Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

ASUHAN KEBIDANAN PRANIKAH DAN


PRAKONSEPSI
“ KONSELING KONTRASEPSI “

Dosen Pembimbing Akademik


Triana Mutmainah,M.Kes

CI
Iis Istiawati,S.Tr.Keb

Disusun Oleh
Heny
NPM : 200501042042

PROGRAMPENDIDIKAN PROFESI BIDAN


STIKES BHAKTI PERTIWI INDONESIA
JAKARTA
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan

hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul

“Asuhan Kebidanan Pranikah Dan Prakonsepsi Konseling Kontrasepsi” ini tepat

pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi

tugas pada bidang Studi Asuhan Kebidanan Pranikah dan Prakonsepsi. Selain itu

makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang cara konseling bagi

para pembaca dan juga bagi penulis.

Penulis juga mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah

membantu proses penyusunan makalah ini.Penulis mengharapkan kritik dan saran

demi perbaikan dan kesempurnanya makalah ini sehingga dapat bermanfaat bagi

para pembaca.

Bogor, Februari 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB IPENDAHULUAN.........................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
1.2 Tujuan........................................................................................................2
1.3 Manfaat......................................................................................................2
BAB IIPEMBAHASAN..........................................................................................3
2.1 Konseling...................................................................................................3
2.2 Kontrasepsi Keluarga Berencana..............................................................5
BAB IIITINJAUAN KASUS.................................................................................14
3.1 Pengkajian Data.......................................................................................14
3.2 Identifikasi Diagnosa/ Masalah...............................................................15
3.3 Implementasi...........................................................................................15
3.4 Evaluasi...................................................................................................16
BAB IVPENUTUP................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................18

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia merupakan Negara dengan lajupertumbuhanyangmasihrelatif
tinggi.Program Keluarga Berencana (KB) muncul sebagaigerakan untuk
membentuk suatu keluarga yang sehat dan sejahtera dengan membatasi
kelahirandan mengurangi beban pembangunan Negara. Program KB di rintis
sejak tahun 1951 dan terus berkembang hingga tahun 1970 terbentuk Badan
Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). Program ini diantaranya
bertujuan untuk penjarangan kehamilan dengan menggunakan kontrasepsi.
Metode kontrasepsi yang tersedia di Indonesia saat ini meliputi Metode
Amenore Laktasi (MAL), Metode Keluarga Berencana Alamiah (KBA),
Senggama Terputus, Metode Barier, Kontrasepsi Kombinasi, Kontrasepsi
Progestin Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (IUD), dan Kontrasepsi Mantap.
Dewasa ini, permasalahan yang muncul adalah belum semua fasilitas
kesehatan melakukan pemantauan dan pencatatan maupun pelaporan terhadap
pelayanan KB pasca persalinan maupun pasca keguguran serta belum
dilakukannya evaluasi terhadap teknik pemasangan yang terbukti paling
efektif. Sementara itu, ibu hamil sebagai calon akseptor KB masih kurang
mengetahui KB pascasalin terutama IUD. Hal tersebut diantaranya
dikarenakan masih banyak bidan yang belum menjalankan tugas dalam
melakukan konseling terhadap ibu calon akseptor KB sehingga pengetahuan
masyarakat tentang KB pasca persalinan masih kurang. Padahal, interaksi atau
konseling yang berkualitas antara klien dan provider (tenaga medis) terutama
bidan merupakan salah satu indicator yang sangat menentukan bagi
keberhasilan program keluarga berencana di Indonesia.
Klien yang mendapatkan konseling dengan baik akan cenderung memilih
alat kontrasepsi dengan benar dan tepat. Pada akhirnya hal itu juga akan
menurunkan tingkat kegagalan KB dan mencegah terjadinya kehamilan yang
tidak diinginkan. Untuk meraih keberhasilan tersebut tentunya sangat

1
2

diperlukan tenaga-tenaga konselor yang professional, diantaranya bidan.


