Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN CASE BASED DISCUSSION (CBD) KDPK

ASUHAN KEBIDANAN NY.“H” GESTASI 8-10 MINGGU


DENGAN HIPEREMESIS GRAVIDARUM TINGKAT II
DI RSUD SINJAI TANGGAL 20 JANUARI 2023
TAHUN AKADEMIK 2022/2023

Preseptor Pembimbing Pendidikan : Rukmini,S.ST.M.Keb

Disusun Oleh :
(SURTINA ISKANDAR – 202210032)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN PROGRAM PROFESI


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
ITKES MUHAMMADIYAH SIDRAP
HALAMAN PENGESAHAN LAPORAN CASE BASED DISCUSSION
(CBD) KDPK ASUHAN KEBIDANAN NY.“H” GESTASI 8-10 MINGGU
DENGAN HIPEREMESIS GRAVIDARUM TINGKAT II
DI RSUD SINJAI TANGGAL 20 JANUARI 2023

Tempat,
Tanggal ……

Preseptor Pendidikan Preceptor Lahan Mahasiswa

TTD TTD TTD

Rukmini ,S.ST.M.Keb Bd.Agustiawati,S.Tr,Keb Surtina Iskandar


NIDN : NIP: 198808172010012021 NIM: 202210032
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.......................................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN........................................................................................ii
DAFTAR ISI..................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Tujuan ..........................................................................................................3
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum tentang Kehamilan
1. Pengertian Kehamilan.............................................................................6
2. Tanda dan Gejala Kehamilan..................................................................6
3. Perubahan Anatomik yang Terjadi dalam Kehamilan............................8
4. Perubahan dan Adaptasi Psikologi dalam Masa Kehamilan..................13
5. Tanda Bahaya dalam Kehamilan............................................................14
B. Tinjauan Umum tentang Hiperemesis Gravidarum
1. Pengertian Hiperemesis Gravidarum.....................................................15
2. Etiologi Hiperemesis Gravidarum..........................................................16
3. Patofisiologis Hiperemesis Gravidarum.................................................16
4. Patologi Hiperemesis Gravidarum.........................................................17
5. Klasifikasi Hiperemesis Gravidarum.....................................................18
6. Diagnosis Hiperemesis Gravidarum.......................................................18
7. Penatalaksanaan Hiperemesis Gravidarum............................................19
8. Diet pada Hiperemesis Gravidarum.......................................................21
C. Tinjauan Umum Hiperemesis Gravidarum Tingkat II
1. Pengertian Hiperemesis Gravidarum Tingkat II....................................23
2. Gejala Hiperemesis Gravidarum Tingkat II...........................................23
3. Penanganan Hiperemesis Gravidarum Tingkat II..................................24
BAB III : TINJAUAN KASUS
A. Pendokumentasian Asuhan Kebidanan dalam bentuk SOAP....................26
B. Rencana Tindak Lanjut………………………………………………
BAB IV PEMBAHASAN
A. Pembahasan..................................................................................................33
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan..................................................................................................35
B. Saran............................................................................................................36
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hiperemesis gravidarum adalah muntah yang terjadi pada awal kehamilan
sampai umur kehamilan 20 minggu. Keluhan muntah kadang-kadang begitu hebat
di mana segala apa yang dimakan dan diminum dimuntahkan sehingga dapat
mempengaruhi keadaan umum dan mengganggu pekerjaan sehari-hari, berat
badan menurun, dan dehidrasi. Penyebab penyakit ini belum diketahui pasti, tetapi
diperkirakan erat hubungannya dengan endokrin, biokimiawi, dan psikologis
(Prawirohardjo, 2006).
Mual dan muntah terjadi pada 60-80% primigravida dan 40-60%
multigravida. Satu diantara 1000 kehamilan, gejala-gejala ini menjadi lebih berat.
Perasaan mual ini disebabkan oleh karena meningkatnya kadar hormon estrogen
dan HCG dalam serum. Hiperemesis gravidarum adalah vomitus yang berlebihan
atau tidak terkendali selama masa hamil, yang menyebabkan dehidrasi,
ketidakseimbangan elektrolit, atau defisiensi nutrisi, dan kehilangan berat badan
(Rahmawati, 2019:50).
Data World Health Organisation (WHO) memperkirakan bahwa setiap
tahun sejumlah 500 orang perempuan meninggal dunia akibat kehamilan dan
persalinan, fakta ini mendekati terjadinya satu kematian setiap menit. Sebanyak
99% kematian ibu akibat masalah kehamilan dan persalinan terjadi dinegara-
negara berkembang dimana kematian ibu disebabkan akibat perdarahan,hipertensi,
dan juga infeksi. Salah satu masalah kehamilan yang persentasenya cukup tinggi
yaitu mual muntah pada ibu hamil atau hiperemesis gravidarum. Mual muntah
yang dialami ibu hamil pada trimister pertama merupakan hal yang wajar, namun
jika mual muntah yang dialami berlebihan akan mengakibatkan komplikasi
terutama ibu hamil akan kekurangan gizi dan pertumbuhan janin terhambat
(Anonim, 2020).
Berdasarkan Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2017,
Angka Kematian Ibu masih terbilang tinggi, yakni 228 per 100.000 kelahiran
hidup, berdasarkan tahun 2018 Indonesia telah berhasil menurunkan Angka
Kematian Ibu dari 390/100.000 kelahiran hidup menjadi 334/100.000 kelahiran
hidup. Selanjutnya turun menjadi 228/100.000 kelahiran hidup pada tahun 2019.
Meskipun telah terjadi penurunan dalam beberapa tahun terakhir akan tetapi ibu
hamil tetap harus melakukan kontrol terhadap kehamilannya. Indonesia harus
berjuang keras untuk menurunkan angka kematian terutama pada ibu hamil, ibu
bersalin, dan ibu dalam masa nifas (Anonim, 2020).
Jumlah kematian ibu maternal yang dilaporkan oleh Dinas Kesehatan
Provinsi Sulawesi Selatan pada tahun 2017 sebanyak 143 kematian atau 92,89 per
100.000 kelahiran hidup,  sedangkan tahun 2017 jumlah kematian ibu maternal
mengalami penurunan menjadi 121 orang atau 85,17 per 100.000 kelahiran hidup
dan pada tahun 2018 menurun lagi menjadi 118 orang atau 78,84 per 100.000 KH.
Kematian ibu maternal tersebut terdiri dari kematian ibu hamil (19%), kematian
ibu bersalin (46%), dan kematian ibu nifas (35%).
Menurut data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Sinjai, diperoleh data Angka
Kematian Ibu (AKI) ditahun 2018 tercatat 6 (0,6%) per 1000 kelahiran hidup,
serta pada tahun 2019 dari tercatat AKI sebanyak 8 (0,8%) per 1000 kelahiran
hidup, disamping dari keseluruhan kematian ibu ditahun 2019 tercatat 2 kematian
ibu akibat Hiperemesis Gravidarum, pada tahun 2021 diperoleh data Angka
Kematian Ibu (AKI) tercatat 17 (0,17%), pada tahun 2022 diperoleh data Angka
Kematian Ibu (AKI) tercatat 8 (0,8%). (Dinas Kesehatan Kabupaten Sinjai, 2022).
Jumlah kasus hiperemesis gravidarum tingkat II di Rumah Sakit Umum
Daerah Sinjai Kabupaten Sinjai di tahun 2018 dari jumlah kunjungan ibu hamil
937 terdapat 29 kasus (2.98%) hiperemesis gravidarumtingkat II, dan pada tahun
2019 dari jumlah kunjungan ibu hamil 811 terdapat 14 kasus (1.72%) hipemesis
gravidarumtingkat II, sedangkan tahun 2020 dari Bulan Januari-September jumlah
kunjungan ibu hamil 292 terdapat 62 kasus (21.23%) hiperemesis gravidarum
tingkat II. Angka kejadian hipermesis gravidarum semakin meningkat di RSUD
Sinjai terutamaha di tahun 2020, dan pada tahun 2021 dari jumlah kunjungan ibu
hamil 811 terdapat 14 kasus (1.72%) hipemesis gravidarum tingkat II, dan pada
tahun 2022 dari jumlah kunjungan ibu hamil 553 terdapat 22 kasus (2.72%)
hipemesis gravidarum tingkat II. (Medical Record Rumah Sakit Umum Daerah
Sinjai Kabupaten Sinjai, 2022).
Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk melakukan studi
kasus “Asuhan Kebidanan Ny.”U” Gestasi 8-10 Minggu dengan Hiperemesis
Gravidarum Tingkat II di Rumah Sakit Umum Daerah Sinjai Kabupaten Sinjai
Tanggal 26 Desember 2022”.

