Anda di halaman 1dari 63

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN PADA NY. N


USIA 26 TAHUN G2P0A1 USIA KEHAMILAN 37
MINGGU DENGAN KPD DI PUSKESMAS
WARINGINKURUNG TAHUN 2022

Oleh :
AMANDA NAOMI WORINSI
NIM : 210704021

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
ABDI NUSANTARA JAKARTA
2022
LEMBAR PERSETUJUAN

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN PADA NY. N USIA 26 TAHUN


G2P0A1 USIA KEHAMILAN 37 MINGGU DENGAN KPD DI PUSKESMAS
WARINGINKURUNG TAHUN 2022

Telah disetujui, diperiksa, dan siap diujikan dihadapan Tim Penguji

Pembimbing I
(Tanda Tangan)

Feva Tridiyawati, M.Kes, M.Keb


0318027603
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan Kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Kasus

yang berjudul “ ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN PADA NY. N USIA 26


TAHUN G2P0A1 USIA KEHAMILAN 37 MINGGU DENGAN KPD DI PUSKESMAS
WARINGINKURUNG TAHUN 2022”.
Dalam penyusunan Laporan ini, penulis banyak mendapatkan dukungan dari
berbagai pihak, baik secara moril maupun materil. Untuk itu penulis mengucapkan
banyak terima kasih kepada :
1. Bapak Khairil Walid, SKM, MPd Ketua Yayasan Abadi Nusantara Jakarta.
1. Ibu Lia Idealistiana, SKM, SST, MARS, Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Abdi Nusantara Jakarta.
2. Ibu dr. Ina Azani Kepala Puskesmas Kecamatan Waringinkurung Banten yang
telah memberikan izin kepada penulis untuk pengambilan data.
3. Ibu Feva Tridiyawati, M.Kes, M.Keb Pembimbing yang telah banyak memberikan
masukan, pengarahan, dan bantuan kepada penulis dalam melakukan
perbaikan- perbaikan untuk ke sempurnaan laporan penulis.
4. Ibu Penguji yang telah banyak memberikan masukan, pengarahan, dan bantuan
kepada penulis dalam melakukan perbaikan-perbaikan untuk kesempurnaan
laporan penulis.
5. Kedua orangtua tercinta, suami, anak-anakku adik-adikku tersayang serta
keluarga besar yang selalu mendoakan, memotivasi dan membantu dengan
tulus dan kasih sayang serta selalu memberi semangat kepada penulis.
Dalam penulisan laporan, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun untuk perbaikan di masa yang akan datang. Penulis berharap
semoga laporan kasus ini dapat berguna bagi pembaca umumnya dan profesi
kebidanan khususnya. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan rahmat dan
hidayahNya kepada kita semua.
Jakarta, 15 Agustus 2022

Penulis
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN....................................................................................i
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI......................................................................................................... iii
PERSETUJUAN TINDAKAN MEDIS.................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang....................................................................................1
B. Rumusan Masalah………………………………………………………….2
C. Tujuan.................................................................................................5
D. Manfaat………………………………………………………………………7

BAB II TINJAUAN TEORI


A. Persalinan............................................................................................8
B. Ketuban Pecah Dini..............................................................................9

BAB III TINJAUAN KASUS/SITUASI


A. Laporan Kasus dengan Metode SOAP...............................................22
C. Laporan Kasus dengan Metode Pathway............................................23

BAB IV PEMBAHASAN

BAB V PENUTUP
A. Saran......................................................................................................31
B. Kesimpulan............................................................................................. 34

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Puskesmas Waringinkurung
Jalan Raya Serdang-Sasahan
Telp (0254) 8484369 Fax ………………………….
Kode pos 42412

PERSETUJUAN TINDAKAN MEDIK

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :


Nama : Ny. Novi Inayatunnufus
Tempat/Tanggal Lahir : Serang, 15-09-1996
Alamat : Kp. Karang Asem Rt 02/07 Desa. Sambilawang
Kec. Waringinkurung, Serang Banten

Bersama ini menyatakan kesediaannya untuk dilakukan tindakan dan


prosedur pengobatan pada diri saya. Persetujuan ini saya berikan setelah
mendapat penjelasan dari operator/petugas kesehatan yang berwenang
difasilitas kesehatan tersebut diatas.

Demikian surat persetujuan ini saya buat tanpa paksaan dari pihak manapun
dan agar dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

Mengetahui Serang, 15 Agustus 2022

Pemeriksa Pembuat pernyataan

(Amanda Naomi Worinsi) (Novi Inayatunnufus)


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ketuban pecah dini atau PROM (premature repture of the membrane)


didefinisikan sebagai keluarnya cairan ketuban karena membrane korioamnion
ruptur yang terjadi sebelum nyeri persalinan dimulai, sedangkan jika kebocoran
atau keluarnya cairan ketuban setelah usia kehamilan 28 minggu dan sebelum
awal persalinan disebut ketuban pecah premature atau PROM (Busarira MO, Atia
M., 2015).

Ketuban pecah dini (KPD) atau sering disebut dengan premature rupture of
the membrane (PROM) merupakan pecahnya selaput ketuban sebelum waktunya
persalinan. Ketuban pecah dini adalah pecahnya selaput ketuban sebelum
persalinan atau sebelum adanya pembukaan pada primipara kurang dari atau
sama dengan 3 cm dan pada multipara kurang dari atau sama dengan 5 cm. Hal
ini dapat terjadi pada kehamilan matur maupun pada kehamilan prematur. Ketuban
pecah dini merupakan salah satu masalah yang dapat meningkatkan angka
kesakitan dan kematian ibu, sebab ketuban pecah dini merupakan masalah
obstetric yang menyebabkan infeksi pada ibu dan bayi (Purwaningtyas, 2017)

Menurut WHO (World Health Organization) angka kematian dan kesakitan


ibu hamil, melahirkan, dan nifas masih merupakan masalah besar yang terjadi di
negara berkembang termasuk Indonesia. Dan setiap tahunnya, lebih dari 585.000
ibu meninggal saat hamil maupun bersalin (WHO, 2015). Menurut hasil Survey
Demografi dan Kesehatan Indonesia (SKDI) 2015, derajat kesehatan anak
Indonesia masih memprihatinkan, dari data yang diperoleh AKI sebanyak 305 per
100.000 kelahiran hidup dan AKB sebanyak 22,3 per 100.000 kehamilan, Salah
satu penyebab kematian ibu dan bayi adalah komplikasi KPD (Riskesdes, 2015).

Menurut WHO insidensi KPD sebanyak 5-10% dari semua kelahiran. KPD
pada kehamilan preterm sebanyak 1% dan pada kehamilan aterm sebanyak 70%.
KPD pada kehamilan preterm merupakan penyebab utama dari kelahiran
prematur, terjadi sekitar 34% dari kehamilan prematur. Berdasarkan data hasil
prevalensi dilaporkan insiden KPD di Amerika berkisar 5-15%, sedangkan di China
berkisar 2,7-7% dan di India berkisar 7-12% (Chandra and Sun, 2017; Xia et al.,
2015; Rohmawati and Fibriana, 2018).

Walaupun penyebab pasti KPD belum diketahui, tetapi ada beberapa faktor
predisposisi penyebab KPD diantaranya adalah masa gestasi, usia ibu, paritas,
infeksi, anemia, kehamilan ganda, peningkatan tekanan intrauterin dan faktor
keturunan dimana penyebab tersebut disebabkan oleh infeksi intra uterin pada usia
gestasi awal, status sosial ekonomi yang rendah, perawatan prenatal yang tidak
memadai dan nutrisi yang tidak adekuat selama kehamilan (Irsam, Dewi and
Wulandari, 2014; Dewanti, Putra and Utama, 2018).

Dampak ketuban pecah dini sebelum usia kehamilan 37 minggu adalah


Respiratory Disterss Syndrome atau sindrom distress pernafasan terjadi pada bayi
baru lahir sekitar 10-40 %. Ibu yang mengalami KPD dengan kehamilan preterm
biasanya akan melahirkan sebelumwaktunya aterm atau akan terjadi dalam satu
minggu setelah ketuban pecah. Sekitar 85% morbiditas dan mortalitas perinatal ini
disebabkan oleh prematuritas akibat dari ketuban pecah dini.

Komplikasi yang terjadi pada ketuban pecah dini adalah infeksi dalam
persalinan, partus lama, infeksi pada nifas, dan hemoragik postpartum (perdarahan
pasca persalinan. Sedangkan komplikasi yang terjadi pada janin adalah lahir
prematuritas, penurunan tali pusat, hipoksia, asfiksia, dan sindrom defomitas
(Marmi, 2011).

Faktor yang menyebabkan ketuban pecah dini belum diketahui atau belum
dapat ditemukan secara pasti (Nugroho T. , 2012). Namun, kemungkinan yang
menjadi faktor predisposisi antara lain adalah usia ibu, kelainan selaput ketuban,
paritas, serviks yang pendek, serviks inkompeten, trauma, gemeli, hidramnion,
kelainan letak, sering minum alkohol, dan merokok (Nugrahini, Maharrani, &
Yunita, 2017).
Cara mencegah terjadinya ketuban pecah dini menurut Sujiyatini, Muflidah
dan Hidayat (2009) adalah ibu hamil sebaiknya mengurangi aktivitas, terutama
pada akhir trimester kedua dan trimester ketiga kehamilannya. Beberapa penelitian
menunjukkan bahwa mengkonsumsi suplemen vitamin C pada masa kehamilan
secara efektif dapat mengurangi kejadian ketuban pecah dini atau PROM. Vitamin
C mampu memelihara kolagen dan antioksidan. Vitamin C yang adekuat dapat
meningkatkan tiga helix mRNA kolagen posttransciption. Selain itu vitamin C
mampu menjadi kofaktor enzim untuk lysyl hidroksilase dan prolyl hydroxylase
untuk dapat membentuk hidroksiprolin yang menyediakan tiga helix stabilisasi.
(Osaikhuwuomwan JA., 2010).

Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk mengambil


judul kasus yaitu Asuhan Kebidanan Persalinan pada Ny. N usia 26 tahun G2P0A1
usia kehamilan 37 minggu dengan KPD di Puskesmas Waringinkurung Tahun
2022.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk mengetahui
“Bagaimana Asuhan Kebidanan Persalinan pada Ny. N usia 26 tahun G2P0A1 usia
kehamilan 37 minggu dengan KPD di Puskesmas Waringinkurung Tahun 2022?”

C. Tujuan
1. Tujuan Umum

Mahasiswa profesi diharapkan mampu menganalisa kasus dari pengkajian,


menegakkan diagnosa,melakukan asuhan kebidanan dengan benar dan
tepat sesuai teori yang berhubungan dengan penyebab KPD yang terjadi
pada Ny. N di Puskesmas Waringinkurung Tahun 2022.

2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa profesi mampu melakukan pengkajian data subjektif pada
Ny. N usia 26 tahun G2P0A1 usia kehamilan 37 minggu dengan KPD
di Puskesmas Waringinkurung Tahun 2022
b. Mahasiswa profesi mampu melakukan pengkajian data objektif pada
Ny. N usia 26 tahun G2P0A1 usia kehamilan 37 minggu dengan KPD
di Puskesmas Waringinkurung Tahun 2022
c. Mahasiswa profesi mampu melakukan pengkajian data penunjang
pada Ny. N usia 26 tahun G2P0A1 usia kehamilan 37 minggu dengan
KPD di Puskesmas Waringinkurung Tahun 2022
d. Mahasiswa profesi mampu:
1). Menegakkan diognosis dan masalah
2). Menegakkan diagnosis dan masalah potensial
3).Melakukan tindakan segera jika dibutuhkan pada asuhan
kebidanan konseling persalinan dengan KPD
e. Mahasiswa profesi mampu memberikan Asuhan Kebidanan yang
benar dan tepat sesuai dengan diagnosis dan masalah pada
persalinan dengan KPD
f. Mahasiswa profesi mampu membuat rasionalisasi asuhan yang telah
diberikan pada persalinan dengan KPD
g. Mahasiswa profesi mampu melakukan evaluasi asuhan kebidanan
yang di berikan pada persalinan dengan KPD
2 Manfaat Penulisan
1. Bagi Penulis
Menjadi salah satu bahan pembelajaran dan sumber informasi dalam
memberikan Asuhan Kebidanan Persalinan Pada Ny. N usia 26 tahun
G2P0A1 usia kehamilan 37 minggu dengan KPD di Puskesmas
Waringinkurung Tahun 2022
2. Bagi lahan praktik
Diharapkan mampu menerapkan Asuhan Kebidanan Persalinan Pada Ny. N
usia 26 tahun G2P0A1 usia kehamilan 37 minggu dengan KPD di
Puskesmas Waringinkurung Tahun 2022
3. Bagi Pasien
Dapat menambah wawasan/informasi sesuai dengan asuhan yang diberikan
oleh bidan dan mendapatkan pelayanan yang optimal.
BAB II

TINJAUAN TEORI
A. Persalinan
1. Definisi Persalinan
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan plasenta)
yang telah cukup atau dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lahir dengan
bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri) (Manuaba,2013).