Mereka bukan hanya harus mengerti seluk-beluk masalah KB, tetapi juga
memiliki dedikasi tingggi pada tugasnya serta memiliki kepribadian yang
baik, sabar, penuh pengertian dan menghargai klien.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Memberikan asuhan kebidanan keluarga berencana pada akseptor
KB baru dengan pendekatan manajemen kebidanan.
1.2.2 Tujuan Kusus
a. Melaksanakan pengkajian pada Ny. “A” meliputi data subyektif
dan obyektif
b. Menegakkan diagnose kebidanan dan mengindetifikasi masalah
kebidanan berdasarkan data subyektif dan obyektif
c. Merencanakan tindakan yang akan dilakukan sesuai dengan
diagnose kebidanan dan masalah yang ada
d. Melaksanakan implementasi dan rencana yang telah disusun
e. Melaksanakan evaluasi atau tindakan yang telah dilakukan.

1.3 Manfaat
1.3.1 Manfaat Teoritis
Menambah wawasan dan kajian mengenai asuhan kebidanan
secara langsung pada akseptor KB baru.
1.3.2 Manfaat Praktis
Menambah pengalaman serta dapat memberikan asuhan pada
Ny. “A” akseptor KB baru yang sesuai dengan standar asuhan
kebidanan dengan pendekatan asuhan kebidanan
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Konseling
2.1.1 Pengertian Konseling
Secara etiomologi, konseling berasal dari bahasa Latin
“Consilium” artinya dengan atau bersama yang dirangkai dengan
menerima atau memahami sedangkan dalam bahasa Angglo Saxon
istilah konseling berasal dari “Sellan” yang berarti menyerahkan atau
menyampaikan.
Menurut Kamus Bahasa Indonesia, konseling berarti pemberian
bimbingan oleh orang yang ahli kepada seseorang. Dalam situs
Wikipedia bahasa Indonesia, konseling adalah proses pemberian
bantuan yang dilakukan oleh seorang ahli (konselor) kepada individu
yang mengalami sesuatu masalah yang berakhir pada teratasinya
masalah yang dihadapi klien. Bantuan yang diberikan kepada individu
yang sedang mengalami hambatan, memecahkan sesuatu melalui
pemahaman terhadap fakta, harapan, kebutuhan dan perasaan-perasaan
klien (Sagala, 2011).
Konseling adalah proses yang berjalan dan menyatu dengan semua
aspek pelayanan keluarga berencana dan bukan hanya informasi yang
diberikan dan dibicarakan pada satu kali kesempatan yakni, pada saat
pemberian pelayanan. Tehnik konseling yang baik dan informasi yang
memadai harus diterapkan dan dibicarakan secara interaktif sepanjang
kunjungan klien dengan cara yang sesuai dengan budaya yang ada
(Handayani, 2010).

2.1.2 Tujuan Konseling


Konseling KB bertujuan membantu klien dalam hal:
a. Menyampaikan informasi dan pilihan pola reproduksi

3
4

b. Memilih metode KB yang diyakini


c. Menggu nakan metode KB yang dipilih secara aman dan efektif
d. Memulai dan melanjutkan KB
e. Mempelajari tujuan, ketidakjelasan informasi tentang metode KB
yang tersedia.

2.1.3 Fungsi Konseling


a. Konseling dengan fungsi pencegahan merupakan upaya mencegah
timbulnya masalah kesehatan.
b. Konseling dengan fungsi penyesuaian dalam hal ini merupakan
upaya untuk membantu klien mengalami perubahan biologis,
psikologis, social, cultural, dan lingku ngan yang berkaitan dengan
kesehatan.
c. Konseling dengan fungsi perbaikan dilaksanakan ketika terjadi
penyimpangan perilaku klien atau pelayanan kesehatan dan
lingkungan yang menyebabkan terjadi masalah kesehatan sehingga
diperlukan upaya perbaikan dengan konseling.
d. Konseling dengan fungsi pengembangan ditujukan untuk
meningkatkan pengetahuan dan kemampuan serta peningkatan
derajat kesehatan masyarakat dengan upaya peningkatan peran
serta masyarakat.

