Anda di halaman 1dari 49

PRAKTEK PELAYANAN KEBIDANAN

Asuhan Kebidanan Pranikah Dan Prakonsepsi

“Konseling Kontrasepsi”

Pembimbing Lahan :
Bdn. Nani Kusumaningsih, S.Tr.Keb., M.Kes

Pembimbing Institusi:
Nicky Sulistyaningsih,SST.,M.Km

Oleh :
NADIRA AMALIA
NPM : 220503316107

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


STIKES BHAKTI PERTIWI INDONESIA
JAKARTA
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan

hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah “Asuhan

Kebidanan Pranikah dan Prakonsepsi” yang berjudul “Konseling

Kontrasepsi” dengan tepat pada waktu yang diberikan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-

besarnya kepada :

1. Ibu Bdn. Nani Kusumaningsih,S.Tr.Keb.,M.Kes selaku pembimbing lahan

2. Ibu Nicky Sulistyaningsih,SST.,M.Km selaku Pembimbing Institusi

3. Teman-teman seangkatan dan pihak lain yang tidak bisa disebutkan satu

persatu yang telah memberikan masukan dalam penyelesaian makalah ini.

Besar harapan penulis, semoga makalah ini dapat membantu kita dalam

mempelajari dan memahami tentang Konseling Kontrasepsi Pasca Salin. Namun,

penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari

kesempurnaan.

Oleh karena itu, kritik dan saran sangat penulis harapkan demi tercapainya

perbaikan ataupun kekurangan dalam makalah ini. Terima kasih.

Jakarta, 30 November 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................i
KATA PENGANTAR......................................................................................ii

DAFTAR ISI....................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN..............................................................................1

1.1 Latar Belakang.....................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah................................................................................3
1.3 Ruang Lingkup....................................................................................3
1.4 Tujuan dan Manfaat.............................................................................4

BAB II LANDASAN TEORI..........................................................................6


2.1 Konseling..............................................................................................6

2.2 Kontrasepsi..........................................................................................12
2.3 Konseling Keluarga Berencana...........................................................27

BAB III TINJAUAN KASUS..........................................................................34


BAB IV PEMBAHASAN............................................................................... 41
BAB V PENUTUP ........................................................................................ 42

5.1 Kesimpulan ....................................................................................... 42


5.2 Saran ................................................................................................. 42

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................44

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara dengan penduduk

terbanyak di dunia. Ledakan penduduk ini terjadi karena laju pertumbuhan

penduduk yang sangat tinggi. Kondisi ini jelas menimbulkan dua sisi yang

berbeda. Disatu sisi kondisi tersebut bisa menjadi salah satu kekuatan

yang besar untuk Indonesia. Tetapi di satu sisi kondisi tersebut

menyebabkan beban negara menjadi semakin besar. Selain menjadi beban

negara juga menimbulkan permasalahan lain. Banyaknya jumlah penduduk

yang tidak disertai dengan ketersediaan lapangan pekerjaan yang mampu

menampung seluruh angkatan kerja bisa menimbulkan pengangguran,

kriminalitas yang bersinggungan pula dengan rusaknya moralitas

masyarakat. Menekan jumlah penduduk dengan menggalakan program

Keluarga Berencana (KB).

Indikator keberhasilan fasilitas Kesehatan suatu negara dapat

dinilai dari Angka Kematian Ibu (AKI). Berdasarkan data dari profil

Kesehatan Indonesia pada tahun 2018, secara umum terjadi penurunan

kematian ibu selama periode 1991-2015 dari 390 menjadi 305 per 100.000

kelahiran hidup. Walaupun terjadi kecenderungan penurunan angka

kematian ibu, namun tidak berhasil mencapai target MDGs yang harusnya

tercapai adalah sebesar 102 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015.

Hasil supas tahun

1
2015 memperlihatkan angka kematian ibu tiga kali lipat dibandingkan

target MDGs. (Profil Kesehatan Indonesia 2018).

Upaya percepatan penurunan AKI dapat dilakukan dengan

menjamin agar setiap ibu mampu mengakses pelayanan kesehatan ibu

yang berkualitas, seperti pelayanan kesehatan ibu hamil, pertolongan

persalinan bagi ibu dan bayi, perawatan khusus dan rujukan jika terjadi

komplikasi, dan pelayanan keluarga berencana termasuk KB pasca

persalinan. Kondisi saat ini menunjukkan bahwa hampir semua wanita

berstatus kawin di Indonesia telah mengetahui tentang alat/obat

kontrasespsi modern, namun sayangnya pengetahuan tersebut tidak diikuti

dengan prilaku penggunaan kontrasepsi modern. Oleh karenanya paparan

ini sangat bermanfaat bagi sebagai bahan pelengkap pengetahuan

(referensi) bagi Petugas Lapangan dan Kader KB. Berdasarkan data profil

kesehatan indonesia 2018 pola dalam pemilihan jenis alat kontrasepsi,

sebagian besar peserta KB aktif memilih suntikan dan pil sebagai alat

kontrasepsi bahkan sangat dominan (lebih dari 80%) dibandingan metode

lainnya; suntikan (63,71) dan pil (17,24). Padahal suntikan dan pil dalam

pengendalian kehamilan lebih rendah dibandingkan jenis kontrasepsi

lainnya.

Ada beberapa kemungkinan kurang berhasilnya program KB

diantaranya dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan ibu dan faktor

pendukung lainnya. Untuk mempunyai sikap yang positif tentang KB

diperlukan pengetahuan yang baik, demikian sebaliknya bila pengetahuan

yang baik,

2
demikian sebaliknya bila pengetahuan kurang maka kepatuhan menjalani

program KB berkurang

1.2 Rumusan Masalah

Untuk mendapatkan hasil yang lebih terarah, maka diperlukan

adanya rumusan masalah dari penyusunan makalah ini. Adapun tujuan dari

penyusunan makalah ini adalah:

1. Apakah definisi dari konseling?

2. Apa saja tujuan dari konseling?

3. Bagaimana prinsip-prinsip dalam konseling?

4. Apa definisi dari kontrasepsi?

5. Apa jenis-jenis dari alat kontrasepsi?

6. Apa saja kelebihan dan kekurangan dari pemakaian alat kontrasepsi serta

cara pemakaian alat kontrasepsi?

7. Apa saja yang dilakukan pada konseling keluarga berencana?

1.3 Ruang Lingkup

Ruang Lingkup pembahasan meliputi praktek pelayanan kebidanan

Konseling prakonsepsi pada Ny. “D” dengan konseling kontrasepsi di RS

Pupuk Kaltim Bontang Kalimantan Timur Tanggal 31 Mei 2022.

