Anda di halaman 1dari 43

LAPORAN PRAKTIK STASE

PRANIKAH DAN PRAKONSEPSI

DISUSUN OLEH :
YUNI HASTUTI
NIM:213001080090

UNIVERSITAS ADIWANGSA JAMBI


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN
TAHUN AKADEMIK 2021-2022
LEMBAR PERSETUJUAN

LAPORAN LENGKAP
STASE
ASUHAN KEBIDANAN PRANIKAH DAN PRAKONSEPSI PADA Nn.V CATIN
DENGAN KEK
DI PUSKESMAS NIPAH PANJANG TAHUN 2022

Diajukan sebagai salah satu syarat wajib dalam menyelesaikan


Stase Pranikah dan Prakonsepsi

Jambi, SEPT 2022


Menyetujui,
CI Akademik

(Bdn. Devi Arista, S.Keb, M.Kes)


NIDN: 1010300715008
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN LENGKAP
STASE KETERAMPILAN KLINIK PRAKTIK KEBIDANAN
MELAKUKAN ASUHAN PRANIKAH DAN PRAKONSEPSI PADA Nn.V
CATIN DENGAN KEK
DI PUSKESMAS NIPAH PANJANG TAHUN 2022

Dipersiapkan dan Disusun Oleh :


YUNI HASTUTI
NIM :2130010800090

Mengetahui
CI Akademik

(Bdn. Devi Arista, S.Keb, M.Kes)


NIDN: 1010300715008

Disetujui,
Ka. Program Studi Pendidikan Profesi Bidan

(Bdn. Devi Arista, S.Keb, M.Kes)


NIDN: 1010300715008
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur peneliti panjatkan kehadirat Tuhan Allah SWT,
karena atas rahmat dan hidayah-Nya saya dapat menyajikan Laporan Stase
Asuhan Kebidanan Pra nikah dan Pra konsepsi dengan judul “STASE PRAKTIK
KEBIDANAN ASUHAN KEBIDANAN PRANIKAH DAN PRAKONSEPSI
PADA Nn.V CATIN DENGAN KEK DI PUSKESMAS NIPAH PANJANG
TAHUN 2022”. Pada kesempatan ini peneliti mengucapkan terima kasih kepada
yang terhormat:
1. Bapak Seno Aji, S.Pd., M.Eng, Prac, selaku Rektor Universitas Adiwangsa
Jambi.
2. Ibu Bdn., Devi Arista S.Keb, M.Kes, selaku dekan Fakultas Kesehatan dan
Farmasi Universitas Adiwangsa Jambi
3. Ibu Bdn. Devi Arista S.Keb.,M.Kes, selaku Ketua Program Studi profesi
Bidan di Universitas Adiwangsa Jambi.
4. Ibu Bdn. Devi Arista, S.Keb, M.Kes, selaku CI Akademik yang telah
memberikan banyak bantuan dan telah memberikan waktu selama menyusun
Laporan Kasus pada Stase ini.
Penulis menyadari bahwa penyusunan Laporan ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, kritikan dan saran penulis harapkan sebagai bahan
untuk perbaikan.
Jambi, September 2022

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pra konsepsi merupakan masa sebelum hamil atau masa sebelum
terjadinya pertemuan antara ovum ( sel telur) dengan sperma. Wanita pra
konsepsi diasumsikan sebagai wanita dewasa atau wanita usia subur yang
siap menjadi seorang ibu. Kekurangan Energi Kronis (KEK) didefinisikan
sebagai keadaan ketika wanita mengalami kekurangan gizi (kalori dan
protein) yang berlangsung lama atau menahun. Kekurangan energi kronis
(KEK) ditandai dengan lingkar lengan atas <23,5 cm. kekurangan energi
kronis pada wanita usia subur (pra konsepsi) yang berlangsung secara terus
menerus dan dalam waktu yang lama dapat mengakibatkan gangguan
kesehatan.
Komplikasi pada kekurangan energi kronik (KEK) yaitu: Pada masa pra
konsepsi yaitu Gangguan reproduksi, anemia, kekurangan nutrisi, dan rentang
terkena penyakit. Pada ibu Hamil keguguran, anemia, dan IUFD, Pada
Persalinan perdarahan, anemia, persalinan lama dan
infeksi, Pada Bayi berat badan lahir rendah (BBLR), kematian perinatal, dan
cacat lahir. Menurut Riskesdas angka kejadian keguguran pada tahun 2017 di
Indonesia sebesar 4% pada kelompok perempuan pernah kawin usia 10-59
tahun, persentase kejadian abortus spontan di Indonesia
berdasarkan kelompok umur yaitu 3,8 pada kelompok umur 15-19 tahun
5,8% pada kelompok umur 15-19 tahun,5,8% pada kelompok umur 20-24
tahun, 5,7% pada kelompok umur 25-29 tahun 5,7% pada kelompok umur 30-
39% tahun (kemenkes RI, 2015). Besarnya kemungkinan keguguran yang
terjadi pada wanita usia subur adalah 10%-25% (Purwaningrum et al., 2017).

B. Tujuan
Adapun tujuan yang ingin dicapai adalah ;
1) Mahasiswa diharapkan mengetahui dan menerapkan asuhan kehamilan
2) Mahasiswa diharapkan dapat membuat dokumentasi asuhan
kebidanan pranikah dan prakonsepsi dengan KEK
3) Mahasiswa diharapkan Menentukan antisipasi terhadap masalah yang
muncul terhadap asuhan kebidanan pranikah dan prakonsepsi dengan
KEK
4) Mahasiswa diharapkan Melaksanakan rencana tindakan secara efisien
dan aman terhadap asuhan kebidanan pranikah dan prakonsepsi dengan
KEK
5) Mahasiswa diharapkan mampu menemukan alternatif pemecahan masalah
pada asuhan kebidanan pranikah dan prakonsepsi dengan KEK
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pra Konsepsi
Masa pra konsepsi merupakan masa sebelum hamil atau masa sebelum
terjadinya pertemuan antara ovum (sel telur) dengan sperma. Wanita pra
konsepsi diasumsikan sebagai wanita dewasa atau wanita usia subur yang
siap menjadi seorang ibu. Reproduksi manusia merupakan hasil dari
pembentukan kompleks yang melibatkan interaksi berbagai proses, seperti
genetik, biologis,
lingkungan dan tingkah laku. Proses pra konsepsi dialami oleh pria dan
wanita sebagai tahap sebelum konsepsi (Dieny, Ayu and Dewi Marfu’ah
Kurniawati, 2019).
Masa pra konsepsi merupakan fase dalam siklus kehidupan yang
memerlukan perhatian khusus terutama dari segi pencakupan kebutuhan
energi dan zat gizinya. Status gizi wanita yang optimal dalam masa persiapan
kehamilan merupakan hal yang krusial dan mempengaruhi outcome dari
kehamilan. Dikhawatirkan dengan asupan makan yang kurang baik dari segi
jumlah maupun kualitasnya, dapat berakibat buruk bagi calon ibu, salah satu
dampaknya adalah pertambahan berat badan saat kehamilan yang tidak
adekuat. Penambahan berat badan dibutuhkan saat kehamilan sesuai dengan
status gizi ibu sebelum hamil (Anggraeny and Aristiningsih, 2017).

B. Konseling Pra Konsepsi


Calon pengantin perlu diberikan konseling mengenai resiko yang ada
dan ditawarkan intervensi yang mungkin memperbaiki prognosis kehamilan.
Konseling berupa kesehatan reproduksi, usia ibu,lifestyle yang beresiko, diet,
olahraga, kekerasan dalam rumah tangga, konseling kondisi medis spesifik,
seperti diabetes, penyakit ginjal, hipertensi dan, epilepsi, serta kondisi
kejiwaan dan masalah psikis yang mungkin berpengaruh.(Dieny, Ayu and
Dewi Marfu’ah Kurniawati, 2019).
Konseling pra konsepsi dalam praktik pelayanan bertujuan untuk
meningkatkan pengetahuan tentang gizi wanita pra konsepsi dalam
mempersiapkan diri menghadapi kehamilan dan diet yang tepat dan seimbang
untuk mencukupi kebutuhan gizinya. Dengan konseling tersebut diharapkan
wanita pra konsepsi tersebut dapat mengatur dan mengubah pola konsumsi
makanan yang dimakan sehari-hari. Pola konsumsi makanan dapat berubah
maka diharapkan indeks massa tubuhnya akan berubah juga (Labuan, 2019).

