OLEH
MAISYARAH B. GIU
200701077
2021
LEMBAR PERSETUJUAN
LAPORAN KASUS
PEMBIMBING 1
(ITA HERAWATI)
NIDN 0309038301
KATA PENGANTAR
1. Bapak Khairil Walid, SKM, MPd Ketua Yayasan Abadi Nusantara Jakarta.
2. Ibu Lia Idealistiana, SKM, SST, MARS, Ketua Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Abdi Nusantara Jakarta.
3. Ibu Ita Herawati M.Keb sebagai Pembimbing yang telah banyak memberikan
masukan, pengarahan, dan bantuan kepada penulis dalam melakukan perbaikan-
perbaikan untuk ke sempurnaan laporan penulis.
4. Ibu/Bapak ______________________________, Penguji yang telah banyak
memberikan masukan, pengarahan, dan bantuan kepada penulis dalam
melakukan perbaikan-perbaikan untuk kesempurnaan laporan penulis.
5. Kedua orangtua tercinta, suamiku dan anak-anak yang sudah kooperatif serta
keluarga besar yang selalu mendoakan, memotivasi dan membantu dengan tulus
dan kasih sayang serta selalu memberi semangat kepada penulis.
Dalam penulisan laporan, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun untuk perbaikan di masa yang akan datang. Penulis berharap
semoga laporan kasus ini dapat berguna bagi pembaca umumnya dan profesi
kebidanan khususnya. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan rahmat dan
hidayahNya kepada kita semua.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Masa nifas atau puerpeium di mulai sejak 1 jam setelah lahirnya plasenta
sampai 6 minggu (42 hari) setelah itu, pelayanan pasca persalinan harus
terselenggara pada masa itu untuk memenuhi kebutuhan ibu dan bayi, yang
meliputi upaya pencegahan, deteksi dini dan pengobatan komplikasi dan
penyakit yang mungkin terjadi, serta penyediaan pelayanan pemberian
ASI, cara menjarangkan kehamilan, imunisasi, dan nutrisi bagi ibu
(Prawirohardjo, 2010)
Dalam masa nifas terdapat suatu aktifitas yang dapat mendatangkan
kebahagian tersendiri bagi ibu, yaitu menyusui. Menyusui merupakan proses
memberikan makanan pada bayi dengan menggunakan air susu ibu langsung
dari payudara ibu. ASI eksklusif merupakan pemberian ASI tanpa makanan
pendamping (termasuk air jeruk, madu, air gula), yang di mulai sejak bayi
baru lahir sampai dengan usia 6 bulan, pemberian ASI eksklusif ini tidak harus
langsung dari payudara ibunya (Risneni, 2015). Dalam kenyataannya,
pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan tidak sesederhana yang dibayangkan.
Banyak kendala yang timbul dalam upaya memberikan ASI eksklusif
selama 6 bulan pertama kehidupan bayi (Wiji, 2013)
World Health Organization (WHO) merekomendasikan agar setiap
bayi baru lahir mendapatkan ASI eksklusif selama enam bulan, namun
pada sebagian ibu tidak memberikan ASI eksklusif karena alasan ASInya
tidak keluar atau hanya keluar sedikit sehingga tidak memenuhi kebutuhan
bayinya (Ummah, 2014). P
Pencapaian ASI Eksklusif di Indonesia masih tergolong rendah,
berdasarkan data Riskesdes (2010), angka pemberian ASI eksklusif bagi bayi
yang berusia di bawah 6 bulan adalah sebesar 15,3%. Bayi yang menggunakan
susu formula mencapai 27,9%. Pemberian ASI eksklusif di 51 negara
berdasarkan pengukuran indicator yang telah di tetapkan, Indonesia rangking
ke 37 dari 51 negara (Tauriska dan Umamah, 2015)
Kegagalan IMD dapat terjadi karena factor dari bidan dan factor dari ibu,
factor dari ibu bisa dikarenakan adanya kelainan anatomi pada payudara dan
ketidak siapan ibu dalam proses IMD, kelaianan anatomi salah satunya yaitu
putting susu yang terbenam dan kolostrum yang tidak keluar, sehingga bayi
sulit untuk mencapai putting susu ibunya apalagi untuk menghisapnya
(Ramadhani, 2015)
Sehingganya ASI yang tidak sering dikeluarkan dapat berkembang
menjadi bendungan ASI, payudara terisi sangat penuh dengan ASI, aliran susu
menjadi terhambat dan akan menyebabkan payudara bengkak. Selanjutnya jika
bendungan ASI tidak segera tertangani akan mengakibatkan terjadinya tingkat
keparahan yang berlanjut (Nugraheny E, Sulistyawati A. 2014).
