Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH PRAPROFESI STASE 1

(KETERAMPIAN DASAR PRAKTEK KEBIDANAN)

TINDAKAN PENYUNTIKAN INTRAMUSCULER PADA NY S 25


TAHUN DENGAN AKSEPTOR LAMA KB SUNTIK 3 BULAN DI PMB
NUNUNG PADA TANGGAL 21 MEI 2022

PEMBIMBING

1. Sugiharti M.KM
2. Bd Turasmiyati S.ST

DISUSUN OLEH

NUNUNG MARIA ULPAH

NPM (220503273064)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)

BHAKTI PERTIWI INDONESIA

T.A 2021 – 2022


KATA PENGANTAR

Puji Syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
Rahmat dan hidayah – Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah
KDPK tepat pada waktunya.
Dalam penyusunan Laporan ini penulis banyak mendapatkan bantuan dan
dukungan dari berbagai pihak, baik dari institusi, keluarga dan teman-teman
terdekat lainnya. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Sugiharti M.KM selalu dosen pembimbing akademik
2. Turasmiyati S.STselaku Dosen Pembimbing lahan
3. Teman-teman satu angkatan dan keluarga yang sudah mendukung

kelancaran kuliah prodi pendidikan profesi bidan.

Penulis menyadari bahwa penyhusunan laporan ini jauh dari kesempurnaan,


untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi perbaikan
selanjutnya dan mudah-mudahan dapat bermanfaat bagi kita semua.

Hormat Saya

Nunung Maria Ulpah

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................... i

DAFTAR ISI ......................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang .............................................................. 1

1.2 Ruang Lingkup Penulisan ........................................... 1

1.3 Tujuan Penulisan ............................................................ 1

1.4 Metode Penulisan............................................................ 1

BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Injeksi............................................................ 2

2.2 Tujuan Injeksi ................................................................ 3

2.3 Pengertian Intra Muscular............................................... 4

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Pendokumentasian Asuhan Kebidanan........................... 8

3.2 Pembahasan ................................................................ 10

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan ................................................................ 11

4.2 Saran ............................................................... 11

DAPTAR PUSTAKA ................................................................ 12

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Intramuskular (IM), rute IM memungkinkan adsorbsi obat yang lebih cepat
daripada rute SC karena pembuluh darah lebih banyak terdapat di otot.
Bahaya kerusakan jaringan berkurang ketika obat memasuki otot yang
dalam tetapi bila tidak berhati-hati ada resiko menginjeksi obat langsung
ke pembuluh darah. Dengan injeksi di dalam otot yang terlarut berlangsung
dalam 10-30 menit, guna memperlambat adsorbsi dengan maksud
memperpanjang kerja obat, seringkali digunakan larutan atau suspensi
dalam minyak umpamanya suspense penicilin dan hormone kelamin.

1.2 Ruang Lingkup Penulisan


1. Pengertian Injeksi Injeksi
2. Tujuan Injeksi
3. Pengertian Intramuscular

1.3 Tujuan Penulisan


Tujuan penulisan makalah ini sebagai pembelajaran tentang bagaimana
proses pemberian obat secara intramuskular secara benar dan tepat
sehingga tidak beresiko bagi pasien dan petugas kesehatan.

1.4 Metode Penulisan


Data penulisan makalah ini diperoleh dengan metode studi kepustakaan.
Metode studi kepustakaan yaitu suatu metode dengan membaca pustaka
tentang sistem pemberian obat secara intramuskular.

1
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Injeksi

adalah pemberian obat pada pasien yang berupa larutan, emulsi atau
suspensi atau serbuk yang harus dilarutkan atau disuspensikan lebih dahulu
sebelum digunakan, yang disuntikkan secara merobek jaringan ke dalam
kulit atau melalui kulit atau selaput lendir. Pemberian injeksi merupakan
prosedur invasif yang harus dilakukan dengan menggunakan teknik steril.
(Potter, Perry, Peterson 2005)

2.2 Tujuan Injeksi

Pada umumnya Injeksi dilakukan dengan tujuan untuk mempercepat


proses penyerapan (absorbsi) obat untuk mendapatkan efek obat yang
cepat.

