Anda di halaman 1dari 66

KARYA TULIS ILMIAH

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU NIFAS


TERHADAP PERAWATAN PAYUDARA DI UPTD
PUSKESMAS WONGGEDUKU
KABUPATEN KONAWE
TAHUN 2021

OLEH :

NURDAYANTI
AK218021

YAYASAN PENDIDIKAN KONAWE


AKADEMI KEBIDANAN
2021
KARYA TULIS ILMIAH

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU NIFAS


TERHADAP PERAWATAN PAYUDARA DI UPTD
PUSKESMAS WONGGEDUKU
KABUPATEN KONAWE
TAHUN 2021

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat dalam Menyelesaikan Pendidikan


Diploma III Kebidanan di Yayasan Pendidikan Konawe

OLEH :

NURDAYANTI
AK218021

YAYASAN PENDIDIKAN KONAWE


AKADEMI KEBIDANAN
2021
HALAMAN PERSETUJUAN

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU NIFAS TERHADAP


PERAWATAN PAYUDARA DI UPTD PUSKESMAS
WONGGEDUKU KABUPATEN KONAWE
TAHUN 2021

OLEH :

NURDAYANTI
AK218021

Telah disetujui, diperiksa, dipertahankan dan siap diuji di hadapan Tim Penguji
Karya Tulis Ilmiah Akademi Kebidanan Konawe.

Unaaha, 2021
Pembimbing

Mardhiyah Ibrahim, S.S.T., M.Kes


NUP: 9909925994

Mengetahui
Direktur Akademi Kebidanan Konawe,

Pebrianti, S.ST., M.Keb


NIDN : 0913029005

ii
LEMBAR PENGESAHAN

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU NIFAS TERHADAP


PERAWATAN PAYUDARA DI UPTD PUSKESMAS
WONGGEDUKU KABUPATEN KONAWE
TAHUN 2021

Telah dipertahankan dihadapan Panitia Ujian Laporan Tugas Akhir pada tanggal, 15
Januari 2022 dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk mencapai Ahli
Madya Kebidanan pada Akademi Kebidanan Yayasan Pendidikan Konawe.

Penguji I : Sri Maryanti, S.ST.Keb., M.Biomed (……………………)

Penguji II : Untung, S.S., M.Pd (……………………)

Penguji III : Mardhiyah Ibrahim, S.ST., M.Kes (……………………)

Mengetahui,
Direktur Akademi KebidananKonawe,

Pebrianti, S.ST., M.Keb


NIDN : 0913029005
iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Air susu ibu (ASI) sangat bermanfaat bagi bayi dan ibu khususnya

pemberian ASI hingga usia 6 bulan (ASI Eksklusif). Manfaat pemberian ASI

bagi bayi yaitu bayi akan tumbuh sehat, bersifat lemah lembut dan

mempunyai IQ yang tinggi (Suradi, 2015). Kandungan nutrisi yang terdapat

dalam ASI dapat meningkatkan kekebalan tubuh bayi sehingga dapat

mencegah terjadinya penyakit dan kematian pada bayi (Roesli, 2014).

Laktasi adalah keseluruhan proses menyusui mulai dari ASI

diproduksi sampai proses bayi menghisap dan menelan ASI. Masa laktasi

mempunyai tujuan yaitu untuk meningkatkan pemberian ASI ekslusif dan

meneruskan pemberian ASI sampai anak umur 2 tahun secara baik dan benar

serta anak mendapatkan kekebalan tubuh secara alami (Wulandari, 2018).

Diperlukan suatu upaya untuk meningkatkan produksi ASI semasa nifas salah

satunya adalah dengan perawatan payudara sehingga hak-hak bayi untuk

mendapatkan asi dari ibunya terpenuhi (Roesli, 2014).

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengemukakan bahwa

menyusui merupakan metode paling efektif adalam melindungi dan

meningkatkan kesehatan anak. The Amerian Academy of Pediatricians (AAP)

dan WHO mengakui bahwa ASI merupakan bentuk gizi optimal untuk bayi,

dan merekomendasikan menyusui secara eksklusif selama enam bulan


pertama kehidupan, dilanjutkan selama setahun atau lebih dari itu dengan

makanan pendamping tambahan pada usia enam bulan keatas (Inal, 2016).

Mengacu pada target rencana strategis pada tahun 2019 di Indonesia

sebesar 39%, maka secara nasional cakupan pemberian ASI ekslusif pada bayi

kurang dari 6 bulan sebesar 55,7% telah mencapai target. Cakupan pemberian

ASI di Indinesia sendiri sudah mencapai 88,4% yang artinya telah mencapai

target yang diinginkan (Profil Kesehatan Indonesia, 2019).

Masa postpartum merupakan masa yang cukup penting bagi tenaga

kesehatan untuk selalu melakukan pemantauan karena pelaksanaan yang

kurang maksimal dapat menyebabkan ibu mengalami berbagai masalah

dimana masa postpartum dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika

alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas

berlangsung selama kira-kira 6 minggu atau 42 hari, namun secara

keseluruhan akan pulih dalam waktu 3 bulan (Manuaba, 2011).

Bagi seorang wanita payudara adalah organ tubuh yang sangat penting

bagi kelangsungan perkembangan bayi yang baru dilahirkannya. Payudara

memang secara natural akan mengeluarkan ASI begitu ibu melahirkan, tetapi

bukan berarti seorang wanita atau ibu tidak patut merawat payudara, banyak

ibu yang mengeluh bayinya tidak mau menyusui, bisa jadi ini disebabkan oleh

faktor seperti puting susu yang masuk atau posisi yang salah. Selain faktor

teknis ini, air susu ibu juga dipengaruhi asupan nutrisi dan kondisi psikologis

ibu (Wiknjosastro, 2012).


Payudara merupakan sebagai perlengkapan organ reproduksi wanita

dan pada masa laktasi akan mengeluarkan air susu ibu. Perawatan payudara

postpartum merupakan salah satu perawatan yang dilakukan dan diperhatikan

sebagai persiapan untuk menyusui bayinya karena payudara merupakan satu-

satunya penghasil air susu ibu dan makanan pokok pada bayi yang baru lahir

(Kemenkes RI, 2019).

Perawatan payudara pada masa nifas merupakan suatu kebutuhan bagi

ibu yang baru saja melahirkan. Masa nifas sendiri adalah selama enam minggu

atau 40 hari setelah persalinan. Pada masa nifas perawatan payudara

merupakan suatu tindakan yang sangat penting untuk merawat payudara

terutama untuk memperlancar pengeluaran air susu ibu (ASI). Hal ini terjadi

kerana pada masa ini ibu mengalami perubahan fisik alat reproduksi yang

kembali ke keadaan sebelum hamil, masa laktasi maupun perubahan

psikologis untuk mendapatkan keturunan baru. Dengan melakukan

perawatann yang tepat yang biasanya berupa pengurutan dan pemijatan

menggunakan beberapa bahan dan alat-alat yang alami, diharapkan ibu merasa

nyaman menyusui bayinya,perawatan payudara dilakukan pada hari ke-2

setelah melahirkan minimal 2 kali dalam sehari (Prawirohardjo, 2011).

Studi pendahuluan di UPTD Puskesmas Wonggeduku menunjukkan

bahwa tahun 2019 sebanyak 406 ibu nifas, dan pada tahun 2020 jumlah ibu

nifas sebanyak 395 orang. Sedangkan tahun 2021 periode Januari – Juli

jumlah ibu nifas yang sebanyak 105 orang. Masih banyak ibu nifas yang tidak
mengerti tentang perawatan payudara (PWS KIA Puskesmas Wonggeduku,

2019 – 2021).

Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk meneliti tentang

“Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu Nifas terhadap Perawatan Payudara di

UPTD Puskesmas Wonggeduku Kabupaten Konawe tahun 2021”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan masalah

dalam penelitian ini yaitu adakah hubungan pengetahuan dan sikap ibu nifas

terhadap perawatan payudara di UPTD Puskesmas Wonggeduku Kabupaten

Konawe tahun 2021?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap ibu nifas terhadap

perawatan payudara di UPTD Puskesmas Wonggeduku Kabupaten

Konawe tahun 2021.

2. Tujuan Khusus

Mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap ibu nifas terhadap

perawatan payudara di UPTD Puskesmas Wonggeduku Kabupaten

Konawe tahun 2021.

a. Mengidentifikasi pengetahuan ibu nifas di UPTD Puskesmas

Wonggeduku Kabupaten Konawe tahun 2021.

b. Mengidentifikasi sikap ibu nifas di UPTD Puskesmas Wonggeduku

Kabupaten Konawe tahun 2021.


c. Mengidentifikasi perawatan payudara pada ibu nifas di UPTD

Puskesmas Wonggeduku Kabupaten Konawe tahun 2021.

d. Menganalisis hubungan pengetahuan dan sikap ibu nifas terhadap

perawatan payudara di UPTD Puskesmas Wonggeduku Kabupaten

Konawe tahun 2021.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah

sebagai sumbangan penelitian selanjutnya.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini diharapkan sebagai bahan masukan untuk

meningkatkan pengetahuan dan wawasan tentang perawatan payudara

pada ibu nifas. Dan Merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan

studi di Akademi Kebidanan Yayasan Pendidikan Konawe.

b. Bagi Tenaga Kesehatan

Khususnya bidan diharapkan dapat lebih meningkatkan kewaspadaan

dalam melakukan perawatan payudara.

c. Bagi masyarakat

Penelitian ini dapat menginformasikan dan memberikan pengetahuan

bagi masyarakat khususnya bagi ibu nifas sehingga dapat memahami

proses perawatan payudara.


