Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Y USIA 27 TAHUN
IBU NIFAS 8 JAM DENGAN RETENSIO URINE
DI PMB BD. R
Disusun Oleh :
RENI RAHAYUNINGSIH
NIM :200702020
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa atas rahmat-
Nya yang telah dilimpahkan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan
penyusunan laporan komprehensif ini yang berjudul “Asuhan Kebidanan pada Ny. Y
Usia 27 Tahun ibu nifas 8 jam dengan Retensio urin di PMB Bd. R. Dalam
pembuatan laporan ini, penulis telah mendapatkan bantuan dan masukan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan
terima kasih kepada:
2. Ibu Lia Idealistiana, SKM, SST, MARS, Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Abdi Nusantara Jakarta.
3. Ibu Maryani.M.Keb. Kaprodi Profesi Kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Abdi Nusantara Jakarta.
4. Ibu Rahayu Kairiah, SKM, M.Keb, sebagai dosen pembimbing yang telah
banyak memberikan masukan, pengarahan, dan bantuan kepada penulis dalam
melakukan perbaikan- perbaikan..
5. Suami dan anak anak yang telah membantu dan mendukung dalam penyusunan
laporan.
Reni Rahayuningsih
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................
BAB IV PEMBAHASAN……………………………………………………………………………………………..
BAB IV PENUTUP.......................................................................................................
A. Kesimpulan..................................................................................................................
B. Saran..............................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Pada masa nifas salah satu masalah yang dapat terjadi yaitu retensio urine.
Yaitu ibu nifas akan sulit untuk buang air kecil dalam 24 jam pertama.
Kemungkinan penyebab dari keadaan ini adalah terdapat spasme sfinkter dan
edema leher kandung kemih sesudah bagian ini mengalami kompresi (tekanan)
Antara kepala janin dantulang pubis selama persalinan berlangsung. Urine dalam
jumlah besar akan dihasilkan dalam 12-36 jam post partum. Kadar hormone
estrogen yang bersifat menahanair akan mengalami penurunan yang mencolok.
Keadaan tersebut disebut diuresis. Ureter yang berdilatasi akan kembali normal
dalam 6 minggu. (Sulistyawati, 2009:78)
Retensio urine pasca persalinan terjadi karena disebabkan oleh trauma saat
persalinan yang menyebabkan bengkak pada jaringan saluran kemih sehingga
akan menyebabkan hambatan pada saluran kemih. Proses persalinan yang lama
juga menyebabkan retensio urine karena yerjadi trauma pada saluran kemih akibat
3 penekanan yang lama oleh bagian bawah janin. Nyeri pada luka setelah proses
persalinan normal juga akan mengakibatkan gangguan pada otot detrusor.
(Lesley, 2019)
2.1 Tujuan
a. Tujuan Umum
Mampu menganalisa kasus dari pengkajian, menegakan
diagnose, melakukan asuhan kebidanan dengan benar dan tepat sesuai
teori yang berhubungan dengan asuhan kebidanan nifas dengan
retensio urine di PMB Bd. R Desa Tegalwaru Kecamatan Cilamaya
Wetan Kab Karawang Tahun 2022
b. Tujuan Khusus
Mahasiswa mampu melakukan pengkajian sesuai fakta
dibandingkan teori asuhan kebidanan nifas dengan Retensio
urine
Mahasiswa mampu memberikan asuhan kebidanan
merasionalisasi dan mengevaluasi asuhan yang diberikan pada
nifas dengan Retensio urine
3.1 Manfaat
a. Bagi lahan praktek
Untuk meningkatkan pengetahuan bagi bidan dilahan praktek
tentang asuhan kebidanan nifas secara tepat dan benar berdasarkan teori
dan kenyataan
b. Bagi Pendidikan
TINJAUAN TEORI
2.1 Nifas
a. Pengertian Nifas
Masa nifas berasal dari bahasa latin, yaitu puer artinya bayi dan parous
artinya melahirkan atau masa sesudah melahirkan. Asuhan kebidanan masa
nifas adalah penatalaksanaan asuhan yang diberikan pada pasien mulai dari
saat setelah lahirnya bayi sampai dengan kembalinya tubuh dalam keadaan
seperti sebelum hamil atau mendekati keadaan sebelum hamil (Saleha, 2013).