C. Kebutuhan Gizi Pada Masa Pra Konsepsi


Status gizi adalah keadaan tubuh manusia sebagai akibat konsumsi
makanan dan penggunaan zat-zat gizi. Adapun kategori dari status gizi
dibedakan menjadi tiga, yaitu gizi lebih, gizi baik, dan gizi kurang. Baik
Buruknya status gizi manusia dipengaruhi oleh 2 hal pokok yaitu
konsumsi makanan dan keadaan kesehatan tubuh infeksi. Dalam ilmu gizi,
status gizi lebih dan status gizi kurang disebut sebagai malnutrisi, yakni suatu
keadaan patologis akibat kekurangan atau kelebihan secara relatif maupun
absolut satu atau lebih zat gizi (Mardalena.i, 2017)
Energi dibutuhkan supaya metabolisme tubuh berjalan dengan baik.
kecukupan yang dianjurkan dibedakan sesuai dengan usia dan jenis kelamin.
Kebutuhan energi pada laki-laki lebih kurang 260-2750 kkl, sedangkan pada
wanita 2100-2250 kkal. Energi tersebut paling banyak diperoleh dari
karbohidrat, lemak, dan protein (Dieny, Ayu and Dewi Marfu’ah Kurniawati,
2019) Pasangan usia subur yang menginginkan kehamilan diharapkan
mempunyai berat badan ideal. Dengan kondisi ini akan relatife lebih mudah
menjalani kehamilan dibandingkan dengan calon ibu dengan berat badan
berlebih atau terlalu kurus. Kenyataannya adalah, data menunjukan bahwa
sepertiga (35,6%) wanita usia subur menderita kekurangan energi kronis
(KEK). Kondisi ini akan menghambat pertumbuhan janin sehingga akan
menimbulkan resiko pada bayi dengan BBLR. Mengingat besarnya angka
wanita subur menderita KEK maka terdapat potensi terjadinya gagal tumbuh
antargenerasi. Pengaturan gizi sebelum hamil (sebelum terjadinya konsepsi)
perlu mendapatkan perhatian, karena status gizi yang baik bagi ibu sebelum
kehamilan datang, akan menjadi dasar yang baik bagi kehamilan yang
membutuhkan asupan gizi lebih dari yang sebelum kehamilan. Ibu hamil yang
berat badanya kurang pada waktu konsepsi mempunyai kemungkinan bayi
lahir dini (prematur) dan mengalami toksemia, lebih-lebih bila ibu mengalami
anemia (Badriah., 2018)
a. Karbohidrat
Merupakan sumber energi utama tubuh, setiap 1 gram karbohidrat yang
dikonsumsi menghasilkan energi sebesar 4 kkal. Contoh bahan makanan
yang sumber karbohidrat adalah nasi, kentang, jagung, singkong, ubi,
roti, dan mie. Konsumsi karbohidrat dianjurkan sebesar 55-70% dari
kebutuhan energi sehari.
b. Protein
Kebutuhan protein pada masa pra konsepsi sebesar 10-30% dari
kebutuhan energi sehari. Protein berfungsi sebagai zat pembangun,
pengatur, serta perbaikan jaringan dalam sel-sel yang rusak.Fungsi utama
protein bukanlah sebagai sumber energi, tetapi protein dapat
menjadi sumber energi tetapi protein dapat menjadi sumber energy
dengan menyediakan 4 kkal per gram. Kebutuhan protein dapat dipenuhi
dengan mengkonsumsi bahan makan sumber protein hewani seperti ikan,
telur, daging, daging ayam, susu serta bahan makanan sumber protein
nabati seperti kacang-kacangan, tahu, tempe.
c. Lemak
Lemak merupakan sumber energi terbesar dibandingkan dengan
karbohidrat dengan protein. Satu gram lemak menghasilkan 9 kkal.
Anjuran asupan lemak per hari adalah 20-30%. Lemak berperan dalam
penyerapan vitamin,A,D,E dan K. Asupan lemak berperan dalam jumlah
lemak tubuh, yang berhubungan dengan produksi hormon, baik pada
wanita maupun pria. Sel lemak yang menjaga ketersediaan hormon
dalam tubuh akan mempengaruhi siklus menstruasi pada
wanita pada produksi serta kematangan sperma pada pria. Sumber
makanan yang mengandung lemak banyak ditemukan pada daging
merah, ayam, ikan, keju, minyak.
d. Serat
Serat merupakan komponen yang sangat penting pada asupan setiap
orang. Asupan serat yang kurang dapat mengakibatkan susah buang air
besar(sembelit, konstipasi), hemoroid (ambeien),dan obesitas, untuk
mencegah terjadinya gangguan pencernaan, tiap
individu harus mengkonsumsi serat dalam jumlah yang cukup untuk
membantu menjaga kesehatan sistem pencernaan. Kebutuhan serat pada
masa pra konsepsi untuk pria adalah 37-38 gram dan wanita sebesar 30-
35 gram. Sumber serat yang baik adalah sayuran , buahbuahan, dan
kacang-kacangan.
e. Cairan
Rekomendasi asupan cairan adalah 1,5-2 liter air/hari atau
setara dengan 8 air gelas per hari. Kebutuhan cairan dapat dipenuhi
dari air minum, dan air dalam makan. Air putih lebih dasarkan dari
pada kopi, teh, sirup dan minuman bersoda.
f. VitaminA
Angka kecukupan gizi (AKG) vitamin A pada wanita pra konsepsi
adalah sebesar 500 mgc, sedangkan pada pria adalah 600 mgc. Bahan
makanan sumber vitamin A, antara lain daging, kuning telur, susu,
mentega, wortel, tomat, kacang panjang, dan bayam.
g. VitaminD
Vitamin D adalah vitamin yang larut dalam lemak dan berperangndalam
mengoptimalkan kesehatan tulang, serta fungsi otot. Vitamin D terdapat
dalam bahan makanan seperti hati, telur, dan ikan. Kebutuhan vitamin D
menurut AKG 2013 untuk pria dan wanita pada masa pra
konsepsi sebanyak 15 mgc.
h. VitaminE
Sumber utama vitamin E adalah minyak nabati, (seperti minyak jagung,
minyak matahari, minyak zaitun). Kacang-kacangan dan bijibijian
(seperti biji bunga matahari, kacang kenari), serta alpukat. Angka
kecukupan gizi (AKG) vitamin E pria dan wanita pada masa pra konsepsi
adalah 15 mg/hari.
i. VitaminK
Kebutuhan vitamin K berdasarkan (AKG) 2013 untuk pria dan wanita
pada masa pra konsepsi adalah 1,3-1,4 mg/ hari. Bahan makanan yang
banyak mengandung vitamin K, diantaranya alpukat, minyak kedelai,
sayuran hijau, dan pisang.
j. VitaminC
Kebutuhan vitamin C berdasarkan AKG adalah 90 mg/ hari pada pria dan
75 mg/ hari pada wanita. Sumber utama vitamin C adalah buah dan
sayuran segar.
k. Asamfolat
Mengkonsumsi folat diketahui dapat menurunkan kejadian ovulasi
infertil pada wanita. Selain itu, asupan asam folat yang cukup juga
berkaitan dengan berkurangnya sperma abnormal, pada pria. Angka
kecukupan gizi (AKG) folat pada pria dan wanita saat masa pra
konsepsi adalah 400 mgc/ hari. Asam folat terdapat pada bangai bahan
makanan, seperti daging, buah-buahan, sayuran, kacang-kacangan, wijen
dan serealia (biji-bijian).
l. Zatbesi
Zat besi diperlukan tubuh untuk pembentukan hemoglobin dan mioglobin
yang dibutuhkan dalam proses metabolisme tubuh. Untuk mencegah
kekurangan zat besi dapat diangkat pada masa pra konsepsi. Angka
kecukupan gizi (AKG) zat besi pada pria adalah 13-15 mg/hari
sedangkan pada wanita sebesar 26 mg/hari. Zat besi dapat diperoleh dari
daging, ikan dan unggas.
m. Seng(zinc)
seng berperang penting untuk fungsi kekebalan, antioksidan, serta
reproduksi. Angka kecukupan gizi (AKG) seng pada pria pada masa pra
konsepsi adalah 13-17 mg/hari. Sementra itu, pada wanita kebutuhan
seng sebanyak10 mg/har. Kekurangan seng pada pria menyebabkan
rendahnya kualitas sperma. Seng banyak terdapat di dalam bahan
makanan seperti ikan, kerang daging, serta kacangkacangan.
n. Selenium
Angka kecukupan gizi (AKG) selenium pria dan wanita pada masa pra
konsepsi adalah 30 mg/har. Selenium, banyak terdapat dalam daging,
ikan, telur,kerang, biji-bijian dan padi-padian (Dieny, Ayu and Dewi
Marfu’ah Kurniawati, 2019).
Dengan gizi seimbang sumber gizi tersebut dapat digunakan wanita
untuk memenuhi masa menarche, menstruasi, pra konsepsi, infertil/fertil,
premenopause, menopause dan setelah menapause. Dengan gizi yang
dikonsumsi oleh setiap wanita, diharapkan dapat menjadi berguna bagi ,tubuh
kita ini yang sangat memerlukan sumber makanan, vitamin dan juga energi
yang diambil dari nilai gizi suatu makanan. Berat badan yang sangat rendah
juga dapat mengganggu fungsi fertilitas seorang wanita. Skrining gizi adalah
alat pengukur secara antropometri (TB, LILA, BB) dan secara biokimia
massal kadar hb. Kesehatan reproduksi menjadi titik awal perkembangan
kesehatan ibu dan anak yang dapat dipersiapkan secara dini, bahkan sebelum
seorang perempuan menjadi ibu, persiapan tersebut dapat dilakukan melalui
skrining pra nikah. Menurut Centers For Disease Control And Prevention
(CDC), skrining pra nikah atau disebut juga perawatan pra pembuahan,
adalah serangkaian intervensi yang bertujuan mengidentifikasi dan
memodifikasi resiko biomedis, perilaku, dan sosial yang berkaitan dengan
kesehatan wanita serta hasil kehamilan nantinya. Skrining pra nikah,
dilakukan sebagai langkah pertama untuk memastikan kesehatan calon ibu
serta anak sedini mungkin, bahkan sebelum proses pembuahan terjadi.
D. Pra Konsepsi dengan KEK
a. Kekurangan Energi Kronik
(KEK) ditandai dengan lingkar lengan atas <23,5 cm. kekurangan
energy kronis pada wanita usia subur (pra konsepsi) yang berlangsung
secara terus menerus dan dalam waktu yang lama dapat mengakibatkan
gangguan kesehatan. Selain lingkar lengan terhadap batasan lain untuk
mendefinisikan kekurangan energy kronis, yaitu jika indek masa tubuh
(IMT) <18,5 kg/m. IMT dikategorikan dalam tiga tingkatan, yaitu
underweight ringan (mild), underweight sedang (moderate), dan
underweight berat (serve) (Dieny, Ayu and Dewi Marfu’ah Kurniawati,
2019)
Factor penyebab langsung yaitu tingkat konsumsi energi, tingkat
konsumsi protein, penyakit infeksi dan usia menarche. Sedangkan
penyebab tidak langsung adalah pengetahuan tentang gizi pra konsepsi
dan aktivitas fisik (Labuan, 2019)
b. Tanda dan Gejala KEK
Lingkar lengan atas (LILA) kurang dari 23,5 cm dan pengukuran IMT
(Dieny, Ayu and Dewi Marfu’ah Kurniawati, 2019). Pengukuran
dilakukan menggunakan pita LILA dan ditandai dengan
sentimeter,dengan batas ambang 23,5 cm (batas antara merah dan putih
dipita LILA).
c. Komplikasi KEK
KEK jika tidak segera ditangani pada masa pra konsepsi maka sangat
beresiko mengalami gangguan alat reproduksi, anemia, dan rentang
terkena penyakit, pada masa kehamilan dapat terjadi keguguran, anemia,
dan IUFD, pada saat melahirkan menyebabkan perdarahan, anemia,
persalinan lama dan infeksi, sadangkan dampak pada bayi yaitu cacat
lahir, kematian perinatal dan berat lahir rendah atau BBLR (berat kurang
dari 2500 gr). Bayi yang dilahirkan BBLR akan mengalami hambatan
perkembangan dan kemunduran pada fungsi intelektualnya, dan akan
mempunyai resiko kematian (Diantoko, 2019).
d. Penatalaksanaan KEK pada Pra Konsepsi
Penatalaksanaan pada pasien pra konsepsi dengan KEK yaitu:
1) Perbaikan gizi pada wanita pra konsepsi merupakan paradigm baru
dalam menangani masalah gizi ibu hamil di Indonesia, yang didasari
oleh keterlambatan ibu hamil yang pada kontak pertama dengan
pelayanan antenatal (Labuan, 2019).
2) Melakukan konseling Calon pengantin perlu diberikan konseling
mengenai resiko yang ada dan ditawarkan intervensi yang mungkin
memperbaiki prognosis kehamilan. Konseling berupa kesehatan
reproduksi, usia ibu, lifestyle yangnberesiko, diet, olahraga,
kekerasan dalam rumah tangga, konseling kondisi medis spesifik,
seperti diabetes, penyakit ginjal, hipertensi dan, epilepsi, serta
kondisi kejiwaan dan masalah psikis yang mungkin berpengaruh
(Dieny, Ayu and Dewi Marfu’ah Kurniawati, 2019) Konseling pra
konsepsi dalam praktik pelayanan bertujuan untuk meningkatkan
pengetahuan tentang gizi wanita pra konsepsi dalam mempersiapkan
diri menghadapi kehamilan dan diet yang tepat dan seimbang untuk
mencukupi kebutuhan gizinya. Dengan konseling tersebut
diharapkan wanita pra konsepsi tersebut diharapkan wanita pra
konsepsi dapat mengatur dan mengubah pola konsumsi makanan
yang dimakan sehari-hari. Pola konsumsi makanan dapat berubah
maka diharapkan indeks massa tubuhnya akan berubah juga
(Labuan,2019)
3) Penyuluhan Peran pemerintah dan tenaga kesehatan agar mendorong
masyarakat khususnya wanita pra konsepsi agar dapat lebih
memperhatikan status kesehatan dan ketersediaan pangan ditingkat
keluarga. Serta pentingnya pemberian informasi kepada wanita pra
konsepsi melalui penyuluhan, flipchart dan poster tentang kesehatan
(Puli et al.n.d.2014).
4) Perbaikannutrisi Pentingnya masa pra konsepsi (pembuahan) dalam
menunjang kesehatan bayi yang sehat dapat dilakukan dengan
beberapa cara berikut.
a) Melengkapi pola makan yang bervariasi untuk nutrisi yang
seimbang. Hindari makanan siap saji yang tidak sehat pada 6
bulan sebelum kehamilan.
b) Cermati jumlah konsumsi makanan, sehingga terhindar dari
kondisi makanan berlebih.
c) Mengurangi konsumsi makanan yang mengandung pengawet.
Makanan yang diawetkan seperti makanan kaleng, instan dan
minuman dengan bahan kimia merupakan jenis makanan yang
mengandung dalam proses regenerasi sel tubuh.
BAB III
TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PRANIKAH / PRAKONSEPSI PADA Nn.V

