Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN KASUS PRAKTIK MANDIRI BIDAN

ASUHAN KEBIDANAN BATUK PILEK PADA Ny “B”UMUR 22 TAHUN


DI BPM Y KOTA BENGKULU

Disusun oleh :

SELLA NANDA ALISA LESTI YANTI


NPM. 1726030011

PROGRAM STUDI JENJANG DIII KEBIDANAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
TRI MANDIRI SAKTI
BENGKULU
2020/2021
LEMBAR PENGESAHAN

ASUHAN KEBIDANAN BATUK PILEK PADA Ny “B”UMUR 22 TAHUN


DI BPM Y KOTA BENGKULU

Laporan Individu Praktek Mandiri Bidan

Telah Memenuhi Persyaratan dan di Setujui

Tanggal :

Menyetujui dan Mengesahkan

Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan

Watherlis apriani , SST, M. Kes Yulismita, SST

Mengetahui
Ketua Prodi DIII Kebidanan
STIKES Tri Mandiri Sakti Bengkulu

Yuni Ramadhaniati , SST,M.Kes


i

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT Penulis ucapkan karena oleh-Nya Penulis

diberi rahmat serta hindayahnya sehingga Penulis bias menyelesaikan Asuhan

Kebidanan PKK III pada Ny.A dengan tidak ada halangan suatu apapun.

Tidak lupa Penulis ucapkan banyak terimakasih atas bantuan dan bimbingan

dari berbagai pihak kepada :

1. Drs, Effendi MS selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Tri Mandiri

Sakti Bengkulu.

2. Yuni Ramadhaniati, SST, M. Kes selaku Ketua Prodi kebidanan Sekolah

Tinggi Ilmu Kesehatan Tri Mandiri Sakti Bengkulu.

3. YuniRamadhaniati,SST,M.Kes Selaku dosen pembimbing Praktik Mandiri

Bidan.

4. Z.Muharamah,SST Selaku pembimbing lahan di Praktek Mandiri Bidan.

5. Keluarga yang telah mendukung dari segi materi dan lain sebagainya.

6. Teman-teman yang telah membantu dan memberikan dukungan sehingga

laporan ini bisa selesai tepat waktu.

Semua dorongan yang telah diberikan kepada penulis sangat berarti, semoga

dapat balasan yang lebih dari Allah SWT, Amin.

Penulis menyadari dalam menyusun Asuhan Kebidanan ini jauh dari

sempurna, maka dari itu penulis sangat mengharapkan keritik serta saran yang

sifatnya membangun demi perbaikan Asuhan Kebidanan.

Bengkulu, Februari 2021

Penulis

i
2

DAFTAR ISI

HALAMAN DEPAN ..................................................................................... i


HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... ii
KATA PENGANTAR ................................................................................... iii
DAFTAR ISI................................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................. 3
C. Tujuan................................................................................................... 3
D. Manfaat ................................................................................................ 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Batuk Pilek............................................................................................ 5
1. Definisi ............................................................................................ 5
2. Penyebab Batuk Pilek....................................................................... 6
3. Jenis-jenis Batuk Pilek...................................................................... 7
4.Tanda dan Gejala Batuk Pilek .......................................................... 7
5.Gambaran Klinis Batuk Pilek............................................................ 8
6. Patofisiologis Batuk Pilek................................................................. 9
7.Klasifikasi Batuk Pilek...................................................................... 10
8.Metodek Pengobatan Batuk Pilek...................................................... 13
B. Manajemen Kebidanan Varney dan SOAP ......................................... 14
1.Pengertian manajemen varney dan SOAP......................................... 15
2.Langkah-Langkah kebidanan SOAP................................................. 16
BAB III TINJAUAN KASUS........................................................................ 21
BAB IV PEMBAHASAN............................................................................... 31

BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan........................................................................................... 33
B. Saran .................................................................................................... 34

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

2
3

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang
Batuk pilek merupakan gangguan saluran pernafasan atas yang paling sering
mengenai bayi dan anak. Bayi yang masih sangat muda akan sangat mudah tertular,
penularan masih tetap terjadi karena seseorang yang pilek akan sering memegang
hidungnya karena rasa gatal atau membuang ingusnya. Jika tidak segera mencuci tangan
akan menjadi sumber penularan. Batuk pilek adalah infeksi primer nasofaring dan
hidung yang sering mengenai bayi dan anak. Menurut WHO (World Health Organization
=organisasi kesehatan dunia), pengeluaran lendir atau gejala pilek terjadi pada penyakit
flu ringan disebabkan karena infeksi kelompok virus jenis rhinovirus atau
coronavirus.Penyakit ini dapat disertai demam pada anak selama beberapa sampai tiga
hari.Sedangkan pencemaran udara diduga menjadi pencetus infeksi virus pada saluran
napas bagian atas (Wiraguna, 2009). Penyakit batuk pilek juga dapat mengenai orang
dewasa tetapi berbeda karakteristiknya. Pada bayi dan anak penyakit ini cenderung
berlangsung lebih berat karena karena infeksi mencangkup daerah sinus paranasal,
telinga tengah, dan nasofaring disertai demam tinggi, sedangkan pada orang dewasa
hanya terbatas, dan tidak menimbulkan demam yang tinggi. Infeksi Saluran Pernafasan
Atas atau yang selanjutnya disingkat ISPA sering terjadi pada anak-anak. Penyakit batuk
pilek pada balita di Indonesia.

Diperkirakan 3-6 kali per tahun (rata-rata 4 kali per tahun), artinya seorang balita rata-
rata mendapatkan serangan batuk pilek sebanyak 3-6 kali setahun. ISPA merupakan salah
satu penyakit yang banyak diderita oleh anak-anak. ISPA adalah suatu infeksi pada
saluran nafas atas yang disebabkan oleh masuknya mikroorganisme (bakteri dan virus)
kedalam organ pernafasan yang berlangsung selama 14 hari (Depkes RI, 2002). ISPA
sangat umum terjadi pada bayi dan anakanak, sebagian besar disebabkan oleh virus, dan
sehingga tidak ada pengobatan khusus (Purssell, 2009). Flu biasa didefinisikan sebagai
ISPA yang ditandai dengan pilek, batuk ringan, dan demam ringan (Manal, 2008). ISPA
di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah sebanyak penderita pada balita pada tahun ini.
Rendahnya tingkat pendidikan merupakan faktor penyebab ketidaktahuan ibu tentang
ISPA yang berpengaruh terhadap penatalaksanaan ISPA dirumah. Pendidikan ibu yang
rendah mempunyai pengetahuan yang rendah dalam pencegahan dan penanganan
terhadap balita yang sakit. Faktor ekonomi yang dapat mempengaruhi kejadian ISPA
pada anak balita antara lain berupa pendidikan ibu, pengetahuan ibu dan pendapatan
keluarga. Ekonomi dan pendidikan dianggap sebagai faktor resiko penting untuk ISPA.
Peranan dan keterlibatan ibu sangat berpengaruh terhadap penurunan angka kematian
ISPA pada balita. Namun saat ini peranan ibu belum jelas terlihat, terkadang ibu belum
mampu mengenali gejala ISPA yang dialami oleh anaknya sampai memafaatkan
pelayanan kesehatan secara optimal sehingga penyakit ISPA menjadi penyebab kematian
utama pada anak dengan ISPA. Keparahan penyakit dapat menyebabkan

