Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH KLB

“POLIO”

Disusun Oleh :
Verdina Rusdiani
P173250123491
DIV Alih Jenjang Terapi Gigi

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN


KELAS ALIH JENJANG TERAPIS GIGI DAN MULUT
JURUSAN KESEHATAN GIGI
POLTEKKES KEMENKES BANDUNG
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan kehadirat Allah Swt atas segala Rahmat dan Karunia-
Nya sehingga makalah ini dapat tersusun guna memnuhi tugas mata kuliah
Epidemiologi mengenai laporan penyakit KLB dengan judul makalah “Polio” .
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu
mata kuliah Epidemiologi yang telah memberikan kesempatan untuk dapat
menyelesaikan makalah ini.

Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang turut


membantu dalam pembuatan makalah ini. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa
makalah ini masih jauh dari sempurna dikarenakan terbatasnya pengalaman dan
pengetahuan yang penulis miliki. Oleh karena itu, penulis mengharapkan segala
bentuk saran serta masukan baik kritik yang membangun dari berbagai pihak demi
kesempurnaan makalah ini.

Bandung, 25 Agustus 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................i
DAFTAR ISI ..........................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................1
A. LATAR BELAKANG.........................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH.....................................................................2
C. TUJUAN...........................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.............................................................3
A. Definisi dan Penyebab Polio ...........................................................3
B. Cara Penularan Transmisi Virus .....................................................5
C. Faktor-Faktor yang Memungkinkan Timbulnya Poliomyelitis..........7
D. Cara – Cara Penanggulangan ........................................................7
E. Capaian Imunisasi di Provinsi Jawa Barat......................................10
BAB III PENUTUPAN..........................................................................12
A. Kesimpulan..................................................................................... 12
Daftar Pustaka

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Polio adalah penyakit yang sangat menular yang disebabkan oleh virus.
Polio menyerang sistem saraf, dan dapat menyebabkan kelumpuhan total dalam
hitungan jam. Virus ini memasuki tubuh melalui mulut dan berkembang biak dalam
usus. Gejala awal adalah demam, kelelahan, sakit kepala, muntah,kekakuan pada
leher dan nyeri pada anggota badan. Satu dari 200 infeksimenyebabkan
kelumpuhan ireversibel (biasanya di kaki). Di antara mereka yang lumpuh, 5%
sampai 10% meninggal ketika otot pernapasan mereka lumpuh. (http:// www.
Litbang. Depkes.go.id).
Upaya imunisasi dasar polio di Indonesia dapat dikatakan telah mencapai
tingkat yang memuaskan, namun dari Survei Kesehatan Dan Demografi Indonesia
(SDKI) diketahui bahwa pada periode Mei 2005 sampai dengan Februari 2006
cakupan imunisasi polio menurun yaitu sebesar 71% dari target 90 %, sehingga
muncul kasus polio impor dari negara Sudan di Sukabumi, Jawa Barat (Hadinegoro,
2011). Pada tahun 2013 di Indonesia target bayi diimunisasi polio adalah 90%,
untuk Imunisasi Polio 1 (97,92%), Polio 2 (93,76%) sudah mencapai target UCI
(Universal Child Immunization), sedangkan untuk Polio 3 (85,43%), Polio 4
(87,51%) secara keseluruhan belum mencapai target UCI (Profile Kesehatan
Indonesia Kemenkes RI, 2013).
Pada tahun 2014 di Indonesia target bayi diimunisasi polio adalah 95%
namun, pencapaian baru 86, 9 % (Profile Kesehatan Indonesia Kemenkes RI, 2014)
dan pada tahun 2015 target bayi diimunisasi polio 96,5 %, namun pencapaian baru
92, 3 % (Profile Kesehatan Indonesia Kemenkes RI, 2015).
Sebagai catatan, Indonesia telah mendapatkan sertifikat bebas polio dari
WHO pada 2014 karena berhasil menanggulangi penyakit yang diakibatkan oleh
virus polio liar. Status bebas polio ini masih berlaku hingga sekarang. Meskipun
sudah dinyatakan bebas, surveilans untuk kasus lumpuh layu (flaccid paralysis)
terus dilakukan.
Penemuan satu kasus sudah cukup untuk dinyatakan sebagai KLB,
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan no. 1501 tahun 2010, status KLB
1
diberikan pada kejadian kesakitan atau kematian yang bermakna secara
epidemiologi pada suatu daerah dalam kurun waktu tertentu, dan merupakan
keadaan yang dapat menjurus pada terjadinya wabah. Penetapan status KLB
memungkinkan pemerintah untuk mengkoordinasikan seluruh lembaga kesehatan
untuk menanggulangi wabah serta melakukan upaya-upaya luar biasa, seperti
meliburkan sekolah dan menutup fasilitas umum. Terakhir kali ditemukan kasus
polio di Indonesia adalah kasus polio tipe 1 pada 2018 di Papua – juga salah satu
daerah yang cakupan vaksinasinya rendah. (dikutip bbc news Indonesia)

