Anda di halaman 1dari 54

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN KEHAMILAN PADA Ny A DENGAN


KEKURANGAN ENERGI KRONIK (KEK) DI
PUSKESMAS CILAMAYA TAHUN 2022

OLEH :
NINA NURAISAH
NIM : 220705139

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI KEBIDANAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
ABDI NUSANTARA JAKARTA
2022
LEMBAR PERSETUJUAN

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN KEHAMILAN PADA Ny A DENGAN


KEKURANGAN ENERGI KRONIK (KEK) DI
PUSKESMAS CILAMAYA TAHUN 2022

Telah disetujui, diperiksa, dan siap diujikan dihadapan Tim Penguji

Pembimbing

(Rahayu Khairiah, SKM. M.Keb)


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT telah melimpahkan


rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Kasus
yang berjudul “Asuhan kebidanan kehamilan pada Ny A dengan Kekurangan
Energi Kronik (KEK) di Puskesmas Cilamaya Tahun 2022” dalam penyusunan
laporan ini, penulis banyak mendapatkan dukungan dari berbagai piha, baik secara
moril maupun materil. Untuk itu penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. Bapak Khairil Walid, SKM, MPd Ketua Yayasan Abdi Nusantara Jakarta.
2. Ibu Lia Idealistiana, SKM, SST, MARS, Ketua Sekolah tinggi Ilmu Kesehatan
Abdi Nusantara Jakarta.
3. Ibu Rahayu Khairiah, SKM, S. Keb pembimbing yang telah banyak
memberikan masukan, pengarahan, dan bantuan kepada penulis dalam
melakukan perbaikan-perbaikan untuk kesempurnaan laporan ini.
4. Ibu/bapak penguji yang telah banyak membrikan masukan, pengarahan, dan
bantuan kepada penulis dalam melakukan perbaikan-perbaikan untuk
kesempurnaan laporan ini.
Dalam penulisan laporan, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun untuk perbaikan di masa yang akan datang. Penulis berharap
semoga laporan kasus ini dapat berguna bagi pembaca umumnya dan profesi
kebidanan khususnya. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan rahmat dan
hidayah-Nya kepada kita semua.

Karawang, November 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
PERSETUJUAN TINDAAN MEDIS
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Ruang Lingkup
C. Tujuan
D. Manfaat
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Kehamilan
B. Kekurangan Energi Kronik (KEK)
C. Manajemen Kebidanan
BAB III TINJAUAN KASUS
BAB IV PEMBAHASAN
A. Langkah I: Identifikasi data dasar
B. Langkah II: Identifikasi diagnosa/masalah aktual
C. Langkah III: Antisipasi diagnosa/Masalah potensial
D. Langkah IV: Identifikasi Perlunya Tindakan Segera atau Kolaborasi
E. Langkah V: Intervensi atau Rencana Asuhan
F. Langkah VI: Implementasi atau Pelaksanaan Asuhan
G. Langkah VII: Evaluasi Hasil Asuhan Kebidanan
H. Pendokumentasian
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Daftar Pustaka

ii
PERSETUJUAN TINDAKAN MEDIS

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :


Nama :
Tempat/tanggal lahir :
Alamat :

Bersama ini menyatakan kesediannya untuk melakukan tindakan dan

prosedur pengobatan pada diri saya. Persetujuan ini saya berikan setelah mendapat

penjelasan dari petugas kesehatan yang berwenang difasilitas kesehatan tersebut

di atas.

Demikian surat persetujuan ini saya buat tanpa paksaan dari pihak manapun

dan agar dipergunakan sebagaimana mestinya.

Karawang, November 2022


Mengetahui,
Pemeriksa Pembuat Pernyataan

(Nina Nuraisah) ( )

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kekurangan Energi Kronik (KEK) merupakan masalah kesehatan di

dunia, khususnya negara berkembang. Kekurangan Energi Kronik terjadi

ketika asupan energi, protein, atau bahkan keduanya tidak adekuat untuk

mencukupi kebutuhan tubuh. Kekurangan Energi Kronik banyak

menyerang Wanita Usia Subur (WUS) yang berusia 15-45 tahun.

Kekurangan Energi Kronik juga dapat mengenai ibu hamil yang memiliki

faktor resiko untuk terkenal KEK. (Sulistyoningsih, 2015).

World Health Organization (WHO) melaporkan bahwa prevalensi

KEK pada tahun 2019 sebanyak (30,1%) dan terjadi kenaikan di tahun

2020 yaitu (35%), WHO juga mencatat 40% kematian ibu di negara

berkembang berkaitan dengan kekurangan energi kronis. Kejadian

kekurangan energi kronis di negara- negara berkembang seperti

Bangladesh, India, Indonesia, Myanmar, Nepal, Srilangka dan Thailand

adalah 15-47%. Adapun negara yang mengalami kejadian KEK tertinggi

adalah Bangladesh yaitu (47%), sedangkan Indonesia (40%) merupakan

urutan ke empat terbesar setelah India (35,5%) dan yang paling rendah

adalah Thailand dengan prevalensi 15% (WHO, 2020).

Berdasarkan data riset kesehatan dasar yang dilakukan oleh Badan

Penelitian dan Pengembangan Kesehatan tahun 2019- 2020 prevalensi

KEK pada ibu hamil di Indonesia sebesar 17,3 persen. Dari 33 Provinsi,

Jawa Barat menduduki peringkat ke 6 ibu hamil dengan KEK, dan adapun

1
prevalensi KEK tertinggi pertama adalah provinsi Nusa Tenggara Timur

(36.8%), dan provinsi terendah yaitu Kalimantan Utara (1,7%) (Riskesdas,

2020).

Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Jawa Barat menunjukan

bahwa provinsi Jawa Barat adalah penyumbang ke-enam angka kejadian

ibu hamil KEK berdasarkan data Kementrian Kesehatan RI Informasi

Profil Kesehatan Indonesia tahun 2018 sebesar 50,6%. Kualitas bayi yang

dilahirkan akan sangat tergantung pada keadaan atau status gizi ibu

sebelum dan selama ibu tersebut hamil (Dinkes Jabar, 2019).

Kekurangan Energi Kronis (KEK) merupakan suatu keadaan dimana

status gizi seseorang buruk disebabkan karena kurangnya konsumsi

pangan sumber energi yang mengandung zat gizi makro yang berlangsung

lama atau menahun (Rahmaniar et al, 2011). Sampai saat ini masih banyak

ibu hamil yang mengalami (KEK) atau Kurang Energi Kronis. Kenaikan

berat badan pada saat hamil merupakan komponen yang mengalami

perkembangan selama masa kehamilan. Kurang Energi Kronis (KEK)

yang ditandai dengan lingkar lengan atas LILA < 23,5 cm. Kurang Energi

Kronis (KEK) dapat terjadi pada wanita usia subur (WUS) dan ibu hamil

(Irianto, 2014).

Dampak Kurang Energi Kronis (KEK) terhadap ibu diantaranya

meningkatkan risiko terjadinya anemia, pendarahan, dan terkena penyakit

infeksi (Irianto,2014). Dampak Kurang Energi Kronis terhadap proses

persalinan diantaranya akan berisiko terjadinya persalinan lama, persalinan

sebelum waktunya (premature), dan persalinan dengan operasi cederung

2
meningkat (Agria, 2012). Kekurangan energi kronis (KEK) menyebabkan

keluar masuknya energi di dalam tubuh menjadi tidak seimbang. Pada ibu

hamil, KEK dapat menyebabkan merasa lelah, kurang berenergi, kesulitan

ketika melahirkan, dan suplai ASI tidak cukup saat masa menyusui.

Sementara pada janin yang dikandung, kekurangan energi kronis dapat

menyebabkan keguguran atau kematian bayi saat lahir akibat pertumbuhan

janin yang terhambat, asupan gizi yang kurang menyebabkan bayi

mengalami berat badan lahir rendah, perkembangan organ-organ janin

terganggu sehingga berisiko mengalami kecacatan dan gizi yang kurang

mempengaruhi kemampuan belajar dan kecerdasan anak (Waryana, 2010).

Rendahnya status gizi ibu hamil dapat disebabkan beberapa faktor,

antara lain rendahnya pengetahuan ibu hamil tentang nutrisi, pendapatan

keluarga dibawah rata-rata, dan tidak teraturnya pola makan. Kondisi yang

paling mendasar terkait dengan status gizi ibu hamil dimana masyarakat

masih memiliki tingkat pengetahuan yang kurang dan status ekonomi yang

rendah menjadi salah satu fakor penyebab Kekurangan Energi Kronik

(Sambeka, 2013). Keadaan status sosial ekonomi yang rendah secara tidak

langsung akan mempengaruhi ibu dan keluarga dalam memenuhi

kebutuhan gizi seimbang. Komponen status ekonomi meliputi tingkat

sosial ekonomi yang terdiri dari pendapatan, pendidikan, dan jumlah

anggota keluarga. Pendapatan keluarga merupakan faktor penentu dalam

rangka meningkatkan status gizi ibu hamil.

Berdasarkan permasalahan tersebut, penulis tertarik untuk melakukan

studi kasus yang berjudul “Asuhan kebidanan kehamilan pada Ny A

3
dengan Kekurangan Energi Kronik (KEK) di Puskesmas Cilamaya Tahun

2022”.

B. Ruang Lingkup

Ruang lingkup pembahasan ini meliputi Asuhan kebidanan kehamilan

pada Ny A dengan Kekurangan Energi Kronik (KEK) di Puskesmas

Cilamaya Tahun 2022.

C. Tujuan

1. Tujuan umum

Dapat melaksanakan manajemen asuhan kebidanan 7 langkah varney

pada Ny A dengan Kekurangan Energi Kronik (KEK).