3
4

kekhawatiran orang tua terhadap keselamatan anak (Ingram, 2013). Dukungan dan
kepastian keluarga merupakan elemen penting untuk perawatan anak dengan ISPA.
Penelitian Huriah (2008).
menyebutkan bahwa tingkat pendidikan ibu menunjukkan bahwa prosentase jumlah
ibu yang memiliki tingkat pendidikan rendah, dalam hal ini hanya menempuh pendidikan
sampai jenjang SMP lebih banyak yaitu 41,7% dibandingkan dengan jumlah ibu yang
memiliki tingkat pendidikan tinggi (jenjang SMA sampai Perguruan Tinggi). Hasil
analisis mengenai kemampuan ibu, didapatkan kemampuan ibu dalam perawatan ISPA
pada balita di Dusun Lembahdadi tahun 2008 sebanyak 18 orang (50%) mempunyai
kemampuan yang baik dalam perawatan ISPA, dan 18 orang (50%) mempunyai
kemampuan yang kurang baik dalam perawatan ISPA. Dari hasil tersebut terlihat bahwa
sebagian ibu memiliki kemampuan kurang baik dalam perawatan ISPA. Penelitian
Anggriana, (2013) menyatakan bahwa dari 40 responden, presentasi terbesar dengan
ekonomi > UMR memiliki ISPA pada balita sebanyak 12 responden (80%), dan
presentase terbesar responden dengan ekonomi < UMR memiliki kejadian ISPA
Pneumonia pada balita sebanyak 17 responden (68%). Dari hasil analisis data didapatkan
nilai odds ratio 0,118 yang artinya sosial ekonomi > UMR mempunyai peluang resiko 0,1
kali untuk mendapatkan Infeksi Saluran Pernafasan Atas dibandigkan dengan ekonomi <
UMR.
Penelitian Nafia, (2010) menyebutkan bahwa 55% responden memiliki kemampuan
kurang baik dalam mengatasi demam, 40% responden kurang baik dalam mengatasi
batuk, serta 65,5% responden memiliki kemampuan yang kurang baik dalam mencari
sarana ke pelayanan kesehatan. Penatalaksanaan dini yang benar sangat penting karena
untuk mencegah ISPA bukan pneumonia menjadi pneumonia, dan juga mencegah
pneumonia menjadi pneumonia berat. Ibu memegang peranan penting dalam perawatan
ISPA karena merekalah yang hampir setiap saat mengasuh dan melayani kebutuhan
anaknya termasuk mengenali penyakit secara dini dan pada waktunya mencari bantuan
pengobatan (Mulyana, 2006). Pengobatan sendiri oleh ibu pada balita dengan ISPA
bermaksud agar sembuh atau meringankan penyakit yang diderita, dan biasanya
merupakan tindakan pertama yang diambil sebelum memutuskan untuk dibawa berobat
(Djaja, 2001). Dari hasil survey pendahuluan di Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas
memiliki 27 kecamatan. Menurut laporan Tahunan Dinas Kabupaten banyumas tahun
2012 bahwa jumlah populasi anak balita yang menderita ISPA di Kabupaten Banyumas
adalah balita. (Dinkes Kab. Banyumas, 2012). Kasus ISPA di Kecamatan Karanglewas
jumlah penderita pada bulan Januari Sepetember tahun 2013 adalah 164 penderita. Kasus
ISPA terbanyak pada balita. Berdasarkan studi pendahuluan di Puskesmas Karanglewas
yang terdiri dari 13 desa, peneliti melalukan wawancara dengan 20 ibu balita yang
mempunyai balita ISPA untuk mengetahui pertolongan pertama terhadap ISPA.

B. Rumusan Masalah

Bagaimanakah masyarakat dalam merawat diri dengan penyakit ISPA di rumah


wilayah kerja PMB “Y” Gading Cempaka kota Bengkulu?

4
5

C.Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam
penelitian ini adalah ingin membahas atau mengkaji tentang bagaimana masyarakat merawat
dirinya dengan ISPA di rumah wilayah kerja di PMB “Y” Gading Cempaka kota Bengkulu?

1.Tujuan Umum

Melaksanakan penanganan asuhan kebidanan pada ibu Bersalindengan Retensio


Plasenta sesuai teori manajemen kebidanan yang diaplikasikan dalam asuhan kebidanan
dengan metode Varney dan Soap.

2.Tujuan Khusus

a. Melakukan pengkajian data subjektif dan data objektif Asuhan Kebidanan Pada
Ny”B” Umur 22 Tahun dengan Batuk Pilek Di PMB”Y” Kota Bengkulu.
b. Melakukan interpretasi data dasar pada Asuhan Kebidanan Pada Ny”B” Umur 22
Tahun dengan Batuk Pilek Di PMB”Y” Kota Bengkulu.
c. Merumuskan diagnosa dan masalah potensial pada Asuhan Kebidanan Pada Ny”B”
Umur 22 Tahun dengan Batuk Pilek Di PMB”Y” Kota Bengkulu.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi PMB

Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai acuan untuk melaksanakan program
pemberantasan penyakit ISPA khususnya bagi balita dan orang tua yang datang berobat ke
Puskesmas Ciptomulyo dan dapat meningkatkan mutu pelayanan kesehatan dimasa
mendatang.

2. Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan untuk penelitian dan
pengembangan pendidikan dimasa depan mengenai penyakit ISPA pada masyarakat terutama
dalam perawatan penyakit ISPA.

3. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini dapat meningkatkan pengetahuan peneliti tentang bagaimana


merawat diri dengan penyakit ISPA dan dapat menerapkan teori yang diperoleh di
perkuliahan tentang ISPA dilahan nya.

5
6

BAB II

TUJUAN PUSTAKA

A.BATUK PILEK

1.Definisi batuk pilek

Penyakit batuk, pilek dan demam merupakan bentuk dari ISPA yang paling sering
menyerang pada balita. ISPA adalah proses inflamasi yang disebabkan oleh virus, bakteri,
atipikal (mikroplasma) atau substansi asing yang melibatkan suatu atau semua bagian saluran
pernafasan (Wong, 2003). Penyakit ini masih dianggap remeh oleh beberapa keluarga dan
tidak berbahaya, sehingga dapat mengenai anak berulang kali. Kebanyakan orang tua tidak
mengerti bahwa penyakit ini dapat menimbulkan penyakit yang lebih berat jika tidak segera
diobati.