3
1.4 Tujuan dan Manfaat

1. Tujuan

Adapun tujuan yang dari pembuatan makalah ini adalah sebagai

berikut :

a. Untuk mengetahui definisi dari konseling

b. Untuk mengetahui tujuan dari konseling

c. Untuk mengetahui prinsip-prinsip dalam konseling

d. Untuk mengetahui definisi dari alat kontrasepsi

e. Untuk mengetahui jenis-jenis alat kontrasepsi

f. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan dari pemakaian alat

kontrasepsi serta cara pemakaian alat kontrasepsi

g. Untuk mengetahui persiapan yang akan dilakukan dalam

pemberian konseling KB

2. Manfaat

1) Bagi Penulis

Dapat menambah wawasan penulis mengenai gambaran

pengetahuan suami terhadap pemilihan metode kontrasepsi yang

tepat. Selain itu dapat menambah pengetahuan serta pengalaman

dalam penyusunan makalah dan dapat mengembangkan teori yang

telah didapat selama proses perkuliahan.

4
2) Bagi Klien

Dapat membantu dalam menambah pengetahuan mengenai jenis-

jenis KB, dan mengambil keputusan bersama mengenai ketepatan

metode kontrasepsi yang tepat digunakan.

3) Bagi Institusi Pendidikan

Dapat dijadikan sumber referensi mengenai penerapan asuhan

kebidanan mengenai pemilihan metode kontrasepsi bagi pasien dan

anggota keluarga pasien.

4) Bagi Institusi pelayanan Kesehatan

Dapat dijadikan sumber referensi untuk menerapkan asuhan

kebidanan dengan cara konseling agar bukan hanya ibu ataupun

suami yang mengambil keputusan dalam pemilihan metode

kontrasepsi yang tepat.

5
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Konseling

2.1.1 Definisi Konseling

American Counseling Association mendefinisikan konseling

sebagai hubungan profesional yang memberdayakan keberagaman

individu, keluarga, dan kelompok untuk mencapai kesehatan mental,

kesehatan, pendidikan, dan tujuan karir. Menurut Mappiare konseling

(counseling), kadang disebut juga dengan penyuluhan yang merupakan

suatu bentuk bantuan.

Di dalam konseling membutuhkan kemampuan profesional pada

pemberi layanan yang sekurangnya melibatkan pula orang kedua, pemberi

layanan yaitu orang yang sebelumnya merasa ataupun tidak dapat berbuat

banyak yang kemudian setelah mendapat konseling menjadi dapat

melakukan sesuatu.

Definisi lain menurut Division of counseling Psychology,

konseling adalah proses yang dapat membantu individu untuk mengatasi

hambatan- hambatan perkembangan dirinya dan untuk mencapai

perkembangan kemampuan pribadi yang dimilikinya secara optimal.

6
2.1.2 Tujuan Konseling

Ada beberapa tujuan konseling diantaranya adalah:

1. Membantu seorang individu mengembangkan diri secara

optimal sesuai dengan tahap perkembangan, tuntutan positif

lingkungannya dan predisposisi yang dimilikinya seperti

kemampuan dasar dan bakatnya, dalam berbagai latar

belakang yang ada seperti keluarga, pendidikan, atau status

ekonomi.

2. Membuat seseorang mengenali dirinya sendiri dengan

memberi informasi kepada individu tentang dirinya,

potensinya, kemungkinan- kemungkinan yang memadai

bagi potensinya dan bagaimana memanfaatkan pengetahuan

sebaik-baiknya.

3. Memberi kebebasan kepada individu untuk membuat

keputusan sendiri serta memilih jalurnya sendiri yang dapat

megarahkannya.

4. Dalam menjalani hidup menjadikan individu lebih efektif,

efisien dan sistematis dalam memilih alternatif pemecahan

masalah.

5. Konseling membantu individu untuk mengahapus /

menghilangkan tingkah laku maladaptif (masalah) menjadi

tingkah laku baru yaitu tingkah laku adaptif yang

diinginkan klien

7
2.1.3 Prinsip-prinsip dalam Konseling

Prinsip-prinsip konseling sebagai paduan kajian teoritik dan

lapangan untuk menjadi pegangan dan pedoman dalam bimbingan

konseling. Beberapa prinsip-prinsip konseling, diantaranya adalah :

1. Prinsip-prinsip berkenan dengan sasaran pelayanan

Bimbingan konseling memberikan perhatian utama kepada

perbedaan atau yang menjadi orientasi pokok pelayanannya,

memperhatikan sepenuhnya tahap-tahap dan aspek

perkembangan, tanpa memandang umur, jenis kelamin, suku,

bangsa, agama, dan status sosial ekonomi melayani semua

individu, serta berurusan dengan sikap dan tingkah laku yang

komplek dan unik.

2. Prinsip-prinsip berkenaan dengan masalah individu

Perhatian utama yang menjadi faktor timbulnya masalah dalam

pelayanan bimbingan konseling diantaranya kesenjangan

sosial, ekonomi dan budaya. Berurusan dengan pengaruh

lingkungan terhadap kondisi mental dan fisik klien terhadap

penyesuaian diri di rumah, sekolah, kontak sosial, dan

pekerjaan.

3. Prinsip-prinsip berkenaan dengan program pelayanan

Bimbing konseling merupakan bagian integral dari pendidikan

dan pengembangan, sehingga bimbingan harus disesuaikan dan

dipadukan dengan program pendidikan serta pengembangan

peserta didik. Program bimbingan dan konseling harus


8
fleksibel,

9
sesuai dengan kebutuhan individu, masyarakat, dan kondisi

lembaga. Program bimbingan dan konseling disusun secara

berkelanjutan dari jenjang pendidikan terendah sampai yang

tertinggi.

2.1.4 Asas-asas Konseling

Dalam penyelenggaraan bimbingan dan konseling selain

terdapat fungsi dan prinsip, juga terdapat kaidah-kaidah

didalamnya yang dikenal dengan asas- asas bimbingan konseling.

Dalam pemenuhan asas-asas tersebut dapat melancarkan

pelaksanaan dan keberhasilan layanan atau kegiatan lebih terjamin,

sebaliknya jika asas-asas tersebut terlalaikan dapat menghambat

atau bahkan menggagalkan pelaksanaan, serta mengurangi atau

mengaburkan hasil layanan bimbingan dan konseling itu sendiri.

Adapun beberapa asas-asas bimbingan dan konseling yang

dimaksud adalah :

1) Asas kerahasiaan

Bimbingan konseling adalah melayani individu-individu

yang bermasalah, namun banyak orang yang tidak mau

memberitahukan masalah yang mereka hadapi selain diri

mereka sendiri. Oleh karena itu, sudah sepatutnya sebagai

konselor menjaga kerahasiaan individu tersebut, hal itu juga

termasuk dalam asas kerahasiaan yang merupakan kunci

dalam bimbingan konseling.