Masa Nifas dimulai setelah 2 jam postpartum dan berakhir ketika alat-
alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil, biasanya berlangsung
selama 6 minggu atau 42 hari, namun secara keseluruhan baik secara fisiologi
maupun psikologis akan pulih dalam waktu 3 bulan (Nurjanah, dkk, 2013).
Menurut Nurjanah, dkk, 2013 Masa nifas dibagi dalam 3 tahap, yaitu
puerperium dini (immediate puerperium), puerperium intermedial (early
puerperium) dan remote puerperium (later puerperium). Adapun
penjelasannya sebagai berikut:
4. Ambulasi
Pada masa nifas perempuan sebaiknya melakukan
ambulasi dini. Yang dimasud dengan ambiulasi dini adalah
beberapa jam setelah melahirkan, segera bangun dari tempat
tidur dan segera bergerak , agar lebih kuat dan lebih baik.
Gangguan kemih dan buang air besar juga dapat teratasi.
Mobilisasi sangat bervariasi, tergantung pada
komplikasi persalinan, nifas, atau sembuhnya luka (jika ada
luka). Jika tidak ada kelainan , lakukan mobilisasi sedini
mungkin, yaitu dua jam setelah persalian normal. Ini berguna
untuk memepercepat sirkulasi darah dan mengeluarkan cairan
vagina (lochea).
Karena lelah sehabis bersalin, ibu harus istirahat, tidur
terlentang selama 8 jam pasca persalinan. Kemudian boleh
miring-miring kekanan dan kekiri untuk mencegah terjadinya
thrombosis dan tromboemboli. Pada hari ke 2 diperbolehkan
duduk, hari ke 3 jalan-jalan, dan hari ke 4 atau 5 sudah
diperbolehkan pulang. Mobilisasi diatas mempunyai variasi,
bergantung pada komplikasi persalinan,nifas dan sembuhnya
luka.
5. Eliminasi
Rasa nyeri kadangkala menyebabkan keengganan
untuk berkemih, tetapi usahakanlah untuk berkemih secara
teratur, karena kantung kemih yang penuh dapat
menyebabkan gangguan kontraksi rahim, yang dapat
menyebabkan timbulnya perdarahan dari rahim. Seperti
halnya dengan berkeih, perempuan pascapersalinan sering
tidak merasakan sensasi ingin buang air besar, yang dapat
disebabkan pengosongan usus besar (klisma) sebelum
melahirkan atau ketakutan menimbulkan robekan pada jahitan
dikemaluan. Sebenarnya kotoran yang dalam beberapa hari
tidak dikeluarkan akan mengeras dan dapat menyulitkan
dikemudian hari.
Pengeluaran air seni akan meningkat 24-48 jam
pertama sampai hari ke-5 setelah melahirkan. Hal ini terjadi
karena volume dara meningkat pada saat hamil tidak
diperlukan lagi setelah persalinan. Oleh karena itu, ibu perlu
belajar berkemih secara spontan dan tidak menahan buang air
kecil ketika ada rasa sakit pada jahitan. Menahan buang air
kecil akan menyebabkan terjadinya bendungan air seni dan
gangguan kontraksi rahim sehingga pengeluaran cairan vagina
tidak lancar. Sedangkan buang air besar akan sulit karena
ketakutan akan rasa sakit, takut jahitan terbuka atau karena
adanya haemoroid (wasir). Kesulitan ini dapat dibantu dengan
mobilisasi dini, mengonsumsi makanantinggi serat dan cukup
minum.
6. Miksi
Pengeluaran air seni (urin) akan meningkat 24-48 jam
pertama sampai hari ke-5 setelah melahirkan. Hal ini terjadi
karena volume dara meningkat pada saat hamil tidak
diperlukan lagi setelah persalinan. Hendaknya kencing dapat
dilakukan sendiri secepatnya. Kadang-kadang wanita
mengalami sulit kencing, karena sfingter uretra ditekan oleh
kepala janin dan spasme oleh iritasi m.sphincer ani selama
persalinan. Bila kandung kemih penuh dan wanita sulit
kencing, sebaiknya dilakukan kateterisasi. Anjuran :
o Ibu perlu belajar berkemih secara spontan setelah
melahirkan
o Tidak menahan BAK ketika ada rasa sakit pada jahitan,
karena akan menyebabkan terjadinya bendungan air seni.