Menurut WHO persalinan normal adalah persalinan yang dimulai secara


spontan, berisiko rendah pada awal persalinan dan tetap demikian selama
proses persalinan. Bayi dilahirkan secara spontan dalam presentasi belakang
kepala pada usia kehamilan antara 37 hingga 42 minggu lengkap. Setelah itu
persalinan ibu maupu bayi berada didalam kondisi sehat.

Partus biasa (normal), disebut juga partus spontan adalah proses lahirnya
bayi dengan letak belakang kepala (LBK) dengan tenaga ibu sendiri, tanpa
bantuan alat-alat, serta tidak melukai ibu dan bayi, yang umumnya berlangsung
kurang dari 24 jam (Mochtar,2013).

2. Awal Mulai Persalinan


Sebab-sebab mulai persalinan. Sebab terjadinya partus sampai kini masih
merupakan teori-teori yang kompleks. Faktor-faktor hormonal, pengaruh
prostaglandin, struktur uterus, sirkulasi uterus, pengaruh saraf dan nutrisi
disebut sebagai faktor yang mengakibatkan partus mulai perubahan-perubahan
dalam biokimia dan biofisika telah banyak mengungkapkan mulai dan
berlangsungnya partus, yaitu penurunan kadar hormon estrogen dan
progesteron. Seperti diketahui progesteron adalah penenang bagi otot-otot
uterus. Berlangsungnya persalinan normal, yaitu :

Kala I
Adalah kala pembukaan, dari pembukaan 1 cm sampai dengan lengkap.
Proses membukanya serviks sebagai akibat his dibagi menjadi 2 fase, fase
laten berlangsung 8 jam. Pembukaan terjadi paling lambat sampai mencapai 3
cm. Fase aktif dibagi menjadi 3 bagian, yaitu fase akselerasi dalam waktu 2 jam
pembukaan 3cm menjadi 4cm. Fase dilatasi maksimal dalam 2 jam pembukaan
berlangsung sangat cepat, dari 4 sampai 9cm. Fase deselerasi pembukaan
menjadi lambat kembali, dalam waktu 2 jam pembukaan dari 9 menjadi lengkap.
Lama kala I untuk primigravida berlangsung 12 jam sedangkan multigravida 6-8
jam. (Manuaba,2012)

Kala II

Adalah kala pengeluaran yaitu dari pembukaan lengkap sampai keluarnya


janin. Pada kala II his menjadi lebih kuat dan lebih cepat, kira-kira 2 sampai 3
menit sekali. Karena biasanya dalam hal ini kepala sudah masuk di ruang
panggul, yang secara reflektoris menimbulkan rasa mengedan. Ibu merasa pula
tekanan pada rektum dan hendak buang air besar. Kemudian periuneum mulai
menonjol dan menjadi lebar dengan anus membuka. Labia mulai membuka dan
tidak lama kemudian kepala janin tampak dalam vulva pada waktu his. Proses ini
biasanya berlangsung kurang lebih selama 2 jam pada primi dan 1 jam pada
multi. (Manuaba,2012) segera setelah bayi lahir dan tali pusat diikat, letakkan
bayi tengkurap didada ibu dengan kulit bayi bersentuhan langsung ke kulit ibu.
Biarkan kontak kulit ke kulit ini berlangsung setidaknya 1 jam atau lebih sampai
bayi menemukan putting susu ibu. (Saifuddin,2014).

Kala III
Adalah kala uri, yaitu dari keluarnya bayi sampai lahirnya plasenta. Setelah
bayi lahir, uterus teraba keras dengan fundus uteri agak diatas pusat. Beberapa
menit kemudian uterus berkontraksi lagi untuk melepas plasenta dari dindingnya.
Biasanya plasenta lepas dalam 5-15 menit setelah bayi lahir dan keluar spontan
atau dengan tekanan pada fundus uteri. Pengeluaran plasenta disertai dengan
pengeluaran darah. Manajemen Aktif Kala 3 (MAK III) terdiri dari tiga langkah
utama yaitu pemberian suntik oksitosin dalam 1 menit pertama setelah bayi lahir,
melakukan penegangan tali pusat terkendali, massase uteri. (Manuaba, 2012)

Kala IV
Adalah dimulai sejak lahirnya plasenta sampai 2 jam sesudahnya,
pemantauan 1 jam pertama selama 15 menit sebanyak 4 kali pemantauan, 1 jam
kedua selama 30 menit sebanyak 2 kali pemantauan. Pemantauan dan evaluasi
lanjut meliputi tanda-tanda vital, yaitu kontraksi uterus baik, tidak ada perdarahan,
plasenta dan selaput lengkap, kandung kemih kosong, luka perineum terawat
dengan baik dan tidak terjadi hematoma, keadaan bayi dan ibu. (Manuaba, 2012).
3. Tanda dan Gejala Persalinan
Tanda dan gejala persalinan adalah sebagai berikut :
1. Kekuatan his makin sering terjadi dan teratur dengan jarak kontraksi yang
semakin pendek.
2. Dapat terjadi pengeluaran pembawa tanda, yaitu pengeluaran lendir
bercampur darah.
3. Dapat disertai ketuban pecah.
Pemeriksaan dalam, dijumpai perubahan serviks: pelunakan, pendataran, dan
pembukaan serviks. (Manuaba,2010)

4. Faktor Persalinan
Dalam persalinan masih terdapat subfaktor yang mempengaruhi jalannya
persalinan sehingga dapat terjadi kemungkinan, yaitu :
a) Persalinan yang berlangsung dengan kekuatan sendiri yang disebut
persalinan eutosia
b) Persalinan yang berlangsung dan menyimpang dari kekuatan sendiri disbut
persalinan distosia
5. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Persalinan
1. Power (Kekuatan yang mendorong janin keluar)
1) Jenis Kekuatan yang Mendorong Janin Keluar
Kekuatan yang mendorong janin keluar (power), yaitu :
1. His (kontraksi uterus)
2. Kontraksi otot dinding perut
3. Kontraksi diafragma pelvis atau kekuatan mengejan
4. Ketegangan dan ligamentous action terutama ligamentum rotundum.
2) Sifat Kontraksi Uterus
Kontraksi uterus terjadi karena otot-otot polos rahim bekerja dengan baik
dan sempurna dengan sifat :
1. Kontraksi simetris
2. Fundus dominan
3. Relaksasi
4. Involuntir : terjadi diluar kehendak
5. Intermiten : terjadi secara berkala (berselang-seling)
6. Terasa sakit
7. Terkoordinasi
8. Kadang dapat dipengaruhi dari luar secara fisik, kimia, dan psikis
3) Perubahan Akibat His
1. Pada uterus dan serviks
Uterus teraba keras atau padat karena kontraksi. Tekanan hidrostatis
air ketuban dan tekanan intra uterin naik serta menyebabkan serviks
menjadi mendatar (effacement) dan terbuka (dilatasi)
2. Pada ibu
Rasa nyeri karena iskemia rahim dan kontraksi rahim. Juga ada
kenaikan nadi dan tekanan darah.
3. Pada janin
Pertukaran oksigen pada sirkulasi uteroplasenter kurang, sehingga
timbul hipoksia janin. Denyut jantung janin melambat (bradikardi) dan
kurang jelas didengar karena adanya iskemia fisiologis. Jika benar-
benar terjadi hipoksia yang agak lama, misalnya pada kontraksi
tetanik, maka terjadi gawat janin asfiksia dengan denyut jantung
diatas 160 per menit, tidak teratur.
4) Pembagian His dan Sifatnya
1. His Pendahuluan
2. His tidak kuat, tidak teratur
3. Menyebabkan “show”
4. His Pembukaan (Kala I)
5. His pembukaan serviks sampai terjadi dipembukaan lengkap 10 cm.
6. Mulai kuat, teratur, dan sakit
7. His Pengeluaran (his mengedan) (Kala II)
8. Sangat kuat, teratur, simetris, terkoordinasi, dan lama
9. His untuk mengeluarkan janin
10. Koordinasi bersama antara : his kontraksi otot perut, kontraksi
diafragma dan ligamen
11. His Pelepasan Uri (Kala III)
Kontraksi sedang untuk melepaskan dan melahirkan plasenta
12. His Pengiring (Kala IV)
Kontraksi lemah, masih sedikit nyeri, pengecilan rahim dalam
beberapa hari
5) His Palsu
His palsu adalah kontraksi uterus yang tidak efisien atau spasme
usus, kandung kemih dan otot-otot dinding perut yang terasa nyeri. His
palsu timbul beberapa hari sampai satu bulan sebelum kehamilan cukup
bulan. His palsu dapat merugikan yaitu dengan membuat lelah pasien
sehingga pada waktu persalinan yang sesungguhnya mulai, pasien
berada dalam kondisi yang buruk, baik fisik maupun mental.
6) Perbedaan His Persalinan dan His Palsu
Tabel 2.3

Perbedaan Antara His Persalinan dengan His Palsu

His Persalinan His Palsu

Interval teratur Tidak teratur

Makin lama intervalnya makin


Tidak berubah
pendek
Lama dan kekuatannya
Tidak berubah
bertambah
Rasa nyeri mulai di belakang dan
Rasa nyeri terutama didepan
menjalar ke depan
Jalan-jalan menaikkan
Tidak berubah
intensitasnya
Ada hubungan antara derajat
pengerasan uterus dengan Tidak ada hubungan
intensitas nyeri
Seringkali ada lendir darah Tidak ada

Serviks mendatar dan membuka Tidak ada perubahan serviks

Bagian terendah janin turun Tidak turun

Pada waktu tidak ada his kepala


Kepala tetap bebas
terfiksasi
Sedatif tidak mengentikan his Sedatif yang efisien
sesungguhnya menghilangkan his palsu
Sumber : Manuaba,2010

2. Passage (Jalan lahir)


Merupakan jalan lahir yang harus dilewati oleh janin terdiri dari rongga
panggul, dasar panggul, serviks dan vagina, syarat agar janin dan
plasenta dapat melalui jalan lahir tanpa ada rintangan, maka jalan lahir
tersebut harus normal.
Menurut Prawirohardjo (2013), jalan lahir terdiri dari jalan lahir bagian
keras (pelvis/panggul), dan jalan lahir bagian lunak.
1) Jalan Lahir Bagian Keras/Panggul
Bagian keras dibentuk oleh 4 buah tulang;
a) Dua tulang pangkal paha (os coxae) terdiri dari tulang usus (os
ilium), tulang duduk (os ischium), dan tulang kemaluan (os pubis).
b) Satu tulang kelangkang (os sacrum)
c) Satu tulang tungging (os coccygis)
1) Bidang-bidang Hodge
Bidang hodge adalah bidang semu sebagai pedoman untuk
menentukan kemajuan persalinan yaitu seberapa jauh
penurunan kepala melalui pemeriksaan dalam/vagina toucer
(VT).
Adapun bidang hodge sebagai berikut :
1. Hodge I : bidang yang setinggi Pintu Atas Panggul (PAP)
yang dibentuk oleh promontorium, artikulasio sakro-iliace,
sayap sacrum, linea inominata, ramus Superior os pubis,
tepi atas sympisis pubis.
2. Hodge II : bidang yang sejajar dengan hodge I setinggi
pinggir bawah sympisis pubis.
3. Hodge III : bidang yang sejajar dengan hodge I dan hodge
III setinggi spina ischiadika.
4. Hodge IV : bidang yang sejajar dengan hodge I, hodge II
dan hodge III setinggi ujung os coccygis.
(Sumarah,2013).
2) Bentuk Panggul Wanita
Menurut Caldwell dan Mollory terdapat 4 bentuk panggul
wanita. Bentuk panggul ini akan menentukan jalan lahir dan
mekanisme persalinan. yaitu :