2.1.4 Tujuan Konseling


Dalam memberikan konseling, khususnya bagi calon klien KB
yang baru hendaknya dapat diterapkan enam langkah yang sudah
dikenal dengan kata kunci SATU TUJU.Penerapan satu tuju tersebut
tidak perlu dilakukan secara berulang-ulang karena konselor harus
menyesuaikan diri dengan kebutuhan klien. Kata kunci SATU TUJU
adalah sebagai berikut :
5

SA: SApa dan SAlam kepada klien secara terbuka dan sopan. Berikan
perhatian sepenuhnya kepada mereka dan berbicara di tempatyang
nyamanserta terjamin privasinya. Tanyakan kepada klien apa
yang perlu dibantu serta jelaskan pelayanan apa yang diperoleh.
T: Tanyakan kepada klien informasi tentang dirinya. Bantu klien untuk
berbicara mengalami pengalaman Keluarga Berencana.Tanyakan
kontrasepsi yang diinginkan oleh klien.Coba tempatkan diri kita
didalam hati klien.
U: Uraian kepada klien mengenai dan pilihannya dan diberi tahu apa
pilihan kontrasepsi, bantu klien pada jenis kontrasepsi yang
diingini.
TU: banTUlah klien menentukan pilihannya. Bantulah klien berpikir
mengenai apa yang paling sesuai dengan keadaan dan
kebutuhannya. Doronglah klien untuk menunjukkan keinginannya
dan mengajukan pertanyaan.
J :Jelaskan secara lengkap bagaiman menggunakan kontrasepsi
pilihannya.
U : Perlunya dilakukan kunjungan Ulang. Bicarakan dan buatlah
perjanjian kapan klien akan kembali untuk melakukan
pemeriksaaan lanjutan atau permintaan kontrasepsi jika
dibutuhkan (Saifuddin, 2006).

2.2 Kontrasepsi Keluarga Berencana


2.2.1 Pengertian
Keluarga berencana dan pelayanan kontrasepsiKeluarga Berencana
(KB) adalah upaya mengatur kelahiran anak, jarak, dan usia ideal
melahirkan, mengatur kehamilan, melalui promosi, perlindungan, dan
bantuan sesuai dengan hak reproduksi untukmewujudkan keluarga yang
berkualitas. Pengaturan kehamilan dilakukan dengan menggunakan cara,
alat, dan obat kontrasepsi. Pelayanan kontrasepsi adalah pemberian atau
pemasangan kontrasepsi maupun tindakan –tindakan lain yang berkaitan
6

kontrasepsi kepada calon dan peserta Keluarga Berencana yang dilakukan


dalam fasilitas pelayanan KB. Penyelenggaraan pelayanan kontrasepsi
dilakukan dengan cara yang dapat dipertanggung jawabkan dari segi
agama, norma budaya, etika, serta segi kesehatan (Kemenkes RI, 2014).
Pelayanan KB yang berkualitas dan merata memiliki kedudukan yang
strategis, yaitu sebagai bagian dari upaya komprehensif yang terdiri dari
upaya kesehatan promotif dan preventif perorangan.Implementasi
pendekatan life cycle/siklus hidup dan prinsip continuum of care
merupakan salah satu bagian dari pelayanan KB dalam upaya peningkatan
derajat kesehatan ibu dan anak (KIA). Jenis dan sasaran yang dituju dari
pelayanan KB diberikan sesuai dengan kebutuhan melalui konseling dan
pelayanan dengan tujuan merencanakan dan menjarangkan atau membatasi
kehamilan, yaitu bagi remaja, ibu hamil, ibu nifas, wanita usia subur
(WUS) yang tidak sedang hamil. Suami dan istri memiliki kedudukan,
hak, dan kewajiban yang sama dalam melaksanakan KB (Kemenkes RI,
2013).
Wanita usia subur (WUS) adalah wanita yang berusia antara 15
sampai 49 yang belum menikah, menikah dan sudah pernah menikah/janda
dan wanita pada usia ini memiliki potensi untuk mempunyai keturunan
(BKKBN, 2012). Pemilihan kontrasepsi pada WUS dibagi menjadi 3 fase.
Fase menunda kehamilan yaitu pada usia kurang dari 20 tahun. Fase
menjarangkan kehamilan yaitu pada usia antara 20 sampai 35 tahun. Fase
tidak hamil lagi yaitu pada WUS dengan usia lebih dari 35 tahun
(BKKBN, 2012). Kategori yang memenuhi syarat untuk akseptor
kontrasepsi menurut medical eligibility criteria for contraceptive
use(MEC) (2015) :
a. Suatu kondisi yang mana tidak ada larangan untuk penggunaan
metode kontrasepsi. Artinya metode tersebut dapat digunakan pada
setiap keadaan.
7