Kejadian ISPA di Indonesia berdasarkan prevalensi nasional yaitu sebanyak 25% (16
Provinsi di atas angka nasional), angka kesakitan (morbiditas) pneumonia pada bayi 2,2%,
balita 3%. Angka kematian (mortalitas) pada bayi 23,8% dan balita 15,5% (DepKes, 2008).
Survei awal yang dilakukan pada tanggal 9 Juni 2015 di Puskesmas Ciptomulyo
menunjukkan angka kejadian ISPA pada tahun 2015 sampai bulan Mei 2015 bahwa penderita
ISPA pada anak usia 0- 4 tahun sebanyak 429 kasus. Hasil Penelitian Nurhidayah (2008)
menunjukkan bahwa peran keluarga dalam melakukan perawatan ISPA pada balita yang
cenderung baik sebanyak 36% dan upaya yang cenderung buruk sebanyak 12%. Penelitian ini
menunjukkan bahwa peran orang tua dalam pemberian nutrisi pada balita dengan ISPA
cenderung buruk. Ketika anaknya sakit dan tidak nafsu makan, kebanyakan orang tua
membiarkanya dan memberikan makanan sesuai keinginan anak saja. Penelitian yang
dilakukan oleh Hidayati dalam upaya perawatan yang dilakukan keluarga dalam mencari
pengobatan didapatkan 65 orang tua yang mengerti tentang perawatan langsung di fasilitas
kesehatan dan sebagian orang tua hanya melakukan perawatan di rumah selanjutnya dibawa
ke fasilitas kesehatan jika kondisi anak mulai terlihat parah (Hidayati, 2007).

Peran aktif keluarga dalam menangani ISPA sangat penting, karna penyakit ISPA
merupakan penyakit yang sangat sering terjadi dalam kehidupan keluarga. Hal ini perlu
mendapatkan perhatian serius, karena biasanya keluarga menganggap ISPA pada balita
merupakan penyakit biasa yang sering timbul dan tidak berbahaya serta bisa menghilang
dengan sendirinya. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi pada tanggal 10 Juni 2015 di
Puskesmas Ciptomulyo dengan salah satu ibu yang mempunyai anak usia 3,5 tahun, bahwa
anak sering menderita ISPA terutama saat pergantian musim. Ibu selalu membawa anaknya
ke puskesmas setelah anak tiga hari tidak sembuh dan sudah dirawat dirumah. Menurut ibu,
penyakit anaknya ini sudah biasa dan akan sembuh dengan sendirinya. Peran ayah dalam
merawat anaknya kurang dikarenakan ayah yang sibuk bekerja dan jarang dirumah.
Fenomena ini menunjukkan peran orang tua yang kurang dalam merawat balita dengan ISPA.
Hasil wawancara pada tanggal 10 Juni 2015 dengan petugas Puskesmas Ciptomulyo bahwa
An. S mengalami ISPA berulang dan selalu dibawa ke Puskesmas setelah tiga hari sakit,
sehingga petugas mengenali pasien tersebut.Orang tua (ayah dan ibu) merupakan sasaran

6
7

utama dalam pencegahan suatu penyakit dikarenakan orang tua harus mengetahui dan
mengerti mengenai perawatan balita ISPA yang baik agar anak tidak bertambah parah dan
cepat tertangani. Setiap orang tua mempunyai perannya masing-masing. Bapak sebagai
pencari nafkah, pemimpin keluarga, pendidik, pelindung, dan pemberi rasa aman kepada
anggota keluarga. Ibu sebagai pengurus rumah tangga, pendidik anakanak, pengasuh,
pelindung keluarga dan sebagai pencari nafkah tambahan (Ali,2010). Jika salah satu anggota
keluarga tidak dapat memenuhi suatu peran, maka anggota keluarga lainnya mengambil ahli
kekosongan ini dengan memerankan perannya agar tetap berfungsi dengan baik (Friedman,
2003). Orang tua memiliki peran yang buruk dalam menjaga kesehatan keluarga dapat
mempengaruhi angka kesehatan anggota keluarga terutama anggota keluarga yang masih
balita (Notoadmojo, 2003).

Beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya ISPA yaitu pengetahuan, status gizi,
lingkungan iklim atau cuaca, sikap dan peran keluarga. Peran orang tua yang belum tepat
dalam merawat balita dengan ISPA, seperti terlambat membawa ke fasilitas kesehatan dan
penanganan yang kurang tepat dalam mengatasi tanda da gejala. Hal ini bisa dikarenakan
orang tua belum mengerti bahwa penyakit ISPA adalah penyakit yang berbahaya dan dapat
mengakibatkan penyebaran infeksi yang lebih luas, sehingga akhirnya infeksi menyerang
saluran nafas bagian bawah dan selanjutnya akan menyebabkan radang paru-paru atau
pneumonia yang sangat berbahaya dan menyebabkan kematian. Akibat penyakit ISPA yang
parah ini, maka diperlukan peran orang tua yang aktif dan tepat dalam menangani balita
dengan ISPA dirumah serta peran orang tua yang tanggap dalam memberikan pengobatan.
Penelitian mengenai peran orang tua dalam merawat balita dengan ISPA hanya sedikit,
sehingga penulis tertarik untuk melakukan penelitian ini untuk mengetahui dan membahas
peran orang tua dalam merawat balita dengan ISPA dirumah.

2.Penyebab Batuk Pilek

Human rhinovirus (HRV) adalah kelompok virus yang paling banyak menyebabkan
batuk pilek. Selain virus tersebut, penyakit ini juga bisa disebabkan oleh coronavirus,
adenovirus, human parainfluenza virus (HPIV), dan respiratory syncytial virus (RSV).Virus
masuk ke tubuh manusia melalui hidung, mulut, atau bahkan mata, sebelum menimbulkan
gejala. Virus bisa masuk ke dalam tubuh ketika tanpa sengaja menghirup percikan liur
penderita batuk pilek, yang disemburkan ke udara melalui bersin atau batuk. Selain itu, virus
juga bisa masuk ketika seseorang menyentuh permukaan benda yang telah terkontaminasi
percikan liur yang mengandung virus batuk pilek, kemudian menyentuh hidung, mulut, atau
mata sendiri dengan tangan tersebut.Berikut ini adalah sejumlah faktor yang dapat
meningkatkan risiko terkena batuk pilek:

1. Berada di tengah keramaian (pasar, sekolah, kantor, atau kendaraan umum)


2. Memiliki sistem kekebalan tubuh yang rendah
3. Memiliki riwayat penyakit kronis
4. Usia anak-anak
5. Merokok
6. Udara dingin.

7
8

3.Jenis-jenis batuk pilek

a.Batuk akut

Batuk akut biasanya muncul ketika kita sedang pilek, flu atau infeksi ringan. Jenis
batuk ini biasanya berlangsung hingga delapan minggu dan bisa diatasi dengan obat-obatan.
Jika kita telah mengonsumsi obat dan batuk terjadi lebih dari dua minggu, maka kita harus
berkonsultasi dengan dokter. Taliercio juga berkata, batuk rejan dan pneumonia bisa
menyebabkan batuk akut. Pada penderita batuk rejan, suara batuk yang dikelaurkan biasanya
sangat kuat dan bisa menyebabkan penderitanya mengalami muntah. Batuk semacam ini bisa
kita atasi dengan mengonsumsi antibiotik. Sementara itu, pneumonia biasanya disebabkan
karena paru-paru terisi penuh dengan cairan. Batuk karena pneumonia biasanya disertau
dnegan munculnya lendir dan juga bisa diatasi dengan antibiotik.