2. Tujuan khusus

a. Dilaksanankan pengkajian dan analisa data dasar pada Ny A

dengan Kekurangan Energi Kronik (KEK)

b. Dilakukan perumusan diagnosa dan masalah aktual terhadap pada

Ny A dengan Kekurangan Energi Kronik (KEK)

c. Dapat mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial terhadap

pada Ny A dengan Kekurangan Energi Kronik (KEK)

d. Didentifikasi perlunya tindakan segera atau kolaborasi pada Ny E

dengan letak sungsang

e. Ditetapkan rencana asuhan kebidanan pada Ny A dengan

Kekurangan Energi Kronik (KEK)

4
f. Dilaksanakan tindakan asuhan kebidanan yang telah direncanakan

pada Ny A dengan Kekurangan Energi Kronik (KEK)

g. Dievaluasikannya hasil tindakan yang telah dilakukan pada Ny A

dengan Kekurangan Energi Kronik (KEK)

h. Dilakukan pendokumentasian hasil dan tindakan dalam asuhan

kebidanan yang telah diberikan pada Ny A dengan Kekurangan

Energi Kronik (KEK)

D. Manfaat

1. Manfaat bagi prodi kebidanan

Penulis berharap, asuhan kebidanan kehamilan ini dapat digunakan

sebagai bahan ajar dan sumber ilmu tambahan bagi mahasiswa

khusunya jurusan kebidanan dan dapat dijadikan bahan bacaan serta

acuan dalam memberikan asuhan kebidanan.

2. Manfaat bagi tenaga kesehatan

Diharapkan Dengan adanya penelitian ini dapat menjadi masukan bagi

bidan untuk menjaga mutu pelayanan dan pelaksanaan asuhan

kebidanan kehamilan.

3. Manfaat bagi penulis

Sebagai bahan untuk menambah pengetahuan dan merupakan

pengalaman yang sangat berharga yang diperoleh penulis khususnya

sebagai wadah untuk dapat mengaplikasikan secara langsung ilmu

yang diperoleh sebelumnya dan sebagai syarat untuk mendapatkan

gelar profesi bidan serta menyelesaikan pendidikan profesi kebidanan.

5
4. Manfaat bagi ibu dan keluarga

Dengan asuhan yang diberikan responden dapat menjadikan asuhan

yang diberikan sebagai bahan pengetahuan bagi ibu hamil untuk

membantu mereka menemukan berbagai hal yang mungkin sedang

terjadi saat ini.

6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Kehamilan

1. Pengertian

Ibu hamil adalah seorang wanita yang mengandung dimulai dari

konsepsi sampai lahirnya janin (Prawirohardjo, 2015). Menurut buku

Williams Obstetri, kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau

penyatuan dari spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau

implantasi. Bila dihitung dari saat fertilisasi hingga kelahiran bayi,

kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu 40 minggu

(Cunningham, 2013).

Lama kehamilan berlangsung sampai persalinan aterm adalah

sekitar 280 sampai 300 hari dengan perhitungan sebagai berikut: usia

kehamilan sampai 28 minggu dengan berat janin 1000 g bila berakhir

disebut keguguran, usia kehamilan 29 minggu sampai 36 minggu bila

terjadi persalinan disebut persalinan prematurus, usia kehamilan 37 sampai

42 minggu disebut aterm, usia kehamilan melebihi 42 minggu disebut

kehamilan lewat waktu atau postdatism (serotinus) (Manuaba, 2010).

Kehamilan dibagi menjadi tiga triwulan yaitu triwulan pertama (0-

12 minggu), triwulan kedua (13 sampai 28 minggu), triwulan ketiga (29

sampai 42 minggu) (Manuaba, 2013).

Masa kehamilan Trimester I adalah masa kehamilan dari 28

minggu sampai 40 minggu, pada trimester ini lebih berorientasi pada

7
realitas untuk orang tua yang menantikan kelahiran anak. Ikatan antara

orang tua dan anak berkembang pada trimester ini (Bobak, 2015)

Kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari

spermatozoa dan ovum dan di lanjutkan dengan nidasi atau implantasi.

Kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu 40 minggu bila dihitung

dari saat fertilisasi hingga lahirnya bayi (Walyani, 2015).

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kehamilan

adalah suatu proses yang diawali dengan penyatuan spermatozoa dan

ovum (fertilisasi) dan dilanjutkan dengan implantasi hingga lahirnya bayi

yang lamanya berkisar 40 minggu.

2. Proses pemulaan kehamilan

Menurut Manuaba (2013) proses kehamilan akan terjadi jika terdapat 5

aspek berikut:

a. Ovum

Merupakan sel dengan diameter ± 0,1 mm yang terdiri dari suatu

nukleus yang terapung-apung dalam vitelius yang dilindungi oleh

zona pelusida dan korona radiata (Manuaba. 2013).

b. Spermatozoa

Bentuk sperma seperti cebong yang terdiri atas kepala (lonjong

sedikit gepeng yang mengandung inti), leher (penghubung antara

kepala dan ekor), ekor (panjang sekitar 10 kali kepala, mengandung

energi sehingga dapat bergerak). Pada saat berhubungan seksual

dikeluarkan sekitar 3 cc sperma yang mengandung 40-60 juta sperma

setiap cc (Manuaba. 2013).

8
c. Konsepsi

Pertemuan inti ovum dengan inti sperma disebut konsepsi atau

fertilisasi dan membentuk zigot. proses konsepsi dapat berlangsung

seperti berikut : a) Ovum yang dilepaskan dalam proses ovulasi,

dilindungi oleh korona radiata, yang mengandung persediaan nutrisi.

b) Pada ovum, dijumpai inti dalam bentuk metafase di tengah

sitoplasma yng disebut vitelus. c) Dalam perjalanan, korona radiata

makin berkurang, nutrisi yang dialirkan kedalam vitelus, melalui

saluran pada zona pelusida. d) Konsepsi terjadi pada pars ampularis

tuba, tempat yang paling luas yang dindingnya penuh dengan jonjot

dan tertutup sel yang mempunyai silia. Ovum mempunyai hidup

terlama di dalam ampula tuba. e) Ovum siap dibuahi setelah 12 jam

dan hidup selama 48 jam. Sperma menyebar, masuk melalui kanalis

servikalis dengan kekuatan sendiri. Pada kavum uteri, terjadi proses

kapasitasi yaitu pelepasanlipoprotein dari sperma sehingga mampu

mengadakan fertilisasi. Sperma melanjutkan perjalanan menuju tuba

falopi (Manuaba. 2013).

Sperma hidup selama tiga hari di dalam genetalia interna. Sperma

akan mengelilingi ovum yang telah siap dibuahi serta mengikis korona

radiata dan zona pelusida dengan proses hialurodinase. Melalui stoma,

sperma mamasuki ovum. Setelah kepala sperma masuk kedalam

ovum, ekornya lepas dan tertinggal diluar. Inti ovum dan inti sperma

bertemu dengan membentuk zigot (Manuaba. 2013).

9
d. Nidasi/Implantasi

Masuknya inti sperma kedalam sitoplasma membangkitkan

kembali pembelahan dalam inti ovum. Pembelahan terus terjadidan di

dalam morula terbentuk ruangan yang mengandung cairan yang

disebut blastula.Sementara itu pada fase sekresi, endometrium

semakin tebal dan semakin banyak mengandung glikogen yang

disebut desidua. Sel trofoblas merupakan sel yang melapisi blastula

melakukan destruksi enzimatik proteolitik sehingga dapat

menanamkan diri di dalam endometrium. Proses penanaman blastula

terjadi pada hari ke 6 sampai 7 setelah konsepsi. Pada saat

tertanamnya blastula ke dalam endometrium , mungkin terjadi

perdarahan yang disebut tanda Hartman (Manuaba. 2013).

e. Plasentasi

Nidasi atau implantasi terjadi pada bagian fundus uteri di dinding

depan atau belakang. Sel trofoblas akan menghancurkan endometrium

sampai terjadi pembentukan plasenta yang berasal dari primer

vilikorealis. Dengan terjadinya nidasi maka desidua terbagi menjadi

desidua basalis yang berhadapan dengan korion frondusum yang

berkembang menjadi plasenta, desidua kapularis yang menutupi hasil

konsepsi, desidua yang berlawanan dengan desidua kapularis adalah

desidua parietalis. Vili korealis yang tumbuh tidak subur disebut

korion leaf (Manuaba. 2013).

10
3. Menurut Williams (2013) Pertumbuhan dan perkembangan janin

a. Ovum, Zigot, dan Blastokista

Selama 2 minggu pertama pascaovulasi, fase perkembangan

meliputi fertilisasi, pembentukan blastokista dan implantasi

plastokista.

b. Periode embrionik

Periode embrionik dimulai pada permulaan minggu ketiga setelah

ovulasi dan fertilisasi yeng terjadi bersamaan dengan perkiraan

permulaan periode menstruasi berikutnya. Pada minggu keempat

sistem kardiovaskuler telah terbentuk sehingga terbentuklah sirkulasi

sejati dalam embrio. Pada akhir minggu keempat sakus korionik

berdiameter 2 hingga 3 mm, dan embrio memiliki panjang 4-5 mm,

bakal lengan dan tungkai telah terbentuk dan selubung amnion mulai

terlepas dari body stalk, yang selanjutnya menjadi tali pusat. Pada

akhir minggu keenam embrio memiliki panjang 22 hingga 24 mm

serta kepala berukuran relatif besar dibandingkan badan, jantung telah

terbentuk sempurna, jari-jari tangan dan kaki telah ditemukan dan

lengan menekuk pada siku. Bibir atas telah sempurna dan telinga dan

telinga luar membentuk peninggian definitif pada masing-masing sisi

kepala.

c. Periode janin

Pada usia 10 minggu setelah awitan menstruasi terakhir,

embriofetus memiliki panjang hampir 4 cm, perkembangan selama

periodik janin terdiri atas pertumbuhan dan pematangan struktur-

11
struktur yang dibentuk saat periode embrionik. Minggu ke 12 gestasi

uterus teraba tepat diatas simpisis pubis dan panjang kepala bokong

janin adalah 6 hingga 7 cm. Pusat penulangan telah timbul pada

sebagian besar tulang janin, jari tangan dan kaki juga telah

berdiferensiasiasi, kulit dan kuku telah berkembang dan muncul tunas-

tunas rambut yang tersebar, genitalia eksternal mulai memperlihatkn

tanda pasti jenis kelamin laki-laki atau perempuan, janin mulai

melakukan pergerakan spontan. Minggu ke 16 gestasi panjang kepala

bokong janin adalah 12 cm dan berat janin 110 g, jenis kelamin telah

dapat ditentukan.