Menurut Yayuk Norazizah dan Luluk Hidayat (2013) dalam Maulani
(2016) selama masa nifas putting susu terbenam dapat diatasi dengan cara
perawatan yang dilakukan terhadap payudara bertujuan untuk melancarkan
sirkulasi darah dan mencegah tersumbatnya saluran susu sehingga
memperlancar pengeluaran ASI. Pelaksanaan perawatan payudara hendaknya
di mulai sedini mungkin yaitu 1-2 hari setelah bayi dilahirkan dan dilakukan
dua kali sehari. Perawatan payudara yang dilakukan meliputi pengurutan
payudara, pengosongan payudara dan perawatan putting susu.
Berdasarkan keterangan diatas penulis beranggapan bahwa masih banyak
lagi ibu maupun calon ibu yang memiliki masalah seperti ini namun tidak ingin
atau tidak mengetahui cara melakukan perawatannya, maka penulis tertarik
untuk mengkaji tentang putting susu tenggelam/
B. Tujuan
1. Mengetahui kajian teori kebidanan dalam asuhan kebidanan Nifas
2. Terlaksananya manajemen asuhan kebidanan kebidanan nifas dengan
putting susu tenggelam di RSUD Bumi Panua Kabupaten Pohuwato dengan
pendokumentasian kebidanan metode PATWAY
3. Terlaksananya manajemen asuhan kebidanan kebidanan nifas dengan
putting susu tenggelam di RSUD Bumi Panua Kabupaten Pohuwato dengan
pendokumentasian kebidanan metode SOAP
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Definisi masa nifas
Masa nifas (puerperium) berasal dari bahasa latin, yaitu puer artinya bayi
dan parous artinya melahirkan atau berarti masalah setelah melahirkan. Masa
nifa (purperium) merupakan masa yang berlangsung selama 6 minggu sejak
bayi lahir sampai organ-organkembali seperti keadaan sebelum hamil sebagai
akibat dari adanya perubahan fisiologis psikologis karena proses kehamilan
periode pemulihan berlangsung sekitar 6 minggu atau sekitar 42 hari (Bobak,
et al., 2005 dalam Fitriahadi dan Utami 2018).
Masa nifas adalah suatu periode dalam minggu-minggu pertama setelah
kelahiran. Lama perode ini tidak pasti sebagian besar menganggapnya
antara 4 sampai 6 minggu (Williams, 2012 Fitriahadi dan Utami 2018).