CATIN DENGAN KEK

UMUR 25 TAHUN DI PUSKESMAS NIPAH PANJANG

Tempat Praktek/Ruang : Puskesmas Nipah Panjang


Nomor MR : 00347
Masuk RS/klinik. H/Tgl :12 September 2022
Pembimbing lahan/CI : Bdn. Devi Arista. S.Keb.M.Kes
Pengkajian tanggal : 12 September 2022
Sumber data : Nn.V

1. PENGKAJIAN DATA
A. IDENTITAS
Identitas Catin Wanita/Istri Catin Laki-laki/suami
Nama Nn.V Tn.R
Nik 15070xxxxxxxx 15050xxxxxxxx
Umur 25 th 26 th
Gol.darah A B
Agama Islam Islam
Pendidikan S1 S1
Pekerjaan Honorer Swasta
Suku/agama Padang Jawa
No.telepon 0852xxxxxxx 0852xxxxxxxx
Jenis dan BPJS -
No.Jaminan -
Alamat Niaph Panjang Jambi

B. Riwayat Menstruasi

Menarche umur : 12 tahun

Tgl Haid Terakhir : 10 September 2022

Lamanya : 5 hari

Siklus Menstruasi : .30 hari

Keluhan : Nyeri saat haid

C. Riwayat Obstetri

No Kehamilan Ke Jenis BB Bayi Kelainan Keterangan


Persalinan Lahir/PJ
-

D. Riwayat Keluarga Berencana

Metode/ Tgl/Bln/ Tempat Keluhan Penanggul Tgl/Bln/Th


No Cara Th Pelayanan angan Berhenti/Alasan
.
-
E. Riwayat Kesehatan
No Riwayat kesehatan pasien pasangan
Riwayat Penyakit kronis dan Tidak ada Tidak ada
Menurun
1 Riwayat Hipertensi Tidak ada Tidak ada
2 Riwayat Gula darah Tidak ada Tidak ada
3 Riwayat Asma Tidak ada Tidak ada
4 Riwayat Jantung Tidak ada Tidak ada
5 TBC Tidak ada Tidak ada
6 Hepatitis B Tidak ada Tidak ada
7 Malaria Tidak ada Tidak ada
8 Kanker Payudara Tidak ada Tidak ada
9 Kanker Servix Tidak ada Tidak ada
10 Anemia Tidak ada Tidak ada
11 TORCH Tidak ada Tidak ada
12 lainnya Tidak ada Tidak ada
Riwayat Genetik Tidak ada Tidak ada
13 Riwayat Thalasemia Tidak ada Tidak ada
14 Riwayat Hemofilia Tidak ada Tidak ada
15 Lainnya Tidak ada Tidak ada
Riwayat IMS Tidak ada Tidak ada
16 Gonorea Tidak ada Tidak ada
17 Sifilis Tidak ada Tidak ada
18 Herpes Genetalia Tidak ada Tidak ada
19 Clamidia Tidak ada Tidak ada
20 Condiloma Tidak ada Tidak ada
21 HIV/AIDS Tidak ada Tidak ada
Riwayat Penyakit Yang Terkait Tidak ada Tidak ada
dengan Kesehatan
22 Riwayat mumps (gondok) Tidak ada Tidak ada
23 Indiopathic Tidak ada Tidak ada
Trombocytopenic payudara
24 Tiroid Tidak ada Tidak ada
25 Systemic lupus Tidak ada Tidak ada
erythematosus