Akibatnya skan timbul gangguan pada kontraksi rahim
sehingga pengeluaran lochea tidak lancar.
o Miksi harus secepatnya dilakukan sendiri.
o Bila kandung kemih penuh dan tidak dapat dimiksi sendiri,
dilakukan kateterisasi.
o Bila perlu dpasang dauer catheter atau indwelling catheter
untuk mengistirahatkan otot-otot kandung kencing.
o Dengan melakukan mobilisasi secepatnya, tak jarang
kesulitan miksi dapat diatasi.
7. Defekasi
Sulit BAB (konstipasi) dapat terjadi karena ketakutan
akan rasa dilakukan 3-4 hari pasca persalinan. Bila masih sulit
buang air besar dan terjadi obstipasi apalagi berak keras dapat
diberikan obat laksans per oral atau per rectal. Jika masih
belum bias dilakukan klisma. Anjuran :
o Mobilisasi dini
o Konsumsi makanan yang tinggi serat dan cukup minum
Sebaiknya pada hari kedua ibu sudah bias BAB, jika pada
hari ketiga belum BAB , ibu bias menggunakan pencahar
berbentuk suppositoria ( pil yang dibuat dari bahan yang
mudah mencair dan mengandung obat-obatan untuk
dimasukkan kedalam liang anus). Ini penting untuk
menghindari gangguan pada kontraksi uterus yang dapat
menghambat pengeluaran lochea.
o Defekasi harus ada dalam 3 hari pasca persalinan.
o Bila terjadi obstipasi dan timbul koprosstase hingga
akibala tertimbun di rectum, mungkin terjadi febris.
o Lakukan klisma atau berikan laksan per oral.
o Dengan melakukan mobilisasi sedini mungkin, tidak jarang
kesulitan defekasi dapat diatasi.
8. Menjaga Kebersihan Diri
Menjaga kebersihan diri secara keseluruhan untuk
menghindari infeksi, baik pada luka jahitan maupun kulit.
Kebersihan alat Genitalia
Setelah melahirkan biasanya perineum menjadi agak
bengkak/memar dan mungkin ada luka jahitan bekas
robekan atau episiotomi. Anjuran :
a. Menjaga kebersihan alat genetalia dengan mencucinya
menggunakan air dan sabun, kemudian daerah vulva
sampai anus harus kering sebelum memakai pembalut
wanita, setiap kali setelah bunag air besar atau kecil,
pembalut diganti minimal 3 kali sehari.
b. Cuci tangan dengan sabun dan iar mengalir sebelum dan
sesudah membersikan daerah genetalia.
c. Mengajarkan ibu membersihkan daerah kelamin dengan
cara membersihkan daeran disekitar vulva terlebih
dahulu, dari depan kebelakang, baru kemudian
membersikan daerah sekitar anus. Bersihkan vulva
setiap kali buang air kecil atau besar.
d. Sarankan ibu untuk menganti pembalut atau kain
pembalut setidaknya dua kali sehari. Kain dapat
digunakan ulang jika telah dicuci dengan baik dan telah
dikeringkan dibawah matagari atau disetrika.
e. Sarankan ibu mencuci tangan dengan sabun dan iar
mengalir sebelum dan sesudah membersikan daerah
kelaminnya.
f. Jika ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi,
sarankan kepada ibu untuk menghindari menyentuh
luka, cebok dengan air dingin atau cuci menggunakan
sabun.
9. Pakaian
Sebaiknya pakaian terbuat dari bahan yang mudah
menyerap keringat karena produksi keringat menjadi
banyak. Produksi keringat yang tinggi berguna untuk
menghilangkan ekstra volume saat hamil. Sebaiknya,
pakaian agak longgar di daerah dada agar payudara tidak
tertekan dan kering.
Demikian juga degan pakain dalam, agar tidak terjadi
iritasi (lecet) pada daerah sekitarnya akibat lochea. Pakaian
yang digunakan harus longgar, dalam keadaan kering dan
juga terbuat dari bahan yang mudah menyerap keringat
karena produksi keringat menjadi banyak (disamping
urun).
Produksi keringat yang tinggi berguna untuk
menghilangkan ektra volime saat hamil.