b. Batuk kronis

Batuk kronis merupakan jenis batuk yang terjadi lebih dari delapan minggu dan
disebabkan oleh berbagai penyakit. Pengobatan untuk batuk kronis disesuaikan dengan
kondisi yang mendasarinya. Batuk semacam ini, bisa disebabkan oleh penyakit berikut: -
Penyakit paru obstruktif kronik Kondisi ini menyebabkan peradangan paru-paru yang
menyempit saluran udara dan membuat kita sulit bernafas. Biasanya, hal ini disebabkan oleh
paparan jangka panjang terhadap pemicu iritasi paru-paru, seperti asap rokok. Batuk kronis
karena penyakit ini biasanya disertai dengan lendir, terutama di pagi hari. Untuk
mengatasinya, kita bisa menggunakan bronkodilator, steroid inhalasi, terapi oksigen, dan
menjauhi gaya hidup merokok

c.Penyakit refluks gastroesofagus (GERD) GERD

terjadi ketika asam lambung mengiritasi kerongkongan. Penyakit ini adalah penyebab
paling umum kedua dari batuk kronis. Batuk karena GERD biasanya tidak disertai dengan
pengeluaran lendir atau batuk kering dan sering terjadi ketika kita berbaring. Untuk
mengatasinya, kita bisa mengonsumsi berbagai obat untuk mengurangi produksi asam.

d. Post-nasal drip Post nasal drip

merupakan akumulasi lendir di bagian belakang tenggorokan sehingga menyebabkan


batuk. Kondisi ini biasanya terjadi karena alergi, pilek atau infeksi sinus. Batuk karena post
nasal drip bisa berupa batuk kering atau basah, dan semakin memburuk di malam hari. Untuk
mengatasinya, kita bisa menggunakan antihistamin menggunakan uang air garam.

e.Asma

Asma menyebabkan peradangan saluran napas, pembengkakan dan peningkatan


produksi lendir yang membuat pernapasan menjadi lebih sulit. Batuk karena asma bisa
berupa batuk kering atau berlendir, dan seringkali memburuk karena udara dingin atau saat

8
9

berolahraga. Untuk mengatasinya, kita bisa menggunakan bronkodilator inhalasi (seperti


albuterol) atau kortikosteroid (seperti flutikason).

4.Gejala Batuk Pilek

1. Bersin-bersin
2. Hidung tersumbat
3. Merasa tidak enak badan atau pegal-pegal
4. Suara serak
5. Tenggorokan gatal atau nyeri tenggorokan
6. Sakit kepala
7. Demam
8. Mata berair
9. Berkurangnya daya penciuman dan pengecapan
10. Merasa ada tekanan pada wajah dan telinga
11. Nyeri telinga
12. Hilang nafsu makan.

5. Gambaran Klinis Batuk Pilek

Batuk pilek mempunyai gejala seperti pilek, batuk sedikit dan kadangkadang bersin.
Keluar sekret yang cair dan jernih dari hidung. Bila terjadi infeksi sekunder oleh kokus seket
menjadi kental dan purulen. Sekret ini sangat menggangu anak. Sumbatan hidung
menyebabkan anak bernafas dari mulut dan mengakibatkannya gelisah. Pada anak yang lebih
besar kadang-kadang didapatkankeluhan nyeri otot dan pusing. (Ngastiyah, 1997:13)

6. Patofisiologi Batuk Pilek

Terjadinya pembengkakan pada submukosa hidung yang disertai vasodilatasi


pembuluh darah. Terdapat infiltrasi leukosit, mula-mula sel monokleus kemudian juga
polimorfonukleus. Sel epitel superfisial banyak yang lepas dan regenerasi epitel sel baru
terjadi setelah lewat stadium akut. (Ngastiyah,2005:31).

Banyak virus yang dapat menyebabkan batuk pilek, tetapi yang paling sering adalah
rinovirus (terdapat 100 jenis rinovirus berbeda yang dapat 8 menginfeksi manusia, diikuti
dengan respiratory sincytial virus (RSV), dan adenovirus. Virus yang masuk ke tubuh dan
menginfiltrasi saluran nafas di hidung sampai tenggorokan kita akan memicu rangkaian
reaksi sitem imun (pertahanan tubuh) dan bermanifestasi sebagai gejala-gejala yang dialami.
(Arifianto,2018:93).

7. Pencegahan Batuk Pilek

a. Menjaga pola hidup sehat


b. Hindari asap rokok

9
10

c. Menjauhi penggunaan kompor kayu yang mengotori udara karena asap dari
pembakaran kayu dapat mengurangi daya tahan anak sehingga ank mudah terserang
batuk pilek.
d. Sebisa mungkin menjauhi anak balita dari orang yang sedang terkenabatuk pilek
e. Membiasakan anak mencuci tangan sebelum dan sesudah memegang sesuatu yang telah
tersentuh oleh orang yang sedang terinfeksi batuk pilek. (Einsenberg,1998:637).

8. Klasifikasi Batuk Pilek

a. Batuk pilek ringan : Bila timbul batuk tidak mengganggu tidur, dahak encer, ingus
encer berwarna bening, mata berair, panas tak begitu tinggi atau tidak lebih dari 380
c.Batuk pilek ini berlangsung selama 5 – 6 hari. (Ngastiyah, 1997:12)
b. Batuk pilek sedang : Dahak kental berwarna kuning kehijauan, ingus kental berwarna
kehijauan, panas tinggi lebih dari 380.c, tenggorokansakit pada saat menelan.
c. Batuk pilek berat : Panas tinggi di sertai sesak napas ngorok, stridor,kadang-kadang
disertai penurunan kesadaran (contoh: pneumonia).(Departement kesehatan RI, 1998)

9. Metode pegobatan batuk pilek

a. Metode farmakologi.

1) Dekongestan

Bertujuan melegakan hidung tersumbat. Obat jenis ini mempunyai efek samping
jantung berdebar-debar dan mmembuat anak gelisah. (Depkes RI, 2007)

2) Antihistamin

Ditunjukan untuk meredakan gejala bersin-bersin(Arifianto,2018 :100). Beberapa


antihistamin yang dapat diperoleh tanpa resep dokter antara lain: klorfenon (CTM),
promethazin,triprolidin, dll. Dosis CTM untuk anak uur 2-6 tahun 1 mg.(Depkes RI, 2007)

3) Antipiretik

Dapat digunakan jika anak mengalami demam dan rewel.Inilah satu-satunya jenis
obat yang paling aman digunakan dan diperbolehkan untuk diminum saat anak mengalami
batuk pilek.(Arikunto,2018 :100). Dosis yang dapat diberikan untuk anak 2 – 6tahun adalah 1
– 2 sendok teh atau 120 – 250 mg. (Depkes RI,2007).

b. Metode non farmakologi

1) Akupresur

Akupresur atau akupunktur tanpa jarum merupakan salah satu metode pengobatan/
penyehatan dengan melakukan pemijatan/penekanan jari di permukaan kulit, dimana
pemijatan atau penekanan tersebut akan mengurangi ketegangan, meningkatkan sirkulasi
darah dan merangsang kekuatan energi tubuh untuk menyembuhkan atau menyehatkan.
Akupresur merupakan metode yang efektif terutama untuk terapi diri sendiri, menghilangkan

10
11

ketegangan otot maupun tekanan stress dan mengurangi keluhan gangguan-gangguan tertentu
(Helena, 2017:7).

