara teori dan kasus di

lahan praktik.

Dalam tahapan pengkajian, penulis tidak mendapat hambatan. Hal ini

karena respon kooperatif klien yang dapat menerima kehadiran penulis saat

pengumpulan data sampai tindakan yang diberikan. klien menunjukkan sikap

terbuka dan menerima anjuran serta saran yang diberikan oleh penulis maupun

tenaga medis lainnya dalam memberikan asuhan kebidanan.

B. Interpretasi Data

Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar terhadap diagnosis

atau masalah dan kebutuhan kline berdasarkan interpretasi data yang benar atas

dasar data-data yang telah dikumpulkan. Data dasar yang telah dikumpulkan

diidentifikasikan sehingga ditemukan masalah atau masalah yang spefisik.

Interpretasi data terdiri dari diagnosa kebidanan, diagnosa masalah dan diagnosa

kebutuhan.

Berdasarkan data diatas masalah aktual adalah Nn. D dengan keadaan

anemia Nn. D mengeluh cepat lelah ketika melakukan aktivitas, sering pusing dan

pandangan berkunang saat berdiri yang merupakan tanda dan gejala seseorang

menderita anemia. Menurut Manuaba (2010) Masalah yang sering ditemukan

pada anemia adalah lemas, pusing, cepat lelah, mudah mengantuk, konsentrasi

28
menurun, pandangan berkunang-kunang terutama bila bangkit dari duduk, tampak

pucat. Hal ini juga didukung dari data objektif dari hasil pemeriksaan fisik yang

ditemukan konjungtiva Nn.D yang tampak pucat dan didukung oleh data

penunjang hasil pemeriksaan laboratorium yang di dapatkan HB 9,8 gram%.

Dari pemeriksaan fisik akan ditemukan pucat pada membrane mukosa

dan konjungtiva, kulit pucat, pucat pada kuku jari dan data penunjang

pemeriksaan laboratorium dengan pemeriksaan Hb. Penentuan derajat anemia

berdasarkan kadar Hemoglobin Manuaba yaitu, tidak anemia = Hb 11 g%,

Anemia ringan = Hb 9-10g%, Anemia sedang = Hb 7-8g%, Anemia berat = Hb

<7g% (Tarwoto dan Wasnidar, 2013:38) Berdasarkan data yang telah diperoleh

dari pengkajian tampak ada persamaan dalam diagnosa aktual yaitu Nn.D

mengalami anemia ringan dengan kadar Hb pada Nn.D yaitu 9,8 gram%.

Dengan demikian secara garis besar tampak adanya persamaan antara

teori dan tidak ada kesenjangan dengan diagnosis aktual yang ditegakkan

sehingga memudahkan memberikan tindakan selanjutnya.

C. Diagnosa atau Masalah Potensial

Diagnosa potensial ditegakkan berdasarkan diagnosa atau masalah yang

telah diidentifikasi. Bidan dituntut untuk tidak hanya merumuskan masalah tetapi

juga merumuskan tindakan antisipasi agar masalah atau diagnosa potensial tidak

terjadi. Sehingga langkah ini merupakan langkah yang bersifat antisipasi yang

rasional atau logis.

Diagnosa potensial pada remaja dengan anemia adalah meningkatkan

kerentanan terhadap infeksi karena daya tahan tubuh menurun. Dan jika

berdampak pada jangka panjang, kelak akan mempengaruhi saat hamil dan

29
persalinan. Oleh karena perlu adanya tindakan yang dapat dilakukan oleh bidan

atau tenagakesehatan

D. Antisipasi Tindakan Segera

Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan/dokter untuk

dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatanyang lain

sesuai dengan kondisi klien. Pada kasus Nn.D dimana dari hasil pemeriksaan

keadaan umum baik dengan kesadaran composmentis dengan TD =110/70 mmHg,

N = 82x/menit, S = 36oC, P = 22x/menit dengan kadar hemoglobin 9,8 tidak di

perlukan tindakan segera kepada klien karena keadaan atau kondisi tidak pingsan,

syok atau dalam keaaadan tidak sadarkan diri. Antisipasi pertama yang dilakukan

pada anemia yaitu dengan memperbaiki nutrisi dan pola hidup sehat serta

pemberian tablet Fe.

