Disusun oleh :
Tanggal :
Mengetahui
Ketua Prodi DIII Kebidanan
STIKES Tri Mandiri Sakti Bengkulu
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT Penulis ucapkan karena oleh-Nya Penulis
Kebidanan PKK III pada Ny.A dengan tidak ada halangan suatu apapun.
Tidak lupa Penulis ucapkan banyak terimakasih atas bantuan dan bimbingan
1. Drs, Effendi MS selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Tri Mandiri
Sakti Bengkulu.
Bidan.
5. Keluarga yang telah mendukung dari segi materi dan lain sebagainya.
Semua dorongan yang telah diberikan kepada penulis sangat berarti, semoga
sempurna, maka dari itu penulis sangat mengharapkan keritik serta saran yang
Penulis
i
2
DAFTAR ISI
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan........................................................................................... 33
B. Saran .................................................................................................... 34
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
2
3
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Batuk pilek merupakan gangguan saluran pernafasan atas yang paling sering
mengenai bayi dan anak. Bayi yang masih sangat muda akan sangat mudah tertular,
penularan masih tetap terjadi karena seseorang yang pilek akan sering memegang
hidungnya karena rasa gatal atau membuang ingusnya. Jika tidak segera mencuci tangan
akan menjadi sumber penularan. Batuk pilek adalah infeksi primer nasofaring dan
hidung yang sering mengenai bayi dan anak. Menurut WHO (World Health Organization
=organisasi kesehatan dunia), pengeluaran lendir atau gejala pilek terjadi pada penyakit
flu ringan disebabkan karena infeksi kelompok virus jenis rhinovirus atau
coronavirus.Penyakit ini dapat disertai demam pada anak selama beberapa sampai tiga
hari.Sedangkan pencemaran udara diduga menjadi pencetus infeksi virus pada saluran
napas bagian atas (Wiraguna, 2009). Penyakit batuk pilek juga dapat mengenai orang
dewasa tetapi berbeda karakteristiknya. Pada bayi dan anak penyakit ini cenderung
berlangsung lebih berat karena karena infeksi mencangkup daerah sinus paranasal,
telinga tengah, dan nasofaring disertai demam tinggi, sedangkan pada orang dewasa
hanya terbatas, dan tidak menimbulkan demam yang tinggi. Infeksi Saluran Pernafasan
Atas atau yang selanjutnya disingkat ISPA sering terjadi pada anak-anak. Penyakit batuk
pilek pada balita di Indonesia.
Diperkirakan 3-6 kali per tahun (rata-rata 4 kali per tahun), artinya seorang balita rata-
rata mendapatkan serangan batuk pilek sebanyak 3-6 kali setahun. ISPA merupakan salah
satu penyakit yang banyak diderita oleh anak-anak. ISPA adalah suatu infeksi pada
saluran nafas atas yang disebabkan oleh masuknya mikroorganisme (bakteri dan virus)
kedalam organ pernafasan yang berlangsung selama 14 hari (Depkes RI, 2002). ISPA
sangat umum terjadi pada bayi dan anakanak, sebagian besar disebabkan oleh virus, dan
sehingga tidak ada pengobatan khusus (Purssell, 2009). Flu biasa didefinisikan sebagai
ISPA yang ditandai dengan pilek, batuk ringan, dan demam ringan (Manal, 2008). ISPA
di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah sebanyak penderita pada balita pada tahun ini.
Rendahnya tingkat pendidikan merupakan faktor penyebab ketidaktahuan ibu tentang
ISPA yang berpengaruh terhadap penatalaksanaan ISPA dirumah. Pendidikan ibu yang
rendah mempunyai pengetahuan yang rendah dalam pencegahan dan penanganan
terhadap balita yang sakit. Faktor ekonomi yang dapat mempengaruhi kejadian ISPA
pada anak balita antara lain berupa pendidikan ibu, pengetahuan ibu dan pendapatan
keluarga. Ekonomi dan pendidikan dianggap sebagai faktor resiko penting untuk ISPA.
Peranan dan keterlibatan ibu sangat berpengaruh terhadap penurunan angka kematian
ISPA pada balita. Namun saat ini peranan ibu belum jelas terlihat, terkadang ibu belum
mampu mengenali gejala ISPA yang dialami oleh anaknya sampai memafaatkan
pelayanan kesehatan secara optimal sehingga penyakit ISPA menjadi penyebab kematian
utama pada anak dengan ISPA. Keparahan penyakit dapat menyebabkan
3
4
kekhawatiran orang tua terhadap keselamatan anak (Ingram, 2013). Dukungan dan
kepastian keluarga merupakan elemen penting untuk perawatan anak dengan ISPA.