1. Ginekoid : ditemukan pada 45% wanita. Panjang diameter


anteroposterior hampir sama dengan diameter transversa.
2. Android : ditemukan pada 15% wanita. Bentuk pintu atas
panggul hampir segitiga. Pria umumnya mempunyai
panggul jenis ini. Walaupun diameter anteroposterior
hampir sama panjangnya dengan diameter transversa,
tetapi diameter transversa dekat dengan sacrum.
3. Antropoid : ditemukan pada 35% wanita. Bentuk pintu atas
panggul agak lonjong seperti telor. Diameter anteroposterior
lebih besar daripada diameter transversa.
4. Platipelloid : ditemukan pada 5% wanita. Diameter
transversa lebih besar daripada diameter anteroposterior.
2) Jalan Lahir Bagian Lunak
Pada pengeluaran (Kala II) ikut membentuk jalan lahir segmen
uterus, serviks uteri, dan vagina. Disamping uterus dan vagina, otot-
otot, jaringan-jaringan ikat, dan ligament-ligament, yang berfungsi
menyongkong alat-alat urogenital karena semuanya mempengaruhi
jalan lahir dan lahirnya kepala atau bokong pada persalinan.
3. Passanger (Penumpang)
1) Janin
a. Kepala Janin dan Ukurannya
Bagian yang paling besar dan keras dari janin adalah kepala janin.
Posisi dan besar kepala dapat mempengaruhi persalinan.
1) Tulang tengkorak (cranium)
a) Bagian muka dan tulang dasar tengkorak
b) Bagian tengkorak
3) Os frontalis
4) Os parientalis
5) Os temporalis
6) Os oksipitalis
c) Sutura (sutura frontalis, sutura sagitalis, sutura koronaria,
sutura lamboidea)
d) Ubun-ubun/fontanela (fontanel mayor/bergema, fontanel
minor)
2) Ukuran Kepala
a) Diameter
1. Diameter oksipito-frontalis : ± 12 cm
2. Diameter mento-occipitalis : ± 13,5 cm
3. Diameter suboksipito bregmatika : ± 9,5 cm
4. Diameter biparietalis : ± 9,25 cm
5. Diameter bitemporalis : ± 8 cm
b) Ukuran Sirkumferensial (keliling)
1. Sirkumferensia suboksipito bregmatika : ± 32 cm
2. Sirkumferensia fronto oksipitalis : ± 34 cm
3. Sirkumferensia mento oksipitalis : ± 35 cm
b. Ukuran Badan yang lain
1) Bahu
Jarak : 12 cm
Lingkaran : 34 cm
2) Bokong
Jarak trokanter : 9,5-10 cm
c. Postur Janin dalam Rahim
1) Sikap (habitus)
Sikap (habitus) menunjukkan hubungan bagian-bagian
janin dengan sumbu janin, biasanya terhadap tulang
punggungnya. Janin umumnya dalam sikap fleksi, dimana
kepala, tulang punggung, dan kaki dalam keadaan fleksi, serta
lengan bersilang di dada.
2) Presentasi
Presentasi digunakan untuk menentukan bagian janin yang
ada dibagian bawah rahim yang dapat dijumpai pada palpasi
atau pemeriksaan dalam. Misalnya presentasi kepala,
presentasi bokong, dan presentasi bahu.
3) Letak janin
Letak janin adalah bagaimana sumbu panjang janin berada
terhadap sumbu ibu, misalnya letak lintang dimana sumbu janin
sejajar dengan sumbu panjang ibu; ini bisa letak kepala, atau
letak sungsang.
4) Posisi
Posisi merupakan indikator untuk menetapkan arah bagian
terbawah janin apakah sebelah kanan, kiri, depan atau
belakang terhadap sumbu ibu (maternal pelvis). Misalnya pada
letak belakang kepala (LBK), ubun-ubun kecil (UUK) kiri depan,
dan UUK kanan belakang.
2) Plasenta
Janin dapat mempengaruhi jalannya kelahiran karena ukuran
dan presentasinya. Pada persalinan, karena tulang-tulang masih
dibatasi fontanela dan sutura yang belom keras, maka pinggir tulang
dapat menyisip antara satu dengan yang lain disebut moulage,
sehingga kepala bertambah kecil. Biasanya apabila kepala janin
sudaah lahir maka bagian-bagian lain dari janin dengan mudah
menyusul. Karena plasenta juga dianggap sebagai penumpang yang
menyertai janin. Namun plasenta jarang menghambat proses
persalinan pada kelahiran normal. (Eniyati dkk,2012)
3) Air ketuban
Air ketuban bisa di sebut juga amnion, amnion pada kehamilan
aterm merupakan suatu membran yang kuat dan ulet tetapi lentur.
Amnion adalah membran janin paling dalam dan berdampingan cairan
amnion. Struktur avaskular khusus ini memiliki peran penting dalam
kehamilan manusia. Amnion adalah jaringan yang menentukan
hampir semua kekuatan regang membran janin. Dengan demikian,
pembentukkan kompenen amnion yang mencegah ruptur atau
robekkan sangatlah penting bagi keberhasilan kehamilan.

Penurunan adalah gerakkan bagian presentasi melewati


panggul, penurunan ini terjadi atas tiga kekuatan, salah satunya
adalah tekanan dari cairan amnion. Dilatasi serviks atau pelebaran
muara dan saluran serviks yang terjadi pada awal persalinan dapat
juga terjadi karena tekanan yang ditimbulkan oleh cairan amnion
selama ketuban masih utuh.

4. Psikologis Persalinan
Psikologis persalinan merupakan hubungan saling mempengaruhi
yang rumit antara dorongan psikologis dan fisiologis dalam diri wanita
dengan pengaruh dorongan tersebut pada proses kelahiran bayi. Salah
satu kondisi psikologis yang dapat menghambat proses persalinan
adalah rasa cemas. Beberapa terjadinya kecemasan pada ibu bersalin,
yaitu :
a. Cemas sebagai akibat dari nyeri persalinan
b. Keadaan fisik ibu
c. Riwayat pemeriksaan kehamilan (riwayat ANC)
d. Kurangnya pengetahuan tentang proses persalinan
e. Dukungan dari lingkungan sosial (suami/keluarga dan teman)
f. Latar belakang psikososial, status perkawinan kehamian yang tidak
diinginkan, sosial ekonomi.
g. Penurunan kontraksi rahim yang akan menyebabkan
memanjangnya waktu. Secara epidemiologis kecemasan dalam
persalinan dapat terjadi baik pada persalinan primigravida atau
multigravida. Rasa takut dan sakit menimbulkan stress yang
mengakibatkan pengeluaran adrenalin. hal ini mengakibatkan
penyempitan pembuluh darah dan mengurangi aliran darah yang
membawa oksigen ke rahim sehingga terjadi penurunan kontraksi
rahim yang akan menyebabkan memanjangnya waktu. Terkadang
hambatan psikologis lebih besar prengaruhnya dibandingkan fisik.
Sering juga terjadi baik gangguan fisik maupun psikologis berpadu
menjadi lingkaran setan yang sulit diputuskan, mekanisme ini disebut
incoordinate uterine action. Kecemasan pada ibu bersalin kala I bisa
berdampak meningkatnya sekresi adrenalin. Salah satu efek
adrenanlin adalah konstriksi pembuluh darah sehingga suplai oksigen
ke janin menurun. Penurunan aliran darah juga menyebabkan
melemahnya kontraksi rahim dan berakibat memanjangnya proses
persalinan. tidak hanya sekresi adrenalin yang meningkat tetapi
sekresi ACTH (Adrenocorticotropic hormone) juga meningkat,
menyebabkan peningkatan kadar kortisol serum dan gula darah.
5. Penolong
Peran penolong dokter/bidan adalah memantau dengan seksama dan
memberikan dukungan serta kenyamanan pada ibu baik dari segi emosi
atau perasaan maupun fisik. Dalam hal ini penolong persalinan harus
membantu pasien, memperjelas, serta mengurangi beban perasaan dan
pikiran selama proses persalinan, membantu mengambil tindakan yang
efektif untuk pasien dan membantu mempengaruhi orang lain terutama
keluarga pasien, lingkungan fisik dan diri sendiri dari rasa emosi, panik,
lelah, serta tetap melakukan pelindung diri dari adanya kemungkinan
bahaya infeksi selama proses persalinan.

6. Mekanisme Persalinan Normal


Mekanisme persalinan merupakan gerakan janin dalam menyesuaikan dengan
dirinya dengan ukuran panggul saat kepala melewati panggul. (Sumarah,2013).

Kepala janin turun ke PAP dalam keadaan tegak lurus (Sinklitismus) atau dapat
pula kepala janin turun ke PAP dalam keadaan miring (Asinklitismus) terhadap
sumbu jalan lahir. Dapat pula kepala janin lahir dalam keadaan Asinklitismus
anterior (sutura sagitalis mendekati sympisis dan menjauhi promotorium) atau
dalam keadaan Asinklitismus posterior (sutura sagitalis menjauhi sympisis dan
mendekati promotorium).

Dengan kekuatan his dan meneran ibu, kepala janin melakukan fleksi yakni
dengan diameter suboksipito bregmatikus (9,5 cm) dan sirkumferensia
suboksipito bregmatikus (32 cm) sampai didasar panggul kepala janin berada
didalam keadaan fleksi maksimal. Sampai didasar panggul, kepala janin
melakukan putaran paksi dalam sehingga ubun-ubun kecil akan berputar kearah
depan dan berada dibawah sympisis dan suboksiput sebagai hipomoklion.
Kemudian, kepala janin mengadakan defleksi untuk dapat dilahirkan. Dengan
kekuatan his bersama dengan kekuatan mengejan, berturut-turut tampak bregma,
dahi muka, dan lahirnya dagu. Sesudah kepala lahir, kepala segera mengadakan
putaran paksi luar untuk menyesuaikan kedudukan kepala dengan punggung
bayi. Bahu melintasi PAP dalam keadaan miring. Di dalam rongga panggul bahu
akan menyesuaikan diri dengan bentuk panggul yang dilaluinya, sehingga didasar
panggul. Apabila kepala telah dilahirkan, bahu akan berada didalam posisi depan
belakang. Selanjutnya dilahirkan bahu depan terlebih dahulu, baru kemudian
bahu belakang. Lalu bayi lahir seluruhnya. (Prawirohardjo,2016 : 310)

7. Langkah – langkah Pertolongan Persalinan


Untuk melakukan asuhan persalinan normal (APN) dirumuskan langkah asuhan
persalinan normal (Prawirohardjo,2016), sebagai berikut :

Melihat Tanda dan Gejala Kala II

1. Mengamati tanda dan gejala persalinan kala II


a. Ibu mempunyai keinganan untuk meneran (doran)
b. Ibu merasa tekanan yang semakin meningkat pada rektum dan vaginanya
(teknus)
c. Perineum menonjol (perjol)
d. Vulva-vagina dan sfingter anal membuka (vulka)
Menyiapkan Pertolongan Persalinan

1. Memastikan perlengkapan, bahan dan obat-obatan esensial siap digunakan.


Mematahkan ampul 10 unit dan menempatkan tabung suntik steril sekali pakai
kedalam partus set.
2. Menggunakan baju atau penutup atau celemek plastik bersih.
3. Melepaskan semua perhiasan yang dipakai dibawah siku, mencuci kedua
tangan dengan sabun dan air bersih yang mengalir dan mengeringkan tangan
dengan handuk satu kali pakai/ pribadi yang bersih.
4. Memakai satu sarung tangan dengan DTT atau steril untuk semua
pemeriksaan dalam.
5. Memasukkan oksitosin 10 unit ke dalam tabung suntik (dengan memakai
sarung tangan DTT atau steril) dan meletakkan kembali di partus set.
Memastikan Pembukaan Lengkap Dengan Janin Baik

1. Membersihkan vulva dan perineum dan menyekannya dengan hati-hati dari


depan kebelakang dengan menggunakan kapas atau kassa yang sudah
dibasahi air DTT. Jika mulut vagina, perineum atau anus terkontaminasi oleh
kotoran ibu, membersihkannya dengan seksama dengan cara dengan
menyeka dari depan kebelakang. Membuang kapas atau kassa yang
terkontaminasi dalam wadah yang benar. Mengganti sarung tangan jika
terkontaminasi (meletakkan kedua sarung tangan tersebut dengan benar
kedalam larutan dekontaminasi).
2. Dengan menggunakan teknik aseptik, melakukan pemeriksaan dalam untuk
memastikan bahwa pembukaan serviks sudah lengkap. Bila selaput ketuban
belum pecah, sedangkan pembukaan sudah lengkap maka lakukan
amniontomi.
3. Mendokumentasikan sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan yang
masih memakai sarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5% dan kemudian
melepaskannya dalam keadaan terbalik serta merendamnya did dalam larutan
klorin 0,5% selama 10 menit. Mencuci kedua tangan.
Memeriksa Denyut Jantung Janin (DJJ) setelah kontraksi berakhir untuk
memastikan DJJ dalam batas normal (100-180 kali/menit)
Menyiapkan Ibu dan Keluarga Untuk Membantu Proses Pimpinan Meneran

1. Memberitahu ibu bahwa pembukaan lengkap dan keadaan janin baik.


Membantu ibu berada pada posisi yang nyaman sesuai dengan keinganannya.
2. Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk meneran. (pada
saat ada his, bantu ibu dalam posisi setengah duduk dan pastikan ia terasa
nyaman).
3. Melakukan pimpinan meneran pada saat ibu mempunyai dorongan meneran
yang kuat
Persiapan Pertolongan Kelahiran Bayi

1. Letakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) diperut ibu, jika kepala
bayi telah membuka vulva 5-6 cm
2. Meletakkan kain yang bersih dilipat 1/3 bagian dibawah bokong ibu.
3. Membuka partus set dan perhatikan kembali kelengkapan alat dan bahan
4. Memakai sarung tangan DTT atau steril pada kedua tangan.
Menolong Kelahiran Bayi

Lahirnya kepala

1. Saat kepala bayi membuka vulva dengan diameter 5-6 cm, lindungi perineum
dengan satu tangan yang telah dilapisi kain tadi, letakkan tangan yang lain
dikepala bayi dan lakukan tekanan yang lembut dan tidak menghambat pada
kepala bayi, membiarkan kepala keluar perlahan-lahan. Menganjurkan ibu
untuk meneran perlahan-lahan atau bernapas cepat saat bayi lahir.
2. Dengan lembut menyeka muka, mulut, dan hidung bayi dengan kain atau
kassa yang bersih. (langkah ini tidak harus dilakukan)
3. Memeriksa lilitan tali pusat dan mengambil tindakan yang sesuai jika hal itu
terjadi dan kemudian meneruskan segera proses kelahiran bayi.
4. Menunggu hingga kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara spontan.
Lahirnya Bahu

1. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, tempatkan kedua tangan di


masing-masing sisi muka bayi. Menganjurkan ibu meneran saat kontraksi
berikutnya. Dengan lembut menariknya ke arah bawah dan ke arah luar
hingga bahu anterior muncul dibawah arkus pubis dan kemudian dengan
lembut menarik ke arah atas dan ke arah keluar untuk melahirkan bahu
posterior.
2. Setelah kedua bahu dilahirkan, menelusurkan tangan mulai dari kepala bayi
yang berada dibagian bawah ke arah perineum, membiarkan bahu dan lengan
posterior lahir ke tangan tersebut. Mengendalikan kelahiran siku dan tangan
bayi saat melewati perineum, gunakan lengan bagian bawah untuk meyangga
tubuh bayi saat dilahirkan. Menggunbakan tangan anterior (bagian atas) untuk
mengendalikan siku dan tangan anterior bayi saat keduanya lahir.
3. Setelah tubuh dan lengan lahir, menelusurkan tangan yang ada di atas
(anterior) dari punggung ke arah kaki bayi untuk menyangga saat punggung
kaki lahir. Memegang kedua mata kaki bayi dengan hati-hati membantu
kelahiran kaki.
Penanganan Bayi Baru Lahir

1. Menilai bayi dengan cepat (dalam 30 detik), kemudian meletakkan bayi diatas
perut ibu dengan posisi kepala bayi sedikit lebih rendah dari tubuhnya (bila tali
pusat terlalu pendek, meletakkan bayi di tempat yang memungkinkan). Bila
bayi mengalami asfiksia, lakukan resusitasi.
2. Segera membungkus kepala dan badan bayi dengan handuk dan biarkan
kontak kulit ibu dan bayi. Lakukan penyuntikkan oksitosin/IM.
3. Menjepit tali pusat menggunakan klem kira-kira 3 cm dari pusat bayi,
melakukan urutan pada tali pusat mulai dari klem ke arah ibu dan memasang
klem kedua 2 cm dari klem pertama (ke arah ibu).
4. Memegang tali pusat dengan satu tangan, melindungi bayi dari gunting dan
memotong tali pusat diantara 2 klem tersebut.
5. Mengeringkan bayi, mengganti handuk yang basah dan menyelimuti bayi
dengan kain atau selimut yang bersih dan kering, menutupi bagian kepala,
membiarkan tali pusat terbuka. Jika bayi mengalami kesulitan bernapas, ambil
tindakan yang sesuai.
6. Memberikan bayi kepada ibunya dan menganjurkan ibu untuk memeluk
bayinya dan memulai pemberian ASI jika ibu menghendakinya.
Oksitosin

1. Meletakkan kain yang bersih dan kering. Melakukan palpasi abdomen untuk
menghilangkan kemungkinan adanya bayi kedua.
2. Memberitahu kepada ibu bahwa ia akan disuntik.
3. Dalam waktu 2 menit setelah kelahiran bayi, berikan suntikkan oksitosin 10
unit/IM di 1/3 paha atas ibu bagian luar, setelah mengaspirasinya terlebih
dahulu.
Penegangan Tali Pusat Terkendali

1. Memindahkan klem pada tali pusat.


2. Meletakkan satu tangan diatas kain yang ada diperut ibu, tepat di atas tulang
pubis, dan menggunakan tangan kiri untuk melakukan palpasi kontraksi dan
menstabilkan uterus. Memegang tali pusat dan klem dengan tangan yang lain.
3. Menunggu uterus berkontraksi dan kemudin melakukan penegangan ke arah
bawah pada tali pusat dengan lembut. Lakukan tekanan yang berlawanan arah
pada bagian bawah uterus dengan cara menekan uterus ke arah atas dan
belakang (dorso-kranial) dengan hati-hati untuk membantu mencegah
terjadinya inversio uteri. Jika plasenta tidak lahir setelah 30-40 detik, hentikan
penegangan tali pusat dan menunggu hingga kontraksi berikut mulai.
Mengeluarkan Plasenta

1. Setelah plasenta terlepas, meminta ibu untuk meneran sambil menarik tali
pusat ke arah bawah dan kemudian ke arah atas, mengikuti kurva jalan lahir
sambil meneruskan tekanan berlawanan arah pada uterus.
2. Jika plasenta terlihat di introitus vagina, melanjutkan kelahiran plasenta
dengan menggunakan kedua tangan. Memegang plasenta dengan dua tangan
dan dengan hati-hati memutar plasenta hingga selaput ketuban terpilin.
Dengan lembut perlahan melahirkan selaput ketuban tersebut. Jika selaput
ketuban robek, memakai sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi atau steril dan
memeriksa vagina dan serviks ibu dengan seksama. Menggunakan jari-jari
tangan atau klem atau forceps desinfeksi tingkat tinggi atau steril untuk
melepaskan bagian selaput yang tertinggal.
Pemijatan Uterus

1. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan masase uterus,
meletakkan telapak tangan di fundus dan melakukan masase dengan gerakan
melingkar dengan lembut hingga uterus berkontraksi (fundus menjadi keras).
Menilai Perdarahan

1. Memeriksa kedua sisi plasenta baik yang menempel ke ibu maupun janin dan
selaput ketuban untuk memastikan bahwa plasenta dan selaput ketuban
lengkap dan utuh. Jika uterus tidak berkontraksi setelah melakukan masase
selama 15 detik maka mengambil tindakan yang sesuai.
2. Mengevaluasi adanya laserasi pada vagina dan perineum dan segera menjahit
laserasi yang mengalami perdarahan aktif.
Melakukan Prosedur Pascapersalinan

1. Menilai ulang terus dan memastikannya berkontraksi dengan baik.


2. Mencelupkan kedua tangan yang memakai sarung tangan ke dalam larutan
klorin 0,5%, membilas tangan yang masih bersarung tangan tersebut dengan
air disinfeksi tingkat tinggi dan mengeringkannya dengan kain yang bersih dan
kering.
3. Menempatkan klem tali pusat diinfeksi tingkat tingg atau steril atau
mengikatnya tali disinfeksi tingkat tinggi dengan simpul mati sekeliling tali
pusat sekitar 1 cm dari pusat.
4. Mengikat satu lagi simpul mati dibagian pusat yang bersebrangan dengan
simpul mati yang pertama
5. Melepaskan klem bedah dan meletakkannya ke dalam larutan klorin 0,5%
6. Menyelimuti kembali bayi dan menutupi bagian kepalanya. Memastikan
handuk atau kain bersih
7. Menganjurkan ibu untuk memulai pemberian ASI
8. Melanjutkan pemantauan kontraksi uterus dan perdarahan pervaginam:
a. 2-3 kali dalam 15 menit pertama pasca persalinan
b. Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pasca persalinan
c. 20-30 menit pada jam kedua pasca persalinan
d. Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, laksanakan perawatan yang
sesuai untuk menatalaksanaan atonia uteri.
e. Jika ditemukan laserasi yang memerlukan penjahitan, lakukan penjahitan
dengan anatesi lokal dan menggunakan tehnik sesuai.
9. Mengajarkan pada ibu/keluarga bagaimana melakukan masase uterus dan
memeriksa kontraksi uterus.
10. Mengevaluasi estimasi jumlah darah
11. Memeriksa tekanan darah, nadi dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit
selama satu jam pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit selama dua
jam pertama pasca persalinan. memeriksa temperatur tubuh ibu sekali setiap
jam selama dua jam pertama pasca persalinan.
a. Memeriksa temperatur tubuh ibu sekali setiap jam selama dua jam pertama
pasca persalinan.
b. Melakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang tidak normal.
Kebersihan dan Keamanan

1. Menempatkan semua peralatan di dalam larutan klorin 0,5% untuk


dekontaminasi (10 menit). Mencuci dan membilas peralatan setelah
dekontaminasi
2. Membuang bahan-bahan yang terkontaminasi ke dalam tempat sampai yang
sesuai
3. Membersihkan ibu dengan menggunakan air disinfeksi tingkat tinggi.
Membersihkan cairan ketuban, lendir dan darah. Membantu ibu memakai
oakaian yang bersih dan kering
4. Memastikan bahwa ibu merasa nyaman. Membantu ibu memberikan ASI.
Menganjurkan keluarga untuk memberikan ibu minuman dan makanan yang
diinginkan.
5. Mendekontaminasi daerah yang di gunakan untuk melahirkan dengan larutan
klorin 0,5% dan membilas dengan air bersih
6. Mencelupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5% membalikkan
bagian dalam keluar dan merendamnya ke dalam larutan klorin 0,5% selama
10 menit.
7. Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir
Dokumentasi

1. Melengkapi partograf
8. Tanda Bahaya pada Persalinan
Tanda Bahaya pada Persalinana menurut (Sumarah,2013) :
a) Tanda bahaya kala I dimana proses pembukaan 0 sampai pembukaan
lengkap pada ibu bersalin, diantaranya :
1) Tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg.
2) Temperatur lebih dari 38°C.
3) Detak jantung janin kurang dari 100 atau lebih dari 160 kali/menit.
4) Pembukaan serviks
5) Pembukaan serviks melewati garis waspada
6) Cairan amnion bercampur mekonium, darah, dan berbau
7) Volume urine sedikit kental
b) Tanda bahaya pada Kala II dimana proses lahir janin dan plasenta di
antaranya :
1) Perineum terlihat sangat teregang dan kulit perineum terlihat putih,
terlihat jaringan parut pada perineum dan vagina, periuneum kaku dan
pendek, adanya rupture yang membakat
2) Gawat janin, denyut jantung janin (DJJ) kurang dari 100 atau lebih dari
160 kali/menit, lemah, tidak teratur.
3) His menjadi lemah atau dalam 10 menit tidak terjadi tiga kali.
4) Kesulitan kelahiran bahu
c) Tanda bahaya pada kala III dimana proses pengeluaran plasenta adalah:
1) Uterus tidak berkontraksi.
2) Perdarahan segera
3) Plasenta belum lahir selama 30 menit.
4) Lumen vagina terisi massa
5) Nyeri perut hebat
6) Plasenta atau sebagian tidak lengkap
7) Adanya pembekuan darah
d) Proses pemantauan atau observasi tanda bahaya pada kala IV, yaitu :
1) Uterus tidak berkontraksi
2) Perdarahan pervaginam
3) Laserasi Perineum dan vagina yang luas
4) Laserasi serviks
9. Manajemen Kebidanan pada Ibu Bersalin
A. Kala I
1) Diagnosis
1. Curigai atau antisipasi adanya persalinan jika wanita tersebut
menunjukkan tanda atau gejala, sebagai berikut :
a) Nyeri abdomen yang bersifat intermiten setelah kehamilan 22 minggu
b) Nyeri disertai lendir darah
c) Adanya pengeluaran air dan vagina atau keluarnya air-air secara tiba-
tiba
2. Pastikan keadaan inpartu jika :
a) Serviks terasa melunak, adanya pemendekan dan pendataran serviks
secara progresif selama persalinan
b) Dilatasi serviks, peningkatan diameter pembukaan serviks yang
diukur dalam sentimeter
2) Penanganan
1. Bantulah ibu dalam persalinan jika ia tampak gelisah, ketakutan, dan
kesakitan.
2. Beri dukungan/ asuhan jika ibu tersebut tampak gelisah.
3. Penolong tetap menjaga hak privasi ibu dalam persalinan
4. Menjelaskan kemajuan persalinan dan perubahan yang terjadi serta
prosedur yang akan dilaksanakan dan hasil-hasil pemeriksaan
5. Memenuhi kebutuhan energi dan mencegah dehidrasi, berikan cukup
minum
6. Sarankan ibu untuk berkemih sesering mungkin
3) Pemantauan
Tabel 2.4
Frekuensi minimal penilaian dan intervensi dalam persalinan normal

Frekuensi pada Frekuensi pada


Parameter
fase laten fase aktif
Tekanan darah Setiap 4 jam Setiap 4 jam
Suhu badan Setiap 4 jam Setiap 2 jam
Setiap 30-60
Nadi Setiap 30-60 menit
menit
Denyut jantung janin Setiap 1 jam Setiap 30 menit
Kontraksi Setiap 1 jam Setiap 30 menit
Pembukaan serviks Setiap 4 jam Setiap 4 jam
Penurunan Setiap 4 jam Setiap 4 jam
Sumber : Prawirohardjo,2016

4) Pemeriksaan dalam
Pemeriksaan dalam sebaiknya dilakukan setiap 4 jam selama kala I pada
persalinan, dan setelah selaput ketuban pecah.
Pada setiap pemeriksaan dalam, catatlah hal-hal sebagai berikut :
1) Warna cairan amnion
2) Dilatasi serviks
3) Penurunan kepala

B. Kala II
1) Diagnosis
Persalinan kala II ditegakan dengan melakukan pemeriksaan dalam untuk
memastikan pembukaan sudah lengkap atau kepala janin sudah tampak di
vulva dengan diameter 5-6 cm
2) Penanganan
1) Memberikan dukungan terus menerus kepada ibu
2) Menjaga kebersihan diri
3) Mengipasi dan masase untuk menambahkan kenyamanan kepada ibu
4) Memberikan dukungan mental untuk mengurangi kecemasan atau
ketakutan ibu
5) Mengatur posisi ibu, dalam membimbing mengedan
6) Menjaga kandung kemih tetap kosong
7) Memberikan cukup minum
C. Kala III
Manajemen Aktif Kala III
Penatalaksanaan aktif kala III membantu menghindarkan terjadinya
perdarahan pasca persalinan. penatalaksanaan aktif kala III, sebagai
berikut :
1) Pemberian oksitosin dengan segera
2) Pengendalian tarikan pada tali pusat, dan
3) Pemijatan uterus segera setelah plasenta lahir
D. Kala IV
a. Diagnosis
Dua jam pertama setelah persalinan merupakan waktu yang kritis bagi ibu
dan bayi, keduanya baru saja mengalami perubahan fisik yang luar biasa.
b. Penanganan
1) Pemeriksaan suhu, tekanan darah, TFU, kontraksi, kandung kemih,
perdarahan setiap 15 menit pada jam pertama dan setiap 30 menit
pada jam kedua
2) Penuhi kebutuhan nutrisi ibu
3) Ajari ibu dan keluarga tentang bagaimana memeriksa fundus dan
menimbulkan kontraksi dan tanda-tanda bahaya pada ibu dan bayi.

