Anda di halaman 1dari 38

MAKALAH III

ASUHAN KEBIDANAN KEHAMILAN


PEMERIKSAAN HB PADA NY. A UMUR 23 TAHUN DENGAN G1P0A0
HAMIL 8 MINGGU DI PMB TURASMIYATI KOTA BEKASI
PADA TANGGAL 20 JUNI 2022

Dosen pembimbing:

Bdn. Turasmiyati, S.ST


Sugiharti, M.KM

Di susun oleh:

Hendrawati, S.Tr.Keb

220503221012

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN

1
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

BHAKTI PERTIWI INDONESIA

2022-2023

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “ Asuhan
Kebidanan Pemeriksaan Hb pada Ny. A 23 tahun G1P0A0 Hamil 8 minggu di
PMB Turasmiyati Kota Bekasi pada tanggal 20 Juni 2022 ”.

Dalam penyusunan makalah ini, saya menyadari bahwa masih terdapat


banyak kekurangan serta jauh dari kesempurnaan sebagaimana yang kita
harapkan. Oleh karena itu, dengan senang hati saya senantiasa mengharapkan
kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan makalah ini
dikemudian hari.

Demikian makalah ini disusun, semoga dapat bermanfaat bagi kita semua
dan semoga jerih payah kita mendapat berkah dari Tuhan Yang Maha Esa,

Tangerang, 20 Juni 2022

Hendrawati

2
DAFTAR ISI

COVER …………………………………………………………….. 1

KATA PENGANTAR …………………………………………….. 2

DAFTAR ISI …………………………………………………………….. 3

BAB I PENDAHULUAN ………………………………………….. 4

BAB II TINJAUAN TEORI …………………………………………… 7

BAB III TINJAUAN KASUS ……………………………………. 19

BAB IV PEMBAHASAN..............................................................… 23

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN …………………………… 24

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kadar hemoglobin merupakan indikator biokimia untuk
mengetahui status gizi ibu hamil. Kehamilan normal terjadi penurunan
sedikit konsentrasi hemoglobin dikarenakan hipervolemia yang terjadi
sebagai suatu adaptasi fisiologis didalam kehamilan. Konsentrasi
hemoglobin < 11 gr% merupakan keadaan abnormal yang tidak
berhubungan dengan hipervolemia tersebut (Setiawan, A dkk,2013).
Kekurangan kadar hemoglobin (Hb) ibu hamil merupakan salah
satu permasalahan kesehatan yang rentan terjadi selama kehamilan. Kadar
Hb kurang dari 11 gr% mengindikasikan ibu hamil menderita anemia.
Anemia pada ibu hamil meningkatkan resiko mendapatkan Bayi Berat
Lahir Rendah (BBLR), risiko pendarahan sebelum dan saat persalinan,
bahkan dapat menyebabkan kematian ibu dan bayinya jika ibu hamil
tersebut menderita anemia berat. Hal ini tentunya dapat memberikan
sumbangan besar terhadap angka kematian ibu bersalin maupun angka
kematian bayi, Angka tersebut masih cukup tinggi yaitu kematian
ibu (AKI) 22/100.000 kelahiran hidup dan angka kematian
bayi(AKB) 34/1000 kelahiran hidup (Setiawan, A dkk,2013).
Menurut peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor
25 tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Pemeriksaan Laboratorium untuk
ibu hamil, bersalin, dan nifas di fasilitas pelayanan kesehatan dan jaringan
pelayanannya. Untuk mendukung percepatan penurunan angka kematian

4
ibu hamil, bersalin dan nifas serta membantu meningkatkan kesehatan ibu
dan kualitas hidup anak, perlu diatur pemeriksaan laboratorium yang tepat
dan terarah untuk ibu hamil, bersalin,dan nifas yang diselenggarakan oleh
laboratorium pada berbagai jenjang fasilitas pelayanan kesehatan dan
jaringan pelayanannya dengan pemeriksaan laboratorium yang tepat dan
terarah.
Angka Kematian Ibu yang disingkat AKI adalah jumlah kematian
perempuan pada saat hamil atau selama 42 hari sejak terminasi kehamilan
tanpa memandang lama dan tempat persalinan yang disebabkan karena
kehamilannya atau pengelolaannya per 100.000 kelahiran hidup. Untuk
mencegah terjadinya komplikasi yang lebih parah perlu dilakukan deteksi
dini dan monitoring penyebab kematian ibu dengan pemeriksaan
laboratorium yang tepat dan terarah pada setiap ibu hamil,bersalin dan
nifas agar dapat dilakukan intervensi lebih awal. Pada kehamilan
kebutuhan oksigen lebih tinggi sehingga memicu peningkatan Produksi
eritropoetin. Akibatnya ,volume darah (plasma dan eritrosit) meningkat.
Namun ,peningkatan volume plasma dalam proporsi yang lebih besar jika
dibandingkan dengan peningkatan eritrosit sehingga terjadipenurunan
konsentrasi Hemoglobin akibat hemodilus . Selama hamil volume darah
meningkat 50% dari 4 ke 6 ml. Volume plasma meningkat sedikit
menyebabkan penurunan konsentrasi hemoglobin dan nilai hematokrit.
Penurunan ini lebih kecil pada ibu hamil yang mengkonsumsi zat besi .
Kenaikan volume darah berfungsi untuk memenuhi kebutuhan perfusi dari
uteroplasenta Ketidakseimbangan antara kecepatan penambahan plasma
dan penambahan eritrosit kedalam sirkulasi ibu biasanya memuncak pada
trimester kedua. Penurunan ringan kadar hemoglobin selama kehamilan
dijumpai pada wanita normal yang tidak mengalami defisiensi zat besi
atau asam folat. Hal ini disebabkan oleh ekspansi volume plasma yang
lebih besar daripada peningkatan massa hemoglobin dan volume sel darah
merah yang terjadi pada kehamilan normal.

5
Centers for Disease Control and Prevention (CDC) mendefenisikan
anemia sebagai kadar hemoglobin yang lebih rendah dari 11gr % pada
trimester pertama dan ketiga dan kurang dari 10,5 gr% pada trimester
kedua.nilai hemoglobin yang rendah berhubungan dengan masalah klinis
seperti anemia. Anemia adalah kondisi dengan kadar hemoglobin dalam
darah kurang dari 12 gr%. Sedangkan anemia fisiologis adalah istilah yang
sering digunakan untuk menjelaskan penurunan konsentrasi hemoglobin
yang terjadi pada kehamilan normal.Diketahui bahwa 10%-20% ibu hamil
di dunia menderita anemia pada kehamilannya. Di dunia 34% terjadi
anemia pada ibu hamil dimana 75% berada di negara sedang berkembang .
Data hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI)
tahun 2012 menunjukkan angka kematian ibu semakin parah yaitu
359/100.000 kelahiran hidup,angka ini jauh melebihi target penurunan
angka kematian ibu menurut Millennium Development Goals (MDGs).
Masalah yang dihadapi pemerintah Indonesia adalah masih tingginya
prevalensi anemia pada ibu beresiko untuk hamil. Anemia pada ibu hamil
dapat mengganggu pertumbuhan janin dalam kandungan, premature dan
BBLR. Dari sekian banyak faktor penyebab anemia dalam kehamilan
(intrinsik dan entrinsik) maka kekurangan gizi (malnutrisi) adalah faktor
ektrinsik yang paling umum terjadi ( Utami S, 2015). Oleh karena itu
penulis tertarik untuk membuat makalah mengenai pemeriksaan kadar
hemoglobin pada ibu hamil di Klinik Pratama Medi Medikal.
B. Rumusan Masalah
1) Apa yang dimaksud dengan haemoglobin ?
2) Apa tujuan dari pemeriksaan haemoglobin?
3) Bagaimana cara pemeriksaan haemoglobin ?
4) Bagaimana pemeriksaan haemoglobin pada “Ny. A”?
C. Tujuan Penulisan
1) Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan haemoglobin
2) Untuk mengetahui tujuan pemeriksaan haemoglobin
3) Untuk mengetahui bagaimana cara pemeriksaan haemoglobin

6
4) Untuk mengetahui pemeriksaan haemoglobin pada ‘Ny. A”

BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Kehamilan
1. Pengertian kehamilan
Kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari
spermatozoa dan ovum dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi.
Pertumbuhan dan perkembangan janin intra uterin mulai sejak
konsepsi dan berakhir sampai permulaan persalinan (Prawiroharjo,
2010).