Menurut Saifudin (2006) dalam Fitriahadi dan Utami (2018) masa nifas
dimulai dari plasenta lahir sampai kembalinya organ reproduksi wanita
seperti keadaan semula
Asuhan masa nifas merupakan periode kritis bagi ibu dan bayinya,
perubahan yang terjadi pada masa nifas yaitu perubahan fisik, involusi uterus,
laktasi/pengeluaran air susu ibu (ASI), perubahan system tubuh ibu dan
perubahan psikis (Saleha. 2009)
B. Tujuan asuhan masa nifas
Asuhan masa nifas diperlukan dalam periode ini karena merupakan masa
kritis baik ibu maupun bayinya. Diperkirakan 60% kematian ibu akibat
kehamilan terjadi seelah persalinan dan 50% kematian masa nifas terjadi dalam
24 jam pertama
Tujuan masa nifas di bagi menjadi 2 yaitu:
1. Tujuan umum
Membantu ibu dan pasangannya selama masa transisi awal mengasuh anak
2. Tujuan khusus
a. Menjaga kesehatan ibu dan bayi baik fisik maupun psikologis
b. Melaksanakan skrining yang komprehensif, mendeteksi masalah,
mengobati/merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu dan bayinya,
c. Memberikan pendidikan kesehatan, tenaga perawatan kesehatan diri,
nutrisi, KB, menyusui, pemberian imunisasi dan perawatan bayi sehat
d. Memberikan pelayanan KB (Mansyur dan Dahlan, 2014)
C. Peran dan tanggung jawab bidan dalam masa nifas
Peran dan tanggung jawab bidan dalam masa nifas yaitu (Mansyur dan Dahlan,
2014)
1. Sebagai teman terdekat sekaligus pendamping untuk memberikan
dukungan yang terus menerus selama masa nifas yang baik dan sesuai
dengan kebutuhan ibu agar mengurangi ketegangan fisik dan psikologis
selama persalinan dan nifas
2. Sebagai pendidik dalam asuhan pemberian pendidikan kesehatan terhadap
ibu dan keluarga
3. Sebagai pelaksana asuhan kepada pasien dalam hal tindakan perawatan,
pemantauan, penanganan masalah, rujukan dan deteksi dini komplikasi
masa nifas
D. Tahapan masa nifas
3 tahapan masa nifas yaitu: (Simanulang, 2016)
1. Puerperium dini , kepulihan dimana ibu diperbolehkan untuk berdiri dan
berjalan serta aktivitas layaknya wanita normal lainnya
2. Puerperium intermedial, suatu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia
yang lamanya sekitar 6-8 minggu
3. Remote puerperium , waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat
sempurna terutama apabila ibu selama hamil atau persalinan mempunyai
komplikasi.
E. Perubahan fisiologi Masa NIfas
1. Perubahan sistem reproduksi yaitu : (Fitriahadi dan Utami 2018)
A. Uterus
Involusi merupakan suatu proses kembalinya uterus pada kondisi
sebelum hamil. Perubahan ini dapat diketahui dengan melakukan
pemeriksaan palpasi untuk meraba dimana TFU-nya (Tinggi Fundus
Uteri). Proses pengembalian uterus dimulai segera setelah plasenta lahir
akibat kontraksi otot polos dalam uterus. Pada tahap ketiga persalinan
uterus berada di garis tengah, kira-kira 2 cm dibawah umbilikus
dengan bagian fundus bersandar pada promontorium sakralis. Pada
saat ini, besar uterus kira-kira sama besar uterus saat umur kehamilan 16
minggu (kira-kira sebesar jeruh asam) dan beratnya kira-kira 100 gram.
Dalam waktu 12 jam, tinggi fundus uteri mencapai lebih 1 cm
diatas umbilikus. Dalam bebrapa hari kemudian, perubahan involusi
berlangsung cepat. Fundus turun kirakira 1-2 cm setiap 24 jam.
Postpartum hari keenam fundus normal akan berada dipertengahan
antara umbilicus dengan simpisis pubis. Uterus tidak bisa dipalpasi
pada abdomen di hari ke sembilan postpartum.