E. Keaslian Penelitian

1. Heni Triana (2018), dengan judul “Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu

dengan Perawatan Payudara”. Penelitian ini menggunakan analitik dengan

pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini seluruh ibu nifas

dan sampel diambil dari sebagian ibu nifas yaitu sebanyak 30 orang.

Teknik pengambilan sampel yaitu Accidental Sampling. Analisis data

terdiri atas analisis univariat dan bivariat. Analisis univariat digunakan

mengetahui distribusi frekuensi masing-masing variabel. Hubungan antar

variabel dikatakan bermakna jika p-value < 0.05. Hasil dari penelitian

Berdasarkan hasil uji Chi-Square diperoleh nilai pvalue = 0,00. Oleh

karena nilai p<0.05 maka dapat dismpulkan terdapat hubungan antara

pengetahuan ibu dengan perawatan payudara. Persamaan dari penelitian

ini yaitu variabel, teknik pengumpulan data dan jenis data. Sedangkan

perbedaannya yaitu, populasi, sampel, tempat dan waktu penelitian.

2. Devi Alvira (2020), dengan judul “Hubungan Antara Pengetahuan Ibu

Nifas dengan Sikap dalam Melakukan Perawatan Payudara di Rumah

Sakit Kartika Husada Kabupaten Kubu Raya tahun 2020”. Penelitian ini

menggunakan analitik observasional dengan pendekatan cross sectional.

Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 40 orang. Analisis data

dilakukan secara univariat untuk mempresentasikan distribusi dari semua

variabel dan analisis bivariat untuk melihat hubungan antar variabel. Hasil

dari penelitian dari hasil uji statistik diperoleh nilai P > 0,05 ( P = 0,001),

maka Ha diterima dan Ho ditolak berarti ada hubungan antara sikap ibu
nifas dengan perawatan payudara. Persamaan dari penelitian ini yaitu

variabel independen ,teknik pengumpulan data dan jenis data. Sedangkan

perbedaannya yaitu, populasi, sampel, tempat dan waktu penelitian.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan tentang Masa Nifas

1. Pengertian Masa Nifas

Masa nifas adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai

sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra-hamil. Lama masa nifas ini

yaitu 6-8 minggu (Rustam Mochtar, 2012).

2. Tujuan Asuhan Masa Nifas

Menurut Suherni (2012) tujuan asuuhan masa nifas adalah :

a. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologik

b. Melaksanakan skrining yang komprehensif, mendeteksi masalah,

mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu dan bayinya

c. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri,

nutrisi, keluarga berencana, menyusui, pemberian imunisasi kepada

bayinya dan perawatan bayi sehat

d. Memberikan pelayanan keluarga berencana.

3. Periode Masa Nifas

Menurut Arif Mansjoer (2011), nifas dibagi dalam 3 periode:

a. Puerperium dini yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri

dan berjalan-jalan. Dalam agama Islam, dianggap telah bersih dan

boleh bekerja setelah 40 hari.

b. Puerperium intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genitalia

yang lamanya 6-8 minggu.

8
c. Remote puerperium adalah waktu yang diperlukan untuk pulih dan

sehat sempurna terutama bila selama hamil atau waktu persalinan

mempunyai komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna bisa berminggu-

minggu, bulanan, atau tahunan.

4. Kunjungan Masa Nifas

Menurut Wiknjosastro (2012) paling sedikit 4 kali kunjungan masa

nifas dilakukan untuk menilai status ibu dan bayi dan untuk mencegah,

mendeteksi dan menangani masalah-masalah yang terjadi, yaitu :

a. Kunjugan I (6 jam - 7 hari)

1) Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.

2) Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan dan rujuk bila

perdarahan berlanjut

3) Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga

bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri

4) Pemberian ASI awal

5) Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir.

b. Kunjungan II (8 - 28 hari)

1) Memastikan involusi uterus berjalan baik (normal) uterus

berkontraksi, fundus dibawah umbilikus tidak ada perdarahan

abnormal, tidak ada bau

2) Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi, atau

perdarahan abnormal
3) Memastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan dan

istirahat

4) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak

memperlihatkan tanda-tanda penyulit

5) Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada

bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari-

hari.

c. Kunjungan III (29 - 42 hari)

1) Memastikan involusi uterus berjalan baik (normal) uterus

berkontraksi, fundus dibawah umbilikus tidak ada perdarahan

abnormal, tidak ada bau

2) Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi, atau

perdarahan abnormal

3) Memastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan dan

istirahat

4) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak

memperlihatkan tanda-tanda penyuIit

5) Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada

bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari-

hari.

d. Kunjungan IV (40 hari ke atas)

1) Menanyakan pada ibu tentang penyulit yang ibu atau bayi alami

2) Memberikan konseling untuk KB secara dini.


B. Tinjauan tentang Payudara

1. Definisi Payudara

Payudara merupakan sumber air susu ibu yang akan menjadi

makanan utama bagi bayi, karena itu jauh sebelumnya sudah harus

dirawat. Payudara adalah kelenjar yang terletak di bawah kulit dan di atas

otot dada. Bagian-bagian payudara meliputi :

a. Korpus (badan): Bagian yang membesar

b. Areola: Bagian yang kehitaman di tengah

c. Papila/puting: Bagian yang menonjol di puncak payudara

Di dalam korpus terdapat alveolus, yaitu unit terkecil yang

memproduksi air susu ibu (ASI), terdiri dari beberapa sel asiner, jaringan

lemak, sel plasma, sel otot polos, dan pembuluh darah. Beberapa alveolus

mengelompok membentuk lobules, kemudian beberapa lobules berkumpul

menjadi 15-20 lobus pada tiap payudara. Dari alveolus ASI disalurkan ke

dalam saluran kecil (duktulus), kemudian beberapa saluran kecil

bergabung membentuk saluran yang lebih besar (duktus laktiverus). Di

bawah areola saluran yang besar lebar disebut sinus laktiferus. Akhirnya

semua memusat ke dalam puting dan bermuara keluar. Di dalam dinding


alveolus maupun saluran-saluran, terdapat otot polos yang bila

berkontraksi memompa ASI keluar (Mira, 2013).

2. Anatomi Fisiologi Payudara

Secara vertikal payudara terletak diantara kosta II dan IV, secara

horisontal mulai dari pinggir sternum sampai linea aksilaris medialis.

Kelenjar susu berada di jaringan sub kutan superficial dan profundus, yang

menutupi muskulus pektoralis mayor. Ukuran normal 10-12 cm dengan

beratnya pada wanita hamil adalah 200 gram, pada wanita hamil aterm

400-600 gram dan pada masa laktasi sekitar 600-800 gram. Bentuk dan

ukuran payudara akan bervariasi menurut aktivitas fungsionalnya.

Payudara menjadi besar saat hamil dan menyusui dan biasanya mengecil

setelah menopause. Pembesaran ini terutama disebabkan oleh

pertumbuhan struma jaringan penyangga dan penimbunan jaringan lemak.

Ada 3 bagian utama payudara, korpus (badan), Areola, Papilla atau

puting. Areola mamae (kalang payudara) letaknya mengelilingi putting

susu dan berwarna kegelapan yang disebabkan oleh penipisan dan

penimbunan pigmen pada kulitnya. Perubahan warna ini tergantung dari

corak kulit dan adanya kehamilan. Pada wanita yang corak kulitnya

kuning langsat akan berwarna jingga kemerahan, bila kulitnya kehitaman

maka warnanya akan lebih gelap dan kemudian menetap.

Puting susu terletak setinggi interkosta IV, tetapi berhubung

adanya variasi bentuk dan ukuran payudara maka letaknya pun akan

bervariasi pula. Pada tempat ini terdapat lubang-lubang kecil yang


merupakan muara dari duktus laktiferus, ujung-ujung serat otot polos yang

tersusun secara sirkuler sehingga bila ada kontraksi maka duktus laktiferus

akan memadat dan menyebabkan puting susu ereksi, sedangkan serat-serat

otot yang longitudinal akan menarik kembali puting susu tersebut. Ada

empat macam bentuk puting yaitu bentuk yang normal/umum,

pendek/datar, panjang dan terbenam (inverted). Namun bentuk-bentuk

puting ini tidak terlalu berpengaruh pada proses laktasi, yang penting

adalah bahwa puting susu dan areola dapat ditarik sehingga membentuk

tonjolan atau “dot” ke dalam mulut bayi. Kadang dapat terjadi puting tidak

lentur terutama pada bentuk puting terbenam, sehingga butuh penanganan

khusus agar bayi bias menyusu dengan baik.

Gambar 1. Bentuk putting susu normal

Gambar 2. Bentuk putting susu pendek


Gambar 3. Bentuk putting susu panjang

Gambar 4. Bentuk putting susu


terbenam/terbalik

Struktur payudara terdiri dari tiga bagian, yaitu kulit, jaringan sub

kutan (jaringan bawah kulit), dan corpus mammae. Corpus mammae

terdiri dari parenkim dan stroma. Parenkim merupakan suatu struktur yang

terdiri dari Duktus Laktiferus (duktus), Duktulus (duktulli), Lobus, dan

Alveolus.
Ada 15-20 duktus laktiferus. Tiap-tiap duktus bercabang menjadi

20-40 duktuli. Duktulus bercabang menjadi 10-100 alveolus dan

masingmasing dihubungkan dengan saluran air susu (system duktus)

sehingga merupakan suatu pohon. Bila diikuti pohon tersebut dari akarnya

pada puting susu, akan didapatkan saluran air susu yang disebut duktus

laktiferus. Didaerah kalang payudara duktus laktiferus ini melebar

membentuk sinus laktiferus tempat penampungan air susu. Selanjutnya

duktus laktiferus terus bercabang-cabang menjadi duktus dan duktulus,

tapi duktulus yang pada perjalanan selenjutnya disusun pada sekelompok

alveoli. Didalam alveoli terdiri dari duktulus yang terbuka, sel-sel kelenjar

yang menghasilkan air susu dan miopitelium yang berfungsi memeras air

susu keluar dari alveoli.