Kehamilan adalah pertumbuhan dan perkembangan janin


intrauterin mulai sejak konsepsi sampai permulaan persalinan (Dewi
dan Sunarsi, 2011).

Menurut Federasi Obstetri Ginekologi Internasional, kehamilan


didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan
ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi (Prawirohardjo,
2012).

Kehamilan merupakan proses yang alamiah. Perubahan-


perubahan yang terjadi pada wanita selama kehamilan normal adalah
bersifat fisiologis, bukan patologis. Oleh karenanya, asuhan yang
diberikan pun adalah asuhan yang meminimalkan intervensi (Astuti,
2012).

2. Perubahan fisiologis ibu hamil

7
Kehamilan Dengan terjadinya kehamilan maka seluruh sistem
genetalia wanita mengalami perubahan yang mendasar sehingga dapat
menunjang perkembangan dan pertumbuhan janin dalam rahim.
Plasenta dalam perkembangannya mengeluarkan hormon
somatomamotropin, estrogen, dan progesteron yang menyebabkan
perubahan pada bagian-bagian tubuh dibawah ini :

a. Sistem reproduksi
1) Uterus
Menurut Prawiroharjo (2014), Pembesaran uterus merupakan
perubahan anatomi yang paling nyata pada ibu hamil. Peningkatan
konsentrasi hormon estrogen dan progesteron pada awal kehamilan
akan menyebabkan hipertrofi miometrium. Hipertrofi tersebut
dibarengi dengan peningkatan yang nyata dari jaringan elastin dan
akumulasi dari jaringan fibrosa sehingga struktur dinding uterus
menjadi lebih kuat terhadap regangan dan distensi.
Hipertrofi miometrium juga disertai dengan peningkatan
vaskularisasi dan pembuluh limfatik. 7 Uterus bertambah besar, dari
yang beratnya 30 gr. Menjadi 1000 gr saat akhir kehamilan (40
minggu). Pembesaran ini di sebabkan oleh peningkatan vaskularisasi
dan dilatasi pembuluh darah, hipertofi dari otot-otot rahim, dan
perkembangan desidua dan pertumbuhan janin.
Pada Trimester III (> 28 minggu) dinding uterus mulai menipis dan
lebih lembut. Pergerakan janin dapat diobservasi dan badannya dapat
diraba untuk mengetahui posisi dan ukurannya, korpus berkembang
menjadi segmen bawah rahim. Pada minggu ke-36 kehamilan terjadi
penurunan janin ke bagian bawah rahim, hal ini disebabkan
melunaknya jaringanjaringan dasar panggul bersamaan dengan gerakan
yang baik dari otot rahim dan kedudukan bagian bawah rahim.
2) Serviks

8
Perubahan yang penting pada serviks dalam kehamilan adalah
menjadi lunak. Sebab pelunakan ini adalah pembuluh darah dalam
serviks bertambah dan karena timbulnya oedema dari serviks dan
hiperplasia serviks. Pada akhir kehamilan, serviks menjadi sangat
lunak dan portio menjadi pendek (lebih dari setengahnya mendatar)
dan dapat dimasuki dengan mudah oleh satu jari.

3) Vagina

Pada Trimester III, estrogen menyebabkan perubahan pada


lapisan otot dan epitelium. Lapisan otot membesar, vagina lebih elastis
yang memungkinkan turunnya bagian bawah janin (Indrayani, 2011).

4) Ovarium
Tidak terjadi pembentukan folikel baru dan hanya terlihat
perkembangan dari korpus luteum (Hani, 2011).
5) Payudara
Konsentrasi tinggi estrogen dan progesteron yang dihasilkan
oleh plasenta menimbulkan perubahan pada payudara (tegang dan
membesar). Adanya chorionic somatotropin (Human Placental
Lactogen/HPL) dengan muatan laktogenik akan merangsang
pertumbuhan kelenjar susu di dalam 8 payudara dan berbagai
perubahan metabolik yang mengiringinya (Asrinah dkk, 2015).
b. Sistem pencernaan
1) Mulut dan Gusi
Peningkatan estrogen dan progesteron meningkatnya aliran
darah ke rongga mulut, hipervaskularisasi pembuluh darah kapiler gusi
sehingga terjadi oedema.
2) Lambung
Estrogen dan HCG meningkat, dengan efek sampingg mual dan
muntah-muntah. Perubahan peristaltik dengan gejala sering kembung,

9
konstipasi, lebih sering lapar/ perasaan ingin makan terus (mengidam),
juga akibat peningkatan asam lambung.
3) Usus Halus dan Usus Besar

Tonus otot- otot saluran pencernaan melemah sehingga


motilitas dan makanan akan lebih lama berada dalam saluran makanan.
Reasorbsi makanan baik, namun akan menimbulkan obstipasi.

c. Sistem perkemihan

Ureter membesar, tonus otot- otot saluran kemih menurun akibat


pengaruh estrogen dan progesteron. Kencing lebih sering, laju filtrasi
meningkat. Dinding saluran kemih bisa tertekan oleh perbesaran uterus,
menyebabkan hidroureter dan mungkin hidronefrosis sementara. Kadar
kreatinin, urea dan asam urat dalam darah mungkin menurun, namun ini
dianggap normal.

d. Sistem kardiovaskuler

Meningkatnya beban kerja menyebabkan otot jantung mengalami


hipertrrofi, terutama ventrikel kiri sebagai pengatur pembesaran jantung.
Kecepatan darah meningkat (jumlah darah yang dialirkan oleh jantung
dalam setiap denyutnya) sebagai hasil dari peningkatan curah jantung. Ini
meningkatkan volume darah dan oksigen ke seluruh organ dan jaringan
ibu untuk pertumbuhan janin (Asrinah dkk, 2015).

e. Sistem integumen

Pada kulit terjadi perubahan deposit pigmen dan hiperpigmentasi


karena pengaruh Melanophore Stimulating Hormon lobus hipofisis
anterior dan pengaruh kelenjar suprarenalis. Hiperpigmentasi ini terjadi
pada striae gravidarum livide,atau alba, aerola mamae, papilla mamae,

10
linea nigra, chloasmagravidarum. Setelah persalinan hiperpigmentasi akan
menghilang.

f. Sistem pernapasan

Pada kehamilan terjadi perubahan sistem respirasi untuk bisa


memenuhi kebutuhan O2. Disamping itu terjadi desakan diafragma akibat
dorongan rahim yang membesar pada usia kehamilan 32 minggu. Sebagai
kompensasi terjadinya desakan rahim dan kebutuhan O2 yang meningkat,
ibu hamil akan bernafas lebih dalam sekitar 20 sampai 25% dari biasanya.

g. Metabolisme

Metabolisme basal naik sebesar 15% sampai 20% dari semula,


terutama pada trimester ketiga. Kesimbangan asam basa mengalami
penurunan dari 155 mEq per liter menjadi 145mEq per liter disebabkan
adanya hemodilusi darah dan kebutuhan mineral yang dibutuhkan janin.
Kebutuhan protein perempuan hamil semakin tinggi untuk pertumbuhan
dan perkembangan janin, perkembangan organ kehamilan dan persiapan
laktasi. Dalam makanan diperlukan protein tinggi sekitar 0,5 gr/kgBB atau
sebutir telur ayam sehari. Kebutuhan kalori didapatkan dari karbohidrat,
lemak, dan protein. Kebutuhan zat mineral untuk ibu hamil. Berat badan
ibu hamil bertambah (Asrinah dkk, 2015).