B. Lokhea
Lokhea dibedakan menjadi 4 jenis berdasarkan warna dan waktu
keluarnya:
a. Lokhea rubra
Lokhea ini keluar pada hari pertama sampai hari ke-4 masa
postpartum. Cairan yang keluar berwarna merah karena terisi
darah segar, jaringan sisa-sisa plasenta, dinding rahim, lemak
bayi, lanugo (rambut bayi), dan mekonium
b. Lokhea sanguenolenta
Lokhea ini berwarna merah kecokelatan dan berlendir, serta
berlangsung dari hari ke-4 sampai hari ke-7 postpartum
c. Lokhea serosa
Lokhea ini berwarna kuning kecokelatan karena mengandung serum,
leukosit, dan robekan atau laserasi plasenta. Keluar pada hari ke-7
sampai hari ke-14
d. Lokhea Alba
Lokhea ini mengandung leukosit, sel desidua, sel epitel, selaput
lendir serviks, dan serabut jaringan yang mati. Lokhea alba ini dapat
berlangsung selama 2-6 minggu postpartum
C. Vagina
Vulva dan vagina mengalami penekanan, serta peregangan
yang sangat besar selama proses melahirkan bayi. Dalam beberapa
hari pertama sesudah proses tersebut, kedua organ ini tetap dalam
keadaan kendur. Setelah 3 minggu, vulva dan vagina kembali kepada
keadaan tidak hamil dan rugae dalam vagina secara berangsur-angsur
akan muncul kembali, sementara labia menjadi lebih menonjol
D. Payudara
Pada semua wanita yang telah melahirkan proses laktasi terjadi
secara alami. Proses menyusui mempunyai dua mekanisme fisiologis,
yaitu sebagai berikut:
1) Refleks Prolaktin
Menjelang akhir kehamilan terutama hormon prolaktin memegang
peranan untuk membuat kolostrum, namun jumlah kolostrum
terbatas karena aktivitas prolaktin dihambat oleh estrogen dan
progesterone yang kadarnya memang tinggi.
Setelah partus berhubung lepasnya plasenta dan kurang berfungsi-
nya korpus luteum maka estrogen dan progesterone sangat
berkurang, ditambah lagi dengan adanya isapan bayi yang
merangsang putting susu dan kalang payudara akan merangsang
ujung-ujung saraf sensoris yang berfungsi sebagai reseptor mekanik.
Rangsangan ini di anjutkan kehipotalamus melalui medulla spinalis
dan mesensephalon. Hipotalamus akan menekan pengeluaran faktor-
faktor yang menghambat sekresi prolaktin dan sebaliknya
merangsang pengeluaran faktor-faktor yang memacu sekresi
prolaktin.
Hormon ini merangsang sel-sel alveoli yang berfungsi untuk
membuat air susu. Kadar prolaktin pada ibu yang menyusui akan
menjadi normal 3 bulan setelah melahirkan sampai penyapihan anak
dan pada saat tersebut tidak aka nada peningkatan prolaktin
walaupun ada isapan bayi
2) sekresi atau let down
Bersamaan dengan pembentukan prolaktin oleh adenohipofise,
rangsangan yang berasal dari isapan bayi ada yang dilanjutkan ke
neuron hipofise (hipofise posterior) yang kemudian dikeluarkan
oksitosin melalui aliran darah, hormon ini diangkut menuju uterus
yang dapat menimbulkan kontraksi pada uterus sehingga terjadi
involusio dari organ tersebut. Oksitosin yang sampai pada alveoli akan
mempengaruhi sel mioepitelium. Kontraksi dari sel akan memeras air
susu yang telah terbuat keluar dari alveoli masuk ke system duktulus
yang untuk selanjutnya mengalir melalui duktus laktiferus masuk ke
mulut bayi.
Faktor-faktor yang meningkatkan reflex let down adalah:
- Melihat bayi
- Mendengarkan suara bayi
- Mencium bayi
- Memikirkan untuk menyusui bayi
Beberapa refleks yang memungkinkan bayi baru lahir untuk
memperoleh ASI Faktor-faktor yang menghambat reflex letdown adalah
keadaan bingung/pikiran kacau, takut, cemas.