Konsekuensi yang serius dapat terjadi, jika injeksi tidak diberikan secara
tepat. Kegagalan dalam memilih tempat injeksi yang tepat, sehubungan
dengan penanda anatomis tubuh, dapat menyebabkan timbulnya kerusakan
saraf atau tulang selama insersi jarum. Apabila gagal mengaspirasi spuit
sebelum menginjeksi sebiah obat, obat dapat tanpa sengaja langsung di
injkesi ke dalam arteri atau vena. Menginjeksi obat dalam volume yang
terlalu besar di tempat yang dipilih dapat menimbulkan nyeri hebat dan
dapat mengakibatkan jaringan setempat rusak. Banyak klien, khususnya
anak-anak takut terhadap injeksi. Klien yang menderita penyakit serius
atau kronik seringkali diberi banyak injeksi setiap hari. Tenaga kesehatan
dapat berupaya meminimalkan rasa nyeri atau tidak nyaman dengan cara:

a) Gunakan jarum yang tajam dan memiliki bevel dan panjang serta
ukurannya paling kecil, tetapi sesuai.

2
3

b) Beri klien posisi yang nyaman untuk mengurangi ketegangan otot


c) Pilih tempat injkesi yang tepat dengan menggunakan penanda
anatomis tubuh
d) Kompres dengan es atau kapas alkohol di tempat injeksi untuk
menciptakan anastesia lokal sebelum jarum di suntikan
e) Alihkan perhatian klien dari injeksi dengan mengajak klien
bercakap-cakap
f) Masukan jarum dengan perlahan dan cepat untuk meminimalkan
menarik jaringan
g) Pegang spuit dengan mantap selama jarum berada dalam jaringan.
h) Pijat-pijat tempat injeksi dengan lembut selama beberapa detik,
kecuali dikontraindikasikan
2.3 Pengertian Intramuscular
Pemberian obat dengan cara ini dilakukan pada bagian tubuh yang berotot
besar,agar tidak ada kemungkinan untuk menusuk syaraf, misalnya pada
bagian bokong,dan kaki bagian atas,atau pada lengan bagian atas.
2.3.1 Anatomi Intramuscular Jaringan intramuskular: terbentuk dari
otot bergaris yang mempunyai banyak vaskularisasi (setiap 20
mm3 terdiri dari 200 otot dan 700 kapiler darah). Aliran darah
tergantung dari posisi otot di tempat penyuntikkan. (Gray,
2003)
2.3.2 Tujuan Pemberian IM
a) Pemberian obat dengan intramuscular bertujuan agar
absorpsi obat lebih cepat disbanding dengan pemberian
secara subcutan karena lebih banyaknya suplai darah di
otot tubuh .
b) Untuk memasukkan dalam jumlah yang lebih besar
disbanding obat yang diberikan melalui subcutan.
c) Pemberian dengan cara ini dapat pula mencegah atau
mengurangi iritasi obat. Namun perawat harus nerhati-
4