b. Suatu kondisi dimanakeuntungan dari penggunaan metode ini secara


umum lebih besar daripada teori atau risiko yang telah terbukti.
Artinya secara umum metode tersebut dapat digunakan.
c. Suatu kondisi dimana teori atau risiko yang telah terbukti biasanya
lebih besar daripada keuntungan menggunakan metode tersebut.
Artinya penggunaan metode tersebut biasanya tidak direkomendasikan
kecuali tidak ada metode lain yang tersedia atau dapat diterima klien.
d. Suatu kondisi yang menunjukkan resiko kesehatan yang tidak dapat
diterima jika metode kontrasepsi ini digunakan. Artinya, metode
tersebut tidak dapat digunakan.

2.2.2 Macam– macam alat kontrasepsi


A. Kontrasepsi suntik
a. Jenis kontrasepsi suntikan :
1. Golongan progestin seperti depo-provera, depo geston, depo
progestin diberikan setiap tiga bulan sejak suntikan pertama dan
Noristerat diberikan setiap dua bulan untuk suntikan pertama
sampai dengan suntikan keempat, suntikan kelima dan
selanjutnya diberikan setiap tiga bulan sekali.
2. Golongan progestin dengan campuran estrogen propionot yaitu
cyclofem diberikan setiap bulan sekali.
b. Cara kerja
Pemberian hormon progestin akan menyebabkan pengentalan
mukus serviks, sehingga menurunkan kemampuan penetrasi sperma,
hormon tersebut juga mencegah pemotongan dan pelepasan sel telur.
selain itu, pada penggunaan depo provera, endometrium menjadi
tipis dan atropi dengan berkurangnya aktifitas kelenjar. Sedangkan
pada jenis suntikan kedua hormon progestin dengan sedikit hormon
estrogen pada suntikan cyclofem akan merangsang timbulnya haid
setiap bulan
8

c. Efektifitas
Efektifitasnya tinggi, cara pemberiannya sederhana, cukup aman,
kesuburan dapat kembali setelah beberapa lama dan cocok untuk
ibu–ibu sedang menyusui bayinya. Angka kegagalan 0 - 0,8 %
d. Keuntungan
1. Pemberiannya sederhana setiap 8 sampai 12 minggu
2. Tingkat efektifitasnya tinggi
3. Hubungan seks dengan suntikan KB bebas
4. Pengawasan medis yang ringan
5. Dapat dipakai – diberikan paska persalinan, pasca keguguran
atau pasca menstruasi
6. Tidak mengganggu pengeluaran laktasi dan tumbuh kembang
bayi
7. Suntikan KB Cyclofem diberikan setiap bulan dan peserta KB
akan mendapatkan menstruasi.
e. Kerugian
1. Terjadinya perubahan pada pola haid yang tidak teratur,
pendarahan, bercak, spoting.
2. Mual, sakit kepala, nyeri payudara ringan.
3. Ketergantungan klien terhadap pelayanan kesehatan.
4. Efektifitas berkurang apabila digunakan bersamaan dengan obat –
obatan epilepsi.
5. Terhambatnya pemulihan kesuburan setelah penghentian
pemakaian.
f. Kontra indikasi
Suntikan KB tidak boleh dipakai oleh : Ibu yang menderita kanker
payudara dan kanker alat kelamin, Ibu yang menderita perdarahan
pervaginam, Ibu yang diduga hamil.
9