Tindakan yang dilakukan pada Nn. D yaitu pemberian tablet tambah

darah sebagai salah satu upaya penting dalam pencegahan dan penanggulangan

anemia akibat kekurangan zat besi dan asam folat. Pada langkah ini tidak

ditemukan kesenjangan antara teori dan praktek dalam menetapkan tindakan

segera

E. Rencana Asuhan

Pada langkah ini dilakukan perencanaan yang menyuluruh, ditentukan

langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan manejemen

terhadap diagnosis atau masalah yang telah di identifikasi atau di antisipasi, pada

langkah ini informasi atau data dasar yang tidak lengkap dapat dilengkapi.

Rencana asuhan yang diberikan pada Nn.D dengan anemia yaitu seperti

Beritahu klien dan keluarga tentang kondisinya Menurut Saifudin (2010:44)

30
memperoleh pelayanan kesehatan berhak untuk mendapatkan informasi tentang

keadaan kesehatannya

Menganjurkan konsumsi menu gizi seimbang dengan perbanyak makan

sayur dan buah seperti daging merah, ikan, telur, sayuran hijau, kacang-kacangan,

dan menganjurkan untuk mengurangi makanan instan atau bahkan menghentikan

makan makanan instan serta mengkonsumsi makanan/ minuman yang

mengandung vitamin C dan zat besi seperti buah jeruk, buah naga dan buah biit

Anjurkan klien untuk mengurangi konsumsi makanan instan. Menurut

Suryani et al (2015) Remaja putri pada umumnya memiliki karakteristik

kebiasaan makan tidak sehat. Antara lain kebiasaan tidak makan pagi, malas

minum air putih, diet tidak sehat karena ingin langsing (mengabaikan sumber

protein, karbohidrat, vitamin dan mineral), kebiasaan ngemil makanan rendah gizi

dan makan makanan siap saji. Sehingga remaja tidak mampu memenuhi

keanekaragaman zat makanan yang dibutuhkan oleh tubuhnya untuk proses

sintesis pembentukan hemoglobin (Hb). Bila hal ini terjadi dalam jangka waktu

yang lama akan menyebabkan kadar Hb terus berkurang dan menimbulkan

anemia

Anjurkan selalu sarapan sebelum melakukan aktivitas. Menurut

Permaesih (2005) bahwa remaja yang tidak terbiasa sarapan pagi setiap hari

memiliki risiko menderita anemia 1,6 kali dibandingkan dengan remaja putri yang

mempunyai kebiasaan sarapan pagi setiap hari. Kebiasaan makan pagi sangat

penting bagi remaja karena dapat membantu meningkatkan konsentrasi belajar

siswi di sekolah, dimana dengan melakukan makan pagi kadar gula darah akan

31
meningkat karena lambung terisi kembali setelah delapan sampai sepuluh jam

kosong (Saidin, 1991).

Anjurkan untuk olahraga rutin 3x/minggu dengan lama waktu 30 menit.

Menurut Shabrina (2017) Aktivitas fisik dikaegorikan cukup apabila seseorang

melakukan latihan fisik atau olahraga selama 30 menit setiap hari atau minimal 3-

5 hari dalam seminggu. Cara untuk mempertahankan berat badan normal adalah

dengan menjaga pola makan, olahraga teratur, menjaga pola tidur atau istirahat

dan beberapa menambahkan dengan minum air putih yang cukup.

Berikan terapi farmakologi untuk menambah kadar hemoglobin dalam

darah selain dari makan seperti memberikan tablet tambah darah. Menurut

Kemenkes RI (2013: 161) Pemberian vitamin yaitu tablet Fe sebagai dasar asupan

zat besi bagi ibu yang mengalami anemia, vitamin B kompleks yang berguna

merangsang relaksasi otot-otot polos dan memperlancar aliran darah sehingga

membantu metabolisme termasuk pencernaan, vitamin C yang dapat membantu

penyerapan zat besi, memperkuat pembuluh darah untuk mencegah perdarahan,

meingkatkan sistem kekebalan tubuh dan memperbaiki jaringan tubuh yang rusak.