Namun, pada tahun 2023 Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten


Purwakarta mengkonfirmasi temuan kasus penyakit polio pertama di daerahnya.
Kasus ini terjadi pada anak usia 4 tahun di Kecamatan Maniis, Purwakarta, Jawa
barat. Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes
Purwakarta, Eva Lystia Dewi mengungkapkan Berdasarkan, hasil pemeriksaan lab
didapatkan pada Selasa (14/3/2023), ada satu kasus dengan polio positif pada anak
usia 4 tahun. (dikutip tribunnews.com)

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan polio dan apa saja penyebabnya ?
2. Bagaimana cara penularan virus polio ?
3. Faktor apa saja yang dapat menimbulkan virus polio ?
4. Bagaimana cara penanganan yang tepat agar terhindar dari penyakit
polio?
5. Berapa capaian imunisasi polio di jawa barat ?

C. Tujuan
Tujuan dari makalah ini agar dapat mengetahui gambaran secara
keseluruhan mengenai penyebab serta cara penularan dari virus polio, serta
mengetahui bagaimana cara penanganan yang tepat agar terhindar dari penyakit
polio. Selain itu, tujuan dari makalah ini agar kita dapat melihat berapa capaian
vaksinasi polio yang telah dicanangkan oleh pemerintah untuk mengatasi kasus
polio ini khususnya di jawa barat.
BAB II 2
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi dan Penyebab Polio

Polio adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus polio yang
dapat mengakibatkan terjadinya kelumpuhan yang permanen. Penyakit ini dapat
menyerang pada semua kelompok umur, namun yang peling rentan adalah
kelompok umur kurang dari 3 tahun. Gejala meliputi demam, lemas, sakit
kepala, muntah, sulit buang air besar, nyeri pada kaki, tangan, kadang disertai
diare. Kemudian virus menyerang dan merusakkan jaringan syaraf , sehingga
menimbulkan kelumpuhan yang permanen. Penyakit polio pertama terjadi di
Eropa pada abad ke-18, dan menyebar ke Amerika Serikat beberapa tahun
kemudian. Penyakit polio juga menyebar ke negara maju belahan bumi utara
yang bermusim panas. Penyakit polio menjadi terus meningkat dan rata- rata
orang yang menderita penyakit polio meninggal, sehingga jumlah kematian
meningkat akibat penyakit ini. Penyakit polio menyebar luas di Amerika Serikat
tahun 1952, dengan penderita 20,000 orang yang terkena penyakit ini
( Miller,N.Z, 2004 )
Penelitian Soemiatno dalam Apriyatmoko (1999) menyebutkan bahwa
33,3% dari kasus polio adalah anak-anak di bawah 5 tahun. Infeksi oleh golongan
enterovirus lebih banyak terjadi pada laki-laki dari pada wanita (1,5-2,5 : 1). Risiko
kelumpuhan meningkat pada usia yang lebih tinggi, terutama bila menyerang
individu lebih dari 15 tahun (Sardjito, 1997 dalam Utami 2006). WHO
memperkirakan adanya 140.000 kasus baru dari kelumpuhan yang diakibatkan
oleh poliomyelitis sejak tahun 1992 dengan jumlah keseluruhan penderita anak
yang menderita lumpuh akibat polio diperkirakan 10 sampai 20 juta orang
(Biofarma, 2007).
a. Penyebab penyakit
Poliovirus (genus enterovirus) tipe 1, 2 dan 3, semua tipe dapat
menyebabkan kelumpuhan. Tipe 1 dapat diisolasi dari hampir semua
kasus kelumpuhan, tipe 3 lebih jarang, demikian pula tipe 2 paling jarang.
Tipe 1 paling sering menyebabkan wabah. Sebagian besar kasus vaccine