10. Kebersihan
Rambut Setelah bayi lahir, ibu biasanya mengalami
kerontokan rambut akibat dari gangguan perubahan
hormone sehingga rambut menjadi lebih tipis dibandingkan
keadaan normal. Meskipun demikian, kebanyakan akan
pulih kembali setelah beberapa bulan.
Perawatan rambut perlu diperhatiakan oleh ibu yaitu
mencuci rambut dengan conditioner yang cukup, lalu
menggunakan sisir yang lembut dan hindari penggunaan
pengering rambut.
11. Kebersihan Tubuh
Setelah persalinan, ekstra cairan tubuh yang
dibutuhkan saat hamil akan dikeluarkan kembali melalui
air seni dan keringat untuk menghilangkan pembengkakan
pada wajah, kaki, betis, dan tangan ibu. Oleh karena itu,
dalam minggu-minggu pertama setelah melahirkan, ibu
akan merasa jumlah keringat yang dari biasanya. Usahakan
mandi lebih sering dan menjaga kulit tetap dalam keadaan
kering.
12. Menjaga Kebersihan
Vagina Vulva harus selalu dibersikan dari depan
kebelakang. Tidak perlu khwatir jahitan akan terlepas.
Justru vulva yang tidak dibersikhan akan meningkatkan
terjadinya infeksi. Apabila ada pembengkakan dapat di
kompres dengan es dan untuk mengurangi rasa tidak
nyaman dapat dengan duduk berendam di air hangat
setelah 24 jam pasca persalinan.
Bila tidak ada infeksi tidak diperlukan
penggunaan antiseptic, cukup dengan air besih saja. Walau
caranya sederhanan dan mudah, banyak ibu yang ragu-ragu
membersihkan daerah vaginanya di masa nifas.
Beberapa alasan yang sering dikeluhkan adalah
takut sakit atau khwatir jahitan di antara anus dan vagina
akan robek, padahal ini jelas tidak benar. Menurut
dr.Rudiyanti, Sp,OG, jahitan yang dilakukan pasca
persalinan oleh dokter, tidak mudah lepas. “ memang
jahitan tersebut baru akan diserap tubuh dalam waktu lima
sampai tujuh hari. Jadi beberapa hari setelah melahirkan
masih terasa bila tersentu. Namun, tidak mudah lepas.”
Lain kalau alasannya takut sakit.
Setelah persalinan normal, saat vagina
dibersihkan akan terasa nyeri karena ada bekas jahitan di
daerah perineum (antara anus dan alat kelamin). Namun
bukan berarti ibu bole alpa membersihkannya, walau terasa
nyeri cebok setelah buang air kecil atau besar tetap perlu
dilakukan dengan seksama. ”Wajar saja kalau setelah
melahirkan vagina terasa sakit saat di bersihkan. Dokter
biasanya akan memberikan obat pereda rasa sakit.” Tidak
beda jauh dari proses setelah persalinan normal, ibu yang
melahirkan dengan bedah sesar pun akan mengalami masa
nifas selama 40 hari.
Meskpun vaginanya tidak terluka, dari situ tetap
akan keluar darah dan kotoran (lochea) yang merupakan
sisa jaringan di dalam rahum. Langkah-langkah untuk
menjaga kebersihan vagina yang benar adalah :
a. Siram mulut vagina hingga bersih dengan air setiap kali
habis BAK dan BAB. Air yang digunakan tak perlu
matang asal bersih. Basuh dari depan kebelakang
sehingga tidak ada sisa-sisa kotoran yang menempel
disekitar vagina baik dari air seni maupun feses yang
mengandung kuman dan bias menyebabkan infeksi pada
luka jahit.
b. Vagina boleh di cuci menggunakan sabun atau cairan
antiseptic karena dapat berfungsi sebagai penghilang
kuman. Yang penting jangan takut memegang daerah
tersebut dengan seksama.
c. Bila ibu benar-benar takut menyentu lukah jahitan,
upaya menjaga kebersihan vagina dapat dilakukan
dengan cara duduk berendam dalam cairan antiseptic
selama 10 menit. Lakukan setelah BAK atau BAB.
d. Yang kadang terlupakan, setelah vagina dibersihkan,
pembalutnya tidak diganti. Bila seperti ini caranya maka
akan percuma saja. Bukankan pembalut tersebut sudah
dinodai darah dan kotoran? Berarti bila pembalut tidak
diganti, maka vagina akan tetap lembab dan kotor.
e. Setelah dibasuh, keringkan perineum dengan anduk
lembut, lalu gunakan pembalut baru. Ingat pembalut
harus diganti setiap habis BAK atau BAB atau
maksimal 3 jam setelah atau bila sudah ditarasaka tidak
nyaman.
f. Setelah semua langkah tadi dilakukan, perineum dapat
diolesi salep antibiotic yang diresepkan oleh dokter.