10. Partograf
Partograf dipakai untuk memantau kemajuan persalinan dan membantu
petugas kesehatan dalam mengambil keputusan dalam penatalaksanaan.
Partograf dimulai pada pembukaan 4 cm (fase aktif). Partograf sebaiknya
dibuat untuk setiap ibu yang bersalin, tanpa menghiraukan apakah persalinan
tersebut normal atau dengan komplikasi.

Petugas harus mencatat kondisi ibu dan janin sebagai berikut :

a) Denyut jantung janin. Catat setiap 1 jam


b) Air ketuban. Catat warna air ketuban setiap melakukan pemeriksaan
vagina :
U : Selaput Utuh
J : Selaput pecah, ketuban jernih
M : Air ketuban bercampur mekonium
D : Air ketuban bernoda darah
K : tidak ada cairan ketuban/ kering
c) Perubahan bentuk kepala janin
0 : sutura terpisah
1 : sutura (pertemuan dua tulang tengkorak) yang tepat/ bersesuaian
2 : sutura tumpang tindih tetapi dapat diperbaiki
3 : sutura tumpang tindih tetapi tidak dapat diperbaiki
d) Pembukaan mulut rahim (serviks). Dinilai setiap 4 jam diberi tanda silang
(X)
e) Penurunan. Catat dengan tanda lingkaran (O) pada saat pemeriksaan
dalam
f) Waktu. Menyatakan berapa jam waktu yang telah dijalani sesudah pasien
diterima
g) Jam. Catat jam sesungguhnya
h) Kontraksi. Catat setiap setengah jam, lakukan palpasi untuk menghitung
banyaknya kontraksi dalam 10 menit dan lamanya tiap-tiap kontraksi dalam
hitungan detik.
Lama kontraksi kurang dari < 20 detik

Lama kontraksi kurang dari 20-40 detik

Lama kontraksi lebih dari 40 detik

i) Oksitosin. Jika memakai oksitosin catatlah banyaknya oksitosin per


volume cairan infuse dan dalam tetesan permenit
j) Obat yang diberikan. Catat semua obat lain yang diberikan
k) Nadi. Catatlah setiap 30-60 menit dan tandai dengan sebuah titik besar
(●)
l) Tekanan darah. Catatlah setiap 4 jam dan tandai dengan anak panah
m) Suhu badan. Catatlah setiap 2 jam
n) Protein, aseton, dan volume urine. Catatlah setiap ibu berkemih
Jika temuan-temuan melintas ke arah kanan dari garis waspada, petugas
kesehatan harus melakukan penilaian terhadap kondisi ibu dan janin dan
segera mencari rujukan yang tepat.

A. Ketuban Pecah Dini (KPD)


1. Pengertian
Ketuban pecah dini merupakan pecahnya selaput ketuban sebelum
terjadinya tanda-tanda persalinan atau pecahnya selaput ketuban 1 jam
sebelum terjadinya inpartu (Manuaba, 2012). Ketuban pecah dini adalah
pecahnya selaput ketuban sebelum mulainya persalinan pada tahap kehamilan
manapun (Arma dkk, 2015).
Ketuban pecah dini dapat diartikan sebagai keadaan pecahnya selaput
ketuban sebelum proses persalinan. Hal ini dapat terjadi pada trimester ketiga
maupun trimester kedua jauh sebelum proses melahirkan. Ketuban pecah dini
preterm yaitu ketuban pecah dini yang terjadi sebelum usia kehamilan 37
minggu, sedangkan ketuban pecah dini yang memanjang yaitu ketuban pecah
dini yang terjadi lebih dari 12 jam sebelum terjadinya proses persalinan
(Sarwono, 2012).
Menurut Fujiyati (2016), dalam keadaan normal 8-10% wanita hamil aterm
akan mengalami ketuban pecah dini. Jadi KPD adalah pecahnya selaput
ketuban sebelum waktunya melahirkan atau persalinan. Ketubah pecah dini
mampu berpengaruh pada kehamilan dan persalinan. Jarak antara pecahnya
ketuban dengan permulaan persalinan disebut periode laten atau Lag Period.
Ada beberapa perhitungan yang mengukur Lag Period, diantaranya 1 jam atau
6 jam sebelum proses persalinan, dan diatas 6 jam setelah ketuban pecah.
Apabila pada fase laten terjadi waktu yang terlalu panjang dan selaput ketuban
sudah pecah maka dapat menyebabkan infeksi pada ibu dan bayi.
2. Etiologi
Penyebab ketuban pecah dini masih belum bisa ditentukan dan tidak dapat
diketahui dengan pasti (Nugroho, 2011). Beberapa jurnal menyebutkan faktor-
faktor yang berhubungan dengan ketuban pecah dini, yaitu :
Infeksi yang terjadi secara langsung pada selaput ketuban atau infeksi pada
cairan ketuban.
a) Serviks yang inkompeten atau kanalis servikalis yang selalu terbuka karena
kelainan pada serviks uteri (akibat persalinan atau kuretase)
b) Overdistensi uterus atau tekanan intrauterine yang meningkat secara
berlebihan, misalnya trauma, hidramnion dan gemelli
c) Terjadinya trauma yang mampu menyebabkan ketuban pecah dini,
misalnya trauma hubungan seksual, pemeriksaan dalam maupun
amniosintesis.
d) Kelainan letak pada janin, misalnya sungsang, sehingga tidak ada bagian
terendah yang masuk pada pintu atas panggul (PAP) yang dapat
menghalangi tekanan terhadap membrane bagian bawah.
e) Terdapat faktor lain menurut Nugroho (2011), yaitu:
1) Faktor ketidaksamaan golongan darah ibu dan anak dapat
menimbulkan kelemahan bawaan, termasuk kelemahan jaringan kulit
ketuban
2) Faktor disproporsi, ketidaksesuaian antara kepala janin dengan
panggul ibu (Cephalopelvic disproportion / CPD).
3) Faktor multi graviditas, merokok dan perdarahan antepartum.
4) Defisiensi gizi dari tembaga atau vitamin C (asam askorbat).
5) Riwayat ketuban pecah dini sebelumnya

3. Patofisiologi
Pecahnya selaput ketuban disebabkan oleh hilangnya elastisitas pada
daerah tepi robekan selaput ketuban. Hilangnya elastisitas selaput ketuban ini
sangat erat kaitannya dengan jaringan kolagen, yang dapat terjadi karena
penipisan oleh infeksi atau rendahnya kadar kolagen. Kolagen pada selaput
terdapat pada amnion di daerah lapisan kompakta, fibroblas serta pada korion
di daerah lapisan retikuler atau trofoblas (Mamede dkk, 2012).

Selaput ketuban pecah karena pada daerah tertantu terjadi perubahan


biokimia yang menyebabkan selaput ketuban mengalami kelemahan.
Perubahan struktur, jumlah sel dan katabolisme kolagen menyebabkan
aktivitas kolagen berubah dan menyebabkan selaput ketuban pecah. Pada
daerah di sekitar pecahnya selaput ketuban diidentifikasi sebagai suatu zona
“restriced zone of exteme altered morphologi (ZAM)” (Rangaswamy, 2012).

4. Tanda dan gejala


Tanda dan gejala ketuban pecah dini menurut Sunarti (2017) yaitu, sebagai
berikut :
a) Keluar cairan ketuban berwarna putih jernih, putih keruh, kuning, hijau,
atau kecoklatan sedikit-sedikit atau sekaligus banyak.
b) Demam apabila terjadi infeksi
c) Pada pemeriksaan dalam selaput ketuban tidak ada, air ketuban sudah
kering atau air ketuban masih mengalir, dan janin mudah teraba
(Sukarni,2013).
d) Keluarnya cairan ketuban melalui vagina berbau manis namun tidak
seperti bau amoniak.
e) Terdapat bercak pada vagina
f) Nyeri pada perut
g) Meningkatnya denyut jantung janin merupakan tanda infeksi
(Norma,2013).
5. Diagnosis
Menurut Al Wahyuni (2019) enegakkan diagnosis ketuban pecah dini secara
tepat sangat penting, hal ini dilakukan untuk mengurangi resiko infeksi yang
mengancam kehidupan janin. Diagnosis ketuban pecah dini dapat ditegakkan
dengan cara :
a) Anamnesis
Menanyakan riwayat adanya pengeluaran cairan ketuban. Ibu merasa
mengeluarkan cairan secara tiba-tiba dari jalan lahir atau vagina. Cairan
yang keluar berbau khas, dan perlu diperhatikan warna cairan yang keluar,
keluarnya cairan tidak disertai his yang teratur atau tana his, dan belum ada
lendir darah yang keluar.
b) Inspeksi
Pengamatan dengan mata telanjang terdapat cairan yang keluar
dari vagina, bila ketuban baru pecah dan jumlah air ketuban masih banyak
pemeriksaan ini masih jelas (Norma,2013).
c) Palpasi
Pemeriksaan palpasi dilakukan untuk memastikan jumlah cairan
ketuban. Apabila ketuban sudah pecah maka saat palpasi abdomen dapat
terdeteksi berkurangnya cairan ketuban karena terdapat peningkatan
molase uterus serta dinding abdomen di sekeliling janin dan penurunan
ballotement (Kriebs, 2012)
d) Pemeriksaan dengan spekulum
Pemeriksaan dengan spekulum pada ketuban pecah dini dilakukan
untuk
1) Menginspeksi genetalia eksternal untuk melihat adanya cairan
2) Melihat cairan yang mengalir dari ostium serviks
3) Meminta pasien untuk mengejan, tekan bagian fundus dengan lembut
atau bagian terendah digoyangkan akan tampak keluar cairan.
4) Mengobservasi cairan untuk mengetahui adanya lanugo dan vernik
kaseosa.
5) Melihat serviks untuk mengetahui adanya prolaps tali pusat atau
ekstremitas janin (Kriebs, 2012)
e) Pemeriksaan dalam
Pemeriksaan dalam dilakukan untuk melihat cairan di dalam vagina
dan selaput ketuban sudah tidak ada lagi. Mengenai pemeriksaan dalam
vagina dengan tocher perlu dipertimbangkan, pada kehamilan yang kurang
bulan yang belum dalam persalinan tidak perlu dilakukan pemeriksaan
dalam, jari pemeriksa akan mengakumulasi segmen bawah rahim dengan
flora vagina yang normal. Mikroorganisme tersebut bisa dengan cepat
menjadi patogen. Pemeriksaan dalam vagina hanya dilakukan jika ketuban
pecah dini sudah dalam proses persalinan atau yang dilakukan induksi
persalinan dan dibatasi sedikit mungkin untuk mencegah terjadinya infeksi
(Norma, 2013)
f) Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang harus dilakukan untuk mendiagnosis
ketuban pecah dini yaitu:
1) Pemeriksaan laboratorium.
Cairan yang keluar dari vagina harus diperiksa baik dari warna,
konsentrasi, bau dan pH nya. cairan yang keluar dari vagina tidak
selalu air ketuban namun bisa juga urine atau sekret vagina. Sekret
vagina ibu hamil memiliki kandungan pH 4-5, dengan kertas nitrazin
tidak berubah warna, tetap berwarna kuning.
2) Tes nitrazin (Test lakmus)
Jika kertas lakmus merah berubah warna menjadi biru berarti
menunjukan adanya kandungan air ketuban (alkalis). pH air ketuban
adala 7-7,5. Namun darah dan infeksi vagina dapat menghasilkan tes
yang positif palsu.
3) Tes Pakis (Mikroskopik)
Dilakukan dengan cara meneteskan ketuban pada gelas objek
dan dibiarkan kering. Pemeriksaan mikroskopik menunjukan gambaran
daun pakis.