Titik-titik Akupresur berada dipermukaan kulit yang memiliki kepekaan biolektik.


Stimulasi terhadap titik-titik ini akan merangsang keluarnya endhorpin (hormon untuk
mengurangi rasa sakit). Sebagai hasilnya rasa sakit akan diblok serta aliran darah dan oksigen
ke area titik-titik tersebut meningkat. Hal ini hal ini 12 akan merilekskan (mengurangi
ketegangan) otot dan mendorong kesembuhan. Akupresur menghalangi sinyal rasa sakit
melalui syaraf spina ke otak (Helena, 2017 :7).

Stimulasi pada titik-titik Akupresur tidak hanya dapat menghilangkan sumbatan pada
jalur meredian, juga dadapan meningkatkan QI (energi vital). (Helena, 2017:8)

2) Teh Jahe

Irisan jahe sebaiknya di campurkan dengan teh. Teh jahe sangatlah baik untuk
mengatasi batuk berdahak dan telah dipercaya oleh banyak masyrakat di negara-negara Asia.
Mengonsumsinya 2 kali dalam sehari akan membantu mengatasi batuk berdahak.(Kemenkes
RI,2015)

3) Madu dan Lada Putih

Lada putih juga memiliki khasiat yang baik. Campurkanlah lada putih pada teh madu
anda maka batuk berdahak bisa anda atasisecepatnya. Lada putih yang memiliki sensasi
panas akan merangsang dahak menjadi cair dan mengurangi sensasi batuk karena lendir.
(Kemenkes RI,2015).

B.Manajemen Kebidanan VARNEY dan SOAP

1.Pengertian Manajemen Varney

Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai


metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah, temuan, dan
keterampilan dalam rangkaian/tahapan yang logis untuk mengambil suatu keputusan yang
terfokus pada klien. (Siwi,2017)

2.Pengertian Manajemen SOAP

Penokumentasian SOAP merupakan kepanjangan dari Subjektif, Objektif, Assasment,


Planing. SOAP merupakan catatan yang bersifat serderhana, jelas, logis, dan singkat
( Rukiyah, 2014).

3.Langkah-Langkah Manajemen Kebidanan Varney

Manajemen kebidanan terdiri dari beberapa langkah yang berurutan, yang dimulai
dengan pengumpulan data dasar dan berakhir dengan evaluasi. Langkah-langkah tersebut
membentuk kerangka yang lengkap yang bias diaplikasikan dalam semua situasi. Akan tetapi,
setiap langkah tersebut bisa dipecah-pecah kedalam tugas-tugas tertentu dan semuanya

11
12

bervariasi sesuai dengan kondisi klien. Berikut adalah langkah-langkah dalam proses
penatalaksanaan menurut varney.

a.Langkah 1 (Pengkajian)

Pengkajian merupakan langkah mengumpulkan semua data yang akurat dan lengkap
dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien secara keseluruhan. Bidan dapat
melakukan pengkajian dengan efektif, maka harus menggunakan format pengkajian yang
terstandar agar pertanyaan yang diajukan lebih terarah dan relevan.Pengkalian data dibagi
menjadi :

1.Data Subjektif

Data subjektif diperoleh dengan cara melakukan anamnesa. Anamnesa adalah


pengkajian dalam rangka mendapatkan data pasien dengan cara mengajukan pertanyaan-
pertanyaan, baik secara langsung maupun kepada keluarga pasien. Bagian penting dari
anamnesa adalah data subjektif pasien ibu nifas yang meliputi : biodata/identitas pasien dan
suami; alasan masuk dan keluhan; riwayat haid/menstruasi; riwayat perkawinan; riwayat
obstetri (riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu); riwayat persalinan sekarang;
riwayat dan perencanaan keluarga berencana; riwayat kesehatan (kesehatan sekarang,
kesehatan yang lalu dan kesehatan keluarga); pola kebiasaan (pola makan dan minum, pola
eliminasi, pola aktifitas dan istirahat, personal hygine); data pengetahuan, psikososial,
spiritual dan budaya.

2.Data Objektif

Data objektif dapat di peroleh melalui pemeriksaan fisik sesuai kebutuhan dan
pemeriksaan tanda-tanda vital; dan pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan fisik dilakukan
dengan cara inspeksi, palpasi, auskultasi dan perkusi.

Pemeriksaan fisik meliputi : pemeriksaan keadaan umum pasien; kesadaran pasien;


tanda vital; kepala dan wajah (kepala, muka, hidung, dan telinga); gigi dan mulut (bibir, gigi
dan gusi); leher; dada; payudara; abdomen; ektremitas (ekstremitas atas dan bawah);
genetalia (vagina, kelenjar bartholini, pengeluaran pervaginam, perinium dan anus)
Sedangkan pemeriksaan penunjang dapat diperoleh melalui pemeriksaan laboratorium ( kadar
Hb, hematocrit, leukosit, golongan darah), USG, rontgen dan sebagainya.

b.Langkah II (Interpretasi Data)

Pada langkah kedua dilakukan identifikasi terhadap diagnosis atau masalah


berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan. Data tersebut di
interpretasikan sehingga dapat dirumuskan diagnosis dan masalah yang spesifik
(Soepadan,2008,)

12
13

1).Diagnosa Kebidanan

Diagnosa dapat ditegakkan yang berkaitan dengan Abortus, anak hidup, umur ibu dan
keadaan Nifas.Data dasar meliputi :

a).Data Subjektif

ibu tentang jumlah persalinan, apakah pernah abortus atau tidak, keterangan ibu
tentang umur, keterangan ibu tentang keluhannya.

b).Data Objektif

Palpasi tentang tinggi fundus uteri dan kontraksi, hasil pemeriksaan tentang
pengeluaran pervaginam, hasil pemeriksaan tanda-tanda vital.

2).Masalah

Permasalahan yang muncul berdasarkan pernyataan pasien :

a).Data Subjektif

Data yang didapat dari anamnesa pasien

b).Data objektif

Data yang didapat dari hasil pemeriksaan.

c.Langkah III (Identifikasi Diagnosis atau Masalah Potensial)

Pada langkah ketiga mengidentifikasi masalah potensial atau diagnosis potensial


berdasarkan diagnosa/masalah yang sudah di identifikasi. Langkah ini membutuhkan
antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan.

d.Langkah IV (identifikasi dan penerapan kebutuhan yang memerlukan penanganan


segera)

Mengidentifikasi perlunya bidan atau dokter melakukan konsultasi atau penanganan


segera bersama anggota tim kesehatan lainnya sesuai dengan kondisi klien, melakukan
konsultasi atau kolaborasi dengan dokter atau tim kesehatan lainnya seperti pekerja sosial,
ahli gizi, atau seorang ahli perawat klinis.

e.Langkah V (Perencanaan asuhan secara menyeluruh)

Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang sudah dilihat dari
kondisi pasien atau dari setiap masalah yang berkaitan, tetapi juga berkaitan dengan kerangka
pedoman antisipasi bagi wanita tersebut yaitu apa yang akan terjadi
berikutnya(Ambarwati,2009 ).

