Disusun Oleh :
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, Kami
panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan Rahmat, hidayah, dan inayah-
Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang “Peran dan
ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan untuk itu kami menyampaikan banyak
terimakasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari
segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang “Peran dan Tanggungjawab Keluarga dan
Pasangan Terhadap Kesehatan Mental Perempuan ”. ini dapat memberikan manfaat maupun
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI………………………………………………………………… ii
BAB I : PENDAHULUAN…………………………………………….……. 1
BAB II : PEMBAHASAN
A. Kesimpulan…………………………………………………………… 18
B. Saran …………………………………………………………………. 19
ii
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………… 20
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kematian ibu dan bayi masih menjadi permasalahan yang harus
diperhatikan dan ditangani dengan maksimal. Berdasarkan data dari ASEAN
Statistical Report on Millennium Development Goals memperlihatkan bahwa
Angka Kematian Ibu (AKI) berada pada kisaran 305 per 100.000 kelahiran
hidup, masih sangat jauh dari target ASEAN Millenium Development Goals
yaitu 98 per 100.000 kelahiran hidup dan Angka Kematian Bayi (AKB) sebesar
22 per 1.000 kelahiran bayi (ASEAN MDGs, 2017). Salah satunya, kondisi
tersebut mengindikasikan kondisi kesehatan ibu hamil yang masih kekurangan
vitamin atau mempunyai status gizi yang rendah (Madanijah et al., 2013).
Adanya berbagai permasalahan tersebut membutuhkan upaya untuk
meningkatkan status gizi dan kesehatan ibu hamil atau melahirkan. Upaya yang
perlu dilakukan bukan hanya terkait dengan pemenuhan gizi ibu hamil dan
melahirkan namun juga upaya-upaya lain yang sifatnya menguatkan kondisi
psikososialnya.
1
khususnya istri yang akan merasakan perasaan cemas, takut, dan bahagia. Faktor
yang hampir selalu menyebabkan depresi pasca melahirkan yaitu kurangnya
dukungan social. Namun masa transisi ini sering dianggap sementara atau tidak
penting sehingga perawatan postpartum menjadi aspek yang diabaikan dari
perawatan kesehatan wanita. Tidak ada kejadian hidup yang memiliki efek luar
biasa terhadap kondisi fisik, fungsional dan emosional seperti masa postpartum.
2
keuangan dan pengasuhan anak.
Selain itu, peran suami dalam hal menyediakan akses pelayanan kesehatan
dan selalu mendampingi istri ketikal hamil dalam melakukan pemeriksaan
kesehatan sebagai bentuk deteksi dini dan pencegahan komplikasi kehamilan
juga merupakan bentuk dukungan yang sangat dibutuhkan. Hasil penelitian
Widoyo (2015) menyatakan pentingnya peran suami sebagai orang terdekat dari
ibu hamil. Peran ini dapat dilakukan dengan memiliki kepekaan yang tinggi;
merespon setiap keluhan keluhan kecil yang dirasakan istri seperti mual, pusing,
dan lemas; dan juga menganjurkan dan mendampingi istri untuk melakukan
pemeriksaan terhadap keluhan tersebut. Dukungan suami terhadap istri ketika
hamil juga memiliki dampak subjektif yang dirasakan istri seperti tingkat
kecemasan yang lebih rendah terutama pada kehamilan trimester tiga/ periode
akhir kehamilan (Diani & Susilawati, 2013), kekuatan mental dan kepercayaan
diri yang lebih tinggi yang dirasakan istri dalam menghadapi persalinan dan
setelah persalinan (Umami & Puspitasari, 2007; Widoyo, 2015). Hasil-hasil
penelitian tersebut memperlihatkan adanya dampak positif pada kondisi
kehamilan istri karena adanya dukungan peran suami saat istrinya sedang hamil.
Dampak positif terhadap penurunan kecemasan dan peningkatan kepercayaan
diri selama istri hamil dan melahirkan akan memengaruhi juga kepuasan istri
terhadap kondisinya, mengingat berbagai perubahan fisiologis dan psikologis
yang dialaminya.