3. Kebutuhan ibu hamil

Saat hamil seorang wanita memerlukan asupan gizi banyak.


Mengingat selain kebutuhan gizi tubuh, wanita hamil harus memberikan
nutrisi yang cukup untuk sang janin. Karenanya wanita hamil memerlukan
Angka Kecukupan Gizi (AKG) yang lebih tinggi dibandingkan wanita
yang sedang tidak hamil. Kekurangan gizi selama kehamilan bisa
menyebabkan anemia gizi, bayi terlahir dengan berat badan rendah bahkan
bisa menyebabkan bayi lahir cacat (Waryana, 2016).

11
Ibu hamil harus mendapatkan gizi yang adekuat baik jumlah
maupun susunan menu serta mendapat akses pendidikan kesehatan tentang
gizi. Malnutrisi kehamilan akan menyebabkan volume darah menjadi
berkurang, aliran darah ke uterus dan plasenta berkurang dan transfer
nutrien melalui plasenta berkurang sehingga janin pertumbuhan janin
menjadi terganggu (Putri, 2012).

Adapun faktor-faktor yang dipertimbangkan dalam meningkatkan


kebutuhan gizi pada ibu hamil adalah (Aritonang, 2010) yaitu Buruknya
status gizi ibu, Usia ibu yang masih sangat muda, Kehamilan kembar ,
Jarak kehamilan yang rapat, Tingkat aktivitas fisik yang tinggi Penyakit-
penyakit tertentu yang menyebabkan malabsorbsi, Konsumsi rokok dan
alkohol, Konsumsi obat legal (antibiotik dan phenytoin) maupun obat
ilegal (narkoba).

Ibu Hamil perlu mengonsumsi aneka ragam pangan yang lebih


banyak untuk memenuhi kebutuhan energi, protein dan zat gizi mikro
(vitamin dan mineral) karena digunakan untuk pemeliharaan, pertumbuhan
dan perkembangan janin dalam kandungan serta cadangan selama masa
menyusui. Zat gizi mikro 8 penting yang diperlukan selama hamil adalah
zat besi, asam folat, kalsium, iodium dan zink (Kemenkes RI, 2014).

Seiring dengan pertambahan usia kehamilan seorang ibu, maka


terjadi peningkatan kebutuhan energi, protein, dan zat gizi lainnya. Jika
wanita dewasa yang tidak hamil kebutuhan energinya sekitar 2.500
kkal/hari, maka pada ibu hamil trimester I membutuhkan tambahan energi
sekitar 180 kkal/hari. Pada ibu hamil trimester II dan III membutuhkan
tambahan energi sekitar 300 kkal/hari.Energi yang ditambahkan ini berasal
dari zat makro yaitu karbohidrat, protein, dan lemak (Safrianti & Tuti,
2017)

a. Energi

12
Energi merupakan sumber utama untuk tubuh. energi berfungsi
untuk mempertahankan berbagai fungsi tubuh seperti sirkulasi dan
sintesis protein, selain itu protein juga merupakan komponen utama dari
semua sel tubuh yang berfungsi sebagai enzim, operator membran dan
hormon. Aktivitas fisik dan metabolisme tubuh juga memerlukan energi
yang cukup (Syari dkk, 2015).
Kebutuhan gizi untuk ibu hamil mengalami peningkatan
dibandingkan dengan ketika tidak hamil. Bila kebutuhan energi
perempuan sebelum hamil sekitar 2.650 kkal/hari untuk usia 19—29
tahun dan 2.550 kkal untuk usia 30—49 tahun, maka kebutuhan ini akan
bertambah sekitar 180 kkal/hari pada trimester I dan 300 kkal/hari pada
trimester II dan III.
Demikian juga dengan kebutuhan protein, lemak, vitamin dan
mineral, akan meningkat selama kehamilan (Kemenkes, 2019).
Meningkatnya usia kehamilan dapat mempengaruhi metabolisme tubuh
dan peningkatan kebutuhan kalori. Jika terjadi pembatasan kalori atau
energi pada ibu hamil trimester kedua dan ketiga maka akan dapat
melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah (Syari et al., 2015).
b. Karbohidrat
Karbohidrat adalah zat gizi makro yang meliputi gula, pati, dan
serat. Gula dan pati merupakan sumber energi berupa glukosa untuk sel-
sel darah merah, otak, sistem saraf pusat, plasenta, dan janin.
Pemenuhan kebutuhan energi yang 9 berasal dari karbohidrat dianjurkan
sebesar 50—60% dari total energi yang dibutuhkan, terutama yang
berasal dari karbohidrat pati dan serat, seperti nasi, sereal, roti, dan
pasta, juga jagung, sagu, singkong, dan ubi jalar (Damayanti et al,
2017).
c. Protein
Protein merupakan komponen yang penting untuk pembentukan
sel-sel tubuh, pengembangan jaringan, termasuk untuk pembentukan
plasenta. Kebutuhan protein untuk ibu hamil sekitar 17 g/hari. Jenis

13
protein yang dikonsumsi seperlimanya sebaiknya berasal dari protein
hewani, seperti daging, ikan, telur, susu, yogurt, dan selebihnya berasal
dari protein nabati, seperti tahu, tempe, kacang-kacangan, dan lain-lain
(Safrianti & Tuti, 2017).
Dampak kekurangan asupan protein adalah gangguan
pertumbuhan pada janin, seperti retardasi intrauterine, cacat bawaan,
BBLR, dan keguguran. Kebiasaan mengonsumsi lebih banyak protein
nabati dibandingkan dengan protein hewani menyebabkan absorbsi zat
besi kurang optimal. Hal ini dikarenakan protein hewani mengandung
heme yang diperlukan oleh tubuh (Azizah & Adriani, 2017).
d. Lemak
Lemak merupakan zat gizi penting yang berperan meyakinkan
pada perkembangan janin dan pertumbuhan awal pascalahir. Asam
lemak omega-3 DHA penting untuk perkembangan dan fungsi saraf
janin selama kehamilan. Konsumsi PUFA selama kehamilan
memengaruhi transfer PUFA ke plasenta dan ASI.
Kebutuhan energi yang berasal dari lemak saat hamil sebaiknya tidak lebih
dari 25% dari kebutuhan energi total per hari. Selain memperhatikan
proporsi energi yang berasal dari lemak, penting juga memerhatikan
proporsi asam lemaknya. Misalnya, proporsi asam lemak jenuh (lemak
hewani) adalah 8% dari kebutuhan energi total, sedangkan sisanya (12%)
berasal dari asam lemak tak jenuh (Nefy et al, 2017).
Perbandingan kandungan asam lemak omega 6 dan omega 3, EPA,
dan DHA sebaiknya lebih banyak. Asam linoleat banyak terdapat pada
minyak 10 kedelai, minyak jagung, minyak bunga matahari, minyak biji
kapas. DHA dan ALA banyak terdapat dalam minyak ikan (ikan laut
seperti lemuru, tuna, salmon), selain juga terdapat dalam sayuran berdaun
hijau tua seperti bayam dan brokoli, minyak kanola, biji labu kuning, dan
minyak flaxseed. Kebutuhan minyak dalam pedoman gizi seimbang
dinyatakan dalam 4 porsi, di mana satu porsi minyak adalah 5 gram
(Damayanti et al., 2017).

