Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH PRA PROFESI

KETERAMPILAN DASAR PRAKTIK KLINIK KEBIDANAN

PEMASANGAN INFUS PADA PASIEN KEBIDANAN

Dosen Pembimbing
Bdn. Siti Juaeriah, S.Tr.Keb
Widi Sagita, M.Kes

Oleh:
Haryanti
220503355146

PROGRAM STUDI PROFESI KEBIDANAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BHAKTI PERTIWI INDONESIA
JAKARTA
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah “Keterampilan
Dasar Praktek Klinik (KDPK)” yang berjudul “Pemasangan Infus Pada Ibu Hamil
Hiperemesis Gravidarum” dengan tepat pada waktu yang diberikan.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang
sebesarbesarnya kepada :
1. Ibu Bdn. Siti Juaeriah, S.Tr.keb selaku pembimbing lahan
2. Ibu Widi Sagita, M.Kes selaku Pembimbing Institusi
3. Teman-teman seangkatan dan pihak lain yang tidak bisa disebutkan satu
persatu yang telah memberikan masukan dalam penyelesaian makalah ini.
Besar harapan penulis, semoga makalah ini dapat membantu kita dalam
mempelajari dan memahami tentang pemasangan Infus.
Namun, penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih jauh
dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat penulis harapkan demi
tercapainya perbaikan ataupun kekurangan dalam makalah ini.
Terima kasih.

Jakarta, 06 Juni 2022

Haryanti

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................... ii


DAFTAR ISI ................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 2
C. Tujuan .................................................................................................. 2
D. Manfaat................................................................................................. 2
BAB II LANDASAN TEORI ........................................................................ 3
A. Kebutuhan Cairan ................................................................................ 3
B. Faktor yang memperngaruhi cairan...................................................... 3
C. Jenis cairan............................................................................................ 4
D. Gangguan pemberian cairan................................................................. 5
E. Kebutuhan Elektrolit............................................................................. 7
F. Pengaturan Elektrolit............................................................................ 7
G. Pemasnagan infus................................................................................. 8
BAB III TINJAUAN KASUS ......................................................................... 13
BAB IV PEMBAHASAN................................................................................. 17
BAB III PENUTUP ......................................................................................... 18
A. Kesimpulan .............................................................................. 18
B. Saran ........................................................................................ 18
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 19

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kebutuhan cairan merupakan bagian dari kebutuhan dasar manusia secara
fisiologis kebutuhaan ini memiliki proporsi besar dalam tubuh dengan hampir
90% dari total berat badan. Sementara itu, sisanya merupakan bagian padat
dari tubuh. Secara keseluruhan, presentase cairan tubuh berbeda berdasarkan
usia. Presentase cairan tubuh bayi baru lahir sekitar 75% dari total berat
badan, pria dewasa 57% dari total berat badan, wanita dewasa 55% dari tital
berat badan, dan dewasa tua 45% dari total berat badan. Selain itu, presentase
jumlah cairan tubuh yang bervariasi juga bergantung pada lemak dalam tubuh
dan jenis kelamin. Jika lemak dalam tubuh sedikit, maka cairan tubuh pun
lebih besar. Wanita dewasa mempunyai jumlah cairan tubuh lebih sedikit
dibandingkan pada pria, karena jumlah lemak pada tubuh wanita dewasa lebih
banyak dibandingkan dengan lemak pada tubuh pria dewasa.
Salah satu tindakan untuk mengatasi masalah atau gangguan dalam
pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit adalah dengan pemberian cairan
melalui infus. Pemberian cairan melalui infus merupakan tindakan
memasukkan cairan melalui intravena yang dilakukan untuk memenuhi
kebutuhan cairan dan elektrolit serta sebagai tindakan pengobatan dan
pemberian makanan.
Infus cairan intravena adalah pemberian sejumlah cairan ke dalam tubuh
melalui sebuah jarum, ke dalam pembuluh vena (pembuluh balik) untuk
menggantikan kehilangan cairan atau zat-zat makanan dari tubuh (Yuda,
2010). Pemberian cairan intravena (Infus) yaitu memasukkan cairan atau obat
langsung ke dalam pembuluh darah vena dalam jumlah dan waktu tertentu
dengan menggunakan infus set. (Potter, 2005).
Pada umumnya cairan infus intravena digunakan untuk penggantian caian
tubuh dan memberikan nutrisi tambahan, untuk mempertahankan fungsi