Namun, pada kondisi istri sedang hamil, istri akan mengalami keluhan
mual, muntah, pusing, dan mudah lelah, serta tingkat kecemasan tinggi yang
dapat menyebabkan aktivitas peran istri akan terganggu(Rustikayanti, Kartika, &
Herawati, 2016). Pada situasi tersebut diperlukan dukungan dan peran pengganti
dari suami. Suami sebagai salah satu anggota dalam keluarga (sebagai orang
paling dekat dengan istri) harus menjalankan perannya, baik peran pada wilayah
produktif, wilayah domestik maupun peran sosial. Dukungan dan peran suami
secara konsisten berhubungan dengan perilaku ibu hamil yang lebih sehat, seperti
perawatan kehamilan lebih dini, mengurangi merokok, dan mengurangi
konsumsi alkohol (Alio et al., 2010).
3
Salah satu peran suami dalam keluarga adalah menjaga kesehatan istri
setelah melahirkan (masa nifas) yaitu dengan cara memberikan cinta kasih
kepada istrinya agar sang istri merasa diperhatikan, mengantarkan untuk kontrol,
menganjurkan untuk makan makanan bergizi, istirahat yang cukup, menjaga
personal hygine dan memberikan dukungan penghargaan, berupa pujian atau
penilaian kepada ibu nifas, dukungan instrumental berupa membantu merawat
bayi. Tidak adanya dukungan suami pada ibu di masa nifas akan menyebabkan
ibu merasa tidak diperhatikan dan tertekan. Tekanan yang dirasakan ibu nifas
tersebut jika dibiarkan berlarut-larut dapat menyebabkan ibu mengalami stres,
sehingga bisa memunculkan sikap negatif dan menimbulkan perilaku yang
kurang baik seperti tidak mau makan, tidak mau memeriksakan diri ke
tenagakesehatan, dan akan berdampak buruk terhadap kesehatan dirinya.
Dukungan sosial merupakan hal yang penting untuk kesejahteraan ibu dan bayi
adaptasi perempuan menjadi seorang ibu, memerlukan dukungan suami dan orang di
sekitarnya. Orang yang memotivasi, membesarkan hati dan orang yang selalu
bersamanya serta membantu dalam menghadapi perubahan akibat adanya persalinan,
untuk semua ini yang penting berpengaruh bagi ibu nifas adalah kehadiran seorang
suami. Dukungan suami merupakan cara mudah untuk mengurangi depresi postpartum
pada istri mereka yang diperlukan untuk meningkatan kesejahteraan. Dukungan yang
terpenting adalah peran suami, suami merupakan kepala keluarga sekaligus patner
istri dalam mengarung bahtera rumah tangga mereka. Seorang laki-laki yang
menjadi ayah baru dituntut dapat membantu istrinya yang baru saja melewati
pengalaman persalinan.
Kesejahteraan merupakan persepsi individu mengenai keberfungsian
mereka di bidang kehidupan. Lebih spesifiknya adalah penilaian individu
terhadap posisi mereka dalam kehidupan, dalam konteks budaya dan sistem nilai
di mana mereka hidup dalam kaitannya dengan tujuan individu, harapan, standar
serta apa yang menjadi perhatiaan. Faktor-faktor yang mempengaruhi
kesejahteraan diantaranya mengenali diri sendiri, adaptasi, merasakan
penderitaan orang lain, perasaan kasih sayang, bersikap optimis, dan
mengembangkan sikap empati.
4
Hipotesanya, jika peran suami pada semua aspek dilakukan dengan baik dan
penuh tanggung jawab maka istri akan merasakan kesejahteraan subjektif (kepuasan dan
keahagiaan) yang optimal.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana peran dan tanggung jawab pasangan serta support dan dukungan
keluarga dalam mengatasi gangguan psikolosi perempuan yang berhubungan
dengan masa hamil (perinatal) dan nifas (peurperium)?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui dukungan suami atau keluarga dalam proses masa hamil
(perinatal) dan nifas (peurperium)?
2. Untuk mengetahui peran serta tanggung jawab keluarga atau suami dalam
mengatasi gangguan psikologi perempuan pada masa hamil (perinatal) dan
nifas (peurperium)?
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
Aspek ini melibatkan kekuatan jasmani dan keinginan untuk percaya
pada orang lain sehingga individu yang bersangkutan menjadi yakin
bahwa orang lain tersebut mampu memberikan cinta dan kasih sayang
kepada dirinya.
b. Instrumen
Aspek ini meliputi penyediaan sarana untuk mempermudah atau
menolong orang lain sebagai contohnya adalah peralatan, perlengkapan,
dan sarana pendukung lain termasuk didalamnya memberikan peluang
waktu.
c. Informative
Aspek ini berupa pemberian informasi untuk mengatasi masalah
pribadi. Terdiri dari pemberian nasehat, penghargaan, dan keterangan lain
yang dibutuhkan oleh individu yang bersangkutan.
d. Penghargaan
Aspek ini terdiri atas dukungan peran keluarga yang meliputi
umpan balik, perbandingan sosial, dan afirmasi.