13. Istirahat
Wanita pasca persalinan harus cukup istirahat. Delapan
jam pasca persalinan, ibu harus tidur terlentang untuk
mencegah perdarahan. Sesudah 8 jam, ibu boleh miring kekiri
atau kekanan untuk mencegah trombisis. Ibu dan bayi
ditempatkan pada satu kamar. Pada hari kedua, bila perlu
dilakukan latihan senam.
Pada hari ketiga umumnya sudah dapat duduk, hari
keempat berjalan dan hari kelima sudah dapat dipulangkan.
Makanan yang diberikan harus bermutu tinggi dan cukup
kalori, cukup protein dan banyak buah. Anjurkan untuk
mencegah kelelahan yang berlebihan, usahakan untuk rileks
dan istirahat yang cukup, terutama saat bayi sedang tidur.
Memintah bantuan suami atau keluarga ketika ibu merasa lelah.
Putarkan dan dengarkan lagu-lagu klasik disaat ibbu dan bayi
sedang istirahat untuk menghilangkan rasa tegang dan lelah.
14. Seksual
Setelah persalinan pada masa ini ibu menhadapi peran
baru sebagai orang tua sehingga sering melupakan perannya
sebagai pasagan. Namun segera setelah ibu merasa percaya diri
dengan peran barunya dia akan menemukan waktu dan melihat
sekelilingnya serta menyadari bahwa dia telah kehilangan
aspek lain dalam kehidupannya yang juga penting.
Oleh karena itu perlu memahami perubahan yang terjadi
pada istri sehingga tidak punya perasaan diabaikan. Anjuran :
a. Secara fisik, aman untuk melakukan hubungan suami istri
begitu darah merah berhenti dan ibu dapat memasukkan satu
atau dua jarinya kedalam vagina tanpa rasa nyeri. Begitu ibu
merasakan aman untuk melakukan hubungan suami istri
kapan saja ibu siap.
b. Banyak budaya yang mempunyai tradisi menunda hubungan
suami istri sampai waktu tertentu setelah 40 hari atau 6
minggu pasca persalinan. Keputusan tergantung pada
pasangan yang bersangkutan.
c. Kerjasama dengan pasangan dalam merawat dan
memberikan kasih saying kepada bayinya sangat dianjurkan.
d. Kebutuhan yang satu ini memang agak sensitive, tidak heran
kalau anda dan suami jadi serba salah.
6). Kateterisasi
Asuhan ibu masa nifas adalah asuhan yang diberikan kepada ibu segera
setelah kelahiran sampai 6 minggu setelah kelahiran.
Tujuan dari masa nifas adalah untuk memberikan asuhan yang adekuat dan
terstandar pada ibu segera setelah melahirkan dengan memperhatikan riwayat selama
kehanilan, dalam persalinan dan keadaan segera setelah melahirkan.