1
normal tubuh pasien rawat inap yang membutuhkan asupan kalori yang cukup
selama masa penyembuhan atau setelah operasi. Selain itu ada pula kegunaan
lainnya yakni sebagai pembawa obat-obatan lain. (Lachman, 2008).
Salah satu tugas penting bidan adalah memberikan pelayanan yang aman
dan nyaman bagi klien. Salah satunya yaitu dengan memberikan cairan infus
kepada klien yang sedang mengalami kekurangan cairan. Seorang bidan
memiliki tanggung jawab penuh dalam memperhatikan status kesehatan
dengan memberikan asuhan khususnya pemberian cairan infus kepada klien.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara pemasangan infus ?
2. Apakah fungsi dari pemasangan infus ?
3. Bagaimanakah pemasangan infus pada Ny. F hamil 8 mg dengan HEG ?

C. Tujuan
1. Tujuan umum
Untuk memenuhi tugas Keterampilan Dasar Praktik Klinik Kebidanan
2. Tujuan khusus
a. Mahasiswa mampu mengetahui cara pemasangan infus.
b. Mahasiswa mampu mengetahui fungsi dari pemasangan infus.

2
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Kebutuhan Cairan Tubuh Bagi Manusia


Kebutuhan cairan merupakan bagian dari kebutuhan dasar manusia secara
fisiologis kebutuhaan ini memiliki proporsi besar dalam tubuh dengan hampir
90% dari total berat badan. Sementara itu, sisanya merupakan bagian padat
dari tubuh. Secara keseluruhan, presentase cairan tubuh berbeda berdasarkan
usia. Presentase cairan tubuh bayi baru lahir sekitar 75% dari total berat
badan, pria dewasa 57% dari total berat badan, wanita dewasa 55% dari total
berat badan, dan dewasa tua 45% dari total berat badan. Selain itu, presentase
jumlah cairan tubuh yang bervariasi juga bergantung pada lemak dalam tubuh
dan jenis kelamin. Jika lemak dalam tubuh sedikit, maka cairan tubuh pun
lebih besar. Wanita dewasa mempunyai jumlah cairan tubuh lebih sedikit
dibandingkan pada pria, karena jumlah lemak pada tubuh wanita dewasa lebih
banyak dibandingkan dengan lemak pada tubuh pria dewasa.

B. Faktor Yang Berpengaruh Dalam Pengaturan Cairan


1. Tekanan cairan
Proses difusi dan osmosis melibatkan adanya tekanan cairan.dalam
proses osmosis, tekanan osmotik merupakan kemampuan partikel pelarut
untuk menarik larutan melalui membran. Bila terdapat dua larutan dengan
perbedaan konsentrasi maka larutan yang konsentrasi molekulnya lebih
pekat dan tidak dapat bergabung disebut koloit. Sedangkan larutan dengan
kepekatan yang sama dan dapat bergabung, maka larutan itu disebut
kristaloit.
Prinsip tekanan osmotik sangat penting dalam proses pemberian cairan
intra vena biasanya larutan yang sering digunakan dalam pemberian infus
intravena bersifat isotonik karena mempunyai konsentrasi yang sama
dengan plasma darah. Larutan intravena yang hipotonik, yaitu larutan yang
mempunyai konsentrasi kurang pekat dibanding konsentrasi plasma darah.

3
Hal ini menyebabkan, tekanan osmotik plasma akan lebih besar dibanding
dengan tekanan osmotik cairan interstisial karena konsentrasi protein
dalam plasma lebih besar dibanding cairan interstisial dan molekul protein
lebih besar, sehingga bentuk larutan koloid dan sulit menembus membran
semipermiabel.
Tekanan Hidrostatik adalah kemampuan tiap molekul yang bergerak
dalam ruang tertutup.
2. Membran semipermiable
Merupakan penyaring agar cairan yang bermolekul besar tidak
bergabung. Membran semipermiable ini terdapat pada dinding kapiler
pembuluh darah, yang terdapat diseluruh tubuh sehingga molekul atau zat
lain tidak berpindah ke jaringan.