Gambar 5. Anatomi Payudara (Nugroho, 2011)

3. Perubahan payudara pada masa nifas


Masa nifas (puerperium) adalah masa setelah plasenta lahir dan

berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum

hamil. Masa nifas berlangsung kira-kira 6 minggu (Saleha, 2013).

Periode masa nifas (puerperium) adalah periode waktu selama 6-8

minggu setelah persalinan. Proses ini dimulai setelah selesainya persalinan

dan berakhir setelah alat-alat reproduksi kembali seperti keadaan sebelum

hamil/tidak hamil sebagai akibat dari adanya perubahan fisiologi dan

psikologi karena proses persalinan (Saleha, 2013).

Tahap perkembangan payudara dimulasi dari kehidupan

intrauterine, yaitu dimulai pada minggu ke-4 kehidupan intrauterine. Saat

lahir, payudara akan membesar pada hari pertama kehidupan. Hal ini

disebabkan karena penarikan hormon maternal dari aliran darah bayi yang

disertai dengan sekresi air susu (Mira, 2014).

Kolostrum sering juga disebut dengan susu jolong. Kolostrum

adalah cairan emas, cairan pelindung yang kaya zat anti-infeksi dan

berprotein tinggi.Kolostrum biasanya keluar pada hari pertama sampai hari

keempat pascapartum. Pada hari pertama dan kedua setelah melahirkan,

tidak jarang kita mendengar seorang ibu baru mengatakan, “ASI saya

belum keluar”. Sebenarnya, meski ASI yang keluar pada hari tersebut

sedikit, tetapi volume yang ada di dalam payudara mendekati kapasitas

lambung bayi yang berusia 1-2 hari, kolostrum yang encer dan sering kali

berwarna kuning atau dapat pula jernih ini lebih mengandung sel hidup

yang menyerupai sel darah putih yang dapat membunuh kuman penyakit.
Selain itu kolostrum juga merupakan pencahar yang ideal untuk

membersihkan zat yang tidak terpakai dari usus bayi yang baru lahir

sehingga mempersiapkan saluran pencernaan makanan bayi bagi makanan

yang akan datang (Mira, 2014).

C. Tinjauan tentang Perawatan Payudara

1. Pengertian Perawatan Payudara

Perawatan payudara atau Breast Care adalah pemeliharaan

payudara yang dilakukan untuk memperlancar ASI dan menghindari

kesulitan pada saat menyusui dengan melakukan pemijatan (Weltford,

2015).

Perawatan payudara sangat perlu dilakukan selama hamil sampai

menyusui. Hal ini karena payudara merupakan satu- satu penghasil ASI

yang merupakan makanan pokok bayi baru lahir sehingga harus dilakukan

sedini mungkin (Azwar, 2016).

Breast care disebut juga dengan perawatan payudara yang

bertujuan untuk memelihara kebersihan payudara, memperbanyak atau

memperlancar pengeluaran ASI sehingga dapat dengan mudah untuk

proses menyusui (Anggraini, 2012). Demi keberhasilan menyusui,

payudara memerlukan perawatan sejak dini secara teratur. Perawatan

payudara pada masa nifas bertujuan agar selama menyusui kelak produksi
ASI cukup, tidak terjadi kelainan pada payudara dan agar bentuk payudara

tetap baik setelah menyusui (Nugroho, 2011).

2. Cara Perawatan Payudara pada Masa Nifas

Beberapa hari setelah melahirkan, sebelum ASI terbentuk,

payudara ibu akan terus mengeluarkan kolostrum (cairan kental berwarna

kekuningan). Tetap berikan kolostrum ini pada bayi, karena kolostrum ini

akan memenuhi semua kebutuhan nutrisi bayi. Pada saat ASI mulai

diproduksi, payudara mulai terasa kencang, bengkak dan tidak nyaman,

karena itu segera susui bayi sesegera dan sesering mungkin. Namun agar

tidak mengalami kesulitan selama periode menyusui, kita perlu melakukan

perawatan payudara. Perawatan payudara setelah melahirkan dapat dengan

melakukan beberapa pemijatan, demi kesehatan kita dan si kecil, memang

harus ada ketelatenan untuk merawat payudara kita. Lakukan perawatan

payudara dan puting selama kehamilan, selama menyusui dan juga setelah

kita tidak menyusui bayi lagi. Ini sangat baik untuk menjaga dan merawat

bagian tubuh kita dan menghindari penyakit kanker payudara yang biasa

menyerang wanita. Dengan memberi perhatian khusus pada payudara, kita

akan menyadari sejak dini segala perubahan dalam payudara dan juga bisa

member nutrisi eksklusif untuk bayi kita (Nadia, 2012).

Perawatan payudara pada masa nifas merupakan kelanjutan dari

perawatan payudara semasa hamil (Apel, 2011). Ada beberapa hal yang

perlu diperhatikan dalam melaksanakan perawatan payudara pasca

persalinan, yaitu:
1) Puting susu dikompres dengan kapas selama 3-4 menit, kemudian

bersihkan dengan kapas minyak tadi

2) Pengenyalan yaitu puting susu dipegang dengan ibu jari dan jari

telunjuk diputar kedalam 20 kali keluar 20 kali

3) Penonjolan puting susu yaitu:

a) Puting susu cukup ditarik sebanyak 20 kali

b) Dirangsang dengan menggunakan ujung waslap

c) Memakai pompa puting susu

4) Pengurutan payudara:

a) Telapak tangan petugas diberi baby oil kemudian diratakan

b) Peganglah payudara lalu diurut dari pangkal ke puting susu

sebanyak 30 kali

c) Pijatlah puting susu pada daerah areola mammae untuk

mengeluarkan kolostrum

d) Bersihkan payudara dengan air bersih memakai waslap (Setiawati,

2012).

Gambar 6. Pengurutan buah dada dari tengah ke samping


kemudian ke bawah
Gambar 7. Pengurutan buah dada berputar dari tengah ke
samping kemudian ke bawah

Gambar 8. Pengurutan buah dada berputar dari tengah ke


samping kemudian ke bawah

Gambar 9. Pengurutan buah dada dari pangkal ke putting dan


membersihkan payudara dengan waslap (Varney,
2012).
Kadang-kadang, pada minggu pertama setelah melahirkan,

payudara ibu akan terasa bengkak karena adanya sumbatan pada saluran

ASI. Bila hal tersebut dibiarkan, lama-lama akan terjadi infeksi dan

menyebabkan peradangan pada payudara, yang disebut mastitis.

Peradangan tersebut dapat terjadi pada satu atau kedua payudara sekaligus

penyebab pasti terjadinya mastitis belum diketahui. Umumya terjadi pada

minggu ke-2 hingga ke-7 setelah persalinan.Meskipun demikian, mastitis

dapat juga terjadi pada wanita yang tidak menyusui ataupun hamil. Bakteri

biasanya masuk melalui puting susu yang pecah-pecah atau terluka (Arini,

2012).

3. Manfaat Perawatan Payudara pada Masa Nifas

Payudara adalah salah satu bagian terpenting dalam tubuh seorang

wanita. Selain bisa memperindah bentuk tubuh, payudara kita dapat

memproduksi ASI (Air Susu Ibu) yang sangat bermanfaat bagi

pertumbuhan anak. Jadi, merawat payudara sejak hamil dan setelah

melahirkan sangat penting sekali. Selain berguna bagi kesehatan kita

sendiri, juga berguna bagi kebutuhan nutrisi si kecil (Nadia, 2012).

Menurut Suherni (2012), setelah persalinan dan disaat menyusui selain

payudara terlihat indah dan kencang, perawatan payudara yang dilakukan

dengan benar dan teratur akan memudahkan si kecil mengkomsumsi ASI.

Perawatan payudara merupakan salah satu bagian penting yang harus

diperhatikan sebagai persiapan untuk menyusui nantinya, hal ini

dikarenakan payudara merupakan organ esensial penghasil ASI yaitu


makanan pokok bayi baru lahir sehingga perawatannya harus dilakukan

sedini mungkin. Dalam meningkatkan pemberian ASI pada bayi, masalah

utama dan prinsip yaitu bahwa ibu-ibu membutuhkan bantuan dan

informasi serta dukungan agar merawat payudara pada saat hamil untuk

mempersiapkan ASI pada saat melahirkan sehinngga menambah

keyakinan bahwa mereka dapat menyusui bayinya dengan baik dan

mengetahui fungsi dan manfaat perawatan payudara pada saat hamil

(Anwar, 2015).

Manfaat perawatan payudara yaitu menjaga kebersihan payudara,

terutama kebersihan puting susu agar terhindar dari infeksi melunakkan

serta memperbaiki bentuk puting susu sehingga bayi dapat menyusu

dengan baik (Enggar, 2011). Perawatan payudara adalah suatu tindakan

untuk merawat payudara terutama pada masa nifas untuk memperlancar

pengeluaran ASI. Perawatan payudara dapat dilakukan dua kali sehari

yaitu saat mandi pagi dan mandi sore.