B. Tujuan
Mampu melaksanakan pendokumentasian asuhan kebidanan Antental care
pada Ny.”H” Gestasi 8-10 Minggu dengan Hiperemesis Gravidarum Tingkat II di
Rumah Sakit Umum Daerah Sinjai Kabupaten Sinjai Tanggal 20 Januari
2023.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum tentang Kehamilan


1. Pengertian Kehamilan
Masa kehamilan dimulai dari hasil konsepsi sampai lahirnya janin.Lamanya
hamil normal 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari hari
pertama haid terakhir. Kehamilan dibagi menjadi 3 triwulan yaitu triwulan
pertama dimulai dari konsepsi sampai 3 bulan,triwulan kedua dari bulan
keempat sampai 6 bulan, triwulan ketiga dari bulan ketujuh sampai 9
bulan(Rukiyah, 2016:2).
2. Tanda dan Gejala Kehamilan
Tanda dan gejala kehamilan, yaitu:
a. Tanda- tanda persumptif
1) Amenorea (tidak medapat haid)
2) Merasa mual dan muntah (nausea dan vomiting)
3) Mengidam (ingin makan khusus)
4) Pusing
5) Tidak ada selara makan (Anoreksia)
6) Lelah (fatigue)
7) Payudara membesar, tegang dan sedikit nyeri, disebabkan pengaruh
estrogen dan progesteron yang merangsang duktus dan alveoli
payudara.
8) Miksi sering, karena kandung kemih tertekan oleh rahim yang
membesar.
9) Konstipasi/obstipasi karena tonus otot-otot usus menurun oleh
pengaruh hormon steroid
10) Pigmentasi kulit oleh pengaruh hormon kortikosteroid plasenta,
dijumpaidi muka, areola payudara, leher dan dinding perut
11) Epulis, hipotrofi papilla ginggivalis
12) Pemekaran vena-vena dapat terjadi pada kaki, betis, dan vulva
biasanya dijumpai pada triwulan akhir.
b. Tanda-tanda kemungkinan hamil
1) Perut membesar
2) Uterus membesar terjadi perubahan dalam bentuk, besar, dan
konsistensi rahim
3) Tanda hegar, ditemukannya serviks dan isthmus uteri yang lunak pada
pemeriksaan bimanual saat usia kehamilan 4 sampai 6 minggu
4) Tanda chedwick perubahan warna menjadi kebiruan yang terlihat di
porsio, vagina dan labia.
5) Tanda piskacek, pembesaran dan perlunakan rahim ke salah satu sisi
rahim yang berdekatan dengan tuba uterine.
6) Kontraksi-kontraksi kecil uterus jika dirangsang
c. Tanda pasti kehamilan
1) Terasa adanya gerakan janin dalam rahim
2) Teraba adanya bagian–bagian janin
3) Terdengar adanya denyut jantung janin
4) Terlihat adanya gambaran janin melalui USG (Ultrasonografi) (Sofian,
2016:35).
3. Perubahan Anatomik yang Terjadi dalam Kehamilan
Pemahaman tentang perubahan anatomi dan fisiologi selama kehamilan
merupakan salah satu tujuan utama dari ilmu kebidanan. Hampir tidak
mungkin dapat dimengerti proses penyakit yang terjadi selama kehamilan dan
masa nifas tanpa disertai pemahaman mengenai perubahan anatomi dan
fisiologi ini.Perubahan itu terjadi pada sistem yaitu:
a. Uterus
Uterus akan membesar pada bulan–bulan pertama di bawah pengaruh
estrogen yang kadarnya meningkat. Pembesaran ini pada dasarnya di
sebabkan oleh hipertrofi otot polos uterus, di samping itu, serabut-serabut
kolagen yang ada menjadi higgroskopik akibat peningkatan kadar estrogen
sehingga uterus dapat mengikuti pertumbunhan janin. Taksiran kasar
pembesaran uterus pada perabaan tinggi fundus, yaitu sebagai berikut:
1) Tidak hamil /normal : sebesar telur ayam (±30gr)
2) Kehamilan 8 minggu : sebesar telur bebek
3) Kehamilan 12 minggu : sebesar telur angsa
4) Kehamilan 16 minggu : Pertengahan simpisis – pusat
5) Kehamilan 20 minggu : pinggir bawah pusat
6) Kehamilan 24 minggu : pinggir atas pusat
7) Kehamilan 28 minggu : 3 jari atas pusat
8) Kehamilan 32 minggu : pertengahan pusat dengan
prosessus xifodeus
9) Kehamilan 36- 42 mgg : kira–kira 2 jari bawah prosessus xifodeus
b. Serviks uteri
Serviks uteri pada kehamilan juga mengalami perubahan karena
hormone estrogen, jika korpus uteri mengandung lebih banyak
mengandung kalogen. Akibat kadar estrogen meningkat dengan adanya
hipervaskularisasi yang terdiri teruatama atas jaringan ikat hanya sedikit
jaringan otot tidak mempunyai fungsi sebagai spingter. Perubahan-
perubahan pada kehamilan,akan tetapi yang memeriksa baiknya hati-hati
dan tidak di benarkan melaksanakan secara kasar sehingga dapat
menggangu kehamilan. Kelenjar di serviks akan berfungsi lebih dan akan
mengeluarkan sekresi lebih banyak. Keadaan ini sampai batas tertentu
masih merupakan keadaan yang fisiologi.
c. Ovarium
Pada permulaan kehamilan masih terdapat korpus luteum graviditatis
sampai terbentuknya plasenta kira-kira 3cm. Kemudian ia mengecil setelah
plasenta terbentuk Korpus luteum ini mengeluarkan hormon estrogen dan
progesteron. lambat laun fungsi ini di ambil alih oleh plasenta.
d. Vagina dan Vulva
Karena pengaruh estrogen terjadi perubahan pada vagina dan
vulva.Akibatnya hipervaskularisasi, vagina dan vulva terlihat lebih merah
atau kebiruan.Warna livid pada vagina dan portio serviks di sebut tanda
Chadwick.
e. Payudara
Payudara (mamma) akan membesar dan tegang akibat hormon
somatommotropin, estrogen dan progesterone, akan tetapi belum
mengeluarkan air susu. Estrogen menimbulkan hypertoonpi system
saluran, sedangkan progesterone dan somatommotropin, terbentuk lemak
di sekitar kelompok–kelompok alveolus sehigga mammae menjadi lebih
besar papilla mamma akan membesar, lebih tegak dan tampak lebih hitam
seperti seluruh aerola mamma karena hyperpigmentasi. Glandulla
Montgomery tampak lebih jelas menonjol di permukaan aerola mamma
pada kehamilan 12 minggu ke atas dari putting susu dapat keluar cairan
berwarna putih agak jernih di sebut kolostrum.
f. Sistem Sirkulasi Darah
Sirkulasi darah dalam kehamilan di pengaruhi oleh adanya sirkulasi ke
plasenta, uterus yang membesar dengan pembuluh-pembuluh darah yang
