Anda di halaman 1dari 4

PROPOSAL SKRIPSI

HUBUNGAN TEKNIK MENYUSUI DENGAN KEJADIAN


PUTING SUSU LECET PADA IBU NIFAS
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS

Disusun Oleh :

YESI MARLENA
NPM 2126040117.P

PROGRAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM SARJANA TERAPAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
TRI MANDIRI SAKTI
BENGKULU
2021
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
World Health Organization (WHO) dan United Nations Childrens Fund
(UNICEF) merekomendasikan agar ibu menyusui bayinya saat satu jam
pertama setelah melahirkan dan melanjutkan hingga usia 6 bulan pertama
kehidupan bayi. Pengenalan makanan pelengkap dengan nutrisi yang memadai
dan aman diberikan saat bayi memasuki usia 6 bulan dengan terus menyusui
sampai 2 tahun atau lebih. Namun, banyak bayi dan anak-anak tidak menerima
makan optimal, dimana hanya sekitar 36% dari bayi usia 0 sampai 6 bulan di
seluruh dunia yang diberikan ASI eksklusif selama periode tahun 2007 sampai
dengan tahun 2014 (Safitri, 2016). Capaian ASI eksklusif di Asia Tenggara
menunjukan angka yang cukup tinggi. Sebagai perbandingan, cakupan ASI
Eksklusif di India sudah mencapai 46%, di Philippines 34%, di Vietnam 27%,
di Myanmar 24% (Novidiyanti, 2017).
Hasil Pemantauan Status Gizi (PSG) tahun 2016, persentase bayi baru
lahir yang mendapat IMD pada tahun 2016 sebesar 51,9% yang terdiri dari
42,7% mendapatkan IMD dalam <1 jam setelah lahir, dan 9,2% dalam satu jam
atau lebih. Persentase tertinggi di Provinsi DKI Jakarta (73%) dan terendah
Bengkulu (16%). Persentase bayi 0-5 bulan yang masih mendapat ASI
eksklusif sebesar 54,0%, sedangkan bayi yang telah mendapatkan ASI
eksklusif sampai usia enam bulan adalah sebesar 29,5%. Mengacu pada target
renstra tahun 2016 yang sebesar 42%, maka secara nasional cakupan
pemberian ASI eksklusif pada bayi usia kurang dari enam bulan sebesar 54,0%
telah mencapai target. Menurut provinsi, cakupan ASI eksklusif pada bayi
umur 0-5 bulan berkisar antara 32,3% (Gorontalo) sampai 79,9% (Nusa
Tenggara Timur) (Kemenkes RI, 2017).
Terjadinya penurunan pemberian ASI eksklusif pada bayi ini, dapat
terjadi karena beberapa hambatan seperti timbulnya beberapa masalah pada ibu
dan bayi. Pada sebagian ibu yang tidak paham bagaimana teknik menyusui
yang benar dapat menjadi masalah dalam menyusui. Masalah-masalah yang

1
2

dapat mempengaruhi dalam menyusui adalah cracked nipple (putting susu


lecet), payudara bengkak, abses payudara (mastitis) (Lismaysarah, 2014).
Menurut Setyo & Sri, (2012), pada awal menyusui biasanya payudara
yang mengalami bendungan Air Susu Ibu (ASI) akan terlihat oedema, puting
susu kencang, dan ASI tidak keluar. Akibat terhadap bayi, bayi tidak puas
setiap menyusu, bayi sering menangis atau bayi menolak menyusu. Masalah-
masalah ini seringkali menjadi hambatan bagi ibu dalam memberikan ASI
eksklusif.
Masalah lain yang sering terjadi pada ibu menyusui adalah kurangnya
kemampuan ibu dalam teknik menyusui benar sehingga mengakibatkan
cracked nipple, dimana bayi tidak mengisap puting sampai ke areola payudara,
sekitar 57% dari ibu menyusui dilaporkan pernah menderita kelecetan pada
putingnya (Soetjiningsih, 2012).
Teknik menyusui yang benar adalah cara memberikan ASI kepada bayi
dengan perlekatan dan posisi ibu dan bayi dengan benar. Untuk mencapai
keberhasilan menyusui diperlukan pengetahuan mengenai teknik-teknik
menyusui yang benar. Indikator dalam proses menyusui yang efektif meliputi
posisi ibu dan bayi yang benar (body position), perlekatan bayi yang tepat
(latch), keefektifan hisapan bayi pada payudara (effective sucking) (Rinata,
2015).
Teknik menyusui yang baik dan benar merupakan apabila areola sedapat
mungkin semuanya masuk ke dalam mulut bayi, tetapi hal ini tidak mungkin
dilakukan pada ibu yang payudaranya besar. Cracked nipple juga disebabkan
oleh moniliasis (infeksi yang disebabkan oleh monilia yang disebut candida)
pada mulut bayi yang menular pada puting susu, iritasi akibat membersihkan
puting dengan sabun, lotion, krim, alkohol, bayi dengan tali lidah pendek
(frenulum lingue) (Risneni, 2015). Cracked nipple akan memudahkan
masuknya kuman dan terjadinya payudara bengkak, payudara bengkak yang
tidak disusukan secara adekuat akhirnya akan terjadi mastitis (Soetjiningsih,
2012).
3

Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk malakukan penelitian


dengan judul “Hubungan teknik menyusui dengan kejadian puting susu lecet di
wilayah kerja puskesmas”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, didapat masalah penelitian yaitu
bagaimanakah “adakah hubungan tentang teknik menyusui dengan kejadian
puting susu lecet di wilayah kerja puskesmas”?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mempelajari hubungan teknik menyusui dengan kejadian
puting susu lecet di wilayah kerja puskesmas.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui gambaran kejadian puting susu lecet di wilayah kerja
puskesmas.
b. Untuk mengetahui hubungan teknik menyusui dengan kejadian puting
susu lecet di wilayah kerja puskesmas
D. Manfaat Penelitian
1. Puskesmas Puskesmas
Dengan terlaksananya penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan
informasi yang berguna bagi pihak Puskesmas untuk meningkatkan
kesehatan pada ibu dan bayi.
2. Bagi STIKES Tri Mandiri Sakti Bengkulu .
Memberikan penjelasan tambahan tentang puting susu lecet dan faktor
yang mempengaruhinya dan dengan terlaksananya penelitian ini dapat
dijadikan sebagai bahan masukan sebagai usaha pengembangan ilmu
kebidanan terkait kejadian puting susu lecet.
3. Bagi Peneliti Lain
Informasi yang didapat dari penelitian ini berguna sebagai bahan
literatur atau data pembanding bagi peneliti lain yang berminat untuk
melakukan penelitian tentang kejadian puting susu lecet.

Anda mungkin juga menyukai