14
B. Pengertian Hemoglobin (Hb)
Hemoglobin adalah suatu protein yang berada di dalam darah yang
berfungsi sebagai pengangkut oksigen. Oksigen yang dihirup dan masuk
ke paru-paru nantinya akan diangkut lagi oleh hemoglobin di dalam darah
untuk didistribusikan ke otak, jantung, ginjal, otot, tulang, dan seluruh
organ tubuh (Bastiansyah, 2008).

Hemoglobin merupakan protein yang mengandung zat besi yang


memungkinkan sel darah merah untuk mengangkut oksigen dari paru-paru
ke seluruh jaringan tubuh. Semua jaringan tubuh membutuhkan oksigen,
Oksigen adalah sumber energi yang paling penting dalam tubuh. Tanpa
cukup hemoglobin, jaringan akan kekurangan pasokan oksigen, sehingga
jantung dan paru-paru harus bekerja lebih keras untuk mengimbanginya.
Kadar rendah hemoglobin mungkin menandakan anemia, pendarahan yang
berlebihan, kekurangan gizi, kerusakan sel karena reaksi transfusi atau
katup jantung buatan, atau bentuk hemoglobin yang tidak normal seperti
yang ditemukan pada anemia sel sabit (Oz, 2010).

Hemoglobin merupakan komponen penting dari sel darah merah


yang memiliki peran dalam transportasi oksigen dan karbon dioksida.
Hemoglobin memberikan pigmen alami pada sel darah merah. Zat besi
yang terdapat di hemoglobin, ketika berikatan dengan oksigen akan
tampak kemerahan. Sedangkan jika zat besi tersebut berikatan dengan
karbon dioksida akan berubah warna menjadi keunguan (Sherwood, 2012).

Hemoglobin terdiri dari molekul yang memiliki dua bagian utama


yaitu globin dan gugus heme. Globin merupakan suatu protein yang
terbentuk dari empat rantai polipeptida yang berlipat-lipat. Sedangkan
gugus heme merupakan empat gugus nonprotein yang mengandung besi
dengan masing-masing terikat ke salah satu polipeptida pada globin.
Masing- masing dari keempat atom besi dapat berikatan secara reversibel
dengan satu molekul oksigen, oleh karena itu setiap molekul hemoglobin

15
dapat mengambil empat molekul oksigen dari alveolus di paru-paru. Selain
itu hemoglobin juga mengikat bagian ion hidrogen asam dari asam
karbonat terionosasi yang dihasilkan dari tingkat jaringan dari karbon
dioksida. Hemoglobin menyangga asam ini sehingga PH darah tetap
normal (Sherwood, 2012)

1. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kadar Haemoglobin


a. Kecukupan Besi dalam Tubuh
Cakupan besi dalam tubuh dibutuhkan untuk produksi
haemoglobin, sehingga anemia gizi besi akan menyebabkan
terbentuknya sel darah merah yang lebih kecil dan kandungan
haemoglobin yang rendah. Besi juga merupakan mikronutrien
essensial dalam memproduksi haemoglobin yang berfungsi mengantar
oksigen dari paru-paru ke jaringan tubuh untuk diekskresikan ke dalam
udara pernafasan, sitokrom dan komponen lain pada sistem enzim
pernafasan seperti sitokrom oksidase, katalase dan peroksidase.
Besi berperan dalam sintesis haemoglobin dalam sel darah
merah dan mioglobin dalam sel otot. Kandungan ±0,004 % berat tubuh
(60-70%) terdapat dalam haemoglobin yang disimpan sebagai ferritin
di dalam hati, hemosiderin di dalam limfa dan sumsum tulang
(Zarianis, 2006).
b. Metabolisme Besi dalam Tubuh
Besi yang terdapat di dalam tubuh orang dewasa sehat
berjumlah lebih dari 4 gram. Besi tersebut berada di dalam sel-sel
darah merah atau haemoglobin (lebih dari 2,5 gram), myoglobin (150
mg), phorphyrin cytochrome, hati, limfa dan sumsum tulang (>200-
1500 mg). Ada dua bagian besi dalam tubuh, yaitu bagian fungsional
yang dipakai untuk keperluan metabolik dan bagian yang merupakan
cadangan. Haemoglobin, mioglobin, sitokrom serta enzim hem dan
nonhem adalah bentuk besi fungsional dan berjumlah antara 25-55
mg/kg berat badan. Sedangkan besi cadangan apabila dibutuhkan

16
untuk fungsi-fungsi fisiologis dan jumlahnya 5-25 mg/kg berat badan.
Ferritin dan hemosiderin adalah bentuk besi cadangan yang biasanya
terdapat dalam hati, limfa dan sumsum tulang. Metabolisme besi
dalam tubuh terdiri dari proses absorpsi, pengangkutan, pemanfaatan,
penyimpanan dan pengeluaran (Zarianis, 2006).
2. Fungsi Hemoglobin

Hemoglobin dalam menjalankan fungsinya membawa oksigen


ke seluruh tubuh, hemoglobin di dalam sel darah merah mengikat
oksigen melalui suatu ikatan kimia khusus. Reaksi yang membentuk
ikatan antara hemoglobin dengan oksigen dapat dituliskan sebagai
berikut :

Hb + O2 HbO2

Hemoglobin yang belum mengikat oksigen disebut sebagai


deoksihemoglobin atau deoksi Hb dan umumnya dapat ditulis sebagai
Hb. Hemoglobin yang mengikat oksigen disebut sebagai
oksihemoglobin atau HbO2 seperti pada persamaan reaksi tersebut.
Reaksi ini dapat berlangsung dalam 2 arah, yaitu reaksi yang
berlangsung dalam arah ke kanan, yang merupakan reaksi
penggabungan atau asosiasi terjadi di dalam alveolus paru-paru,
tempat berlangsungnya pertukaran udara antara tubuh dengan
lingkungan. Sebaliknya reaksi yang berjalan dalam arah yang
berlawanan, dari kanan ke kiri, yang merupakan suatu reaksi
penguraian atau disosiasi, terutama terjadi di dalam berbagai jaringan.
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa hemoglobin dalam sel darah
merah mengikat oksigen di paru-paru dan melepaskannya di jaringan
untuk diserahkan dan digunakan oleh sel- sel darah (Sadikin 2014).

Pengiriman oksigen adalah fungsi utama dari molekul


hemoglobin. Selain itu struktur hemoglobin mampu menarik Co2 dari
jaringan, serta menjaga darah pada PH yang seimbang. Satu molekul

17
hemoglobin mengikat satu molekul oksigen di lingkungan yang kaya
oksigen, yaitu di alveoli paru-paru. Hemoglobin memiliki afinitas yang
tinggi untuk oksigen dalam lingkungan paru, karena padajaringan
kapiler di paru-paru terjadi proses difusi oksigen yang cepat. Sebagai
molekul transit (deoksihemoglobin) di dalam sirkulasi, molekul ini
mampu mengangkut oksigen dan membongkar oksigen kejaringan di
daerah yang afinitas oksigennya rendah (KIswari R, 2014).