B. Kondom
a. Macam – macam kondom
1. Kulit cirinya : terbuat dari membran usus biri – biri, tidak
meregang atau mengkerut, menjalankan panas tubuh sehingga
dianggap tidak mengurangi sensitifitas selama senggama, lebih
mahal dari jumlahnya < 1% dari semua jenis kondom.
2. Lateks : paling banyak dipakai, murah dan elastis.
3. Plastik : saling tipis, juga menghantarkan panas tubuh, lebih mahal
dari kondom lateks.
b. Efektifitas
Kegagalan kondom hanya bisa terjadi bila kondom bocor atau
robek, pemakaian kurang teliti mematuhi petunjuk cara
pemakaiannya. Angka kegagalan adalah berkisar antara 15 – 36 %
c. Keuntungan
Melindungi dari penyakit AIDS dan penyakit yang ditularkan
melalui hubungan seksual lainnya. Keuntungan lain dari kondom
dapat dibeli secara bebas di apotik - apotik dan mudah digunakan,
kondom juga memperkecil penularan penyakit kelamin.
d. Efek samping
Kondom dapat tertinggal dalam vagina selama beberapa waktu,
menyebabkan wanita mengeluh keputihan yang banyak dan amat
berbau, terjadi infeksi ringan.Pada sejumlah kecil akseptor mengeluh
alergi terhadap karet.

C. Pil kontrasepsi
Jenis pil kontrasepsi yang beredar di pasaran Indonesia umumnya adalah
pil kombinasi.
a. Efektifitas
Secara teoritis hampir 100, dengan angka kegagalan 0,1 – 1,7).
b. Keuntungan
1. Efektifitasnya tinggi, dapat dipercaya jika dimakan sesuai pakinya
10

2. Pemakai pil dapat hamil lagi, bila mana dikehendaki kesuburan


dapat kembali dengan cepat
3. Tidak mengganggu kegiatan seksualitas suami istri
4. Siklus hait menjadi teratur
5. Dapat menghilangkan keluhan nyeri haid (dismenorea)
6. Untuk pengobatan kemandulan, kadang – kadang dapat dipakai
untuk memancing kesuburan
7. Untuk mengobati wanita dengan perdarahan yang tidak teratur
8. Untuk mengobati perdarahan haid pada wanita usia muda
c. Kontra indikasi
Tidak dianjurkan bagi perempuan hamil, menyusui eksklusif,
perdarahan, hepatitis, jantung, stroke, kencing manis, kanker
payudara dan wanita yang tidak menggunakan pil secara teratur tiap
hari
d. Efek samping
1. Ringan
Berupa mual muntah, pertambahan berat badan, perdarahan tidak
teratur, retensi cairan, edema, mastalgia, sakit kepala, timbulnya
jerawat, alopesia, dan keluhan ringan lainnya.Keluhan ini
berlangsung pada bulan – bulan pertama pemakaian pil.
2. Berat
Dapat terjadi trombo – embolisme, mungkin karena terjadi
peningkatan aktifitas faktor – faktor pembekuan atau karena
pengaruh vaskuler secara langsung.Memungkinkan timbulnya
karsinoma servik uteri, menurut penelitian – penelitian yang
dipercaya di luar negeri, dikatakan bahwa tidak diperoleh
hubungan yang bermakna antara pemakaian pil dengan kanker
serviks maupun dengan displasia serviks.

D. Implan
a. Efektifitas
11

Efektifitasnya 0,2 – 1 kehamilan per 100 perempuan .


b. Keuntungan
Dipasang selama lima tahun, kontrol medis ringan, dapat dilayani di
daerah pedesaan, penyulit medis tidak terlalu tinggi, biaya ringan.
c. Efek samping
Gangguan menstruasi, terutama selama 3 - 6 bulan pertama dari
pemakaian. Pemakiaan akan mengalami masa perdarahan yang lebih
panjang, lebih sering, atau amenorea.

E. IUD atau Spiral


a. Menurut bentuknya IUD di bagi menjadi :
1. Bentuk terbuka (open device), misalnya Lippes Loop, CU-T, Cu-7,
marguies, Spring Cooil, Multiload, Nova-T, dan lainnya.
2. Bentuk tertutup (closed device), misalnya Ota ring, Antigon,
Grafenberg ring, Hall – stone ring, dan lain – lain. Pada bentuk
tertutup, bila terjadi dislokasi kedalam rongga perut maka harus
dikeluarkan, karena dapat menyebabkan masuknya usus ke dalam
lubang atau cincin, dan kemudian terjadilah ileus
b. Efektifitas
Efektifitas IUD sangat tinggi untuk mencegah dalam jangka waktu
yang lama. Angka kehamilan IUD berkisar antara 1,5 – 3 per 100
wanita pada tahun pertama dan angka ini menjadi lebih rendah untuk
tahun – tahun berikutnya.
c. Keuntungan
1. Meningkatkan kenyamanan hubungan suami istri karena rasa
aman terhadap risiko kehamilan
2. Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau keguguran
3. Kesuburan cepat kembali setelah IUD di cabut / di buka
4. Cocok untuk mencegah kehamilan atau menjarangkan kehamilan
dalam jangka panjang
5. Tidak mengganggu hubungan pasutri
12