Berikut adalah manfaat perawatan payudara pada masa nifas yaitu:

1) Memelihara kebersihan payudara sehingga bayi mudah menyusu pada

ibunya

2) Melenturkan dan menguatkan puting susu sehingga bayi mudah

menyusu

3) Mengurangi resiko luka saat bayi menyusu

4) Merangsang kelenjar air susu sehingga produksi ASI menjadi lancer

5) Untuk persiapan psikis ibu menyusui dan menjaga bentuk payudara


6) Mencegah penyumbatan pada payudaras

7) Mencegah penyumbatan pada payudara (Karmiasih, 2012).

4. Dampak Tidak Melakukan Perawatan Payudara pada Masa Nifas

Berbagai dampak negatif dapat timbul jika tidak dilakukan

perawatan payudara sedini mungkin. Dampak tersebut meliputi :

1) Payudara Bengkak (Engorgement)

Sekitar hari ketiga atau keempat sesudah ibu melahirkan,

payudara sering terasa lebih penuh, tegang, serta nyeri. Keadaan

seperti ini disebut engorgement (payudara bengkak) yang disebabkan

oleh adanya statis di vena dan pembuluh darah bening. Hal ini

merupakan tanda bahwa ASI mulai banyak disekresi. Apabila dalam

keadaan tersebut ibu menghindari menyusui karena alasan nyeri lalu

memberikan prelacteal feeding (makanan stambahan) pada bayi,

keadaan tersebut justru berlanjut. Payudara akan bertambah bengkak

atau penuh karena sekresi ASI terus berlangsung sementara bayi tidak

disusukan sehingga tidak terjadi perangsangan pada puting susu yang

mengakibatkan reflex oksitosin tidak terjadi dan ASI tidak

dikeluarkan. Jika hal ini terus berlangsung, ASI yang disekresi

menumpuk pada payudara dan menyebabkan areola (bagian berwarna

hitam yang melingkari puting) lebih menonjol, puting bayi ketika

disusukan. Bila keadaan sudah sampai seperti ini, kulit pada payudara
akan Nampak lebih merah mengkilat, terasa nyeri sekali dan ibu

merasa demam seperti influenza.

Untuk mencegah terjadinya payudara bengkak, beberapa cara

yang dianjurkan antara lain sebagai berikut:

a) Susukan bayi segera setelah lahir, apabila memungkinkan

b) Susukan bayi tanpa dijadwal (on demand/ sesuka bayi)

c) Keluarkan ASI dengan tangan atau pompa bila produksi melebihi

kebutuhan bayi

d) Lakukan perawatan payudara pasca persalinan

e) Keluarkan sedikit ASI sebelum menyusui agar payudara lebih

lembek, sehingga puting lebih mudah diisap oleh bayi

f) Kompres dingin untuk mengurangi sakit pada payudara

g) Berikan kompres hangat sebelum menyusui untuk memudahkan

bayi mengisap (menangkap) puting susu

h) Lakukan pengurutan (masase) payudara yang dimulai dari puting

ke arah payudara untuk mengurangi peningkatan peredaran darah

dan terjadinya statis di pembuluh darah dan pembuluh getah

bening dalam payudara (Andriyani, 2012).

Dalam keadaan ini hendaknya jangan terlalu banyak minum

cairan. Namun bukan berarti tidak boleh sama sekali. Jika terasa

haus, cukup minum setengah gelas air. Sekalipun demikian, sang

ibu tidak boleh berhenti menyusui karena jika berhenti air susu
akan memenuhi payudara, dan secara otomatis tubuh akan

mengurangi produksi ASI (Lamadhah, 2011).

2) Bendungan ASI

Bendungan ASI adalah penyumbatan pada duktus laktiferus

akibat hambatan aliran air susu karena tekanan internal dan eksternal

(pembesaran dan pakaian ketat).

a) Tanda dan Gejala

keluhan pada ibu yang mengalami bendungan ASI adalah :

(1) Payudara bengkak

(2) Payudara keras

(3) Payudara panas

(4) Payudara terasa nyeri karena adanya pembengkakan yang

terlokalisasi

(5) Benjolan pada payudara terlihat jelas dalam perabaan terasa

lunak.

b) Etiologi

Penyebab terjadinya bendungan ASI adalah :

(1) Keterlambatan dalam pemberian ASI dini

(2) Posisi menyusui yang kurang baik sehingga mulut bayi tidak

menutupi areola mammae

(3) Ibu tidak menyusui bayinya secara tidak terjadwal (ondemand)

(4) Pakaian yang terlalu ketat.

c) Penatalaksanaan Bendungan ASI


Tindakan yang dapat dilakukan untuk mengatasi bendungan

ASI adalah :

(1) Anjurkan pada ibu untuk menyusui sedini mungkin dan tidak

terjadwal

(2) Ajarkan pada ibu cara menyusui yang baik apakah dengan cara

duduk atau berbaring

(3) Hindari pakaian yang ketat karena dapat menekan duktus

laktiferus

(4) Lakukan masase payudara dan memerah ASI untuk

meningkatkan aliran ASI dengan membersihkan sinus-sinus

dan duktus-duktus laktiferus kolostrum pertama yang lengket.

Duktus dan sinus ini digunakan untuk mengurangi

pembengkakan, membantu bayi menyusu, dan mengumpulkan

ASI untuk pemberian susu botol (mis : pada bayi premature

atau ketika ibu tidak ada ditempat) (Setiawati, 2012).

3) Radang payudara (Mastitis)

Radang payudara (mastitis) adalah infeksi yang menimbulkan

reaksi sistemik (seperti demam) pada ibu. Hal ini biasanya terjadi pada

1-3 pekan setelah melahirkan dan sebagai komplikasi saluran susu

tersumbat. Keadaan ini biasanya diawali dengan puting susu lecet/luka.

Gejala-gejala yang bias diamati pada radang payudara antara lain kulit

Nampak lebih merah, payudara lebih keras serta nyeri dan berbenjol-

benjol (merongkol).
Untuk mengatasi hal tersebut di atas, ibu perlu dianjurkan

agar tetap menyusui bayinya supaya tidak terjadi statis dalam payudara

yang cepat menyebabkan terjadinya abses.Ibu perlu mendapatkan

pengobatan (Antibiotika, antipiretik/penurun panas, dan

analgesic/pengurang nyeri) serta banyak minum dan istirahat untuk

mengurangi reaksi sistemik (demam). Bilamana mungkin, ibu

dianjurkan untuk melakukan senam laktasi (senam menyusui) yaitu

menggerakkan lengan secara berputar sehingga persendian bahu ikut

bergerak ke arah yang sama. Gerakan demekian ini akan membantu

memperlancar peredaran darah dan limfe di daerah payudara sehingga

statis dapat dihidari yang berarti mengurangi kemungkinan terjadinya

abses payudara (Andriyani, 2012).

4) Puting susu nyeri atau lecet

Puting susu nyeri pada ibu menyusui biasanya terjadi karena

beberapa sebab sebagai berikut :

(a) Posisi bayi saat menyusu yang salah, yaitu puting susu tidak masuk

kedalam mulut bayi sampai pada areola sehingga bayi hanya

mengisap pada puting susu saja. Hisapan/tekanan terus menerus

hanya pada tempat tertentu akan menimbulkan rasa nyeri waktu

diisap, meskipun kulitnya masih utuh.

(b) Pemakaian sabun, lotion, cream,alkohol dan lain-lain yang dapat

mengiritasi puting susu.


(c) Bayi dengan tali lidah pendek (frenulum linguae) yang pendek

sehingga menyebabkan bayi sulit mengisap sampai areola dan

isapan hanya pada putingnya saja.

(d) Kurang hati-hati ketika menghentikan menyusu (mengisap). Puting

susu nyeri biasanya dapat disembuhkan setelah memperhatikan

tehnik menyusui yang benar, khususnya letak puting dalam mulut

bayi, yaitu bibir bayi menutup areola sehingga tidak Nampak dari

luar, puting di atas lidah bayi, areola diantara gusi atas dan bawah.

5) Saluran Susu Tersumbat

Saluran susu tersumbat (obstructive duct) adalah suatu keadaan

dimana terjadi sumbatan pada satu atau lebih saluran susu yang

disebabkan oleh tekanan jari waktu menyusui atau pemakaian BH

yang terlalu ketat. Hal ini juga dapat terjadi karena komplikasi

payudara bengkak yang berlanjut mengakibatkan kumpulan ASI dalam

saluran susu tidak segera dikeluarkan sehingga merupakan sumbatan.

Sumbatan ini pada wanita yang kurus dapat terlihat dengan jelas

sebagai benjolan yang lunak pada perabaannya.

Untuk mengatasi terjadinya saluan susu tersumbat (obstructive

duct) ada beberapa hal yang dianjurkan, antara lain :

(a) Sebaiknya ibu melakukan perawatan payudara setelah melahirkan

agar tidak terjadi statis dalam payudara yang mengakibatkan

terjadinya radang payudara (mastits).


(b) Gunakan BH dengan desain menopang (menyangga), bukan

menekan payudara

(c) Keluarkan ASI setiap kali selesai menyusui bila payudara masih

terasa penuh

Sumbatan saluran susu ini harus segera diatasi karena dapat

berlanjut menjadi radang paudara (mastitis). Untuk mengurangi nyeri

dan bengkak pada payudara dapat diberikan kompres hangat dan

dingin, yaitu kompres hangat sebelum menyusui dengan tujuan

mempermudah bayi mengisap puting susu dan kompres dingin setelah

menyusui untuk mengurangi nyeri dan bengkak.