13
14

f.Langkah VI (Pelaksanaan Asuhan)

Pada langkah ini, rencana asuhan menyeluruh seperti yang diuraikan pada langkah
kelima diatas dilaksanakan secara efisien dan aman. Realisasi perencanaan dapat dilakukan
oleh bidan, pasien, atau anggota keluarga lain. Jika bidan tidak melakukannya, ia tetap
memikul tanggung jawab atas terlaksananya seluruh perencanaan. Manajemen yang efisien
akan menyingkat waktu, biaya, dan meningkatkan mutu asuhan. Berikut adalah beberapa
contoh pelaksanaan perencanaan asuhan berdasarkan peran bidan dalam tindakan mandiri,
kolaborasi, dan tindakan pengawasan.

g.Langkah VII (Mengevaluasi)

Hal yang dievaluasi meliputi apakah kebutuhan telah terpenuhi dan mengatasi
diagnosis dan masalah yang telah diidentifikasi. Rencana tersebut dianggap efektif jika
memang benar efektif dalam pelaksanaannya. Ada kemungkinan bahwa sebagian rencana
tersebut efektif, sedangkan sebagian lain belum efektif.

Mengingat proses manajemen asuhan ini merupakan suatu kegiatan yang


berkesinambungan, perlu mengulang kembali dari awal setiap asuhan yang tidak efektif
melalui manajemen untuk mengidentifikasi mengapa proses manajemen tidak efektif serta
melakukan penyesuaian pada rencana asuhan tersebut (Nurul, 2011)

4.Langkah-langkah Manajemen SOAP

a.Subjektif (S)

Data subjektif merupakan catatan berhubungan masalah sudut pandang pasien.


Ekspresi pasien mengenai kekhawatiran dan keluhannya dicatat sehingga kutipan
langsung/ringkasan yang berhubungan dengan diagnosa (data primer). Pada bayi/anak kecil
data subjektif ini dapat diperbolehkan dari orangtuanya (data sekunder). Data subjektif
menguatkan diagnosa yang akan dibuat.

b.Objektif (O)

Data ini memberikan bukti gejala klinis pasien dan fakta yang berhubungan dengan
diagnosa. Data digolongkan dalam katagori ini, antara lain: data psikologik, hasil observasi
yang jujur dan informasi kajian teknologi (hasil px lab, Ro, CTG, USG dan lain-lain). Ada
pendapat yang memasukkan laporan dari keluarga juga masuk katagori ini. Apa yang dapat
diobservasi oleh bidan/perawat akan menjadi komponen penting dari diagnosa yang akan
ditegakkan.

c.Assesment (A)

Masalah atau diagnosa yang ditegakkan berdasarkan data/informasi subjektif maupun


data/informasi sujektif maupun objektif yang dikumpulkan dan disimpulkan, karena keadaan
pasien harus terus berubahdan selalu ada informasi baru baik subjektif maupun objektif dan
sering diungkapkan secara terpisah-pisah, maka proses analisa adalah segala proses yang

14
15

dinamik. Mengikuti perkembangan pasien dan menjamin segala parubahan baru dapat
diketahui dandapat diikuti sehingga dapat diambil tindakan yang tepat.

d.Planning

Plan/planning atauperencanaanadalah membuatrencana tindakan saatitu atauyang


akandatang untuk mengusahakan mencapai kondisi pasien sebaik mungkin, menjaga dan
mempertahankan kesejahteraannya. Proses ini termasuk kriteria tujuan terdiri dari kebutuhan
pasien yang harus dicapai dalam batas waktu tertentu. Tindakan yang diambil harus
membantu pasien mencapai kemajuan dalam kesehatannya, terutama dalam proses, pasiennya
dan harus mendukung rencana dokter bila itu dalam manajemen kolaborasi/rujukan.

15
16

BAB III

TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA Ny ”B” UMUR 22 TAHUN DENGAN BATUK


PILEK DI PMB ”Y’KOTA BENGKULU

A.Tinjauan Kasus

Hari / Tanggal : Rabu/ 24 FEBRUARI 2021

Jam : 15.30 WIB

Tempat : PMB Y

No Register :-

1.Pengkajian

A.Subjektif

1.Biodata

Nama Ibu :Ny “B”

Umur : 22 Tahun

Kebangsaan : Indonesia

Agama : Islam

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Mahasiswa

Alamat : jl.hibrida 3 kelurahan sidomulyo

2.Keluhan Utama

Pasien mengeluh batuk pilek sejak 3 hari yang lalu.

3.Riwayat Kesehatan

a.Riwayat Kesehatan Sekarang

Pasien sedang tidak menderita penyakit seperti tumor,polip dan penyakit menular
lainnya

b.Riwayat Kesehatan Yang Lalu

16
17

Pasien mengatakan tidak pernah menderita riwayat penyakit asma, jantung, TBC,
DM, hepatitis dan darah tinggi.

c.Riwayat Kesehatan Keluarga

Pasien mengatakan di dalam keluarganya tidak ada yang menderita riwayat


penyakit asma, jantung, TBC, DM, hepatitis dan darah tinggi.