C. Jeniz Zat
1. Cairan zat gizi (nutrien)
Pasien yang istirahat ditempat tidur memerlukan kalori 450 kalori setiap
hari. Cairan nutrien dapat diberikan melalui intra vena dalam bentuk
karbohidrat, nitrogen dan vitamin untuk metabolisme. Kalori yang terdapat
dalam cairan nutrien dapat berkisar antara 200-1500 kalori per liter. Cairan
nutrien terdiri atas:
a. Karbohidrat dan air, contoh: dekstrosa(glukosa), levulosa (fruktosa),
serta invert sugar (1/2 dekstrosa dan ½ levulosa).
b. Asam amino, contoh: amigen, aminosol, dan travamin.
c. Lemak, contoh: lipomul dan liposyn.

4
2. Blood volume expanders
Blood volume expanders merupakan jenis cairan yang berfungsi
meningkatkan volume darah setelah kehilangan darah atau plasma. Hal ini
terjadi pada saat pasien mengalami perdarahan berat, maka pemberian
plasma akan mempertahankan jumlah volume darah. Pada pasien dengan
luka bakar yang berat, sebagian besar cairan akan hilang dari pembuluh
darah didaerah luka. Plasma sangat perlu diberikan untuk menggantikan
cairan ini. Jenis blood volume expanders antara lain: humen serum
albumin dan dextran dengan konsentrasi yang berbeda. Kedua cairan ini
mempunyai tekanan osmotik, sehinggan secara langsung dapat
meningkatkan jumlah volume darah.

D. Gangguan/Masalah Dalam Pemenuhan Kebutuhan Cairan


1. Hipovolume atau dehidrasi
Kekurangan cairan.Inksternal dapat terjadi karena penurunan asupan
cairan dan kelebihan pengeluaran cairan. Tubuh akan merespon
kekurangan cairan tubuh dengan mengosongkan cairan vaskuler. Sebagai
kompensasi akibat penurunan cairan vaskuler. Sebagai kompensasi akibat
penurunan cairan interstisial,tubuh akan mengalirkan cairan keluar sel.
Pengosongan cairan ini terjadi pada pasien diare dan muntah.
Kehilangan cairan eksternal yang berlebihan akan menyebabkan
volume eksternal berkurang (hipovolume). Pada keadaan ini,tidak terjadi
perpindahan cairan daerah intrasel ke permukaan, sebab osmolaritasnya
sama. Jika terjadi kekurangan cairan eksternal dalam waktu yang lama,
maka kadar urea, nitrogen, serta kreatinin akan meningkat dan
menyebabkan terjadinya perpindahan cairan intrasel ke pembuluh darah.
Kekurangan cairan dalam tubuh dapat terjadi secara lambat atau cepat dan
tidak selalu cepat diketahui. Kelebihan asupan pelarut seperti protein dan
klorida / natrium akan menyebabkan ekskresi atau pengeluaran urine
secara berlebihan, serta berkeringat banyak dalam waktu yang lama dan
terus menerus. Kelainan lain yang menyebabkan kelebihan pengeluaran

5
urine adalah adanya gangguan pada hipotalamus, kelenjar gondok dan
ginjal, diare, muntah yang terus menerus, terpasang drainage dan lain-lain.
Macam dehidrasi (kurang volume cairan) berdasarkan derajatnya:
a. Dehidrasi berat
1) Pengeluaran atau kehilangan cairan 4-6 L
2) Serum natrium 159-166 mEq/L
3) Hipotensi
4) Turgor kulit buruk
5) Oliguria 
6) Nadi dan pernafasan meningkat
7) Kehilangan cairan mencapai > 10% BB
b. Dehidrasi sedang
1) Kehilangan cairan 2-4  I atau antara 5-10% BB
2) Serum natrium 152-158 mEq/L
3) Mata cekung
c. Dehidrasi ringan,dengan terjadinya kehilangan cairan mencapai 5% BB
atau 1,5-2 L

2. Hipervolume atau overhidrasi


Terdapat dua manifrestasi yang ditimbulkan akibat kelebihan cairan
yaitu hipervolume (peningkatan volume darah) dan edema (kelebihan
cairan pada interstisial). Normalnya cairan interstisial tidak terikat dengan
air, tetapi elastis dan hanya terdapat di antara jaringan. Keadaan
hipervolume dapat menyebabkan piting edema, merupakan edema yang
berada pada darah perifer atau akan mencekung setelah ditekan pada
daerah yang bengkak. Manifestasi edema paru-paru adalah penumpukan
sputum, dispnea, batuk, dan suara ronkhi. Keadaan edema ini disebabkan
oleh gagal jantung yang mengakibatkan peningkatan penekanan pada
kapiler darah paru-paru dan perpindahan cairan ke jaringan paru-paru.