3
associated disebabkan oleh tipe 2 dan 3. (Chin, 2000 dalam Surya 2007).
Sifat virus polio seperti halnya virus yang lain yaitu stabil terhadap pH asam
selama 1-3 jam. Tidak aktif pada suhu 560 selama 30 menit. Virus polio
berkembangbiak dalam sel yang terinfeksi dan siklus yang sempurna
berlangsung selama 6 jam. Virus tersebut dapat hidup di air dan manusia,
meskipun juga bisa terdapat pada sampah dan lalat (Widodo, 1994 dalam
Arifah 1998).
b. Gejala Klinis
Menurut Chin (2006: 482—485), gejala yang bisa muncul berupa
asimptomatik, poliomyelitis abortif, poliomyelitis Nonparalitik, dan atau
poliomyelitis paralitis. Masa inkubasi penyakit 7—14 hari, tetapi kadang-
kadang terdapat kasus dengan masa inkubasi 5—35 hari.

1. Poliomyelitis asimtomatis
Gejala klinis : setelah masa inkubasi 9-12 hari, tidak terdapat gejala.
Kejadian ini sulit untuk dideteksi tapi biasanya cukup tinggi terutama
di daerah-daerah yang standar higienenya jelek. Penyakit ini hanya
diketahui dengan menemukan virus di tinja atau meningginya titer
antibodi.
2. Poliomyelitis abortif
Timbul mendadak dan berlangsung 1-3 hari dan gejala klinisnya
berupa panas dan jarang melebihi 39,50C, sakit tenggorokkan, sakit
kepala, mual, muntah, malaise, dan nyeri perut. Diagnosis pasti
hanya dengan menemukan virus pada biakan jaringan.
3. Poliomyelitis non paralitik
Gejala klinis hampir sama dengan poliomyelitis abortif yang
berlangsung 1-2 hari. Setelah itu suhu menjadi normal, tetapi lalu
naik kembali (dromedary chart) disertai dengan gejala nyeri kepala,
mual dan muntah lebih berat, dan ditemukan kekakuan pada otot
belakang leher, punggung dan tungkai, dengan tanda Kernig dan
Brudzinsky yang positif. Tanda-tanda lain adalah Tripod yaitu bila
anak berusaha duduk dari sikap tidur, maka ia akan menekuk kedua
lututnya ke atas, sedangkan kedua lengan menunjang ke belakang
pada tempat tidur.
4. Poliomyelitis paralitik
Gejala klinisnya sama seperti poliomyelitis non paralitik disertai
dengan kelemahan satu atau beberapa kelumpuhan otot skelet atau
4
kranial. Gejala ini dapat menghilang selama beberapa hari dan
kemudian timbul kembali disertai dengan kelumpuhan (paralitik) yaitu
berupa paralisis flaksid yang biasanya unilateral dan simetris.
Adapun bentuk-bentuk gejalanya antara lain :
 Bentuk spinal : Gejala kelemahan / paralisis atau paresis otot
leher, abdomen, tubuh, diafragma, thoraks dan terbanyak
ekstremitas bawah.
 Bentuk bulbar : Gangguan motorik satu atau lebih syaraf otak
dengan atau tanpa gangguan pusat vital yakni pernapasan dan
sirkulasi.
 Bentuk bulbospinal : Didapatkan gejala campuran antara bentuk
spinal dan bentuk bulbar. Kadang ensepalitik dapat disertai
gejala delirium, kesadaran menurun, tremor dan kadang kejang.