Minggu ke 20 gestasi sejak saat ini janin bergerak kurang lebih

setiap menit, kulit janin telah menjadi kurang transparan, lanugo

seperti beledu menutupi seluruh tubuh janin dan telah terbentuk

sebagian rambut di kulit kepala. Minggu ke 24 gestasi kulit secara

khas tampak keriput dan penimbunan lemak dimulai, kepala masih

relatif besar, alis mata dan bulu mata biasanya dapat dikenali, periode

kanalikular perkembangan paru-paru, saat membesarnya bronkus dan

bronkiolus serta berkembanganya duktus alveolus hampir selese.

Minggu ke 28 gestasi panjang kepala bokong sekitar 25cm kulit janin

yang tipis berwarna merah dan ditutupi oleh verniks kaseosa. Minggu

ke 32 gestasi janin telah mencapai panjang kepala bokong 28 cm, kulit

perkumaan masih merah dan keriput.

Minggu ke 36 gestasi panjang rata-rata kepala bokong pada janin

sekitar 32 cm, tubuh menjadi lebih bulat serta gambaran keriput pada

12
wajah telah menghilang. Minggu ke 40 gestasi merupakan periode

saat janin dianggap aterm menurut usia yang dihitung dari awitan

periode menstruasi terakhir, janin telah berkembang sempurna.

4. Tanda-tanda kehamilan

Tanda-tanda kemungkinan hamil menurut Wiknjosastro (2015), adalah :

a. Tanda-tanda kemungkinan hamil

1) Amenorhoe, (tidak dapat haid) gejala ini penting karena wanita

hamil tidak dapat haid lagi.

2) Nause (enek) dan emesis (Mual), enek terjadi umumnya pada

bulan-bulan pertama kehamilan disertai kadang-kadang oleh

emesis sering terjadi di pagi hari.

3) Sering buang air kecil.

4) Rasa tergelitik, nyeri tekan, pembengkakan pada payudara.

5) Perubahan warna pada jaringan vagina dan servik.

6) Areola berwarna lebih gelap dan kelenjar-kelenjar di sekitar

puting menjadi menonjol.

7) Mengidam, sering terjadi pada bulan pertama tetapi menghilang

dengan makin tuanya kehamilan.

8) Pembesaran rahim dan perut.

9) Kontraksi sebentar-sebentar terasa nyeri.

b. Tanda-tanda tidak pasti kehamilan

1) Rahim membesar sesuai dengan tuanya kehamilan.

2) Tanda hegar, perlunaan pada daerah segmen bawah uterus.

3) Tanda chadwick, vagina livid, terjadi kira-kira minggu ke-6

13
4) Tanda piscaseck, uterus membesar kesalah satu jurusan.

5) Tanda Braxton hicks, uterus berkontraksi bila dirangsang. Tanda

ini khas untuk uterus pada kehamilan

6) Suhu basal, meningkat terus antara 37,20 – 37,80

7) Tes kehamilan, yang banyak dipakaiadalah pemeriksaan

hormone korionik gonadotropin (HCG dalam urin)

c. Tanda-tanda tidak pasti kehamilan

1) Gambaran janin atau kantong gestasi pada ultrasonografi.

2) Detak jantung janin didengarkan menggunakan stetoskop leenex

dan dilihat melalui gambaran USG.

3) Gerakan janin terasa melalui dinding perut.

5. Komplikasi kehamilan

Komplikasi dalam kehamilan menurut Manuaba (2010), yaitu

a. Hiperemesis gravidarum

Adalah mual atau mutah yang berlebihan sehingga menimbulkan

gangguan akivitas sehari-hari dan bahkan dapat membahayakan hidup

ibu hamil.

b. Pre eklamsia

Adalah kenaikan tekanan darah sistolik dan diastolik 30 mmHg atau

15 mmHg disertai dengan oedema, adanya proteinurine dan apabila

komplikasi berlanjut bisa terjadi eklamsia.

c. Abortus

Kegagalan kehamilan sebelum umur 28 minggu atau berat janin

kurang dari 1000 gram.

14
d. Kehamilan kembar

e. Kelainan letak pada kehamilan, meliputi :

a. Letak sungsang adalah letak membujur dengan kepala janin di

fundus uteri.

b. Letak lintang.

B. Kekurangan Energi Kronis (KEK) Pada Ibu Hamil

1. Pengertian KEK

Kekurangan Energi Kronis (KEK) adalah salah satu keadaan

malnutrisi. Ibu KEK menderita kekurangan makanan yang berlangsung

menahun (kronik) yang mengakibatkan timbulnya gangguan kesehatan

pada ibu secara relatif atau absolut satu atau lebih zat gizi (Sipahutar, dkk.,

2013).

Kekurangan Energi Kronik (KEK) adalah keadaan dimana ibu

mengalami malnutrisi yang disebabkan kekurangan satu atau lebih zat gizi

makanan yang berlangsung menahun (kronik) yang mengakibatkan

timbulnya gangguan kesehatan pada ibu secara relatif atau absolut

(Sipahutar, Aritonang dan Siregar, 2013). Kekurangan Energi Kronik

sering terjadi pada pada wanita usia subur (WUS) dan pada ibu hamil

(Arisman, 2010). Faktor–faktor yang memengaruhi KEK pada ibu hamil

terbagi menjadi dua, yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal

(individu/keluarga) yaitu genetik, obstetrik, dan seks. Sedangkan faktor

eksternal adalah gizi, obat–obatan, lingkungan, dan penyakit (Supariasa,

Bakri dan Fajar, 2013). Kekurangan Energi Kronis (KEK) adalah

15
kekurangan energi yang memiliki dampak buruk terhadap kesehatan ibu

dan pertumbuhan perkembangan janin. Ibu hamil dikategorikan KEK jika

Lingkar Lengan Atas (LILA) < 23,5 cm (Muliarini, 2015).

Ibu Hamil Kurang Energi Kronis (KEK) adalah kurangnya asupan

energi yang berlangsung lama/kronik dengan timbulnya gangguan

kesehatan pada ibu. Salah satu cara untuk menilai kualitas bayi adalah

dengan mengukur berat bayi pada saat lahir. Seorang ibu hamil akan

melahirkan bayi yang sehat bila tingkat kesehatan dan gizinya berada pada

kondisi yang baik. Sampai saat ini masih banyak ibu hamil yang

mengalami masalah gizi khususnya gizi kurang seperti Kurang Energi

Kronis (KEK) dan Anemia gizi. Ibu hamil dengan ukuran Lingkar Lengan

Atas (LILA) < 23,5 cm dinyatakan menderita KEK (Kemenkes RI, 2018).

World Health Organization (WHO) melaporkan bahwa prevalensi

KEK pada ibu hamil secara global 35-37% dimana secara bermakna tinggi

pada Trimester 3 dibandingkan pada trimester pertama dan trimester kedua

kehamilan. WHO juga mencatat 40% kematian ibu dinegara berkembang

berkaitan dengan kekurangan energi kronik. Kejadian kekurangan Energi

Kronik di Negara-negara berkembang seperti Bangladesh, India,

Indonesia, Myanmar, Nepal, Srilangka dan Thailand adalah 15-47% yaitu

dengan BMI lahir. Angka BBLR di Indonesia meningkat dari 82,5% pada

Tahun 2010 menjadi 83% pada Tahun 2013. Angka kematian bayi di

Indonesia masih tergolong tinggi bila dibandingkan dengan negara-negara

ASEAN lainnya. Jumlah tingkat kematian bayi di Indonesia 4,6 kali lebih

16
tinggi dibandingkan dengan Malaysia 1,3 kali lebih tinggi dan Filipina 1,8

kali lebih tinggi dari Thailand. (Manik, 2017).

Bedasarkan data Riskesdas 2018, di Indonesia terjadi penurunan

KEK pada wanita usia subur sebesar 14,5%, KEK pada ibu hamil 17,3%.

Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia pada Tahun 2018 mencapai 305

kematian ibu per 100.000 Kelahiran Hidup. Berdasarkan hasil Survei

Penduduk Antar Sensus (SUPAS) 2018 dan AKB di Indonesia mencapai

22,23 per 1.000 kelahiran hidup. Begitu pula dengan Angka Kematian

Balita (AKABA) hasil SUPAS pada Tahun 2018 sebesar 29 per 1.000

Kelahiran Hidup, menurun dari Tahun 2010 yang mencapai 346 per 100

ribu kelahiran hidup. Penurunan tersebut telah mencapai target Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2019 yang

menetapkan 306 per 100 ribu kelahiran hidup. Data secara absolut juga

menunjukkan penurunan jumlah kematian ibu, pada Tahun 2013 sebanyak

5 ribu menjadi 4.100 pada Tahun 2018 (Kemenkes RI, 2018).

