Oleh :
AMANDA NAOMI WORINSI
NIM : 210704021
LAPORAN KASUS
Pembimbing I
(Tanda Tangan)
Puji syukur penulis panjatkan Kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Kasus
Penulis
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN....................................................................................i
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI......................................................................................................... iii
PERSETUJUAN TINDAKAN MEDIS.................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang....................................................................................1
B. Rumusan Masalah………………………………………………………….2
C. Tujuan.................................................................................................5
D. Manfaat………………………………………………………………………7
BAB IV PEMBAHASAN
BAB V PENUTUP
A. Saran......................................................................................................31
B. Kesimpulan............................................................................................. 34
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Puskesmas Waringinkurung
Jalan Raya Serdang-Sasahan
Telp (0254) 8484369 Fax ………………………….
Kode pos 42412
Demikian surat persetujuan ini saya buat tanpa paksaan dari pihak manapun
dan agar dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.
A. Latar Belakang
Ketuban pecah dini (KPD) atau sering disebut dengan premature rupture of
the membrane (PROM) merupakan pecahnya selaput ketuban sebelum waktunya
persalinan. Ketuban pecah dini adalah pecahnya selaput ketuban sebelum
persalinan atau sebelum adanya pembukaan pada primipara kurang dari atau
sama dengan 3 cm dan pada multipara kurang dari atau sama dengan 5 cm. Hal
ini dapat terjadi pada kehamilan matur maupun pada kehamilan prematur. Ketuban
pecah dini merupakan salah satu masalah yang dapat meningkatkan angka
kesakitan dan kematian ibu, sebab ketuban pecah dini merupakan masalah
obstetric yang menyebabkan infeksi pada ibu dan bayi (Purwaningtyas, 2017)
Menurut WHO insidensi KPD sebanyak 5-10% dari semua kelahiran. KPD
pada kehamilan preterm sebanyak 1% dan pada kehamilan aterm sebanyak 70%.
KPD pada kehamilan preterm merupakan penyebab utama dari kelahiran
prematur, terjadi sekitar 34% dari kehamilan prematur. Berdasarkan data hasil
prevalensi dilaporkan insiden KPD di Amerika berkisar 5-15%, sedangkan di China
berkisar 2,7-7% dan di India berkisar 7-12% (Chandra and Sun, 2017; Xia et al.,
2015; Rohmawati and Fibriana, 2018).
Walaupun penyebab pasti KPD belum diketahui, tetapi ada beberapa faktor
predisposisi penyebab KPD diantaranya adalah masa gestasi, usia ibu, paritas,
infeksi, anemia, kehamilan ganda, peningkatan tekanan intrauterin dan faktor
keturunan dimana penyebab tersebut disebabkan oleh infeksi intra uterin pada usia
gestasi awal, status sosial ekonomi yang rendah, perawatan prenatal yang tidak
memadai dan nutrisi yang tidak adekuat selama kehamilan (Irsam, Dewi and
Wulandari, 2014; Dewanti, Putra and Utama, 2018).
Komplikasi yang terjadi pada ketuban pecah dini adalah infeksi dalam
persalinan, partus lama, infeksi pada nifas, dan hemoragik postpartum (perdarahan
pasca persalinan. Sedangkan komplikasi yang terjadi pada janin adalah lahir
prematuritas, penurunan tali pusat, hipoksia, asfiksia, dan sindrom defomitas
(Marmi, 2011).
Faktor yang menyebabkan ketuban pecah dini belum diketahui atau belum
dapat ditemukan secara pasti (Nugroho T. , 2012). Namun, kemungkinan yang
menjadi faktor predisposisi antara lain adalah usia ibu, kelainan selaput ketuban,
paritas, serviks yang pendek, serviks inkompeten, trauma, gemeli, hidramnion,
kelainan letak, sering minum alkohol, dan merokok (Nugrahini, Maharrani, &
Yunita, 2017).
Cara mencegah terjadinya ketuban pecah dini menurut Sujiyatini, Muflidah
dan Hidayat (2009) adalah ibu hamil sebaiknya mengurangi aktivitas, terutama
pada akhir trimester kedua dan trimester ketiga kehamilannya. Beberapa penelitian
menunjukkan bahwa mengkonsumsi suplemen vitamin C pada masa kehamilan
secara efektif dapat mengurangi kejadian ketuban pecah dini atau PROM. Vitamin
C mampu memelihara kolagen dan antioksidan. Vitamin C yang adekuat dapat
meningkatkan tiga helix mRNA kolagen posttransciption. Selain itu vitamin C
mampu menjadi kofaktor enzim untuk lysyl hidroksilase dan prolyl hydroxylase
untuk dapat membentuk hidroksiprolin yang menyediakan tiga helix stabilisasi.
(Osaikhuwuomwan JA., 2010).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk mengetahui
“Bagaimana Asuhan Kebidanan Persalinan pada Ny. N usia 26 tahun G2P0A1 usia
kehamilan 37 minggu dengan KPD di Puskesmas Waringinkurung Tahun 2022?”