membesar pula, mamma dan alat lain yang memang berfungsi berlebihan
dalam kehamilan. Seperti telah di kemukakan, volume darah ibu dalam
kehamilan bertambah secara fisiologi dengan adanya pencairan darah yang
di sebut hidremia. Volume darah akan bertambah banyak kira–kira 25%
dengan puncak kehamilan 32 minggu, di ikuti dengan cardiac output yang
meninggi sebanyak kira-kira 30%.
g. Sistem Respirasi
Wanita hamil kadang–kadang mengeluh sesak dan pendek napas.Hal ini di
sebabkan oleh usus yang tertekan kearah diafragma akibat pembesaran
rahim.Kapasitas vital paru meningkat sedikit selama hamil.Seorang wanita
selalu bernapas lebih dalam yang lebih menonjol adalah pernapasan dada
(thoracic breathing).
h. Sistem Pencernaan
Pada bulan–bulan pertama kehamilan terdapat perasaan enek (nausea),
mungkin ini akibat kadar hormon estrogen yang meningkat. Tonus otot
traktus digestivus juga menurun, makanaan lebih lama berada di dalam
lambung dan apa apa yang telah di cernakan lebih lama berada di dalam
usus . Hal ini mungkin baik untuk resorpsi, akan menimbulkan pula
opstipasi, yang merupakan salah satu keluhan utama wanita hamil. Tidak
jarang di jumpai pada bulan–bulan pertama gejala muntah
(emesis).Biasanya terjadi pada pagi hari, di kenal sebagai morning
sickness.
i. Sistem Perkemihan
Bulan pertama kehamilan kandung kencing tertekan oleh usus yang mulai
membesar, sehingga timbul sering kencing, keadaan ini hilang dengan
makin tuanya kehamilan, bila kepala janin mulai turun ke bawah pintu atas
panggul, keluhan sering kencing akan timbul lagi karena kandung kemih
mulai tertekan kembali. Di samping sering kencing terdapat pula poliuria
di sebabkan oleh adanya sirkulasi darah di ginjal pada kehamilan,sehingga
piltrasi di glomerulus juga meningkat sampai 69 %.
j. Kulit
Kulit terdapat deposit pigmen dan hiperpigmentasi alat–alat tertentu.
Pigmentasi ini di sebabkan oleh pengaruh Melanophore Stimulating
Hormone (MSH) yang meningkat.MSH ini adalah salah satu hormon yang
juga di keluarkan oleh lobus anterior hipofisis. Kadang–kadang terdapat
deposit pigmen pada dahi, pipi dan hidung dikenal sebagai kloasma
gravidarum, di daerah leher sering terdapat hiperpigmentasi yang
sama,juga di aerola mamma. Linea alba pada kehamilan menjadi hitam, di
kenal sebagai linea grisea. Tidak jarang di jumpai kulit perut seolah olah
retak–retak, berubah warnanya menjadi putih tampak striae livide bersama
dengan striae albikan.
k. Kelenjar Endokrin
Kelenjar tyroid dapat membesar sedikit, kelenjar hipofisi dapat membesar
terutama lobus anterior, kelenjar adrenal tidak begitu terpengaruh.
l. Perubahan Metabolisme
Dengan terjadinya kehamilan, metabolisme tubuh mengalami perubahan
yang mendasar, di mana kebutuhan nutrisi makin tinggi untuk
pertumbuhan janin dan persiapan memberikan ASI. Perubahan
metabolisme meliputi:
1) Metabolisme basal naik sebesar 15% sampai 20% dari semula
terutama pada trimester ketiga
2) Keseimbangan asam basa mengalami penurunan dari 155 mEq perliter
menjadi 145 mEq perliter di sebabkan hemodulasi darah dan
kebutuhan mineral yang di perlukan janin.
3) Kebutuhan protein wanita hamil makin tinggi untuk pertumbuhan dan
perkembangan janin, perkembangan organ kehamilan, dan persiapan
laktasi. Dalam makanan di perlukan protein setinggi sekitar ½ gr/kg
BB atau sebutir telur ayam sehari.
4) Kebutuhan kalori dapat di dapat dari karbohidrat, lemak dan protein.
5) Kebutuhan zat mineral untuk ibu hamil
6) Berat badan ibu bertambah
7) Berat badan ibu hamil akan bertambah antara 6,5-16,5 kg selama hamil
atau terjadi kenaikan berat badan sekitar ½ kg perminggu
(Prawirohardjo, 2016:174).
4. Perubahan dan Adaptasi Psikologi dalam Masa Kehamilan
Perubahan dan adaptasi psikologi dalam masa kehamilan, yaitu:
a. Trimester pertama
Trimester pertama sering dianggap sebagai periode penyesuain.
Penyesuain kenyataan terhadap kenyataan bahwa dia sedang mengandung.
Sebagian wanita merasa sedih tentang kenyataan bahwa ia hamil. Kurang
lebih 80% wanita mengalami kekecewaan, penolakan, kecemasan, depresi
dan kesedihan.Wanita yang telah merencanakan kehamilan atau berusaha
keras untuk hamil, merasa senang sekaligus tidak percaya bahwa dirinya
telah hamil dan mencari tahu tanda bukti kehamilan pada setiap jengkal
tubuhnya.
b. Trimester kedua
Peningkatan rasa memiliki dan mulai dapat kembali pada minat
semula, adanya gerak anak menjadikan ibu semakin merasakan kehamilan,
mulai membayangkan fisik bayi dan merancang rencana untuk masa depan
untuknya, ibu merasakan peningkatan. Ketergantungan dan gairah seksual
namun perubahan pada bentuk tubuh dapat membuat stress. Trimister
kedua dapat dibagi menjadi dua fase. Fase prequickeckening (sebelum
adanya pergerakan janin yang dirasakan ibu) dan postquickening (setelah
adanya pergerakan janin yang dirasakan oleh ibu)
c. Trimester ketiga
Pada trimester ini, Kehamilan semakin membesar, begitupun dengan stres
pada ibu hamil.Seringkali kondisi ini membuat ibu hamil bermasalah
dengan posisi tidur yang kurang nyaman, sehingga ibu hamil mudah
terserang lelah.Emosi ibu hamil juga kembali fluktuatif. Kali ini ibu hamil
lebih membayangkan risiko kehamilan dan proses persalinan. Rasa takut
mulai muncul, bukan hanya ketakutan atas risiko kondisi bayi namun juga
keselamatan ibu untuk melewati proses persalinan (Rukiyah, 2016:543).
5. Tanda Bahaya dalam Kehamilan
Tanda bahaya kehamilan, yaitu :
a. Pendarahan pervaginam
b. Sakit kepala yang hebat dan menetap
c. Perubahan visual secara tiba–tiba (pandangan kabur, rabun senja)
d. Nyeri abdomen yang hebat
e. Bengkak pada muka atau tangan
f. Bayi kurang bergerak seperti biasa (Ummi, 2016:74),

