Dosen Pembimbing
Sugiharti S.ST,M.KM
Turasmiyati, S.ST. Bdn
Oleh
Lutfia Citra Nurbaiti
220503265056
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, Saya
panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan Rahmat, hidayah-Nya kepada
kami, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah tentang “Massage Konstipasi”. Makalah ini
telah saya susun dengan maksimal dan untuk itu saya menyampaikan banyak terimakasih kepada
Terlepas dari semua itu, saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari
segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka saya
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar saya dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata saya berharap semoga makalah tentang “Massage Konstipasi”. ini dapat
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pijat bayi merupakan terapi sentuh yang paling tua, yang dibutuhkan bagi
kebutuhan dasar pada bayi. Sentuhan yang diberikan kepada bayi dengan penekanan
lembut akan menimbulkan rasa aman dan nyaman yang dirasakan oleh bayi. Jika
sentuhan dan pijat bayi diberikan secara rutin segera setelah kelahiran bayi, adalah
sebuah kontak kelanjutan tubuh bayi yang dibutuhkan oleh bayi untuk mempertahankan
rasa aman dan nyaman bayi (Riksani, 2012).
Pijat bayi merupakan hal yang sangat bermanfaat bagi kesehatan dan tumbuh
kembang bayi. Jika pijat bayi dilakukan rutin akan membantu menurunkan kadar hormon
stres (katekolamin) dan meningkatkan kadar zat daya tahan tubuh pada bayi
(imunogobulin), selain itu juga merangsang fungsi pencernaan serta pembuangan dan
meningkatkan berat badan bayi (Roesli, 2013).
Sentuhan pijatan juga dapat membantu dalam mempererat sebuah hubungan
antara bayi dengan pemijat. Terlebih apabila sentuhan pijatan dilakukan langsung oleh
ibu karena akan membawa dampak kesehatan yang lebih besar bagi bayi (Suranto, 2012).
Pijat bayi dapat melibatkan keluarga – keluarga terdekat untuk mendekatkan hubungan
emosional, misalnya ayah, nenek, kakek. Naluri seorang bayi dapat merespon sentuhan
dari ibunya sebagai ungkapan rasa cinta, perlindungan, dan perhatian (Roesli,2013).
Ditengah perkembangan teknologi dan pelayanan kesehatan yang sudah
berkembang di masyarakat. Di Indonesia masih cukup banyak masyarakat yang
memanfaatkan pijat bayi. Pijat bayi bukan lagi suatu yang baru di Indonesia. Pijat bayi
sebagian besar masih dilakukan dengan cara tradisional, khususnya dengan memijatkan
bayi ke dukun bayi, dengan presentasi sebanyak 30,4% (BPPK, 2013).
B. Tujuan
Memberikan asuhan kebidanan secara continuity of care pada An.”K” dengan konstipasi
di PMB bd. Turasmiyati, SST.
C. Manfaat
Diharapkan ibu dan keluarga untuk dapat memijatkan bayi sendiri, dan mengetahui cara-
cara yang benar dalam memijatkan bayi serta mengetahui pentingnya pijat bayi dilakukan
secara rutin.
BAB II
TINJAUAN TEORI
B. Konstipasi
Konstipasi atau sembelit adalah frekuensi buang air besar yang lebih sedikit dari
biasanya. Jarak waktu buang air besar pada setiap orang berbeda-beda. Namun umumnya
dalam satu minggu, manusia buang air besar setidaknya lebih dari 3 kali. Jika frekuensi
buang air besar kurang dari 3 kali dalam seminggu, maka seseorang disebut mengalami
konstipasi. Akibatnya, tinja menjadi kering dank eras sehingga sulit dikeluarkan dari
anus.
1. Prevalensi
3%-5% anak-anak yang berobat ke klinik pediatrik dan 25% anak-anak yang berobat
ke klinik pediatrik gastroenterohepatologi mengalami konstipasi. Di perkirakan 0,3%-
28% anak-anak diseluruh dunia mengalami konstipasi. Dengan rata-rata 90% anak
mengalami konstipasi bersifat fungsional tanpa ada kelainan organik, dan 40%
diantaranya diawali sejak usia 1-4 tahun, hanya sekitar 5%-10% yang mempunyai
kelainan penyebab organik. Sebanyak 3% anak usia prasekolah dan 1%-34% anak
usia sekolah mengalami konstipasi.