4.Riwayat Menstruasi

a.Menarche : 14 tahun

b.Lama : 7 hari

c.Siklus : 28 hari

d.Banyaknya : 2 - 3x ganti pembalut/hari

e.Keluhan : Tidak ada

f.Dysmenorea : Tidak ada

9.Kebutuhan Sehari-hari

a.Nutrisi

Makan

Frekuensi : 3x sehari

Jenis : Nasi, ikan, sayur, buah- buahaan

Porsi :1 piring

Pantangan : Tidak ada

Minum

Jumlah : 6-8 gelas/perhari

Jenis : Air putih, susu, teh manis

b.Pola Eliminasi

BAB

Frekuensi : 1x/hari

Warna : kuning kecoklatan

Bau : khas fases

17
18

BAK

Frekuens : 4-5x/hari i

Warna : Kuning jernih

Bau : khas amoniak

c.Istirahat dan tidur

Tidur siang : ± 2 jam

Tidur malam : ± 8 jam

d.Personal Hygine

Mandi : 3x/hari

Gosok gigi : 3x/hari

Keramas : 3x/minggu

Ganti pakaian : 3x/hari

e.Kebiasaan berobat

Ibu dan keluarga kebiasaan berobat ke tenaga kesehatan

B.Objektif

1.Pemeriksaan umum

Keadaan umum : Baik

Kesadaran : Compos mentis

Tanda-tanda vital

Tekanan darah : 120/70 mmhg

Nadi : 84 x/menit

Pernafasan : 24 x/menit

Suhu : 37 ºC

2.Pemeriksaan fisik

a.Kepala

1) Bentuk : Simetris

2) Nyeri tekan : Tidak ada

18
19

3) Warna rambut : Hitam

4) Kebersihan : Bersih

5) Benjolan : Tidak ada

6) Kerontokan : Tidak ada

b.Mata

1) Bentuk : Simetris

2) SKlera : An Ikterik

3) Konjungtiva : an Anemis

c.Hidung

1) Bentuk : Simetris

2) Pengeluaran : Tidak Ada

3) Kebrsihan : Bersih

d.Mulut

1) Bentuk : Simetris

2) Caries : Tidak ada

3) Mukosa bibir : Lembab

4) Gigi : Tidak berlubang

e.Telinga

1) Bentuk : Simetris

2) Pengeluaran cairan : Tidak ada

3) Fungsi pendengaran : Baik

4) Gangguan : Tidak Ada

f.Leher

1) Pembesaran kelenjar tiroid : tidak ada

2) Pembesaran kelenjar limfe : tidak ada

3) Pembesaran vena jugularis : tidak ada

19
20

g.Payudara

1) Benjolan : Tidak dilakukan

2) Bentuk :Tidak dilakukan

i.Genetalia

Varises : tidak dilakukan

Oedema : tidak dilakukan

j.Ekstremitas

-Atas

1) Warna kuku : tidak pucat

2) Kebrsihan : Bersih

-Bawah

1) Warna kuku : tidak pucat

2) Kebrsihan : Bersih

3) Oedema : Tidak ada

4) Varices : Tidak ada

5)Reflek patella : Kanan : (+) positif kiri : (+) positif

2.Interpretasi Data

a) Diagnosa Kebidanan

Ny “B” umur 22 tahun dengan batuk pilek di PMB “Y” Kota Bengkulu.

Ds:Pasien mengatakan batuk pilek dan kurang nafsu makan.

Do:

Pada kasus ny” B” umur 22 tahun dengan batuk pilek tidak diemukan diagnose
potensial.

b)Masalah

Masalah yang muncul pada Ny “Y” yaitu batuk pilek yang sudah di alami dari
3 hari yang lalu.

20
21

3.Identifikasi Diagnosis Atau Masalah Potensial

Pada kasus ny” B” umur 22 tahun dengan batuk pilek tidak diemukan
diagnose potensial.

4.Tindakan Segera/Kolaborasi

5.Perencanaan Asuhan Menyeluruh

a. Lakukan informant consent


b. Lakukan Pemeriksaan fisik tanda-tanda vital.
c. melakukan penimbangan dan pengukuran berat badan.
d. Jelaskan maksud dan tujuan dari pengkajian dan asuhan yang akan diberikan
serta melakukan persetujuan dari pasien.

6.Pelaksanaan Asuhan

1. melakukan informant consent kepada pasien.


2. Memeriksa keadaan umum dan TTV pasien KU : lemah,N : 85 x/mP : 25 x/m,S
: 37
3. Menimbang berat badandan mengukur tinggi badanBB : 49 KgTB : 155 cm3
April2017 / 3.menjelaskan tentang tujuan dari pengkajian dan asuhan yang
diberikan dan meminta persetujuan dari pasien.
4. Memberikan KIE tentang :a.Makanan yang bergizi tinggi yang banyak
mengandung protein seperti tempe, tahu,telur, dan ikan KIE sudah diberikan
pada keluarga pasien.
5. Menghindarkan makanan yang tidak terjamin kesehatannya jugaminuman es.
6. Menganjurkan minum air putih yang banyak untuk mengencerkan dahake.
7. Menganjurkan untuk memposisikan tidur dengan kepala agak ditinggikan agar
tidak sesak.
8. Memberikan obat Ambroxol,Trifed ,CTM.
9. Menganjurkan pasien melakukan kunjungan ulang jika masih batuk pilek.

7.Evaluasi

1. Ny”B” mengetahui apa yang akan dilakukan oleh bidan.


2. Ny”B”telah mengetahui tetang keadaan fisik nya.
3. Ny”B” mengerti dan mau mengikutinya.
4. Ny”B” mengerti dan akan mengonsumsi makanan yang bergizi.
5. Ny”B”mengerti dan akan menurutinya.
6. Ny”B”mengerti dan akan menurutinya
7. Ny”B”mengerti dan akan memposisikan tidurnya.
8. Ny”B”akan minum obat secara rutin.
9. Ny”B”akan melakukan kunjungan ulang jika masih merasakn keluhan.

21
22

BAB IV

PEMBAHASAN

Menurut WHO (World Health Organization =organisasi kesehatan dunia),pengeluaran


lendir atau gejala pilek terjadi pada penyakit flu ringan disebabkan karena infeksi kelompok
virus jenis rhinovirus atau coronavirus.Penyakit ini dapat disertai demam pada anak selama
beberapa sampai tiga hari.Sedangkan pencemaran udara diduga menjadi pencetus infeksi
virus pada saluran napas bagian atas (Wiraguna, 2009). Penyakit batuk pilek juga dapat
mengenai orang dewasa tetapi berbeda karakteristiknya. Pada bayi dan anak penyakit ini
cenderung berlangsung lebih berat karena karena infeksi mencangkup daerah sinus paranasal,
telinga tengah, dan nasofaring disertai demam tinggi, sedangkan pada orang dewasa hanya
terbatas, dan tidak menimbulkan demam yang tinggi. Infeksi Saluran Pernafasan Atas atau
yang selanjutnya disingkat ISPA sering terjadi pada anak-anak. Penyakit batuk pilek pada
balita di Indonesia.

Diperkirakan 3-6 kali per tahun (rata-rata 4 kali per tahun), artinya seorang balita rata-
rata mendapatkan serangan batuk pilek sebanyak 3-6 kali setahun. ISPA merupakan salah
satu penyakit yang banyak diderita oleh anak-anak. ISPA adalah suatu infeksi pada saluran
nafas atas yang disebabkan oleh masuknya mikroorganisme (bakteri dan virus) kedalam
organ pernafasan yang berlangsung selama 14 hari (Depkes RI, 2002). ISPA sangat umum
terjadi pada bayi dan anakanak, sebagian besar disebabkan oleh virus, dan sehingga tidak ada
pengobatan khusus (Purssell, 2009). Flu biasa didefinisikan sebagai ISPA yang ditandai
dengan pilek, batuk ringan, dan demam ringan (Manal, 2008). ISPA di Kabupaten Klaten,
Jawa Tengah sebanyak penderita pada balita pada tahun ini. Rendahnya tingkat pendidikan
merupakan faktor penyebab ketidaktahuan ibu tentang ISPA yang berpengaruh terhadap
penatalaksanaan ISPA dirumah. Pendidikan ibu yang rendah mempunyai pengetahuan yang
rendah dalam pencegahan dan penanganan terhadap balita yang sakit. Faktor ekonomi yang
dapat mempengaruhi kejadian ISPA pada anak balita antara lain berupa pendidikan ibu,
pengetahuan ibu dan pendapatan keluarga. Ekonomi dan pendidikan dianggap sebagai faktor
resiko penting untuk ISPA. Peranan dan keterlibatan ibu sangat berpengaruh terhadap
penurunan angka kematian ISPA pada balita. Namun saat ini peranan ibu belum jelas terlihat,
terkadang ibu belum mampu mengenali gejala ISPA yang dialami oleh anaknya sampai
memafaatkan pelayanan kesehatan secara optimal sehingga penyakit ISPA menjadi penyebab
kematian utama pada anak dengan ISPA.Keparahan penyakit dapat menyebabkan
kekhawatiran orang tua terhadap keselamatan anak (Ingram, 2013). Dukungan dan kepastian
keluarga merupakan elemen penting untuk perawatan anak dengan ISPA. Penelitian Huriah
(2008).