6
E. Kebutuhan Elektrolit
Elektolit terdapat pada seluruh cairan tubuh. Cairan tubuh mengandung
oksigen, nutrien, dan sisa metabolisme (seperti karbondioksida), yang
semuanya disebut dengan ion. Beberapa jemis garam dalam air akan dipecah
dalam bentuk ion elektrolit. Contohmya NaCl akan dipecah menjadi ion Na
dan CI . pecahan elektrolit tersebut merupakan ion yang dapat menghantarkan
arus listrik. Ion yang bermuatan negatif disebut anion sedangkan ion yang
bermuatan positif disebut kation.

F. Pengaturan Elektrolit
1. Pengaturan  keseimbangan natrium
Natrium merupakan kation dalam tubuh yang berfungsi dalam pengaturan
osmolaritas dan volume cairan tubuh. Natrium ini paling banyak pada
cairan ekstrasel.
2. Pengaturan keseimbangan kalium
Kalium merupakan kation utama yang terdapat dalam cairan intrasel dan
berfungsi mengatur keseimbangan elektrolit. Keseimbangan kalium diatur
oleh ginjal dengan mekanisme perubahan ion natrium dalam tubulus
ginjal.
3. Pengaturan keseimbangan kalsium
Kalsium dalam tubuh berfungsi dalam pembentukan tulang, penghantar
impuls kontraksi otot, koagulasi darah (pembekuan darah), dan membantu
beberapa enzim pankreas.
4. Pengaturan keseimbangan magnesium
Magnesium merupakan kation dalam tubuh yang terpenting kedua dalam
cairan intrasel. Keseimbanganya diatur oleh kelenjar paratiroid.
Magnesium diabsorpsi dari saluran pencernaan.
5. Pengaturan keseimbangan klorida
Klorida merupakan anion utama  dalam cairan ekstrasel, tetapi klorida
dapat ditemukan pada cairan eksternal dan intrasel. Fungsi klorida

7
biasanya bersatu dengan natrium yaitu mempertahankan keseimbangan
tekanan osmotik dalam darah.
6. Pengaturan keseimbangan bikarbonat
Bikarbonat  merupakan elektrolit utama dalam larutan buffer (penyangga)
dalam tubuh.
7. Pengaturan keseimbangan fosfat (PO4)
Fosfat bersama-sama dengan kalsium berfungsi dalam pembentukan gigi
dan tulang. Fosfat diserap dari saluran pencernaan dan dikeluarkan melalui
urine

G. Pemasangan Infus
1. Pemberian Cairan Melalui Pemasangan Infu
Pemberian cairan melalui infus merupakan tindakan memasukkan cairan
melalui intravena yang dilakukan pada pasien dengan bantuan perangkat
infus. Tindakan ini dilakukan untuk memenuhi kebutuhan cairan dan
elektrolit serta sebagai tindakan pengobatan dan pemberian makanan.
2. Tujuan Pemasangan infus
a. Sebagai akses pemberian obat
b. Mengganti dan mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit
tubuh
c. Sebagai makanan bagi pasien yang tidak dapat atau tidak boleh makan
melalui mulut
3. Indikasi
Pasien dehidrasi, syok, intoksikasi berat, pra operasi sc dan pasca bedah,
sebelum transfusi darah, pasien yang tidak bisa atau tidak boleh makan
dan minum melalui mulut, pasien yang memerlukan pengobatan tertentu.
4. Kontraindikasi
a. Inflamasi (bengkak, nyeri demam) dan infeksi di lokasi pemasangan
infus.