2. Tanda dan Gejala KEK

Kekurangan Energi Kronis (KEK) memberikan tanda dan gejala

yang dapat dilihat dan diukur. Tanda dan gejala KEK yaitu Lingkar

Lengan Atas (LILA) kurang dari 23,5 cm (Supariasa, 2015). Tanda-tanda

klinis KEK meliputi :

a. Berat badan <40 kg atau tampak kurus dan LILA kurang dari 23,5 cm.

b. Tinggi badan <145 cm.

c. Ibu menderita anemia dengan Hb <11 gr%.

d. Lelah, letih, lesu, lemah, lunglai.

17
e. Bibir tampak pucat.

f. Nafas pendek.

g. Denyut jantung meningkat.

h. Susah buang air besar.

i. Nafsu makan berkurang.

j. Kadang-kadang pusing.

k. Mudah mengantuk

3. Patofisiologi KEK

Patofisiologi penyakit gizi kurang terjadi melalui lima tahapan

yaitu: pertama, ketidakcukupan zat gizi. Apabila ketidakcukupan zat gizi

ini berlangsung lama maka persediaan/ cadangan jaringan akan digunakan

untuk memenuhi ketidakcukupan itu. Kedua, apabila ini berlangsung lama,

maka akan terjadi kemerosotan jaringan, yang ditandai dengan penurunan

berat badan. Ketiga, terjadi perubahan biokimia yang dapat dideteksi

dengan pemeriksaan laboratorium. Keempat, terjadi perubahan fungsi

yang ditandai dengan tanda yang khas. Kelima, terjadi perubahan anatomi

yang dapat dilihat dari munculnya tanda klasik. Proses terjadinya KEK

merupakan akibat dari faktor lingkungan dan faktor manusia yang

didukung oleh kekurangan asupan zat-zat gizi, maka simpanan zat gizi

pada tubuh digunakan untuk memenuhi kebutuhan. Apabila keadaan ini

berlangsung lama maka simpanan zat gizi akan habis dan akhirnya terjadi

kemerosotan jaringan (Supariasa, 2015).

4. Dampak KEK pada ibu hamil

18
Kekurangan gizi pada ibu hamil dapat mempengaruhi proses

pertumbuhan janin dan dapat menimbulkan keguguran, abortus, bayi lahir

11 mati, kematian neonatal, cacat bawaan, anemia pada bayi, asfiksia intra

partum (mati dalam kandungan), lahir dengan berat badan lahir rendah

(BBLR). Gizi yang jelek sebelum terjadinya kehamilan maupun pada

waktu sedang hamil, lebih sering mengakibatkan abortus, BBLR (bayi

berat lahir rendah), hambatan pertumbuhan otak janin, anemia pada bayi

baru lahir, bayi lahir mudah terkena infeksi, lahir mati, dan jarang

menyebabkan cacat bawaan.Kurang gizi yang kronis pada masa anak-

anak, dengan/tanpa sakit yang berulang, akan menyebabkan bentuk tubuh

yang stunting/kuntet pada masa dewasa. Ibu-ibu yang mengalami kondisi

ini sering melahirkan bayi BBLR. Berat bayi yang dilahirkan dapat

dipengaruhi oleh status gizi ibu, baik sebelum hamil maupun saat hamil.

Status gizi ibu sebelum hamil juga cukup berperan dalam pencapaian gizi

ibu saat hamil.

Pada penelitian manik (2017) menunjukan bahwa status gizi ibu

sebelum hamil mempunyai pengaruh yang bermakna terhadap kejadian

BBLR. Ibu dengan LILA kurang dari 23,5cm sebelum hamil mempunyai

resiko 4,27 kali untuk melahirkan bayi BBLR dibandingkan dengan ibu

dengan LILA >23,5cm. Kamariyah dan Musyarofah mengatakan bahwa

gizi ibu sebelum dan saat hamil juga dapat mempengaruhi berat lahir bayi,

misalnya defisiensi zat gizi makro karena kekurangan energi kronis (LILA

<23,5cm). Apabila ibu hamil mengalami KEK, maka janin tidak

mendapatkan asupan gizi optimal, sehingga pertumbuhan dan

19
perkembangan janin terganggu. LILA diikuti dengan pertambahan berat

badan selama kehamilan adalah faktor yang dapat mempengaruhi berat

bayi saat lahir.

5. Metode dan Cara Penilaian Status Kekurangan Energi Kronik (KEK)

pada Ibu Hamil

Salah satu cara untuk mengetahui status Kekurangan Energi

Kronik (KEK) Wanita hamil Usia Subur (WUS) umur 15-49 tahun adalah

dengan melakukan pengukuran Lingkar Lengan Atas (LILA). Hasil

pengukuran ini biasa digunakan sebagai salah satu dalam mengidentifikasi

seberapa besar seorang wanita mempunyai risiko untuk melahirkan Berat

Bayi Lahir Rendah (BBLR). Pengukuran ukuran Lingkar Lengar Atas

( LILA) dapat digunakan untuk mengetahui status gizi bayi, balita, dan

bumil, anak sekolah serta dewasa. Indeks ini dapat digunakan tanpa

mengetahui umur (Proverawati, 2011).

Lingkaran lengan atas (LILA) atas sebagaimana dengan berat

badan merupakan parameter yang labil, dapat berubah ubah dengan cepat.

Oleh karena itu, lingkaran lengan atas merupakan indeks status gizi

sekarang ini. Salah satu ukuran untuk mengetahui risiko Kekurangan

Energi Kronik (KEK) pada wanita usia subur adalah ukuran Lingkar

Lengar Atas ( LILA) Cara pengukuran Lingkar Lengan Atas dilakukan

melalui urutan yang telah ditetapkan. Adapun cara pengukuran Lingkar

Lengan Atas (LILA) yaitu :

a. Menentukan titik mid point pada lengan

1) Subjek diminta untuk berdiri tegak.

20
2) Mintalah subjek untuk membuka lengan pakaian yang menutup

lengan kiri atas (bagi yang kidal gunakan lengan kanan).

3) Tekukan subjek membentuk 90⁰, dengan telapak tangan

menghadap ke atas. Pengukur berdiri dibelakang subjek dan

menentukan titik tengah antara tulang atas pada bahu kiri dan

siku.

4) Tandailah titik tengah tersebut dengan pena.

b. Mengukur Lingkar Lengan Atas (LILA)

1) Dengan tangan tergantung lepas dan siku lurus disamping badan,

telapak tangan menghadap ke bawah.

2) Ukurlah Lingkar Lengan Atas (LILA) pada posisi mid point

dengan pita LILA menempel pada kulit. Perhatikan jangan

sampai pita menekan kulit atau ada rongga antara kulit dan pita.

3) Lingkar Lengan atas dicatat skala 0,1 cm terdekat. Pengukuran

Lingkar Lengan Atas (LILA) dilakukan dengan pita LILA dan

ditandai dengan sentimeter. Apabila tidak tersedia pita LILA

dapat digunakan pita sentimeter/metin yang biasa dipakai penjahit

pakaian (Supariasa, 2015).

c. Pencegahan Kekurangan Energi Kronis (KEK) pada Ibu Hamil

Cara pencegahan ibu hamil yang mengalami Kekurangan Energi

Kronis (KEK) sebagai berikut :

1) Makan cukup, dengan pedoman umum gizi seimbang

2) Hidup sehat

3) Tunda kehamilan

21
4) Diberi penyuluhan dan melaksanakan anjuran

Kekurangan energi kronik merupakan suatu keadaan dimana

status gizi seseorang buruk yang disebabkan karena kurangnya

konsumsi pangan sumber energi yang mengandung zat gizi makro.

Kebutuhan wanita hamil akan meningkat dari biasanya dimana

pertukaran dari hampir semua bahan itu terjadi sangat aktif terutama

pada Trimester I. Oleh karena peningkatan jumlah konsumsi makan

perlu di tambah terutama konsumsi pangan sumber energi yang mana

zat gizi makro untuk memenuhi kebutuhan sendiri dan janinnya.

Kekurangan konsumsi kalori tersebut pada ibu hamil akan

menyebabkan terjadinya malnutrisi atau biasa disebut Kekurangan

Energi Kronik (KEK). Kontribusi dan terjadinya Kekurangan Energi

Kronik (KEK) pada ibu hamil akan mempengaruhi tumbuh kembang

janin antara lain dapat meningkatkan risiko terjadinya Berat Bayi

Lahir Rendah (BBLR) (Aminin, 2014).

Kondisi ibu hamil yang Kekurangan Energi Kronik (KEK)

risiko kesakitan yang lebih besar terutama pada Trimester I kehamilan

sehingga dapat mengakibatkan kelahira Bayi Berat Lahir Rendah

(BBLR). Sedangkan ibu hamil yang Kekurangan Energi Kronik

(KEK) akan mengalami persalinan yang sulit karena lemah dan

mudah mengalami gangguan kesehatan (Aminin, 2014).

6. Faktor-faktor penyebab Kekurangan Energi Kronik (KEK) pada Ibu

Hamil

22
Faktor-faktor yang menyebabkan KEK pada ibu hamil

dipengaruhi oleh faktor langsung dan tidak langsung. Faktor langsung

yang meliputi penyakit infeksi dan asupan makanan, sedangkan faktor

tidak langsung meliputi persediaan pangan keluarga, pendidikan,

pengetahuan ibu, pendapatan keluarga, usia dan paritas (Soekirman, 2015).

a. Faktor langsung

1) Penyakit infeksi

Kekurangan Energi Kronis (KEK) merupakan akibat

interaksi antara berbagai faktor, tetapi yang paling utama adalah

akibat konsumsi makanan yang kurang memadai, baik kualitas

maupun kuantitas dan adanya penyakit yang sering diderita.