B. Cara Penularan Transmisi Virus

Manusia satu-satunya reservoir dan sumber penularan biasanya penderita


tanpa gejala (inapparent infection) terutama anak-anak. Belum pernah ditemukan
adanya pembawa virus liar yang berlangsung lama (Judarwanto, 2005).

Penularan dapat terjadi secara langsung dan tidak langsung. Transmisi langsung
melalui droplet dan orofaring serta feses penderita yang menyebar melalui jari
yang terkontaminasi pada peralatan makan, makanan dan minuman. Sedangkan
penularan dengan tidak langsung melalui sumber air, air mandi dimana virus
berada dalam air buangan masuk ke sumber-sumber air tersebut dikarenakan
sanitasi yang rendah (Wahyuhono, 1989).
Peralatan dan barang-barang yang tercemar dapat berperan sebagai
media penularan. Belum ada bukti serangga dapat menularkan virus polio,
sedangkan air dan limbah jarang sekali dilaporkan sebagai sumber penularan.
Kontaminasi virus melalui makanan dan air yang dipakai bersama dalam suatu
komunitas untuk semua keperluan sanitasi dan makan-minum, menjadi ancaman
untuk terjadinya wabah (Surya, 2007).
Mulut (makan/minuman yang terkontaminasi virus) DAN melalui percikan
ludah 5

Berkembang biak di saluran cerna (tenggorokan dan usus)

Menyebar ke getah bening ,darah dan seluruh tubuh


Menyerang otak, sumsum t.belakang, dan simpul saraf
Biasanya menyerang saraf penggerak otot tungkai/kaki dan kadang- kadang
tangan

Menyebabkan kelumpuhan dengan mengecilnya tungkai,

Polio

Virus polio masuk melalui mulut dan hidung,berkembang biak di dalam


tenggorokkan dan saluran pencernaan,diserap dan di sebarkan melalui sistem
pembuluh darah dan getah bening.virus ini dapat memasuki aliran

darah dan dan mengalir ke sistem saraf pusat menyebabkan melemahnya otot
dan kadang kelumpuhan (paralisis).
Virus hanya menyerang sel-sel dan daerah susunanan syaraf tertentu.
Tidak semua neuron yang terkena mengalami kerusakan yang sama dan bila
ringan sekali dapat terjadi penyembuhan fungsi neuron dalam 3-4 minggu
sesudah timbul gejala.
Semua orang rentan terhadap infeksi virus polio, namun kelumpuhan terjadi
hanya sekitar 1% dari infeksi. Sebagian dari penderita ini akan sembuh dan yang
masih tetap lumpuh berkisar antara 0,1% sampai 1%. Angka kelumpuhan pada

6
orang-orang dewasa non imun yang terinfeksi lebih tinggi dibandingkan dengan
anak dan bayi yang non imun (Chin 2006, 482).

Kekebalan spesifik yang terbentuk bertahan seumur hidup, baik sebagai


akibat infeksi virus polio maupun inapparent. Serangan kedua jarang terjadi dan
sebagai akibat infeksi virus polio dengan tipe yang berbeda. Bayi yang lahir dari ibu
yang sudah diimunisasi mendapat kekebalan pasif yang pendek. Resiko tinggi
tertulari polio adalah kelompok rentan seperti kelompok-kelompok yang menolak
imunisasi, kelompok minoritas, para migran musiman, anak-anak yang tidak
terdaftar, kaum nomaden, pengungsi dan masyarakat miskin perkotaan (Ditjen PP &
PL, 2000).