6) Kelainan puting susu

Kebanyakan ibu tidak memiliki kelainan anatomis payudara.

Meskipun demikian, kadang-kadang dijumpai juga kelainan anatomis

yang menghambat kemudahan bayi untuk menyusui, misalnya puting

susu datar atau puting susu terpendam (tertarik ke dalam). Disamping

kelainan anatomis, kadang dijumpai pula kelainan puting yang

disebabkan oleh suatu proses, misalnya tumor.

(a) Puting susu datar

Apabila areola dijepit antara jari telunjuk dan ibu jari di belakang

puting, puting yang normal akan menonjol keluar, bila tidak,

berarti puting datar. Ketika menyusui puting menjadi lebih tegang

dan menonjol karena otot polos putting berkontraksi, meskipun


demikian pada keadaan puting datar akan tetap sulit

ditangkap/diisap oleh mulut bayi

(b) Puting susu terpendam (tertarik ke dalam)

Sebagian atau seluruh puting susu tampak terpendam atau masuk

ke dalam areola (tertarik ke dalam). Hal ini karena ada sesuatu

dibawahnya yang menarik puting ke dalam, misalnya tumor atau

penyempitan saluran susu. Kelainan putting tersebut seharusnya

sudah dapat diketahui sejak hamil atau sebelumnya sehingga dapat

diperbaiki dengan meletakkan kedua jari telunjuk atau ibu jari di

daerah payudara, kemudian dilakukan pengurutan menuju kearah

berlawanan. Perlu diketahui bahwa tidak semua kelainan tersebut

di atas dapat dikoreksi dengan cara tersebut. Untuk itu, ibu

menyusui dianjurkan untuk mengeluarkan ASI-nya dengan manual

(tangan) atau pompa kemudian diberikan pada bayi dengan sendok

atau pipet.

7) Abses payudara

Kelanjutan/komplikasi dari radang payudara akan menjadi

abses. Hal ini disebabkan oleh meluasnya peradangan dalam payudara

tersebut dan menyebabkan ibu tampak lebih parah sakitnya, payudara

lebih merah mengkilap, benjolan tidak sekeras pada radang payudara

(mastitis), tetapi tampak lebih penuh/bengkak berisi cairan. Bila

payudara seperti ini perlu segera diperiksakan ke dokter ahli supaya

mendapat tindakan medis yang cepat dan tepat. Mungkin perlu


dilakukan tindakan insisi untuk drainase (operasi kecil untuk

mengeluarkan cairan/nanah), pemberian antibiotik dan analgesik (anti

nyeri).

Ibu dianjurkan banyak minum dan istirahat. Bayi dihentikan

untuk menyusui sementara waktu pada payudara sakit dan setelah

sembuh dapat disusukan kembali. Akan tetapi, bayi tetap bias

menyusui pada payudara yang sehat tanpa dijadwal (sesuka bayi)

(Andriyani, 2012).

D. Tinjauan tentang Pengetahuan

1. Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan adalah sejumlah informasi yang dikumpulkan yang

dipahami dan pengenalan terhadap sesuatu hal atau benda - benda secara

obyektif. Pengetahuan juga berasal dari pengalaman tertentu yang pernah

dialami dan diperoleh dari hasil belajar secara formal, informal dan non

formal. Menurut Prawirohardjo (2011), pengetahuan lebih bersifat

pengenalan terhadap sesuatu benda atau hal secara obyektif.

Pengetahuan adalah hasil dari tahu seseorang terhadap suatu obyek

sehingga dapat menimbulkan perilaku dalam mengambil keputusan untuk

menentukan pilihan akan dirinya (Prawirohardjo, 2011).

Pengetahuan merupakan dominan yang sangat penting untuk

terbentuknya tindakan seseorang, adapun unsur tersebut adalah meliputi /

hal berikut ini:

a. Pengetahuan atau pengertian dan pemahaman tentang apa yang akan


dilakukannya.

b. Keyakinan dan kepercayaan tentang manfaat dan kebenaran dari apa

yang akan dilakukan.

c. Dorongan atau motivasi untuk berbuat yang akan dilandasi oleh

kebutuhan yang dirasakannya.

2. Cara memperoleh pengetahuan

Berbagai macam cara yang telah digunakan untuk memperoleh

kebenaran pengetahuan sepanjang sejarah, dapat dikelompokan menjadi 2

yakni :

a. Cara Tradisional

Cara penemuan pengetahuan pada periode ini antara lain

1) Cara coba-coba (Trial And Error)

Cara yang paling sederhana yang pernah digunakan oleh manusia

dalam memperoleh pengetahuan adalah melalui cara coba-coba (trial

and error). Cara ini telah dipakai orang sebelum adanya kebudayaan

bahkan mungkin peradaban pada waktu apabila seseorang mendapat

masalah atau persoalan. Upaya pemecahan dilakukan dengan cara

coba-coba yang dilakukan dengan menggunakan kemungkinan

dalam menyelesaikan maalah dan apabila kemungkinan tersebut

tidak berhasil, dicoba dengan kemungkinan yang lain. Apabila

kemungkinan kedua gagal lagi, maka akan dicoba lagi dengan

kemungkinan ketiga. Apabila kemungkinan ketiga gagal lagi maka

akan dicoba kemungkinan berikutnya sampai masalah tersebut


terpecahkan.

2) Berdasarkan pengalaman

Pengalaman adalah guru yang baik pepatah ini mengandung maksud

bahwa pengalaman itu merupakan sumber pengetahuan atau

pengalaman itu merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran

pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan mengulang kembali

pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang

dihadapi pada masa lalu.

3) Melalui jalan pikiran

Sejalan dengan perkembangan kebudayaan umat manusia, cara

berpikir manusiapun ikut berkembang. Dari sini manusia telah

mampu menggunakan penalarannya dalam memperoleh

pengetahuannya.

b. Cara modern

Cara modern dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa ini

lebih sistematis, logis, ilmiah. Cara ini disebut metode penelitian ilmiah

atau yang lebih populer dikenal metodologi penelitian. Cara ini mula-

mula dikembangkan oleh Francis Bacon (1561-1626) seorang tokoh

yang mengembangkan metode berpikir induktif. Mula – mula

mengadakan pengamatan terhadap gejala-gejala alam atau

kemasyarakatan kemudian hasil pengamatannya tersebut dikumpulkan

dan diklasifikasikan yang pada akhirnya diambil kesimpulan umum.

Debolg Van Dallen mengatakan bahwa dalam memperoleh


kesimpulan dilakukan dengan mengadakan observasi langsung, dan

membuat pencatatan terhadap semua fakta sehubungan dengan obyek

yang diamatinya. Pencatatan ini mencakup 3 hal pokok yaitu :

1) Segala sesuatu yang positif yakni gejala tertentu

yang muncul ketika dilakukan pengamatan

2) Segala sesuatu yang negatif yakni gejala tertentu

yang tidak muncul pada saat dilakukan pengamatan.

3) Gejala-gejala yang muncul secara bervariasi yaitu

gejala yang berubah-ubah pada kondisi tertentu.

c. Tingkatan Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan

terjadi melalui panca indra manusia yakni indra penglihatan,

pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan

manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan merupakan

domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (over

behavior).

Menurut Notoadmodjo, (2012) pengetahuan yang dicakup dalam

domain kognitif mempunyai 6 (enam) tingkatan yakni :

1) Tahu (Know)

Diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya. Yang termasuk dalam pengetahuan tingkat ini adalah

mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh


bahan yang dipelajari atau ransangan yang telah diterima. Oleh karena

itu "tahu" ini adalah tingkatan pengetahuan yang paling rendah.

2) Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara

benar tentang obyek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan

materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap obyek

atau materi harus dapat menjelaskan dan menyebutkan.

3) Aplikasi (Application)

Diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah

dipelajari pada situasi dan kondisi rill (sebenarnya).

4) Analisis (Analyisis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau

suatu obyek kedalam komponen-komponen, tetapi masih dalam

struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.

5) Sintesis (Synthesis)

Sintesis menunjuk pada suatu kemampuan untuk meletakan atau

menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang

baru. Dengan kata lain sitesis itu suatu kemampuan untuk menyusun

formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.

6) Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian

terhadap suatu materi. Penilaian–penilaian ini berdasarkan suatu


kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria yang telah

ada (Notoatmodjo, 2012).

3. Perkembangan Pengetahuan

Ilmu pengetahuan manusia mengalami beberapa periode

perkembangan dari waktu ke waktu sepanjang kehidupan manusia di

permukaan bumi ini. Proses yang terjadi mengikuti kemajuan peradaban

manusia dari zaman batu sampai zaman modern dan sering disebut sebagai

“The Ways Of Thinking”. Proses tahapan yaitu :

a. Periode trial and error. Manusia melihat dan mendengar sesuatu, lalu

mulai berfikir dan timbul keinginan untuk mencoba, tetapi gagal,

kemudian mencoba lagi berkali-kali dan akhirnya berhasil.

b. Periode authority and tradition. Semua pemikiran dan pendapat

dijadikan norma-norma dan tradisi yang harus dilaksanakan oleh setiap

orang. Bila seseorang melanggarnya, akan dikenakan sanksi hukuman,

baik moral maupun fisik.

c. Periode speculation and argumentation. Setiap pemikiran dan

pendapat mulai dibahas kebenarannya melalui spekulasi dan adu

argumentasi.

d. Periode hyphothesis and experimentation. Semua pemikiran dan

pendapat harus dianalisis, diteliti, serta diuji kebenarannya secara

ilmiah (Chandra, 2018).