hati dalam melakukan injeksi secara intramuscular


karena cara ini dapat menyebabkan luka pada kulit dan
rasa nyeri dan rasa takut pada pasien.
2.3.3 Lokasi Pemberian IM
1) Paha (vastus lateralis) posisi klien terlentang dengan lutut
agak fleksi. Area ini terletak antar sisi median anterior
dan sisi midlateral paha. Otot vastus lateralis biasanya
tebal dan tumbuh secara baik pada orang dewasa dan
anak-anak. Bila melakukan injeksi pada bayi disarankan
menggunakan area ini karena pada area ini tidak terdapat
serabut saraf dan pemubuluh darah besar. Area injeksi
disarankan pada 1/3 bagian yang tengah. Area ini
ditentukan dengan cara membagi area antara trokanter
mayor sampai dengan kondila femur lateral menjadi 3
bagian, lalu pilih area tengah untuk lokasi injeksi. Untuk
melakukan injeksi ini pasian dapat diatur miring atau
duduk.
2) Ventrogluteal yaitu Posisi klien berbaring miring,
telentang, atau telentang dengan lutut atau panggul
miring dengan tempat yang diinjeksi fleksi. Area ini juga
disebut area von hoehstetter. Area ini paling banyak
dipilih untuk injeksi muscular karena pada area ini tidak
terdapat pembuluh darah dan saraf besar. Area ini ini
jauh dari anus sehingga tidak atau kurang terkontaminasi.
3) Lengan atas (deltoid) Posisi klien duduk atau berbaring
datar dengan lengan bawah fleksi tetapi rileks menyilangi
abdomen atau pangkuan. Area ini dapat ditemukan pada
lengan atas bagian luar. Area ini jarang digunakan untuk
injeksi intramuscular karena mempunyai resiko besar
terhadap bahaya tertusuknya pembuluh darah, mengenai
5

tulang atau serabut saraf. Cara sederhana untuk


menentukan lokasi pada deltoid adlah meletakkan dua
jari secara vertical dib awah akromion dengan jari yang
atas diatas akromion. Lokasi injekssi adalah 3 jari
dibawah akromion.
4) Dorsogluteal Dalam melakukan injeksi dorsogluteal,
harus teliti dan hati- hati sehingga injeksi tidak mengenai
saraf skiatik dan pembuluh darah. Lokasi ini dapat
digunakan pada orang dewasa dan anak-anak diatas usia
3 tahun, lokasi ini tidak boleh digunakan pada anak
dibawah 3 tahun karena kelompok usia ini otot
dorsogluteal belum berkembang. Salah satu cara
menentukan lokasi dorsogluteal adalah membagi area
glutael menjadi kuadran-kuadran. Area glutael tidak
terbatas hanya pada bokong saja tetapi memanjang
kearah Kristal iliaka. Area injeksi dipilih pada kuadran
area luar atas. e. Rectus femoris Pada orang dewas. rectus
femoris terletak pada sepertiga tengah paha bagian
depan.Pada bayi atau orang tua, kadang-kadang kulit di
atasnya perlu ditarik atau sedikit dicubit untuk membantu
jarum mencapai kedalaman yang tepat. Volume injeksi
ideal antara 1-5 ml (untuk bayi antara 1-3 ml). Lokasi ini
jarang digunakan, namun biasanya sangat penting untuk
melakukan auto-injection, misalnya pasien dengan
riwayat alergi berat biasanya menggunakan tempat ini
untuk menyuntikkan steroid injeksi yang mereka bawa
kemana-mana.
6

2.3.4 Peralatan

Alat yang digunakan untuk injeksi terdiri dari spuit dan jarum.
Ada berbagai spuit dan jarum yang tersedia dan masing-
masing di desain untuk menyalurkan volume obat tertentu ke
tipe jaringan tertentu.

2.3.5 Hal-Hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam Melakukan Injeksi

Pemberian obat secara injeksi dapat berfungsi sebagaimana


mestinya, maka kita harus memperhatikan beberapa hal
berikut ini :