Tabel 2.2
TINJAUAN KASUS
1. Identitas/ Biodata
Alamat kantor - -
2. Keluhan Utama :
Ibu mengatakan belum bisa buang air kecil sejak setelah melahirkan, terdapat
keinginan untuk buang air kecil tetapi tidak bisa berkemih, perut bawah
terasa sakit
a. Kehamilan ke :2
b. HPHT : 14 – 01 - 2022
c. UK : 39 Minggu
d. TP : 21 - 10 - 2022
Penolong : Bidan
Panjang Badan : 49 cm
Lingkar Kepala : 34 cm
Lingkar Dada : 33 cm
d. Riwayat Penyakit :
g. Riwayat Eliminasi
BAK : 4-5x/hari
BAB : 1x/hari
DATA OBJEKTIF
4. Pemeriksaan Fisik
TFU : sepusat
Kendung kencing : Penuh
Lochea : Rubra
ANALISA
Nama : Ny Y
Usia : 27 Tahun
Asuhan yang diberikan : - Dengan melakukan inform consent hal ini penting
dilakukan karena setiap pasen berhak mengetahui
- Memberitahukan hasil resikodan manfaat dari tindakan medis yang akan
pemeriksaan kepada ibu dijalani ( https//www.alodokter.com,2020)
bahwa keadaannya sehat - Asupan gizi seimbang dibutuhkan oleh tubuh pada masa
- Menganjurkan ibu untuk makan menyusui kebutuhan nutrisi meningkat 25% untuk
makanan yang bergizi produksi ASIdan kebutuhan cairan meningkat 3 kali
seimbang dan minum air putih lipat
8-9 gelas sehari - Dengan menjelaskan tentang retensio urine ibu mengerti
- Menjelaskan pada ibu tentang masalah yang di alaminya retensio urine merupakan
retensio urine yaitu akibat dari satu atau lebih mekanisme, antara lain
ketidakmampuan untuk penurunan kontrakstilitas kandung kemih, kontraksi
nengosongkan kandung detrusor yang buruk, kelainan anatomi, gangguan
EVALUASI
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada bab ini, penulis menyajikan hasil pemeriksaan, permasalahan yang terjadi,
asuhan yang diberikan untuk menangani masalah yang terjadi dan membandingkan
kesesuaian antara teori dengan praktik yang terjadi pada Ny. Y di PMB Bd. R
Pada kasus Ny. Y post partum 8 jam terjadi retensio urine karena terjadi
tekanan pada kandung kencing saat proses persalinan nya agak lama. Hal tersebut
sesuai dengan teori retensio urine merupakan akibat dari satu atau lebih mekanisme,
antara lain penurunan kontrakstilitas kandung kemih, kontraksi detrusor yang buruk,
kelainan anatomi, gangguan relaksasi outlet atau gangguan koordinasi neurologis dari
proses berkemih. Secara garis besar, patofisiologi retensio urine pasca persalinan
dibagi menjadi dua yaitu:
1) Perubahan hormon dan perubahan respons kontraktil kandung kemih
P enyebab terjadinya retensio urine yaitu: Persalinan dengan ekstrasi vakum atau
forcep , Persalinan kala II lama , Trauma kandung kemih atau ureter saat melahirkan ,
Ruptur perineum
Retensio urine pasca-persalinan dapat menyebabkan kerusakan permanen otot
detrusor dan serat saraf parasimpatik di dinding kandung kemih yang dapat menyebabkan
gangguan fungsi detrusor tersebut. Retensio urine berat dapat menyebabkan komplikasi
seperti distensi kandung kemih peristen, uremia dan sepsis yang dapat berujung pada
kematian.
Penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada kasus retensi urine antara lain:
1) Mempertahankan eliminasi normal urine Intervensi terebut terdiri atas
meningkatkan kecukupan asupan cairan, mempertahankan kebiasaan
berkemih normal dan membantu eliminasi.
2) Meningkatkan asupan cairan Meningkatkan asupan cairan akan meningkatkan
produksi urine, yang pada gilirannya akan menstimulasi refleks berkemih,
asupan cairan harian normal 1500ml sudah mencukupi kebutuhan cairan bagi
sebagian besar klien dewasa.
3) Menstimulasi refleks urinasi
4) Menggunakan stimulasi sensorik
5) Stimulasi tonus otot
6) Kateterisasi
7) Melatih bladder trining
Berdasarkan penelitian filistea dkk, ruptur perineum yang terjadi pada saat ibu
melahirkan dapat memengaruhi terjadinya retensio urine. Ibu yang mengalami ruptur
perineum kebanyakan menahan buang air kecil karena rasa sakit di daerah perineum.
Selain itu ruptur yang terjadi bisa sampai ke otot detrusor kandung kemih sehingga
mengurangi refleks berkemih setelah melahirkan, hal tersebut juga yang di alamai
oleh Ny. Y
Pada 8 jam post partum, keadaan umum ibu baik, TTV dalam batas normal,
cairan yang keluar dari kemaluan berwarna merah (lochea rubra). Hal ini sesuai
dengan pendapat Saleha (2013), yang menyatakan bahwa pada hari ke 1 setelah
persalinan terdapat pengeluaran lochea Rubra.