Penelitian Huriah (2008).
menyebutkan bahwa tingkat pendidikan ibu menunjukkan bahwa prosentase jumlah
ibu yang memiliki tingkat pendidikan rendah, dalam hal ini hanya menempuh pendidikan
sampai jenjang SMP lebih banyak yaitu 41,7% dibandingkan dengan jumlah ibu yang
memiliki tingkat pendidikan tinggi (jenjang SMA sampai Perguruan Tinggi). Hasil
analisis mengenai kemampuan ibu, didapatkan kemampuan ibu dalam perawatan ISPA
pada balita di Dusun Lembahdadi tahun 2008 sebanyak 18 orang (50%) mempunyai
kemampuan yang baik dalam perawatan ISPA, dan 18 orang (50%) mempunyai
kemampuan yang kurang baik dalam perawatan ISPA. Dari hasil tersebut terlihat bahwa
sebagian ibu memiliki kemampuan kurang baik dalam perawatan ISPA. Penelitian
Anggriana, (2013) menyatakan bahwa dari 40 responden, presentasi terbesar dengan
ekonomi > UMR memiliki ISPA pada balita sebanyak 12 responden (80%), dan
presentase terbesar responden dengan ekonomi < UMR memiliki kejadian ISPA
Pneumonia pada balita sebanyak 17 responden (68%). Dari hasil analisis data didapatkan
nilai odds ratio 0,118 yang artinya sosial ekonomi > UMR mempunyai peluang resiko 0,1
kali untuk mendapatkan Infeksi Saluran Pernafasan Atas dibandigkan dengan ekonomi <
UMR.
Penelitian Nafia, (2010) menyebutkan bahwa 55% responden memiliki kemampuan
kurang baik dalam mengatasi demam, 40% responden kurang baik dalam mengatasi
batuk, serta 65,5% responden memiliki kemampuan yang kurang baik dalam mencari
sarana ke pelayanan kesehatan. Penatalaksanaan dini yang benar sangat penting karena
untuk mencegah ISPA bukan pneumonia menjadi pneumonia, dan juga mencegah
pneumonia menjadi pneumonia berat. Ibu memegang peranan penting dalam perawatan
ISPA karena merekalah yang hampir setiap saat mengasuh dan melayani kebutuhan
anaknya termasuk mengenali penyakit secara dini dan pada waktunya mencari bantuan
pengobatan (Mulyana, 2006). Pengobatan sendiri oleh ibu pada balita dengan ISPA
bermaksud agar sembuh atau meringankan penyakit yang diderita, dan biasanya
merupakan tindakan pertama yang diambil sebelum memutuskan untuk dibawa berobat
(Djaja, 2001). Dari hasil survey pendahuluan di Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas
memiliki 27 kecamatan. Menurut laporan Tahunan Dinas Kabupaten banyumas tahun
2012 bahwa jumlah populasi anak balita yang menderita ISPA di Kabupaten Banyumas
adalah balita. (Dinkes Kab. Banyumas, 2012). Kasus ISPA di Kecamatan Karanglewas
jumlah penderita pada bulan Januari Sepetember tahun 2013 adalah 164 penderita. Kasus
ISPA terbanyak pada balita. Berdasarkan studi pendahuluan di Puskesmas Karanglewas
yang terdiri dari 13 desa, peneliti melalukan wawancara dengan 20 ibu balita yang
mempunyai balita ISPA untuk mengetahui pertolongan pertama terhadap ISPA.
B. Rumusan Masalah
4
5
C.Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam
penelitian ini adalah ingin membahas atau mengkaji tentang bagaimana masyarakat merawat
dirinya dengan ISPA di rumah wilayah kerja di PMB “Y” Gading Cempaka kota Bengkulu?
1.Tujuan Umum
2.Tujuan Khusus
a. Melakukan pengkajian data subjektif dan data objektif Asuhan Kebidanan Pada
Ny”B” Umur 22 Tahun dengan Batuk Pilek Di PMB”Y” Kota Bengkulu.
b. Melakukan interpretasi data dasar pada Asuhan Kebidanan Pada Ny”B” Umur 22
Tahun dengan Batuk Pilek Di PMB”Y” Kota Bengkulu.
c. Merumuskan diagnosa dan masalah potensial pada Asuhan Kebidanan Pada Ny”B”
Umur 22 Tahun dengan Batuk Pilek Di PMB”Y” Kota Bengkulu.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi PMB
Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai acuan untuk melaksanakan program
pemberantasan penyakit ISPA khususnya bagi balita dan orang tua yang datang berobat ke
Puskesmas Ciptomulyo dan dapat meningkatkan mutu pelayanan kesehatan dimasa
mendatang.