F. LINGKUNGAN DAN PRILAKU

1. Pola Pemenuhan Kebutuhan sehari-hari

No Kebutuhan Sehari-Hari Catin Catin


Wanita/Istri Laki-
Laki/
Suami
A. Pemenuhan Nutrisi
1. Pola Gizi Seimbang ya ya
2. Mengkonsumsi zat tambah darah ya ya
setiap menstuasi
3. Makan beragam makananv (variasi ya ya
makanan)
4. Kebiasaan konsumsi buah ya ya
dan
sayur
5. Kebiasan konsumsi protein hewani ya ya
B. Pemenuhan Kebutuhan Istirahat
1. Tidur malam paling sedikit 6-7 jam ya ya
2. Tidur siang paling atau berbarig 1- ya tidak
2
jam
C. Personal Hygiene
1. Cuci tangan dengan sabun dengan ya ya
air mengalir sebelum makan dan
sesudah BAB/BAK
2. Menyikat gigi teratur ya ya
minimal
setelah sarapan dan sebelum tidur
3. Bersihkan payudara dan daerah ya ya
kemaluan
4. Ganti pakaian dalam setiap hari ya ya
D. Aktivitas Sehari-hari
1. Melakukan aktifitas fisik tidak ya
2. Berolahraga tidak ya
3. Tidak mengkonsumsi alcohol ya ya
4. Merokok tidak tidak
5. Membersihkan lingkungan tidak tidak
E. lingkungan dan Prilaku yang merugikan Kesehatan
1. Ibu sering terpapar asap rokok atau tidak tidak
polusi
2. Beban pekerjaan ibu terlalu berat tidak tidak
3. Kebiasaan minum jamu atau obat tidak tidak
tanpa resep dokter
4. Memiliki hewan ya tidak
peliharaan/
lingkungan sekitar dekat dengan
peternakan
5. Kebiasaan cuci tangan pakai sabun ya ya
6. Kepemilikan jamban ya ya
7. Sumber air bersih sumur pdam
8. Saranan pembuangaan sampah ada ada

2. DATA OBYEKTIF

1. Pemeriksaan Umum

No Jenis Pemeriksaan Hasil


1. Keadaan Umum Ibu Baik
2. Berat Badan 43
3. Tinggi Badan 150
4. Tekanan Darah 110/70
5. Status TT TT2
6. Lingkar Lengan Atas (LILA) 22 cm
7. IMT 19 ( normal)
8. Test Laboratorium Sederhana
a. HB 11,5 gr%
b. Golongan darah A
c. Plano test -
d. Gula darah -
e. Lainnya -
9. Ditawari Test HIV Ya

1. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala :
- Bentuk : simetris
- Rambut :.lurus
- Kebersihan : bersih
- Mudah rontok/tidak :tidak
b. Mata :
- Konjungtiva : merah muda
- Sklera : tidak ikterik.
- Kebersihan : bersih
- Kelainan : tidak ada.
- Gangguan penglihatan : tidak
c. Hidung :
- Kebersihan : bersih
- Polip : tidak
d. Mulut

- Warna bibir : merah

- Integritas jaringan : baik

- Kebersihan lidah : bersih

- Gangguan pada mulut : tidak ada


e. Telinga :
- Kebersihan : bersih
- Gangguan pendengaran : tidak
f. Leher
- Pembesaran kelenjar limfe : tidak ada
g. Dada
- Simetris/tidak : Simetris
- Besar payudara simetris/tidak: simetris
- Nyeri : tidak
- Keadaan putting : menonjol
- Kebersihan putting : bersih
h. Perut
- Inspeksi :-
- Bentuk : simetris
- Bekas luka operasi : tidak ada

i. Ekstremitas atas : simetris


- Kelainan : tidak ada
- Kebersihan : bersih
j. Ekstremitas bawah : simetris
- Oedema : tidak ada
- Varises : tidak ada
- reflek patellla : positif
k. Genitalia
- Kebersihan : bersih
- Pengeluaran pervaginam : tidak ada.
- Tanda infeksi vagina : tidak ada
l. Anus
- Hemmoroid : tidak ada
- Kebersihan : bersih

2. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium : Hb : 11,5 gr%
b. Lain-lain :-

3. INTERPRETASI DATA / DIAGNOSA


a. Diagnosa Kebidanan
b. Nn V Usia 25 tahun Calon Pengantin dengan KEK
Data Dasar :
DS :
- Nn V mengatakan akan menikah
- Nn.V ingin segera punya anak
- Nn.V berumur 25 Tahun
- Nn.V ingin melakukan pemeriksaan
DO :
- TD 110/70 mmhg
- BB 43kg
- TB 150 cm
- LILA 22cm
- IMT 19 (normal)
- HB 11,5 gr%

4. MASALAH POTENSIAL :
- Terjadinya anemia
- Beresiko gangguan reproduksi
- Rentan terhadap gangguan penyakit

5. TINDAKAN SEGERA/KONSULTASI/RUJUKAN
- Konsul dokter
- Konsul ahli gizi

5. RENCANA TINDAKAN
- Konseling perbaikan gizi
- Pemberian PMT
- Pemberian tablet tambah darah
- Melakukan skrining HIV

6. IMPLEMENTASI
- Melakukan konseling perbaikan gizi dengan melengkapi pola makan
yang bervariasi untuk seperti nasi, daging, telur, ikan, ayam, sayur-
sayuran yang berwarna hijau, buah-buahan, dan mengurangi konsumsi
makanan yang mengandung pengawet
- Pemberian PMT berupa roti untuk menaikan berat badan
- Pemberian tablet tambah darah satu kali sehari diminum sebelum tidur
- Melakukan Skrining HIV

7. EVALUASI
- Nn.V mau melakukan perbaikan gizi
- Nn.V mau makan PMT
- Nn.V mau minum tablet tambah darah
- Nn.V mau dilakukan skrining HIV dan dengan hasil negati
BAB IV
PEMBAHASAN

Prakonsepsi yaitu masa sebelum hamil atau masa sebelum terjadinya


pertemuan antara ovum (sel telur dengan sperma.). pada fase prakonsepsi terdapat
resiko yang sering terjadi yaitu Kurang energi kronik (KEK) yang merupakan
keadaan dimana ibu mengalami kekurangan makanan yang berlangsung menahun
(kronis) yang mengakibatkan timbulnya gangguan – gangguan kesehatan ibu.
pada Nn.V usia 25 tahun BB 43 Kg, TD 120/80 mmHg, Lila 22 cm, Tanda dan
gejala yang timbul pada wanita prakonsepsi yang mengaami KEK dapat diihat
dari hasil anamnesa dan hasil pemeriksaan antropometri meliputi pengukuran
LILA dan menghitung IMT. Hal ini sesuai dengan jurnal (Novika Hubu, dll,
2018) Variable penelitian meliputi status gizi, pengetahuan gizi, asupan energy
dan asupan protein. Status gizi diukur menggunakan pita LILA untuk wanita usia
subur, dikategorikan status gizi normal jika LILA ≥ 23,5 cm dan KEK jika < 23,5
cm.
Nn V di anjurkan untuk memperbaiki Melakukan konseling perbaikan gizi
dengan melengkapi pola makan yang bervariasi untuk seperti nasi, daging, telur,
ikan, ayam, sayur-sayuran yang berwarna hijau, buah-buahan, dan mengurangi
konsumsi makanan yang mengandung pengawet hal ini sesuai dengan jurnal
Pengetahuan gizi prakonsepsi merupakan faktor tidak langsung yang
mempengaruhi kejadian KEK. Pengetahuan tentang bahan makanan
akan mempengaruhi perilaku dalam pemilihan dan pengolahan
makanan. Pengaruh pengetahuan gizi terhadap konsumsi makanan
semestinya linier, artinya semakin tinggi tingkat pengetahuan gizi,
diharapkan konsumsi makanan menjadi baik. Meskipun konsumsi
makanan jarang terpenuhi oleh pengetahuan gizi sendiri tetapi
merupakan interaksi sikap dan keterampilan dalam konsumsi makanan.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
(KEK) ditandai dengan lingkar lengan atas <23,5 cm. kekurangan
energy kronis pada wanita usia subur (pra konsepsi) yang berlangsung
secara terus menerus dan dalam waktu yang lama dapat
mengakibatkan gangguan kesehatan. Selain lingkar lengan
terhadap batasan lain untuk mendefinisikan kekurangan energi
kronis, yaitu jika indek masa tubuh (IMT) <18,5 kg/m. IMT
dikategorikan dalam tiga tingkatan, yaitu underweight ringan
(mild), underweight sedang (moderate), dan underweight berat
(serve) (Dieny, Ayu and Dewi Marfu’ah Kurniawati, 2019)
Factor penyebab langsung yaitu tingkat konsumsi energi, tingkat
konsumsi protein, penyakit infeksi dan usia menarche. Sedangkan
penyebab tidak langsung adalah pengetahuan tentang gizi pra
konsepsi dan aktivitas fisik (Labuan, 2019)