6. Tidak terpengaruh ”faktor lupa ” dari pemakai


7. Tidak ada efek samping hormonal
8. Tidak mengganggu laktasi
9. Tidak berinteraksi dengan obat – obatan.
d. Kontra indikasi
1. Wanita yang mempunyai infeksi pelvis
2. Wanita yang sedang menderita penyakit hubungan seksual (PHS,
AIDS, Gonore, Klamidia) atau selama 3 bulan terakhir
3. Wanita dengan banyak patner
4. Wanita dengan kanker mulut rahim atau kanker alat reproduksi
lainnya (ovarium, endometrium)
5. Wanita dengan penyakit trofoblast (Mola, Kariokasinoma) atau
TBC kandungan
e. Efek samping
1. Dapat menyebabkan infeksi panggul apabila pemasangan tidak
tepat
2. Dapat terjadi rasa sakit berupa kram perut setelah pemasangan
(Indiarti, 2006).

F. MOW (Medis Operatif Wanita)


a. Efektifitas
1. Sangat efektif , angka kegagalan sedikit lebih rendah
2. Segera efektif post – operatif (Hartanto, 2003).
b. Keuntungan
Vasektomi tuba akan menghadapi dan mencapai klimakterium dalam
suasana alami (Manuaba, 1998).
c. Kontra indikasi
1. Peradangan dalam rongga panggul
2. Peradangan liang senggama akut (vaginatis – servisitis akut)
13

3. Penyakit kardiovaskuler berat, penyakit paru berat, atau penyakit


paru lain yang tidak memungkinkan akseptor berada dalamposisi
genupektorial
4. Obesitas berlebihan
5. Bekas laparotomi (Mochtar, 1998).
d. Efek samping
1. Risiko trauma internal sedikit lebih tinggi
2. Kemungkinan infeksi serius sedikit lebih tinggi
3. Sedikit sekali kematian yang berhubungan dengan anestesi
(Hartanto, 2003).

G. MOP (Medis Operatif Pria)


a. Efektivitas
1. Sangat efektif, tetapi angka kejadian rekanalisasi spontan dan
kehamilan sedikit lebih tinggi
2. Efektif 6 – 10 minggu setelah operasi (Saifudin, 2010).
b. Keuntungan
1. Teknik operasi kecil yang sederhana dapat dikerjakan kapan saja
dan dimana saja
2. Komplikasi yang dijumpai sedikit dan ringan
3. Hasil yang diperoleh (efektifitas) hampir 100% d)Biaya murah
dan terjangkau oleh masyarakat
4. Bila pasangan suami, istri, oleh karena sesuatu sebab, ingin
mendapatkan keturunan lagi, kedua ujung vas deferens dapat
disambung kembali (operasi rekanalisasi).
c. Efek samping
1. Hampir tidak ada resiko trauma internal
2. Infeksi serius sangat rendah
3. Tidak ada kematian yang berhubungan dengan anestesi.
BAB III
TINJAUAN KASUS

3.1 Pengkajian Data


Tanggal : 2 November 2020
Pukul : 09.00wib
BIODATA
Nama : Ny. Anggun Nama Suami : Tn. Ridwan
Umur : 22 tahun Umur : 24 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku : Sunda/Indonesia Suku : Jawa/Indonesia
Pendidikan: D3 Pendidikan : D3
Pekerjaan : Karyawan Swasta Pekerjaan : Karyawan swasta
Alamat : Cikaret Rt 003 Rw 008 Kec. Cibinong-Bogor
A. Data Subjektif
Ibu mengatakan ingin mendapatkan pelayanan KB dan ingin mengetahui
macam-macam kontrasepsi yang cocok dengan dirinya, ibu masih
menyusui bayinya.
1. Kunjungan saat ini: kunjungan pertama
2. Riwayat perkawinan: kawin 1 kali, kawin pertama umur 20 tahun
3. Riwayat menstruasi:
- Menarche: 13 tahun
- Siklus:± 30 hari
- Dismenorhea: tidak ada
- Banyaknya:±2-3 kali ganti doek/hari
- HPHT: lupa
e. Riwayat kontrasepsi yang digunakan : -
f. Riwayat kesehatan
1. Penyakit yang pernah/sedang diderita: tidak ada
2. Riwayat yang pernah.sedang diderita keluarga: tidak ada
3. Riwayat keturunan kembar: tidak ada