2. Perubahan Perubahan sistem pencernaan
Biasanya ibu mengalami konstipasi setelah persalinan. Hal ini
disebabkan karena pada waktu melahirkan alat pencernaan mendapat
tekanan yang menyebabkan kolon menjadi kosong, pengeluaran cairan
yang berlebihan pada waktu persalinan, kurangnya asupan makan,
hemoroid dan kurangnya aktivitas tubuh
3. Perubahan tanda-tanda vital
Pada masa nifas, tanda–tanda vital yang harus dikaji antara lain:
a) Suhu badan
Dalam 1 hari (24 jam) postpartum, suhu badan akan naik sedikit (
37,5o C – 38o C) akibat dari kerja keras waktu melahirkan, kehilangan
cairan dan kelelahan. Apabila dalam keadaan normal, suhu badan
akan menjadi biasa. Biasanya pada hari ketiga suhu badan naik
lagi karena ada pembentukan ASI. Bila suhu tidak turun,
kemungkinan adanya infeksi pada endometrium.
b) Nadi
Denyut nadi normal pada orang dewasa 60-80 kali per menit.
Denyut nadi sehabis melahirkan biasanya akan lebih cepat. Denyut
nadi yang melebihi 100x/ menit, harus waspada kemungkinan
dehidrasi, infeksi atau perdarahan postpartum
c) Tekanan Darah
Tekanan darah biasanya tidak berubah. Kemungkinan tekanan darah
akan lebih rendah setelah ibu melahirkan karena ada perdarahan.
Tekanan darah tinggi pada saat postpartum menandakan terjadinya
preeklampsi postpartum
d) Pernafasan
Keadaan pernafasan selalu berhubungan dengan keadaan suhu dan
denyut nadi. Bila suhu nadi tidak normal, pernafasan juga akan
mengikutinya, kecuali apabila ada gangguan khusus pada saluran
nafas. Bila pernafasan pada masa postpartum menjadi lebih cepat,
kemungkinan ada tanda-tanda syok
No Reg : 02-94-47
1. DATA SUBJEKTIF
A. Identitas
Anamnesa
1) Keluhan utama saat masuk : Ibu mengeluh belum keluar ASI karena
putting susunya terbenam
2) Riwayat Antenatal
Pemeriksaan di :Puskesmas
Kelainan/komplikasi :Tidak ada
Usia Kehamilan : 39 Minggu
Para :1
3) Riwayat Persalinan
Anak Ke Satu
Persalinan lahir tanggal 18 April 2021 Jam : 07.50 Wita
Jenis Kelamin perempuan; BB gram; 2600 gram PB 48 cm
Perdarahan kala III : 100 ml
Perdarahan kala IV: 75 ml
Perdarahan Total 175 ml
Jenis Persalinan : spontan
Placenta : spontan
Perineum : rupture (lecet)
Anastesi, tidak dilakukan
Jahitan, tidak dilakukan
4) Tanda Bahaya Nifas
Sakit kepala hebat : tidak
Pandangan kabur : tidak
Kelelahan atau sesak : tidak
Demam : tidak
Nyeri payudara, pembengkakan payudara, : tidak
luka atau perdarahan pada puting : tidak
Nyeri perut hebat : tidak
Bengkak pada tangan, wajah. Tungkai, : tidak
Perdarahan berlebihan : tidak
Sekret vagina berbau : tidak
5) Pola Kebutuhan sehari-hari
a. Pola Nutrisi : Baik
Alergi terhadap makanan : Tidak
Budaya terhadap konsumsi makanan : Tidak
Kebiasaan minum : Tidak
b. Pola Eliminasi :
BAB : 1 sampai 2 kali sehari
BAK : 3 sampai 4 kali sehari
c. Pola Aktifitas Pekerjaan : di rumah tangga
d. Pola Istirahat : Kurang, bayi rewel
e. Personal Hygiene: Baik
f. Pola Seksual: Belum melakukan hubungan seksual
6) Psikososial Spiritual