3. Struktur Hemoglobin

Setiap eritrosit dapat mengandung sekitar 25 juta adalah suatu


molekul hemoglobin. Hemoglobin berasal dari dua katayakni “hemos”
yang berarti darah dan “globin” yang berarti protein. Hemoglobin
adalah suatu kompleks heme dengan protein tetramer yang dibentuk
dari dua pasang subnit polipeptida. Komposisi subunit hemoglobin
dalam darah terus berubah sepanjang pertumbuhan manusia. Gangguan
sintesis subunit-subunit ini akan menyebabkan kelainan yang
dinamakan “hemoglobinopati”. Yang termasuk dalam kategori ini
antara lain: hemoglobin S, hemoglobin E, thalasemia, dan lain-lain
(Danico, H dkk, 2015)

4. Pembentukan Hemoglobin

Pembentukkan hemoglobin terjadi pada sumsum tulang melalui


stadium pematangan. Sel darah merah memasuki sirkulasi sebagai
retikulosit dari sumsum tulang. Sejumlah kecil hemoglobin masih
dihasilkan selama 24-48 jam pematangan. Waktu sel darah merah
menua, sel ini menjadi lebih kaku dan lebih rapuh, akhirnya pecah.
Hemoglobin terutama di fagositosis limfa, hati dan sumsum tulang
kemudian direduksi menjadi heme dan globin, globin masuk kembali

18
ke dalam sumber asam amino. Besi dibebaskan dari hem dan sebagian
besar diangkut oleh plasma transferin ke sumsum tulang untuk
pembentukan sel darah merah baru (Sadikin 2014).

Struktur Hemoglobin diberi nama berdasarkan struktur rantai


proteinnya, sebagai contoh hemoglobin yang yang mengalami mutasi
dan menyebabkan anemia sel sabit (Hb S) memiliki struktur globin
yang berbeda dengan hemoglobin normal pada orang dewasa (Hb A).
Hemoglobin normal orang dewasa (Hb A) terdiri dari 2 rantai alpha-
globulin dan 2 rantai, sedangkan pada bayi yang masih dalam
kandungan atau yang sudah lahir terdiri dari beberapa rantai beta dan
molekul hemoglobinnya terbentuk dari 2 rantai alfa dan 2 rantai gama
yang dinamakan sebagai HbF.

Heme dari molekul hemoglobin mengandung zat besi, yang


terdapat di dalam tubuh sebagian besar terdapat di dalam
hemoglobin, mioglobin dan protein otot. Hal ini dikarenakan zat
besi merupakan komponen utama dalam pembentukan
hemoglobin. Pusat molekul hemoglobin terdapat cincin
heterosiklik yang dikenal dengan porfirin yang menahan satu atom
besi. Porfirin yang mengandung besi inilah yang disebut heme.

19
Tiap sub unit hemoglobin mengandung satu heme, sehingga secara
keseluruhan hemoglobin memiliki kapasitas empat molekul
oksigen (Sherwood, 2012)

5. Kadar Hemoglobin

Kadar hemoglobin merupakan salah satu indikator ketersediaan


zat besi dalam tubuh,yang berfungsi sebagai hemoglobin, myoglobin
dan enzim yang diperlukan dalam fungsi metabolisme. Kekurangan zat
besi dapat terlihat dari konsentrasi Hb dalam darah yang berada dalam
standar sesuai umur dan jenis kelamin (syamsianah, 2016).

Kekurangan zat besi akan mempengaruhi konsentrasi Hb,


apabila kadar hemoglobin mengalami keturunan maka dapat
menyebabkan terjadinya anemia ( wirawanni, 2014). Data kadar Hb
dihasilkan dalam suatu mg/dl. Kemudian dikategorikan menjadi dua
yaitu anemia dan tidak anemia ( syamsianah, 2016).

Diperkirakan AKI ( angka kematian Ibu) dengan anemia 3,5


kali dibandingkan dengan ibu yang tidak anemia. Sekitar 40% wanita
dewasa dan 70% ibu hamil menderita anemia. Rendahnya kadar
hemoglobin ibu hamil berkaitan dengan terjadinya hemodilusi
( pengenceran darah). Pada wanita hamil pengenceran darah ini terjadi
sebagai penyesuaian diri secara fisiologis dalam kehamilan. Terjadinya
hemodilusi pada kehamilan dimulai sejak umur kehamilan 10 minggu,
mencapai puncaknya pada kehamilan antara 32 dan 36 minggu. Yang
dapat mengakibatkan terjadinya penurunan kadar hemoglobin secara
bertahap pada trimester I,II danIII. Rata-rata kadar hemoglobin akan
terus menurun mengikuti bertambahnya masa kehamilan. Kadar
hemoglobin rata rata pada tribulan I 12gr%, menjadi 10,8gr%.,pada
triwulan II menjadi 8,7 gr % pada triwulan III ( Wrawanni, 2014).

20
6. Kadar Normal Hemoglobin

Kadar hemoglobin menggunakan satuan gram/dl yang artinya


banyaknya gram hemoglobin dalam 100 mililiter darah. Apabila kadar
hemoglobin di bawah batas normal maka disebut anemia (saadah,
2010).

Kelompok Umur Batas nilai hemoglobin (gr/dl)

Anak 6 bulan - 6 tahun 11,0

Anak 6 tahun - 14 tahun 12,0

Pria dewasa 13,0

Wanita dewasa 12,0

Ibu hamil 11,0

Sumber: Indicator for assessing iron deficiency and strategis for


its prevention, WHO/UNICEF,UNU, 2012.

7. Penentuan Kadar Hemoglobin

Cara pengambilan darah untuk pemeriksaan hemoglobin yaitu:

a. Pengambilan darah kapiler

Pada orang dewasa pakailah ujung jari atau anak daun


telinga untuk mengambil darah kapiler, pada bayi dan anak
kecil boleh juga tumit atau ibu jari kaki. Tempat yang dipilih
itu tidak boleh yang memperlihatkan gangguan peredaran darah
seperti pucat.

b. Pengambilan darah vena

Biasanya pada orang dewasa dipakai salah satu vena


dalam fossa cubiti, pada bayi vena jagularis superficialis dapat

21
dipakai ataujuga darah dari sinus sagittalis superior (Soebrata
G, 2001)

8. Tujuan pemeriksaan Hb

Tujuan pemeriksaan Hb pada saat hamil diantaranya untuk


mengetahui kadar sel darah merah pada ibu hamil. Kadar Hb normal
pada saat hamil 11 gr % dan apabila Hb > 11 gr % maka ibu hamil
tersebut mengalami anemia. Penyebab anemia pada saat hamil dapat
terjadi karena meningkatnya kebutuhan zat besi untuk pertumbuhan
janin, kurangnya asupan zat besi (Fe) pada wanita akibat persalinan
sebelumnya dan menstruasi, kurang komsumsi makanan sumber zat
besi,  menderita penyakit infeksi (kecacingan, malaria) dan tidak
mengomsumsi tablet besi (Fe) sesuai anjuran.
C. Anemia dalam kehamilan
Anemia adalah suatu penyakit kekurangan sel darah merah
(WHO, 2011). Ibu hamil dikatakan mengalami anemia apabila kadar
hemoglobin ibu kurang dari 11g/dl pada trimester satu dan tiga, serta
kurang dari 10,5 g/dl pada trimester kedua (Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia, 2013).
Ada beberapa tingkatan anemia ibu hamil yang dialami ibu
hamil menurut WHO (2011), yaitu:
a. Anemia ringan: anemia pada ibu hamil disebut ringan apabila
kadar hemoglobin ibu 10,9 g/dl sampai 10g/dl.
b. Anemia sedang: anemia pada ibu hamil disebut sedang apabila
kadar hemoglobin ibu 9,9g/dl sampai 7,0g/dl.
c. Anemia berat: anemia pada ibu hamil disebut berat apabila kadar
hemoglobin ibu berada dibawah 7,0g/dl.
1. Gejala Anemia
Gejala yang mungkin timbul pada anemia adalah keluhan
lemah, pucat dan mudah pingsan walaupun tekanan darah masih dalam
batas normal. Gejala anemia selama kehamilan yaitu : merasa lelah