B. Saran
memperbaiki status gizi pada wanita pada pra konsepsi ditahun

selanjutnya maka peneliti memberikan saran sebagai berikut :

1. Bagi pelayanan: adanya penjelasan tentang gizi kurang diharapkan

kepada pemberi asuhan kebidanan untuk memberikan asuhan atau

tindakan yang bisa lebih tepat untuk mengatasi gizi kurang seperti

memberikan penyuluhan, edukasi tentang gizi seimbang.

2. Bagi Penelitian selanjutnya :Penelitian selanjutnya disarankan untuk

melakukan penelitian yang lebih lanjut meneliti Penilaian asupan


makan dengan sebelumnya melakukan penjelasan tentang ukuran

rumah tangga (URT) dan metode lain, misalnya dengan metode

penimbangan makanan.

3. Bagi Pendidikan : Untuk pendidikan diharapakan kepada para

mahasiswa mempelajari lebih dalam tentang gizi kurang dan

penaganan yang tepat dilakukan.

4. Bagi Masyarakat : Untuk masyarakat masih perlunya pendidikan

tentang kesehatan dan edukasi tentang gizi dan memberikan

penyuluhan tentang gizi seimbang.


Lampiran
1. Lembar konsul

LEMBAR BIMBINGAN
PRAKTIK KLINIK PROFESI BIDAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN FAKULTAS ILMU
KESEHATAN UNIVERSITAS ADIWANGSA JAMBI
TAHUN AKADEMIK 2021-2022

Nama : YUNI HASTUTI


NIM : 21300108090
Ruangan / Stase : stase pranikah dan prakonsepsi
CI Akademik : Bdn. Devi Arista, S.Keb, M.Kes

No Hari/Tanggal Follow Up Pembimbing TTD


CI
Akademik

1.

2.

3.

Diketahui,
Kaprodi Pendidikan Profesi
Bidan

Bdn. Devi Arista, S.Keb.,M.Kes


NIK. 1010300715007
2. DOKUMENTASI
Pengetahuan, Asupan Energy dan Zat Gizi
Berhubungan dengan Kekurangan Energy Kronis
pada Wanita Prakonsepsi
Novika Hubu1), Nuryani2) dan Yanti Hz Hano3)

1I lmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Gorontalo


email: novikaharun336@gmail.com
2 I lmu Gizi, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Gorontalo

email: nuryanigz@gmail.com
3I lmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Gorontalo

email: yanti_hano@yahoo.co.id

Abstract

Choronic energy malnutrition is health problems in women reproductive


age. The purpose of this study was assessed association between
nutrition knowledge, energy and protein intake with chronic energy
malnutrition. Design study was observational study with cross sectional
design. The Sample were taken by exshautive sampling with collected 152
praconseption women. Study was conducted in Boalemo regency. Data
analysis using univariate and bivariate analysis which was chi square test.
The result showed that there were only 2,6% in age less than 20 years,
most of educational level les than nine years 66,4%, 92,8% had
occupation as house wife, 28,8 % choronic energy malnutrition, 52,6% low
nutrition knowledge, 55,9% low energy intake and 54,6% low protein
intake. Bivariate analysis showed women who had CEM with low nutrition
knowledge 51,3% higher than high level of nutrition knowledge 2,7%, low
penergy intake 37,6% higher than adequate energy intake 16,4%, low
protein intake 36,1% higher than adequate protein intake 18,8%. Chi square
test showed there were association between nutrition knowledge (p =
0,000), energy intake (p = 0,007) and protein intake (p = 0,029) with chronic
energy malnutrition in praconseption women. It was concluded tha low
nutrition knowledge, low energy and protein intake had association with
chronic energy malnutrion.

Keywords : Preconception, Knowedge, Energy Intake, Protein Intake

1. PENDAHULUAN
Angka kematian ibu menggambarkan jumlah wanita yang meninggal dari
suatu penyebab kematian terkait dengan gangguan kehamilan atau
penanganannya (tidak termasuk kecelakaan atau kasus insidentil) selama
kehamilan, melahirkan dan dalam masa nifas (42 hari setelah melahirkan)
tanpa memperhitungkan lama kehamilan per 100.000 kelahiran hidup
(Kemenkes, 2012). Berdasarkan poin ke 5 target MDGs angka kematian ibu di
Indonesia turun menjadi 118 pada tahun 2015 dan 102 pada tahun 2017
(Roeshadi, 2006). Tetapi pada kenyataannya angka kematian Ibu baru
mencapai 228 per 100.000

GJPH, Volume 1, Nomor 1, April 2018 15


kelahiran hidup pada tahun 2007 (Kemenkes, 2012; SDKI, 2009). Penyebab
utama kematian ibu di Negara berkembang dikenal dengan trias klasik yakni
pendarahan, preeklampsia / eklampsia, dan infeksi (Duley et al., 2012; Eiland
et al., 2012; Osungbade and Ige, 2011).
Salah satu masalah gizi yang di hadapi di Indonesia adalah masalah gizi
pada masa kehamilan. Gizi pada masa kehamilan adalah salah satu faktor
penting yang mempengaruhi perkembangan embrio dan janin serta status
kesehatan ibu hamil. Kehamilan merupakan tahapan yang berkesinambungan,
sehingga defesiensi pada suatu periode akan memberikan dampak secara
berbeda pada outcome kehamilan. Periode perikonsepsional terdiri dari
prekonsepi, konsepsi, implantasi, plasentasi, serta masa emriogenesis.
Kualitas bayi yang dilahirkan sangat tergantung pada keadaan gizi ibu
sebelum dan selama hamil (Celtin, 2009). Peran gizi sangat penting pada masa
prakonsepsi (Roberts and Bodnar, 2007). Perbaikan gizi pada wanita
prakonsepsi merupakan paradigma baru dalam menangani masalah gizi ibu
hamil di Indonesia, mengingat keterlambatan ibu hamil adalah kontak
pertama dengan pelayanan antenatal.
Kekurangan energy kronik (KEK) dapat memberikan dampak buruk bagi
ibu dan janin. Kekurangan gizi pada ibu hamil dapat mempengaruhi proses
pertumbuhan janin dan dapat menimbulkan keguguran, abortus, bayi lahir
mati, kematian neonatal, cacat bawaan, anemia pada bayi, asfiksia intra
partum (mati dalam kandungan) dan lahir dengan berat badan lahir rendah
(BBLR). Efek jangka pendek KEK diantaranya anemia, perkembangan organ
tidak optimal dan pertumbuhan fisik kurang, sehingga mengakibatkan kurang
produktifnya seseorang (Waryono, 2010). KEK dapat diketahui dengan cara
pengukuran lingkar lengan atas (LILA) dengan ambang batas (cut off point)
kurang dari 23,5 cm. Pengukuran mid-upper-arm circumference (MUAC) atau
yang lebih dikenal dengan LILA dapat melihat perubahan secara paralel
massa otot, sehingga bermanfaat untuk mendiagnosis kekurangan gizi
(Gibson, 2005).
Periode prakonsepsi merupakan salah satu periode penting dalam
mendukung perbaikan outcome pada masa kehamilan, namun masih terdapat
sejumlah permasalahan gizi pada kelompok tersebut. Penelitian di Makassar
mendapatkan sebanyak 20,0% status gizi kurang dan 9,1% mengalami berat
badan lebih, pengukuran lingkar lengan atas menunjukkan 30,9% KEK
(Nuryani dkk, 2015). Sementara di Gianyar Bali kejadian KEK yakni 52,2%
(Adiputra dkk, 2018). Penelitian pada wanita usia reproduksi di Nepal
mendapatkan 32,3% mengalami berat badan kurang (Acharya et al., 2017).
Sementara di India mendapatkan sebanyak 14,4% wanita usia reproduksi
mengalami berat badan kurang (Manjunath et al., 2017).
Masalah KEK sering dikaitkan dengan pengetahuan gizi prakonsepsi.
Menurut Proctor (2006), pengetahuan gizi prakonsespi merupakan faktor penting
dalam mempersiapkan kehamilan. Hal ini bertujuan untuk mencegah
terjadinya kekurangan asupan zat gizi selama kehamilan. Hasil penelitian
Fauziyah (2014) di Kota Makassar menunjukkan bahwa wanita prakonsepsi
yang berpengetahuan kurang memiliki peluang lebih besar untuk menderita
KEK. Hasil penelitian lain menyatakan ada hubungan signifikan antara
pengetahuan gizi dengan KEK dimana responden berpengetahuan gizi kurang
memiliki peluang 3,852 kali menderita KEK dibandingkan responden
berpengetahuan gizi baik (Simarmata, 2008). Hasil penelitian di Surakarta
GJPH, Volume 1, Nomor 1, April 2018 16
mendapatkan bahwa sebanyak 54% wanita