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan untuk penelitian dan
pengembangan pendidikan dimasa depan mengenai penyakit ISPA pada masyarakat terutama
dalam perawatan penyakit ISPA.
3. Bagi Peneliti
5
6
BAB II
TUJUAN PUSTAKA
A.BATUK PILEK
Penyakit batuk, pilek dan demam merupakan bentuk dari ISPA yang paling sering
menyerang pada balita. ISPA adalah proses inflamasi yang disebabkan oleh virus, bakteri,
atipikal (mikroplasma) atau substansi asing yang melibatkan suatu atau semua bagian saluran
pernafasan (Wong, 2003). Penyakit ini masih dianggap remeh oleh beberapa keluarga dan
tidak berbahaya, sehingga dapat mengenai anak berulang kali. Kebanyakan orang tua tidak
mengerti bahwa penyakit ini dapat menimbulkan penyakit yang lebih berat jika tidak segera
diobati.
Kejadian ISPA di Indonesia berdasarkan prevalensi nasional yaitu sebanyak 25% (16
Provinsi di atas angka nasional), angka kesakitan (morbiditas) pneumonia pada bayi 2,2%,
balita 3%. Angka kematian (mortalitas) pada bayi 23,8% dan balita 15,5% (DepKes, 2008).
Survei awal yang dilakukan pada tanggal 9 Juni 2015 di Puskesmas Ciptomulyo
menunjukkan angka kejadian ISPA pada tahun 2015 sampai bulan Mei 2015 bahwa penderita
ISPA pada anak usia 0- 4 tahun sebanyak 429 kasus. Hasil Penelitian Nurhidayah (2008)
menunjukkan bahwa peran keluarga dalam melakukan perawatan ISPA pada balita yang
cenderung baik sebanyak 36% dan upaya yang cenderung buruk sebanyak 12%. Penelitian ini
menunjukkan bahwa peran orang tua dalam pemberian nutrisi pada balita dengan ISPA
cenderung buruk. Ketika anaknya sakit dan tidak nafsu makan, kebanyakan orang tua
membiarkanya dan memberikan makanan sesuai keinginan anak saja. Penelitian yang
dilakukan oleh Hidayati dalam upaya perawatan yang dilakukan keluarga dalam mencari
pengobatan didapatkan 65 orang tua yang mengerti tentang perawatan langsung di fasilitas
kesehatan dan sebagian orang tua hanya melakukan perawatan di rumah selanjutnya dibawa
ke fasilitas kesehatan jika kondisi anak mulai terlihat parah (Hidayati, 2007).
Peran aktif keluarga dalam menangani ISPA sangat penting, karna penyakit ISPA
merupakan penyakit yang sangat sering terjadi dalam kehidupan keluarga. Hal ini perlu
mendapatkan perhatian serius, karena biasanya keluarga menganggap ISPA pada balita
merupakan penyakit biasa yang sering timbul dan tidak berbahaya serta bisa menghilang
dengan sendirinya. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi pada tanggal 10 Juni 2015 di
Puskesmas Ciptomulyo dengan salah satu ibu yang mempunyai anak usia 3,5 tahun, bahwa
anak sering menderita ISPA terutama saat pergantian musim. Ibu selalu membawa anaknya
ke puskesmas setelah anak tiga hari tidak sembuh dan sudah dirawat dirumah. Menurut ibu,
penyakit anaknya ini sudah biasa dan akan sembuh dengan sendirinya. Peran ayah dalam
merawat anaknya kurang dikarenakan ayah yang sibuk bekerja dan jarang dirumah.
Fenomena ini menunjukkan peran orang tua yang kurang dalam merawat balita dengan ISPA.