8
b. Daerah lengan bawah pada pasien gagal ginjal, karena lokasi ini akan
digunakan untuk pemasangan fistula arteri-vena (A-V shunt) pada
tindakan hemodialisis (cuci darah).
c. Obat-obatan yang berpotensi iritan terhadap pembuluh vena kecil yang
aliran darahnya lambat (misalnya pembuluh vena di tungkai dan kaki)
(Yuda, 2010)
5. Resiko Pemasangan Infus
a. Flebitis (peradangan pembuluh vena)
 Tanda-tanda: hangat, merah, bengkak di daerah luka tusukan.
 Penyebab: kurangnya aliran darah di sekitar abbocath, gesekan di
dalam vena.
 Intervensi: ganti abbocath, gunakan kompres hangat, pemberian
analgesik anti inflamasi.
b. Hematoma
Yaitu darah mengumpul dalam jaringan tubuh akibat pecahnya
pembuluh darah, terjadi akibat penekanan yang kurang tepat saat
memasukkan jarum, atau tusukan berulang pada pembuluh darah. 
 Tanda-tanda: tenderness, memar.
 Penyebab: vena terembes, jarum tidak pada tempatnya dan darah
mengalir.
 Intervensi: abbocath dipindahkan, gunakan tekanan dan kompres,
cek kembali tempat keluar darah.
c. Infiltrasi
Yaitu masuknya cairan infus ke dalam jaringan sekitar (bukan
pembuluh darah) atau kebocoran cairan infus ke jaringan sekitar.
Terjadi akibat ujung jarum infus melewati pembuluh darah.
 Tanda-tanda: kepucatan, bengkak, dingin, nyeri dan terhentinya
tetesan infus.
 Intervensi: kaji tingkat keparahan, lepas infus,
tinggikan ekstremitas yang terpasang infus.

9
6. Pedoman Pemilihan Vena
a. Gunakan vena distal terlebih dahulu
b. Gunakan tangan yang tidak dominan jika mungkin
c. Pilih vena yang cukup besar untuk memungkinkan aliran darah yang
adekuat
d. Pilih lokasi yang tidak mempengaruhi prosedur atau pembedahan yang
direncanakan
e. Pastikan lokasi yang dipilih tidak mengganggu aktivitas pasien

7. Perbedaan Vena dan Arteri


Vena Arteri
-       Darah merah gelap Darah merah terang
-       Aliran darah pelan Aliran darah cepat, berdenyut
-       Katup-katup dititik percabangan Tidak ada katup
-       Aliran kearah jantung Aliran menjauhi jantung
-       Lokasi superfisial Lokasi dalam dikelilingi otot
-       Banyak vena menyuplai satu area Satu arteri menyuplai satu area

8. Tipe Vena yang perlu Dihindari


a. Vena yang telah digunakan sebelumnya
b. Vena yang telah mengalami infiltrasi atau flebitis
c. Vena keras dan sklerotis
d. Vena kaki, karena sirkulasi lambat dan komplikasi sering terjadi
e. Ekstremitas yang lumpuh
f. Vena yang dekat area terinfeksi
g. Vena pada jari, karena mudah terjadi komplikasi (flebitis, infiltrasi)
dan dekat dengan persyarafan
h. Vena yang terletak di bawah vena yang terjadi flebitis dan infiltrasi

9. Pemilihan Abbocath

10
Pemilihan abbocath, tergantung pada vena yang digunakan.
Pemilihan abbocath juga harus mempertimbangkan kondisi pasien dan
jenis cairan yang akan diberikan. Di bawah ini adalah
ukuran abbocath serta penggunaanya:
 24-22 : untuk anak-anak dan lansia
 24-20 : untuk klien penyakit dalam dan post operasi
 18 : untuk pasien operasi dan diberikan transfusi darah
 16 : untuk pasien yang trauma dan memerlukan rehidrasi yang
cepat.

10. Persiapan Alat pemasangan infus :


1) Baki yang telah dialasi
2) Perlak dan pengalas
3) Bengkok
4) Tiang infuS
5) Hanscoon
6) Torniquet
7) Kapas alkohoL
8) Infus set
9) Cairan infus
10) Abbocat
11) Jam tangan
12) Plester /hipafik
13) Kassa
14) Gunting plester

11. Prosedur pemasangan Infus


a. Memberitahu pasien tindakan yang akan dilakukan
b. Menyiapkan alat dan mendekatkan ke pasien
c. Memasang sampiran
d. Mencuci tangan