Antara status gizi dan infeksi terdapat interaksi yang bolak balik.

Infeksi dapat mengakibatkan gizi kurang melalui berbagai

mekanisme. Infeksi yang akut mengakibatkan kurangnya nafsu

makan dan toleransi terhadap makanan. Orang yang mengalami

gizi kurang mudah terserang penyakit infeksi (Suhardjo, 2012).

Menurut Pudjiaji (2010) terdapat interaksi sinergis antara

malnutrisi dan infeksi. Sebab malnutrisi disertai infeksi, pada

umumnya mempunyai konsekuensi yang lebih besar daripada

malnutrisi itu sendiri. Infeksi derajat apapun dapat memperburuk

keadaan gizi. Malnutrisi, walaupun masih ringan mempunyai

pengaruh negatif pada daya tahan terhadap infeksi.

Menurut Djamilah (2015) malnutrisi dapat mempermudah

tubuh terkena penyakit infeksi seperti diare, tuberculosis, campak

23
dan batuk rejan. Infeksi juga akan mempengaruhi status gizi dan

mempercepat malnutrisi, mekanismenya yaitu:

a. Penurunan asupan gizi akibat kurang nafsu makan,

menurunnya absorbsi dan kebiasaan mengurangi makanan

pada waktu sakit.

b. Peningkatan kehilangan cairan atau zat gizi akibat diare,

mual, muntah dan perdarahan yang terus menerus.

c. Meningkatnya kebutuhan, baik dari peningkatan kebutuhan

akibat sakit atau parasit yang terdapat pada tubuh.

2) Asupan Makanan

Asupan makanan adalah jenis dan banyaknya makanan

yang dimakan seseorang yang dapat diukur dengan jumlah bahan

makanan atau energi atau zat gizi. Asupan makan seseorang

dipengaruhi oleh kebiasaan dan ketersediaan pangan dalam

keluarga. Saat hamil seorang wanita memerlukan asupan gizi

banyak. Mengingat selain kebutuhan gizi tubuh, wanita hamil

harus memberikan nutrisi yang cukup untuk sang janin.

Karenanya wanita hamil memerlukan Angka Kecukupan Gizi

(AKG) yang lebih tinggi dibandingkan wanita yang sedang tidak

hamil. Kekurangan gizi selama kehamilan bisa menyebabkan

anemia gizi, bayi terlahir dengan berat badan rendah bahkan bisa

menyebabkan bayi lahir cacat (Waryana, 2016).

24
b. Faktor tidak langsung

1) Ketersediaan pangan

Ketersediaan pangan keluarga adalah kemampuan keluarga

untuk memenuhi kebutuhan pangan seluruh anggota keluarganya

dalam jumlah yang cukup, baik jumlah maupun mutu gizinya.

2) Pendidikan

Pendidikan ibu hamil memberi pengaruh terhadap perilaku

kepercayaan diri dan tanggung jawab dalam memilih makanan.

Seseorang yang berpendidikan tinggi tidak akan memperhatikan

tentang pantangan atau makanan tabu terhadap konsumsi

makanan yang ada. Tingkat pendidikan yang rendah

mempengaruhi penerimaan informasi, sehingga pengetahuan akan

terbatas. Pada masyarakat dengan pendidikan yang rendah akan

lebih kuat mempertahankan tradisi-tradisi yang berhubungan

dengan makanan, sehingga sulit untuk menerima pembaharuan di

bidang gizi.

3) Pengetahuan Ibu tentang Gizi

Pemilihan makanan dan kebiasaan diet dipengaruhi oleh

pengetahuan, sikap terhadap makanan dan praktek/perilaku

pengetahuan tentang nutrisi melandasi pemilihan makanan.

Pendidikan formal dari ibu rumah tangga sering kali mempunyai

asosiasi yang positif dengan pengembangan pola-pola konsumsi

25
makanan dalam keluarga. Beberapa studi menunjukkan bahwa

jika tingkat pendidikan dari ibu meningkat maka pengetahuan

nutrisi dan praktik nutrisi bartambah baik. Usaha-usaha untuk

memilih makanan yang bernilai nutrisi semakin meningkat, ibu-

ibu rumah tangga yang mempunyai pengetahuan nutrisi akan

memilih makanan yang lebih bergizi dari pada yang kurang

bergizi.

Menurut Soetjiningsih dalam Surasih (2015), makanan ibu

hamil sangat penting, karena makanan merupakan sumber gizi

yang dibutuhkan ibu hamil untuk perkembangan janin dan

tubuhnya sendiri. Kurangnya pengetahuan ibu hamil tentang gizi

selama hamil dapat menyebabkan kurangnya makanan bergizi

selama hamil karena pada dasarnya pengetahuan tentang gizi ibu

hamil sangat berguna bagi sang ibu sendiri, karena itu kebutuhan

energi dan zat gizi lainnya sangat meningkat selama kehamilan.

Ibu dengan pengetahuan yang baik mengerti dengan benar betapa

diperlukannya peningkatan energi dan zat gizi yang cukup akan

membuat janin tumbuh dengan sempurna.

4) Pendapatan keluarga/status ekonomi

Tingkat pendapatan keluarga menentukan bahan makanan

yang dikonsumsi oleh keluarga tersebut. pola pembelanjaan

makanan antara kelompok miskin dan kaya tercermin dalam

kebiasaan pengeluaran. Pendapatan merupakan faktor yang

menentukan kualitas dan kuantitas makanan. 29 e) Pelayanan

26
kesehatan Pelayanan kesehatan adalah akses atau jangkauan anak

dan keluarga terhadap upaya pencegahan penyakit dan

pemeliharaan kesehatan. Ketidakterjangkauan pelayanan

kesehatan (karena jauh atau tidak mampu membayar), kurangnya

pendidikan dan pengetahuan merupakan kendala masyarakat dan

keluarga memanfaatkan secara baik pelayanan kesehatan yang

tersedia. Hal ini dapat berdampak juga pada status gizi kesehatan

ibu dan anak (Soekirman, 2013).

5) Usia

Usia ibu merupakan salah satu faktor penting dalam proses

kehamilan sampai persalinan. Hasil penelitian menunjukkan

sebagian besar ibu hamil termasuk dalam kelompok usia

reproduksi sehat yaitu usia 20-35 tahun, baik pada kelompok ibu

hamil yang mengalami KEK maupun kelompok ibu hamil yang

tidak mengalami KEK.Hasil uji statistik diperoleh nilai

p=0,03dan nilai rasio prevalens sebesar 4,089. Artinya ibu yang

usianya terlalu muda ( 35 tahun) berisiko mengalami KEK pada

saat hamil sebesar 4,089 kali dibandingkan ibu hamil pada usia

20-35 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa ada pengaruh usia ibu

hamil terhadap kejadian KEK.

6) Paritas

Paritas adalah status wanita sehubungan dengan jumlah

anak yang dilahirkan. Paritas yang termasuk faktor resiko tinggi

dalam kehamilan adalah grade multipara, dimana hal ini dapat

27
mempengaruhi optimalisasi ibu maupun janin pada kehamilan

yang dihadapi. Paritas yang tidak lebih dari empat tidak berisiko

mengalami gangguan (Manuaba, 2015).

C. Proses Manajemen Kebidanan

1. Pengertian

Manajemen kebidanan adalah suatu metode atau bentuk pendekatan

yang digunakan oleh bidan dalam memberi asuhan kebidanan.

Langkahlangkah dalam manajemen kebidanan menggambarkan alur pola

berpikir dan bertindak dalam mengambil keputusan klinis dalam

menyelesaikan masalah (Yulifah & Surachmindari, 2014).

Proses asuhan kebidanan yang telah dilakukan harus dicatat secara

benar, singkat, jelas danlogis dalam suatu metode pendokumentasian yang

dapat mengomunikasikan kepada orang lain mengenai asuhan yang telah

dilakukan dan yang akan dilakukan pada seorang klien, yang didalamnya

tersirat proses berpikir yang sistematis dalam menghadapi seorang klien

sesuai langkah-langkah dalam proses manajemen kebidanan (Yulifah &

Surachmindari, 2014).

2. Tahapan

Proses manajemen terdiri dari 7 langkah asuhan kebidanan

yangdimulai dari pengumpulan data dasar dan diakhiri dengan

evaluasi.Tahapan dalam proses asuhan kebidanan ada 7 langkah, yaitu:

a. Langkah I : Identifikasi Data Dasar Pada langkah pertama, dilakukan

pengkajian melalui pengumpulan semua data dasar yang diperlukan

untuk mengavaluasi keadaan klien secara lengkap, yaitu riwayat

28
kesehatan, pemeriksaan fisik sesuai kebutuhan ,peninjauan catatan

terbaru atau catatan sebelumnya dan data laboratorium, serta

perbandingannya dengan hasil study (Saminem, 2019).

b. Langkah II : Mengidentifikasi diagnosis atau masalah aktual Pada

langkah ini, bidan melakukan identifikasi diagnosis atau masalah

berdasarkan interpretasi yang akurat terhadap datadata yang telah

dikumpulkan. Data dasar yang sudah dikumpulkan diinterpretasi

sehingga dapat merumuskan diagnosis dan masalah yang spesifik.