B. Tinjauan Umum tentang Hipermesis Gravidarum


1. Pengertian Hiperemesis Gravidarum
a. Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah yang berlebihan pad
wanita hamil sampai mengganggu pekerjaan sehari-hari karena keadaan
umumnya menjadi buruk, karena terjadi dehidrasi (Maryunani, 2016:144)
b. Hiperemesis gravidarum dapat menyebabkan cadangan karbohidrat habis
dipakai untuk keperluan energi, sehingga pembakaran tubuh beralih pada
cadangan lemak dan protein. Karena pembakaran lemak kurang sempurna
terbentuklah badan keton didalam darah yang dapat menambah beratnya
gejala klinik. (Manuaba, 2015:229)
c. Hipermesis gravidarum tingkat I dengan gejala paling ringan termasuk
dalam golongan tingkat I. Kondisi ini dapat disebabkan oleh peningkatan
hormon yang diproduksi plasenta, kegemukan (obesitas) dan memiliki
riwayat hipermesis gravidarum (Armawan, 2016:156)
d. Hipermesis gravidarum tingkat II ini umumnya terjadi saat gejalanya tak
kunjung usai. Penyebab hipermesis gravidarum tingkat II sama dengan
tingkat I (Asriani, 2016:231).
e. Hipermesis gravidarum tingkat III kondisi ini sudah sangat parah.
Penderita mengalami gejala komplikasi yang mebuatnya merasa tidak
nyaman (Zahrianti, 2017).
2. Etiologi Hiperemesis Gravidarum
Etiologi hipermesis gravidarum belum diketahui. Frekuensi kejadian
adalah dua per1000 kehamilan. Faktr-faktor prediposisi yang dikemukakan:
a. Sering terjadi pada primigravida, mola hidatidosa, diabetes, dan kehamilan
ganda akibat peningkatan kadar HCG.
b. Faktor organik, karena masuknya vili khoriales dalamsirkulasi maternal
dan perubahan metabolik.
c. Faktor psikologik: keretakan rumah tangga, kehilangan pekerjaan, rasa
takut terhadap kehamilan dan persalinan, takut memikul tanggung jawab,
dan sebagainya.
d. Faktor endokrin lainnya: hipertiroid, diabetes, dan lain-lain (Mochtar,
2015:195).
3. Patofisiologis Hiperemesis Gravidarum
Hiperemesis gravidarum yang merupakan komplikasi mual dan muntah
pada hamil muda bila terjadi terus menerus dapat menyebabkan dehirasi dan
tidak imbangnya elektrolit dengan alkalosis hipokloremik.
a. Hiperemesis gravidarum dapat mengakibatkan cadangan karbohidrat dan
lemak habis terpakai untuk keperluan energi. Karena oksidasi lemak yang
tidak sempurna terjadilah ketosis dengan tertimbunnya asam aseton-asetik,
asam hidroksi butirik dan aseton dalam darah.
b. Kekurangan cairan yang diminum dan kehilangan karena muntah
menyebabkan dehidrasi sehingga cairan ekstraseluler dan plasma
berkurang. Natrium dan klorida darah dan klorida air kemih turun. Selain
itu juga dapat menyebabkan hemokonsentrasi sehingga aliran darah
berkurang.
c. Kekurangan kalium sebagai akibat dari muntah dan bertambahnya ekskresi
lewat ginjal menambah frekuensi muntah-muntah lebih banyak, dapat
merusak hati.
d. Selain dehidrasi dan terganggunya keseimbangan elektrolit dapat terjadi
robekan pada selaput lendir esophagus dan lambung (sindroma mallory-
weiss) dengan akibat perdarahan gastrointestinal (Rahmawati, 2016:51).
4. Patologi Hipermesis Gravidarum
Dari otopsi wanita yang meninggal akibat hiperemesis gravidarum
menunjukkan kelainan-kelainan pada berbagai alat dalam tubuh, yang juga
dapat ditemukan pada malnutrisi oleh beberapa macam sebagai berikut :
a. Pada hati tampak degenerasi lemak tanpa nekrosis yang terletak
sentrilobuler. Kelainan ini nampaknya tidak menyebabkan kematian dan
dianggap sebagai akibat muntah yang terus menerus. Tetapi separuh
penderita yang meninggal karena hiperemesis gravidarum menunjukkan
gambaran mikroskopik hati yang normal.
b. Pada Jantung menjadi lebih kecil dari pada biasanya dan beratnya atropi,
dan sejalan dengan lamanya penyakit, kadang-kadang ditemukan
perdarahan sub-endokardial.
c. Di otak dapat ditemukan ensefalopati wernicke yaitu dilatasi kapiler dan
perdarahan kecil-kecil didaerah corpora mamilaria ventrikel ketiga dan
keempat.
d. Ginjal tampak pucat dan degenerasi lemak dapat ditemukan pada tubuli
kontorti (Sofian, 2016:141).
5. Klasifikasi Hiperemesis Gravidarum
Batas mual muntah berapa banyak yang disebut hipermesis gravidarum
tidak ada kesepakatan. Ada yang mengatakan, bisa lebih dari 10 kali muntah,
akan tetapi apabila keadaan umum ibu terpngaruh dianggap sebagai
hipermesis.
a. Hipermesis ringan: mual terus menerus menyebabkan lemah, anoreksia,
berat badan menurun, nyeri epigastrium, tensi turun, turgor menurun, lidah
kering, dan mata cekung.
b. Hipermesis sedang: mual dan muntah yang hebat, keadaan umum lemah,
apatis, turgor kulit mulai jelek, lidah kering dan kotor, nadi kecil, suhu
tubuh naik, berat badan turun, ikterus ringan, dehidrasi, tensi menurun,
hemokonsentrasi, oliguri, dan konstipasi dapt terjadi aseton uri.
c. Hipermesis berat: keadaan umum jelek, kesadaran menurun, samnolen
sampai koma, pols kecil dan cepat, dehidrasi, suhu badan naik, tensi turun,
ikterus, jika bertambah parah akan terjadi gangguan saraf pusat, adanya
nistagmus, diplopia, dan perubahan mental (Pranoto, 2016:89).
6. Diagnosis Hiperemesis Gravidarum
Menetapkan kejadian hiperemesis gravidarum tidak sukar, dengan
menetukan kehamilan, muntah berlebihan sampai menimbulkan gangguan
kehidupan sehari-hari dan dehidrasi. Muntah yang terus menerus tanpa
pengobatan dapat menimbulkan gangguan tumbuh kembang janin dalam rahim