C. Faktor-Faktor yang Memungkinkan Timbulnya Poliomyelitis

Faktor yang memungkinkan timbulnya poliomyelitis menurut Soerbakti


(1989) antara lain: 1) Tingginya angka Tripple Negatif, 2) Perbaikan Lingkungan,
3) Perkembangan Pesat dibidang Transportasi, 4) Keadaan Sosial Ekonomi.
Angka Tripple Negatif adalah belum adanya antibodi terhadap virus polio.
Asumsi mengenai tingginya angka tersebut adalah 1) faktor penghambat dari
sesama enterovirus lainnya, 2) faktor penghambat dalam pembentukan antibodi
lainnya. Faktor penghambat dalam pembentukan antibodi salah satu penyebabnya
adalah status gizi yang buruk. Gangguan sistim imunitas pada penderita kurang
kalori protein dapat berupa gangguan selluler yaitu fungsi makrofag dan leukosit
serta sifat komplemen (Sumarno dan Siahaan, M. dalam Arifah, 1998).
Perbaikan lingkungan diharapkan dapat membebaskan Indonesia dari
infeksi polio. Akan tetapi kenyataannya perbaikan lingkungan masih belum merata,
daerah dengan sanitasi buruk menjadi sumber penularan penyakit. Akses
transportasi yang semakin berkembang mempercepat penyebaran virus dari satu
daerah ke daerah lainnya termasuk import virus dari luar negeri. Keadaan sosial
ekonomi tidak mempengaruhi terjadinya poliomyelitis secara langsung, namun
dengan sosial ekonomi yang rendah tingkat pendidikan juga pasti rendah sehingga
pengetahuan mengenai sumber dan cara penularan penyakit polio sangat kurang.
Selain itu dengan status ekonomi yang rendah juga dapat mempengaruhi terhadap
status gizi pada anak (Arifah, 1998).
D. Cara – Cara Penanggulangan

Pencegahan penyakit polio dapat dilakukan dengan memberikan


penyuluhan kepada masyarakat tentang manfaat pemberian imunisasi sedini
mungkin semasa anak-anak sebanyak 4 kali dengan interval 6-8 minggu 7
(Judarwanto, 2005). Imunisasi dasar juga perlu diberikan kepada orang dewasa
yang sebelumnya belum pernah mendapatkan imunisasi yang merencanakan
untuk bepergian ke negara endemis polio, selain itu imunisasi juga harus diberikan
kepada anggota masyarakat dimana virus polio masih ada. Para petugas
laboratorium yang menangani spesimen yang mengandung virus polio dan kepada
petugas kesehatan yang kemungkinan terpajan dengan kotoran penderita yang
mengandung virus polio liar (Ditjen PP & PL, 2007).
 Pengobatan

Belum ada pengobatan antivirus spesifik untuk penyakit polio sampai


saat ini. Pencegahan merupakan satu-satunya jalan terbaik dalam
menanggulangi penyebaran penyakit ini. Selain itu, sanitas lingkungan
serta kebersihan perorangan akan meminimalkan virus yang masuk
melalui saluran pencernaan ini (Deswati Furqonita dan Tetty Setiowati,
2007)
 Pencegahan Poliomielitis