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa profesi mampu melakukan pengkajian data subjektif pada
Ny. N usia 26 tahun G2P0A1 usia kehamilan 37 minggu dengan KPD
di Puskesmas Waringinkurung Tahun 2022
b. Mahasiswa profesi mampu melakukan pengkajian data objektif pada
Ny. N usia 26 tahun G2P0A1 usia kehamilan 37 minggu dengan KPD
di Puskesmas Waringinkurung Tahun 2022
c. Mahasiswa profesi mampu melakukan pengkajian data penunjang
pada Ny. N usia 26 tahun G2P0A1 usia kehamilan 37 minggu dengan
KPD di Puskesmas Waringinkurung Tahun 2022
d. Mahasiswa profesi mampu:
1). Menegakkan diognosis dan masalah
2). Menegakkan diagnosis dan masalah potensial
3).Melakukan tindakan segera jika dibutuhkan pada asuhan
kebidanan konseling persalinan dengan KPD
e. Mahasiswa profesi mampu memberikan Asuhan Kebidanan yang
benar dan tepat sesuai dengan diagnosis dan masalah pada
persalinan dengan KPD
f. Mahasiswa profesi mampu membuat rasionalisasi asuhan yang telah
diberikan pada persalinan dengan KPD
g. Mahasiswa profesi mampu melakukan evaluasi asuhan kebidanan
yang di berikan pada persalinan dengan KPD
2 Manfaat Penulisan
1. Bagi Penulis
Menjadi salah satu bahan pembelajaran dan sumber informasi dalam
memberikan Asuhan Kebidanan Persalinan Pada Ny. N usia 26 tahun
G2P0A1 usia kehamilan 37 minggu dengan KPD di Puskesmas
Waringinkurung Tahun 2022
2. Bagi lahan praktik
Diharapkan mampu menerapkan Asuhan Kebidanan Persalinan Pada Ny. N
usia 26 tahun G2P0A1 usia kehamilan 37 minggu dengan KPD di
Puskesmas Waringinkurung Tahun 2022
3. Bagi Pasien
Dapat menambah wawasan/informasi sesuai dengan asuhan yang diberikan
oleh bidan dan mendapatkan pelayanan yang optimal.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Persalinan
1. Definisi Persalinan
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan plasenta)
yang telah cukup atau dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lahir dengan
bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri) (Manuaba,2013).
Partus biasa (normal), disebut juga partus spontan adalah proses lahirnya
bayi dengan letak belakang kepala (LBK) dengan tenaga ibu sendiri, tanpa
bantuan alat-alat, serta tidak melukai ibu dan bayi, yang umumnya berlangsung
kurang dari 24 jam (Mochtar,2013).
Kala I
Adalah kala pembukaan, dari pembukaan 1 cm sampai dengan lengkap.
Proses membukanya serviks sebagai akibat his dibagi menjadi 2 fase, fase
laten berlangsung 8 jam. Pembukaan terjadi paling lambat sampai mencapai 3
cm. Fase aktif dibagi menjadi 3 bagian, yaitu fase akselerasi dalam waktu 2 jam
pembukaan 3cm menjadi 4cm. Fase dilatasi maksimal dalam 2 jam pembukaan
berlangsung sangat cepat, dari 4 sampai 9cm. Fase deselerasi pembukaan
menjadi lambat kembali, dalam waktu 2 jam pembukaan dari 9 menjadi lengkap.
Lama kala I untuk primigravida berlangsung 12 jam sedangkan multigravida 6-8
jam. (Manuaba,2012)
Kala II
Kala III
Adalah kala uri, yaitu dari keluarnya bayi sampai lahirnya plasenta. Setelah
bayi lahir, uterus teraba keras dengan fundus uteri agak diatas pusat. Beberapa
menit kemudian uterus berkontraksi lagi untuk melepas plasenta dari dindingnya.
Biasanya plasenta lepas dalam 5-15 menit setelah bayi lahir dan keluar spontan
atau dengan tekanan pada fundus uteri. Pengeluaran plasenta disertai dengan
pengeluaran darah. Manajemen Aktif Kala 3 (MAK III) terdiri dari tiga langkah
utama yaitu pemberian suntik oksitosin dalam 1 menit pertama setelah bayi lahir,
melakukan penegangan tali pusat terkendali, massase uteri. (Manuaba, 2012)
Kala IV
Adalah dimulai sejak lahirnya plasenta sampai 2 jam sesudahnya,
pemantauan 1 jam pertama selama 15 menit sebanyak 4 kali pemantauan, 1 jam
kedua selama 30 menit sebanyak 2 kali pemantauan. Pemantauan dan evaluasi
lanjut meliputi tanda-tanda vital, yaitu kontraksi uterus baik, tidak ada perdarahan,
plasenta dan selaput lengkap, kandung kemih kosong, luka perineum terawat
dengan baik dan tidak terjadi hematoma, keadaan bayi dan ibu. (Manuaba, 2012).
3. Tanda dan Gejala Persalinan
Tanda dan gejala persalinan adalah sebagai berikut :
1. Kekuatan his makin sering terjadi dan teratur dengan jarak kontraksi yang
semakin pendek.
2. Dapat terjadi pengeluaran pembawa tanda, yaitu pengeluaran lendir
bercampur darah.
3. Dapat disertai ketuban pecah.
Pemeriksaan dalam, dijumpai perubahan serviks: pelunakan, pendataran, dan
pembukaan serviks. (Manuaba,2010)
4. Faktor Persalinan
Dalam persalinan masih terdapat subfaktor yang mempengaruhi jalannya
persalinan sehingga dapat terjadi kemungkinan, yaitu :
a) Persalinan yang berlangsung dengan kekuatan sendiri yang disebut
persalinan eutosia
b) Persalinan yang berlangsung dan menyimpang dari kekuatan sendiri disbut
persalinan distosia
5. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Persalinan
1. Power (Kekuatan yang mendorong janin keluar)
1) Jenis Kekuatan yang Mendorong Janin Keluar
Kekuatan yang mendorong janin keluar (power), yaitu :
1. His (kontraksi uterus)
2. Kontraksi otot dinding perut
3. Kontraksi diafragma pelvis atau kekuatan mengejan
4. Ketegangan dan ligamentous action terutama ligamentum rotundum.
2) Sifat Kontraksi Uterus
Kontraksi uterus terjadi karena otot-otot polos rahim bekerja dengan baik
dan sempurna dengan sifat :
1. Kontraksi simetris
2. Fundus dominan
3. Relaksasi
4. Involuntir : terjadi diluar kehendak
5. Intermiten : terjadi secara berkala (berselang-seling)
6. Terasa sakit
7. Terkoordinasi
8. Kadang dapat dipengaruhi dari luar secara fisik, kimia, dan psikis
3) Perubahan Akibat His
1. Pada uterus dan serviks
Uterus teraba keras atau padat karena kontraksi. Tekanan hidrostatis
air ketuban dan tekanan intra uterin naik serta menyebabkan serviks
menjadi mendatar (effacement) dan terbuka (dilatasi)
2. Pada ibu
Rasa nyeri karena iskemia rahim dan kontraksi rahim. Juga ada
kenaikan nadi dan tekanan darah.