dengan manifestasi klinisnya, oleh karena itu hiperemesis gravidarum
berkelanjutan harus dicegah dan harus mendapat pengobatan yang adekuat.
Kemungkinan penyakit lain yang menyertai kehamilan harus difikirkan dan
berkonsultasi dengan dokter tentang penyakit hati, penyakit ginjal, dan
penyakit tukak lambung. Pemeriksaan laboratorium dapat membedakan ketiga
kemungkinan hamil yang disertai penyakit. (Manuaba, 2015 : 230)
7. Penatalaksanaan Hiperemesis Gravidarum
Penatalaksanaan Hiperemesis Gravidarum yaitu sebagai berikut:
a. Penatalaksanaan
1) Memberikan penjelasan tentang kehamilan dan persalinan sebagai
suatu proses yang fisiologi.
2) Memberikan keyakinan bahwa mual dan kadang-kadang muntah
merupakan gejala fisiologi pada kehamilan muda dan akan hilang
setelah kehamilan 4 bulan
3) Menganjurkan mengubah makan sehari-hari dengan makanan dalam
jumlah kecil tetapi sering.
4) Menganjurkan pada waktu bangun pagi jangan segera turun dari
tempat tidur, terlebih dahulu makan roti kering atau biskuit dengan teh
hangat.
5) Makanan yang berminyak dan berbau lemak sebaikya dihindarkan.
6) Makanan sebaiknya disajikan dalam keadaan panas atau sangat
dingin.
7) Defekasi yang teratur dengan menghindari kekurangan karbohidrat
merupakan faktor yang penting, dianjurkan makanan yang banyak
mengandung gula.
8) Obat-obatanSedative yang sering digunakan adalah phenobarbital.
Vitamin yang dianjurkan vitamin B1 dan B6. Anti histamin juga
dianjurkan seperti dramamin, avomin. Pada keadaan lebih berat
diberikan antiemetic seperti disiklominhidrokhonae atau
khlorpromasin. Penanganan hiperemesis gravidarum yang berat perlu
dikelola dirumah sakit.
9) Isolasi, penderita disendirikan dalam kamar yang tenang tetapi cerah
dan peredaran udara yang baik. Catat cairan yang keluar dan masuk
hanya dokter dan perawat yang boleh masuk ke dalam kamar
penderita sampai muntah berhenti dan penderita mau makan. Tidak
diberikan makanan/minuman selama 24 jam.
10) Terapi psikologi, perlu diyakinkan pada penderita bahwa penyakit
dapat disembuhkan, hilangkan rasa takut oleh karena kehamilan,
kurangi pekerjaan serta menghilangkan masalah dan konflik, yang
kiranya dapat menjadi latar belakang penyakit ini.
11) Cairan parenteral, berikan cairan parenteral yang cukup elektrolik,
karbohidrat dan protein dengan glukosa 5% dalam cairan garam
fisiologis sebanyak 2-3 liter/hari. Bila perlu dapat ditambah kalium
dan vitamin, khususnya vitamin B kompleks dan vitamin C. bila ada
kekurangan protein, dapat diberikan pula asam amino secara
intravena.
b. Penghentian kehamilan
Pada beberapa kasus pengobatan hiperemesis gravidarum tidak
berhasil malah terjadi kemunduran dan keadaan semakin menurun
sehingga diperlukan pertimbangan untuk melakukan gugur kandung.
Keadaan yang memerlukan pertimbangan gugur kandung diantaranya:
1) Gangguan kejiwaan (delirium, apatis, somnolen sampai koma, terjadi
gangguan jiwa ensefalopati wernicke)
2) Gangguan penglihatan (perdarahan retina, kemunduran penglihatan).
3) Gangguan faal (hati dalam bentuk ikterus, ginjal dalam bentuk anuria,
jantung dan pembuluh darah terjadi nadi meningkat, tekanan darah
menurun) (Indrayani, 2016: 277-278).
8. Diet pada Hipermesis Gravidarum
Diet hiperemesis gravidarum berfungsi untuk mengganti persediaan
glikogen tubuh, mengontrol asidosis dan secara berangsur akan diberikan
makanan berenergi dan zat gizi yang cukup.Diet hiperemesis gravidarum
memiliki beberapa syarat, diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Karbohidrat tinggi, sebesar 75-80% dari kebutuhan energi total.
b. Lemak rendah, yaitu <10% dari kebutuhan energi total.
c. Protein sedang, yaitu 10-15% dari kebutuhan energi total.
d. Makanan diberikan dalam bentuk kering.
e. Pemberian cairan disesuaikan dengan keadaan klien yaitu 7-10 gelas/hari.
f. Makanan mudah cerna, tidak merangsang saluran pencernaan dan
diberikan dalam porsi kecil tapi sering.
g. Bila makan pagi dan siang sulit diterima, pemberian dioptimalkan pada
makan malam dan selingan pada malam hari.
h. Pemberian makanan ditingkatkan secara bertahap dalam porsi dan nilai
gizi sesuai dengan keadaan dan kebutuhan gizi klien (Runiari, 2017 : 21).
Tiga macam diet pada hiperemesis gravidarum yaitu sebagai berikut:
a. Diet hiperemesis I
Diet ini diberikan pada hiperemesis tingkat III. makanan hanya terdiri dari
roti kering, singkong bakar atau rebus, ubi bakar atau rebus, dan buah-
buahan. Cairan tidak diberikan bersama dengan makanan tetapi 1-2 jam
setelahnya. Karena pada diet ini zat gizi yang terkandung didalamnya
kurang, maka tidak diberikan dalam waktu lama.
b. Diet hiperemesis II
Diet ini diberikan bila rasa mual dan muntah sudah berkurang. Diet
diberikan secara bertahap dan dimulai dengan memberikan bahan makanan
yang bernilai gizi tinggi. Minuman tetap tidak diberikan bersamaan dengan
makanan. Pemelihan bahan Makanan yang tepat pada tahap ini dapat
memenuhi kebutuhan gizi kecuali kebutuhan energi. Jenis makanan ini
rendah kandungan gizinya, kecuali vitamin A dan D.
c. Diet hiperemesis III
Diet ini diberikan kepada klien hiperemesis gravidarum ringan. Diet
diberikan sesuai kemampuan klien, dan minuman boleh diberikan
bersamaan dengan makanan. Makanan pada diet ini mengcukupi
kebutuhan energi dan semua zat gizi.