Diagnosis kebidanan adalah diagnosis yang ditegakkan bidan dalam

lingkup praktik kebidanan dan memenuhi standard nomenklatur

diagnosis kebidanan (Atik Purwandari, 2018).

c. Pada langkah ini, bidan mengidentifikasi masalah atau diagnosis

potensial lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosis yang

sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi. Jika

memungkinkan, dilakukan pencegahan. Sambil mengamati kondisi

klien, bidan diharapkan dapat bersiap jika diagnosis atau masalah

potensial benarbenar terjadi (Saminem, 2019).

d. Langkah IV : Penetapan kebutuhann/ tindakan segera Bidan atau

dokter mengidentifikasi perlunya tindakan segera dan/atau konsultasi

atau penanganan bersama dengan anggota tim kesehatan yang sesuai

dengan kondisi klien. Langkah keempat mencerminkan

kesinambungan proses manajemen kebidanan. Manajemen bukan

hanya selama asuhan primer periodic atau kunjungan prenatal, tetapi

juga selama wanita tersebut dalam persalinan (Saminem, 2019).

29
e. Langkah V: Intervensi/ Perencanaan tindakan asuhan kebidanan. Pada

langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh yang ditentukan

oleh langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan

manajemen terhadap diagnosis atau masalah yang telah diidentifikasi

atau diantisipasi. Pada langkah ini, informasi atau data yang tidak

lengkap dapat dilengkapi (Saminem, 2019).

f. Langkah VI : Implementasi/ pelaksanaan asuhan Pada langkah ini,

rencana asuhan menyeluruh yang diuraikan pada langkah kelima

dilaksanakan secara efisien dan aman. Perencanaan ini dapat

dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian dilakukan oleh bidan,

dan sebagian lagi oleh klien atau anggota tim kesehatan lainnya

(Saminem, 2019).

g. Langkah VII :. Evaluasi Pada langkah terakhir ini dilakukan evaluasi

keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan, meliputi pemenuhan

kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai

dengan kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasikan didalam

diagnose dan masalah. Rencana tersebut dapat dianggap efektif jika

memang benar efektif dalam pelaksanaannya (Miratu Megasari et al.,

2015).

3. Pendokumentasian

Pendokumentasian yang benar adalah pendokumentasian mengenai

asuhan yang telah dan akan dilakukan pada seorang pasien. Menurut

Varney, didalamnya tersirat proses berfikir bidan yang sitematis dalam

30
menghadapi seorang pasien sesuai langkah-langkah manajemen kebidanan

maka didokumentasikan dalam bentuk SOAP , yaitu:

a. S (Data Subjektif) Data subjektif (S), merupakan pendokumentasian

manajemen kebidanan menurut helen varney langkah pertama

(pengkajian data), terutama data yang diperoleh melalui anamnesis.

Data Subjektif ini berhubungan dengan masalah dari sudut pandang

pasien. Expresi pasien mengenai kekhawatiran dan keluhannya yang

dicatat sebagai kutipan lansung atau ringkasan yang akan

berhubungan lansung atau ringkasan yang akan berhubungan langung

dengan diagnosis. 6

b. O (Data Objektif) Data Objektif (O) merupakan pendokumentasian

manajemen kebidanan menurut Helen Varney pertama (pengkajian

data), terutama data yang diperoleh melalui hasil observasi yang jujur

dari pemeriksaan fisik pasien, pemeriksaan laboratorium/pemeriksaan

diagnostik lain. Catatan medik dan informasi dari keluarga atau orang

lain dapat dimaksudkan dalam data objektif ini.

c. A (Assessment) A (Assessment), merupakan pendokumentasian hasil

analisis dan intrepretasi (kesimpulan) dari data subjektif dan objektif.

Dalam pendokumentasian manajemen kebidanan, karena keadaan

pasien yang setiap saat bisa mengalami perubahan, dan akan

ditemukan informasi baru dalam data subjektif maupun data objektif,

maka proses pengkajian data akan menjadi sangat dinamis.

Hal ini juga menuntut bidan untuk sering melakukan analisis

data yang dinamis tersebut dalam rangka mengikuti perkembangan

31
pasien dan analisis yang tepat dan akurat mengikuti perkembangan

data pasien akan menjamin cepat diketahuinya perubahan pada pasien,

dapat terus diikuti dan diambil keputusan/tindakanyang tepat.

Analysis/assessment merupakan pendokumentasian manajemen

kebidann menurut helen varney langkah kedua, ketiga, dan keempat

sehingga mencakup hal-hal berikut ini: diagnosis/masalah kebidanan,

diagnosis/masalah potensial serta perlunya mengidentifikasi

kebutuhan tindakan segera untuk antisipasi diagnosis/masalah

potensial dan kebutuhan tindakan segera harus diidentifikasi menurut

kewenangan bidan, meliputi: tindakan mandiri, tindakan kolaborasi

dan tindakan merujuk klien.

d. P (Planning) Planning /perencanaan, adalah membuat rencana asuhan

saat ini dan yang akan datang. Rencana asuhan disusun berdasarkan

hasil analisis dan interpretasi data. Rencana asuhan ini bertujuan untuk

mengusahakan tercapainya kondisi pasien seoptimal mungkin dan

mempertahankan kesejahteraannnya. Rencana asuhan ini harus bidan

mencapai kriteriatujuan yang ingin dicapat dalam batas waktu

tertentu. Tindakan yang akan dilaksanakan harus mampu membantu

pasien mencapai kemajuan dan harus sesuai dengan hasil kolaborasi

tenaga kesehatan lain, anatara lain dokter.

Meskipun secara istilah, P adalah planning/perencanaan saja,

namun P dalam metode SOAP ini juga merupakan gambaran

pendokumentasian implementasi dan evaluasi. Dengan kata lain, P

dalam SOAP meliputi pendokumentasian manajemen kebidanan

32
menurut Helen Varney langkah kelima, keenam, dan ketujuh.

Pendokumentasian P dalam SOAP ini,adalah pelaksanaan asuhan

sesuai rencana yang telah disusun sesuai dengan keadaan dan dalam

rangka mengarasi masalah pasien. Pelaksanaan tindakan harus

disetujui oleh pasien, kecuali bila tindakan tidak dilaksanakan akan

membahayakan keselamatan pasien. Sebanyak mungkin pasien harus

dilibatkan dalam proses implementasi ini. Bila kondisi pasien berubah,

analisis juga berubah, maka rencana asuhan maupun implementasinya

pun kemungkinan besar akan ikut berubah atau harus disesuaikan.

33
BAB III
TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL


KUNJUNGAN AWAL

No Reg : 0000XXXXXX

Nama Pengkaji : Nina Nuraisiah

Hari/tanggal : Senin/17 Oktober 2022

Waktu Pengkajian : Senin/17 Oktober 2022

Tempat Pengkajian : Puskesmas Cilamaya

DATA SUBJEKTIF

1. Identitas
Jenis Identitas Istri Suami

Nama Ny Ayu Tn Caryo

Umur 28 Tahun 38 Tahun

Suku/bangsa Sunda/Indonesia Sunda/Indonesia

Agama Islam Islam

Pendidikan SLTP SD

Pekerjaan IRT Buruh

Alamat rumah Krajan 1 rt/rw 001/002 Desa Krajan 1 rt/rw 001/002 Desa
Tlp Muara Kec Cilamaya Wetan Muara Kec Cilamaya Wetan
HP

Alamat kantor - -
Tlp
HP

2. Quick cek

N Hasil
Jenis Quick cek Keterangan
o Ya Tidak

1 Sakit kepala hebat 

34
2 Gangguan penglihatan 

3 Pembengkakan pada wajah dan 


tangan

4 Nyeri abdomen (epigastrium) 

5 Mual 

6 Pergerakan janin tidak seperti biasa 

7 Pengeluaran pervaginam 

8 Demam 

3. Keluhan saat ini


 Keputihan : tidak ada
 Masalah atau kelainan pada kehamilan ini : Mual-mual, pusing, lemas
 Masalah atau keluhan lainnya : Kurang nafsu makan
4. Riwayat kehamilan sekarang
 HPHT : 25-07-2022
 Siklus haid : kurang lebih 30 hari
 Taksiran waktu persalinan : 02-05-2023
 Pemakaian obat dan jamu-jamuan : tablet Fe 60 mg 10 tablet 1 x 1,
vit C 1000 mg dan Kalk 500 mg
3x1
 Kekhawatiran yang berkaitan dengan kehamilan : cemas dengan kehamilannya
karena ibu sering pusing, nafsu makan berkurang, dan sering mual dan takut
keadaannya membahayakan janinnya
5. Riwayat obstetrik
Tanggal Tempat Riwayat
No UK Jenis Partus Penolong Penyulit JK BB PB Ket
Partus Partus Menyusui

1 2018 - BPM Spontan Bidan - P 2600 - - -

2 Hamil - - - - - - - - - -
Sekarang

6. Riwayat kesehatan
No Jenis Hasil Keterangan

35
Tida
Ada
k ada

1 Jantung 

2 Hipertensi 

3 DM 

4 Asma 

5 Hepatitis 

6 IMS/HIV 

7 TBC 

8 Ginjal kronis 

9 Malaria 

10 Epilepsi 

11 Kejiwaan 

12 Kelainan kongenital 

13 Alergi obat /makanan 

14 Kecelakaan 

15 Tranfusi darah 

 Riwayat imunisasi TT :
Ibu mengatakan sudah imunisasi TT 2x yaitu TT 1 saat capeng dan TT2 1 bulan
setelah TT1
 Golongan darah :O
7. Riwayat kontrasepsi
 Kontrasepsi yang pernah digunakan : KB suntik 3 bulan
 Kontrasepsi terakhir sebelum hamil : KB suntik 3 bulan
 Keluhan dalam penggunaan kontrasepsi : Haid tidak teratur
8. Riwayat sosial ekonomi
 Usia pertama menikah: 19 tahun
 Status perkawinan: sah, kawin 1 kali