6. Prognosis/ komplikasi
Menurut Julianti (2016) ada beberapa komplikasi yang disebabkan ketuban
pecah dini pada ibu dan janin, yaitu :
a) Komplikasi pada ibu
Menurut Julianti (2016) komplikasi yang dapat disebabkan KPD pada ibu
yaitu
1) Infeksi intrapartum
Infeksi intrapartum adalah infeksi yang terjadi dalam persalinan atau
inpartu, karena infeksi ini melibatkan selaput korion maka disebut
korioamnionitis. Korioamnionitis merupakan keadaan pada ibu hamil
dimana selaput kosrion, amnion dan cairan ketuban terkena infeksi. Sekitar
25 % infeksi intrapartum disebabkan oleh ketuban pecah dini, semakin
lama jarak antara ketuban dengan jarak persalinan, semakin tinggi pula
resiko morbiditas ibu dan janin. Vagina merupakan media yang sangat baik
bagi flora vagina, perubahan pH vagina selama kehamilan menyebabkan
menurunnya pertahanan alamiah terhadap infeksi. Resiko meningkat 1 kali
terjadi pada ketuban pecah 6 jam. Sedangkan ketuban pecah 24 jam resiko
meningkat 2 kali lipat, paling lama 2 x 24 jam setelah ketuban pecah, harus
sudah partus.
2) Infeksi puerperalis
Infeksi puerperalis adalah infeksi yang terjadi pada rahim dan sekitarnya
setelah proses persalinan. Macam-macam infeksi ini adalah endometritis
(infeksi lapisan dalam rahim), miometritis (infeksi otot rahim), dan
parametritis (infeksi pada area di sekitar rahim). Infeksi puerperalis ini bisa
berbahaya hingga menyebabkan kematian.
3) Partus lama
Partus lama merupakan fase laten terjadi lebih dari 8 jam pada proses
persalinan yang berlangsung 12 jam atau lebih dan bayi belum lahir,
ditandai dengan dilatasi serviks di kanan garis waspada pada persalinan
fase aktif.
4) Perdarahan post partum
Perdarahan postpartum adalah perdarahan yang terjadi setelah kala
III atau setelah plasenta lahir, perdarahan terjadi 500 cc atau lebih pada
perslinan pervaginam dan 1000 cc pada proses persalinan sesar. Dalam
persalinan dimulai dari kala I yaitu pada saat serviks membuka kurang dari
4 cm sampai penurunan kepala dimulai, kemudian terjadi kala II dimana
serviks sudah membuka lengkap sampai 10 cm atau kepala janin sudah
tampak didepan vulva, kemudian dilanjutkan dengan kala III persalinan
yang dimulai dengan lahirnya bayi dan berakhir dengan pengeluaran
plasenta.
b) Komplikasi pada janin
Komplikasi yang dapat disebabkan KPD pada janin itu yaitu prematuritas
(sindrom distres pernafasan, hipotermia, masalah pemberian makan
neonatal, retinopati prematuritas, perdarahan intraventrikular, enterocolitis
necrotizing, gangguan otak dan risiko cerebral palsy, anemia, sepsis,
penurunan tali pusat, hipoksia, asfiksia, prolaps uteri, partus lama skor APGR
lemah, perdarahan intrakranial( pedarahan pada tulang tengkorak), gagl
ginjal, oligohidramnion dan pertumbuhan janin terlambat (Marmi dkk, 2016).
7. Penatalaksanaan
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penatalaksanaan KPD adalah
memastikan diagnosa, menentukan usia kehamilan, mengevaluasi ada tidaknya
infeksi maternal dan infeksi janin, serta apakah dalam keadaan inpartu terdapat
kegawatan pada janin. Prinsip penanganan KPD adalah mempertahankan
kehamilan sampai paru-paru janin matang atau dicurigai adanya atau
terdiagnosis korioamnionitis. (Ketut, Ryan, Evert , 2017 : 99).
a) KPD Dengan Kehamilan Aterm
1) Diberikan antibiotik profilaksis, Ampicillin 4 x 500 mg selama 7 hari.
2) Dilakukan pemeriksaan “admission test” bila hasilnya patologis
dilakukan terminasi kehamilan.
3) Observasi temperatur rektal setiap 3 jam, bila ada kecenderungan
meningkat lebih atau sama dengan 37,6o, segera lakukan terminasi.
4) Bila temperatur rektal tidak meningkat, dilakukan observasi selama 12
jam. Setelah 12 jam apabila belum ada tanda-tanda inpartu maka
dilakukan terminasi.
5) Batasi pemeriksaan dalam, dilakukannya hanya berdasarkan indikasi
obstetri
6) Bila dilakukan terminasi, lakukan evaluasi Pelvic Score (PS) :
(a) Bila PS lebih atau sama dengan 5, dilakukan induksi dengan
oksitosin drip.
(b) Bila PS kurang dari 5, dilakukan pematangan servik dengan
misoprostol 50 µ gr setiap 6 jam per oral maksimal 4 kali
pemberian.

Tabel 2.1 Pelvic Score (PS) menurut Bishop

SKOR 0 1 2 3
Pembukaan
0 1-2 3-4 5-6
serviks (cm)
Pendataran
0-30% 40-50% 60-70% 80%
serviks
Penurunan -3 -2 -1.0 +1, +2
kepala diukur
dari bidang
Hodge III (cm)
Konsistensi
Keras Sedang Lunak
serviks
Searah sumbu Ke arah
Posisi serviks Kebelakang
jalan lahir depan

b) KPD Dengan Kehamilan Preterm


1) Penanganan di rawat di RS
2) Diberikan antibiotic, Ampicillin 4 x 500 mg selama 7 hari
3) Untuk merangsang maturasi paru diberikan kortikosteroid (untuk usia
kehamilan kurang dari 35 minggu) : Dexamethasone 5 mg setiap 6 jam.
4) Observasi di kamar bersalin
(a) Tirah baring selama 24 jam, selanjutnya di rawat di ruang obstetric.
(b) Dilakukan observasi temperatur rektal tiap 3 jam, bila ada
kecenderungan terjadi peningkatan temperatur rektal lebih atau
sama dengan 37,6o, segera lakukan terminasi.
5) Di ruang obstetric :
(a) Temperatur rektal diperiksa setiap 6 jam.
(b) Dilakukan pemeriksaan laboratorium, yakni : leukosit dan laju
endap darah (LED) setiap 3 jam.
6) Tata cara perawatan konservatif :
(a) Dilakukan sampai janin viable
(b) Selama perawatan konservatif, tidak dianjurkan melakukan
pemeriksaan dalam
(c) Dalam observasi selama 1 minggu, dilakukan pemeriksaan USG
untuk menilai air ketuban :
(1) Bila air ketuban cukup, kehamilan diteruskan
(2) Bila air ketuban kurang (oligohidramnion).
(d) Pada perawatan konservatif, pasien dipulangkan pada hari ke-7
dengan saran sebagai berikut :
(1) Tidak boleh koitus
(2) Tidak boleh melakukan manipulasi vagina
(3) Segera kembali ke RS bila keluar air ketuban lagi
(e) Bila masih keluar air, perawatan konservatif dipertimbangkan
dengan melihat pemeriksaan laboratorium. Apabila terdapat
peningkatan LED atau leukositosis maka lakukan terminasi.
c) Terminasi Kehamilan
1) Induksi persalinan dengan drip oksitosin
2) Seksio sesarea bila prasyarat drip oksitosin tidak terpenuhi atau bila drip
oksitosin gagal.
3) Bila skor pelvik jelek, dilakukan pematangan dan induksi persalinan
dengan misoprostol 50 µ gr setiap 6 jam per oral maksimal 4 kali
pemberian.
BAB III

TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU MELAHIRKAN

KUNJUNGAN AWAL

No Reg : 001254

Nama Pengkaji : Amanda Naomi .W

Hari/tanggal : Senin/15/8/2022

Waktu Pengkajian : 08.00 Wib

Tempat Pengkajian : Puskesmas Waringinkurung

DATA SUBJEKTIF
2. Identitas

Jenis Istri Suami


Identitas

Nama NY. N Tn. I

Umur 26 tahun 26 tahun

Suku/bangsa Sunda/Indonesia Sunda/Indonesia

Agama Islam Islam

Pendidikan SMA SMA

Pekerjaan Mengurus Rumah Tangga Karyawan Swasta

Alamat Kp. Karang Asem Rt 02/07 Kp. Karang Asem Rt 02/07


rumah Desa. Sambilawang Kec. Desa. Sambilawang Kec.
Waringinkurung, Serang Banten Waringinkurung, Serang
Tlp
HP: 082123841601 Banten
HP
3. Quick Cek

No Jenis Quick cek Hasil Keterangan


Ya Tidak
1 Sakit kepala hebat √
2 Gangguan penglihatan √
3 Pembengkakan pada wajah dan tangan √
4 Nyeri abdomen (epigastrium) √
5 Mual dan muntah berlebihan √
6 Pergerakan janin tidak seperti biasa √
7 Pengeluaran pervaginam √
8 Demam √
4. Keluhan saat ini
 Mules-mules sejak pukul 05.00 WIB (14/08/2022) pengeluaran
pervaginam : air ketuban pukul 07.00 WIB
 Kekhawatiran yang berkaitan dengan persalinan : tidak ada
 Makan dan minum terakhir:
- makan terakhir pkl : 21:00 WIB Nafsu makan : Normal
- Minum terakhir pukul : 23:00 WIB sebanyak : 2 Gelas
 BAB dan BAK terakhir : BAB terakhir tgl 14-08-2021 pkl 20.00 WIB
BAK terakhir pkl 07.00 WIB sebanyak ± 100cc

B. Riwayat kehamilan sekarang


 HPHT : 28-11-2021
 Siklus haid : 28 hari, teratur
 Taksiran waktu persalinan : 05-09-2022
 Pemakaian obat dan jamu-jamuan : Tidak ada
 Kekhawatiran yang berkaitan dengan kehamilan : Tidak ada
C.
D. Riwayat perkawinan
a. Pernikahan yang ke : Pertama
b. Pernikahan ke-1 umur : 23 tahun dengan suami 1 : 23 th

E. Riwayat Ginekologi:
a. Infertilitas :-
b. Infeksi virus : tidak ada
c. PMS : tidak ada
d. Cervisitis Cronis : tidak ada
e. Endometriotis : Tidak ada
f. Myoma : tidak ada
g. Polip servix : tidak ada
h. Kanker kandungan : tidak ada
i. Operasi kandungan : tidak ada
j. Perkosaan : tidak
DATA OBJEKTIF

1. Kesadaran : composmentis
2. Keadaan umum : baik
3. Keadaan emosional : stabil
4. BB : 60 kg
5. TTV
Tekanan darah : 110/80 mmHg Nadi : 89 x/menit
Respirasi : 22 x/menit Suhu : 36,6 °C
6. Head to toe
 Wajah : tidak pucat, tidak ada oedema
 Mata : konjungtiva tidak pucat, sklera tidak ikterik
 Abdomen
His : 3x10’ lama 40”
TFU : 30 CM TBJ : 2945
Leopold I : teraba bokong
Leopold II : kanan : ekstremitas kiri : punggung
Leopold III : teraba kepala
Leopold IV : sudah masuk 3/5 bagian (divergen)
DJJ : 140x/menit Irama : teratur
(Punctum maksimum) PM : terdengar disatu titik
 Ekstremitas : tidak ada oedema di ekstremitas atas dan bawah
 Anogenital :
- Tukak/luka : tidak ada
- varises : tidak ada
- kelenjar scene : tidak ada pembengkakan
- kelenjar bartholin :tidak ada pembengkakan
- PD/VT (Vaginal Toucher):
 vulva vagina : tidak ada kelainan
 portio : tipis lunak
 pembukaan : 5 cm
 ketuban : negatif jernih
 presentasi : belakang kepala
 posisi : uuk
 penurunan : hodge II+
 penyusupan : tidak ada moulage
- haemoroid : tidak ada
 Refleks patella : (+) / (+)
7. Pemeriksaan penunjang (sesuai indikasi)
 HB : 11 gr %
 Golongan Darah : B+
 HIV : Non Reaktif
 Sifilis : Non Reaktif
 HbsAg : Non Reaktif

ANALISIS

Ny. N usia 26 tahun G2P0A1 usia kehamilan 37 minggu, inpartu kala I fase aktif
dengan KPD Janin tunggal, hidup, intrauterin, presentasi kepala
PENATALAKSANAAN