C. Tinjauan Umum Hiperemesis Gravidarum Tingkat II


1. Pengertian Hiperemesis Gravidarum Tingkat II
Hipermesis gravidarum tingkat II ini umumnya terjadi saat gejalanya tak
kunjung usai. Penyebab hipermesis gravidarum tingkat II sama dengan tingkat
I, yakni perubahan hormon HCG, obesitas, genetik (salah satu keluarga pernah
mengalami hiperemesis gravidarum), hamil anak kembar, mengandung anak
berjenis kelamin perempuan, hamil anggur, obesitas dan daya imun lemah
(Asriani, 2016:231).
2. Gejala Hiperemesis Gravidarum Tingkat II
Gejala paling umum pada penderita hiperemesis gravidarum tingkat 2,
yakni:
a. Muntah tak terkendali (terus-menerus) dalam seharian dan terkadang
berhenti cukup lama, lalu kambuh lagi
b. Lidah kering dan tampak kotor
c. Bobot badan turun drastis
d. Mata tampak cekung
e. Dehidrasi
f. Urine mengandung bilirubin dan zat aseton
g. Oliguria (volume urin sedikit)
h. Nafas beraroma aseton
i. Wajah terlihat pucat
j. Konstipasi
k. Kenaikan suhu badan (demam)
l. Kulit tampak menguning (ikterus ringan)
m. Tekanan darah sistolik menurun hingga dibawah 80 mmHg
n. Frekuensi denyut nadi naik hingga 100-140 kali lipat
o. Penderita menunjukkan sikap diam dan tak banyak bicara
p. Penderita tampak linglung dan bingung
q. Tidak mampu berpikir jernih (disorientasi)
r. Menurunnya kesadaran sementara
s. Berisiko mengalami koma (Prawirihardjo, 2017).
3. Penanganan Hiperemesis Gravidarum Tingkat II
Penanganan Hiperemesis Gravidarum tingkat II harus dirawat inap
dirumah sakit sebagai berikut:
a. Kadang-kadang pada beberapa wanita, hanya tidur dirumah sakit saja,
telah banyak mengurangi mual muntahnya.
b. Isolasi
Penderita sebaiknya dalam kamar tersendiri yang tenang tetapi cerah dan
peredaran udara baik, bebas dan bau-bau. Tamu-tamu dibatasi hanya
dokter dan petugas yang boleh masuk. Sampai muntah berhenti dan
penderita mau makan dengan tidak memberikan makan/minum selama 24
jam. Kadang kala hal ini saja, tanpa pengobatan khusus telah mengurangi
mual dan muntah.
c. Terapi psikologis
Berikan pengertian bahwa kehamilan adalah suatu hal yang wajar, normal,
dan fisiologis, jadi tidak perlu takut dan khawatir. Cari dan coba hilangkan
faktor psikologis seperti keadaan sosial ekonomi dan pekerjaan serta
lingkungan.
d. Cairan perenteral
Cairan sebaiknya menggunakan larutan yang memiliki karbohidrat dan
protein dengan glukose 5%, bila perlu dapat ditambah vitamin dan kalium
khusunya vitamin B kompleks dan vitamin C serta bila kekurangan
protein, dapat pula diberikan asam amino secara intravena untuk 33
menambah kalori yang kurang dari makanan yang didapat peroral
sekaligus mencegah kekurangan elektrolit.
e. Pemberian obat
Menggunakan sedatif (phenobarbital), vitamin (B1 dan B6), anti muntah
(drammamin, avomin), antisida. Pada beberapa kasus dan terapi tidak
dapat dengan cepat memperbaiki keadaan umum penderita, dapat
dipertimbangkan suatu abortus buatan (Sofian, 2016).
BAB III
TINJAUAN KASUS

PENDOKUMENTASIAN
Tanggal 20 Januari 2023
A. Identitas Ibu/Suami
Nama : Ny.“H”/ Tn.“A”
Umur : 34 tahun/ 38 tahun
Nikah/Lamanya : 1 Kali/ ± 2 tahun
Suku : Bugis/ Bugis
Agama : Islam/ Islam
Pendidikan : SMA/ SMA
Pekerjaan : Honorer/ Wiraswasta
Alamat : Jl. G.Latimojong, Kel. Bongki, Kec. Sinjai Utara
Kab. Sinjai

B. Data Subjektif
1. Menurut ibu ini kehamilan yang kelima dan tidak pernah keguguran
2. HPHT Tanggal 15 November 2022.
3. BB 61 kg, Tinggi Badan 154 cm.
4. Ibu belum merasakan pergerakan janin.
5. Ibu merasa lemas mual dan muntah 3-4 kali.