36
 Respon ibu dan keluarga terhadap kehamilan dan kesiapan persalinan : baik
 Dukungan keluarga : mendukung
 Pengambil keputusan dalam keluarga: Suami
 Kebiasaan/pola makan dan minum:

- Makan: Frekuensi : 2 x sehari , porsi : setengah piring


Menu : nasi setengah piring, sayur, lauk pauk
Nafsu makan : kurang
- Minum : air putih 5 gelas sehari
 Kondisi rumah: baik
 Kebiasaan merokok, obat-obatan dan alkohol: tidak pernah
 Beban kerja dan aktivitas sehari-hari: pekerjaan rumah dilakukan sendiri
 Seksualitas: frekuensi : 2-3 kali dalam seminggu keluhan : tidak ada
 Kekerasan dalam rumah tangga: tidak ada
 Tempat dan petugas kesehatan yang diinginkan untuk persalinan: Bidan/PMB
 Keinginan ibu memberikan ASI eksklusif: Iya keinginan saya dan suami
 Rencana ibu memberikan ASI: 0-6 bulan
DATA OBJEKTIF

1. Kesadaran : Composmentis
2. Keadaan umum : Baik
3. Keadaan emosional : Baik
4. TB : 142,5 cm BB : 40 kg
5. LILA : 21,5 cm
6. TTV
Tekanan darah : 120/80 mmHg Nadi: 85 x/menit
Respirasi : 21 x/menit Suhu : 36,2 °C
7. Head to toe
 Wajah : Tidak oedema
 Kepala dan rambut : Bersih, tidak ada ketombe dan tidak mudah rontok
 Mata: simetris : ya/tidak, konjungtiva : Tidak pucat, sklera : putih
 Hidung : Bersih, tidak ada benjolan, simetris kanan dan kiri
 Mulut : Tidak stomatitis, tidak caries, lidah bersih, gusi tidak berdarah

37
 Telinga : Bersih, tidak ada serum, simetris kanan dan kiri.
 Leher : Pembesaran kelenjar getah bening : tidak,
Pembesaran kelenjar thyroid : tidak
 Payudara : Normal
 Abdomen
Bekas luka operasi : Tidak ada
TFU : - cm
Leopold I : ½ pusat syimpisis
Leopold II :-
Leopold III :-
Leopold IV :-
DJJ : 136 x /mmt
 Ekstremitas atas dan bawah :
 Anogenital:
- Tukak/luka : tidak ada
- varises : tidak ada
- kelenjar scene : tidak ada
- kelenjar bartholin : tidak ada
- haemoroid : tidak ada

 CVAT: nyeri ketuk : kanan Positif kiri Positif


 Refleks patella : kanan Positif kiri Positif
8. Pemeriksaan penunjang
 HB : 11 gr%
 Golongan darah ABO dan Rhesus : -
 HIV : tidak ada
 Rapid test (K/P) : negative

ANALISIS

Ny. A G2P1A0 umur 28 tahun, umur kehamilan 15 minggu dengan kekurangan energi kronik
(KEK)

PENATALAKSANAAN

1. Memberitahu ibu tentang hasil pemeriksaan


Jawab : Ibu mengerti
38
2. Berikan pendidikan kesehatan tentang Kekurangan Energi Kronis (KEK).
Jawab : Ibu mengerti
3. Berikan pendidikan kesehatan tentang gizi ibu hamil dan anjurkan ibu untuk makan
makanan bergizi seimbang.
Jawab : Ibu sudah mengetahui tentang gizi ibu hamil dan ibu bersedia untuk
memenuhi kebutuhan gizi seimbang
4. Memberikan pendidikan kesehatan tentang tablet Fe dan anjurkan ibu mengkonsumsi
tablet Fe teratur.
Jawab : Ibu sudah mengetahui tentang tablet Fe dan ibu bersedia minum tablet Fe
secara teratur di malam hari
5. Memberikan makanan tambahan (PMT) berupa susu ibu hamil dan biskuit untuk ibu
hamil.
Jawab : Ibu sudah mendapatkan makanan tambahan berupa susu ibu hamil dan biskuit
ibu hamil
6. Menganjurkan ibu untuk istirahat cukup yaitu tidur siang ±2 jam dan tidur malam ±8
jam.
Jawab : Ibu bersedia untuk istirahat cukup
7. Memberikan ibu terapi obat dan menganjurkan ibu untuk meminumnya secara
teratur.
Jawab : Ibu sudah mendapatkan terapi obat dan ibu bersedia minum obat teratur
8. Mengobservasi Hb tiap bulan, kenaikan BB ibu dan LILA tiap minggu.
Jawab : Ibu bersedia memeriksakan kehamilannya secara teratur

39
A. Laporan Kasus Dengan Metode Phatway Refleksi
Pathway Kasus Kebidanan

Pranikah dan Prakonsepsi


Nama : Ny. A
Usia : 28 tahun
Ny. A G2P1A0 umur 28 tahun, umur kehamilan 15 minggu dengan KEK

Tanda/Gejala/keluhan secara teori: Patofisiologi (Sesuai Tanda/Gejala/keluhan yang Tanda/Gejala/keluhan yang dialami pasien
Berat badan <40 kg, LILA kurang dari 23,5 dialami pasien)
Ny. A memeriksakan kehamilannya dan ibu
cm, Tinggi badan <145 cm Patofisiologi penyakit gizi kurang terjadi melalui mengeluh kurang nafsu makan, sejak
lima tahapan yaitu: pertama, ketidakcukupan zat kemarin sore merasa mual, sering merasa
gizi. Apabila ketidakcukupan zat gizi ini pusing, badan lemes, dan mudah
berlangsung lama maka persediaan/ cadangan mengantuk
jaringan akan digunakan untuk memenuhi
ketidakcukupan itu. Kedua, apabila ini
berlangsung lama, maka akan terjadi
kemerosotan jaringan, yang ditandai dengan
penurunan berat badan. Ketiga, terjadi perubahan
biokimia yang dapat dideteksi dengan
pemeriksaan laboratorium. Keempat, terjadi
perubahan fungsi yang ditandai dengan tanda
yang khas. Kelima, terjadi perubahan anatomi
yang dapat dilihat dari munculnya tanda klasik.
Proses terjadinya KEK merupakan akibat dari
faktor lingkungan dan faktor manusia yang
didukung oleh kekurangan asupan zat-zat gizi,
maka simpanan zat gizi pada tubuh digunakan
untuk memenuhi kebutuhan. Apabila keadaan ini
berlangsung lama maka simpanan zat gizi akan
habis dan akhirnya terjadi kemerosotan jaringan
(Supariasa, 2015).

40
9. Rasionalisasi dari asuhan yang diberikan:
Asuhan yang diberikan:

1. Memberitahu ibu tentang hasil pemeriksaan 1. Penyampaian hasil pemeriksaan tentang keadaannya sehingga pasien

2. Berikan pendidikan kesehatan tentang mengetahui kondisinya saat ini

Kekurangan Energi Kronis (KEK). 2. Agar ibu mengetahui mengenai KEK

3. Berikan pendidikan kesehatan tentang gizi ibu 3. Ibu sudah mengetahui tentang gizi ibu hamil dan ibu bersedia untuk

hamil dan anjurkan ibu untuk makan makanan memenuhi kebutuhan gizi seimbang

bergizi seimbang. 4. Ibu sudah mengetahui tentang tablet Fe dan ibu bersedia minum tablet

4. Memberikan pendidikan kesehatan tentang tablet Fe secara teratur di malam hari

Fe dan anjurkan ibu mengkonsumsi tablet Fe 5. Ibu sudah mendapatkan makanan tambahan berupa susu ibu hamil

teratur. dan biskuit ibu hamil

5. Memberikan makanan tambahan (PMT) 6. Ibu bersedia untuk istirahat cukup

berupa susu ibu hamil dan biskuit untuk ibu 7. Ibu sudah mendapatkan terapi obat dan ibu bersedia minum obat

hamil. teratur

6. Menganjurkan ibu untuk istirahat cukup yaitu 8. Ibu bersedia memeriksakan kehamilannya secara teratur

tidur siang ±2 jam dan tidur malam ±8 jam.


7. Memberikan ibu terapi obat
dan menganjurkan ibu untuk
meminumnya secara teratur.
8. Mengobservasi Hb tiap bulan, kenaikan BB ibu
dan LILA tiap minggu.

41
Evaluasi :

Penatalaksanaan askeb kehamilan telah dilakukan dan Ny.A sudah paham


dan bersedia untuk mengikuti anjuran yang telah diberikan bidan

42
BAB IV
PEMBAHASAN

Pada bab ini akan menguraikan pembahasan tentang Asuhan kebidanan

kehamilan pada Ny A dengan kekurangan energi kronok (KEK). Dalam hal ini

pembahasan akan dideskripsikan secara naratif berdasarkan pendekatan 7 langkah

Varney dalam asuhan kebidanan, yaitu: mengumpulkan data dasar, merumuskan

diagnosis atau masalah aktual, merumuskan diagnosis atau masalah potensial,

mengambil tindakan segera atau kolaborasi, merencanakan tindakan asuhan

kebidanan, melakukan tindakan asuhan kebidanan dan evaluasi asuhan kebidanan.

A. Langkah I: Identifikasi data dasar

Pada pengkajian Penulis telah memperoleh data Subjektif dan Objektif.