menyebutkan bahwa tingkat pendidikan ibu menunjukkan bahwa prosentase jumlah


ibu yang memiliki tingkat pendidikan rendah, dalam hal ini hanya menempuh pendidikan
sampai jenjang SMP lebih banyak yaitu 41,7% dibandingkan dengan jumlah ibu yang
memiliki tingkat pendidikan tinggi (jenjang SMA sampai Perguruan Tinggi). Hasil analisis
mengenai kemampuan ibu, didapatkan kemampuan ibu dalam perawatan ISPA pada balita di
Dusun Lembahdadi tahun 2008 sebanyak 18 orang (50%) mempunyai kemampuan yang baik

22
23

dalam perawatan ISPA, dan 18 orang (50%) mempunyai kemampuan yang kurang baik
dalam perawatan ISPA. Dari hasil tersebut terlihat bahwa sebagian ibu memiliki kemampuan
kurang baik dalam perawatan ISPA. Penelitian Anggriana, (2013) menyatakan bahwa dari 40
responden, presentasi terbesar dengan ekonomi > UMR memiliki ISPA pada balita sebanyak
12 responden (80%), dan presentase terbesar responden dengan ekonomi < UMR memiliki
kejadian ISPA Pneumonia pada balita sebanyak 17 responden (68%). Dari hasil analisis data
didapatkan nilai odds ratio 0,118 yang artinya sosial ekonomi > UMR mempunyai peluang
resiko 0,1 kali untuk mendapatkan Infeksi Saluran Pernafasan Atas dibandigkan dengan
ekonomi < UMR.

Penelitian Nafia, (2010) menyebutkan bahwa 55% responden memiliki kemampuan


kurang baik dalam mengatasi demam, 40% responden kurang baik dalam mengatasi batuk,
serta 65,5% responden memiliki kemampuan yang kurang baik dalam mencari sarana ke
pelayanan kesehatan. Penatalaksanaan dini yang benar sangat penting karena untuk
mencegah ISPA bukan pneumonia menjadi pneumonia, dan juga mencegah pneumonia
menjadi pneumonia berat. Ibu memegang peranan penting dalam perawatan ISPA karena
merekalah yang hampir setiap saat mengasuh dan melayani kebutuhan anaknya termasuk
mengenali penyakit secara dini dan pada waktunya mencari bantuan pengobatan (Mulyana,
2006). Pengobatan sendiri oleh ibu pada balita dengan ISPA bermaksud agar sembuh atau
meringankan penyakit yang diderita, dan biasanya merupakan tindakan pertama yang diambil
sebelum memutuskan untuk dibawa berobat (Djaja, 2001). Dari hasil survey pendahuluan di
Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas memiliki 27 kecamatan. Menurut laporan Tahunan
Dinas Kabupaten banyumas tahun 2012 bahwa jumlah populasi anak balita yang menderita
ISPA di Kabupaten Banyumas adalah balita. (Dinkes Kab. Banyumas, 2012). Kasus ISPA di
Kecamatan Karanglewas jumlah penderita pada bulan Januari Sepetember tahun 2013 adalah
164 penderita. Kasus ISPA terbanyak pada balita. Berdasarkan studi pendahuluan di
Puskesmas Karanglewas yang terdiri dari 13 desa, peneliti melalukan wawancara dengan 20
ibu balita yang mempunyai balita ISPA untuk mengetahui pertolongan pertama terhadap
ISPA.

23
24

BAB V

PENUTUP

A.Kesimpulan

Asuhan kebidanan pada Ny B umur 22 tahun dengan Retensio Batuk Pilek . Dapat di
terapkan melalui pendekatan manajeman kebidanan dengan metode 7 langkah varney dan
SOAP di antara nya sebagai berikut:

1. Setelah dilakukan pengkajian data terhadap Ny B dengan Batuk pilek maka di peroleh
identitas Ny.B umur 22 tahun . pada hasil pemeriksaan data objektif dan
pemeriksaan fisik di per oleh hasilkeadaan umum : Baik, kesadaran : composmentis,
Tekanan darah:120/70 mmhg, Nadi: 84 x/menit, Pernafasan: 24 x/menit dan Suhu: 37
ºC.
2. Melakukan interprestasi data yang di peroleh berdasarkan pengkajian yaituNy “B”
umur 22 tahun dengan Batuk Pilek.
3. Mengidentifikasi diagnosa potensial yang mungkin terjadi pada Ny B dengan Batuk
Pilek tidak ditemukan diagnosa potensial.
4. Mengidentifikasi kebutuhan akan tindakan segera pada Ny B umur 22 tahun dengan
batuk pilek yaitu dengan mengonsumsi teh jahe serta memberikan
Ambroxol,Trifed ,CTM
5. Melakukan evaluasi pendokumentasian telah dilakukan dan di buat dalam bentuk
Varney dan SOAP.

24
25

B.Saran

1. Bagi STIKES Tri Mandiri Sakti Bengkulu

Diharapkan dapat meningkatkan kaulitas pendidikan bagi mahasiswa dalam


menerapkan pengetahuan yang telah didapat dengan mempraktekkan dan menerapkan
kepada pasien atau klien secara langsung mengenai asuhan kebidanan pada ibu
bersalin yang mengalami Retensio plasenta.

2. Bagi Lahan Praktik

Meningkatkan keterampilan dan penatalaksanaan asuhan kebidanan pada ibu bersalin


yang mengalami Retensio Plasenta dan mencegah komplikasi yang terjadi serta bisa
meningkatkan standar pelayanan asuhan bermutu dan berkualitas sehingga pasien
merasa nyaman dan puas terhadap pelayanan yang diberikan pada ibu bersalin dengan
Retensio Plasenta.

3. Bagi Mahasiswa

Semoga dari hasil Laporan Tugas individu patologis ini diharapkan dapat membantu
dan menambah pengetahuan dan bisa mengaplikasikan dengan pendidikan khususnya
tentang asuhan kebidanan dan penatalaksanaan pada ibu beralin dengan Retensio
Plasenta.Agar terciptanya bidan yang terampil, professional dan mandiri.

25
26

DAFTAR PUSTAKA

Supardi, S., Notosiswoyo, M. Pengobatan Sendiri Sakit Kepala Demam,

Batuk Dan Pilek Pada Masyarakat Di Desa Ciwalen, Kecamatan

Warungkondang Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. 2005. Majalah Ilmu

Kefarmasian, II(3), pp.134–144.

Meriati, N. W. E., Goenawi, L. R., Wiyono. W. Dampak penyuluhan pada

pengetahuan masyarakat terhadap pemilihan dan penggunaan obat batuk

swamedikasi di kecamatan malalayang, Jurnal Ilmiah Farmasi, 2013.

2(03), pp.100–103.

Pujiarto PS. Batuk Pilek (Common Cold) pada Anak. Heal Gaz [Internet].

2014.

Gitawari R. Bahan Aktif Dalam Kombinasi Obat Flu dan Batuk-Pilek, dan

Pemilihan Obat Flu yang Rasional. Media Litbangkas. Vol. 24 No. 1.

2014. p. 10-18.

26
27

27

Anda mungkin juga menyukai