DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 5
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah Yang Maha Esa, karena atas
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini sesuai
dengan waktu yang telah ditentukan. Makalah yang berjudul “Tentang Menajemen
Penanganan Gizi Darurat” Makalah ini sesuai dengan bahan dan sumber yang telah
penulis peroleh.
Namun demikian, penulis menyadari keterbatasan dan kekurangan penulis
dalam menyusun makalah ini yang masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu,penulis
juga mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak terutama dari para Dosen dan
teman-teman sekalian untuk menyempurnakan makalah berikutnya.
Atas perhatiannya,saya sebagai penulis mengucapkan terima kasih.
2
DAFTAR ISI
HALAMAN
JUDUL………………………………………………………….........................1
KATA PENGANTAR ……………………………………………………….
…..................….2
DAFTAR ISI ………………………………………………………………….
…......................…3
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR
BELAKANG……………………………………………….................….4
1.2 RUMUSAN MASALAH..………………………………………..................
….5
1.3 TUJUAN…………...……………………………………..
………….......................5
BAB II PEMBAHASAN
A. MENAJEMEN PENANGGULANGAN GIZI DARURAT ………....6
1. Prinsip penanggulangan ………………………………………………...…
6
2. Kegiatan penanggulangan gizi darurat…………………………….6
3. Bentuk kegiatan penanggualangan gizi darurat……………..8
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
Hal ini membuka peluang munculnya bencana baru seperti KLB penyakit
tertentu. Masalah yang sering kali luput dari perhatian ialah kecukupan gizi bagi
penyintas bencana. Penurunan status gizi pasca bencana dapat terjadi akibat
layanan kesehatan terbatas, terputusnya jalur distribusi makanan serta sanitasi
yang buruk (Kementrian Kesehatan RI, 2016)
Kebutuhan layanan kesehatan dan pangan jelas akan meninggkat pada daerah
pasca bencana. Untuk itu manajemen penanggulangan terkhusus untuk
pemenuhan status gizi penyintas bencana, perlu menjadi perhatian semua pihak.
Khususnya kebutuhan nutrisi bayi, balita, anak-anak, ibu hamil serta lansia yang
rentan terserang penyakit pasca bencana terjadi (Tumenggung, 2018).
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa saja prinsip penanggulangan?
2. Apa saja kegiatan penanganan gizi darurat?
3. Apa saja bentuk bantuan penanganan gizi darurat?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa saja prinsip penanggulangan
2. Untuk mengetahui apa saja kegiatan penanganan gizi darurat
3. Untuk mengetahui apa saja bentuk bantuan penanganan gizi darurat
BAB II
PEMBAHASAN
5
A. MENAJEMEN PENANGANAN GIZI DARURAT
6
Fase ini maksimum sampai dengan hari ke-5, Fase ini bertujua
memberikan makanan kepada masyarakat agar tidak lapar. Sasarannya
adalah seluruh pengungsi, dengan kegiatan:
Pemberian makanan jadi dalam waktu sesingkat mungkin.
Pendataan awal: jumlah pengungsi, jenis kelamin, golongan umur.
Penyelenggaraan dapur umum (merujuk ke Depsos), dengan standar
minimal.
b. Fase kedua (fase II) adalah:
Pengungsi sudah lebih dari 5 hari bermukim di tempat pengungsian.
Sudah ada gambaran keadaan umum pengungsi (jumlah, golongan
umur, jenis kelamin, keadaan lingkungan dan sebagainya), sehingga
perencanaan pemberian bahan makanan sudah lebih terinci.
Penyediaan bahan makanan disesuaikan kebutuhan kelompok rawan.
Sasaran pada fase ini adalah seluruh pengungsi dengan kegiatan:
Pengumpulan dan pengolahan data dasar status gizi.
Menentukan strategi intervensi berdasarkan analisis status gizi.
Menentukan strategi intervensi berdasarkan analisis status gizi.
Merencanakan kebutuhan pangan untuk suplementasi gizi.
Menyediakan Paket Bantuan Pangan (ransum) yang cukup melalui
koordinasi dengan sektor terkait, yang mudah di konsumsi oleh
semua golongan umur dengan syarat minimal. Setiap orang
diperhitungkan menerima ransum senilai 2.100 Kkal, 40 gram
lemak dan 50 gram protein per hari.
Diusahakan memberikan pangan sesuai dengan kebiasaan dan
ketersediaan setempat, mudah diangkut, disimpan dan
didistribusikan.
Harus memenuhi kebutuhan vitamin dan mineral.
Mendistribusikan ransum sampai ditetapkan-nya jenis intervensi
gizi berdasarkan hasil data dasar (maksimum 2 minggu).
Memberikan penyuluhan kepada pengungsi tentang kebutuhan
gizi dan cara pengolahan bahan makanan masing-masing
anggota keluarga.
c. Fase ketiga (fase III) adalah:
Tahap ini dimulai selambat-lambatnya pada hari ke-20 di tempat
pengungsian. Kegiatan tahap ini bertujuan untuk menanggulangi masalah
gizi melalui intervensi sesuai tingkat kedaruratan gizi.
Kegiatan:
7
Melakukan penapisan (screening) bila prevalensi gizi kurang balita
10 -14,9% atau 5-9,9% yang disertai dengan faktor pemburuk.
Menyelenggarakan pemberian makanan tambah-an sesuai dengan
jenis intervensi yang telah ditetapkan pada tahap 1 fase II.