1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa pembukaan 5 cm, ibu


mengetahuinya
2. Melakukan informed consent pada Ny. Y dan suami atas tindakan yang akan
dilakukan
3. Mengobservasi KU dan kemajuan persalinan berdasarkan partograf yaitu Nadi,
respirasi, DJJ, dan his setiap 30 menit, TD, Suhu setiap 2 jam dan kemajuan
persalinan setiap 4 jam
4. Menganjurkan keluarga untuk memberi ibu minum dan makan di sela-sela
kontraksi, ibu hanya ingin minum di sela-sela kontraksi
5. Menganjurkan ibu untuk tetap tiduran di tempat tidur dan tidur miring kiri dan
mengajarkan ibu teknik relaksasi dan nafas panjang dari hidung lalu
mengeluarkan melalui mulut pelan-pelan setiap ada kontraksi, ibu bersedia
tetap tidur miring kiri dan nafas panjang setiap ada kontraksi
6. Menyiapkan partus set, partus set sudah disiapkan
7. Menyiapkan perlengkapan ibu dan bayi, perlengkapan ibu dan bayi sudah
disiapkan
1. Dokumentasi dalam bentuk Pathway Asuhan Kebidanan

KALA I

Hari dan Tanggal : Senin,15 Agustus 2022


Tempat Praktik : Puskesmas Waringinkurung
Nama : Amanda Naomi Worinsi
Program Studi : Profesi Kebidanan

Pathway Kasus Kebidanan


Nama : Ny. N
Usia : 26 tahun Tanda / Gejala / keluhan yang
GPA : G2P0A1 dialami pasien
SUBJEKTIF
Ibu mengatakan mules dan keluar
Tanda / Gejala / keluhan secara Patofisiologi (Sesuai Tanda / Gejala / keluhan air-air
teori : yang dialami pasien) OBJEKTIF
Pecahnya selaput ketuban disebabkan oleh Keadaan umum baik, kesadaran
1. Keluar cairan ketuban berwarna composmentis, Tekanan darah:
hilangnya elastisitas pada daerah tepi robekan
putih jernih, putih keruh, kuning, 124/81 mmHg, Nadi : 89 x/menit,
selaput ketuban. Hilangnya elastisitas selaput
hijau, atau kecoklatan sedikit- Respirasi: 22 x/menit, Suhu : 36,6
ketuban ini sangat erat kaitannya dengan °C, Djj: 142x/mnt teratur. Pada
sedikit atau sekaligus banyak.
jaringan kolagen, yang dapat terjadi karena pemeriksaan dalam didapatkan
2. Keluarnya cairan ketuban
penipisan oleh infeksi atau rendahnya kadar portio tipis lunak, pembukaan 5 cm,
melalui vagina berbau manis
kolagen. Kolagen pada selaput terdapat pada presentasi kepala, ketuban jernih,
namun tidak seperti bau penurunan hodge II+ posisi UUK
amnion di daerah lapisan kompakta, fibroblas
amoniak. dan tidak ada moulage
serta pada korion di daerah lapisan retikuler
3. Nyeri pada perut ANALISA
atau trofoblas (Mamede dkk, 2012). Ny. Y usia 26 tahun G2P0A1 usia
4. (Sukarni,2013).
kehamilan 37 minggu, inpartu kala I
Asuhan yang diberikan : fase aktif dengan KPD
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa pembukaan 5
cm Rasionalisasi dari asuhan yang diberikan :
2. Melakukan informed consent pada Ny. N dan suami atas 1. Pembukaan serviks di nilai dengan cara melakukan
tindakan yang akan dilakukan pemeriksaan dalam
3. Mengobservasi KU, Nadi, respirasi, DJJ, dan his setiap 30 2. Inform consent wajib dilakukan agar pasien
menit, TD, Suhu setiap 2 jam dan kemajuan persalinan mendapat informasi yang cukup untuk dapat
setiap 4 jam mengambil keputusan atas tindakan yang akan
4. Menganjurkan keluarga untuk memberi ibu minum dan dilakukan
makan di sela-sela kontraksi, ibu hanya ingin minum di sela- 3. Observasi dilakukan agar dapat melihat dan menilai
sela kontraksi perkembangan pasien
5. Menganjurkan ibu untuk tetap tiduran di tempat tidur dan 4. Memberi asupan cairan sangat penting disaat proses
tidur miring kiri dan mengajarkan ibu teknik relaksasi dan pembukaan
nafas panjang dari hidung lalu mengeluarkan melalui mulut 5. Miring kiri dilakukan supaya kepala bayi terus turun
pelan-pelan setiap ada kontraksi, kedasar panggul dan teknik relaksasi supaya
6. Menyiapkan partus set mengurangi rasa nyeri
7. Menyiapkan perlengkapan ibu dan bayi, 6. Partus set disiapkan sebelum pembukaan lengkap
7. Perlengkapan ibu telah disiapkan untuk memudahkan
Evaluasi asuhan yang diberikan :
1. Ibu dan keluarga telah mengetahui hasil
pemeriksaannya
2. Ibu dan suami telah menyetujui dan
mendandatanganin tindakan yang akan dilakukan
bidan
3. Observasi sedang dilakukan
4. Ibu hanya ingin minum saja
5. Ibu akan tetap dikasur dan miring kiri, serta
mengerti cara teknik relaksasi
6. Partus set sudah disiapkan
7. Perlengkapan ibu dan bayi sudah disiapkan
SOAP KALA II

Tanggal : 15 September 2022


Pkl : 11.00 WIB
Oleh : Bidan Amanda Naomi
Tempat : Puskesmas Waringinkurung

SUBJEKTIF
Ibu mengatakan rasa ingin mengedan

OBJEKTIF
Vulva dan anus membuka, perineum menonjol, kontraksi 5x 10’ lama 55”, Djj
142x/mnt. Pada pemeriksaan dalam, portio sudah tidak teraba, pembukaan lengkap,
presentasi kepala, posisi UUK depan, penurunan Hodge IV dan tidak ada moulage

ANALISA
Ny. N usia 26 tahun G2P0A1 usia kehamilan 37 minggu, inpartu kala II
Janin dalam kondisi baik

PENATALAKSANAN
1. Menjelaksan kepada ibu dan keluarganya bahwa pembukaan sudah lengkap,
ibu dan keluarga sudah mengetahui.
2. Menganjurkan suami untuk tetap mendampingi dan memberikan minum saat
tidak ada his, suami mengerti.
3. Mengatur posisi ibu dengan posisi litotomi, ibu sudah dalam posisi litotomi
4. Mengajarkan ibu teknik meneran yang benar yaitu saat ada his ibu merangkul
kedua paha sampai batas siku, kepala sedikit diangkat sehingga dagu
mendekati dada dan membuka mata saat meneran dan tidak boleh mengangkat
bokong, ibu mengerti.
5. Menganjurkan ibu teknik relaksasi yaitu ibu beristirahat saat tidak ada his dan
meneran pada saat ada his, ibu mengerti
6. Memantau DJJ saat ibu relaksasi, DJJ masih dalam batas normal yaitu
132x/mnt
7. Memimpin proses persalinan dengan 60 langkah APN, bayi lahir spontan pukul
11.10 WIB, menangis kuat, tonus otot baik, warna kulit kemerahan, jenis
kelamin laki-laki, BB 2900 gr, PB 48 cm, Lk 32 cm, Ld 34 cm
8. Melaksanakan penatalaksanaan bayi baru lahir yaitu bayi diletakkan di perut
ibu, mengeringkan tubuh bayi dan IMD, bayi telah dikeringkan

Pathway Kasus Kebidanan


9. Nama : Ny. N Tanda / Gejala / keluhan yang
Tanda / Gejala / keluhan secara teori :
10. Usia : 26 tahun dialami pasien
1. bersamaan dengan terjdnya11. SUBJEKTIF
GPA : G2P0A1
Ibu mengatakan rasa ingin
kontraksi 12. mengedan
2. Ibu merasakan meningkatnya 13.
tekanan pada rectum/ Patofisiologi (Sesuai Tanda / Gejala / OBJEKTIF
vaginanya Vulva dan anus membuka,
3. Perineum terlihat menonjol
keluhan yang dialami pasien)
perineum menonjol, kontraksi 5x
4. Vulva vagina dan sfingter ani 10’ lama 55”, Djj 132x/mnt. Pada
terlihat membuka Adanya His yg terkodinir, kuat, cepat dan
lama ±2-3’sekali. kepala janin turun msk pemeriksaan dalam, portio sudah
5. Peningkatan pengeluaran lendir tidak teraba, pembukaan lengkap,
darah ruang panggul shg terjadi tekanan pd otot2 presentasi kepala, posisi UUK
6. anus terlihat membuka dasar panggul yg secara reflek timbul rasa depan, penurunan Hodge IV dan
7. Kepala telah turun di dasarpanggul mengedan. Krna tekanan pd rectum, ibu tidak ada moulage
(Prawirohardjo,2018) sep ingin BAB dgn tanda anus membuka.
Pd waktu his kepala janin mulai terlihat, ANALISA
Ny. N usia 26 tahun G2P0A1 usia
vulva membuka & perineum meregang. Dgn kehamilan 37 minggu, inpartu kala II
his mengedan lahirlah kepala dgn di ikuti Janin dalam kondisi baik
seluruh badan janin (Mochtar,2019)

Rasionalisasi dari asuhan yang diberikan :

Asuhan yang diberikan : 1. Pembukaan lengkap ditandai dengan perineum


menonjol, anus dan vulva membuka
1. Menjelaksan kepada ibu dan keluarganya bahwa pembukaan
2. Ibu bersalin butuh support untuk penyemangat
sudah lengkap
3. Posisi litotomi adalah posisi berbaring saat
2. Menganjurkan suami untuk tetap mendampingi dan
melahirkan
memberikan minum saat tidak ada his.
4. teknik meneran yang benar yaitu saat ada his ibu
3. Mengatur posisi ibu dengan posisi litotomi
merangkul kedua paha sampai batas siku, kepala
4. Mengajarkan ibu teknik meneran yang benar
sedikit diangkat sehingga dagu mendekati dada dan
5. Menganjurkan ibu teknik relaksasi
membuka mata saat meneran
6. Memantau his dan DJJ saat ibu relaksasi,
5. Teknik relaksasi yaitu ibu beristirahat saat tidak ada
7. Memimpin proses persalinan, bayi lahir spontan
his dan meneran pada saat ada his
8. Menyuntik oksitosin
6. Saat kala II pemantauan djj harus tetap dilakukan
9. Melaksanakan penatalaksanaan bayi baru lahir yaitu bayi
setiap 5-10 menit sesuai partograf
diletakkan di perut ibu, mengeringkan tubuh bayi dan IMD
7. Persalinan dilakukan dengan 60 langkah APN
8. Oksitosin disuntikan segera setelah bayi baru lahir
9. Meletakkan bayi diatas perut ibu dan lansung
IMD dengan tujuan menjaga kehangatan pada
bayi
Evaluasi asuhan yang diberikan :

1. Ibu dan keluarga sudah mengetahui


2. Suami telah mendampingi dan ibu sudah
diberi minum
3. Ibu sudah dalam posisi litotomi
4. Ibu paham cara meneran
5. Ibu mengerti teknik relaksasi
6. DJJ masih dalam batas normal yaitu
132x/mnt
7. bayi lahir spontan pukul 03.58 WIB,
menangis kuat, tonus otot baik, warna kulit
kemerahan, jenis kelamin perempuan
8. bayi telah dikeringkan
9. IMD sedang berlangsung
SOAP KALA III

Tanggal : 15 September 2022


Pkl : 11.10 WIB
Oleh : Bidan Amanda Naomi Worinsi
Tempat : Puskesmas Waringinkurung

SUBJEKTIF
Ibu merasa senang atas kelahirannya

OBJEKTIF
Keadaan umum baik, kesadaran composmentis, pemeriksaan TFU sepusat,
kontraksi uterus baik, tidak ada janin kedua, kandung kemih kosong, perdarahan ±
70 cc, genetalia terdapat tali pusat.