3. Pada janin
Pertukaran oksigen pada sirkulasi uteroplasenter kurang, sehingga
timbul hipoksia janin. Denyut jantung janin melambat (bradikardi) dan
kurang jelas didengar karena adanya iskemia fisiologis. Jika benar-
benar terjadi hipoksia yang agak lama, misalnya pada kontraksi
tetanik, maka terjadi gawat janin asfiksia dengan denyut jantung
diatas 160 per menit, tidak teratur.
4) Pembagian His dan Sifatnya
1. His Pendahuluan
2. His tidak kuat, tidak teratur
3. Menyebabkan “show”
4. His Pembukaan (Kala I)
5. His pembukaan serviks sampai terjadi dipembukaan lengkap 10 cm.
6. Mulai kuat, teratur, dan sakit
7. His Pengeluaran (his mengedan) (Kala II)
8. Sangat kuat, teratur, simetris, terkoordinasi, dan lama
9. His untuk mengeluarkan janin
10. Koordinasi bersama antara : his kontraksi otot perut, kontraksi
diafragma dan ligamen
11. His Pelepasan Uri (Kala III)
Kontraksi sedang untuk melepaskan dan melahirkan plasenta
12. His Pengiring (Kala IV)
Kontraksi lemah, masih sedikit nyeri, pengecilan rahim dalam
beberapa hari
5) His Palsu
His palsu adalah kontraksi uterus yang tidak efisien atau spasme
usus, kandung kemih dan otot-otot dinding perut yang terasa nyeri. His
palsu timbul beberapa hari sampai satu bulan sebelum kehamilan cukup
bulan. His palsu dapat merugikan yaitu dengan membuat lelah pasien
sehingga pada waktu persalinan yang sesungguhnya mulai, pasien
berada dalam kondisi yang buruk, baik fisik maupun mental.
6) Perbedaan His Persalinan dan His Palsu
Tabel 2.3
4. Psikologis Persalinan
Psikologis persalinan merupakan hubungan saling mempengaruhi
yang rumit antara dorongan psikologis dan fisiologis dalam diri wanita
dengan pengaruh dorongan tersebut pada proses kelahiran bayi. Salah
satu kondisi psikologis yang dapat menghambat proses persalinan
adalah rasa cemas. Beberapa terjadinya kecemasan pada ibu bersalin,
yaitu :
a. Cemas sebagai akibat dari nyeri persalinan
b. Keadaan fisik ibu
c. Riwayat pemeriksaan kehamilan (riwayat ANC)
d. Kurangnya pengetahuan tentang proses persalinan
e. Dukungan dari lingkungan sosial (suami/keluarga dan teman)
f. Latar belakang psikososial, status perkawinan kehamian yang tidak
diinginkan, sosial ekonomi.
g. Penurunan kontraksi rahim yang akan menyebabkan
memanjangnya waktu. Secara epidemiologis kecemasan dalam
persalinan dapat terjadi baik pada persalinan primigravida atau
multigravida. Rasa takut dan sakit menimbulkan stress yang
mengakibatkan pengeluaran adrenalin. hal ini mengakibatkan
penyempitan pembuluh darah dan mengurangi aliran darah yang
membawa oksigen ke rahim sehingga terjadi penurunan kontraksi
rahim yang akan menyebabkan memanjangnya waktu. Terkadang
hambatan psikologis lebih besar prengaruhnya dibandingkan fisik.
Sering juga terjadi baik gangguan fisik maupun psikologis berpadu
menjadi lingkaran setan yang sulit diputuskan, mekanisme ini disebut
incoordinate uterine action. Kecemasan pada ibu bersalin kala I bisa
berdampak meningkatnya sekresi adrenalin. Salah satu efek
adrenanlin adalah konstriksi pembuluh darah sehingga suplai oksigen
ke janin menurun. Penurunan aliran darah juga menyebabkan
melemahnya kontraksi rahim dan berakibat memanjangnya proses
persalinan. tidak hanya sekresi adrenalin yang meningkat tetapi
sekresi ACTH (Adrenocorticotropic hormone) juga meningkat,
menyebabkan peningkatan kadar kortisol serum dan gula darah.
5. Penolong
Peran penolong dokter/bidan adalah memantau dengan seksama dan
memberikan dukungan serta kenyamanan pada ibu baik dari segi emosi
atau perasaan maupun fisik. Dalam hal ini penolong persalinan harus
membantu pasien, memperjelas, serta mengurangi beban perasaan dan
pikiran selama proses persalinan, membantu mengambil tindakan yang
efektif untuk pasien dan membantu mempengaruhi orang lain terutama
keluarga pasien, lingkungan fisik dan diri sendiri dari rasa emosi, panik,
lelah, serta tetap melakukan pelindung diri dari adanya kemungkinan
bahaya infeksi selama proses persalinan.
Kepala janin turun ke PAP dalam keadaan tegak lurus (Sinklitismus) atau dapat
pula kepala janin turun ke PAP dalam keadaan miring (Asinklitismus) terhadap
sumbu jalan lahir. Dapat pula kepala janin lahir dalam keadaan Asinklitismus
anterior (sutura sagitalis mendekati sympisis dan menjauhi promotorium) atau
dalam keadaan Asinklitismus posterior (sutura sagitalis menjauhi sympisis dan
mendekati promotorium).
Dengan kekuatan his dan meneran ibu, kepala janin melakukan fleksi yakni
dengan diameter suboksipito bregmatikus (9,5 cm) dan sirkumferensia
suboksipito bregmatikus (32 cm) sampai didasar panggul kepala janin berada
didalam keadaan fleksi maksimal. Sampai didasar panggul, kepala janin
melakukan putaran paksi dalam sehingga ubun-ubun kecil akan berputar kearah
depan dan berada dibawah sympisis dan suboksiput sebagai hipomoklion.