Hasil wawancara pada tanggal 10 Juni 2015 dengan petugas Puskesmas Ciptomulyo bahwa
An. S mengalami ISPA berulang dan selalu dibawa ke Puskesmas setelah tiga hari sakit,
sehingga petugas mengenali pasien tersebut.Orang tua (ayah dan ibu) merupakan sasaran
6
7
utama dalam pencegahan suatu penyakit dikarenakan orang tua harus mengetahui dan
mengerti mengenai perawatan balita ISPA yang baik agar anak tidak bertambah parah dan
cepat tertangani. Setiap orang tua mempunyai perannya masing-masing. Bapak sebagai
pencari nafkah, pemimpin keluarga, pendidik, pelindung, dan pemberi rasa aman kepada
anggota keluarga. Ibu sebagai pengurus rumah tangga, pendidik anakanak, pengasuh,
pelindung keluarga dan sebagai pencari nafkah tambahan (Ali,2010). Jika salah satu anggota
keluarga tidak dapat memenuhi suatu peran, maka anggota keluarga lainnya mengambil ahli
kekosongan ini dengan memerankan perannya agar tetap berfungsi dengan baik (Friedman,
2003). Orang tua memiliki peran yang buruk dalam menjaga kesehatan keluarga dapat
mempengaruhi angka kesehatan anggota keluarga terutama anggota keluarga yang masih
balita (Notoadmojo, 2003).
Beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya ISPA yaitu pengetahuan, status gizi,
lingkungan iklim atau cuaca, sikap dan peran keluarga. Peran orang tua yang belum tepat
dalam merawat balita dengan ISPA, seperti terlambat membawa ke fasilitas kesehatan dan
penanganan yang kurang tepat dalam mengatasi tanda da gejala. Hal ini bisa dikarenakan
orang tua belum mengerti bahwa penyakit ISPA adalah penyakit yang berbahaya dan dapat
mengakibatkan penyebaran infeksi yang lebih luas, sehingga akhirnya infeksi menyerang
saluran nafas bagian bawah dan selanjutnya akan menyebabkan radang paru-paru atau
pneumonia yang sangat berbahaya dan menyebabkan kematian. Akibat penyakit ISPA yang
parah ini, maka diperlukan peran orang tua yang aktif dan tepat dalam menangani balita
dengan ISPA dirumah serta peran orang tua yang tanggap dalam memberikan pengobatan.
Penelitian mengenai peran orang tua dalam merawat balita dengan ISPA hanya sedikit,
sehingga penulis tertarik untuk melakukan penelitian ini untuk mengetahui dan membahas
peran orang tua dalam merawat balita dengan ISPA dirumah.
Human rhinovirus (HRV) adalah kelompok virus yang paling banyak menyebabkan
batuk pilek. Selain virus tersebut, penyakit ini juga bisa disebabkan oleh coronavirus,
adenovirus, human parainfluenza virus (HPIV), dan respiratory syncytial virus (RSV).Virus
masuk ke tubuh manusia melalui hidung, mulut, atau bahkan mata, sebelum menimbulkan
gejala. Virus bisa masuk ke dalam tubuh ketika tanpa sengaja menghirup percikan liur
penderita batuk pilek, yang disemburkan ke udara melalui bersin atau batuk. Selain itu, virus
juga bisa masuk ketika seseorang menyentuh permukaan benda yang telah terkontaminasi
percikan liur yang mengandung virus batuk pilek, kemudian menyentuh hidung, mulut, atau
mata sendiri dengan tangan tersebut.Berikut ini adalah sejumlah faktor yang dapat
meningkatkan risiko terkena batuk pilek:
7
8
a.Batuk akut
Batuk akut biasanya muncul ketika kita sedang pilek, flu atau infeksi ringan. Jenis
batuk ini biasanya berlangsung hingga delapan minggu dan bisa diatasi dengan obat-obatan.
Jika kita telah mengonsumsi obat dan batuk terjadi lebih dari dua minggu, maka kita harus
berkonsultasi dengan dokter. Taliercio juga berkata, batuk rejan dan pneumonia bisa
menyebabkan batuk akut. Pada penderita batuk rejan, suara batuk yang dikelaurkan biasanya
sangat kuat dan bisa menyebabkan penderitanya mengalami muntah. Batuk semacam ini bisa
kita atasi dengan mengonsumsi antibiotik. Sementara itu, pneumonia biasanya disebabkan
karena paru-paru terisi penuh dengan cairan. Batuk karena pneumonia biasanya disertau
dnegan munculnya lendir dan juga bisa diatasi dengan antibiotik.