Apabila setelah 90 hari pemberian tablet besi dan asam folat kadar hemoglobin

tidak meningkat, rujuk pasien ke pusat pelayanan yang lebih tinggi untuk mencari

penyebab anemia

Berdasarkan uraian di atas, rencana tindakan yang disusun berdasarkan

tujuan yang sesuai kebutuhan pasien pada Nn.D dengan kasus anemia. Rencana

asuhan kebidanan yang telah disusun berdasarkan diagnosa/masalah aktual dan

potensial, hal ini menunjukkan tidak ada kesenjangan antara teori dengan tinjauan

manajemen asuhan kebidanan pada penerapan studi kasus di lahan praktek.

32
F. Pelaksanaan Tindakan

Pada langkah pelaksanaan asuhan kebidanan pada remaja dengan anemia

merupakan pelaksanaan dari rencana tindakan asuhan menyeluruh (Varney,

2004). Pada langkah pelaksanaan ini telah dilakukan dan dikerjakan sesuai dengan

rencana asuhan yang telah dibuat yaitu dengan asuhan yang diberikan pada Nn.D

Pada kasus ini, diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis,

pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Penatalaksanaan asuhan pada studi

kasus Nn.D dengan anemia, semua tindakan yang telah direncanakan dapat

dilaksanakan seluruhnya dengan baik dan tidak menemukan hambatan yang

berarti karna adanya kerja sama dan penerimaan yang baik dari klien dan keluarga

yang kooperatif serta sarana dan fasilitas yang mendukung dalam pelaksanaan

tindakan di Puskesmas Sungai Bahar VII

Dalam pelaksanaan tindakan asuhan kebidanan penulis tidak menemukan

hambatan yang berarti karena seluruh tindakan yang dilakukan sudah berorientasi

pada kebutuhan klien.

G. Evaluasi

Evaluasi merupakan langkah akhir dari proses manajemen kebidanan

dimana pada tahap ini ditemukan kemajuan atau keberhasilan dalam mengatasi

masalah yang dihadapi klien. Proses evaluasi merupakan langkah dari proses

manejemen asuhan kebidanan pada tahap ini penulis tidak mendapatkan

permasalahan atau kesenjangan pada evaluasi menunjukan masalah teratasi tanpa

adanya komplikasi (Mangkuji, 2013)

33
Pada tahap ini, Nn.D telah memahami semua penjelasan tentang anemia

beserta penjelasannya, dan Nn.D akan mengikuti semua saran yang diberikan saat

pelaksanaan asuhan kebidanan.

34
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Pengkajian telah dilasanakan dengan mengumpulkan semua data yang

tersedia melalui teknik wawancara dan pemeriksaan fisik maupun penunjang.

Data subjektif khususnya pada keluhan utama yaitu Nn.D mengatakan sering

pusing, mudah capek dan sulit konsentrasi. Data obyektif yaitu keadaan

umum baik, kesadaran composmentis, dengan kadar Hb 9,8 gram%

2. Telah dilaksanakan perumusan diagnosa/ masalah aktual pada Nn.D di

Puskesmas Sungai Bahar VII dengan pengumpulan baik dari data subjektif,

data objektif dan pemeriksaan penunjang/ laboratorium sehingga didapatkan

diagnosa kebidanan pada Nn. D dengan anemia ringan

3. Telah dilaksanakan perumusan diagnosa/ masalah potensial pada Nn.D

dengan anemia di Puskesmas Sungai Bahar VII dengan hasil tidak ada

masalah potesial yang terjadi karna diberikannya penanganan yang tepat.

4. Telah mengidentifikasi perlunya tindakan segera dan kolaborasi pada Nn.D

dengan anemia di Puskesmas Sungai Bahar VII bahwa pada kasus ini tidak

dilakukan tindakan kolaborasi karena tidak adanya indikasi dan data yang

menunjang untuk dilakukannya tindakan tersebut

5. Telah menetapkan rencana tindakan asuhan kebidanan pada Nn.D dengan

anemia di Puskesmas Sungai Bahar VII, dengan hasil merencanakan asuhan

berdasarkan diagnosa/ masalah aktual dan masalah potensial yang dapat

terjadi

35
6. Telah melaksanakan tindakan asuhan yang telah direncankan pada Nn.D

dengan anemia di Puskesmas Sungai Bahar VII dengan hasil yaitu semua

tindakan yang telah direncanakan dapat dilaksanakan seluruhnya dengan baik

tanpa adanya hambatan.

7. Mengevaluasi hasil tindakan yang telah dilaksanakan pada Nn.D dengan

anemia di Puskesmas Sungai Bahar VII dengan hasil yaitu asuhan yang telah

diberikan berhasil dengan klien mengerti semua penjelasan dalam

pelaksanaan asuhan.