4. Kriteria Pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan cara wawancara


atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang akan diukur dari

subyek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita

ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan

diatas.

Menurut Nursalam (2013), pengetahuan seseorang dapat

diketahui dan diinterprestasikan dengan skala yang bersikap kualitatif

yaitu:

a. Tingkat pengetahuan baik bila skor

>75% - 100%

b. Tingkat pengetahuan cukup bila skor 56% -

75%

c. Tingkat pengetahuan baik bila skor

<56%

D. Tinjauan tentang Sikap

1. Pengertian Sikap

Sikap adalah “reaksi atau respon yang masih tertutup dari

seseorang terhadap suatu stimulus atau objek”. Sikap seseorang terhadap

objek adalah perasaan mendukung atau memihak (favorable) maupun

tidak mendukung atau tudak memihak (unfavorable) pada suatu objek.

Selain itu “sikap juga merupakan kesiapan atau kesediaan seseorang untuk

bertindak dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu”

(Notoatmodjo, 2012).
Sikap terdiri tiga komponen yang saling menunjang, yaitu

komponen kognitif, komponen aktif (afective) dan komponen konatif.

Komponen-komponen sikap menurut Allport dalam Notoatmodjo (2012),

bahwa sikap itu mempunyai tiga komponen pokok yaitu:

a. Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek

b. Kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap suatu objek

c. Kecenderungan untuk bertindak (Trend to behave)

Sikap menurut Notoatmodjo (2012), terdiri dari berbagai

tingkatan antara lain :

1) Menerima (Receiving)

Menerima diartikan bahwa orang mau dan memperhatikan

stimulasi yang diberikan objek.

2) Merespon (Responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya mengerjakan atau

menyelesaikan tugas yang diberikan.

3) Menghargai (Valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan

dengan orang lain terhadap suatu masalah.

d. Bertanggung Jawab (Responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu vang telah dipilihnya dengan

segala resiko.

Apabila individu merasakan adanya tekanan maka apa yang

diekspresikan individu sebagai perilaku lisan atau tulisan itu sangat


mungkin tidak sejalan dengan sikap hati nuraninya,bahkan sangat

bertentangan dengan apa yang dipegangnya sebagai suatu keyakinan

(belief). Ancaman fisik yang timbul akibat dinyatakannya sikap murni

secara terbuka dapat berupa hukuman fisik langsung, permusuhan,

tersingkirkan dari pergaulan sosial, pengrusakan atau bentuk-bentuk

perlakuan lain yan diterima dari sesama anggota masyarakat atau dari

penguasa. Ancaman mental dapat berupa rasa malu yang

diderita,perasaan tidak dianggap ikut konforitas sosial. Kekhawtiran

dianggap bodoh,rasa takut kehilangan simpati dari orang lain dan

semacamnya (Notoatmodjo, 2012).

2. Kriteria Sikap

Menurut Arikunto (2013), sikap seseorang dapat diketahui dan

diinterprestasikan dengan skala yang bersikap kualitatif yaitu :

a. Baik : Hasil Presentase 76% - 100%

b. Kurang : Hasil Presentase < 75%


E. Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen

Pengetahuan

Perawatan
Payudara pada
Ibu Nifas

Sikap

Gambar. 10 Kerangka Konsep Penelitian

Keterangan :

= Variabel Independen

= Variabel Dependen
F. Hipotesis Penelitian

1. Ha : Ada hubungan antara pengetahuan ibu nifas dengan

perawatan payudara

Ho : Tidak ada hubungan antara pengetahuan ibu nifas dengan

perawatan payudara

2. Ha : Ada hubungan antara sikap ibu nifas dengan perawatan

payudara
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah analitik observasional dengan pendekatan

cross sectional, yaitu dengan melihat kasus-kasus atau status kesehatan pada

masa sekarang, akan tetapi faktor resikonya diidentifikasi terjadinya atau

dilihat ke arah masa lalu (Notoatmodjo, 2012).

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Tempat penelitian ini telah dilaksanakan di UPTD Puskesmas

Wonggeduku Kabupaten Konawe.

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Desember

tahun 2021.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang akan di

teliti (Notoatmodjo, 2012). Pada penelitian ini populasinya adalah seluruh Ibu

nifas periode Januari – Juli pada tahun 2021, yang berjumlah 105 orang.

42
2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah ibu nifas dengan metode

pengambilan sampel menggunakan Purposive Sampling yakni pengambilan

sampel berdasarkan pertimbangan tertentu yang telah dibuat oleh peneliti

berdasarkan ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya. Untuk

menentukan sampel pada penelitian ini maka digunakan teori yang dikemukakan

oleh Notoatmodjo (2012) dengan rumus sebagai berikut :

N
Keterangan
n = :

N = Besar Populasi (seluruh ibu nifas)

n = Besar sampel

d = Tingkat kepercayaan / ketepatan (10%)

Dengan menggunakan rumus di atas dapat diambil jumlah sampel sebagai

berikut:

105
n =
1 + 105 (0,12)

105
n =
1 + 105 (0,01)

105
n =
1 + 1.05

105
n = 2.05 = 51,21
n = 51 orang

Jadi, jumlah sampel penelitian ini berjumlah 51 responden


3. Kriteria Sampel

a. Kriteria inklusi

Kriteria Inklusi merupakan karakteristik umum subjek penelitian

pada populasi target dan sumber (Arikunto, 2013).

Kriteria sampel dalam penelitian ini yaitu :

1) Semua ibu nifas yang hadir pada saat penelitian dilakukan

2) Ibu yang bersedia menjadi responden pada saat penelitian di UPTD

Puskesmas Wonggeduku.

3) Ibu yang masa nifas 2-6 minggu.

b. Kriteria Eksklusi

Merupakan kriteria dari subjek penelitian yang tidak boleh ada

dan jika subjek mempunyai kriteria eksklusi maka subjek harus

dikeluarkan dari penelitian (Arikunto, 2013).

Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah ibu yang tidak

hadir saat penelitian dilakukan.

D. Defenisi Operasional dan Kriteria Objektif


Alat Skala
Variabel Definisi Operasional Kriteria Objektif
Ukur Ukur
Dependen

Perawatan Kuesioner 1. Ya : Jika ibu Nominal


Payudara pada melakukan
Ibu Nifas Perawatan payudara perawatan
atau Breast Care payudara
adalah pemeliharaan 2. Tidak : Jika
payudara yang ibu tidak
dilakukan untuk melakukan
memperlancar ASI perawatan
dan menghindari payudara
kesulitan pada saat
menyusui dengan
melakukan pemijatan
(Weltford, 2015).

Independen

Pengetahuan Kuesioner 1. Baik, jika skor Ordinal


responden 75
Pengetahuan adalah %-100%
sejumlah informasi 2. Cukup, jika
yang dikumpulkan skor responden
56%-75%
yang dipahami dan
3. Kurang, jika
pengenalan terhadap skor responden
sesuatu hal atau benda < 56%
- benda secara
obyektif.
(Wiknjosastro, 2012)

Sikap Kuesioner 1. Baik, jika skor Ordinal


Sikap adalah “reaksi responden 76
atau respon yang %-100%
masih tertutup dari 2. Kurang, jika
skor responden
seseorang terhadap
< 75%
suatu stimulus atau
objek”. (Notoatmodjo,
2012)

E. Jenis Data

1. Data Primer
Data primer adalah data yang di ambil secara langsung dari

responden menggunakan kuesioner.

2. Data Sekunder

Data sekunder dalam penelitian ini adalah data yang diambil dari

buku KIA UPTD Puskesmas Wonggeduku.

F. Teknik Pengumpulan Data

Alat pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dalam bentuk lembar

kuesioner dan ceklist yang berisi hubungan pengetahuan dan sikap dengan perawatan

payudara.

G. Pengolahan dan Analisis Data

1. Pengolahan data

Pengolahan data yang dilakukan dengan menggunakan komputer program

SPSS (Statistical Package for Sosial Science) Versi 16.0. Pengolahan dilakukan

dengan tahap sebagai berikut:

a. Editing

Melakukan pemeriksaan terhadap kelengkapan dan kejelasan dan

penyesuaian data yang diperoleh dengan kebutuhan penelitian, hal ini

dilakukan di lapangan sehingga apabila terdapat data yang meragukan ataupun

salah maka akan dijelaskan lagi ke responden.

b. Coding

Mengkode data merupakan kegiatan mengklasifikasikan data memberi

kode untuk masing-masing kelas terhadap data yang diperoleh dan sumber

data yang telah diperiksa kelengkapannya.


c. Skoring

Pada tahap ini meliputi nilai untuk masing-masing pernyataan dan

penjumlahan hasil skoring dari semua pernyataan :

1. Pengetahuan

a) Pernyataan benar : Skor 1

b) Pernyataan salah : Skor 0

2. Sikap

a) Setuju : Skor 1

b) Tidak setuju : Skor 0

d. Entry

Data yang sudah diberi kode kemudian dimasukkan ke dalam komputer.

e. Cleaning

Merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang dimasukan

dilakukan bila terdapat kesalahan dalam memasukan data yaitu dengan

melihat distribusi frekuensi dari variabel-variabel yang diteliti.