Kemudian, kepala janin mengadakan defleksi untuk dapat dilahirkan. Dengan
kekuatan his bersama dengan kekuatan mengejan, berturut-turut tampak bregma,
dahi muka, dan lahirnya dagu. Sesudah kepala lahir, kepala segera mengadakan
putaran paksi luar untuk menyesuaikan kedudukan kepala dengan punggung
bayi. Bahu melintasi PAP dalam keadaan miring. Di dalam rongga panggul bahu
akan menyesuaikan diri dengan bentuk panggul yang dilaluinya, sehingga didasar
panggul. Apabila kepala telah dilahirkan, bahu akan berada didalam posisi depan
belakang. Selanjutnya dilahirkan bahu depan terlebih dahulu, baru kemudian
bahu belakang. Lalu bayi lahir seluruhnya. (Prawirohardjo,2016 : 310)
1. Letakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) diperut ibu, jika kepala
bayi telah membuka vulva 5-6 cm
2. Meletakkan kain yang bersih dilipat 1/3 bagian dibawah bokong ibu.
3. Membuka partus set dan perhatikan kembali kelengkapan alat dan bahan
4. Memakai sarung tangan DTT atau steril pada kedua tangan.
Menolong Kelahiran Bayi
Lahirnya kepala
1. Saat kepala bayi membuka vulva dengan diameter 5-6 cm, lindungi perineum
dengan satu tangan yang telah dilapisi kain tadi, letakkan tangan yang lain
dikepala bayi dan lakukan tekanan yang lembut dan tidak menghambat pada
kepala bayi, membiarkan kepala keluar perlahan-lahan. Menganjurkan ibu
untuk meneran perlahan-lahan atau bernapas cepat saat bayi lahir.
2. Dengan lembut menyeka muka, mulut, dan hidung bayi dengan kain atau
kassa yang bersih. (langkah ini tidak harus dilakukan)
3. Memeriksa lilitan tali pusat dan mengambil tindakan yang sesuai jika hal itu
terjadi dan kemudian meneruskan segera proses kelahiran bayi.
4. Menunggu hingga kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara spontan.
Lahirnya Bahu
1. Menilai bayi dengan cepat (dalam 30 detik), kemudian meletakkan bayi diatas
perut ibu dengan posisi kepala bayi sedikit lebih rendah dari tubuhnya (bila tali
pusat terlalu pendek, meletakkan bayi di tempat yang memungkinkan). Bila
bayi mengalami asfiksia, lakukan resusitasi.
2. Segera membungkus kepala dan badan bayi dengan handuk dan biarkan
kontak kulit ibu dan bayi. Lakukan penyuntikkan oksitosin/IM.
3. Menjepit tali pusat menggunakan klem kira-kira 3 cm dari pusat bayi,
melakukan urutan pada tali pusat mulai dari klem ke arah ibu dan memasang
klem kedua 2 cm dari klem pertama (ke arah ibu).
4. Memegang tali pusat dengan satu tangan, melindungi bayi dari gunting dan
memotong tali pusat diantara 2 klem tersebut.
5. Mengeringkan bayi, mengganti handuk yang basah dan menyelimuti bayi
dengan kain atau selimut yang bersih dan kering, menutupi bagian kepala,
membiarkan tali pusat terbuka. Jika bayi mengalami kesulitan bernapas, ambil
tindakan yang sesuai.
6. Memberikan bayi kepada ibunya dan menganjurkan ibu untuk memeluk
bayinya dan memulai pemberian ASI jika ibu menghendakinya.
Oksitosin
1. Meletakkan kain yang bersih dan kering. Melakukan palpasi abdomen untuk
menghilangkan kemungkinan adanya bayi kedua.
2. Memberitahu kepada ibu bahwa ia akan disuntik.
3. Dalam waktu 2 menit setelah kelahiran bayi, berikan suntikkan oksitosin 10
unit/IM di 1/3 paha atas ibu bagian luar, setelah mengaspirasinya terlebih
dahulu.
Penegangan Tali Pusat Terkendali
1. Setelah plasenta terlepas, meminta ibu untuk meneran sambil menarik tali
pusat ke arah bawah dan kemudian ke arah atas, mengikuti kurva jalan lahir
sambil meneruskan tekanan berlawanan arah pada uterus.
2. Jika plasenta terlihat di introitus vagina, melanjutkan kelahiran plasenta
dengan menggunakan kedua tangan. Memegang plasenta dengan dua tangan
dan dengan hati-hati memutar plasenta hingga selaput ketuban terpilin.
Dengan lembut perlahan melahirkan selaput ketuban tersebut. Jika selaput
ketuban robek, memakai sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi atau steril dan
memeriksa vagina dan serviks ibu dengan seksama. Menggunakan jari-jari
tangan atau klem atau forceps desinfeksi tingkat tinggi atau steril untuk
melepaskan bagian selaput yang tertinggal.
Pemijatan Uterus
1. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan masase uterus,
meletakkan telapak tangan di fundus dan melakukan masase dengan gerakan
melingkar dengan lembut hingga uterus berkontraksi (fundus menjadi keras).
Menilai Perdarahan
1. Memeriksa kedua sisi plasenta baik yang menempel ke ibu maupun janin dan
selaput ketuban untuk memastikan bahwa plasenta dan selaput ketuban
lengkap dan utuh. Jika uterus tidak berkontraksi setelah melakukan masase
selama 15 detik maka mengambil tindakan yang sesuai.
2. Mengevaluasi adanya laserasi pada vagina dan perineum dan segera menjahit
laserasi yang mengalami perdarahan aktif.
Melakukan Prosedur Pascapersalinan
1. Melengkapi partograf
8. Tanda Bahaya pada Persalinan
Tanda Bahaya pada Persalinana menurut (Sumarah,2013) :
a) Tanda bahaya kala I dimana proses pembukaan 0 sampai pembukaan
lengkap pada ibu bersalin, diantaranya :
1) Tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg.
2) Temperatur lebih dari 38°C.
3) Detak jantung janin kurang dari 100 atau lebih dari 160 kali/menit.