B. Saran

1. Untuk Bidan

Bidan dapat lebih mengidentifikasi tanda-tanda anemia secara dini

sehigga dapat dilakukan antisipasi dan penanganan tindakan segera,

merencanakan asuhan kebidanan pada remaja dengan anemia secara cepat

sebelum menjadi anemia yang membahayakan bagi pasien

2. Untuk Puskesmas/lahan praktik

Meningkatkan mutu pelayanan dalam memberikan asuhan kebidanan

pada remaja dengan anemia secara optimal

3. Untuk Poltekkes Kemenkes Jambi

Menambah referensi buku tentang anemia pada remaja guna dapat

menambah atau meningkatkan kwalitas pengetahuan mahasiswa mengenai

anemia dan mempermudah dalam mempelajari anemia di kampus.

36
DAFTAR PUSTAKA

Arisman. 2010, Gizi Dalam Kehidupan, EGC, Jakarta.

Aulia et al. 2017. Gambaran status anemia pada remaja putri di wilayah pegunungan
dan pesisir pantai. Jurnal kesehatan masyarakat (e-Journal) Volume 5, Nomor
1, Januari 2017 (ISSN: 2356-3346) http://ejournal-
s1.undip.ac.id/index.php/jkm.

Arumsari dan Ermita. 2008 “Faktor Resiko Anemia pada Remaja Putri Peserta Program
Pencegahan dan Penanggulangan Anemia Gizi Besi (PPAGB) di Kota Bekasi,
Skripsi, GMSK IPB, Bogor

Balci et al. 2011. Prevalence and Risk Factors of Anemia among Adolescents in
Denizli, Turkey. Iran J Pediatr Mar 2012; Vol 22 (No1), Pp:77-81

Briawan dan Dodik. 2013, Anemia Masalah Gizi pada Remaja Wanita, EGC, Jakarta.

Depkes RI. 2010, Aksi Pangan dan Gizi Nasional, Depkes RI, Jakarta.

Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman. 2016, Kebijakan Dan Implementasi Program Gizi
di Kabupaten Sleman, Dinkes Sleman, Sleman.

Ekasanti, et al. 2020. Determinants of Anemia among Early Adolescent Girls in


Kendari City . Amerta Nutr (2020).271-279

Farida dan Ida. 2007. Determinan Kejadian Anemia pada Remaja Putri di Kecamatan
Gebog Kabupaten Kudus Tahun 2006, Tesis, Program Pascasarjana,
Universitas Diponegoro, Semarang.

Mulianingsih et al. 2021. Factors Affecting Anemia Status in Adolescent Girls. Journal
of Health Education. 6 (1) (2021) 27-33.

Proverawati dan Atikah. 2013. Anemia Dan Anemia Kehamilan. Yogyakarta: Nuha
Medika.

Sulistiyawati dan Nurjanah.

Suryani et al. 2015. Analisis pola makan dan anemia gizi besi pada remaja putri kota
Bengkulu. Jurnal Kesehatan Masyarakat Andalas |Oktober 2015 - Maret 2016
| Vol. 10, No. 1, Hal. 11-18

Tartwoto dan Wasnidar. 2013. Buku Saku Anemia Pada Ibu Hamil Konsep Dan
Pentalaksanaan. Jakarta: Trans Info Media.

Waryono. 2010. Gizi Reproduksi. Pustaka Rihama. Yogyakarta

Varney dan Helen. 2008, Buku Ajar Asuhan Kebidanan, EGC, Jakarta.

37
Verawaty dan Noor. 2011. Merawat dan Menjaga Kesehatan Seksual Wanita, Grafindo,
Bandung.

Widyanthini dan Widyanthari. 2019. Analisis Kejadian Anemia pada Remaja Putri di
Kabupaten Bangli, Provinsi Bali, Tahun 2019. Buletin Penelitian Kesehatan,
Vol. 49, No. 2, Juni 2021 : 87- 94

Wiwik dan Andi. 2008, Asuhan Keperawatan pada Kliean dengan Gangguan Sistem
Hematologi, Salemba Medika, Jakarta.

Wayana. (2010), Gizi Reproduksi, Rihama, Yogyakarta

38

Anda mungkin juga menyukai