22
atau lemah, kulit pucat progresif, denyut jantung cepat, sesak nafas dan
konsentrasi terganggu (Sarwono Prawiharjo, 2009). Tanda - tanda
anemia pada ibu hamil seperti :
a. Wajah, terutama kelopak mata dan bibir tampak pucat
b. Kurang nafsu makan
c. Lesu dan lemah
d. Cepat lelah
e. Sering pusing dan  mata berkunang-kunang

2. Dampak anemia
a. Abortus
Penelitian yang dilakukan oleh Aryanti (2016)
menyebutkan bawah terdapat hubungan antara anemia dengan
abortus. Hal ini disebabkan oleh metabolisme ibu yang terganggu
karena kekurangan kadar hemoglobin untuk mengikat oksigen.
Efek tidak langsung yang dapat diakibatkan oleh ibu dan janin
antara lain terjadinya abortus, selain itu ibu lebih rentan terhadap
infeksi dan kemungkinan bayi lahir prematur.
b. Ketuban pecah dini
Ketuban pecah dini dapat disebabkan oleh anemia karena
karena sel-sel tubuh tidak cukup mendapat pasokan oksigen
sehingga kemampuan jasmani menjadi menurun. Anemia pada
wanita hamil dapat meningkatkan frekuensi komplikasi pada
kehamilan dan persalinan. Risiko kematian maternal, angka
prematuritas, berat badan bayi lahir rendah, dan angka kematian
perinatal dapat meningkat oleh hal tersebut (Usman, 2017).
c. Perdarahan postpartum
Penelitian Frass (2015) dalam Rizky, dkk. (2017) yang
melaporkan bahwa terdapat hubungan antara anemia dengan risiko

23
perdarahan postpartum. Anemia pada kehamilan menyebabkan
oksigen yang diikat dalam darah kurang sehingga jumlah oksigen
berkurang dalam uterus dan menyebabkan otot-otot uterus tidak
berkontraksi dengan adekuat sehingga menimbulkan perdarahan
postpartum, sehingga ibu hamil yang mengalami anemia memiliki
kemungkinan 12 terjadi perdarahan postpartum 15,62 kali lebih
besar dibandingkan ibu hamil yang tidak mengalami anemia.
d. Kala I lama
Ibu bersalin dengan anemia akan lebih mudah mengalami
keletihan otot uterus yang mengakibatkan his menjadi terganggu.
Apabila his yang ditimbulkan sifatnya lemah, pendek, dan jarang
maka akan mempengaruhi turunnya kepala dan pembukaan serviks
atau yang disebut inkoordinasi kontraksi otot rahim, yang akhirnya
akan mengganggu proses persalinan. His yang ditimbulkannya
sifatnya lemah, pendek, dan jarang hal ini di sebabkan oleh proses
terganggunya pembentukan Adenosin Trifosfat (ATP). Salah satu
senyawa terpenting dalam pembentukan ATP adalah oksigen.
Energi yang di hasilkan oleh ATP merupakan salah satu faktor
yang berperan dalam terjadinya suatu kontraksi otot. Anemia dapat
menyebabkan jumlah sel darah merah berkurang sehingga oksigen
yang diikat dalam darah sedikit kemudian menghambat aliran
darah menuju otot yang sedang berkontraksi, sehingga
mengakibatkan kinerja otot uterus tidak maksimal (Ulfatul, dkk.,
2014).
e. Berat badan lahir rendah (BBLR)
Penelitian yang dilakukan oleh Siti dan Siti (2018)
menyebutkan bahwa terdapat hubungan antara anemia dan kejadian
berat badan lahir rendah (BBLR). Anemia pada kehamilan akan
menyebabkan terganggunya oksigenasi maupun suplai nutrisi dari
ibu terhadap janin, akibatnya janin akan mengalami gangguan
penambahan berat badan sehingga terjadi BBLR. Ibu hamil yang

24
mengalami anemia pada trimester pertama berisiko 10,29 kali
melahirkan BBLR dibandingkan dengan ibu yang tidak anemia dan
ibu yang 13 mengalami anemia pada trimester kedua kehamilan
berisiko sebesar 16 kali lebih banyak melahirkan bayi berat badan
lahir rendah (BBLR) daripada ibu yang tidak anemia (Labir, dkk.,
2013).
3. Pencegahan Dan Penanggulangan Anemia
Pencegahan dapat dilakukan dengan mengatur pola makan yaitu
dengan mengkombinasikan menu makanan serta konsumsi buah dan
sayuran yang mengandung vitamin C (seperti tomat, jeruk, jambu) dan
mengandung zat besi (sayuran berwarna hijau tua seperti bayam). Kopi
dan teh adalah minuman yang dapat menghambat penyerapan zat besi
sehingga tidak dianjurkan untuk dikonsumsi (Arantika dan Fatimah,
2019).
Cara mencegah dan mengobati anemia adalah sebagai berikut
(Almatsier,2009) :
a. Meningkatkan konsumsi makanan bergizi
Meningkatkan konsumsi makanan bergizi dapat dilakukan
antara lain dengan cara :
- Makan-makanan yang banyak mengandung zat besi dari bahan
makanan hewani ( daging, ikan, ayam, hati, telur ), bahan makanan
nabati ( kacang-kacangan, tempe, tahu ) dan sayursayuran
berwarna hijau.
- Makan-makanan sayur dan buah yang banyak mengandung
vitamin C (daun katuk, daun singkong, bayam, jambu, tomat,
jeruk, nanas ) akan sangat membantu untuk meningkatkan
penyerapan zat besi.
b. Menambah asupan zat besi ke dalam tubuh
Menambah asupan zat besi ke dalam tubuh bisa dilakukan
dengan minum Tablet Tambah Darah ( TTD ). Tablet tambah darah
adalah tablet besi folat yang setiap tablet mengandung 200 mg ferro

25
sulfate atau 60 mg besi elemental dan 0,25 mg asam folat dan dapat
diabsorsi secara optimal sampai 20 % ( Wirakusumah, 1998 ).
Kendala dalam pemberian suplemen besi adalah efek
sampingnya pada saluran pencernaan seperti mual, muntah, konstipasi
dan diare. Selain itu, karena kurangnya kesadaran akan pentingnya
masalah anemia sehingga sulit bagi mereka untuk mematuhi minum
suplemen besi. Suplemen besi yang diminum dalam keadaan perut
terisi dapat mengurangi efek samping akan tetapi dapat menurunkan
tingkat penyerapannya ( Wirakusumah, 1998 ).
Selain dengan suplemen tablet tambah darah, fortifikasi besi
juga dapat dilakukan untuk mencegah anemia. Fortifikasi besi adalah
penambahan suatu jenis zat besi ke dalam bahan pangan untuk
repository.unimus.ac.id 17 meningkatkan kualitas pangan dalam upaya
pencegahan defisiensi zat besi pada beberapa kelompok masyarakat.
Kesulitan dalam fortifikasi besi adalah sifat besi yang reaktif dan
cenderung merubah warna makanan. Misalnya garam ferro mengubah
bahan pangan yang berwarna merah dan hijau menjadi lebih cerah
warnanya. Selain itu besi reaktif dapat mengkatalisasi reaksi oksidasi
sehingga menimbulkan bau dan rasa yang tidak diinginkan ( Adriani,
2012 ).
Ferro sulfat telah digunakan secara luas untuk memfortifikasi
roti serta produk bakteri lain yang dijual untuk waktu yang singkat
karena jika disimpan selama beberapa bulan akan menjadikan
makanan tersebut menjadi tengik ( Adriani, 2012 ). Selain itu
pencegahan anemia dapat dilakukan dengan cara berikut
a. Minum tablet besi (Fe) setiap hari
b. Konsumsi makanan kaya protein, zat besi, folat, kalsium, vitamin
A dan vitamin B
c. Makan satu porsi lebih banyak saat hamil
d. Dianjurkan mengonsumsi makanan yang mengandung zat besi dan
vitamin A, juga mengonsumsi  garam beriodium

26
e. Hb pada saat awal kehamilan agar bila hb rendah dapat segera
diatasi sedini mungkin.