14
15

g. Kebiasaan-kebiasaan: meminum jamu


h. Keadaan psikososial spiritual : Ibu mengatakan ingin mendapatkan
informasi tentang alat kontrasepsi karena saat ini belum ber KB dan
ibu masih menyusui bayinya.

B. Data Objektif
1. Keadaan umum : Baik
2. Kesadaran : Compos mentis
3. Tanda vital
- TD : 120/80 mmHg
- HR : 78 x/menit
- RR : 21x/menit
- Suhu : 36,5°C
- BB : 50 kg
- TB : 156 cm

3.2 Identifikasi Diagnosa/ Masalah


Assesment : Ny. “A” P1A0 dengan kebutuhan konseling kontrasepsi

3.3 Implementasi
1. Menyapa ibu dengan ramah dan melakukan inform concent
2. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan dalam kondisi baik
3. Menjelaskan kepada ibu macam-macam alat kontrasepsi
4. Menjelaskan kepada ibu tentang efek samping, cara penggunaan dan
kontra indikasi di setiap alat kontrasepsi
5. Membantu menentukan plihannya yang sesuai dengan kondisi ibu
6. Menjadwalkan kujungan ulang kepada ibu apabila pilihan telah
ditentukan
16

3.4 Evaluasi
1. Ibu mengatakan telah telah mengerti macam-macam alat kontrasepsi
2. Ibu mengatakan akan membicarakan terlebih dahulu dengan suami
untuk memastikan alat kontrasepsi yang akan digunakan
3. Ibu akan kembali setelah alat kontrasepsi yang akan digunakan telah
di pilih
BAB IV
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Keluarga berencana dan pelayanan kontrasepsiKeluarga Berencana (KB)
adalah upaya mengatur kelahiran anak, jarak, dan usia ideal melahirkan,
mengatur kehamilan, melalui promosi, perlindungan, dan bantuan sesuai
dengan hak reproduksi untukmewujudkan keluarga yang berkualitas.
Pengaturan kehamilan dilakukan dengan menggunakan cara, alat, dan obat
kontrasepsi. Pelayanan kontrasepsi adalah pemberian atau pemasangan
kontrasepsi maupun tindakan–tindakan lain yang berkaitan kontrasepsi
kepada calon dan peserta Keluarga Berencana yang dilakukan dalam fasilitas
pelayanan KB.

3.2 Saran
Asuhan yang diberikan pada klien sudah cukup baik dan hendaknya
dapat memberikan atau menggalakkan alat kontrasepsi yang dapat digunakan
jangka panjang, hal ini dikarenakan alat kontrasepsi jangka panjang dinilai
lebih efektif dan efisien. Selain itu masyarakat diharapkan juga dapat
meningkatkan rasa ingin tahunya tentang alat kontrasepsi yang sebaiknya di
pakainya, karena setiap wanita usia subur (WUS) atau pasangan usia subur
(PUS) memiliki kebutuhan yang berbeda-beda.

17
DAFTAR PUSTAKA

Hartanto, H. 2004.Keluarga Berencana dan Kontrasepsi.Jakarta : Pustaka


SinarHarapan
Hartanto, H. 2003. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan.
Handayani, S. 2010. Buku Ajar Pelayanan Keluarga Berencana. Yogyakarta:
Pustaka Rihama
Kemenkes RI. 2014. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2013. Jakarta: Kemenkes
RI.
Kemenkes RI. 2013. Rencana Aksi NasionalPelayanan Keluarga Berencana
Tahun 2014-2015. Jakarta: Kemenkes RI
Saifuddin. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

18

Anda mungkin juga menyukai