a. Tanggapan dan dukungan keluarga terhadap kehamilannya : Baik
b. Pengambilan keputusan dalam keluarga: Suami
c. Lingkungan yang berpengaruh
Tinggal dengan siapa? orangtua
2. DATA OBJEKTIF
Pemeriksaan Umum
Tekanan Darah : 110/70 mmHg
Nadi : 82x/mnt
Pernafasan : 20x/mnt
Suhu : 36,6°C
Berat Badan : 51 Kg
Pemeriksaan Fisik Sistematis
a. Kepala
Muka : Tidak Edema
Mata : Konjungtiva : tidak pucat
Sklera : tidak ikterik
b. Dada dan Axila (ketiak)
Mamae : Pembengkakan : ya
Benjolan : Tidak
Simetris : Kiri - Kanan
Kemerahan : Tidak
Areola : Hiperpigmentasi
Puting susu : terbenam kanan dan kiri
Pengeluaran : ASI Belum keluar
Axilla : Pembesaran kelenjar getah bening : Tidak
Nyeri : tidak
c. Abdomen
TFU : Pertengahan simpisis dan pusat
Kandung Kemih : kosong saat pemeriksaan
Kembung : tidak
d. Ekstermitas
Tungkai : Nyeri : tidak, Merah: tidak
Edema : Tidak
e. Ano-genital
Lochea : Rubra
Bau : khas
Vulva : baik
Jahitan Perineum : tidak ada
Penyembuhan luka: baik
f. Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium : -
3. ANALISIS
Ny KL, 23 Tahun P1A0 postpartum 1 hari dengan Putting susu terbenam
4. PENATALAKSANAAN
a. Beri informasi tentang keadaan ibu
- Ibu dalam keadaan sehat dengan hasil pemeriksaan TD: 110/70mmHg,
Sb; 36,60C, N: 82x/m dan P: 20x/m
Ev: Ibu sudah mengetahui keadaannya
b. Mengajarkan ibu teknik perawatan payudara dan menganjurkan ibu untuk
tetap menyusui bayinya
Teknik perawatan payudara yaitu :
- Masase payudara
- Kompres dengan air hangat untuk melancarkan peredaran darah dan
selingi denan kompres air dingin mengurangi statis pembuluh darah
vena
- Tujuan untuk tetap menyusui bayinya ialah agar putting susu lama
kelamaan menonjol dan ASI akan Keluar
Ev: Ibu mengetahui teknik perawatan payudara dan bersedia
melakukan apa yang dianjurkan bidan
c. Megajarkan Ibu teknik menyusui dengan putting susu terbenam, dan jadwal
pemberian ASI
Teknik menyusui dengan putting susu terbenam
- Membangun rasa percaya diri ibu dengan rasa sabar dan ketekunan ibu
dapat berhasil bahwa payudara ibu akan membaik dan melunak di
minggu pertama atau kedua setelah kelahiran
- Menjelaskan bahwa bayi menyusu dari payudara bukan dari putting dan
bayi perlu memasukkan sebagian besar areola dan jaringan di
belakangnya ke dalam mulut bayi. Sewaktu bayi menyusu, bayi akan
menarik payudara dan putting ibu ke luar
- Membantu ibu sebanyak mungkin melakukan kontak kulit dan
membiarkan bayinya mengeksplorasi payudara dan biarkan bayi
melekat sendiri pada payudara kapanpun dia mau
- Bantu ibu mengatur posisi sehingga bayi bias melekat lebih baik
- Membantu ibu beberapa posisi berbeda memeluk bayi dengan berbagai
posisi dapat mempermudah bayi untuk melekat, misalnya ibu
merasakan bahwa posisi dibawah lengan lebih membantu
- Jadwal pemberian ASI yaitu ASI diberikan setiap 2 jam atau setiap bayi
menangis
Ev: Ibu sudah mengetahui teknik menyusui dengan putting susu
terbenam, dan jadwal pemberian ASI
d. Menganjurkan ibu untuk mengonsumsi makanan bergizi