Data Subjektif diperoleh dari hasil wawancara dengan pasien, sedangkan untuk

data Objektif diperoleh dari hasil pemeriksaan secara menyeluruh. Berdasarkan

data Subjektif yang diperoleh dari Ny. A yaitu Ibu mengatakan datang ke

Puskesmas untuk memeriksakan kehamilannya dan mengeluh kurang nafsu

makan, sejak kemarin sore merasa mual, sering merasa pusing, badan lemes, dan

mudah mengantuk. Berdasarkan data objektif yang diperoleh dari hasil

pemeriksaan, di dapatkan TB : 142,5 cm, BB : 40 kg, Tekanan darah : 120/80

mmHg Nadi: 85 x/menit, Respirasi : 21 x/menit , Suhu : 36,2 °C LILA 21,5 cm.

Sedangkan pengkajian pada ibu hamil dengan Kekurangan Energi Kronis

(KEK) secara teori didapatkan tanda dan gejala yaitu lelah, letih, lesu, lunglai,

susah buang air besar, nafsu makan berkurang, kadang- kadang pusing dan

mudah mengantuk, Hb <11 gr%, BB <40 kg, LILA <23,5 cm, TB <145 cm ,

muka tampak pucat, konjungtiva pucat (Saifuddin, 2017).

43
Dari pengkajian ini, di dapatkan kesenjangan antara teori dengan praktik

yaitu pada teori ada perasaan susah buang air besar, lelah, letih, lesu, lunglai, BB

<40 kg sedangkan pada pada kasus Ny. A tidak terjadi susah buang air besar

sehingga asuhan kebidanan dilakukan sesuai dengan kondisi yang di alami Ny.

A. Jadi pada langkah ini terdapat kesenjangan antara teori dengan praktik.

B. Langkah II: Identifikasi diagnosa/masalah aktual

Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap diagnosis, masalah dan

kebutuhan pasien berdasarkan interpretasi yang benar atas data – data yang telah

dikumpulkan (Sulistyawati, 2019).

1. Diagnosa Kebidanan Diagnosa dapat ditegakkan yang bekaitan dengan Para,

Abortus, Anak hidup, umur dan keadaan (Ambarwati dan Wulandari, 2018).

Diagnosa Kebidanan pada kasus didapatkan Ny. A Umur 28 tahun dengan

kekurangan energi kronok (KEK).

2. Masalah Menurut Manuaba (2010), masalah yaitu pasien mengeluh

mengeluh kurang nafsu makan, sejak kemarin sore merasa mual, sering

merasa pusing, badan lemes, dan mudah mengantuk.

3. Kebutuhan Menurut Sibagariang dkk (2010), Masalah psikologi yang biasa

terjadi pada ibu hamil KEK adalah cemas, panik, takut. Kebutuhan yang

muncul pada ibu hamil dengan Kekurangan Energi Kronis (KEK) adalah

informasi tentang KEK. Pada langkah ini menunjukkan hasil bahwa tidak

ada kesenjangan antara teori dengan praktik yang ada di lapangan

44
C. Langkah III: Antisipasi diagnosa/Masalah potensial

Pada kasus ini Ny A mengalami mual, pusing, lemas, kurang nafsu makan

yang dapat melemahkan fisiknya yang pada akhirnya menyebabkan perdarahan,

abortus, anemia, infeksi. Menurut teori Susilowati (2018), bila ibu hamil

mengalami gizi kurang maka akibat yang akan ditimbulkan antara lain :

perdarahan, abortus, dan infeksi.

Pada kasus Ny. A dapat ditangani dengan baik, sehingga diagnosa

potensial tidak terjadi karena adanya penanganan yang tepat kepada Ny A,

sehingga pada kasus ini tidak terdapat kesenjangan antara teori dan praktik

D. Langkah IV: Identifikasi Perlunya Tindakan Segera atau Kolaborasi

Antisipasi atau tindakan segera yang sesuai dengan diagnosa potensial

pada kasus Ny A yaitu dengan cara pemberian terapi berupa makanan tambahan,

tablet Fe, serta memberikan motivasi pada ibu tentang pentingnya keluarga sadar

gizi.

Sedangkan menurut Dinkes (2010), tindakan antisipasi yang dilakukan

antara lain meliputi pemberian terapi berupa makanan tambahan, tablet Fe, serta

memberikan motivasi pada ibu berupa meningkatkan pengetahuan tentang

pentingnya keluarga sadar gizi, kolaborasi dengan dokter, kolaborasi dengan ahli

gizi untuk pengaturan pola konsumsi makanan. Pada langkah ini terdapat

kesenjangan antara teori dan praktik karena pada kasus Ny A hanya dilakukan

tindakan mandiri dan tidak dilakukan kolaborasi dengan dokter maupun ahli gizi.

E. Langkah V: Intervensi atau Rencana Asuhan

45
Pada kasus Ny A rencana yang akan dilakukan yaitu berikan pendidikan

kesehatan tentang Kekurangan Energi Kronis (KEK), pendidikan kesehatan

tentang gizi ibu hamil dan anjurkan ibu untuk makan makanan begizi, pendidikan

kesehatan tentang tablet Fe dan anjurkan ibu mengkonsumsi tablet Fe teratur,

berikan makanan tambahan (PMT) berupa susu dan biskuit ibu hamil, anjurkan

ibu untuk istirahat cukup, berikan ibu terapi obat (Tablet Fe 500 mg 1x1 (10 tab),

Kalk 250 mg 1x1 (10 tab), Vit. C 250 mg 1x1 (10 tab)), anjurkan ibu untuk rutin

memeriksakan kehamilan, observasi Hb setiap bulan, dan pantau kenaikan BB ibu

dan LILA setiap minggu.

Sedangkan menurut teori, perencanaan pada kasus Kekurangan Energi

Kronis (KEK) yaitu anjurkan ibu makan makanan bergizi, susun menu seimbang

bagi ibu hamil. Berikan ibu makanan tambahan (PMT bagi ibu hamil), Beri

informasi tentang tablet Fe dan anjurkan pada ibu untuk mengkonsumsi tablet Fe.

Anjurkan rutin memeriksakan kehamilan minimal 4 kali selama hamil. Pantau

kenaikan berat badan ibu dan LILA (Waryana, 2015). Pada kasus ini tidak

terdapat kesenjangan antara teori dengan praktik

F. Langkah VI: Implementasi atau Pelaksanaan Asuhan

Pelaksanaan adalah rencana asuhan penyuluhan pada klien dan keluarga

(Ambarwati dan Wulandari, 2018). Pelaksanaan asuhan kebidanan pada Ny. A

dengan Kekurangan Energi Kronis (KEK) belum sesuai dengan perencanaan

yang telah dibuat diatas. Ada langkah ini penulis menemukan kesenjangan antara

teori dan praktek dilahan.

G. Langkah VII: Evaluasi Hasil Asuhan Kebidanan

Evaluasi merupakan langkah pengecekan apakah rencana asuhan benar-

46
benar telah terpenuhi kebutuhan sebagai mana telah diidentifikasi dalam masalah

diagnos. Berdasarkan penatalaksanaan diatas, salah satu penatalaksanaan yang

diberikan yaitu menjelaskan kepada ibu bahwa Kekurangan Energi Kronik

(KEK) adalah salah satu adanya ketidakseimbangan asupan gizi antara energi

dan protein, sehingga zat gizi yang dibutuhkan tubuh tidak tercukupi.

Kekurangan gizi akut dapat disebabkan oleh tidak mengkonsumsi makanan

dalam jumlah yang cukup atau makanan yang baik (dari segi kandungan gizi)

untuk satu periode tertentu untuk mendapatkan tambahan kalori dan protein yang

cukup..

H. Pendokumentasian

Pendokumentasian pada kasus Ny “A” ini telah dilakukan pengumpulan

data subjektif dan objektif dan berdasarkan data yang di dapatkan selanjutnya

ditetapkan diagnosa. Setelah ditetapkan diagnosa selanjutnya menetukan

diagnosa potensial yang akan timbul. Pada Ny “A” tidak didapatkan adanya data

untuk dilakukan tindakan emergensy. Pada kasus Ny “A” implementasi atau

pelaksanaan asuhan telah dilakukan berdasarkan rencana asuhan yang telah

ditetapkan.

47
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan, penulis telah mampu menganalisa kasus

dari pengkajian, menegakkan diagnose, melakukan asuhan kebidanan

kehamilan dengan benar dan tepat sesuai teori dan dibandingkan dengan fakta

yang berhubungan dengan asuhan kebidanan kehamilan dengan Kekurangan

Energi Kronik (KEK).

B. Saran

1. Saran untuk bidan

Seorang bidan perlu untuk meningkatkan pelayanan asuhan kebidanan

terutama dalam mencegah terjadinya Kekurangan Energi Kronik (KEK)

pada ibu hamil dengan memberikan edukasi/pengetahuan kepada ibu

hamil agar menjadi tenaga bidan yang berkualitas.

2. Saran untuk Puskesmas

Meningkatkan mutu pelayanan dalam memberikan asuhan kebidanan pada

ibu hamil dengan Kekurangan Energi Kronik (KEK) secara optimal dan

tidak menyepelekan keadaan kehamilan dengan Kekurangan Energi

Kronik (KEK).

3. Saran untuk institusi

Menambah referensi ibu tentang kehamilan dengan Kekurangan Energi

Kronik (KEK) supaya dapat menambah atau meningkatkan kualitas

pengetahuan mahasiswa mengenai kehamilan dengan Kekurangan Energi

48
Kronik (KEK) dan mempermudah dalam mempelajari kehamilan dengan

Kekurangan Energi Kronik (KEK) di kampus.

4. Saran untuk pasien

Untuk mencegah terjadinya komplikasi pada klien kehamilan dengan

Kekurangan Energi Kronik (KEK) agar mendapat pertolongan yang cepat

dan tepat, sehingga dapat segera di antisipasi kemungkinan masalah lain

yang dapat terjadi.

49

Anda mungkin juga menyukai