BAB III
TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN KEHAMILAN


PEMERIKSAAN HB PADA NY. A UMUR 23 TAHUN DENGAN G1P0A0
HAMIL 8 MINGGU DI PMB TURASMIYATI KOTA BEKASI
PADA TANGGAL 20 JUNI 2022

Hari          : Senin
Tanggal    : 20 Juni 2022
Jam           : 10.00 WIB
Tempat     : PMB Turasmiyati S,ST
A. Data Subjektif
Identitas Pasien Penanggung Jawab
Status : Istri Status : Suami
Nama : Ny. A Nama : Tn. F
Umur : 23 tahun Umur : 30 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku : Jawa Suku : Jawa
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wirausaha
Alamat : Batu Jaya

27
1) Alasan kunjungan saat ini

Ibu mengatakan merasa pusing, lemas dan Ketika bangun dari duduk mata
kunang-kunang.

a. Riwayat menstruasi
b. HPHT : 23-05-2022
c. Menarche : 12 tahun
d. Lamanya : 7 hari
e. Banyaknya : 2-3 kali ganti pembalut
f. Siklus : 30 hari
g. Teratur/tidak : Teratur
h. Dysmenorrhea : Tidak ada
i. Konsistensi : Cair

2) Riwayat Kesehatan

a. Kesehatan ibu

Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit menular seperti


hepatitis, TBC dan HIV/AIDS.Ibu juga mengatakan tidak mempunyai
penyakit munurun seperti asma, hipertensi, DM dan tidak menderita
penyakit kronik seperti jantung, gagal ginjal dan ibu tidak ada riwayat
PEB/eklamsi. Serta ibu mengatakan tidak ada alergi obat-obatan

b. Kesehatan keluarga

Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit menular seperti


hepatitis, TBC dan HIV/AIDS.Ibu juga mengatakan tidak mempunyai
penyakit munurun seperti asma, hipertensi, DM dan tidak menderita
penyakit kronik seperti jantung, gagal ginjal dan ibu tidak ada riwayat
PEB/eklamsi

3) Riwayat menyusui

28
Ibu mengatakan belum pernah menyusui.

4) Riwayat K B

Sebelumnya ibu belum pernah menggunakan KB apapun.

5) Kebiasaan sehari-hari

a. Diet/ Makan

Makan sehari 2-3x. Menu : nasi, sayur, lauk, buah terkadang. Ibu
terbiasa minum 1 gelas teh manis/kopi saat pagi hari. Minum air putih 7-8
gelas per hari. Terkadang ibu suka makan snack berat/ringan.

b. Eliminasi

Defekasi : 1x/hari

Miksi : 5-6x/hari

c. Pola istirahat dan tidur

Tidur siang : 1 jam

Tidur malam : 7-8 jam/hari

B. Data Objektif
a. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Keadaan emosional : Stabil
Tinggi badan : 160 cm
Berat badan : 55 kg

29
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Nadi : 80 x/menit
Nafas : 20 x/menit
Suhu : 36,7oC
b. Pemeriksaan fisik       
Kepala : kulit kepala bersih, tidak ada kotoran/ ketombe, rambut
sehat
Muka : tidak ada edema, tidak ada cloasma gravidarum
Mata : mata tidak cekung, konjungtiva tidak pucat, sclera putih,
tidak ikterik
Telinga  : bersih tidak ada serumen
Mulut : bibir terlihat sedikit kering dan pecah- pecah, lidah kotor
Leher : tidak ada pembengkakan kelenja tiroid
Dada : jantung regular, paru-paru tidak sesak, payudara tidak ada
benjolan, bentuk simetris, putting menonjol pigmentasi
pada aerola mamae
Abdomen : tidak ada luka bekas operasi, tidak ada striae dan linea,
pembesaran sesuai dengan masa kehamilan.
TFU : ballottement (+)
DJJ : belum terdengar
Ekstermitas :
- Atas : Simetris dan tidak oedema, turgor normal
- Bawah : Simetris, tidak oedem, tidak ada varies, turgor
normal
- Refleks patella +2/+2
C. Analisa

Diagnosa : G1P0A0 hamil 8 minggu

Masalah : Merasa pusing, lemas

Kebutuhan : Pemeriksaan Hb

D. Penatalaksanaan
1. Menyambut klien dengan sopan dan ramah,Klien sangat senang di sambut
oleh bidan

30
2. Mempersilahkan klien duduk, Klien sudah merasa nyaman
3. Menjelaskan maksud dan tujuan Tindakan, Klien sudah mengerti akan
tindakan yang dilakukan.
4. Menandatangani informed concent, Informed concent sudah ditandatangani.
5. Menyiapkan tempat yang nyaman, bersih, aman dan tenang, Tempat sudah
nyaman dan bersih sehingga klien merasa senang.
6. Menyiapkan alat : kapas alkohol, 1 set alat ukur Hb, tissue dalam kom, bak
instrumen, sepasang handscoon, safety box, tempat sampah dan bengkok,
Peralatan sudah siap digunakan.
7. Memberitahu klien tindakan yang akan dilakukan, klien sudah siap dilakukan
tindakan.
8. Mencuci tangan dan mengeringkan, Bidan sudah melakukan cuci tangan.
9. Menyalakan alat dengan menekan tombol, Alat sudah di nyalakan.
10. Memastikan kode pada strip dan alat sama, Kode pada strip dan alat sudah
sama
11. Menyiapkan test strip kemudian memasang alat ukur, Tes strip sudah dipasang
di alat ukur
12. Memakai sarung tangan, Bidan sudah memakai sarung tangan
13. Membersihkan ujung jari manis tangan kiri klien dengan kapas alkohol, lalu
biarkan kering, Sudah dilakukan disinfektan pada ujung jari klien.
14. Menusuk jari yang sudah dibersihkan dengan pen lanset pijat ujung jari hingga
darah keluar, darah pertama diusap dengan tissue kemudian jari dipijat
kembali hingga darah keluar, Sudah dilakukan penusukan dan darah pertama
sudah diusap dengan tissue.
15. Meresapkan darah sampel pada test strip, menunggu hasil sampai 10 detik
kemudian menilai hasilnya, Tinggal menunggu hasil cek Hb selama 10 detik.
16. Menekan jari klien yang bekas tusukan dengan menggunakan kapas alcohol,
Sudah ditekan dengan kapas ujung jari klien.
17. Membereskan alat, Alat sudah dibereskan.