Pencegahan yang paling efektif terhadap penyakit poliomeilitis adalah


dengan pemberian vaksin. Vaksin Poliomeilitis Pada saat ini ada dua
jenis vaksin polio, yaitu OPV (Oral polio vaccine) dan IPV (Inactivated
polio vaccine). OPV diberikan dua tetes melalui mulut, sedangkan IPV
diberikan melalui suntikan (dalam kemasan sendiri atau kombinasi
DpaT).
Vaksin polio oral diberikan pada bayi baru lahir kemudian
dilanjutkan dengan imunisasi dasar. Untuk imunisas dasar, diberikan
pada umur 2, 4, dan 6. Pada PIN (Pekan imunisasi Nasional) semua
balita harus mendapat imunisasi tanpa memandang status imunisasi
kecuali pada penyakit dengan daya tahan tubuh menurun
(imunokompromais). Bila pemberiannya terlambat, jangan mengulang
pemberiannya dari awaltetapi lanjutkan dan lengkapi imunisasi sesuai
dengan jadwal. Pemberian imunisasi polio pada remaja dan dewasa
yang belum pernah imunisasi dan pekerja kontak dengan penderita
polio atau anak yang diberik OVP. Bagi ibu yang anaknya diberikan
OPV, diberikan dua tetes dengan jadwal seperti imunisasi dasar.
Pemberian air susu ibu tidak berpengaruh terhadap respon
pembentukan daya tahan tubuh terhadap polio, jadi saat pemberian
vaksin, anak tetap bisa meminum ASI. Imunisasi polio ulangan
(penguat) diberikan saat masuk sekolah (5– 6) dan dosis berikutnya
diberikan pada usia 15 – 19 tahun. Sejak tahun 2007, semua calon
jemaah haji dan umroh di bawah usia 15 tahun harus mendapat dua
tetes OPV

Gambar 1. Pemberian vaksin polio

 Efek samping vaksin polio

Pernah dilaporkan bahwa penyakit poliomeilitis terjadi setelah


pemberian vaksin polio. Vaksin polio pada sebagian kecil orang dapat
menimbulkan gejala pusing, diare ringan, dan nyeri otot. Vaksinasi
polio tidak dianjurkan diberikan pada keadaan ketika seseorang
sedang demam (> 38,5oC), muntah, diare, sedang dalam pengobatan
radio terapi atau obat penurun daya tahan tubuh, kanker, penderita
HIV, ibu hamil trimester pertama, dan alergi pada vaksin polio.
OPV tidak diberikan pada bayi yang masih di rumah sakit karena OPV
berisi virus polio yang dilemahkan dan vaksin jenis ini dieksresikan
(dibuang) melalui tinja selama enam minggu, sehingga bisa
membahayakan bayi lain. Untuk bayi yang dirawat di rumah sakit,
disarankan pemberian IPV.

(
Suharjo Cahyono, 2010)

E. Capaian Imunisasi di Provinsi Jawa Barat

Menurut data dari Kementerian Kesehatan, Indonesia mengalami


penurunan cakupan imunisasi dasar dari tahun 2020 – 2021 dengan gap sekitar 9
persen di mana sekitar 1,7 juta anak yang tidak mendapat imunisasi sejak 3 tahun
terakhir.

Capaian imunisasi dasar lengkap Provinsi Jabar pada 2020 sebesar 87,4
persen dan tahun 2021 sebesar 89,9 persen. Sedangkan pada 2022 capaian
imunisasi dasar lengkap di Jabar sudah lebih baik, yakni mencapai 107 persen.

Terjadinya penurunan cakupan imunisasi akan mengakibatkan timbulnya


daerah-daerah kantong yang berpotensi menjadi sumber kasus atau kejadian luar
biasa (KLB) terkait PD3I.

Pada tanggal 14 Maret 2023, ditemukan kasus lumpuh layu akut di


Kabupaten Purwakarta dengan hasil pemeriksaan laboratorium bahwa kasus
tersebut terkait VDPV (Vaccine Derived Poliovirus) Tipe 2 dengan perubahan 30-31
nukleotida.

Dengan ditemukannya kasus polio VDPV 2 di Purwakarta perlu dilakukan


Outbreak Response Immunization (ORI) dengan memberikan vaksin
Noval Oral Polio Vaccine Type 2 (NOPV2), yang diberikan dengan metode tetes
kepada sasaran anak usia 0-59 bulan.