ANALISA
Ny. N usia 26 tahun P1A1 Partus Kala III

PENATALAKSANAAN
1. Melakukan MAK III
 Melakukan penyuntikan oksitosin 10 IU secara IM, oksitosin sudah
diberikan
 Melakukan peregangan tali pusat terkendali. Pukul 10.15 WIB plasenta
lahir spontan
 Melakukan massase uterus selama 15 detik, kontraksi uterus baik
2. Melakukan penngecekan laserasi pada vagina, ibu tidak ada robekan
3. Pengecekan sisa plasenta pada uterus, tidak ada plasenta yang tersisa
4. Melakukan pemeriksaan keutuhan pada plasenta, plasenta utuh
Pathway Kasus Kebidanan
Nama : Ny. N
Usia : 26 tahun
GPA : P1A1
Tanda / Gejala / keluhan yang
Tanda / Gejala / keluhan secara teori : Patofisiologi (Sesuai Tanda / Gejala / dialami pasien
SUBJEKTIF
keluhan yang dialami pasien) Ibu merasa senang atas
Setelah bayi lahir, uterus teraba keras
Fisiologi kala III tempat impleentasi kelahirannya
dengan fundus uteri agak diatas pusat.
Beberapa menit kemudian uterus placenta mengalami pengerutan placenta
berkontraksi lagi untuk melepas dilepaskaan dari perlekatannya terjadi OBJEKTIF
plasenta dari dindingnya. Biasanya pengumpulaan daraah pada ruang Keadaan umum baik, kesadaran
plasenta lepas dalam 5-15 menit uteroplacenter akan mendorong placenta composmentis, pemeriksaan TFU
setelah bayi lahir dan keluar spontan keluar maka dilakukanlah MAK III sepusat, kontraksi uterus baik,
atau dengan tekanan pada fundus Penataalaksanan aktif pada kala III tidak ada janin kedua, kandung
uteri. Pengeluaran plasenta disertai
dengan pengeluaran darah.. ( Pengelluaran aktif kala III kemih kosong, perdarahan ± 70 cc,
(Manuaba,2012) menghindarkan terjadinyaa perdarahan genetalia terdapat tali pusat.
pasca persalinan yang meliputi
Pemberian Oksitosin dengan segera, ANALISA
pengendalian tarikan pada talipusat, dan Ny. N usia 26 tahun P1A1 Partus
pemijatan uterus segera setelah placenta Kala III
lahir (APN KemKes. 2018)

Rasionalisasi dari asuhan yang diberikan :


Asuhan yang diberikan :
1. Melakukan MAK III dilakukan untuk mempercepat
1. Melakukan MAK III pengeluaran plasenta dan mengurangi perdarahan
 Melakukan penyuntikan oksitosin 10 IU 2. Pengecekan laserasi dilakukan untuk mengetahui
kondisi vagina
secara IM, oksitosin sudah diberikan
3. Sisa plasenta didalam uterus harus dicek sebab
 Melakukan peregangan tali pusat jika ada sisa plasenta yang tertinggal akan
terkendali. Pukul 11.15 WIB plasenta menyebabkan perdarahan
4. Pemeriksaan keutuhan plasenta untuk meyakinkan
lahir spontan
tidak ada bagian plasenta yang tersisa
 Melakukan massase uterus selama 15
detik, kontraksi uterus baik
2. Melakukan pengecekan laserasi pada vagina,
3. Pengecekan sisa plasenta pada uterus Evaluasi asuhan yang diberikan :
4. Melakukan pemeriksaan keutuhan pada
1. MAK III sudah dilakukan
plasenta,
2. Ibu tidak ada robekan
3. tidak ada plasenta yang tersisa
4. plasenta dalam keadaa utuh
SOAP KALA IV

Tanggal : 15 September 2021


Pkl : 11.40 WIB
Oleh : Bidan Amanda Naomi
Tempat : Puskesmas Waringinkurung

SUBJEKTIF
Ibu mengatakan masih merasa mulas dan lelah.

OBJEKTIF
Keadaan umum baik, kesadaran composmentis, pemeriksaan TTV didapatkan hasil
TD = 100/70 mmHg, nadi = 78 x/menit, RR = 22 x/menit, suhu = 36,8°C. TFU 2 jari
dibawah pusat, kontraksi baik, kandung kemih kosong, perdarahan ± 125 cc.

ANALISA
Ny. N usia 26 tahun P1A1 Partus Kala IV

PENATALAKSANAAN
1. Mengajarkan ibu dan keluarga cara masase uterus, ibu dan keluarga dapat
melakukannya
2. Memantau keadaan ibu setiap 15 menit pertama, setiap 15 menit sekali pada 1
jam pertama dan pada jam kedua 30 menit sekali pada 1 jam berikutnya
3. Membereskan alat-alat yang terpakai, alat-alat sudah dibereskan
4. Membersihkan ibu serta tempat tidur bersalin dan menggantikan pakaian ibu,
ibu dan tempat tidur bersalin sudah bersih dan ibu sudah digantikan baju
5. Melanjutkan IMD, IMD berhasil
6. Menganjurkan ibu untuk istirahat atau tidak diperbolehkan mobilisasi aktif, ibu
akan beristirahat
Pathway Kasus Kebidanan
Nama : Ny. N
Usia : 26 tahun
GPA : P1A1
Tanda / Gejala / keluhan yang
Tanda / Gejala / keluhan secara teori : dialami pasien
Patofisiologi (Sesuai Tanda / Gejala /
SUBJEKTIF
keluhan yang dialami pasien) Ibu mengatakan masih merasa
1. Dimulai setelah lahirnya plasenta
dan berakhir 2 jam setelah itu mulas dan lelah.
Setelah placenta lahir tinggi fundus
2. paling kritis karena proses OBJEKTIF
uterus kurang lebih 2 jari di bawah pusat,
perdarahan yg berlangsung akan Keadaan umum baik, kesadaran
lebih cepat otot otot uterus berkontrksi, pembuluh
composmentis, pemeriksaan TTV
3. Masa 1 jam setelah plasenta lahir. darah yg berada di antara anyaman
didapatkan hasil TD = 120/80
4. Merasa cemas karena takut terjadi anyaman otot uterus akan terjepit, proses
perdarahan setelah pplacenta lahir mmHg, nadi = 86 x/menit, RR = 22
ini akan menghentikan perdarahan setelah
5. Lelah dan cape setelah melahirkan x/menit, suhu = 36,6°C. TFU 2 jari
plasenta di lahirkan (Prawirohardjo,2016)
bayi dan placentanya. (Kemenkes dibawah pusat, kontraksi baik,
RI,2016) kandung kemih kosong,
perdarahan ± 100 cc
ANALISA
Ny. N usia 26 tahun P1A1 Partus
Asuhan yang diberikan : Kala IV

1. Mengajarkan ibu dan keluarga cara masase uterus, ibu dan


Rasionalisasi dari asuhan yang diberikan :
keluarga dapat melakukannya
1. Supaya terhindar dari atonia uteri
2. Memantau keadaan ibu setiap 15 menit pertama, setiap 15
2. Pemantauan dilakukan karena kondisi 2 jam
menit sekali pada 1 jam pertama dan pada jam kedua 30
postpartum adalah kondisi-kondisi kritis bagi
menit sekali pada 1 jam berikutnya
ibu nifas
3. Membereskan alat-alat yang terpaka
3. Alat-alat yang telah dipakai harus langsung
4. Membersihkan ibu serta tempat tidur bersalin dan
dibereskan dan di desinfektan agar tidak
menggantikan pakaian ibu
terkena orang lain
5. Melanjutkan IMD
4. Membuat ibu selalu nyaman dan bersih setelah
6. Menganjurkan ibu untuk istirahat atau tidak diperbolehkan
melahirkan
mobilisasi aktif
5. IMD bertujuan untuk membuat bayi dan ibu
memiliki kontak erat dan membuat kontraksi
ibu lebih bagus
Evaluasi asuhan yang diberikan : 6. Memulihkan kondisi ibu setelah melahirkan
1. Ibu dan keluarga dapat melakukan massase uterus (metayani, 2009)
2. pemantauan 2 jam postpartum telah dilakukan
3. Alat-alat sudah dibereskan
4. ibu dan tempat tidur bersalin sudah bersih dan ibu
sudah digantikan baju
5. IMD berhasil
6. Ibu akan beristirahat
BAB IV
PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil observasi kala I pada Ny. N berlangsung 4 jam 10 menit.


Hal ini sesuai dengan teori (Manuaba,2012). Yang menyatakan bahwa kala I untuk
primigravida berlangsung 12 jam sedangkan multigravida 6-8 jam dengan ketuban
pecah dini pada pembukaan 5 cm. Hal ini sesuai dengan teori Purwaningtyas 2017
yang menyatakan Ketuban pecah dini (KPD) atau sering disebut dengan premature
rupture of the membrane (PROM) merupakan pecahnya selaput ketuban sebelum
waktunya persalinan. Ketuban pecah dini adalah pecahnya selaput ketuban sebelum
persalinan atau sebelum adanya pembukaan pada primipara kurang dari atau sama
dengan 3 cm dan pada multipara kurang dari atau sama dengan 5 cm. Dalam hal ini
tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus.
Berdasarkan hasil observasi kala II pada Ny. N berlangsung selama 10
menit. Hal ini sesuai dengan teori (Manuaba,2012). Yang menyatakan bahwa proses
kala II berlangsung kurang lebih selama 2 jam pada primigravida dan 1 jam pada
multigravida. Dalam hal ini tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus.
Berdasarkan hasil observasi kala III pada Ny. N berlangsung dalam 10 menit
setelah bayi lahir dan melakukan Manajemen Aktif Kala III yaitu pemberian oksitosin
10 IU pada 1/3 paha bagian luar, melakukan Penegangan Tali Pusat (PTT) ketika
uterus berkontraksi, dan melakukan masase fundus uteri selama 15 detik. Hal ini
sesuai dengan teori (Manuaba, 2012). Yang menyatakan bahwa plasenta lahir
spontan 5-15 menit setelah bayi lahir, dan pemberian oksitosin 10 IU pada 1/3 paha
bagian luar, melakukan Penegangan Tali Pusat (PTT) ketika uterus berkontraksi,
dan melakukan masase fundus uteri selama 15 detik. Dalam hal ini tidak ada
kesenjangan antara teori dan kasus.
Pemantauan observasi kala IV pada Ny. N dimulai dari lahirnya plasenta
sampai 2 jam post partum. Hal ini sesuai dengan teori (Manuaba, 2012). Yang
menyatakan bahwa kala IV dimulai dari saat plasenta lahir sampai 2 jam post
partum. Pada kala IV juga ibu membutuhkan istirahat atau tidak boleh melakukan
aktifitas seperti biasa. Hal ini senada dengan penelitian Mitayani, 2009 yang
nyatakan bahwa setelah kala IV ibu sudah bisa turun dari tempat tidur dan
melakukan aktifitas seperti biasa, karena selama persalinan kala IV ibu
membutuhkan istirahat untuk menyiapkan tubuh dalam proses penyembuhan,
karena sampai akhir persalinan kala IV, kondisi ibu biasanya telah stabil
(Hamilton,2004). Dalam hal ini tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus.
Pada saat menolong persalinan pada pasien Ny. N, penulis melakukan
pertolongan persalinan dengan 60 langkah APN sesuai dengan teori (Prawirohardjo,
2016) yang tujuannya adalah mencegah infeksi secara konsisten, memantau selama
persalinan, setelah bayi lahir dan memantau nifas secara rutin.
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari uraian teori dan pembahasan pada kasus Ny.N dapat diambil
kesimpulan asuhan yang diberikan atau Tindakan yang dilakukan sangat
lah penting dalam pemantauan persalinan mulai dari sejak kehamilan
dengan penilaian 4 terlalu, sehingga pada persalinan dapat dilakukan
pencegahan dengan megedukasi untuk melakukan metode KB Jangka
Panjang.
Dari kasus Ny.N tersebut dengan Tindakan dan asuhan yg diberikan
maka penulis dapat mengambil kesimpulan yaitu pada persalinan Ny.N
dalam penilaian partograph tidak melewati garis waspada. kala II
berlansung 10 menit, dan kala III berlansung 10 menit, kala IV berjalan
baik dengan melakukan pengawasan TTV, TFU, kandung kemih ,
kontraksi dan perdarahan tidak mangalami masalah, klien sudah
melakukan ambulasi dini , menerut penulis dengan adanya pemantauan
selama 2 jam post partum itu sudah cukup baik untuk mendeteksi lebih
dini terjadinya perdarahan pasca persalinan .
B. Saran
1. Bagi Penulis
Menjadi salah satu bahan pembelajaran dan sumber informasi dalam
memberikan Asuhan Kebidanan Persalinan Pada Ny. N usia 26 tahun
G3P0A1 usia kehamilan 37 minggu dengan KPD di Puskesmas Tahun
2022
2. Bagi lahan praktik
Diharapkan mampu menerapkan Asuhan Kebidanan Persalinan Pada Ny.
N usia 26 tahun G2P0A1 usia kehamilan 37 minggu dengan KPD di
Puskesmas Waringinkurung Tahun 2022
3. Bagi Pasien
Dapat menambah wawasan/informasi sesuai dengan asuhan yang
diberikan oleh bidan dan mendapatkan pelayanan yang optimal.
DAFTAR PUSTAKA

Elisabeth, Siwi. 2015. Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan. Yogyakarta: Pustaka Baru Press

Indriyani. 2011. Buku Ajar Asuhan Kehamilan. Jakarta: CV Trans Info Media

Irianto, Koes. 2015. Kesehatan Reproduksi. Bandung : Alfabeta

Manuaba, I.B Gde. 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KeluargaBerencana
untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC

Manuaba, Ida ayu, dkk. 2012. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan KBuntuk
Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC

Prawirohardjo, Sarwono. (2012). Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo

Prawirohardjo, Sarwono. (2013). Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta :


Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Prawirohardjo, Sarwono. (2016). Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo

Prawirohardjo S. 2016. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono


Prawihardjo

Sugihantono, Anung. 2017. Pemantapan Peran Bidan dalam Pelayanan Maternal Neonatal
Terintegrasi. Jakarta: PIT IBI

Syafrudin, Nr. Karningsih & Mardiana Dairi. 2011. Untaian Materi Penyuluhan

Walyani, Elisabeth. 2015. Asuhan Kebidanan pada Kehamilan. Yogyakarta : Pustaka Baru
Press

Depkes 2018. Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi.


https://www.depkes.go.id, di unduh tanggal 05 Maret 2021 16.19 WIB
LAMPIRAN

60
61
62
63

Anda mungkin juga menyukai