b. Batuk kronis
Batuk kronis merupakan jenis batuk yang terjadi lebih dari delapan minggu dan
disebabkan oleh berbagai penyakit. Pengobatan untuk batuk kronis disesuaikan dengan
kondisi yang mendasarinya. Batuk semacam ini, bisa disebabkan oleh penyakit berikut: -
Penyakit paru obstruktif kronik Kondisi ini menyebabkan peradangan paru-paru yang
menyempit saluran udara dan membuat kita sulit bernafas. Biasanya, hal ini disebabkan oleh
paparan jangka panjang terhadap pemicu iritasi paru-paru, seperti asap rokok. Batuk kronis
karena penyakit ini biasanya disertai dengan lendir, terutama di pagi hari. Untuk
mengatasinya, kita bisa menggunakan bronkodilator, steroid inhalasi, terapi oksigen, dan
menjauhi gaya hidup merokok
terjadi ketika asam lambung mengiritasi kerongkongan. Penyakit ini adalah penyebab
paling umum kedua dari batuk kronis. Batuk karena GERD biasanya tidak disertai dengan
pengeluaran lendir atau batuk kering dan sering terjadi ketika kita berbaring. Untuk
mengatasinya, kita bisa mengonsumsi berbagai obat untuk mengurangi produksi asam.
e.Asma
8
9
1. Bersin-bersin
2. Hidung tersumbat
3. Merasa tidak enak badan atau pegal-pegal
4. Suara serak
5. Tenggorokan gatal atau nyeri tenggorokan
6. Sakit kepala
7. Demam
8. Mata berair
9. Berkurangnya daya penciuman dan pengecapan
10. Merasa ada tekanan pada wajah dan telinga
11. Nyeri telinga
12. Hilang nafsu makan.
Batuk pilek mempunyai gejala seperti pilek, batuk sedikit dan kadangkadang bersin.
Keluar sekret yang cair dan jernih dari hidung. Bila terjadi infeksi sekunder oleh kokus seket
menjadi kental dan purulen. Sekret ini sangat menggangu anak. Sumbatan hidung
menyebabkan anak bernafas dari mulut dan mengakibatkannya gelisah. Pada anak yang lebih
besar kadang-kadang didapatkankeluhan nyeri otot dan pusing. (Ngastiyah, 1997:13)
Banyak virus yang dapat menyebabkan batuk pilek, tetapi yang paling sering adalah
rinovirus (terdapat 100 jenis rinovirus berbeda yang dapat 8 menginfeksi manusia, diikuti
dengan respiratory sincytial virus (RSV), dan adenovirus. Virus yang masuk ke tubuh dan
menginfiltrasi saluran nafas di hidung sampai tenggorokan kita akan memicu rangkaian
reaksi sitem imun (pertahanan tubuh) dan bermanifestasi sebagai gejala-gejala yang dialami.
(Arifianto,2018:93).
9
10
c. Menjauhi penggunaan kompor kayu yang mengotori udara karena asap dari
pembakaran kayu dapat mengurangi daya tahan anak sehingga ank mudah terserang
batuk pilek.
d. Sebisa mungkin menjauhi anak balita dari orang yang sedang terkenabatuk pilek
e. Membiasakan anak mencuci tangan sebelum dan sesudah memegang sesuatu yang telah
tersentuh oleh orang yang sedang terinfeksi batuk pilek. (Einsenberg,1998:637).
a. Batuk pilek ringan : Bila timbul batuk tidak mengganggu tidur, dahak encer, ingus
encer berwarna bening, mata berair, panas tak begitu tinggi atau tidak lebih dari 380
c.Batuk pilek ini berlangsung selama 5 – 6 hari. (Ngastiyah, 1997:12)
b. Batuk pilek sedang : Dahak kental berwarna kuning kehijauan, ingus kental berwarna
kehijauan, panas tinggi lebih dari 380.c, tenggorokansakit pada saat menelan.
c. Batuk pilek berat : Panas tinggi di sertai sesak napas ngorok, stridor,kadang-kadang
disertai penurunan kesadaran (contoh: pneumonia).(Departement kesehatan RI, 1998)
a. Metode farmakologi.
1) Dekongestan
Bertujuan melegakan hidung tersumbat. Obat jenis ini mempunyai efek samping
jantung berdebar-debar dan mmembuat anak gelisah. (Depkes RI, 2007)
2) Antihistamin
3) Antipiretik
Dapat digunakan jika anak mengalami demam dan rewel.Inilah satu-satunya jenis
obat yang paling aman digunakan dan diperbolehkan untuk diminum saat anak mengalami
batuk pilek.(Arikunto,2018 :100). Dosis yang dapat diberikan untuk anak 2 – 6tahun adalah 1
– 2 sendok teh atau 120 – 250 mg. (Depkes RI,2007).