Sub PIN dilakukan dalam 2 tahap, Sub PIN pertama berlangsung pada 3–
15 April 2023, sedangkan Sub PIN kedua dimulai pada 15–27 Mei 2023 . Setelah
dilaksanakan SUB PIN POLIO pada putaran pertama dimulai pada tanggal 3 April 10
2023, didapatkan hasil capaian imunisasi di Jawa barat sebesar 82,7% per tanggal
11 April 2023. Ketua Tim Pelaksana Vaksinasi Polio Jawa Barat Dedi Supandi
menyampaikan, sebanyak 3,2 juta anak sudah mendapatkan imunisasi polio dari
target 3,9 juta anak. Adapun target Sub PIN Polio di Jabar, yaitu di angka 95 persen
hingga tanggal 15 April 2023. (jabarprov.go.id) 10
BAB III 11

PENUTUPAN

A. Kesimpulan

Polio adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus polio yang dapat
mengakibatkan terjadinya kelumpuhan yang permanen. Penyakit ini dapat
menyerang pada semua kelompok umur, namun yang peling rentan adalah
kelompok umur kurang dari 3 tahun. Gejala meliputi demam, lemas, sakit kepala,
muntah, sulit buang air besar, nyeri pada kaki, tangan, kadang disertai diare.
Kemudian virus menyerang dan merusakkan jaringan syaraf , sehingga
menimbulkan kelumpuhan yang permanen.
Penularan dapat terjadi secara langsung dan tidak langsung. Transmisi
langsung melalui droplet dan orofaring serta feses penderita yang menyebar
melalui jari yang terkontaminasi pada peralatan makan, makanan dan minuman.
Sedangkan penularan dengan tidak langsung melalui sumber air, air mandi
dimana virus berada dalam air buangan masuk ke sumber-sumber air tersebut
dikarenakan sanitasi yang rendah.
Faktor yang memungkinkan timbulnya poliomyelitis menurut Soerbakti
(1989) antara lain: 1) Tingginya angka Tripple Negatif, 2) Perbaikan Lingkungan,
3) Perkembangan Pesat dibidang Transportasi, 4) Keadaan Sosial Ekonomi.
Pencegahan penyakit polio dapat dilakukan dengan memberikan
penyuluhan kepada masyarakat tentang manfaat pemberian imunisasi sedini
mungkin semasa anak-anak sebanyak 4 kali dengan interval 6-8 minggu
(Judarwanto, 2005).
Pada tanggal 14 Maret 2023, ditemukan kasus lumpuh layu akut di
Kabupaten Purwakarta dengan hasil pemeriksaan laboratorium bahwa kasus
tersebut terkait VDPV (Vaccine Derived Poliovirus) Tipe 2 dengan perubahan 30-31
nukleotida.

Dengan ditemukannya kasus polio VDPV 2 di Purwakarta, akhirnya Gubernur


Jawa Barat menggelar SUB Pekan Imunisasi Nasional (PIN) Polio yang
dilaksanakan dalam 2 tahap, Sub PIN pertama berlangsung pada 3–15 April 2023,
sedangkan Sub PIN kedua dimulai pada 15–27 Mei 2023 . Diidapatkan hasil capaian
imunisasi di Jawa barat sebesar 82,7% per tanggal 11 April 2023 dengan target Sub
PIN Polio di Jabar 95 persen.
12
Daftar Pustaka 13

Cahyono, Suharjo, dkk. 2010. Vaksinasi, Cara Ampuh Cegah Penyakit Infeksi. Yogyakarta:
2010.

Rahmawati, Dwi. 2008.Validitas Penapisan AFPuntuk Diagnosis Polio. Jakarta: UI


http://jabarprov.go.id/berita-sub-pin-polio (diakses 23 Agustus 2023).
http://fkep.unand.ac.id/images/polio.ppt (diakses 23 Agustus 2023)

Deswati, Furqonita, dan Setiowati, Tetty. 2007. Biologi Interaktif Jilid 1. Jakarta: Azka
Press

Anda mungkin juga menyukai