C. Data Objektif
1. Tampak striae albicans
2. konjungtiva pucat
3. berat badan sekarang 61 kg.
4. turgor kulit jelek,
5. lidah kering dan kotor, nafas berbau aseton
6. tanda-tanda vital: 
TD: 90/60 mmHg,
pernapasan: 22x/menit,
nadi: 90x/menit,
suhu: 36,5°C.

D. Analisa
Diagnosa: G5P4A0, Gestasi 8-10 Minggu dengan Hiperemesis Gravidarum Tingkat
II.

E. Penatalaksanaan
Tanggal 20 Januari 2023
1. Jam 11.00 Wita. Menjelaskan pada ibu tentang keadaan yang dialaminya,
bahwa mual dan muntah dapat sembuh dengan cepat seiring dengan
bertambahnya usia kehamilan; ibu mengerti dengan keadaanya 
2. Jam 12.30 Wita. Mengobservasi tanda-tanda vital ibu:
TD: 90/60 N: 90x/menit
S: 36,5°C P: 22x/menit.
3. Jam 12.35 wita Melakukan kolaborasi dengan dokter tentang pemberian cairan
dan obat
Terpasang cairan RL 28 tpm + drips Neurosanbe
Telah dilakukan injeksi Ranitidin IV/8 Jam
Telah dilakukan injeksi Ondansetron IV/8 Jam sesuai instruksi dokter
4. Jam 12.35 Wita. Mengobservasi mual dan muntah, muntah 3-4 kali berisi
makanan dan minuman yang dikonsumsi (bubur dan air putih); ibu tidak sering
muntah dan ibu makan bubur pembagian dari rumah sakit
5. Jam 12.40. Menganjurkan ibu makan sedikit demi sedikit tapi sering; ibu
mengkonsumsi biskuit
6. Jam 12.50. Memberikan He tentang makan yang sehat, istirahat yang cukup
dan kebersihan diri pada ibu hamil
7. Jam 12.55. Memberikan He tentang asuhan sayang ibu
8. Jam 13.05 Wita. Memberitahu ibu tentang tanda bahaya kehamilan yaitu sakit
kepala yang menetap, oedema pada wajah dan tungkai, penglihatan kabur,
mual dan muntah yang berlebihan.
9. Jam 13.10 Wita. Memberikan dukungan psikologis pada ibu dengan
melibatkan suami dan keluarga dalam perawatan ibu seperti memberi pujian
pada ibu; ibu sudah merasa tidak cemas dengan keadaannya.
Evaluasi : Ibu mengerti semua HE yang diberikan.

F. Rencana Tindak Lanjut


Memindahkan ibu ke ruangan perawatan kebidanan dan kandungan untuk
mendapatkan perawatan lanjut sesuai instruksi dokter obgyn.
BAB IV
PEMBAHASAN

Bab ini membahas tentang kesenjangan yang terjadi antara tinjauan


pustaka dengan tinjauan kasus. Dalam penerapan pendokumentasian Asuhan
Kebidanan Ny.”H”Gestasi 8-10 Minggu dengan Hiperemesis Gravidarum Tingkat
II di Rumah Sakit Umum Daerah Sinjai Kabupaten Sinjai Tanggal 20 Januari
2023.
Untuk memudahkan dalam menguraikan kesenjangan antara teori dan
kasus, maka dapat dilakukan pendokumentasian asuhan kebidanan ( SOAP).

Data Subjektif
Melakukan pengkajian data dasar yang meliputi identitas klien, data
biologis, data psikologis, Sosial, ekonomi dan spiritual. Informasi yang diperoleh
mengenai data–data tersebut dengan mengadakan wawancara langsung dari klien
dan keluarganya serta sebagian bersumber dari pemeriksaan fisik yang dimulai
dari kepala sampai ke kaki yang meliputi inspeksi, palpasi, auskultasi, perkusi, dan
pemeriksaan penunjang / laboratorium.
Pada tinjauan pustaka ibu hamil dikatakan mengalami hiperemesis

gravidarum tingkat II bila mengalami keluhan-keluhan sebagai berikut: mual

muntah setiap kali makan, kurang nafsu makan, berat badan turun dan nyeri

uluhati, nadi sekitar 97x/ menit, tekanan darah turun, turgor kulit berkurang dan

lidah kering dan kotor. (Pranoto, 2016:89)

Pada kasus Ny.”H” yaitu melalui pengkajian pada anamneses dan

pemeriksaan fisik ditemukan ibu mual dan muntah 3-4 kali, tidak ada nafsu

makan, Nampak lemah, Dengan demikian apa yang dijelaskan pada tinjauan

pustaka dan yang ditemukan pada pendokumentasian tidak ditemukan

kesenjangan.
Data Objektif
Dalam tinjauan teori dikatakan bahwa tanda dan gejala hyperemesis
meliputi mual dan muntah yang hebat, keadaan umum lemah, apatis, turgor kulit
mulai jelek, lidah kering dan kotor, nadi kecil, suhu tubuh naik, berat badan turun,
ikterus ringan, dehidrasi, tensi menurun, hemokonsentrasi, oliguri, dan konstipasi
dapat terjadi aseton uri. (Pranoto, 2016:89)
Pada kasus Ny. “ H” data yang dikumpulkan dan hasil pengkajian
yaitu ibu merasa lemas, mual dan muntah 3-4 kali, konjungtiva pucat, turgor kulit
jelek, , turgor kulit jelek, bibir dan lidah tampak kering tanda-tanda vital yaitu
tekanan darah 90/80 mmHg, pernapasan 22x/menit, nadi 97x/menit, suhu 36,5oC.
Berdasarkan uraian diatas ada persamaan gejala dan keluhan antara
teori dan kasus tersebut .
Dengan demikian apa yang dijelaskan pada konsep dasar dan yang
ditemukan pada kasus secara garis besar tidak ada kesenjangan.

Assesment
Berdasarkan dalam konsep dasar bahwa dalam menegakkan suatu
diagnosa / masalah kebidanan harus berdasarkan pada pendekatan asuhan
kebidanan yang didukung dan ditunjang oleh beberapa data, baik data subjektif
maupun data objektif.
Adapun asesmen yang diidentifikasi pada Ny.”H”Gestasi 8-10 Minggu
dengan Hiperemesis Gravidarum Tingkat II di Rumah Sakit Umum Daerah Sinjai
Kabupaten Sinjai Tanggal 20 Januari 2023.