2. Analisis Data

a. Analisis univariat adalah analisa data yang

digunakan untuk mendeskripsikan variabel dalam bentuk distribusi

frekuensi (Notoatmodjo, 2012).

b. Analisis bivariat adalah analisa yang digunakan


untuk mencari hubungan antara variabel independen dan variabel

dependen, yaitu hubungan pengetahuan dan sikap ibu nifas dengan

perawatan payudara menggunakan uji statistik Chi Square. Uji Chi

Square digunakan untuk melihat hubungan antara dua variabel yaitu

variabel terikat dan variabel bebas (Notoatmodjo, 2012).

H. Penyajian Data

Data yang telah terkumpul selanjutnya akan disusun dan disajikan dalam

bentuk tabel distribusi frekuensi serta tabel 2 x 3 dan 2 x 2 dilengkapi dengan narasi

sebagai penjelasan dari tabel.

I. Etika Penelitian

Dalam melakukan penelitian ini, setelah peneliti mendapatkan rekomendasi

dari Direktur Akademi Kebidanan Yayasan Pendidkan Konawe, terlebih dahulu

peneliti mengajukan permohonan izin ke UPTD Puskesmas Wonggeduku untuk

pengambilan data. Setelah mendapatkan lembar persetujuan, barulah penelitian

dilakukan dengan menekankan kepada masalah etika yang meliputi:

1. Informent Consent (Lembar Persetujuan)

Infoment consent atau lembar persetujuan di berikan kepada subyek yang

akan di teliti. Peneliti menjelaskan maksud dan tujuan riset yang dilakukan dan

dampak yang mungkin terjadi selama dan sesudah pengumpulan data. Jika

pengetahuan responden tentang perawatan payudara yang diteliti, maka mereka

harus menandatangani lembar persetujuan tersebut. Jika responden menolak

untuk di teliti maka peneliti tidak akan memaksa dan tetap menghormati hak-

haknya.

2. Anonimity (tanpa nama)


Untuk menjaga kerahasian responden, peneliti tidak mencatumkan nama

koresponden pada lembar pengumpulan data, cukup dengan memberi nomor pada

masing- masing lembar tersebut.

3. Confidentiality (kerahasiaan)

Kerahasiaan informasi responden di jamin oleh peneliti, hanya kelompok

data tertentu saja yang akan disajikan atau dilaporkan sebagai hasil riset

(Notoatmodjo, 2012).

Ho : Tidak ada hubungan antara sikap ibu nifas dengan perawatan

payudara
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Tempat Penelitian

1. Keadaan Geografis

a. Wilayah Kerja terdiri atas 14 Desa tambahan 1 Kelurahan, yang

merupakan wilayah administratif Kecamatan Wonggeduku Kabupaten

Konawe.

b. Luas wilayah kerja Puskesmas 1063 Km2

c. Batas-batas wilayah :

1) Sebelah Utara Kecamatan Amonggedo

2) Sebelah Barat Kecamatan Wawotobi

3) Sebelah Selatan Kecamatan Lambuya

4) Sebelah Timur Kecamatan Pondidaha

d. Keadaan alam 100 % daratan dengan dataran rata

e. Prasarana transportasi : 60 % jalan aspal, 40 % jalan tanah / berbatu.

f. Mata Pencaharian umumnya petani sawah sekitar 70 % , PNS 20 %,

lain-lain 10%.

2. Demografi

Jumlah penduduk dalam wilayah kerja Puskesmas Wonggeduku

tahun 2018 sebanyak 19.825 jiwa yang terdiri dari laki-laki 10.277 jiwa

dan perempuan 9.548 jiwa dengan 5.282 KK yang tersebar di 14 Desa dan

1 Kelurahan, sedangkan jumlah warga miskin terbanyak juga terdapat di

50
desa wonggeduku sebanyak 1.260 jiwa atau sebanyak 69 % penduduknya

kurang mampu.

3. Sarana Pendidikan

Sarana pendidikan yang ada di wilayah Puskesmas Wonggeduku

Tahun 2021 :

a. Taman kanak-kanak : 2 Unit

b. Sekolah dasar : 13 Unit

c. Sekolah Menengah Pertama : 2 Unit

d. Sekolah Menengah Atas : 1 Unit

4. Sarana Kesehatan dan Tenaga Kesehatan

a. Sarana Kesehatan

1) Sarana Pemerintah :

a) Puskesmas induk : 1 Unit

b) Puskesmas pembantu : 4 Unit

c) Polindes : 1 Unit

d) Poskesdes : 3 Unit

e) Perumahan paramedis : 5 Unit

2) Sarana Puskesmas

a) Poli Umum : 1 Unit

b) Poli KIA : 1 Unit

c) Poli Gigi : 1 Unit

d) Laboratorium : 1 Unit

e) Apotik : 1 Unit
f) Ruang UGD : 1 Unit

g) Ruang Imunisasi : 1 Unit

h) Ruang Gizi : 1 Unit

i) P2M : 1 Unit

j) Ruang DDTK : 1 Unit

k) Ruang Kartu : 1 Unit

l) Ruang MTBS : 1 Unit

m) Ruang Tata Usaha : 1 Unit

n) Ruang Gudang Obat : 1 Unit

o) Ruang Kepala Puskesmas : 1 Unit

p) Dapur : 1 Unit

q) Kamar mandi : 3 Unit

3) Sarana Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat

a) Jumlah Posyandu : 15 Unit

2) Sarana Transportasi

a) Kendaraan roda Dua : 2 Unit

b) Kendaraan roda empat : 1 Unit

3) Sarana Administrasi Perkantoran

a) Komputer : 1 unit ( bantuan ADB 2006 )

b) Printer : 4 Unit

b. Tenaga Kesehatan

1) Dokter : 1 orang

2) Bidan : 11orang
3) Perawat : 10 orang

4) Farmasi : 2 orang

5) Tenaga Gizi : 2 orang

6) Tenaga Sanitasi : 3 orang

7) Kesling : 1 orang

8) SPAG : 1 orang

9) Tenaga Sukarela : 60 orang

B. Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan di UPTD

Puskesmas Wongeduku dengan judul hubungan pengetahuan dan sikap ibu

nifas tentang perawatan payudara di UPTD Puskesmas Wonggeduku

Kabupaten Konawe tahun 2021 maka diperoleh hasil sebagai berikut:

1. Analisis Univariat

a. Perawatan Payudara pada Ibu Nifas

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Perawatan


Payudara pada Ibu Nifas di UPTD Puskesmas
Wonggeduku Kabupaten Konawe Tahun 2021
Perawatan Payudara pada Ibu Nifas Jumlah
No
n %
1 Ya 32 62,7
2 Tidak 19 37,3

Jumlah 51 100
Sumber : Data Primer, diolah Tahun 2021

Berdasarkan tabel 2 di atas menunjukkan bahwa dari 51

responden ibu nifas, yang melakukan perawatan payudara sebanyak 32

(62,7%) responden, sedangkan ibu nifas yang tidak melakukan

perawatan payudara sebanyak 19 (37,3%) responden.


b. Pengetahuan

Tabel 3. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengetahuan


di UPTD Puskesmas Wonggeduku Kabupaten Konawe Tahun
2021
Jumlah
No Pengetahuan
n %
1 Baik 29 56,9
2 Cukup 10 19,6
3 Kurang 12 23,5

Jumlah 51 100
Sumber : Data Primer, diolah Tahun 2021

Berdasarkan tabel 3 di atas menunjukkan bahwa dari 51

responden yang pengetahuan baik sebanyak 29 (56,3%) responden, dan

yang pengetahuan cukup sebanyak 10 (19,6%), sedangkan yang

pengetahuan kurang sebanyak 12 (23,5%) responden.

c. Sikap

Tabel 4. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Sikap di


UPTD Puskesmas Wonggeduku Kabupaten Konawe
Tahun 2021
Sikap Jumlah
No
n %
1 Baik 31 60,8
2 Kurang 20 39,2

Jumlah 51 100
Sumber : Data Primer, diolah Tahun 2021

Berdasarkan tabel 4 di atas menunjukkan bahwa dari 5i

responden pada kategori sikap yang baik sebanyak 31 (60,8%)

responden, sedangkan sikap yang kurang sebanyak 20 (39,2%)

responden.

2. Analisis Bivariat
a. Hubungan Pengetahuan Berdasarkan Perawatan Payudara Ibu
Nifas
Tabel 5. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kategori Pengetahuan
tentang Perawatan Payudara pada Ibu Nifas di UPTD
Puskesmas Wonggeduku Kabupaten Konawe Tahun 2021
Perawatan Payudara p-
pada Ibu Nifas Jumlah value
No Pengetahuan Ya Tidak
n % n % n %
1 Baik 29 56,9 0 0 29 56,9
2 Cukup 1 2,0 9 17,6 10 19,6 0,000
3 Kurang 2 3,9 10 19,6 12 23,5

Jumlah 32 62,7 19 37,3 51 100


Sumber : Data Primer, diolah Tahun 2021

Hasil analisis di atas antara pengetahuan dengan perawatan

payudara pada ibu nifas menunjukkan bahwa dari 51 responden terdapat

pada kategori pengetahuan yang baik berjumlah 29 responden (56,9%)

ibu nifas yang melakukan perawatan payudara dan ibu nifas yang tidak

melakukan perawatan payudara berjumlah 0 responden (0%). Dan dari

10 responden (19,6%) terdapat pada kategori pengetahuan yang cukup

berjumlah 1 responden (2,0%) ibu nifas yang melakukan perawatan

payudara dan ibu nifas yang tidak melakukan perawatan payudara

berjumlah 9 responden (17,6%). Sedangkan dari 12 responden (23,5%)

terdapat pada kategori pengetahuan yang kurang berjumlah 2 responden

(3,9%) ibu nifas yang melakukan perawatan payudara dan ibu nifas yang

tidak melakukan perawatan payudara berjumlah 10 responden (19,6%).