10
2) Asas kesukarelaan

Ketika kerahasiaan telah dijaga oleh konselor, dalam asas

kesukarelaan ini diharapkan klien yang mengalami masalah

secara sukarela membawa konselor kepada masalah yang ia

hadapi.

3) Asas Keterbukaan

Dalam pelaksanaan bimbingan dan penyuluhan yang efisien

dimana berlangsung dalam situasi keterbukaan, bukan

hanya dalam sikap penerimaan saran melainkan juga

bersedia membuka diri untuk penyuluhan tersebut baik dari

pihak konselor maupun klien.

4) Asas Keinginan

Masalah klien yang ditanggulangi dalam upaya bimbingan

konseling merupakana masalah-masalah yang dirasakan

oleh klien saat ini, bukan masalah yang lampau atau

masalah yang akan datang. Pencegahan dapat dilakukan

untuk menghindari kemungkinan buruk dimasa yang akan

datang.

5) Asas Kegiatan

Sebagai sasaran layanan diharapkan klien dapat

berpartisipasi aktif dalam melakukan layanan bimbingan

konseling. Usaha lain dilakukan oleh konselor dimana

konselor harus mendorong dan memotivasi klien untuk

dapat aktif dalam bimbingan konseling yang dilakukan.

11
6) Asas Kemandirian

Dalam asas kemandirian ini tertuju pada tujuan dan sasaran

dari bimbingan dan konseling dimana klien diharapkan

menjadi individu yang mandiri dengan ciri mengenal diri

sendiri dan lingkungannya, mampu mengambil keputusan,

mengarahkan serta mewujudkan diri sendiri. Dalam hal ini,

konselor mampu mengarahkan klien kearah kemandirian.

7) Asas Kekinian

Bimbingan dan konseling yang dilakukan adalah membahas

tentang permasalahan klien pada masa yang sekarang

dialaminya.

8) Asas Keterpaduan

Dalam asas ini dibutuhkan kerjasama antara konselor dan

klien dimana satu sama lain saling menunjang, harmonis,

dan saling terpadukan.

2.1.5 Keterampilan Konseling

Seorang konselor harus mempunyi berbagai keterampilan dasar

konseling sebagai fasilitator penyelenggaraan konseling agar

mencapai tujuan konseling yang efektif. Keterampilan konseling

meliputi :

1. Keterampilan attending : usaha konselor untuk membangun

kondisi awal, mulai dari upaya menunjukkan sikap empati,

menghargai, dan mengetahui apa yang dibutuhkan klien.

12
2. Keterampilan mengundang pembicaraan yang terbuka :

membantu memulai wawancara serta menguraikan masalah.

3. Keterampilan parafrase : mengungkapkan kembali esensi atau

inti dari ungkapan konseling.

4. Keterampilan refleksi perasaan : merespon keadaan perasaan

klien terhadap situasi yang sedang dihadapi.

5. Keterampilan konfrontasi : untuk pemberian tanggapan

terhadap pengungkapan kontradiksi dari klien.

2.2 Kontrasepsi

2.2.1 Definisi Kontrasepsi

Kontrasepsi adalah cara untuk mencegah terjadinya konsepsi dengan

menggunakan alat atau obat-obatan. Keluarga berencana adalah suatu

usaha menjarangkan atau merencanakan jumlah dan jarak kehamilan

dengan memakai kontrasepsi.

2.2.2 Jenis-jenis Alat Kontrasepsi

a. Kontrasepsi Hormonal

1) Pil Kombinasi

Pil kontrasepsi kombinasi ialah obat untuk kontrasepsi yang

berisi estrogen dan progesteron, tetapi pil kombinasi yang sekarang

digunakan tidak berisi estrogen dan progesteron alamiah,

melainkan

13
steroid sintetik. Ada dua jenis progesteron yang dipakai, yaitu yang

berasal dari 19 nor-testosteron, dan yang berasal dari 17 alfa-

asetoksi-progesteron. Derivat dari 19 nor-testosteron yang sekarang

banyak dipergunakan untuk pil kontrasepsi ialah noretinodrel,

norethindron asetat, etinodiol diasetat, dan norgestrel. Estrogen

yang banyak dipakai untuk pil kontrasepsi ialah etinil estradiol dan

mestranol.

Mekanisme kerjanya adalah estrogen menekan sekresi

Follicle Stimulating Hormone (FSH) menghalangi maturasi folikel

dalam ovarium. Karena pengaruh estrogen dari ovarium terhadap

hipofisis tidak ada, maka tidak terdapat pengeluaran Luteinizing

Hormone (LH). Pada pertengahan siklus haid kadar FSH rendah

dan tidak terjadi peningkatan kadar LH, sehingga menyebabkan

ovulasi terganggu. Progesteron memperkuat khasiat estrogen untuk

mencegah ovulasi, sehingga dalam 95-98% tidak terjadi ovulasi.

Selanjutnya, estrogen dalam dosis tinggi dapat mempercepat

perjalanan ovum yang akan menyulitkan terjadinya implantasi

dalam endometrium dari ovum yang sudah dibuahi. Progesteron

dalam dosis tinggi dapat menghambat ovulasi, tetapi tidak dalam

dosis rendah.

Kelebihan pil kombinasi yaitu:

a) Efektivitasnya dapat dipercaya (daya guna teoritis

hampir 100%, daya guna pemakaian 95-98%).

14
b) Frekuensi koitus tidak perlu diatur. 3. Siklus haid jadi

teratur.

c) Keluhan-keluhan dismenorea yang primer menjadi

berkurang atau hilang sama sekali.

Kekurangan pil kombinasi yaitu:

a) Pil harus diminum tiap hari, sehingga kadang-kadang

merepotkan.

b) Motivasi harus kuat.

c) Adanya efek samping walaupun sifatnya sementara,

seperti mual, sakit kepala, dan muntah, nyeri payudara.

d) Kadang-kadang setelah berhenti minum pil dapat timbul

amenorea persisten.

e) Untuk golongan penduduk tertentu harganya masih

mahal.

Cara pemaikan pil kombinasi Ada pil kombinasi yang

dalam satu bungkus berisi 21 (atau 22) pil dan ada yang berisi 28

pil. Pil yang berjumlah 21-22 diminum mulai hari ke-5 haid tiap

hari satu terus-menerus, dan kemudian berhenti jika isi bungkus

habis, sebaiknya pil diminum pada waktu tertentu, misalnya malam

sebelum tidur. Beberapa hari setelah minum pil dihentikan,

biasanya terjadi withdrawal bleeding dan pil dalam bungkus kedua

dimulai pada hari ke-5 dari permulaan perdarahan. Apabila

tidak terjadi

15
withdrawal bleeding, maka pil kedua mulai diminum 7 hari setelah

pil dalam bungkus pertama habis.