1) Akupresur
Akupresur atau akupunktur tanpa jarum merupakan salah satu metode pengobatan/
penyehatan dengan melakukan pemijatan/penekanan jari di permukaan kulit, dimana
pemijatan atau penekanan tersebut akan mengurangi ketegangan, meningkatkan sirkulasi
darah dan merangsang kekuatan energi tubuh untuk menyembuhkan atau menyehatkan.
Akupresur merupakan metode yang efektif terutama untuk terapi diri sendiri, menghilangkan
10
11
ketegangan otot maupun tekanan stress dan mengurangi keluhan gangguan-gangguan tertentu
(Helena, 2017:7).
Stimulasi pada titik-titik Akupresur tidak hanya dapat menghilangkan sumbatan pada
jalur meredian, juga dadapan meningkatkan QI (energi vital). (Helena, 2017:8)
2) Teh Jahe
Irisan jahe sebaiknya di campurkan dengan teh. Teh jahe sangatlah baik untuk
mengatasi batuk berdahak dan telah dipercaya oleh banyak masyrakat di negara-negara Asia.
Mengonsumsinya 2 kali dalam sehari akan membantu mengatasi batuk berdahak.(Kemenkes
RI,2015)
Lada putih juga memiliki khasiat yang baik. Campurkanlah lada putih pada teh madu
anda maka batuk berdahak bisa anda atasisecepatnya. Lada putih yang memiliki sensasi
panas akan merangsang dahak menjadi cair dan mengurangi sensasi batuk karena lendir.
(Kemenkes RI,2015).
Manajemen kebidanan terdiri dari beberapa langkah yang berurutan, yang dimulai
dengan pengumpulan data dasar dan berakhir dengan evaluasi. Langkah-langkah tersebut
membentuk kerangka yang lengkap yang bias diaplikasikan dalam semua situasi. Akan tetapi,
setiap langkah tersebut bisa dipecah-pecah kedalam tugas-tugas tertentu dan semuanya
11
12
bervariasi sesuai dengan kondisi klien. Berikut adalah langkah-langkah dalam proses
penatalaksanaan menurut varney.
a.Langkah 1 (Pengkajian)
Pengkajian merupakan langkah mengumpulkan semua data yang akurat dan lengkap
dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien secara keseluruhan. Bidan dapat
melakukan pengkajian dengan efektif, maka harus menggunakan format pengkajian yang
terstandar agar pertanyaan yang diajukan lebih terarah dan relevan.Pengkalian data dibagi
menjadi :
1.Data Subjektif
2.Data Objektif
Data objektif dapat di peroleh melalui pemeriksaan fisik sesuai kebutuhan dan
pemeriksaan tanda-tanda vital; dan pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan fisik dilakukan
dengan cara inspeksi, palpasi, auskultasi dan perkusi.
12
13
1).Diagnosa Kebidanan
Diagnosa dapat ditegakkan yang berkaitan dengan Abortus, anak hidup, umur ibu dan
keadaan Nifas.Data dasar meliputi :
a).Data Subjektif
ibu tentang jumlah persalinan, apakah pernah abortus atau tidak, keterangan ibu
tentang umur, keterangan ibu tentang keluhannya.
b).Data Objektif
Palpasi tentang tinggi fundus uteri dan kontraksi, hasil pemeriksaan tentang
pengeluaran pervaginam, hasil pemeriksaan tanda-tanda vital.
2).Masalah
a).Data Subjektif
b).Data objektif
Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang sudah dilihat dari
kondisi pasien atau dari setiap masalah yang berkaitan, tetapi juga berkaitan dengan kerangka
pedoman antisipasi bagi wanita tersebut yaitu apa yang akan terjadi
berikutnya(Ambarwati,2009 ).
13
14
Pada langkah ini, rencana asuhan menyeluruh seperti yang diuraikan pada langkah
kelima diatas dilaksanakan secara efisien dan aman. Realisasi perencanaan dapat dilakukan
oleh bidan, pasien, atau anggota keluarga lain. Jika bidan tidak melakukannya, ia tetap
memikul tanggung jawab atas terlaksananya seluruh perencanaan. Manajemen yang efisien
akan menyingkat waktu, biaya, dan meningkatkan mutu asuhan. Berikut adalah beberapa
contoh pelaksanaan perencanaan asuhan berdasarkan peran bidan dalam tindakan mandiri,
kolaborasi, dan tindakan pengawasan.