BAB V
PENUTUP
B. Kesimpulan
Dari uraian materi dan pembahasan kasus tersebut, dapat disimpulan bahwa
sebagai seorang bidan sangat penting memberikan asuhan sesuai standar kepada
setiap pasien dan masyarakat terutama di dalam memberikan pelayanan
kebidanan. Asuhan masa nifas yang diberikan pada Ny.Y nifas 8 jam dengan
retensio urine. Asuhan ini di lakukan untuk memantau perkembangan kesehatan
ibu dan bayi serta mendeteksi dini adanya komplikasi yang mungkin akan terjadi
sehingga dapat dihindari.
C. Saran
Bagi Mahasiswa
Diharapkan semua mahasiswa dapat meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan dalam menerapkan asuhan kebidanan yang Profesional, dengan
baik dan benar, mahasiswa lebih memahami ilmu pengetahuan dan
perkembangan ilmu pengetahuan yang up to date
DAFTAR PUSTAKA
Bappenas, 2015. RPJMN 2015-2019 dan Strategi Pembangunan Kesehatan
danGizi.Masyarakat.http://www.depkes.go.id/resources/download/rakerkesnas20
15/reg-timur/Bappenas.pdf.
Bartini, I. 2014. ANC Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil Normal.
Yogyakarta: Nuha Medika.
Dewi, V.N.L., dan T. Sunarsih. 2011. Asuhan Kehamilan untuk Kebidanan.
Jakarta: Salemba Medika.
Hutahaean, S. 2013. Perawatan Antenatal. Jakarta: Salemba Medika.
Kemenkes, 2013. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu Di Fasilitas Kesehatan
Dasar Dan Rujukan. Jakarta: Kemenkes.
Kemenkes. 2015. Kesehatan Dalam Kerangka Sustainable Development
Goals(SDGs).http://sdgsindonesia.or.id/index.php?
option=com_bdthemes_shortcod es&view=download&id=3
2016a.ProfilKesehatanIndonesia2015.http://www.depkes.go.id/resources/
download/pusdatin/profilkesehatanindonesia/profil-kesehatan-indonesia2015.pdf
2016b. Buku Acuan Midwifery Update. Jakarta: Pengurus Pusat Ikatan Bidan
Indonesia. Kusmiyati, Y. Wahyuningsih, dan Sujiyatini. 2010.
Perawatan Ibu hamil. Yogyakarta; Fitramaya. Manuaba, I.A.C. 2014. Ilmu
Kebidanan Penyakit Kandungan dan KB. Edisi 2. Jakarta: EGC. Mochtar, R.
2013. Sinopsis Obstetri. Edisi Ketiga. Jilid I. Jakarta:EGC. Mulati, Erna, (ed.).
2015. Buku Ajar Kesehatan Ibu dan Anak Continuum Of Carelife Cycle. Jakarta:
Kemenkes Nugroho, T, dkk. 2014a. Buku Ajar Askeb I Kehamilan. Yogyakarta:
Nuha Medika. Pantiawati, I, dan Saryono. 2015. Asuhan Kebidanan I
(Kehamilan). Yogyakarta: Nuha Medika. Prawirohardjo, S. 2014. Ilmu
Kebidanan. Jakarta: Bina Pustaka. Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2013.
http://www.depkes.go.id/resources/download/general/Hasil%20Riskesdas%
202013.pdf (diakses tanggal 02 Januari 2017). Romauli, S. 2014. Buku Ajar
Asuhan Kebidanan I. Yogyakarta: Nuha Medika. Rukiah, A.Y., dkk. 2013.
Asuhan Kebidanan 1 Kehamilan. Edisi Revisi. Jakarta: Trans Info Media.
Saifuddin. A.B. 2009. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Saleha, S. 2013.
Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika. Saputra, L. 2014.
Pengantar Asuhan Neonatus, Bayi, dan Balita. Tangerang. Binarupa Aksara.
SDKI.2012.http://chrl.org/pelatihan-demografi/SDKI 2012.pdf (diakses tanggal
02 Januari 2017). Walyani, E. S., dan E. Purwoastuti. 2015a. Asuhan Kebidanan
Kehamilan. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.