2) Kontrasepsi Suntik

Depot Medroksi Progesteron Asetat (DMPA) Kontrasepsi

suntik ialah 6-alfa-medroksiprogesteron yang digunakan untuk

tujuan kontrasepsi parental, mempunyai efek progesteron yang

kuat dan sangat efektif.

Mekanisme kerja obat ini menghalangi terjadinya ovulasi

dengan cara menekan pembentukan gonadotropin releasing

hormone dari hipotalamus yang menyebabkan lendir serviks

bertambah kental, sehinnga menghambat penetrasi sperma melalui

serviks uteri. Implantasi ovum dalam endometrium menjadi

terhalangi dan mempengaruhi transport ovum di tuba.

Kelebihan kontrasepsi suntikan yaitu:

a) Efektivitas tinggi.

b) Pemakaiannya sederhana.

c) Cukup menyenangkan bagi akseptor (injeksi hanya 4x

setahun atau setiap 3 bulan sekali).

d) Reversible.

e) Cocok untuk ibu-ibu yang baru saja melahirkan dan

menyusui anaknya.

16
Kekurangan kontrasepsi suntikan yaitu:

a) Sering menimbulkan perdarahan yang tidak teratur

(spotting, breakthrough bleeding).

b) Dapat menimbulkan amenorea.

Cara pemakaian kontrasepsi suntikan sangat cocok untuk

program postpartum karena tidak mengganggu laktasi, dan

terjadinya amenorea setelah suntikan. Suntikan tidak mengganggu

ibu-ibu yang menyusui anaknya dalam masa postpartum,

kontrasepsi ini diberikan sebelum ibu meninggalkan rumah sakit,

sebaiknya sesudah air susu 25 ibu terbentuk, yaitu kira-kira hari ke-

3 sampai hari ke-5. Kontrasepsi disuntikan dalam dosis 150 mg/cc

3 bulan sekali melalui intramuskuler.

3) Kontrasepsi Implant (susuk)

Suatu alat kontrasepsi yang mengandung levonogestrel

yang dibungkus dalam kapsul silasticsilikon (polidemetsilixane)

dan disusukkan dibawah kulit.

Mekanisme kerja kontrasepsi implant yaitu:

a) Lendir serviks menjadi kental

b) Mengganggu proses pembentukan endometrium

sehingga sulit terjadi implantasi.

c) Mengurangi transportasi sperma.

17
d) Menekan ovulasi.

Kelebihan kontrasepsi implant yaiut:

a) Daya guna tinggi.

b) Perlindungan jangka panjang.

c) Pengambilan tingkat kesuburan yang cepat setelah

pencabutan

d) Tidak memerlukan pemeriksaan dalam.

e) Bebas dari pengaruh estrogen.

f) Tidak mengganggu kegiatan senggama.

g) Tidak mengganggu ASI.

h) Klien hanya perlu kembali ke klinik bila ada keluhan.

i) Dapat dicabut setiap saat sesuai kebutuhan.

Kekurangan kontrasepsi implant yaitu:

a) Menimbulkan gangguan menstruasi yaitu tidak dapat

menstruasi dan terjadi perdarahan yang tidak teratur.

b) Berat badan bertambah.

c) Menimbulkan akne, ketegangan payudara.

d) Liang senggama terasa kering

Cara pemakaian kontrasepsi implant biasanya dilakukan

dibagian atas (bawah kulit) pada lengan kiri wanita (lengan kanan

bagi yang kidal), agar tidak mengganggu kegiatan. Implant dapat

dipasang pada waktu menstruasi atau setelah melahirkan oleh

dokter. Sebelum pemasangan dilakukan pemeriksaan kesehatan

18
terlebih dahulu dan juga disuntik untuk mencegah rasa sakit. Lalu

bekas pemasangan harus dijaga agar tetap bersih, kering dan tidak

boleh terkena air selama 5 hari. Pemeriksaan ulang dilakukan oleh

dokter seminggu setelah pemasangan. Setelah itu setahun sekali

selama pemakaian dan setelah 5 tahun implant harus diambil atau

dilepas.

b. Kontrasepsi Non-hormonal

1) Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) atau Intra Uterine Device

(IUD)

IUD mengandung bahan-bahan seperti tembaga, seng,

magnesium, timah dan progesteron. Maksud dari penambahan itu ialah

untuk mempertinggi efektivitas IUD.

Mekanisme kerja yaitu sampai sekarang mekanisme kerja IUD

belum diketahui dengan pasti. Kini pendapat yang terbanyak ialah

bahwa IUD dalam kavum uteri menimbulkan reaksi peradangan

endometrium yang disertai dengan serbukan leukosit yang dapat

menghancurkan sperma. Pada cairan uterus yang menggunakan IUD

seringkali dijumpai pula sel-sel makrofag yang mengandung

spermatozoa. Sifat dan isi cairan uterus yang mengalami perubahan

pada pengguna IUD, yang menyebabkan sperma tidak dapat hidup

dalam uterus, walaupun sebelumnya terjadi nidasi. Penelitian lain

menemukan sering terjadi kontraksi uterus pada pemakai IUD, yang

19
dapat menghalangi nidasi. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya kadar

prostaglandin dalam uterus. Pada IUD bioaktif mekanisme kerjanya

selain menimbulkan peradangan seperti IUD biasa, juga oleh karena

ionisasi ion logam atau bahan lain yang terdapat pada IUD mempunyai

pengaruh terhadap sperma. Menurut penelitian ion yang paling efektif

adalah ion logam tembaga (Cu) yang lambat laun aktifnya terus

berkurang dengan lama pemakaian.

Kelebihan IUD yaitu:

a) Ummumnya hanya memerlukan satu kali pemasangan dan

dengan demikian satu kali motivasi.

b) Tidak menimbulkan efek sistemik.

c) Alat itu ekonomis dan cocok untuk penggunaan secara

massal.

d) Efektivitas cukup tinggi.

e) Reversibel.

Kekurangan IUD yaitu:

a) Perubahan siklus haid (umumnya pada 3 bulan pertama dan

akan berkurang setelah 3 bulan).

b) Haid lebih lama dan banyak.

c) Perdarahan (spotting antar menstruasi).

d) Saat haid lebih sedikit.

Cara pemasangan IUD, IUD dapat dipasang dalam keadaan berikut:

20
a) Sewaktu haid sedang berlangsung Pemasangan IUD dapat

dilakukan pada hari-hari pertama atau pada harihari terakhir

haid.

b) Sewaktu post partum Secara dini yaitu setelah melahirkan

sebelum dipulangkan dari rumah sakit. Secara langsung

yaitu dalam masa tiga bulan setelah partus atau abortus.