Hal yang dievaluasi meliputi apakah kebutuhan telah terpenuhi dan mengatasi
diagnosis dan masalah yang telah diidentifikasi. Rencana tersebut dianggap efektif jika
memang benar efektif dalam pelaksanaannya. Ada kemungkinan bahwa sebagian rencana
tersebut efektif, sedangkan sebagian lain belum efektif.
a.Subjektif (S)
b.Objektif (O)
Data ini memberikan bukti gejala klinis pasien dan fakta yang berhubungan dengan
diagnosa. Data digolongkan dalam katagori ini, antara lain: data psikologik, hasil observasi
yang jujur dan informasi kajian teknologi (hasil px lab, Ro, CTG, USG dan lain-lain). Ada
pendapat yang memasukkan laporan dari keluarga juga masuk katagori ini. Apa yang dapat
diobservasi oleh bidan/perawat akan menjadi komponen penting dari diagnosa yang akan
ditegakkan.
c.Assesment (A)
14
15
dinamik. Mengikuti perkembangan pasien dan menjamin segala parubahan baru dapat
diketahui dandapat diikuti sehingga dapat diambil tindakan yang tepat.
d.Planning
15
16
BAB III
TINJAUAN KASUS
A.Tinjauan Kasus
Tempat : PMB Y
No Register :-
1.Pengkajian
A.Subjektif
1.Biodata
Umur : 22 Tahun
Kebangsaan : Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Mahasiswa
2.Keluhan Utama
3.Riwayat Kesehatan
Pasien sedang tidak menderita penyakit seperti tumor,polip dan penyakit menular
lainnya
16
17
Pasien mengatakan tidak pernah menderita riwayat penyakit asma, jantung, TBC,
DM, hepatitis dan darah tinggi.
4.Riwayat Menstruasi
a.Menarche : 14 tahun
b.Lama : 7 hari
c.Siklus : 28 hari
9.Kebutuhan Sehari-hari
a.Nutrisi
Makan
Frekuensi : 3x sehari
Porsi :1 piring
Minum
b.Pola Eliminasi
BAB
Frekuensi : 1x/hari
17
18
BAK
Frekuens : 4-5x/hari i
d.Personal Hygine
Mandi : 3x/hari
Keramas : 3x/minggu
e.Kebiasaan berobat
B.Objektif
1.Pemeriksaan umum
Tanda-tanda vital
Nadi : 84 x/menit
Pernafasan : 24 x/menit
Suhu : 37 ºC
2.Pemeriksaan fisik
a.Kepala
1) Bentuk : Simetris
18
19
4) Kebersihan : Bersih
b.Mata
1) Bentuk : Simetris
2) SKlera : An Ikterik
3) Konjungtiva : an Anemis
c.Hidung
1) Bentuk : Simetris
3) Kebrsihan : Bersih
d.Mulut
1) Bentuk : Simetris
e.Telinga
1) Bentuk : Simetris
f.Leher
19
20
g.Payudara
i.Genetalia
j.Ekstremitas
-Atas
2) Kebrsihan : Bersih
-Bawah
2) Kebrsihan : Bersih
2.Interpretasi Data
a) Diagnosa Kebidanan
Ny “B” umur 22 tahun dengan batuk pilek di PMB “Y” Kota Bengkulu.
Do:
Pada kasus ny” B” umur 22 tahun dengan batuk pilek tidak diemukan diagnose
potensial.
b)Masalah
Masalah yang muncul pada Ny “Y” yaitu batuk pilek yang sudah di alami dari
3 hari yang lalu.
20
21
Pada kasus ny” B” umur 22 tahun dengan batuk pilek tidak diemukan
diagnose potensial.