11
e. Memasang perlak dan pengalas,Memakai sarung tangan
f. Menggantungkan flabot pada tiang inf,Membuka kemasan infus set
g. Mengatur klem rol sekitar 2-4 cm dibawah bilik drip dan menutup
klem yang ada pada saluran infus
h. Menusukkan infus set ke dalam flabot infus dan mengisi tabung
tetesan dengan cara memencet tabung tetesan infus hingga
setengahnya.
i. Membuka klem dan mengalirkan cairan keluar sehingga tidak ada
udara pada selang infus lalu tutup kembali klem
j. Memilih vena yang akan dipasang infus
k. Meletakkan torniquet 10-12 cm di atas tempat yang akan ditusuk,
menganjurkan pasien menggenggam tangannya
l. Melakukan desinfeksi daerah penusukkan dengan kapas alkohol secara
sirkuler dengan diameter ±5 cm
m. Menusukkan jarum abbocath ke vena dengan lubang jarum menghadap
ke atas, dengan menggunakan tangan yang dominan.
n. Melihat apakah darah terlihat pada pipa abbocath
o. Memasukkan abbocath secara pelan-pelan jarum yang ada pada
abbocath, hingga plastik abbocath masuk semua dalam vena, dan
jarum keluar semua
p. Segera menyambungkan abbocath dengan selang infus
q. Melepaskan tourniquet, menganjurkan pasien membuka tangannya dan
melonggarkan klem untuk melihat kelancaran tetesan
r. Merekatkan pangkal jarum pada kulit dengan plester
s. Mengatur tetesan infus
t. Menutup tempat tusukan dengan kassa steril, dan direkatkan dengan
plester
u. Mengatur letak anggota badan yang dipasang infus supaya tidak
digerak-gerakkan agar abbocath tidak bergeser
v. Membereskan alat dan merapikan pasien
w. Melepas sarung tangan

12
x. Mencuci tangan,Selanjutnya melakukan Dokumentasi.

BAB III
TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian
Hari/Tanggal : Jumat, 27 Mei 2022
Jam : 09.00 WIB
Tempat : Puskesmas Jebus
No RM : 00.08.654
B. Identitas Pasien
Nama : Ny. F
Usia : 21 thn
Jenis Kelamin : Perempuan
Suku/Bangsa : Melayu/Indonesia
Agama : Islam
Alamat : Cikampek
C. SOAP (Subyektif, Obyektif, Assesment, Plan)
 S:
Os datang ke puskesmas dengan keluhan mual muntah dirumah sejak 3
hari yang lalu, mengaku hamil pertama, mens terakhir tgl 01-04-2022.
 O:
Ku: sedang, Kesadaran : CM, Status emosional : Stabil
Tanda-Tanda Vital:TD  100/60 mmHg, T:36.5, RR 22x/menit, N 86
x/menit
Pemeriksaan Penunjang :
Hemoglobin :  12,7 gr/dl ( P : 12-16 gm/dl , L : 14-18 gr/dl  )
Trombosit : 188.000 mm3 ( 150.000  – 400.000 mm3 )

13
Hematokrit : 43,8 % ( P : 36-47 % , L : 40-54 % )
Leukosit : 5100 mm3 ( 4000  – 10.000 mm3 )
SARS Corona Virus 2 : Non.Reaktif

 A:
Ny. F G1P0A0 hamil 8 mg dengan Hiperemesis Gravidarum

 P:
1. Berikan KIE tentang kondisi kehamilan ibu.
 Memberikan KIE tentang kondisi kehamilan saat ini dan prosedur
perawatan yang akan diberikan.
 Hasil: Klien mengerti KIE yang diberikan.
2. Lakukan informed consent sebelum tindakan medis.
 Melakukan informed consent sebelum melakukan tindakan medis
yaitu pasang infus.
 Hasil: Informed consent telah ditandatangani oleh klien.
3. Anjrukan klien bedrest total.
 Menganjurkan klien untuk bedrest total.
 Hasil: Klien mengerti dan akan melakukan anjuran yang diberikan.
4. Baca catatn perencanaan dan siapkan alat dan bahan secara ergonomis.
 Membaca catatan perencanaan, menyiapkan alat dengan lengkap
dan disusun secara ergonomis Alat dan Bahan:
a. Standar infus
b. Cairan infus sesuai kebutuhan
c. IV Catheter / Wings Needle/ Abocath sesuai kebutuhan
d. Perlak
e. Tourniquet
f. Plester
g. Gunting
h. Bengkok