2. Etiologi
a. Asupan serat
Berat feses berhubungan dengan serat makanan yang dikonsumsi. Waktu singgah
feses melalui saluran pencernaan lebih cepat bila mengkonsumsi banyak serat.
b. Riwayat konstipasi
Penyebab tersering konstipasi pada anak yaitu menahan defekasi akibat
pngalaman nyeri saat proses defekasi sebelumnya. Hal ini menyebabkan anak
menahan feses saat ada hasrat untuk defekasi karena merasakan nyeri saat
defekasi. Kebiasaan menahan inilah menyebabkan peregangan rektum, kemudian
kolon sigmoid menampung feses. Feses yang berada dikolon akan terus
mengalami reabsorbsi air dan elektrolit. Proses ini akan terus berulang 30 dengan
sendirinya, akhirnya konsistensi feses menjadi semakin keras dan besar menjadi
lebih sulit dikeluarkan.
c. Aktivitas fisik anak
Berkurangnya aktivitas fisik , yang sebelumnya aktif kemudian menjadi pasif,
misalnya akibat sakit, paska bedah, kecelakaan, atau gaya hidup yang bermalas-
malasan. Stres dan perubahan aktivitas rutin sehari-hari juga dapat mempengaruhi
pola defekasi, seperti liburan, ketersediaan toilet, dan masalah psikososial dapat
menyebabkan konstipasi (Jurnalis, 2013).
BAB III
TINJAUAN KASUS
Subyektif :
- Ibu datang ke PMB ingin konsultasi mengenai kesehatan anaknya yang takut untuk BAB.
- Ibu mengatakan keadaan anaknya saat ini rewel saat mau BAB dan BAB anaknya tidak
lancer selama 3 hari.. Ibu mengatakan anaknya sehat tidak ada demam batuk pilek dan
tidak ada riwayat penyakit.
- Ibu mengatakan anaknya sudah mendapatkan imunisasi dasar sampai dengan 9 bulan.
- Ibu mengatakan saat ini masih memberikan ASI serta MPASI dan sudah memberikan
susu UHT
- Ibu mengatakan pola makan anak sehari…..x dengan jenis makanan…….
- Ibu mengatakan ini anak pertama, saat persalinan bayi lahir SC karena riwayat panggul
sempit. Menangis kuat BB 3100gr PB 49cm.
Obyektif :
BB : 10 Kg, TB :60cm
LK : 50 cm
Pemeriksaan Fisik :
Assesment :
Masalah : anak rewel saat mau BAB dan BAB tidak lancer selama 3 hari
Planning :
2. Memberitahu dan menjelaskan kepada ibu bahwa anaknya akan dilakukan massage
konstipasi, teknik pijatan ini menimbulkan efek memperkuat dinding usus besar dan
memperlancar gerakan peristatic. Ibu mengerti dan menyetujui
3. Menyiapkan alat : Alas, selimut, tissue, mainan bayi, waslap dan oil massage . Alat sudah
disiapkan
13. Menganjurkan ibu untuk melakukan pemijatan sesuai yang diajarkan. Ibu mengerti dan
akan melakukan dirumah
14. Menganjurkan ibu untuk beri makanan pada anak yang mengandung serat seperti sayur-
sayuran dan buah-buahan untuk memperlancar pencernaan. Ibu mengerti
Pada kasus An. K usia 1 Tahun 5 bulan dilakukan massage baby for constipation.