4.Tindakan Segera/Kolaborasi
6.Pelaksanaan Asuhan
7.Evaluasi
21
22
BAB IV
PEMBAHASAN
Diperkirakan 3-6 kali per tahun (rata-rata 4 kali per tahun), artinya seorang balita rata-
rata mendapatkan serangan batuk pilek sebanyak 3-6 kali setahun. ISPA merupakan salah
satu penyakit yang banyak diderita oleh anak-anak. ISPA adalah suatu infeksi pada saluran
nafas atas yang disebabkan oleh masuknya mikroorganisme (bakteri dan virus) kedalam
organ pernafasan yang berlangsung selama 14 hari (Depkes RI, 2002). ISPA sangat umum
terjadi pada bayi dan anakanak, sebagian besar disebabkan oleh virus, dan sehingga tidak ada
pengobatan khusus (Purssell, 2009). Flu biasa didefinisikan sebagai ISPA yang ditandai
dengan pilek, batuk ringan, dan demam ringan (Manal, 2008). ISPA di Kabupaten Klaten,
Jawa Tengah sebanyak penderita pada balita pada tahun ini. Rendahnya tingkat pendidikan
merupakan faktor penyebab ketidaktahuan ibu tentang ISPA yang berpengaruh terhadap
penatalaksanaan ISPA dirumah. Pendidikan ibu yang rendah mempunyai pengetahuan yang
rendah dalam pencegahan dan penanganan terhadap balita yang sakit. Faktor ekonomi yang
dapat mempengaruhi kejadian ISPA pada anak balita antara lain berupa pendidikan ibu,
pengetahuan ibu dan pendapatan keluarga. Ekonomi dan pendidikan dianggap sebagai faktor
resiko penting untuk ISPA. Peranan dan keterlibatan ibu sangat berpengaruh terhadap
penurunan angka kematian ISPA pada balita. Namun saat ini peranan ibu belum jelas terlihat,
terkadang ibu belum mampu mengenali gejala ISPA yang dialami oleh anaknya sampai
memafaatkan pelayanan kesehatan secara optimal sehingga penyakit ISPA menjadi penyebab
kematian utama pada anak dengan ISPA.Keparahan penyakit dapat menyebabkan
kekhawatiran orang tua terhadap keselamatan anak (Ingram, 2013). Dukungan dan kepastian
keluarga merupakan elemen penting untuk perawatan anak dengan ISPA. Penelitian Huriah
(2008).
22
23
dalam perawatan ISPA, dan 18 orang (50%) mempunyai kemampuan yang kurang baik
dalam perawatan ISPA. Dari hasil tersebut terlihat bahwa sebagian ibu memiliki kemampuan
kurang baik dalam perawatan ISPA. Penelitian Anggriana, (2013) menyatakan bahwa dari 40
responden, presentasi terbesar dengan ekonomi > UMR memiliki ISPA pada balita sebanyak
12 responden (80%), dan presentase terbesar responden dengan ekonomi < UMR memiliki
kejadian ISPA Pneumonia pada balita sebanyak 17 responden (68%). Dari hasil analisis data
didapatkan nilai odds ratio 0,118 yang artinya sosial ekonomi > UMR mempunyai peluang
resiko 0,1 kali untuk mendapatkan Infeksi Saluran Pernafasan Atas dibandigkan dengan
ekonomi < UMR.
23
24
BAB V
PENUTUP
A.Kesimpulan
Asuhan kebidanan pada Ny B umur 22 tahun dengan Retensio Batuk Pilek . Dapat di
terapkan melalui pendekatan manajeman kebidanan dengan metode 7 langkah varney dan
SOAP di antara nya sebagai berikut:
1. Setelah dilakukan pengkajian data terhadap Ny B dengan Batuk pilek maka di peroleh
identitas Ny.B umur 22 tahun . pada hasil pemeriksaan data objektif dan
pemeriksaan fisik di per oleh hasilkeadaan umum : Baik, kesadaran : composmentis,
Tekanan darah:120/70 mmhg, Nadi: 84 x/menit, Pernafasan: 24 x/menit dan Suhu: 37
ºC.
2. Melakukan interprestasi data yang di peroleh berdasarkan pengkajian yaituNy “B”
umur 22 tahun dengan Batuk Pilek.
3. Mengidentifikasi diagnosa potensial yang mungkin terjadi pada Ny B dengan Batuk
Pilek tidak ditemukan diagnosa potensial.
4. Mengidentifikasi kebutuhan akan tindakan segera pada Ny B umur 22 tahun dengan
batuk pilek yaitu dengan mengonsumsi teh jahe serta memberikan
Ambroxol,Trifed ,CTM
5. Melakukan evaluasi pendokumentasian telah dilakukan dan di buat dalam bentuk
Varney dan SOAP.
24
25
B.Saran
3. Bagi Mahasiswa
Semoga dari hasil Laporan Tugas individu patologis ini diharapkan dapat membantu
dan menambah pengetahuan dan bisa mengaplikasikan dengan pendidikan khususnya
tentang asuhan kebidanan dan penatalaksanaan pada ibu beralin dengan Retensio
Plasenta.Agar terciptanya bidan yang terampil, professional dan mandiri.
25
26
DAFTAR PUSTAKA
2(03), pp.100–103.
Pujiarto PS. Batuk Pilek (Common Cold) pada Anak. Heal Gaz [Internet].
2014.
Gitawari R. Bahan Aktif Dalam Kombinasi Obat Flu dan Batuk-Pilek, dan
2014. p. 10-18.
26
27
27