14
i. Sarung tangan bersih
j. Kassa steril
k. Kapal alkohol / Alkohol swab
l. Betadine
 Hasil : Alat dan bahan sudah disusun secara ergonomis.
5. Beri salam dan perkenalkan diri.
 Memberi salam dan memperkenalkan diri kepada klien sudah
dilakukan.
 Hasil : Sudah dilakukan.
6. Jelaskan tujuan pemasangan infus.
 Menjelaskan tujuan pemasangan infus dengan persetujuan klien
(informed consent).
 Hasil : sudah dilakukan dan sudah ditandatangani oleh keluarga
klien.
7. Pasang sampiran untuk menjaga privasi Klien.
 Memasang sampiran untuk menjaga privasi klien.
 Hasil : sampiran sudah terpasang.
8. Kenakan apron, cuci tangan pakai sabun dibawah air mengalir.
 Mengenakan apron , cuci tangan pakai sabun pada air mengalir,
keringkan dengan handuk bersih.
 Hasil : Cuci tangan dan pemakaian APD sudah.
9. Buka kemasan infuse dan hubungkan dengan perangkat infuse.
 Membuka kemasan infuse , hubungkan perangkat infuse dengan
menusukan kedalam flabot cairan infuse dan gantungkan pada
standar infus.
 Hasil : sudah dilakukan
10. Tekan bagian tengah resecvoir hingga cairan terisi sebagian, lalu buka
klem hingga selang terisi penuh tanpa udara dan klem di kunci
kembali.

15
 Menekan bagian tengah resecvoir hingga cairan terisi sebagian,
lalu buka klem hingga selang terisi penuh tanpa udara dan klem di
kunci kembali
 Hasil : Sudah dilakukan.

11. Atur posisi klien dan pasang perlak serta tourniquet.


 Mengatur posisi klien, memasang perlak pengalas, memasang
tourniquet ± 5 cm dari area tusukan.
 Hasil : sudah di atur dan dilakukan.
12. Kenakan sarung tangan.
 Mengenakan sarung tangan.
 Hasil : sarung tangan sudah dipakai.
13. Lakukan desinfeksi area penusukan dengan kapas alcohol 70%.
 Melakukan desinfeksi area penusukan dengan kapas alkohol 70%
tunggu sampai kering.
 Hasil : sudah dilakukan.
14. Tusukkan jarum abocath ke vena dengan lubang jarum menghadap
keatas, posisi jarum 20º-30º dari permukaan kulit, perhatikan apakah
darah mengalir ke dalam abocath untuk pastikan abocath tepat masuk
dalam vena.
 Melakukan penusukkan jarum abocath ke vena dengan lubang
jarum menghadap keatas, posisi jarum 20º-30º dari permukaan
kulit, perhatikan apakah darah mengalir ke dalam abocath untuk
pastikan abocath tepat masuk dalam vena.
 Hasil : sudah dilakukan.
15. Tarik jarum besi keluar sambil mendorong kateter plastic kedalam
vena.
 Jika ada aliran darah kedalam abocath, tarik jarum besi abocath
sedikit keluar dari tempat penusukkan dan masukkan kembali,

16
sambil menarik sedikit jarum besi keluar dan dorong kateter plastik
(abocath) masukan seluruhnya.
 Hasil : sudah dilakukan.

16. Hubungkan ujung selang infuse segera ke pangkal abocath , sambil


melepaskan tourniquet dan membuka klem selang untuk memulai
aliran infus.
 Menghubungkan ujung selang infuse segera ke pangkal abocath ,
sambil melepaskan tourniquet dan membuka klem selang untuk
memulai aliran infus.
 Hasil : sudah dilakukan.
17. Lakukan fiksasi
 Melakukan fiksasi, selang infuse senyaman mungkin fiksas.
 Hasil : sudah dilakukan.
18. Tutup lokasi tusukan dnegan kasa steril.
 Menutup lokasi tusukan dengan kasa steril yang diberi bethadin,
dan diplester.
 Hasil : sudah ditutup.
19. Atur kecepatan aliran dengan menhitung tetesan permenit.
 Mengatur kecepatan aliran dengan menghitung tetesan permenit
atau sesuai program terapi.
 Hasil : sudah di atur.
20. Atur kembali posisi klien seperti semula.
 Mengatur kembali posisi klien seperti semula, sambil observasi
keadaan umum klien.
 Hasil : Sudah dilakukan.
21. Rapiakn kebali alat-alat dam masukkan jarum ke safety box.