Secara tidak langsung yaitu sesudah masa tiga bulan setelah

partus atau saat tidak ada hubungan sama sekali dengan

partus dan abortus.

c) Sewaktu post abortum Segera setelah abortus karena dari

segi fisiologi dan psikologi waktu itu adalah paling ideal.

Pada keadaan septic abortion tidak dibenarkan memasang

IUD.

d) Sewaktu melakukan seksio sesaria Setelah kandung

kencing dikosongkan, akseptor dibaringkan diatas meja

ginekologik dengan posisi litotomi. Kemudian, dilakukan

pemeriksaan

29 bimanual untuk mengetahui letak, bentuk dan besar

uterus. Spekulum dimasukkan ke dalam vagina dan serviks

uteri dibersihkan dengan larutan antiseptik. Sekarang

dengan cunam serviks dijepit dengan bibir depan portio

uteri, dan dimasukkan sonde uterus ke dalam uterus untuk

menentukan arah poros dan panjangnya kanalis servikalis

serta kavum uteri. IUD dimasukkan ke dalam uterus

21
melalui ostium uteri

22
eksternum sambil mengadakan tarikan ringan pada cunam

serviks. Insertor IUD dimasukkan ke dalam uterus sesuai

dengan arah poros uteri sampai tercapai ujung atas kavum

uteri yang telah ditentukan lebih dahulu.

2) Kontrasepsi Mantap Perempuan (Tubektomi)

Tubektomi adalah tindakan memotong yang dilakukan pada

kedua tuba fallopi perempuan yang mengakibatkan tidak dapat hamil.

Keuntungan Tubektomi yaitu:

a) Motivasi hanya dilakukan satu kali saja, sehingga tidak

diperlukan motivasi yang berulang-ulang.

b) Efektivitas hampir 100 %.

c) Tidak mempengaruhi libido seksualitas.

d) Tidak adanya kegagalan dari pihak pasien

3) Kontrasepsi Mantap Laki-laki (Vasektomi)

Vasektomi merupakan suatu operasi kecil dan dapat dilakukan

oleh seseorang yang telah mendapat latihan khusus. Vasektomi tidak

memerlukan alatalat yang banyak dan dapat dilakukan secara poliklinis

dengan anestesi local.

Keuntungan vasektomi yaitu:

a) Tidak menimbulkan kelainan baik fisik maupun mental.

b) Tidak mengganggu libido seksualis.

23
c) Dapat dikerjakan secara poliklinis.

4) Sanggama Terputus (Coitus interruptus)

Sanggama terputus ialah penarikan penis dari vagina sebelum

terjadinya ejakulasi. Mekanisme kerja Terjadinya ejakulasi disadari

sebelumnya oleh sebagian besar laki-laki, dan setelah itu masih ada

waktu kira-kira “detik” sebelum ejakulasi terjadi. Waktu yang singkat

ini dapat digunakan untuk menarik penis keluar dari vagina.

Kelebihan senggama terputus yaitu:

a) Tidak membutuhkan biaya, alat-alat ataupun persiapan.

Kekurangan senggama terputus yaitu:

a) Dibutuhkan pengendalian yang besar dari pihak laki-laki.

b) Dapat menimbulkan neurasteni.

c) Kegagalan dengan kontrasepsi ini disebabkan oleh:

(1) Adanya pengeluaran air mani sebelum ejakulasi yakni

dapat mengandung sperma, apalagi pada koitus yang

berulang.

(2) Terlambatnya pengeluaran penis dari vagina.

(3) Pengeluaran semen dekat pada vulva.

24
5) Pembilasan Pascasanggama

Pembilasan vagina dengan air biasa dengan atau tanpa

tambahan larutan obat (cuka atau obat lain) segera setelah koitus

merupakan suatu cara yang telah 31 lama sekali dilakukan untuk

tujuan kontrasepsi. Maksudnya ialah untuk mengeluarkan sperma

secara mekanik dari vagina. Penambahan cuka ialah untuk memperoleh

efek spermisida serta menjaga asiditas vagina. Efektivitas cara ini

mengurangi kemungkinan terjadinya konsepsi hanya dalam batas-batas

tertentu karena sebelum dilakukannya pembilasan spermatozoa dalam

jumlah besar susah memasuki serviks uteri.

c. Metode Amenorea Laktasi (MAL)

Memperpanjang masa laktasi sering dilakukan untuk mencegah

kehamilan. Efektivitas menyusui dapat mencegah ovulasi dan

memperpanjang amenorea postpartum. Tetapi, ovulasi pada suatu saat

akan terjadi lagi dan akan mendahului haid pertama setelah partus. Bila ini

terjadi, konsepsi dapat terjadi selagi perempuan tersebut masih dalam

keadaan amenorea dan terjadilah kehamilan kembali setelah melahirkan

sebelum mendapat haid.

d. Metode Kalender

Masa subur juga disebut “fase ovulasi” mulai 48 jam sebelum

ovulasi dan berakhir 24 jam setelah ovulasi. Sebelum dan sesudah masa

itu,

25
perempuan tersebut berada dalam masa tidak subur. Kesulitan cara ini

ialah sulit untuk menentukan waktu yang tepat dari ovulasi, ovulasi

umumnya terjadi 14+2 hari sebelum hari pertama haid yang akan datang.

Pada perempuan yang haid tidak teratur ,sangat sulit atau sama sekali tidak

dapat diperhitungkan saat terjadinya ovulasi. Selain itu, pada perempuan

dengan haid teratur ada kemungkinan hamil, oleh salah satu sebab ovulasi

tidak datang pada waktunya atau sudah datang sebelum semestinya.

Pada perempuan dengan daur haid tidak teratur ,akan tetapi 32

dengan variasi yang tidak jauh berbeda, dapat ditetapkan masa subur

dengan suatu perhitungan, dimana daur haid terpendek dikurangi dengan

18 hari dan daur haid terpanjang dikurangi dengan 11 hari. Masa aman

ialah sebelum daur haid terpendek yang telah dikurangi. Efektivitas cara

ini akan lebih tepat jika dibarengi dengan cara pengukuran suhu basal

badan (SBB), dengan pengukuran ini dapat ditentukan dengan tepat saat

terjadinya ovulasi. Menjelang ovulasi suhu basal badan turun, kurang dari

24 jam sesudah ovulasi suhu basal badan naik lagi sampai tingkat lebih

tinggi daripada tingkat suhu sebelum ovulasi, dan tetap tinggi sampai akan

terjadi haid.