Planning (Perencanaan)
Perencanaan adalah proses penyusunan suatu rencana tindakan
berdasarkan identifikasi masalah lain yang mungkin terjadi. Perencanaan tindakan
berdasarkan tujuan yang akan dicapai disertai kriteria keberhasilannya.
Adapun rencana tindakan pada kasus Ny. “H” adalah :
Menjelaskan pada ibu tentang keadaan yang dialaminya, bahwa mual dan
muntah dapat sembuh dengan cepat seiring dengan bertambahnya usia kehamilan;
ibu mengerti dengan keadaanya 
1. Mengobservasi tanda-tanda vital ibu:
TD: 90/80 N: 90x/menit
S: 36,5°C P: 22x/menit
2. Melakukan kolaborasi dengan dokter tentang pemberian cairan dan
obat;terpasang cairan RL 28 tpm
3. Mengobservasi mual dan muntah, muntah 3-4 kali berisi makanan dan
minuman yang dikonsumsi (bubur dan air putih); ibu tidak sering muntah
dan ibu makan bubur pembagian dari rumah sakit
4. Menganjurkan ibu makan sedikit demi sedikit tapi sering; ibu
mengkonsumsi biskuit
5. Memberikan He tentang makan yang sehat, istirahat yang cukup dan
kebersihan diri pada ibu hamil
6. Memberikan He tentang asuhan sayang ibu
7. Memberitahu ibu tentang tanda bahaya kehamilan yaitu sakit kepala yang
menetap, oedema pada wajah dan tungkai, penglihatan kabur, mual dan
muntah yang berlebihan.
8. Memberikan dukungan psikologis pada ibu dengan melibatkan suami dan
keluarga dalam perawatan ibu seperti memberi pujian pada ibu; ibu sudah
merasa tidak cemas dengan keadaanya.
Dari tinjauan teori dan asuhan kebidanan pada Ny. “H” berdasarkan pada
rencana tindakan, ditemukan adanya persamaan antara apa yang ada diteori
dengan yang dilakukan dilahan praktek.
Tidakan yang telah direncanakan dapat dilaksanakan sesuai rencana dan
tahap pelaksanaan tindakan asuhan kebidanan ini, tidak di temukan hambatan
yang berarti karena adanya kerjasama dan penerimaan yang baik dari.
Klien dan keluarga yang kooperatif dan adanya sarana dan fasilitas
yang mendukung dalam pelaksanaan tindakan. Dan dari semua rencana tindakan
yang di berikan klien dan keluarga mengerti dan bersedia melakukan semua yang
sudah dijelaskan dan bersedia untuk dipindahkan ke Ruang perawatan Kebidanan
dan Kandungan untuk mendapatkan perawatan lanjut sesuai instruksi dokter
obgyn.

BAB V

KESIMPULAN
Setelah penulis membahas dan menguraikan kasus Ny.”H” Gestasi 8-10
Minggu dengan Hiperemesis Gravidarum Tingkat II di Rumah Sakit Umum
Daerah Sinjai Kabupaten Sinjai Tanggal 20 Januari 2023, maka dalam bab ini
penulis menarik kesimpulan dan memberikan saran sebagai berikut:
A. Kesimpulan
1. Pada pengkajian data subjektif tidak ditemukan adanya kesenjangan antara
teori dan praktik
2. Pada pengkajian data objektif tidak ditemukan adanya kesenjangan antara teori
dan praktik
3. Pada analisa tidak ditemukan adanya kesenjangan antara teori dan praktik
4. Pada penatalaksanaan penulis tidak menemukan adanya antara teori dan
praktik terhadap seluruh asuhan yang diberikan pada klien sudah sesuai dengan
teori. Asuhan berlangsung lancar tanpa hambatan karena kerjasama yang baik
antara petugas kesehatan, klien dan keluarga.
B. Saran
1. Saran bagi ibu hamil
Diharapkan klien (ibu hamil) dapat segera memeriksakan dirinya sejak
merasa dirinya hamil serta memeriksakan diri selama hamil dan bersedia
melaksanakan nasehat serta anjuran yang diberikan oleh petugas kesehatan.
2. Saran bagi petugas kesehatan
Sebagai seorang petugas kesehatan khususnya bidan diharapkan dapat
mengetahui tanda dan gejala hiperemesis gravidarum sehingga dapat
mendeteksi lebih awal tanda dan gejala hiperemesis gravidarum dan dapat
nengambil keputusan klinik yang tepat.
3. Saran bagi institusi pendidikan
Diharapkan setiap institusi pendidikan dapat meningkatkan dan
mengembangkan metode pelaksanaan manajemen asuhan kebidanan dalam
memecahkan masalah kebidanan.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2020. DINAS KESEHATAN SUL-SEL. Penyebab Angka Kematian
Bayi di Negara Maju dan
Berkembang.Http://jurnal.unair.ac.id/filerPDF.Diakses 20
Desember 2022

Armawan, E. 2016. Asuhan Persalinan dan Bayi Baru Lahir. Jakarta:KDT

Asriani., A., Sofian., S. 2016. Patologi Kehamilan, Vol I, No I H


ttp://Journal.unair.ac.id/filerPDF/IJCPML-15-8-16.pdf.Diakses 20 Desember
2022

Indrayani. 2017. Hipermesis gravidarum tingkat II. Diakses 20 Desember 2022

Manuaba, IBG. 2016. Ilmu kebidanan, Penyakit Kandungan, dan KB. Jakarta:
EGC

Maryunani, A., Puspita, E. 2016. Asuhan Kegawat daruratan Maternal dan


Neonatal. Jakarta Timur: TIM

Mochtar, R. 2015. Obstetri Fisiologi dan Obstetri Patologi. Jakarta: EGC

Pranoto, I., Widyastuti, Y., Sihotang, PC.,Santi, MY. 2016. PatologiKebidanan.


Jakarta: Fitramaya

Prawirohardjo, S. 2016. IlmuKandungan. Jakarta: PT. BinaPustaka

Rahmawati, S. 2019. Angka Kematian Ibu Menurut WHOHttp://jurnal.www.


angkakematianibu.com.Diakses 20 Desember 2022

Rumah Sakit Umum Daerah Sinjai Kabupaten Sinjai. 2022. Angka Kejadian
Hypermesis Gravidarum Tingkat II dariTahun 2017-2022. Sinjai:
Rekam Medik

Rukiyah, Y., Yulianti, L.,Maemunah.,Susilawati., L. 2016. Asuhan Kehamilan Vol


1. Jakarta:CV Trans Info Media

Sofian, A. 2016. Sinobsis Obstetri. Jakarta: EGC

Zahriyanti. 2016. Asuhan Kebidanan Ny.”H” Dengan Hipermesis Gravidarum


Tingkat II di Rumah Sakit Umum Daerah Sinjai Kabupaten Sinjai.
Sinjai

Anda mungkin juga menyukai