Terdapat lima macam dukungan sosial suami, yaitu :
Bantuan fisik, interaksi yang mendalam, mencakup pemberian kasih
sayang dan kesediian untuk mendengarkan permasalahan.
Bimbingan, termasuk pengajaran dan pemberian nasehat.
Umpan balik, pertolongan seseorang yang paham dengan masalahnya
sekaligus memberikan pilihan respon yang tepat untuk menyelesaikan
masalah.
Partisipasi keluarga, bersenda gurau dan berkelakar untuk menghibur
seseorang.
Dalam suatu keluarga terdapat 4 dukungan yang harus dilakukan pada anggota
keluarganya, yaitu :
Dukungan informasional
7
Keluarga berfungsi sebagai kolektor dan disseminator informasi tentang
dunia yang dapat digunakan untuk mengungkapkan suatu masalah.
Mafaat dari dukungan ini adalah dapat menekan munculnya suatu
stressor karena informasi yang diberikan dapat menyambungkan
aksi sugesti yang khusus pada individu. Aspek-aspek dalam dukungan ini
adalah nasehat, usulan, saran, petunjuk dan pemberian informasi.
Dukungan penilaian
Keluarga bertindak sebagai sebuah umpan balik, membimbing dan
menengahi masalah serta sebagai sumber validator identitas anggota
keluarga, diantaranya memberi support, pengakuan, penghargaan dan
perhatian.
Dukungan instrumental
Keluarga merupakan sebuah sumber pertolongan praktis dan
konkrit seperti tenaga, sarana dan materi. Manfaat dukungan ini adalah
mendukung pulihnya energi atau stamina dan semangat yang menurun
selain itu individu marasa bahwa masih ada perhatian atau kepedulian
dari lingkungan terhadap anggota yang sedang mengalami kesulitan atau
penderitaan.
Dukungan emosional
Keluarga sebagai tempat yang aman dan damai untuk istirahat dan
pemulihan serta membantu penguasaan terhadap emosi. Manfaat dari
dukungan ini adalah secara emosional menjamin nilai-nilai individu (bai
pria maupun wanit) akan selalu terjaga kerahasiaannya dari keingintahuan
orang lain. Aspek dari dukungan emosional meliputi dukungan yang
diwujudkan dalam bentuk afeksi, adanya kepercayaan, perhatian dan
mendengarkan serta didengarkan. Hal tersebut sfek-efek penyangganya
dan utama dari dukungan sosial terhadap pertumbuhan dan perkembangan
bisa menjadi fungsi yang bersamaan.
Cara untuk mengukur dukungan keluarga dapat dilihat dengan ciri-ciri
dukungan, yaitu :
8
Informatif, yaitu dengan cara memberikan dukungan informasi yang
diperlukan oleh keluarganya seperti pemberian nasehat, pengarahan, ide-
ide atau informasi lainnya
10
2) Tidak lagi merasa cemas dan tertekan
3) Menjaga kondisi ibu dan tumbuh kembang janin
4) Mempercepat pemulihan fisik sehabis melahirkan
5) Membantu melepaskan kondisi emosional
6) Menjaga bayi dalam kondisi sehat
7) Membantu kita untuk cepat beradaptasi dengan bayi
8) Mencegah kondisi kita tambah parah
Sangat umum bagi ibu yang baru pertama kali mengalami gejala
kecemasan ringan. Ini disebabkan oleh rasa takut kehilangan anak, dan
hampir setiap ibu hamil dalam situasi ini memiliki kekhawatiran yang
sama persis.
Cara mengatasinya:
a) Cari kesibukan agar Bunda tidak memiliki celah untuk berpikir hal-
hal negatif dan stres.
Trimester kedua
Cara mengatasinya:
Trimester ketiga
12
Pelupa dan hal lain dari trimester sebelumnya mungkin masih Bunda
alami. Namun saat semakin mendekatinya tanggal kelahiran, Bunda
mungkin mulai mengalami sedikit kecemasan tentang persalinan.