Dengan demikian, bentuk grafik suhu basal badan ialah bifasis,

dengan dataran pertama lebih rendah daripada dataran kedua,dengan saat

ovulasi diantaranya. Dengan menggunakan suhu basal badan, kontrasepsi

dengan cara pantang berkala dapat ditingkatkkan efektivitasnya. Tetapi,

ada beberapa faktor dapat menyebabkan kenaikan suhu basal badan tanpa

26
terjadinya ovulasi, misalnya karena infeksi, kurang tidur, atau minum

alkohol.

e. Kondom

Penggunaanya ialah untuk melindungi laki-laki terhadap penyakit

kelamin. Yang kini dipakai ialah kondom karet, yang tebalnya kira-kira

0,05 mm. Prinsip kerja kondom ialah sebagai perisai dari penis sewaktu

melakukan koitus, dan mencegah pengumpulan sperma dalam vagina.

Bentuk kondom silindris dengan pinggir yang tebal pada ujung yang

terbuka, sedang ujung yang buntu berfungsi sebagai penampung sperma.

Biasanya diameternya kira-kira 31-36,5 mm dan panjangnya lebih kurang

19 cm. Keuntungan kondom selain untuk memberi perlindungan terhadap

penyakit, juga dapat digunakan untuk tujuan kontrasepsi. Kekurangannya

ialah ada kalanya pasangan yang mempergunakannya merasakan selaput

karet tersebut sebagai penghalang dalam kenikmatan sewaktu melakukan

koitus. Penyebab kegagalan memakai kondom ialah bocor atau koyaknya

alat itu atau tumpahnya sperma yang disebabkan oleh tidak dikeluarkannya

penis segera setelah terjadinya ejakulasi.

f. Pessarium (Cincin Vagina)

Pessarium dibuat untuk tujuan kontrasepsi, secara umum pessarium

dapat dibagi atas dua golongan yakni diafragma vaginal dan cervical cap.

Diafragma vaginal terdiri atas kantong karet yang berbentuk mangkuk

27
dengan per elastis pinggirnya. Per ini ada yang terbuat dari logam tipis

yang tidak dapat berkarat , ada pula yang dari kawat halus yang tergulur

sebagai spiral dan mempunyai sifat seperti per. Ukuran diafragma vaginal

yang beredar dipasaran memiliki diameter antara 55 sampai 100 mm.

Tiap-tiap ukuran mempunyai 34 perbedaan diameter masing-masing 5mm.

Diafragma vaginal dimasukan kedalam vagina sebelum koitus untuk

menjaga jangan sampai sperma masuk kedalam uterus. Untuk memperkuat

khasiat diafragma, obat spermatisida dimasukkan kedalam mangkuk dan

dioleskan pada pinggirnya.

Diafragma vaginal sering dianjurkan pemakaiannya dalam hal-hal

berikut, yaitu keadaan dimana tidak tersedia cara yang lebih baik, jika

frekuensi tidak seberapa tinggi, sehingga tidak dibutuhkan perlindungan

yang terus-menerus, dan jika pemakaian pil, IUD, atau cara lain harus

dihentikan untuk sementara waktu oleh suatu sebab. Diafragma paling

cocok dipakai perempuan dengan dasar panggul yang tidak longgar dan

dengan tonus dinding vagina yang baik.

Kelebihan diafragma vaginal yaitu:

a) Hampir tidak ada efek samping.

b) Dengan motivasi yang baik dan pemakaian yang betul, hasilnya

cukup memuaskan.

c) Dapat dipakai sebagai pengganti pil, IUD atau pada perempuan

yang tidak boleh mempergunakan pil atau IUD oleh suatu

sebab.

28
Kekurangan diafragma vaginal yaitu:

a) Diperlukannya motivasi yang kuat.

b) Umumnya hanya cocok untuk perempuan yang terpelajar dan

tidak untuk dipergunakan secara massal.

c) Pemakaian yang tidak teratur dapat menimbulkan kegagalan.

d) Tingkat kegagalan lebih tinggi dari pada pil atau IUD.

Cara pemakaian diafragma vaginal Terlebih dahulu tentukan

ukuran diafragma yang akan dipakai, dengan mengukur jarak antara

simfisis bagian bawah dan forniks vagina posterior dengan menggunakan

jari telunjuk serta jari tengah tangan dokter, yang dimasukkan kedalam

vagina akseptor. Kemudian, kepadanya diterangkan anatomi alat-alat

genital bagian dalam dari perempuan, dan dijelaskan serta

didemonstrasikan cara memasang diafragma vaginal. Pinggir mangkuk

dijepit antara ibu jari dan jari telunjuk, dan diafragma dimasukkan

kedalam vagina sesuai dengan sumbunya. Setelah pemasangannya selesai,

akseptor harus meraba dengan jarinya bahwa porsio serviks uteri terletak

di atas mangkuk, pinggir atas diafragma di forniks.

2.3 Konseling Keluarga Berencana

2.3.1 Definisi Konseling Keluarga Berencana

a) Konseling adalah suatu proses saling membantu kepada yang lain

berupa informasi yang sedang dibutuhkan sedemikian rupa,

29
sehingga orang lain tersebut memahaminya lalu menerapkan

sesuai dengan situasi dan kondisinya

b) Konseling merupakan tindak-tanduk dari kegiatan KIE

c) Proses yang berjalan dan menyatu dalam semua aspek pelayanan

KB

d) Melalui konseling pemberian pelayanan membantu klien memilih

cara KB yang cocok dan membantunya untuk terus menggunakan

cara tersebut dengan benar

2.3.2 Jenis Konseling Keluarga Berencana

Komponen penting dalam pelayanan KB dibagi 3 tahapan yaitu :

1. Konseling Awal Bertujuan menentukan metode apa yang diambil.

Bila dilakukan dengan objektif langkah ini akan membentu klien

untuk memilih jenis KB yang cocok untuknya Yang perlu

diperhatikan dalam langkah ini :

a) Menanyakan langkah yg disukai klien

b) Apa yang diketahui tentang cara kerjanya, kelebihan dan

kekurangannya

2. Konseling Khusus Memberi kesempatan keluarga untuk bertanya

tentang cara KB dan membicarakan pengalamannya. Mendapatkan

informasi lebih rinci tentang KB yang diinginkannya.

Mendapatkan bantuan untuk memilih metoda KB yang cocok dan

mendapatkan penerangan lebih jauh tentang penggunaannya.

30
3. Konseling Tindak Lanjut Konseling lebih bervariasi dari konseling

awal. Pemberi pelayanan harus dapat membedakan masalah yg

serius yang memerlukan rujukan dan masalah yang ringan yang

dapat diatasi ditempat.

2.3.3 Langkah-langkah Konseling Keluarga Berencana

1. GATHER

G : Greet

Berikan salam, kenalkan diri dan buka komunikasi

A : Ask

Tanya keluhan/kebutuhan pasien dan menilai apakah keluhan/

kebutuhan sesuai dengan kondisi yang dihadapi?