Ibu sangat di anjurkan untuk makan makanan yang bergizi seimbang agar
kebutuhn bayi pada masa laktasi bisa terpenuhi, seperti nasi, sayuran,
buah-buahan, ikan, kacang-kacangan, telur, tempe daging dan minum susu
serta zat gizi yang banyak untuk membantu melancarkana produksi ASI
Ev: Ibu mengerti dan mengetahui gizi yang diperlukannya, dan
bersedia melakukan apa yang dianjurkan bidan
e. Anjurkan ibu untuk mencegah kebersihan/vulva hygiene dirinya
Menjaga kebersihan dirinya terutama pada daerah kemaluan agar menjaga
daerah miss V tetap kering dan bila habis BAK atau BAB hendaklah dilap
dengan tisu atau kain kering
Ev: ibu bersedia melakukan apa yang dianjurkan bidan
f. Memberitahu tanda-tanda bahaya pada masa nifas
Tanda-tanda bahaya pada masa nifas yaitu:
- Kontraksi uterus yang lemah ditandai dengan kontraksi uterus yang
lembek yang dapat berakibat pada perdarahan
- Infeksi pada payudara yang ditandai dengan pembengkakan pada
payudara, putting susu lecet, panas, kemerahan disekitar payudara dan
keluar darah dari putting susu
- Infeksi pada luka perineum yang dotandai dengan daerah luka
kemerahan, bengkak, nyeri dan keuar cairan atau nanah yang berbau.
- Apabila ditemukan tanda bahaya seera kepetugas kesehatan/fasilitas
kesehatan.
Ev: Ibu mengerti tentang tanda-tanda bahaya pada masa nifas dan
segera ke fasilitas kesehatan jika ia merasakan hal-hal tersebut
BAB IV
PEMBAHASAN
Salah satu factor fisik ibu dalam pemberian adalah bentuk putting
payudara. Bentuk payudara pada anak-anak, remaja, ibu menyusui, maupun lansia
tentunya berbeda karena adanya perbedaan fungsi di tiap perkembangannya.
Begitu juga dengan bentuk putting payudara yang tidak sama disemua ibu
menyusui. Hal ini sesuai dengan pandangan Cadweel dan Maffei (2011) yang
menyatakan bahwa bentuk putting payudara terdiri dari putting yang menonjol,
rata atau masuk ke areola.
Berdasarkan kasus yang didapat, Ny. KL mengatakan dan hasil
pemeriksaan bahwa ASInya tidak keluar di karenakan bayinya tidak ingin
menyusu pada putting susunya terbenam. Putting susu terbenam adlah putting
yang tampak masuk kedalam areola sebagian atau seluruhnya (Nugroho, 2011)
Putting susu yang tidak menonjol atau datar merupakan putting susu yang
kurang menguntungkan dan hal ini sebenarnya tidak selalu menjadi masalah.
Kenyataan tersebut dapat diantisipasi dengan dilakukannya perawatan payudara.
Sebagian besar para ibu hamil tidak melakukan perawatan payudara
karena kurangnya pengetahuan dalam perawatan payudara itu sendiri, kurangnya
informasi tentang perawatan payudara seperti putting susu merupakan salah satu
factor yang menentukan keberhasilan proses laktasi, kurangnya kesadaran para
ibu akan pentingnya perawatan payudara selama kehamilan, tidak adanya
dukungan dari keluarga untuk melakukan perawatan payudara sejak masa
kehamilan, dan belum diberikannya pendidikan kesehatan oleh petugas kesehatan
tentang perawatan payudara selama kehamilan.