Bunda juga akan mengalami lebih banyak sakit fisik, seperti sakit
punggung, leher, kaki dan tulang rusuk. Rasa sakit ini akan memperburuk
suasana hati.
Cara mengatasinya:
2. Masa Nifas
Dalam menjalani adaptasi pada ibu melahirkan, ibu akan mengalami fase-
fase sebagai berikut :
Fase taking in
13
Merupakan periode ketergantungan yang berlangsung pada hari
pertama sampai hari kedua setelah melahirkan. Pada saat itu fokus
perhatian ibu terutama pada dirinya sendiri. Pengalaman selama
proses persalinan sering berulang diceritakannya. Hal ini membuat
cenderung ibu menjadi pasif terhadap lingkungannya.
Fase letting go
14
hanya muncul sementara waktu yakni sekitar dua hari hingga dua minggu
sejak kelahiran bayi atau Gangguan efek ringan ( gelisah, cemas, lelah )
yang sering tampak dalam minggu pertama setelah persalinan.
a. Faktyor Penyebab
1) Faktor Hormonal, Berupa perubahan kadar estrogen, progesteron,
prolaktin,dan estriol yang yang terlalu rendah.
2) Faktor Usia.
c. Pencegahan
2) Berolah raga ringan, ikhlas dan tulus dengan peran baru sebagai ibu
Depresi berat yang terjadi 7 hari setelah melahirkan dan berlangsung selama
30 hari.
a. Faktor Penyebab
1) Faktor konstitusional
2) Faktor fisik
Terjadi karena ketidakseimbangan hormonal, Hormon yang terkait
dengan terjadinya depresi post partum adalah prolaktin, steroid dan
progesterone.
3) Faktor psikologi
Paralihan yang cepat dari keadaan “ 2 dalam 1 “, pada akhir
kehamilan menjadi dua individu. Yaitu ibu dan anak yang
bergantung pada penyesuaian psikologis individu.
b. Gejala
1) Kelelahan dan perubahan mood
2) Gangguan nafsu makan dan gangguan tidur
3) Tidak mau berhubungan dengan orang lain
4) Tidak mencintai bayinya dan ingin menyakiti bayinya atau dirinya
sendiri.
c. Penanganan
Untuk mencegah terjadinya depresi post partum sebagai anggota
keluarga harus memberikan dukungan emosional kepada ibu dan jangan
mengabaikan ibu bila terlihat sedang sedih, dan sarankan pada ibu
16
untuk:
1) Beristirahat dengan baik
2) Berolahraga yang ringan
3) Berbagi cerita dengan orang lain
4) Bersikap fleksible
5) Bergabung dengan orang-oarang baru
6) Sarankan untuk berkonsultasi dengan tenaga medis
Perubahan emosi ibu postpartum secara umum antara lain adalah:
Thrilled dan excaited, ibu merasakan bahwa persalinan merupakan
peristiwa besar dalam hidup. Ibu heran dengan keberhasilan melahirkan
BAB III
17
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. SARAN
18
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan ini masih banyak kekurangan,
karena kurangnya referensi dan pengetahuan pada saat pembuatan makalah ini,
kami sebagi penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca agar kami dapat membuat makalah yang lebih baik lagi. Demikian
makalah ini kami buat untuk menambah pengetahuan dan informasi yang dapat
berguna demi kepentingan bersama, terima kasih.
19
DAFTAR PUSTAKA
Maritalia. 2017. Asuhan kebidanan pada inu nifas. Yogyakarta: Gosyen Publishing
Marmi. 2017. Asuhan kebidanan pasa masa nifas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Maryunani. 2016. Manajemen kebidanan. Jakarta: TIM
Nugroho dkk. 2015. Buku ajar asuhan kebidanan 3 nifas. Yogyakarta: Nuha Medika
Pitriani, Risa dan Andriyani, Rika. 2015. Asuhan Kebidanan Ibu Nifas Normal
(Askeb III). Yogyakarta : DEEPUBLISH
Andi Offset
Sukarni dan Sudarti. 2014. Patologi kehamilan, persalinan, nifas, dan neonates
resiko tinggi. Yogyakarta: Nuha Medika
Walyani dan Purwoastuti. 2015. Asuhan kebidanan masa nifas dan menyusui.
Yogyakarta: Pustaka Baru Pres
20