4) Pembukaan serviks
5) Pembukaan serviks melewati garis waspada
6) Cairan amnion bercampur mekonium, darah, dan berbau
7) Volume urine sedikit kental
b) Tanda bahaya pada Kala II dimana proses lahir janin dan plasenta di
antaranya :
1) Perineum terlihat sangat teregang dan kulit perineum terlihat putih,
terlihat jaringan parut pada perineum dan vagina, periuneum kaku dan
pendek, adanya rupture yang membakat
2) Gawat janin, denyut jantung janin (DJJ) kurang dari 100 atau lebih dari
160 kali/menit, lemah, tidak teratur.
3) His menjadi lemah atau dalam 10 menit tidak terjadi tiga kali.
4) Kesulitan kelahiran bahu
c) Tanda bahaya pada kala III dimana proses pengeluaran plasenta adalah:
1) Uterus tidak berkontraksi.
2) Perdarahan segera
3) Plasenta belum lahir selama 30 menit.
4) Lumen vagina terisi massa
5) Nyeri perut hebat
6) Plasenta atau sebagian tidak lengkap
7) Adanya pembekuan darah
d) Proses pemantauan atau observasi tanda bahaya pada kala IV, yaitu :
1) Uterus tidak berkontraksi
2) Perdarahan pervaginam
3) Laserasi Perineum dan vagina yang luas
4) Laserasi serviks
9. Manajemen Kebidanan pada Ibu Bersalin
A. Kala I
1) Diagnosis
1. Curigai atau antisipasi adanya persalinan jika wanita tersebut
menunjukkan tanda atau gejala, sebagai berikut :
a) Nyeri abdomen yang bersifat intermiten setelah kehamilan 22 minggu
b) Nyeri disertai lendir darah
c) Adanya pengeluaran air dan vagina atau keluarnya air-air secara tiba-
tiba
2. Pastikan keadaan inpartu jika :
a) Serviks terasa melunak, adanya pemendekan dan pendataran serviks
secara progresif selama persalinan
b) Dilatasi serviks, peningkatan diameter pembukaan serviks yang
diukur dalam sentimeter
2) Penanganan
1. Bantulah ibu dalam persalinan jika ia tampak gelisah, ketakutan, dan
kesakitan.
2. Beri dukungan/ asuhan jika ibu tersebut tampak gelisah.
3. Penolong tetap menjaga hak privasi ibu dalam persalinan
4. Menjelaskan kemajuan persalinan dan perubahan yang terjadi serta
prosedur yang akan dilaksanakan dan hasil-hasil pemeriksaan
5. Memenuhi kebutuhan energi dan mencegah dehidrasi, berikan cukup
minum
6. Sarankan ibu untuk berkemih sesering mungkin
3) Pemantauan
Tabel 2.4
Frekuensi minimal penilaian dan intervensi dalam persalinan normal
4) Pemeriksaan dalam
Pemeriksaan dalam sebaiknya dilakukan setiap 4 jam selama kala I pada
persalinan, dan setelah selaput ketuban pecah.
Pada setiap pemeriksaan dalam, catatlah hal-hal sebagai berikut :
1) Warna cairan amnion
2) Dilatasi serviks
3) Penurunan kepala
B. Kala II
1) Diagnosis
Persalinan kala II ditegakan dengan melakukan pemeriksaan dalam untuk
memastikan pembukaan sudah lengkap atau kepala janin sudah tampak di
vulva dengan diameter 5-6 cm
2) Penanganan
1) Memberikan dukungan terus menerus kepada ibu
2) Menjaga kebersihan diri
3) Mengipasi dan masase untuk menambahkan kenyamanan kepada ibu
4) Memberikan dukungan mental untuk mengurangi kecemasan atau
ketakutan ibu
5) Mengatur posisi ibu, dalam membimbing mengedan
6) Menjaga kandung kemih tetap kosong
7) Memberikan cukup minum
C. Kala III
Manajemen Aktif Kala III
Penatalaksanaan aktif kala III membantu menghindarkan terjadinya
perdarahan pasca persalinan. penatalaksanaan aktif kala III, sebagai
berikut :
1) Pemberian oksitosin dengan segera
2) Pengendalian tarikan pada tali pusat, dan
3) Pemijatan uterus segera setelah plasenta lahir
D. Kala IV
a. Diagnosis
Dua jam pertama setelah persalinan merupakan waktu yang kritis bagi ibu
dan bayi, keduanya baru saja mengalami perubahan fisik yang luar biasa.
b. Penanganan
1) Pemeriksaan suhu, tekanan darah, TFU, kontraksi, kandung kemih,
perdarahan setiap 15 menit pada jam pertama dan setiap 30 menit
pada jam kedua
2) Penuhi kebutuhan nutrisi ibu
3) Ajari ibu dan keluarga tentang bagaimana memeriksa fundus dan
menimbulkan kontraksi dan tanda-tanda bahaya pada ibu dan bayi.
10. Partograf
Partograf dipakai untuk memantau kemajuan persalinan dan membantu
petugas kesehatan dalam mengambil keputusan dalam penatalaksanaan.
Partograf dimulai pada pembukaan 4 cm (fase aktif). Partograf sebaiknya
dibuat untuk setiap ibu yang bersalin, tanpa menghiraukan apakah persalinan
tersebut normal atau dengan komplikasi.
3. Patofisiologi
Pecahnya selaput ketuban disebabkan oleh hilangnya elastisitas pada
daerah tepi robekan selaput ketuban. Hilangnya elastisitas selaput ketuban ini
sangat erat kaitannya dengan jaringan kolagen, yang dapat terjadi karena
penipisan oleh infeksi atau rendahnya kadar kolagen. Kolagen pada selaput
terdapat pada amnion di daerah lapisan kompakta, fibroblas serta pada korion
di daerah lapisan retikuler atau trofoblas (Mamede dkk, 2012).