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Putting terbenam murni adalah putting yang masuk kedalam, baik saat
istirahat maupun setelah distimulasi. Rencana asuhan yang diberikan secara
menyeluruh sesuai dengan keluhan dan keadaan ibu yaitu secara menyeluruh
sesuai dengan keluhan dan keadaan ibu yaitu dilakukan tindakan seperti
menganjurkan ibu untuk banyak istirahat, memberikan konseling kepada ibu
tentang perawatan payudara, memberitahu ibu untuk melakukan, memberikan
konseling tentang asupan nutrisi.
B. SARAN
1. Diharapkan bidan terus berperan aktif dalam pemantauan ibu dan bayi
pada masa nifas, serta dapat menjalankan tugas sebagai pemberi
pelayanan khususnya dalam menekan komplikasi pada masa nifas
dengan putting lecet
2. Diharapkan ibu nifas mampu melakukan perawatan payudara dan
teknik menyusui yang benar agar dalam masa nifas tidak terjadi
masalah payudara seperti putting terbenam
DAFTAR PUSTAKA
Ardianti A. 2020, Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas dengan Putting Susu
Terbenam Terhadap NY. A di BPM Wandra Sandra, S.ST Desa Tanjung Jaya
Kecamatan Bangun Rejo Kabupaten Lampung Tengah, Laporan Tugas Akhir.
Fedri, Indah. Asuhan Kebidanan, Jakarta: EGC, 2013.
Fitriahadi, E. Utami, I. 2018, Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas beserta Daftar
Tilik. Yogyakarta: UNISA
Haltitah. R, 2018. Manajemen Asuhan Kebidanan Berkelanjutan Pada Ny. R Usia
Kehamilan Trmester III Sampai Post Partum Minggu Ke-IV dengan Kelainan
Bentuk Puting Di Puskesmas Bara-Baraya Makassar Tanggal 17 September-04
November Tahun 2018. Karya Tulis Ilmiah. Universitas Islam Negeri (UIN)
Alauddin Makassar
Mansyur, N dan Dahlan, A. K, 2014. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Masa Nifas,
Malang: Selaksa
Maulani, S. (2016). Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas Dengan Putting Susu
Tenggelam (Grade 1) Dan ASI Tidak Keluar Di BPM Hj. Wiwin Winsrdih,
Amd.Keb Tasikmalaya, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah
Ciamis.
Monika. F. B, 2014. Buku Pintar ASI dan Menyusui. Jakarta Selatan: Noura Book
Nugraheny E, Sulistyawati A. 2014. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin.
Salemba Med Jakarta
Pamuji, S. E. B. (2020). Hypnolaction Menigkatkan Keberhasilan Laktasi dan
Pemberian ASI Eksklusif. Magelang: Pustaka Rumah CInta
Prawirohardjo, S. (2010). Ilmu Kandungan. Jakarta: PT Bina Pustaka
Purwoastuti, S. E. (2015). Asuhan Kebidanan Masa Nifas dan Menyusui.
Yogyakarta: Pustaka Barupres
Ramadhani. L, 2015. Insiasi Menyusui dini di Bidan Praktek Swasta Paulina
Bukit Tinggi 2015,7(1), 3
Simanulang, E. 2016. Modul Askeb Nifas dan Menyusui
Suparyanto. 2011. Perawatan Payudara. Jakarta: Salemba Medika
Tauriska, T., dan Umamah, F. (2015) Hubungan Antara Isapan Bayi Dengan
Produksi ASI Pada Ibu Menyusui Di Tumah Sakit Islam Jemursari Surabaya,
8, 2
Ummah. 2014. Pijat Oksitosin Untuk Mempercepat Pengeluaran Asi Pada
Ibu Pasca Salin Normal Di Dusun Sono Desa Ketanen Kecamatan
Panceng Gresik. Vol.02, No.XVIII, Juni 2014.
Wiji, R. A. (2013). ASI dan Panduan Ibu Menyusui. Yogyakarta: Nuha Medika
Dokumentasi