a) Jenis spuit dan jarum yang digunakan


b) Jenis dan dosis obat yang diinjeksikan
c) Tempat injeksi
d) Infeksi yang mungkin terjadi selama injeksi
e) Kondisi/penyakit klien
2.3.6 Cara Mencegah Infeksi Selama Injeksi Salah satu efek yang
bisa ditimbulkan dari pemberian obat secara injeksi adalah
dapat menimbulkan infeksi. Adapun cara-cara yang dilakukan
untuk mencegah terjadinya infeksi selama injeksi dilakukan
yaitu :
1) Untuk mencegah kontaminasi larutan, isap obat dari
ampul dengan cepat. Jangan biarkan ampul dalam
keadaan terbuka
2) Untuk mencegah kontaminasi jarum, cegah jarum
menyentuh daerah yang terkontaminasi (mis: sisi luar
ampul atau vial, permukaan luar tutup jarum, tangan
perawat, bagian atas wadah obat, permukaan meja)
3) Untuk mencegah spuit terkontaminasi jangan sentuh
badan pengisap (plunger) atau bagian dalam karet
7

(barrel). Jaga bagian ujung spuit tetap tertutup


penutup atau jarum.
4) Untuk menyiapkan kulit, cuci kulit yang kotor karena
kototran, drainase atau feses dengan sabun dan air
lalu keringkan. Lakukan gerakan mengusap dan
melingkar ketika membersihkan luka menggunakan
swab antiseptic. Usap dari tengah dan bergerak
keluar dalam jarak dua inci.
BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Pendokumentasian Asuhan Kebidanan

Tanggal : 21 Mei 2022

Pukul : 14.00 WIB

BIODATA

Nama : Ny. S

Umur : 25 Tahun

Agama : Kristen

Nama Suami : Tn. M

Alamat : Kedaung Wetan RT 05 RW O2

SUBJEKTIF

Ibu mengatakan ingin melakukan suntik ulang KB 3 bulan, sudah


mempunyai anak 2, belum pernah keguguran, anak terkecil usia 5 bulan,
ibu sedang menyusui, tidak ada keluhan karena baru satu kali suntik, hanya
ibu mengatakan tidak datang bulan.

OBJEKTIF

Keadaan Umum : Baik

Kesadaran : Composmentis

TTV : TD :110/70 mmHg

R : 18 x/ menit

N : 84 x/menit

BB : 53 Kg

ANALISA

Ny. S usia 25 tahun P2A0 dengan akseptor lama KB suntik 3 bulan

8
9

PENATALAKSANAAN

1. Mengisi surat persetujuan tindakan


2. memberitahu ibu hasil pemeriksaan yaitu :
TD : 110/70 mmHg
Respirasi : 18 x/menit
Nadi : 84 x/menit
BB : 53 kg
3. Menyiapkan obat (obat suntik 3 bulan) dan alat ( spuit 3ml dan
jarum no 23, alkohol swab,dan sarung tangan) menjaga privasi
dengan menutup sampiran
4. Menganjurkan ibu untuk berbaring dengan posisi nyaman
5. Mencuci tangan 6 langkah dengan air mengalir dan mengeringkan
dengan tissue
6. Memakai sarung tangan
7. menginformasikan tentang KB yang akan digunakan yaitu KB 3
bulan dan efeksamping nya
8. memberitahu ibu akan dilakukan pesuntikkan KB 3 bulan
( Triclopem ) secara IM atau Injeksi Intramuskuler, melakukan
desinfeksi di area yang akan di tusuk dengan alkohol swab,
regangkan permukaan kulit pada lokasi yang akan disuntik dengan
tangan kiri dan tangan kanan memegang spuit dengan posisi mata
jarum ke atas, tusukkan ke permukaan kulit bentuk sudut 90 ͦ
9. Ibu sudah diberikkan suntikan
10. atur posisi pasien seperti semula sambil observasi reaksi obat, efek
dari obat
11. Menjelaskan kepada ibu bahwa telah selesai di lakukan penyuntikan
12. memberitahu ibu jadwal kunjungan ulang 3 bulan kemudian yaitu
tanggal 14 agustus 2022
13. Ibu sudah mengetahui jadwal kunjungan Ulang
14. Merapihkan alat alat, masukan jarum ke safty bok, lepaskan sarung
tangan rendam dalam larutan klorin 0,5%, cuci tangan dengan sabun,
keringkan dengan tissue
15. Dokumentasikan dengan SOAP
10