GJPH, Volume 1, Nomor 1, April 2018 17


usia subur memiliki pengetahuan gizi prakonsepsi yang kurang (Umisah dan
Puspitasari, 2017).
Asupan energi dan zat gizi kemungkinan berhubungan dengan status gizi
pada wanita prakonsepsi. Hasil penelitian Irawan dkk (2014) pada wanita
prakonsepsi mendapatkan asupan protein rata-rata 48,8 gr – 53,1 gr (97,6% -
106,25% angka kecukupan gizi / AKG) berdasarkan kelompok umur, terdapat
hubungan yang signifikan antara asupan energi dan protein dengan indeks
massa tubuh (IMT), namun tidak terdapat hubungan dengan lingkar lengan
atas (LILA), analisis kategorik menunjukkan 57,8% asupan energy kurang dan
17,2% asupan protein kurang. Penelitian lain mendapatkan rata – rata asupan
energy wanita prakonsepsi adalah 1.326,8 kkal (60,3% AKG) dan asupan
protein rata – rata 53,05 gr (91,5% AKG) (Nuryani dkk, 2015). Konsumsi
makanan yang tidak adekuat berhubungan signifikan dengan status gizi pada
wanita usia reproduksi (Ucharya et al., 2017).
Prevalensi KEK di Indonesia pada wanita hamil 24,2% dan pada wanita
usia reproduksi adalah 20,8% sementara di Provinsi Gorontalo prevalensi
KEK pada wanita hamil adalah 18,5% sementara pada wanita usia subur
adalah 19,3% (Kemenkes, 2013). Di Provinsi Gorontalo masih terbatas kajian
penelitian mengenai gizi pada wanita prakonsepsi, sehingga penelitian ini
bertujuan untuk menilai hubungan antara pengetahuan gizi, asupan energy dan
protein dengan kejadian kekurangan energy kronik (KEK) pada wanita
prakonsepsi.

2. METODE PENELITIAN
Jenis penelitian adalah observasi dengan pendekatan analitik dan rancangan
cross sectional study. Waktu penelitian adalah maret – april 2017 yang
dilakukan di Kecamatan Tilamuta Kabupaten Bualemo. Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh pasangan belum punya anak. Tehnik
pengambilan sampel dengan cara exshaustive sampling atau total sampling
yaitu pengambilan total jumlah keseluruhan wanita yang belum punya anak
yakni 152 wanita prakonsepsi.
Variable penelitian meliputi status gizi, pengetahuan gizi, asupan energy
dan asupan protein. Status gizi diukur menggunakan pita LILA untuk wanita
usia subur, dikategorikan status gizi normal jika LILA ≥ 23,5 cm dan KEK
jika < 23,5 cm. Pengetahuan gizi adalah tingkat pengetahuan pada wanita
prakonsepsi terkait gizi dan kesehatan diukur dengan menggunakan kuesioner.
Pengetahuan gizi dikategorikan baik apabila hasil pengukuran pengetahuan
gizi ≥ 50% skor benar dan dikategorikan pengetahuan kurang jika hasil
pengukuran kuesioner < 50% skor benar. Variabel asupan total energy dan
protein diukur menggunakan kuesioner recall 24 jam yang selanjutnya
dibandingkan dengan angka kecukupan gizi (AKG) dikategorikan menjadi
asupan energi dan protein cukup apabila asupan energy dan protein ≥ 80%
AKG dan kateogri kurang apabila total asupan energy dan protein < 80%
AKG.
Analisis data meliputi analisis univariat dan analisis bivariat. Analisis data
asupan energy dan zat gizi menggunakan aplikasi nutrysurvey untuk
mendapatkan total asupan energy dan zat gizi yang dikonsumsi oleh wanita
prakonsepsi, sementara analisis data penelitian secara keseluruhan
menggunakan aplikasi statistical package for social science (SPSS.18.0).
Analisis univariat untuk memberikan gambaran dari masing – masing
17
variabel. Analisis bivariat digunakan untuk menilai hubungan antara
variabel pengetahuan gizi,

18
asupan energy dan protein dengan kejadian KEK. Uji chi squere test
digunakan untuk melihat hubungan antara variabel dengan derajat kesalahan
adalah α = 0,05.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN


3.1 Analisis Karakteristik Wanita Prakonsepsi
Gambaran karakteristik umur, tingkat pendidikan dan pekerjaan pada
wanita prakonsepsi ditunjukkan pada Tabel 1. Karakteristik umur terdapat
usia kurang dari 20 tahun hanya 2,6%, paling banyak pada kategori usia
20
– 35 tahun yakni 97,4%. Karakteristik tingkat pendidikan menunjukkan
paling banyak pada tingkat pendidikan sekolah menengah atas (SMA)
yakni 27,0% dan paling rendah pada jenjang pendidikan perguruan tinggi
yakni hanya6,6%. Karakteristik pekerjaan menunjukkan paling banyak
wanita prakonsepsi bekerja sebagai ibu rumah tangga yakni 92,8%.

Tabel 1. Gambaran Karakteristik, Tingkat Pengetahun


Asupan Energy Dan Zat Gizi Wanita Prakonsepsi
Jumlah
Karakteristik n %
Umur
< 20 tahun 4 2,6
20 – 35 tahun 148 97,4
Pendidikan
Sekolah Dasar 61 40,1
Sekolah Menengah Pertama 40 26,3
Sekolah Menengah Atas 41 27,0
Perguruan Tinggi 10 6,6
Pekerjaan
Ibu Rumah Tangga 141 92,8
Pegawai Negeri Sipil 6 3,9
(PNS) Wiraswasta 5 3,3
Status
Gizi 43 28,3
KEK 109 71,7
Normal
Pengetahuan 80 52,6
Kuran 72 47,4
g Baik
Asupan Energy 85 55,9
(kkal) Kurang 67 44,1
Cukup
Asupan Protein 83 54,6
(kkal) Kurang 69 45,4
Cukup
Total 152 100
Gambaran tingkat pengetahuan, asupan energy dan zat gizi wanita
prakonsepsi juga ditunjukkan pada Tabel 1. Karakteristik status gizi
berdasarkan pengukuran lingkar lengan atas (LILA) menunjukkan
sebanyak 28,3% memiliki status gizi kurang dan 71,7% dengan status gizi
19
baik. Analisis tingkat pengetahuan gizi menunjukkan 52,6% memiliki
pengetahuan kurang dan 47,4% dengan pengetahuan baik. Analisis asupan
energy menunjukkan 55,9% asupan kurang dan 44,1% asupan baik,
sementara asupan protein menunjukkan 54,6% kategori kurang dan 45,4%
kategori baik.
Berdasarkan pengukuran LILA terdapat 28,3% wanita prakonsepsi
yang mengalami KEK. Kejadian KEK pada penelitian lebih rendah
dibandigkan dengan hasil penelitian di Makassar mendapatkan 30,9%
wanita prakonsepsi mengalami KEK (Nuryani dkk, 2015). Demikian juga
dengan yang ditemukan di Bali yakni 52,2% ibu hamil primigravida
mengalami KEK (Adiputra dkk, 2018).
Hasil penelitian ini menunjukkan masih banyak wanita prakonsepsi
yang tidak memenuhi kebutuhan energy dan protein sesuai kebutuhan yang
dianjurkan. Hal ini berbeda dengan hasil penelitian pada wanita
prakonsepsi di Kota Makassar mendapatkan asupan protein pada kelompok
usia 18 tahun dengan rata-rata 51 g (102% AKG), usia 19-29 tahun di 48,8
g (97,6% AKG), dan kelompok usia> 30 tahun 53,1 g (106,2% AKG) yang
menunjukkan asupan protein adekuat (Irawan dkk, 2014). Akan tetapi hasil
penelitian lain menemukan rata – rata asupan energy wanita prakonsepsi
adalah 1.326,8 kkal (60,3% AKG) dan asupan protein rata – rata 53,05 gr
(91,5% AKG), hal menunjukkan bahwa rata – rata asupan energy masih
sangat rendah dibandingkan AKG meskipun proporsi konsumsi protein
tinggi (Nuryani dkk, 2015).