Berdasarkan hasil uji statistik menggunakan uji chi square p-

value = 0,000. Karena nilai p = 0,000 <a = 0,05, maka Ha diterima dapat
disimpulkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan dengan perawatan

payudara pada ibu nifas.

b. Hubungan Sikap Berdasarkan Perawatan Payudara Ibu Nifas


Tabel 6. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kategori Sikap tentang
Perawatan Payudara pada Ibu Nifas di UPTD Puskesmas
Wonggeduku Kabupaten Konawe Tahun 2021
Perawatan Payudara p-
pada Ibu Nifas Jumlah value
No Sikap Ya Tidak
n % n % n %
1 Baik 29 56,9 2 3,9 31 60,8
2 Kurang 3 5,9 17 33,3 20 39,2 0,000

Jumlah 32 62,7 19 37,3 51 100


Sumber : Data Primer, diolah Tahun 2021

Hasil analisis di atas antara sikap dengan perawatan payudara

pada ibu nifas menunjukkan bahwa dari 51 responden terdapat pada

kategori sikap yang baik berjumlah 29 responden (56,9%) ibu nifas yang

melakukan perawatan payudara dan ibu nifas yang tidak melakukan

perawatan payudara berjumlah 2 responden (3,9%). Sedangkan dari 20

responden (39,2%) terdapat pada kategori sikap yang kurang berjumlah

3 responden (5,9%) ibu nifas yang melakukan perawatan payudara dan

ibu nifas yang tidak melakukan perawatan payudara berjumlah 17

responden (33,3%).

Berdasarkan hasil uji statistik menggunakan uji chi square p-

value = 0,000. Karena nilai p = 0,000 <a = 0,05, maka Ha diterima dapat

disimpulkan bahwa ada hubungan antara sikap dengan perawatan

payudara pada ibu nifas.


C. Pembahasan

1. Pengetahuan berdasarkan Perawatan Payudara pada Ibu Nifas

Berdasarkan hasil uji statistik menggunakan uji chi square p-value

= 0,000. Karena nilai p = 0,000 <a = 0,05, maka Ha diterima dapat

disimpulkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan dengan perawatan

payudara pada ibu nifas.

Perawatan payudara pada masa nifas bertujuan memperbanyak atau

memperlancar produksi ASI. Perawatan payudara bermanfaat merangsang

payudara dan mempengaruhi hipofise untuk mengeluarkan hormon

prolaktin dan oksitosin. Hormon prolaktin mempengaruhi jumlah produksi

ASI, sedangkan hormon oksitosin mempengaruhi proses pengeluaran ASI

(Yuli, 2011).

Menurut Notoatmodjo (2013) Pengetahuan merupakan domain

yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Berdasarkan

pengalaman dan penelitian terbukti perilaku yang didasari dengan

pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari

dengan pengetahuan. Pengetahuan akan mempengaruhi ibu dalam

melakukan perawatan payudara.

Tingkat pengetahuan responden tentang perawatan payudara

selama hamil. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa mayoritas

responden mempunyai tingkat pengetahuan yang baik tentang perawatan

payudara pada ibu nifas yaitu sebanyak 32 responden (62,7%),

berdasarkan Budiman (2013) ada beberapa faktor yang mempengaruhi


pengetahuan seseorang antara lain yaitu pendidikan, informasi/media

massa, sosial, budaya dan ekonomi, lingkungan, pengalaman serta usia.

Dengan bertambahnya umur seseorang dapat berpengaruh pada

pertambahan pengetahuan.

Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang terdahulu

Heni Triana (2018), dengan judul “Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu

dengan Perawatan Payudara”. Penelitian ini menggunakan analitik dengan

pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini seluruh ibu nifas

dan sampel diambil dari sebagian ibu nifas yaitu sebanyak 30 orang.

Teknik pengambilan sampel yaitu Accidental Sampling. Analisis data

terdiri atas analisis univariat dan bivariat. Analisis univariat digunakan

mengetahui distribusi frekuensi masing-masing variabel. Hubungan antar

variabel dikatakan bermakna jika p-value < 0.05. Hasil dari penelitian

Berdasarkan hasil uji Chi-Square diperoleh nilai pvalue = 0,000. Oleh

karena nilai p<0.05 maka dapat dismpulkan terdapat hubungan antara

pengetahuan ibu dengan perawatan payudara.

Menurut asumsi penelitian bahwa sebagian 37,3% responden tidak

melakukan perawatan payudara dikarenakan beberapa faktor yaitu seperti

ibu sibuk dengan pekerjaan atau lebih banyak berkativitas diluar dan

adanya budaya atau kebiasaan adat istiadat yang dipercaya yaitu pantangan

pada masa nifas dan juga dapat dipengaruhi oleh kurangnya minat

responden itu sendiri dalam melakukan perawatan payudara selam

kehamilan, serta dapat disimpulkan bahwa responden yang melakukan


perawatan payudara selama masa nifas berpengetahuan cukup 19,6% dan

berpengetahuan kurang sebanyak 23,5%.

2. Sikap berdasarkan Perawatan Payudara pada Ibu Nifas

Berdasarkan hasil uji statistik menggunakan uji chi square p-value

= 0,000. Karena nilai p = 0,000 <a = 0,05, maka Ha diterima dapat

disimpulkan bahwa ada hubungan antara sikap dengan perawatan

payudara pada ibu nifas.

Sikap merupakan reaksi atau respons seseorang yang masih

tertutup terhadap suatu stimulus atau obyek. Dalam sikap positif, ada

kecenderungan untuk mendekati obyek tertentu, sedangkan pada sikap

negatif ada kecenderungan untuk memenuhi obyek tertentu. Sikap sangat

mempengaruhi persepsi seseorang sehingga orang mempunyai sikap yang

kemudian bisa terlihat dari perbuatannya (Notoatmodjo, 2013).

Perawatan payudara bertujuan untuk memelihara kebersihan

payudara, memperlancar pengeluaran ASI. Terdapat 19 dari 51 Ibu nifas

yang tidak melakukan perawatan payudara.

Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang terdahulu

Devi Alvira (2020), dengan judul “Hubungan Antara Pengetahuan Ibu

Nifas dengan Sikap dalam Melakukan Perawatan Payudara di Rumah

Sakit Kartika Husada Kabupaten Kubu Raya tahun 2020”. Penelitian ini

menggunakan analitik observasional dengan pendekatan cross sectional.

Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 40 orang. Analisis data

dilakukan secara univariat untuk mempresentasikan distribusi dari semua


variabel dan analisis bivariat untuk melihat hubungan antar variabel. Hasil

dari penelitian dari hasil uji statistik diperoleh nilai P > 0,05 ( P = 0,001),

maka Ha diterima dan Ho ditolak berarti ada hubungan antara sikap ibu

nifas dengan perawatan payudara.

Menurut asumsi penelitian sikap adalah tanggapan dari seseorang

individu terkait suatu hal mengenai suatu objek untuk ditanggapi atau

tindakan yang akan dilakukannya mengenai hal tersebut, sebagai contoh

tindakan seseorang untuk mau atau bersedia melakukan perawatan

payudara setelah dipengaruhi oleh pengetahuan.


BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai

berikut:

1. Berdasarkan hasil uji statistik menggunakan uji chi square p-value =

0,000. Karena nilai p = 0,000 <a = 0,05, maka Ha diterima dapat

disimpulkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan dengan perawatan

payudara pada ibu nifas.

2. Berdasarkan hasil uji statistik menggunakan uji chi square p-value =

0,000. Karena nilai p = 0,000 <a = 0,05, maka Ha diterima dapat

disimpulkan bahwa ada hubungan antara sikap dengan perawatan

payudara pada ibu nifas.

B. Saran

1. Bagi Ibu Nifas

Diharapkan bagi ibu nifas untuk senantiasa memperdalam dan

memperluas lagi pengetahuan tentang perawatan payudara selama

kehamilan, khususnya tentang cara menjaga kebersihan diri serta

lingkungan terutama pada ibu nifas.

2. Bagi UPTD Puskesmas Wonggeduku

Diharapkan bagi tenaga kesehatan untuk lebih memperluas

cakupan penyuluhan dan member informasi kepada ibu nifas untuk lebih

mengetahui tentang perawatan payudara selama masa nifas.

61
Meningkatkan program pendidikan kesehatan tentang pentingnya

ASI dan pentingnya perawatan payudara kepada ibu yang hendak akan

menyusui khusunya pada ibu primipara yang pertama kali melahirkan.

Terlebih lagi dimana-mana sudah maraknya pemasaran susu formula.

3. Bagi Ilmu Pengetahuan

Diharapkan dapat menambah wacana dalam pengembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi khususnya pengetahuan ibu nifas tentang

perawatan payudara.

4. Bagi Pembaca dan Peneliti selanjutnya

Diharapkan pembaca dan peneliti mendatang bisa menjadikan KTI

ini sebagai bahan perbandingan, menambah variabel yang diteliti serta

menggunakan metode deskriftif atau analitik yang berbeda agar lebih

berkembang dan dapat member tindakan lanjut terhadap hasil penelitian.

5. Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan institusi pendidikan lebih meningkatkan kualitas

pembelajaran mengenai perawatan payudara khususnya mata kuliah

kehamilan pada bab manajemen laktasi.

Anda mungkin juga menyukai