6. Prognosis/ komplikasi
Menurut Julianti (2016) ada beberapa komplikasi yang disebabkan ketuban
pecah dini pada ibu dan janin, yaitu :
a) Komplikasi pada ibu
Menurut Julianti (2016) komplikasi yang dapat disebabkan KPD pada ibu
yaitu
1) Infeksi intrapartum
Infeksi intrapartum adalah infeksi yang terjadi dalam persalinan atau
inpartu, karena infeksi ini melibatkan selaput korion maka disebut
korioamnionitis. Korioamnionitis merupakan keadaan pada ibu hamil
dimana selaput kosrion, amnion dan cairan ketuban terkena infeksi. Sekitar
25 % infeksi intrapartum disebabkan oleh ketuban pecah dini, semakin
lama jarak antara ketuban dengan jarak persalinan, semakin tinggi pula
resiko morbiditas ibu dan janin. Vagina merupakan media yang sangat baik
bagi flora vagina, perubahan pH vagina selama kehamilan menyebabkan
menurunnya pertahanan alamiah terhadap infeksi. Resiko meningkat 1 kali
terjadi pada ketuban pecah 6 jam. Sedangkan ketuban pecah 24 jam resiko
meningkat 2 kali lipat, paling lama 2 x 24 jam setelah ketuban pecah, harus
sudah partus.
2) Infeksi puerperalis
Infeksi puerperalis adalah infeksi yang terjadi pada rahim dan sekitarnya
setelah proses persalinan. Macam-macam infeksi ini adalah endometritis
(infeksi lapisan dalam rahim), miometritis (infeksi otot rahim), dan
parametritis (infeksi pada area di sekitar rahim). Infeksi puerperalis ini bisa
berbahaya hingga menyebabkan kematian.
3) Partus lama
Partus lama merupakan fase laten terjadi lebih dari 8 jam pada proses
persalinan yang berlangsung 12 jam atau lebih dan bayi belum lahir,
ditandai dengan dilatasi serviks di kanan garis waspada pada persalinan
fase aktif.
4) Perdarahan post partum
Perdarahan postpartum adalah perdarahan yang terjadi setelah kala
III atau setelah plasenta lahir, perdarahan terjadi 500 cc atau lebih pada
perslinan pervaginam dan 1000 cc pada proses persalinan sesar. Dalam
persalinan dimulai dari kala I yaitu pada saat serviks membuka kurang dari
4 cm sampai penurunan kepala dimulai, kemudian terjadi kala II dimana
serviks sudah membuka lengkap sampai 10 cm atau kepala janin sudah
tampak didepan vulva, kemudian dilanjutkan dengan kala III persalinan
yang dimulai dengan lahirnya bayi dan berakhir dengan pengeluaran
plasenta.
b) Komplikasi pada janin
Komplikasi yang dapat disebabkan KPD pada janin itu yaitu prematuritas
(sindrom distres pernafasan, hipotermia, masalah pemberian makan
neonatal, retinopati prematuritas, perdarahan intraventrikular, enterocolitis
necrotizing, gangguan otak dan risiko cerebral palsy, anemia, sepsis,
penurunan tali pusat, hipoksia, asfiksia, prolaps uteri, partus lama skor APGR
lemah, perdarahan intrakranial( pedarahan pada tulang tengkorak), gagl
ginjal, oligohidramnion dan pertumbuhan janin terlambat (Marmi dkk, 2016).
7. Penatalaksanaan
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penatalaksanaan KPD adalah
memastikan diagnosa, menentukan usia kehamilan, mengevaluasi ada tidaknya
infeksi maternal dan infeksi janin, serta apakah dalam keadaan inpartu terdapat
kegawatan pada janin. Prinsip penanganan KPD adalah mempertahankan
kehamilan sampai paru-paru janin matang atau dicurigai adanya atau
terdiagnosis korioamnionitis. (Ketut, Ryan, Evert , 2017 : 99).
a) KPD Dengan Kehamilan Aterm
1) Diberikan antibiotik profilaksis, Ampicillin 4 x 500 mg selama 7 hari.
2) Dilakukan pemeriksaan “admission test” bila hasilnya patologis
dilakukan terminasi kehamilan.
3) Observasi temperatur rektal setiap 3 jam, bila ada kecenderungan
meningkat lebih atau sama dengan 37,6o, segera lakukan terminasi.
4) Bila temperatur rektal tidak meningkat, dilakukan observasi selama 12
jam. Setelah 12 jam apabila belum ada tanda-tanda inpartu maka
dilakukan terminasi.
5) Batasi pemeriksaan dalam, dilakukannya hanya berdasarkan indikasi
obstetri
6) Bila dilakukan terminasi, lakukan evaluasi Pelvic Score (PS) :
(a) Bila PS lebih atau sama dengan 5, dilakukan induksi dengan
oksitosin drip.
(b) Bila PS kurang dari 5, dilakukan pematangan servik dengan
misoprostol 50 µ gr setiap 6 jam per oral maksimal 4 kali
pemberian.