3.2 Analisis Pengetahuan, Asupan Energy dan Protein


dengan KEK pada Wanita Prakonsepsi
Tabel 2. Analisis Hubungan Pengetahuan, Asupan Energy Dan Zat Gizi
Dengan Kejadian Kekurangan Energy Kronis Pada Wanita Prakonsepsi
Status Gizi
p
Variabel KEK Normal n value
%n % n %
Baik
Pengetahuan 2 2,7 70 97,3 72 47,4 0,000
Kurang 41 51,3 39 47,8 80 52,6
Asupan Energy
Cukup 11 16,4 56 83,6 67 44,1
0,007 Kurang 32 37,6 53 62,4 85 55,9
Asupan Protein
Cukup 13 18,8 56 81,2 69 45,4
0,029 Kurang 30 36,1 53 63,9 83 54,6
Total 43 28,3 109 71,7 152 100
Analisis bivariat pengetahuan gizi dan status gizi kekurangan energy
kronik pada wanita prakonsepsi ditunjukkan pada Tabel 2. Pada wanita
prakonsepsi KEK terdapat 51,3% memiliki pengetahuan gizi kurang lebih
besar dibandingkan wanita prakonsepsi dengan pengetahuan gizi kategori baik
yakni hanya 2,7%, berbeda dengan kelompok wanita prakonsepsi dengan
status gizi normal menunjukkan pengetahuan gizi kurang 47,8% lebih rendah
dibandingkan pengetahuan gizi kategori baik yakni 97,3%. Rendahnya
pengetahuan gizi pada wanita usia reproduksi juga ditemukan di Surakarta
yakni 54% dengan kategori pengetahuan kurang (Umisah dan Puspitasari,
2017). Hasil penelitian di Kota
Tangerang Selatan juga mendapatkan pengetahuan gizi wanita prakonsepsi
20
masih rendah yakni 50,7% (Amalia, 2016).
Hasil analisis bivariat menunjukkan nilai p value = 0,000 yang menunjukkan
terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan gizi dengan kejadian KEK pada
wanita prakonsepsi. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian di
Makassar menunjukkan bahwa wanita prakonsepsi yang wanita prakonsepsi
dengan pengetahuan kurang memiliki peluang lebih besar untuk menderita KEK,
responden dengan pengetahuan gizi baik memiliki pencegahan 0,06 kali terhadap
KEK dibandingkan responden dengan pengetahuan gizi kurang (p = 0,000,
95% CI =0,01-0,27) (Fauziyah, 2014). Demikian halnya juga dengan penelitian
Simarmata (2008) bahwa ada hubungan signifikan antara pengetahuan gizi
dengan KEK dengan besar risiko 3,852 artinya responden berpengetahuan gizi
kurang memiliki peluang 3,852 kali menderita KEK dibandingkan responden
berpengetahuan gizi baik ( p=0,009, 95% CI =1,325-11,197) (Simarmat, 2008).
Berbeda dengan penelitian Umisah dan Puspitasari (2017) yang mendapatkan
tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan gizi dengan
kejadian KEK pada wanita prakonsepsi (p = 0,179).
Pengetahuan gizi prakonsepsi merupakan faktor tidak langsung yang
mempengaruhi kejadian KEK. Pengetahuan tentang bahan makanan akan
mempengaruhi perilaku dalam pemilihan dan pengolahan makanan. Pengaruh
pengetahuan gizi terhadap konsumsi makanan semestinya linier, artinya
semakin tinggi tingkat pengetahuan gizi, diharapkan konsumsi makanan
menjadi baik. Meskipun konsumsi makanan jarang terpenuhi oleh
pengetahuan gizi sendiri tetapi merupakan interaksi sikap dan keterampilan
dalam konsumsi makanan (Khomsan, 2000).
Analisis bivariat asupan energy dan status gizi kekurangan energy kronik
pada wanita prakonsepsi ditunjukkan pada Tabel 2. Pada wanita prakonsepsi
KEK terdapat 37,6% dengan asupan energy kurang lebih banyak
dibandingkan wanita prakonsepsi dengan asupan energy cukup yakni 16,4%,
berbeda dengan kelompok wanita prakonsepsi dengan status gizi normal
menunjukkan asupan energy kurang 62,4% lebih rendah dibandingkan asupan
energy cukup yakni 83,6%. Presentasi perbandingan asupan energy pada
kelompok KEK hampir sama dengan penelitian Irawan dkk (2014) yakni
asupan energy kurang (29,7%) lebih besar dibandingkan asupan energy cukup
(25,9%).
Hasil analisis bivariat menunjukkan nilai p value = 0,007 yang
menunjukkan terdapat hubungan antara asupan energy dengan kejadian KEK
pada wanita prakonsepsi. Hal ini sesuai dengan penelitian Ernawati (2006)
yang dilakukan di Semarang, menunjukan ada hubungan yang bermakna
antara tingkat komsumsi energi dengan status gizi. Demikian halnya juga hasil
penelitian di Nepal yang mendapatkan bahwa konsumsi makanan yang
adekuat berhubungan signifikan dengan status gizi pada wanita usia
reproduksi (p = 0,001) (Acharya et al., 2017). Penelitian lain menyatakan
terdapat hubungan yang signifikan antara asupan energy dengan KEK pada
wanita prakonsepsi (p = 0,001) (Umisah dan Puspitasari, 2017). Hal ini
didukung dengan pendapat Arnelia dan Sri Muljati (1991) yang mengatakan
bahwa adanya penurunan status gizi disebabkan karena kurangnnya jumlah
makanan yang dikomsumsi baik secara kualitas maupun kuantitas. Namun,
hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian Irawan dkk (2014) yang
menyatakan tidak ada hubungan yang signifikan antara asupan energi dengan
LILA (p = 0,064, r = 0,192) meskipun pada indikator IMT

21
Tangerang Selatan juga mendapatkan pengetahuan gizi wanita prakonsepsi
masih rendah yakni 50,7% (Amalia, 2016).
Hasil analisis bivariat menunjukkan nilai p value = 0,000 yang menunjukkan
terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan gizi dengan kejadian KEK pada
wanita prakonsepsi. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian di
Makassar menunjukkan bahwa wanita prakonsepsi yang wanita prakonsepsi
dengan pengetahuan kurang memiliki peluang lebih besar untuk menderita KEK,
responden dengan pengetahuan gizi baik memiliki pencegahan 0,06 kali terhadap
KEK dibandingkan responden dengan pengetahuan gizi kurang (p = 0,000,
95% CI =0,01-0,27) (Fauziyah, 2014). Demikian halnya juga dengan penelitian
Simarmata (2008) bahwa ada hubungan signifikan antara pengetahuan gizi
dengan KEK dengan besar risiko 3,852 artinya responden berpengetahuan gizi
kurang memiliki peluang 3,852 kali menderita KEK dibandingkan responden
berpengetahuan gizi baik ( p=0,009, 95% CI =1,325-11,197) (Simarmat, 2008).
Berbeda dengan penelitian Umisah dan Puspitasari (2017) yang mendapatkan
tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan gizi dengan
kejadian KEK pada wanita prakonsepsi (p = 0,179).
Pengetahuan gizi prakonsepsi merupakan faktor tidak langsung yang
mempengaruhi kejadian KEK. Pengetahuan tentang bahan makanan akan
mempengaruhi perilaku dalam pemilihan dan pengolahan makanan. Pengaruh
pengetahuan gizi terhadap konsumsi makanan semestinya linier, artinya
semakin tinggi tingkat pengetahuan gizi, diharapkan konsumsi makanan
menjadi baik. Meskipun konsumsi makanan jarang terpenuhi oleh
pengetahuan gizi sendiri tetapi merupakan interaksi sikap dan keterampilan
dalam konsumsi makanan (Khomsan, 2000).
Analisis bivariat asupan energy dan status gizi kekurangan energy kronik
pada wanita prakonsepsi ditunjukkan pada Tabel 2. Pada wanita prakonsepsi
KEK terdapat 37,6% dengan asupan energy kurang lebih banyak
dibandingkan wanita prakonsepsi dengan asupan energy cukup yakni 16,4%,
berbeda dengan kelompok wanita prakonsepsi dengan status gizi normal
menunjukkan asupan energy kurang 62,4% lebih rendah dibandingkan asupan
energy cukup yakni 83,6%. Presentasi perbandingan asupan energy pada
kelompok KEK hampir sama dengan penelitian Irawan dkk (2014) yakni
asupan energy kurang (29,7%) lebih besar dibandingkan asupan energy cukup
(25,9%).
Hasil analisis bivariat menunjukkan nilai p value = 0,007 yang
menunjukkan terdapat hubungan antara asupan energy dengan kejadian KEK
pada wanita prakonsepsi. Hal ini sesuai dengan penelitian Ernawati (2006)
yang dilakukan di Semarang, menunjukan ada hubungan yang bermakna
antara tingkat komsumsi energi dengan status gizi. Demikian halnya juga hasil
penelitian di Nepal yang mendapatkan bahwa konsumsi makanan yang
adekuat berhubungan signifikan dengan status gizi pada wanita usia
reproduksi (p = 0,001) (Acharya et al., 2017). Penelitian lain menyatakan
terdapat hubungan yang signifikan antara asupan energy dengan KEK pada
wanita prakonsepsi (p = 0,001) (Umisah dan Puspitasari, 2017). Hal ini
didukung dengan pendapat Arnelia dan Sri Muljati (1991) yang mengatakan
bahwa adanya penurunan status gizi disebabkan karena kurangnnya jumlah
makanan yang dikomsumsi baik secara kualitas maupun kuantitas. Namun,
hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian Irawan dkk (2014) yang
22
menyatakan tidak ada hubungan yang signifikan antara asupan energi dengan
LILA (p = 0,064, r = 0,192) meskipun pada indikator IMT

menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara asupan energi


dengan IMT (p = 0,004, r = 0,333).
Asupan energy yang rendah akan berdampak pada status gizi. Kurangnya
asupan energy berpengaruh pada ketersediaan zat gizi lain seperti karbohidrat,
protein, dan lemak yang merupakan sumber energi alternatif. Apabila tubuh
kekurangan energi maka karbohidrat, protein atau lemak akan mengalami
perubahan untuk menjadi sumber energi. Sehingga fungsi utama dari ketiga
zat gizi tersebut akan menurun. Apabila berlangsung dalam waktu lama, akan
terjadi perubahan berat badan dan kerusakan jaringan tubuh. Konsumsi energi
yang tidak seimbang akan menyebabkan keseimbangan positif dan negatif.
Kelebihan energi dari energi yang dikeluarkan akan diubah menjadi lemak
sehingga terjadi kelebihan berat badan, hal ini juga dipengaruhi oleh aktivitas.
Sebaliknya asupan energi kurang dari yang dikeluarkan maka akan terjadi
keseimbangan energy negatif, akibatnya berat badan lebih rendah dari ideal.
Analisis bivariat asupan protein dan status gizi kekurangan energy kronik
pada wanita prakonsepsi ditunjukkan pada Tabel 2. Pada wanita prakonsepsi
KEK terdapat 36,1% dengan asupan protein kurang lebih besar dibandingkan
wanita prakonsepsi dengan asupan protein cukup yakni 18,8%, berbeda
dengan kelompok wanita prakonsepsi dengan status gizi normal menunjukkan
asupan protein kurang 63,9% lebih rendah dibandingkan asupan protein cukup
yakni 81,2%. Hampir sama dengan hasil penelitian Umisah dan Puspitasari
(2017) yang mendapatkan sebesar 56,8% wanita prakonsepsi mengkonsumsi
protein kurang. Hasil analisis perbandingan asupan protein berbeda dengan
temuan di Makassar yakni pada kelompok KEK asupan protein kurang 27,3%
lebih rendah dibandingkan asupan protein cukup yakni 28,3% (Irawan dkk,
2014).
Hasil analisis bivariat menunjukkan nilai p value = 0,029 yang
menunjukkan terdapat hubungan antara asupan protein dengan kejadian KEK
pada wanita prakonsepsi. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian di
Surakarta yang mendapatkan adanya hubungan antara asupan protein dengan
KEK (p = 0,001) (Umisah dan Puspitasari, 2017). Berbeda dengan hasil
penelitian di Makassar yang mendapatkan bahwa tidak ada hubungan yang
signifikan dengan LILA (p = 0,333), r = 0,055), akan tetapi terdapat hubungan
yang signifikan antara asupan protein dengan IMT (p = 0,044, r = 0,215)
(Irawan dkk, 204), tidak ditemukan hubungan antara konsumsi zat gizi dengan
KEK karena indikator pengukuran status gizi menggunakan lingkar lengan
atas (LILA). Kejadian KEK menggambarkan keadaan akibat kekurangan
energi atau ketidakseimbangan asupan energi untuk memenuhi kebutuhan
tubuh yang berlangsung dalam waktu yang lama (Supariasa, 2001). KEK
terepresentasikan pada pengukuran lingkar lengan atas < 23,5 cm, sehingga
instrumen yang dapat digunakan untuk menilai KEK sebaiknya menggunakan
food frequency.
Asupan energi dan protein kurang akan berdampak negatif bagi wanita
prakonsepsi dan janin yang dikandungnya apabila mengalami kehamilan.
Protein berperan penting sebagai pembangun struktur jaringan tubuh dan
berperan penting pada saat konsepsi. Selain itu protein memiliki fungsi yang
sangat penting dalam tubuh manusia, yakni sumber energi setelah glikogen,
protein juga menjadi katalis bagi reaksi biokimia dalam tubuh. Selain itu
23
protein digunakan sebagai penyusun struktur sel dan jaringan. Sehingga
asupan protein harus cukup, karena kekurangan protein akan berdampak
buruk pada seorang

individu, utamanya pada ibu prakonsepsi. Apalagi kondisi ini berlangsung


dalam jangka waktu yang lama.

4. KESIMPULAN DAN SARAN


Disimpulkan bahwa prevalensi KEK pada wanita prakonsepsi 28,3%.
Terdapat hubungan antara pengetahuan gizi, asupan energy dan protein
dengan kejadian KEK pada wanita prakonsepsi. Diperlukan pengembangan
research dengan kelompok subjek wanita prakonsepsi yang lebih besar serta
pengukuran variabel yang lebih komprehensif mengingat bahwa masalah gizi
tidak disebabkan oleh faktor tunggal saja, tetapi interkorelasi antara beberapa
faktor.

24
DAFTAR PUSTAKA

Acharya SR, Bhatta J, Timilsina DP. 2017. Factors associated with nutritional status
of women of reproductive age group in rural, Nepal. Asian fasific journal of
health sciences. vol 4 (4): 19 – 24.
Adiputra KP, Pinatih IGNI, Seriani L. 2018. Perbedaan persiapan prakonsepsi
ibu hamil primigravida yang mengalami kurang energi kronik dan tidak
kurang energi kronik di Puskesmas Gianyar 1 periode Januari-Agustus
2017. E- jurnal medika udayana. Vol 7(3): 121 – 124.
Arnelia dan S Muljati. 1991. Status Gizi Anak Balita PengunjungPosyandu
Kecamatan Ciomas dan Samplak, Kabupaten Bogor. Universitas
Diponegoro.
Amelia AN. Hubungan pengetahuan, sikap dengan perilaku makan sumber
energy pada wanita prakonsepsi yang dilayani KUA
KecamatanPamulang Kota Tangerang Selatan Tahun 2016. Skripsi
(tidak diterbitkan). Universitas Islam Indonesia (UIN) Syarif
Hidayatullah. Jakarta.
Celtin. 2009. Role of micronutrients in the pereinceptional period. Human Reprod.
Vol. 16.
Duley L, Henderson-Smart DJ, Meher S. 2012. Altered Dietary Salt for Preventing Pre-
Eclampsia, and Its Complications (Review). Intervention Review The
Cochrane Collaboration. JohnWiley & Sons Ltd. Nottingham.
Ernawati A. 2006. Hubungan Faktor Sosial Ekonomi, Higiene Sanitasi
Lingkungan, Tingkat Konsumsi dan Infeksi dengan Status Gizi Anak
Usia 2-5 Tahun di Kabupaten Semarang Tahun 2003. Universitas
Diponegoro. Semarang.
Eiland E, Nzerue C, Faulkner M. 2012. Review Article: Preeclampsia 2012. Journal of
Pregnancy: 1-7.
Fauziyah H. 2014. Analisis Faktor Risiko Kekurangan Energi Kronik (KEK)
pada Wanita Prakonsepsi di Kota Makassar. (Skripsi) Universitas
Hasanuddin.Makassar.
Gibson RS. 2005. Principle Of Nutritional and Assesment. Oxford University Press.
New York.
Irawan AMS, Thaha AR, Virani D. 2014. Hubungan asupan energy dan
protein dengan status IMT dan LILA ibu prakonsepsional di Kecamatan
Ujung Tanah dan Biringkanaiyya Kota Makassar. Skripsi (Tidak
diterbitkan). Universitas Hasanuddin. Makassar.
Khomsan A. 2000. Pangan dan Gizi untuk Kesehatan. Rajawali Sport. Jakarta.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2013. Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) 2013. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta.

25
26
27

Anda mungkin juga menyukai