17
 Merapikan kembali alat-alat, masukan jarum bekas pakai ke dalam
safety box alat-alat.
 Hasil : sudah dirapikan.

22. Lepaskan sarung tangan dan rendam di larutan klorin 0,5% lalu cuci
tangan pakai sabun dibawah air mengalir.
 Melepaskan sarung tangan, rendam dalam bak larutan klorin 0,5% ,
cuci tangan pakai sabun pada air mengalir, keringkan dengan
handuk bersih.
 Hasil : sarung tangan sudah dilepas dan sudah direndam di dalam
laurtan klorin.
23. Lakukan dokumentasi.
 Melakukan pendokumentasian pada status medical record klien.
 Hasil : dokumentasi sudah dilakukan.

18
BAB IV

PEMBAHASAN

Dari kasus diatas, pemasangan infus yang dilakukan pada Ny. F dengan
Hyperemesis Gravidarum (HEG). Pemasangan infus tersebut dilakukan bertujuan
untuk mengganti dan mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh
serta memenuhi cairan yang terbuang karena mual muntah. Selain itu guna untuk
memberian obat-obatan lewat infus atau intra vena. Tindakan pemasangan infus
ini dilakukan pada Ny. F e dengan lancar atas perintah dari dokter. Pemasangan
infus dilakukan pada tanggal 27 Mei 2022 di ruangan rawat inap kebidnaan
Puskesmas Jebus.  Infus dipasang pada vena di tangan kanan Ny. F dengan cairan
infus RL 500 cc dengan tetesan 20 tetes permenit.

19
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pemasangan infus adalah memasukkan cairan atau obat langsung ke

dalam pembuluh darah vena dalam jumlah dan waktu tertentu dengan

menggunakan infus set. Tujuannya adalah :

1. Sebagai akses pemberian obat

2. Mengganti dan mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit

tubuh

3. Sebagai makanan bagi pasien yang tidak dapat atau tidak boleh makan

melalui mulut.

Ny.F 21 tahun dipasang infus dengan diagnosa G1P0A0 Hamil 8 Mg

dengan Hiperemesis Gravidarum (HEG). Pemasangan infus dilakukan pada

tanggal 27 Mei 2022 jam 09.30 WIB di Ruang Ranap Kebidanan Puskesmas

Jebus.  Infus dipasang pada vena di tangan kanan Ny. F dengan cairan infus

RL 500 cc dengan tetesan 20 tetes permenit.

B. Saran

Seorang ahli Kesehatan atau para medis mampu dalam melakukan Tindakan

pemasangan infus secara tepat dan benar serta menjaga keseterilan.

Disamping itu juga perlu diperhatikan juga kondisi klien dan kebutuhan

20
pemasangan infus. Semoga makalah ini dapat berguna bagi penulis dan lahan

praktek.

21
DAFTAR PUSTAKA

Alimiul Hidayat, Aziz A. (2009). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Aplikasi dan
Proses Keperawatan. Jakarta :Salemba Media.

Ambarwati, dkk. (2017). Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta : Mitra Cendika.

Baradero, dkk., (2017). Seri Asuhan Keperawatan Pasien Gangguan Sistem Reproduksi
& Seksualitas. Jakarta: EGC.

Lestary, D. (2010). Seluk 8eluk Menopause.Yogyakarta : Garailmu. Manuaba IBG.


(2008). llmu Kebidanan, Penyakit Kandungan & Keluarga Berencana Untuk
Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC.

Mufdillah. (2010). Catatan Kuliah Konsep Kebidanan Plus Materi Bidan Delima.
Yogyakarta : Mitra Cendika.

Taufan. (2012). Obsgyn : Obstetri dan Gynekologi. Yogyakarta: Nuha Medika.

Purwoastuti Endang & Wafyani Elisabeth. (2015). Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan


Matemal dan Neonatal. Yogyakarta : Pustaka Baru Press.

Bachtiar, Rini., Madjid, Baedah. 2014. Buku Panduan Pendidikan Keterampilan


Klinik 1. Makassar : Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin.

Uliyah, Musrifatul dan A. Aziz Alimul Hidayat. 2008. Keterampilan Dasar


Praktik Klinik untuk Bidan. Jakarta: Salemba Medika.

C Long Barbara (1996). Keperawatan Medikal Bedah. Bandung: Yayasan IAPK.

Jan Tambayong (2000). Patofisiologi Untuk Perawat. Jakarta: EGC.

19

Anda mungkin juga menyukai