SKOR 0 1 2 3
Pembukaan
0 1-2 3-4 5-6
serviks (cm)
Pendataran
0-30% 40-50% 60-70% 80%
serviks
Penurunan -3 -2 -1.0 +1, +2
kepala diukur
dari bidang
Hodge III (cm)
Konsistensi
Keras Sedang Lunak
serviks
Searah sumbu Ke arah
Posisi serviks Kebelakang
jalan lahir depan
TINJAUAN KASUS
KUNJUNGAN AWAL
No Reg : 001254
Hari/tanggal : Senin/15/8/2022
DATA SUBJEKTIF
2. Identitas
E. Riwayat Ginekologi:
a. Infertilitas :-
b. Infeksi virus : tidak ada
c. PMS : tidak ada
d. Cervisitis Cronis : tidak ada
e. Endometriotis : Tidak ada
f. Myoma : tidak ada
g. Polip servix : tidak ada
h. Kanker kandungan : tidak ada
i. Operasi kandungan : tidak ada
j. Perkosaan : tidak
DATA OBJEKTIF
1. Kesadaran : composmentis
2. Keadaan umum : baik
3. Keadaan emosional : stabil
4. BB : 60 kg
5. TTV
Tekanan darah : 110/80 mmHg Nadi : 89 x/menit
Respirasi : 22 x/menit Suhu : 36,6 °C
6. Head to toe
Wajah : tidak pucat, tidak ada oedema
Mata : konjungtiva tidak pucat, sklera tidak ikterik
Abdomen
His : 3x10’ lama 40”
TFU : 30 CM TBJ : 2945
Leopold I : teraba bokong
Leopold II : kanan : ekstremitas kiri : punggung
Leopold III : teraba kepala
Leopold IV : sudah masuk 3/5 bagian (divergen)
DJJ : 140x/menit Irama : teratur
(Punctum maksimum) PM : terdengar disatu titik
Ekstremitas : tidak ada oedema di ekstremitas atas dan bawah
Anogenital :
- Tukak/luka : tidak ada
- varises : tidak ada
- kelenjar scene : tidak ada pembengkakan
- kelenjar bartholin :tidak ada pembengkakan
- PD/VT (Vaginal Toucher):
vulva vagina : tidak ada kelainan
portio : tipis lunak
pembukaan : 5 cm
ketuban : negatif jernih
presentasi : belakang kepala
posisi : uuk
penurunan : hodge II+
penyusupan : tidak ada moulage
- haemoroid : tidak ada
Refleks patella : (+) / (+)
7. Pemeriksaan penunjang (sesuai indikasi)
HB : 11 gr %
Golongan Darah : B+
HIV : Non Reaktif
Sifilis : Non Reaktif
HbsAg : Non Reaktif
ANALISIS
Ny. N usia 26 tahun G2P0A1 usia kehamilan 37 minggu, inpartu kala I fase aktif
dengan KPD Janin tunggal, hidup, intrauterin, presentasi kepala
PENATALAKSANAAN
KALA I
SUBJEKTIF
Ibu mengatakan rasa ingin mengedan
OBJEKTIF
Vulva dan anus membuka, perineum menonjol, kontraksi 5x 10’ lama 55”, Djj
142x/mnt. Pada pemeriksaan dalam, portio sudah tidak teraba, pembukaan lengkap,
presentasi kepala, posisi UUK depan, penurunan Hodge IV dan tidak ada moulage
ANALISA
Ny. N usia 26 tahun G2P0A1 usia kehamilan 37 minggu, inpartu kala II
Janin dalam kondisi baik
PENATALAKSANAN
1. Menjelaksan kepada ibu dan keluarganya bahwa pembukaan sudah lengkap,
ibu dan keluarga sudah mengetahui.
2. Menganjurkan suami untuk tetap mendampingi dan memberikan minum saat
tidak ada his, suami mengerti.
3. Mengatur posisi ibu dengan posisi litotomi, ibu sudah dalam posisi litotomi
4. Mengajarkan ibu teknik meneran yang benar yaitu saat ada his ibu merangkul
kedua paha sampai batas siku, kepala sedikit diangkat sehingga dagu
mendekati dada dan membuka mata saat meneran dan tidak boleh mengangkat
bokong, ibu mengerti.
5. Menganjurkan ibu teknik relaksasi yaitu ibu beristirahat saat tidak ada his dan
meneran pada saat ada his, ibu mengerti
6. Memantau DJJ saat ibu relaksasi, DJJ masih dalam batas normal yaitu
132x/mnt
7. Memimpin proses persalinan dengan 60 langkah APN, bayi lahir spontan pukul
11.10 WIB, menangis kuat, tonus otot baik, warna kulit kemerahan, jenis
kelamin laki-laki, BB 2900 gr, PB 48 cm, Lk 32 cm, Ld 34 cm
8. Melaksanakan penatalaksanaan bayi baru lahir yaitu bayi diletakkan di perut
ibu, mengeringkan tubuh bayi dan IMD, bayi telah dikeringkan
SUBJEKTIF
Ibu merasa senang atas kelahirannya
OBJEKTIF
Keadaan umum baik, kesadaran composmentis, pemeriksaan TFU sepusat,
kontraksi uterus baik, tidak ada janin kedua, kandung kemih kosong, perdarahan ±
70 cc, genetalia terdapat tali pusat.
ANALISA
Ny. N usia 26 tahun P1A1 Partus Kala III
PENATALAKSANAAN
1. Melakukan MAK III
Melakukan penyuntikan oksitosin 10 IU secara IM, oksitosin sudah
diberikan
Melakukan peregangan tali pusat terkendali. Pukul 10.15 WIB plasenta
lahir spontan
Melakukan massase uterus selama 15 detik, kontraksi uterus baik
2. Melakukan penngecekan laserasi pada vagina, ibu tidak ada robekan
3. Pengecekan sisa plasenta pada uterus, tidak ada plasenta yang tersisa
4. Melakukan pemeriksaan keutuhan pada plasenta, plasenta utuh
Pathway Kasus Kebidanan
Nama : Ny. N
Usia : 26 tahun
GPA : P1A1
Tanda / Gejala / keluhan yang
Tanda / Gejala / keluhan secara teori : Patofisiologi (Sesuai Tanda / Gejala / dialami pasien
SUBJEKTIF
keluhan yang dialami pasien) Ibu merasa senang atas
Setelah bayi lahir, uterus teraba keras
Fisiologi kala III tempat impleentasi kelahirannya
dengan fundus uteri agak diatas pusat.
Beberapa menit kemudian uterus placenta mengalami pengerutan placenta
berkontraksi lagi untuk melepas dilepaskaan dari perlekatannya terjadi OBJEKTIF
plasenta dari dindingnya. Biasanya pengumpulaan daraah pada ruang Keadaan umum baik, kesadaran
plasenta lepas dalam 5-15 menit uteroplacenter akan mendorong placenta composmentis, pemeriksaan TFU
setelah bayi lahir dan keluar spontan keluar maka dilakukanlah MAK III sepusat, kontraksi uterus baik,
atau dengan tekanan pada fundus Penataalaksanan aktif pada kala III tidak ada janin kedua, kandung
uteri. Pengeluaran plasenta disertai
dengan pengeluaran darah.. ( Pengelluaran aktif kala III kemih kosong, perdarahan ± 70 cc,
(Manuaba,2012) menghindarkan terjadinyaa perdarahan genetalia terdapat tali pusat.
pasca persalinan yang meliputi
Pemberian Oksitosin dengan segera, ANALISA
pengendalian tarikan pada talipusat, dan Ny. N usia 26 tahun P1A1 Partus
pemijatan uterus segera setelah placenta Kala III
lahir (APN KemKes. 2018)
SUBJEKTIF
Ibu mengatakan masih merasa mulas dan lelah.