Melakukan penyuluhan baik perorangan atau kelompok dengan
materi penyuluhan sesuai dengan butir b.
Memantau perkembangan status gizi melalui surveilans
Melakukan modifikasi/perbaikan intervensi sesuai dengan perubahan
tingkat kedaruratan:
Jika prevalensi gizi kurang >15% atau 10-14,9% dengan faktor
pemburuk, diberikan paket pangan dengan standar minimal per
orang per hari (ransum), dan diberikan PMT darurat untuk balita,
ibu hamil, ibu meneteki dan lansia; serta PMT terapi bagi
penderita gizi buruk.
Jika prevalensi gizi kurang 10-14,9% atau 5- 9,9% dengan
faktor pemburuk diberikan PMT darurat terbatas pada balita,
ibu hamil, ibu meneteki dan lansia yang kurang gizi serta PMT
terapi kepada penderita gizi buruk.
Jika prevalensi gizi kurang <10% tanpa faktor pemburuk
atau <5% dengan faktor pemburuk maka dilakukan
penanganan penderita gizi kurang melalui pelayanan kesehatan
setempat
Penanganan gizi darurat pada bayi dan anak pada umumnya ditujukan
untuk meningkatkan status gizi, kesehatan, dan kelangsungan hidup bayi
dan anak dalam keadaan darurat melalui pemberian makanan yang
optimal. Sementara, secara khusus, penanganan tersebut ditujukan untuk
meningkatkan pengetahuan petugas dalam pemberian makanan bayi dan
anak baduta; meningkatkan ketrampilan petugas dalam mengenali dan
memecahkan masalah pada pemberian makanan bayi dan baduta dalam
keadaan darurat; dan meningkatkan kemampuan petugas dalam
mendukung terhadap pemberian makanan yang baik dalam keadaan
darurat.
8
Pemberian ASI merupakan cara pemberian makanan alami dan terbaik
bagi bayi dan anak baduta, baik dalam situasi normal terlebih dalam
situasi darurat.
Pemberian ASI pada bayi 0-6 bulan:
1) Berikan hanya ASI saja (ASI Eksklusif)
2) Berikan kolostrum
3) Berikan ASI dari kedua payudara. Berikan ASI dari satu
payudara sampai kosong, kemudian pindah ke payudara lainnya.
Pemberian ASI dilakukan 8-10 kali setiap hari.
9
1) Memahami perasaan ibu terhadap kondisi yang sedang dialami
2) Memberikan prioritas kepada ibu menyusui untuk mendapatkan
distribusi makanan tepat waktu
3) Anjurkan ibu agar tenang dan bangkitkan motivasi ibu untuk
menyusui bayinya
4) Anjurkan ibu agar mengonsumsi makanan bergizi seimbang yang
cukup jumlahnya
5) Memastikan ibu mendapat tambahan makanan dan cairan yang
mencukupi
6) Beri pelayanan dan perawatan kesehatan yang memadai
7) Memberikan perhatian khusus dan dukungan terusmenerus pada ibu
untuk mengatasi mitos atau kepercayaan yang salah tentang
menyusui
8) Memberikan penyuluhan pada tokoh masyarakat, tokoh agama dan
keluarga yang dapat mendukung ibu untuk menyusui
9) Menyediakan tempat-tempat untuk menyusui yang memadai atau
kamar laktasi
10) Mengawasi sumbangan susu formula serta menolak sumbangan yang
tidak memiliki label, kemasan yang rusak, bahasa yang tidak
dipahami pengguna, batas kedaluarsa (minimal 6 bulan sebelum
tanggal kadaluarsa)
11) Jika ibu bayi tidak ada (meninggal), ibu sakit berat, atau ibu tidak
dapat menyusui lagi, maka kepada bayi diberikan alternatif lain yaitu:
Mencari kemungkinan donasi ASI dari ibu yang sedang
menyusui
Khusus untuk bayi 0-6 bulan dapat diberikan susuformula,
dengan menggunakan cangkir dan tidak boleh menggunakan
botol atau dot. Susu formula diberikan sesuai dengan petunjuk
penggunaan
Susu formula harus dipersiapkan dengan menggunakan air
masak.
Tidak dianjurkan diberikan makanan lain Susu kental manis
tidak boleh diberikan pada bayi (<1 tahun).
10
tingkat masalah gizi (tingkat kedaruratan), dan untuk mewujudkan
koordinasi lintas program dan lintas sektor. Upaya ini ditujukan bagi
masyarakat pengungsi terutama kelompok rawan yaitu balita, ibu hamil,
ibu.
BAB III
PENUTUP
1.1 KESIMPULAN
Makalah ini menyimpulkan bahwa penanggulangan gizi pasca bencana
sangatlah penting untuk menjadi perhatian semua pihak yang bersangkutan.
Penanggulangan gizi pasca bencana diharapkan mampu meningkatkan dan
menjaga status gizi para penyintas bencana agar tidak terjadi masalah-masalah
kesehatan lainnya yang tidak diinginkan.
1.2 SARAN
Mahasiswa kebidanan diharapkan mengetahui dan memahami tentang
penanggulangan gizi darurat karena merupakan salah satu masalah yang harus
dikuasai karena berkaitan dengan profesinya nanti. Dengan memahaminya tentu
akan lebih mudah dalam menerapkannya dalam kehidupan secara nyata.
11
DAFTAR PUSTAKA
12