T : Tell

Beritahukan persoalan pokok yg dihadapi pasien dari hasil tukar

informasi dan carikan upaya penyelesaiannya

H : Help

Bantu klien memahami & menyelesaikan masalahnya

E : Explain

Jelaskan cara terpilih telah dianjurkan dan hasil yang diharapkan

mungkin dapat segera terlihat/ diobservasi)

R : Refer/Return

31
visit Rujuk bila fasilitas ini tidak dapat memberikan pelayanan

yang sesuai. Buat jadwal kunjungan Ulang)

2. Langkah konseling KB SATU TUJU

Langka SATU TUJU ini tidak perlu dilakukan berurutan karena

menyesuaikan dengan kebutuhan klien.

SA : Sapa dan salam

Sapa klien secara terbuka dan sopan Beri perhatian sepenuhnya,

jaga privasi pasien Bangun percaya diri pasien Tanyakan apa yang

perlu dibantu dan jelaskan pelayanan apa yang dapat diperolehnya.

T : Tanya

Tanyakan informasi tentang dirinya Bantu klien pengalaman

tentang KB dan kesehatan reproduksi Tanyakan kontrasepsi yang

ingin digunakan.

U : Uraikan

Uraikan pada klien mengenai pilihannya Bantu klien pada jenis

kontrasepsi yang paling dia ingini serta jelaskan jenis yang lain

TU : Bantu

Bantu klien berfikir apa yang sesuai dengan keadaan dan

kebutuhannya Tanyakan apakah pasangan mendukung pilihannya

J : Jelaskan

Jelaskan secara lengkap bagaiman menggunakan kontrasepsi

pilihannya setelah klien memilih jenis kontrasepsinya. Jelaskan

32
bagaimana penggunaannya Jelaskan manfaat ganda dari kontrasepsi

U : Kunjungan Ulang/Rujuk

Perlu dilakukan kunjungan ulang untuk dilakukan pemeriksaan atau

permintaan kontrasepsi jika dibutuhkan.

2.3.4 Tahapan Konseling dalam Pelayanan Keluarga Berencana

Tahapan Konseling dalam pelayanan KB dapat dirinci dalam

tahapan sebagai berikut:

1. Kegiatan KIE

a. Sumber informasi pertama tentang jenis alat/ metode KB dari

petugas lapangan KB

b. Pesan yang disampaikan : Pengertian dan manfaat KB bagi

kesehatan dan kesejahteraan keluarga Proses terjadinya

kehamilan pada wanita (yang kaitannya dengan cara kerja dan

metode kontrasepsi). Jenis alat/metode kontrasepsi, cara

pemakaian, cara kerjanya serta lama pemakaian

2. Kegiatan Bimbingan

a. Tindak lanjut dari kegiatan KIE dengan menjaring calon

peserta KB

b. Tugas penjaringan : memberikan informasi tentang jenis

kontrasepsi lebih objektif, benar dan jujur sekaligus

meneliti apakah calon peserta memenuhi syarat

33
c. Bila ia rujuk ke KIP/K

3. Kegiatan Rujukan

a. Rujukan calon peserta KB, utk mendapatkan pelayanan KB

b. Rujukan peserta KB, untuk menindaklanjuti komplikasi

4. Kegiatan KIPK/K (Komunikasi Interpersonal dan konseling)

Tahapan dalam KIP/K

a. Menanyakan alasan pemilihan alat

b. Menanyakan apakah klien sudah mengetahui/ paham tentang

alat kontrasepsi tersebut

c. Menanyakan klien tahu/tidak alat kontrasepsi lain

d. Bila belum, berikan informasi

e. Beri klien kesempatan untuk mempertimbangkan pilihannya

kembali

f. Bantu klien mengambil keputusan

g. Beri klien informasi, apapun pilihannya, klien akan

diperiksa kesehatannya

h. Hasil pembicaraan akan dicatat pada lembar konseling

5. Kegiatan Pelayanan Kontrasepsi

a. Pemeriksaan kesehatan : anamnesis dan Pemeriksaan Fisik

b. Bila tidak ada kontra indikasi pelayanan kontrasepsi dapat

diberikan

c. Untuk kontrasepsi jangka panjang perlu informed consent

6. Kegiatan Tindak lanjut\

34
Petugas melakukan pemantauan keadaan peserta KB dan

diserahkan kembali kepada PLKB

2.3.5 Informed Consent

1. Persetujuan yang diberikan oleh klien atau keluarga atas informasi

dan penjelasan mengenai tindakan medis yang akan dilakukan

terhadap klien.

2. Setiap tindakan medis yang beresiko harus persetujuan tertulisi

ditandatangani oleh yang berhak memberikan persetujuan (klien)

dlm keadaan sadar dan sehat.

35
BAB III

TINJAUAN KASUS

Hari/Tanggal : Selasa, 31 Mei 2022

Pukul : 09.00 WITA

A. DATA SUBJEKTIF

1. Biodata

Nama : Ny. D Nama Suami :Tn. F

Umur : 25 tahun Umur : 31 tahun

Pendidikan : S1 Pendidikan : S1

Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Karyawan swasta

Suku : Bugis Suku : Jawa

Agama : Islam Agama : Islam

Alamat : Guntung Alamat : Guntung

No. Hp :- No. Hp :-

2. Alasan kunjungan : Ibu mengatakan baru menikah 1 bulan, HT tanggal

17 Mei 2022 dan sementara ingin menunda

kehamilan selama 2 tahun dan ingin konseling alat

kontrasepsi yang cocok.

36
B. DATA OBJECTIF

1. Data umum

Keadaan Umum : Baik

Kesadaran : Composmentis

BB : 60 kg

Tinggi Badan : 155 cm

Lila : 30 cm

Tanda-tanda vital

Tekanan Darah : 109/77 mmhg

Nadi : 80x/i

Pernafasan : 18x/i

Suhu 36,7º C

2. Data Khusus

1) Kepala

Kebersihan : Tidak ada ketombe

Kesehatan : Rambut tidak ada rontok

Kekuatan : Kuat

37
2) Muka

Warna : Tidak pucat

Oedema : Tidak ada

Cloasma gravidarum : Tidak ada

3) Mata

Conjungtiva : Tidak pucat

Sklera : Tidak kuning

4) Hidung

Polip : Tidak ada

Secret : Tidak ada

5) Telinga

Bentuk : Simetris ka/ki

Kelainan : Tidak ada

6) Mulut

Bibir : Tidak pecah – pecah

38
Gigi : Tidak ada caries

Lidah : Bersih

Gusi : Tidak berdarah

7) Leher

Pembesaran kelenjer tyroid : Tidak ada

Pembengkakan kelenjer limfe : Tidak ada

Pembesaran vena jugularis : Tidak dilakukan

8) Payudara

Bentuk : Simetris ki/ka

Papilla : Menonjol

Areola : Hyperpigmentasi

Benjolan : Tidak ada

Colostrum : Ada

9) Abdomen

a. Inspeksi

Bekas luka operasi : Tidak ada

Pembesaran perut : Tidak ada

39
Striae gravidarum : Tidak ada

Linea nigra : Tidak Ada

10) Genetalia

a) Eksternal : Tidak ada pembengkakan pada vulva,

tidak ada varices, tidak ada luka parut,

anus tidak hemoroid.