OBJEKTIF
Keadaan umum baik, kesadaran composmentis, pemeriksaan TTV didapatkan hasil
TD = 100/70 mmHg, nadi = 78 x/menit, RR = 22 x/menit, suhu = 36,8°C. TFU 2 jari
dibawah pusat, kontraksi baik, kandung kemih kosong, perdarahan ± 125 cc.
ANALISA
Ny. N usia 26 tahun P1A1 Partus Kala IV
PENATALAKSANAAN
1. Mengajarkan ibu dan keluarga cara masase uterus, ibu dan keluarga dapat
melakukannya
2. Memantau keadaan ibu setiap 15 menit pertama, setiap 15 menit sekali pada 1
jam pertama dan pada jam kedua 30 menit sekali pada 1 jam berikutnya
3. Membereskan alat-alat yang terpakai, alat-alat sudah dibereskan
4. Membersihkan ibu serta tempat tidur bersalin dan menggantikan pakaian ibu,
ibu dan tempat tidur bersalin sudah bersih dan ibu sudah digantikan baju
5. Melanjutkan IMD, IMD berhasil
6. Menganjurkan ibu untuk istirahat atau tidak diperbolehkan mobilisasi aktif, ibu
akan beristirahat
Pathway Kasus Kebidanan
Nama : Ny. N
Usia : 26 tahun
GPA : P1A1
Tanda / Gejala / keluhan yang
Tanda / Gejala / keluhan secara teori : dialami pasien
Patofisiologi (Sesuai Tanda / Gejala /
SUBJEKTIF
keluhan yang dialami pasien) Ibu mengatakan masih merasa
1. Dimulai setelah lahirnya plasenta
dan berakhir 2 jam setelah itu mulas dan lelah.
Setelah placenta lahir tinggi fundus
2. paling kritis karena proses OBJEKTIF
uterus kurang lebih 2 jari di bawah pusat,
perdarahan yg berlangsung akan Keadaan umum baik, kesadaran
lebih cepat otot otot uterus berkontrksi, pembuluh
composmentis, pemeriksaan TTV
3. Masa 1 jam setelah plasenta lahir. darah yg berada di antara anyaman
didapatkan hasil TD = 120/80
4. Merasa cemas karena takut terjadi anyaman otot uterus akan terjepit, proses
perdarahan setelah pplacenta lahir mmHg, nadi = 86 x/menit, RR = 22
ini akan menghentikan perdarahan setelah
5. Lelah dan cape setelah melahirkan x/menit, suhu = 36,6°C. TFU 2 jari
plasenta di lahirkan (Prawirohardjo,2016)
bayi dan placentanya. (Kemenkes dibawah pusat, kontraksi baik,
RI,2016) kandung kemih kosong,
perdarahan ± 100 cc
ANALISA
Ny. N usia 26 tahun P1A1 Partus
Asuhan yang diberikan : Kala IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian teori dan pembahasan pada kasus Ny.N dapat diambil
kesimpulan asuhan yang diberikan atau Tindakan yang dilakukan sangat
lah penting dalam pemantauan persalinan mulai dari sejak kehamilan
dengan penilaian 4 terlalu, sehingga pada persalinan dapat dilakukan
pencegahan dengan megedukasi untuk melakukan metode KB Jangka
Panjang.
Dari kasus Ny.N tersebut dengan Tindakan dan asuhan yg diberikan
maka penulis dapat mengambil kesimpulan yaitu pada persalinan Ny.N
dalam penilaian partograph tidak melewati garis waspada. kala II
berlansung 10 menit, dan kala III berlansung 10 menit, kala IV berjalan
baik dengan melakukan pengawasan TTV, TFU, kandung kemih ,
kontraksi dan perdarahan tidak mangalami masalah, klien sudah
melakukan ambulasi dini , menerut penulis dengan adanya pemantauan
selama 2 jam post partum itu sudah cukup baik untuk mendeteksi lebih
dini terjadinya perdarahan pasca persalinan .
B. Saran
1. Bagi Penulis
Menjadi salah satu bahan pembelajaran dan sumber informasi dalam
memberikan Asuhan Kebidanan Persalinan Pada Ny. N usia 26 tahun
G3P0A1 usia kehamilan 37 minggu dengan KPD di Puskesmas Tahun
2022
2. Bagi lahan praktik
Diharapkan mampu menerapkan Asuhan Kebidanan Persalinan Pada Ny.
N usia 26 tahun G2P0A1 usia kehamilan 37 minggu dengan KPD di
Puskesmas Waringinkurung Tahun 2022
3. Bagi Pasien
Dapat menambah wawasan/informasi sesuai dengan asuhan yang
diberikan oleh bidan dan mendapatkan pelayanan yang optimal.
DAFTAR PUSTAKA
Elisabeth, Siwi. 2015. Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan. Yogyakarta: Pustaka Baru Press
Indriyani. 2011. Buku Ajar Asuhan Kehamilan. Jakarta: CV Trans Info Media
Manuaba, I.B Gde. 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KeluargaBerencana
untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC
Manuaba, Ida ayu, dkk. 2012. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan KBuntuk
Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC
Prawirohardjo, Sarwono. (2012). Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo
Prawirohardjo, Sarwono. (2016). Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo
Sugihantono, Anung. 2017. Pemantapan Peran Bidan dalam Pelayanan Maternal Neonatal
Terintegrasi. Jakarta: PIT IBI
Syafrudin, Nr. Karningsih & Mardiana Dairi. 2011. Untaian Materi Penyuluhan
Walyani, Elisabeth. 2015. Asuhan Kebidanan pada Kehamilan. Yogyakarta : Pustaka Baru
Press
60
61
62
63