BAB IV

PEMBAHASAN

Setelah penulis melakukan asuhan kebidanan pada akseptor lama KB


suntik 3 bulan pada Ny. S dengan menerapkan manjemen kebidanan, maka
penulis akan membahas serta membandingkan antara teori dan
pelaksanaan teori dengan kenyataan yang terjadi saat memberikan asuhan.
Pada saat melakukan kunjungan ulang, ibu mengatakan telah mendapatkan
informasi tentang Keluarga Berencana dari petugas Kesehatan tentang
jenis, keefektifan, keuntungan, efek samping, dan cara pemakaian KB yang
ibu gunakan sesuai dengan keadaan ibu untuk menjarangkan atau menunda
kehamilan.
Pada tanggal 21 Mei 2022 pukul 14.00 Ny. S ingin melakukan suntik ulang
KB 3 bulan yang mana disuntikka secara IM (Intra Muscular )
Menurut Grey ( 2003) Pemberian obat dengan cara ini dilakukan pada
bagian tubuh yang berotot besar,agar tidak ada kemungkinan untuk
menusuk syaraf, misalnya pada bagian bokong,dan kaki bagian atas,atau
pada lengan bagian atas.
Setelah diberikkan suntik 3 bulan Ny. S diberikkan kartu dan diberitahu
tanggal kunjungan ulang setelah 3 bulan yang akan datang. Meningkatkan
kembali untuk tidak lupa tanggal penyuntikan kembali dengan keadaan
setelah haid dan belum melakukan campur dengan suami. Jika ibu ada
keluhan yang tidak nyaman atau tidak mengerti, anjurkan ibu untuk datang
kembali ke PMB untuk mendapatkan pelayanan atau informasi yang lebih
lengkap.
BAB IV

KESIMPULAN Dan SARAN

1. Kesimpulan
Pemberian obat dilakukan pada pasien yang membutuhkan pencegahan dan
pengobatan dari suatu masalah kesehatan yang dihadapinya. Dalam
pemberian obat baik melalui oral, topikal,intravena,dan laila-lain, seorang
tenaga medis perlu memperhatikan aturan pemakaiannya. Karena jika tidak,
maka akan terjadi masalah yang baru bagi pasien. Yang terpenting adalah
petugas medis mengerti dan paham dengan lima prinsip benar dalam
pemberian obat. Yaitu benar obat, benar dosis, benar pasien, benar rute, dan
benar waktu.
2. Saran
Diharapkan kepada pembaca khususnya pada tenaga medis setelah
membaca tulisan ini dapat benar-benar memahami prosedur pemberian obat
yang benar, agar pasien nyaman dengan pelayanan kesehatan yang
diberikan.
DAFTAR PUSTAKA 11

 Administering a Z-Track I.M Injection, Nursing, January, 1999


 Gray, Clinikcal Prosedur Intramuscular Injection, 2003.
 Lismidar H dkk. Proses Keperawatan, Edisi 2, Penerbit Universitas
Indonesia, UI-Press, Jakarta, 1995.
 Potter, Perry, Peterson, Buku Saku Keterampilan dan Prosedur Dasar, edisi
5, 2005, EGC, Jakarta. · Nursing Procedures Made Incredibly Easy
Springhouse .
 Priharjo, Robert, Teknik Dasar Pemberian Obat Bagi Perawat, 1995, EGC,
Jakarta.
 Setiadi, Slamet. Aulawi, Khudazi. dan Setiyarini, Sri, Perbedaan
Penyuntikan Intramuskuler Metode Z Track dengan Metode Konvensional
atau Standar Terhadap Refluk Obat, Keluarnya Darah, dan Tingkat Nyeri,
Jurnal Ilmu Keperawatan, Volume 1, No 1, Januari 2006 ·

12

Anda mungkin juga menyukai