Konstipasi menjadi masalah yang banyak ditemui pada anak. Gejala konstipasi diantaranya feses
keras, ukuran besar, dan rasa tidak nyaman saat buang air besar yang mengakibatkan frekuensi
buang air besar menurun. Terapi yang dapat dilakukan untuk mengatasi konstipasi adalah
membiasakan buang air besar secara teratur dengan cara modifikasi perilaku, pemberian diet
serat, laksatif, dan pendekatan psikologis. Selain itu, penanganan yang dapat dilakukan pada
pasien konstipasi adalah dengan terapi pijat. Terapi pijat telah ada di Indonesia sejak lama dan
saat ini mulai diteliti pengaruh dan manfaatnya pada tubuh. Pijat memberikan manfaat pada
konstipasi dengan cara menstimulasi gerak peristaltik dan menurunkan waktu transit kolon
sehingga dapat meningkatkan frekuensi buang air besar. Kelebihan pijat diantaranya tidak
memiliki efek samping, dapat dilakukan sendiri oleh pasien karena pijat mudah untuk dipelejari,
dan biayanya murah.
Beberapa penelitian yang telah dilakukan yaitu randomized control trials menghasilkan
pijat dapat meningkatkan peristaltik sehingga meningkatkan fungsi buang air besar dan
menurunkan konstipasi kronik. Systematic review memiliki kesimpulan yang berbeda,
systematic review dari 4 clinical trials yang diambil dari tahun 1999 tentang pijat abdomen untuk
konstipasi tidak ada yang bebas dari bias. Bias tersebut yaitu heterogen dalam trial design,
sampel pasien, dan tipe pijat yang digunakan. Hasi dari review tidak ditemukan bukti ilmiah
dalam keefektifan pijat untuk membantu konstipasi. Untuk penelitian selanjutnya disarankan
untuk control trial dengan jumlah sampel pasien yang lebih banyak.20 Terapi pijat tidak boleh
dilakukan dalam kondisi seperti demam, menderita penyakit kulit menular, menderita penyakit
atau infeksi menular, dan gangguan jantung seperti trombosis atau radang pembuluh darah.
Selain itu tidak boleh memijat varises, luka baru, luka memar, dan tulang sendi yang meradang
atau bergeser.
BAB V
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Pada banyak kasus, konstipasi pada anak dimulai dari rasa nyeri saat buang air
besar. Karena nyeri saat buang air besar biasanya anak mulai menahan-nahan tinja
agar tidak dikeluarkan untuk menghindari rasa tidak nyaman atau nyeri tersebut. Jika
menahannahan buang air besar terus berlanjut, maka keinginan buang air besar akan
berangsur hilang yang akan mengakibatkan penumpukan tinja. Proses buang air besar
yang tidak lancer akan menyebabkan tinja menumpuk hingga menjadi lebih banyak
dari biasanya dan dapat menyebabkan feses mengeras yang kemudian dapat berakibat
pada spasme sfingter anus. Distensi rectal kronik menyebabkan kehilangan
sensitifitas rektal, keinginan defekasi yang dapat berdampak pada inkontinensi afekal.
Pijat dapat menstimulasi peristaltik, menurunkan waktu transit kolon,
meningkatkan frekuensi buang air besar pada pasien konstipasi, dan mengurangi rasa
tidak nyaman saat buang air besar. Oleh karena itu, pijat dapat menjadi salah satu
terapi alternatif untuk konstipasi.
B. Saran
1. Bagi Orang Tua
Disarankan kepada orang tua untuk memberikan pijat abdomen terstruktur
terhadap bayinya yang sedang mengalami konstipasi, dan tidak membiarkan bayi
yang mengalami konstipasi karena bisa mengakibatkan nafsu makan turun.
2. Bagi Tenaga Kesehatan
Menjadi dasar bagi petugas kesehatan untuk memberikan pengetahuan kepada
orang tua tentang pijat bayi konstipasi.
DAFTAR PUSTAKA
http://repository.um-surabaya.ac.id/3597/2/BAB_1.pdf
https://eprints.umm.ac.id/43333/3/jiptummpp-gdl-idaayusint-50410-3-babii.pdf
http://repository.ump.ac.id/947/8/IRMA%20INDRIYANI%20BAB%20II.pdf
http://eprints.ums.ac.id/57312/1/BAB%20I.pdf
file:///C:/Users/User/Downloads/1417-2013-1-PB.pdf