31
18. Melepasakan handscoon dan merendam ke dalam larutan klorin 0,5% lalu
mencuci tangan dan mengeringkan, Handscoon sudah di sterilkan ke dalam
larutan klorin
19. Menjelaskan hasil pemeriksaan kepada pasien dan menulis dokumentasi ke
dalam buku register, HPHT ibu yaitu 23-05-2022 dengan usia kehamilan 8
minggu,Sudah dilakukan pencatatan di register buku dan buku KIA bahwa
hasil pengecekan Hb nya yaitu 14 gr%, yaitu dalam keadaan normal. Keluhan
yang ibu alami bisa jadi dikarenakan karna kurang istirahat atau kelelahan.
20. Memberitahukan ibu untuk tidak terlalu bekerja berat, hindari mengangkat
beban yang terlalu berat dan luangkan waktu untuk istirahat di siang hari 1-2
jam dan 6-8 jam di waktu malam hari.Posisi tidur yang dianjurkan untuk ibu
hamil adalah posisi tidur miring ke kiri. Posisi ini diyakini dapat mencegah
varises, sesak napas, bengkak pada kaki, sekaligus mampu memperlancar
sirkulasi darah sebagai asupan penting bagi pertumbuhan janin. Dan ketika
bangun tidur, miring dulu beberapa saat baru bangun biar ibu tidak merasa
pusing, Ibu bersedia mengikuti saran yang di berikan”
21. Menganjurkan ibu untuk tetap menjaga personal hygiene terutama daerah
genitalia seperti mengganti celana dalam setiap kali merasa lembab atau basah
agar tidak ada jamur yang dapat menyebabkan keputihan, Ibu bersedia
mengikuti anjuran yang diberikan.
22. Menganjurkan ibu untuk makan makanan bergizi yang mengandung
karbohidrat seperti nasi dan roti. Sayuran hijau, yang mengandung protein
seperti telur, daging, tahu dan tempe. Mengkonsumsi buahbuahan dan juga
susu ibu hamil untuk menambah keutuhan nutrisi ibu dan janin. “ Ibu bersedia
mengikuti anjuran yang diberikan “
23. Memberi informasi tentang tablet Fe, guna zat besi untuk penambah darah dan
mencegah timbulnya anemia bila terjadi akan membahayakan jiwa ibu dan
menghambat pertumbuhan janin, dosis untuk ibu hamil yaitu 60 mg/hari, jadi
dosis zat besi selama hamil yaitu 90 mg tablet selama hamil.

32
24. Memberitahu ibu tanda-tanda bahaya kehamilan yaitu diantaranya sakit kepala
hebat, bengkak pada tangan kaki, keluar darah pervaginam, nyeri perut yang
hebat, ibu sudah mengetahui tanda bahaya kehamilan.
25. Menganjurkan ibu untuk kunjungan ulang 1 bulan lagi atau jika ada keluham,
ibu bersedia untuk kunjungan ulah 1 bulan lagi.

BAB IV

PEMBAHASAN

33
Hemoglobin adalah suatu protein yang berada di dalam darah yang
berfungsi sebagai pengangkut oksigen. Hemoglobin adalah parameter yang
digunakan secara luas untuk menetapkan prevalensi anemia. Tujuan pemeriksaan
Hb pada saat hamil diantaranya untuk mengetahui kadar sel darah merah pada ibu
hamil. Kadar Hb normal pada saat hamil 11 gr % dan apabila Hb > 11 gr % maka
ibu hamil tersebut mengalami anemia. Cara pengambilan darah dilakukan dengan
cara :

1) Pengambilan darah kapiler, pada orang dewasa pakailah ujung jari atau
anak daun telinga untuk mengambil darah kapiler, pada bayi dan anak
kecil boleh juga tumit atau ibu jari kaki. Tempat yang dipilih itu tidak
boleh yang memperlihatkan gangguan peredaran darah seperti pucat.
2) Pengambilan darah vena, biasanya pada orang dewasa dipakai salah satu
vena dalam fossa cubiti, pada bayi vena jagularis superficialis dapat
dipakai ataujuga darah dari sinus sagittalis superior.
Cara pemeriksaan Hb pada Ny. A yaitu menggunakan teknik
pengambilan darah kapiler dengan menggunakan alat cek Hb. Pada orang
dewasa menggunakan ujung jari atau anak daun telinga untuk mengambil
darah kapiler, pada bayi dan anak kecil boleh juga tumit atau ibu jari kaki.
Tempat yang dipilih itu tidak boleh yang memperlihatkan gangguan
peredaran darah seperti pucat. Setelah dilakukan pemeriksaan dengan
menggunakan darah kapiler, kadar Hb Ny. A adalah 14,5 g%. Kadar Hb
normal pada ibu hamil adalah 11,0 gr%. Dengan demikian dapat
disimpulkan kadar Hb Ny. A dalam keadaan normal dan tidak mengalami
anemia. Bisa jadi ibu merasa pusing dan lemas dikarenakan karena
hormone kehamilan dan kurangnya istirahat pada ibu.

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

34
Hemoglobin adalah suatu protein yang berada di dalam darah yang
berfungsi sebagai pengangkut oksigen. Hemoglobin adalah parameter
yang digunakan secara luas untuk menetapkan prevalensi anemia.

Tujuan pemeriksaan hb pada saat hamil diantaranya untuk


mengetahui kadar sel darah merah pada ibu hamil. Kadar hb normal pada
saat hamil 11 gr % dan apabila hb > 11 gr % maka ibu hamil tersebut
mengalami anemia.
Pencegahan dapat dilakukan dengan mengatur pola makan yaitu
dengan mengkombinasikan menu makanan serta konsumsi buah dan
sayuran yang mengandung vitamin C (seperti tomat, jeruk, jambu) dan
mengandung zat besi (sayuran berwarna hijau tua seperti bayam). Kopi
dan teh adalah minuman yang dapat menghambat penyerapan zat besi
sehingga tidak dianjurkan untuk dikonsumsi (Arantika dan Fatimah,
2019).
B. Saran
1. Bagi Institusi Pendidikan
Agar menjadi tambahan sumber kepustakaan dan perbandingan
pada asuhan kebidanan Kehamilan.
2. Bagi tempat penelitian (tenaga kesehatan)
Menyediakan alat pemeriksaan laboratorium dasar sederhana bagi
ibu hamil untuk deteksi dini adanya masalah potensial serta lebih
mempermudah bagi ibu hamil untuk deteksi dini komplikasi kehamilan
karena tidak perlu jauh- jauh untuk mengecek ke Puskesmas atau pun
layanan laboratorium yang lain.
3. Bagi bidan
Diharapkan lebih meningkatkan KIE kepada klien untuk lebih
meningkatkan pengetahuan dan kesadaran akan pentingnya
pengecekan Hb, baik yang berhubungan dengan kapan waktu
pengecekan, dampak dari Hb rendah, cara menanganinya, setiap ibu-

35
ibu tentang usia yang baik untuk hamil dan jumlah paritas yang baik
karena berhubungan dengan kadar Hb pada masa kehamilan.

DAFTAR PUSTAKA

Danico, H., Zuwanda, T., Andrea, A., 2015. Fisiologi dan Biokimia
Darah.Jakarta

36
DEPKES RI ( 1999 ) dan Wirawan ( 2015 ) Anemia pada Ibu hamil

Kiswari, R. 2014. Hematologi dan Tranfusi. Jakarta: Erlangga. Permenkes RI No


25 Thn 2015 Tentang Penyelengaran Pemeriksaan Laboratorium pada ibu
hamil

Salam, A. 2012. Darah. Jakarta : Penerbit Pustaka Pelajar.

Setiawan, A, Nur I.L., Amirah Z.I. 2013. “Hubungan Kadar Hemoglobin Ibu

Hamil Dengan Berat Bayi Lahir Jurnal Kesehatan Andalas, 2(1): 34-37

Soebrata, G. 2013. Penuntun Laboratorium Klinik. Jakarta: Dian Rakyat.

Sriwahyuni, 2011, Efek Anemia terhadap Ibu Hamil

Sugiarto, M.F. 2014. KTI “Pemeriksaan Kadar Hemoglobin (Hb) Pada Ibu

Hamil Pembentukan Sel darah merah baru (Sadikin 2014)

Utami, S. 2015. Skripsi. ”Kadar Haemoglobin Ibu Hamil Pada Trimester III Dan
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya.

Zakaria, N, 2014. “Surveilans Anemia Pada Ibu Hamil Di Puskesmas Ngoresan

Surakarta

LAMPIRAN

37
38

Anda mungkin juga menyukai