11) Ekstremitas

a) Atas

Warna : Tidak pucat

Oedema : Tidak ada

Sianosis : Tidak ada

b) Bawah

Warna : Tidak pucat

Oedema : Tidak ada

Varises : Tidak ada

Reflek patella : (+) ki/ka

40
A: Konseling kontrasepsi

P:

1. Memberikan penjelasan tentang definisi kontrasepsi

- Klien mengerti penjelasan yang telah diberikan

2. Melakukan informed consent sebelum memberikan konseling.

- Klien menandatangani informed consent yang diberikan

3. Memberikan KIE tentang kelebihan, kekurangan, efek samping, waktu

terbaik dan prosedur kerja masing-masing alat kontrasepsi.

- Klien mengerti KIE yang diberikan.

4. Menganjurkan klien untuk berdiskusi terlebih dahulu ke pasangan dalam

pemilihan alat kontrasepsi.

- Klien mengatakan sebelumnya sudah berdiskusi dengan suami dalam

penggunaan alat kontrasepsi dan suami setuju dengan pilihan KB yang

dipilih oleh klien.

5. Membantu klien untuk menentukan pilihannya yang sesuai dengan

keadaan dan pilihannya.

- Klien memilih untuk menggunakan KB IUD.

6. Memberikan penjelasan ulang tentang kelebihan, kekurangan, efek

samping dan prosedur kerja dari kontrasepsi IUD

- Klien mengerti penjelasan yang telah diberikan

7. Menjadwalkan pemasangan KB pada saat kunjungan selanjutnya yaitu

pada saat klien haid hari ke-5

- Klien mengerti jadwal pemasangannya.

41
8. Melakukan pendokumentasian status rekam medis klien.

- Pendokumentasian telah dilakukan dan ditandatangani oleh pemberi/bidan

yang melakukan tindakan.

42
BAB IV

PEMBAHASA

Dalam asuhan kebidanan pada Konseling prakonsepsi terhadap Ny. A

yang dilakukan pengkajian pada tanggal 30 November 2022 Pukul 09.00 WIB,

asuhan kebidanan diberikan sesuai dengan kebutuhan dan harapan calon akseptor

KB terhadap penggunaan kontrasepsi yaitu fektifitasnya tinggi, IUD sangat efektif

segera setelah pemasangan, sangat efektif karena tidak perlu mengingat-ingat

kapan harus ber KB, tidak mempengaruhi hubungan seksual, meningkatkan

kenyamanan seksual karena tidak perlu takut hamil dan tidak mengganggu

hormonal, kehamilan bisa terjadi setelah pelepasan IUD.

Intervensi atau rencana tindakan yang akan dilakukan yaitu pemasangan

IUD. Rencana tindakan pemasangan IUD pada Ny. A akan dilakukan pada

kunjungan berikutnya yaitu pada saat haid hari kelima.

43
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Pelayanan Keluarga Berencana yang merupakan salah satu didalam

paket Pelayanan Kesehatan Reproduksi Esensial perlu mendapatkan

perhatian yang serius, karena dengan mutu pelayanan Keluarga Berencana

berkualitas diharapkan akan dapat meningkatkan tingkat kesehatan dan

kesejahteraan. Dengan telah berubahnya paradigma dalam pengelolaan

masalah kependudukan dan pembangunan dari pendekatan pengendalian

populasi dan penurunan fertilitas menjadi pendekatan yang berfokus pada

kesehatan reproduksi serta hak reproduksi.

5.2 Saran

Tidak dapat dipungkiri bahwa perempuan memiliki peranan yang

kuat dalam mengambil keputusan penggunaan alat kontrasepsi. Namun,

tidak sedikit yang belum dibarengi dengan tingkat pengetahuan yang

cukup akan jenis dan kelebihan dari setiap alat kontrasepsi. Dengan begitu

perlu diperkuat kegiatan konseling, sosialisasi mengenai program KB agar

meningkatkan pengetahuan Wanita Indonesia mengenai Kesehatan

reproduksi dan keluarga berencana. Dengan begitu akan lebih banyak

perempuan yang memiliki kebudayaan dan pengetahuan yang cukup

44
mengenai Langkah-langkah yang mesti ditempuh apabila mengalami

keluhan sakit yang diakibatkan penggunaan alat kontrasepsi tertentu.

45
DAFTAR PUSTAKA

https://www.scribd.com/document/370477831/Makalah-Konseling-Keluarga-
Berencana

Indonesia, K. K. (2017). Kesehatan Keluarga. Profil Kesehatan RI 2018, 105.


Penerbit Buku Kesehatan. (2017). Pelayanan KB dan Kesehatan Reproduksi
Berbasis Avidance Based. Dalam Rusmini, S. Purwandani, V. N. Utami, &
S. N. Faizah, Perspektif Gender Dalam Kesehatan Reproduksi (hal. 33-51).
Jakarta Timur: CV. Trans Info Media.

Penerbit Buku Kesehatan. (2017). Pelayanan KB dan Kesehatan Reproduksi


Berbasis Evidence Based. Dalam Rusimi, S. Purwandani, V. N. Utami, & S.
N. Faizah, Pelayanan Alat Kontrasepsi (hal. 189-225). Jakarta Timur: CV.
Trans Info Media.

Rahmawardah. 2017. Program KIE Dalam Pelayanan KB.


http://rahmawardah.blogspot.com/2017/03/program-kie-dalam-pelayanan-
kb.html. Diakses pada tanggal 08 Juni 2022

Ruwayda. (2014). Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan KB Pasca Salin Pada


Ibu Nifas Di Wilayah Kerja Puskesmas Pakuan Baru Kota Jambi. Jurnal
Ilmiah Universitas Batanghari Jambi.

Sitorus, F. M., & Siahaan, J. M. (2018). Pelayanan Keluarga Berencana Pasca


Persalinan Dalam Upaya Mendukung Percepatan Penurunan Angka
Kematian Ibu. Midwifery Journal, 115.

Tersedia dari URL: www.aafp.org/afp. Varney, H. 2016. Buku Ajar Asuhan


Kebidanan. Jakarta. EGC Wulandari D. 2018. Komunikasi dan konseling
dalam praktik kebidanan. Nuha. Medica. Yogyakarta

46

Anda mungkin juga menyukai