Anda di halaman 1dari 4

Malpraktek yang dilakukan bukan oleh petugas kesehatan yang

berwenang di bidangnya khususnya di bidang kesehatan gigi dan


mulut berdasarkan kasus kasus yang ada di Indonesia

Malpraktek adalah tindakan yang dilakukan oleh seorang profesional yang tidak sesuai
dengan standar etika dan profesionalisme yang berlaku dalam bidangnya. Malpraktek dapat
terjadi di berbagai bidang, termasuk di bidang kesehatan gigi dan mulut. Berikut adalah
analisa tentang malpraktek yang dilakukan bukan oleh petugas kesehatan yang berwenang
di bidangnya khususnya di bidang kesehatan gigi dan mulut berdasarkan kasus-kasus yang
ada di Indonesia:

1. Kasus Pencabutan Gigi oleh Tukang Tambal Ban


Pada tahun 2018, terjadi kasus seorang tukang tambal ban di Jawa Timur yang melakukan
pencabutan gigi pada seorang pasien. Tukang tambal ban tersebut tidak memiliki izin
praktek dan tidak memiliki pengetahuan yang memadai dalam melakukan tindakan
pencabutan gigi. Akibatnya, pasien mengalami luka serius pada gusinya dan harus dirawat
di rumah sakit. Kasus ini menunjukkan bahaya dari malpraktek yang dilakukan oleh orang
yang tidak memiliki kualifikasi dan pengetahuan yang memadai dalam bidang kesehatan gigi
dan mulut.

2. Kasus Pemasangan Gigi Palsu oleh Tukang Las


Pada tahun 2019, terjadi kasus seorang tukang las di Jawa Tengah yang melakukan
pemasangan gigi palsu pada seorang pasien. Tukang las tersebut tidak memiliki izin praktek
dan tidak memiliki pengetahuan yang memadai dalam melakukan tindakan pemasangan gigi
palsu. Akibatnya, pasien mengalami infeksi dan harus dirawat di rumah sakit. Kasus ini
menunjukkan bahaya dari malpraktek yang dilakukan oleh orang yang tidak memiliki
kualifikasi dan pengetahuan yang memadai dalam bidang kesehatan gigi dan mulut.

3. Kasus Pencabutan Gigi oleh Dokter Gigi yang Tidak Berkompeten


Pada tahun 2020, terjadi kasus seorang dokter gigi di Jakarta yang melakukan pencabutan
gigi pada seorang pasien. Namun, dokter gigi tersebut tidak memiliki kompetensi yang
memadai dalam melakukan tindakan pencabutan gigi. Akibatnya, pasien mengalami luka
serius pada gusinya dan harus dirawat di rumah sakit. Kasus ini menunjukkan bahaya dari
malpraktek yang dilakukan oleh dokter gigi yang tidak memiliki kompetensi yang memadai
dalam bidang kesehatan gigi dan mulut.

Dari kasus di atas, dapat disimpulkan bahwa malpraktek yang dilakukan oleh bukan
petugas kesehatan yang berwenang di bidangnya khususnya di bidang kesehatan gigi dan
mulut sangat berbahaya dan dapat menyebabkan kerugian yang serius bagi pasien. Oleh
karena itu, sangat penting bagi masyarakat untuk selalu memilih petugas kesehatan yang
berwenang dan memiliki kualifikasi dan pengetahuan yang memadai dalam bidang
kesehatan gigi dan mulut. Selain itu, pemerintah juga perlu meningkatkan pengawasan
terhadap praktik-praktik ilegal yang dilakukan oleh orang yang tidak memiliki kualifikasi dan
pengetahuan yang memadai dalam bidang kesehatan gigi dan mulut.
Secara umum, undang-undang yang mengatur tentang malpraktek dan sanksi di bidang
kesehatan di Indonesia adalah Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.
Pasal 197 ayat (1) dalam undang-undang tersebut menyatakan bahwa setiap tenaga
kesehatan yang melakukan malpraktek dapat dikenai sanksi administratif, sanksi perdata,
dan/atau sanksi pidana sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku. Sanksi pidana yang dapat dikenakan terhadap pelaku malpraktek di bidang
kesehatan gigi dan mulut dapat berupa denda, pembekuan izin praktek, diskualifikasi
profesional, atau tuntutan hukum. Selain itu, Kode Etik Kedokteran Indonesia juga mengatur
tentang tindakan malpraktek dan sanksi yang dapat diberikan kepada pelaku malpraktek di
bidang kesehatan gigi dan mulut.

Beberapa undang-undang yang membahas malpraktek di bidang kesehatan di Indonesia


antara lain:

1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan


Undang-undang ini merupakan payung hukum utama dalam mengatur berbagai aspek
kesehatan di Indonesia. Pasal 197 ayat (1) menyatakan bahwa setiap tenaga kesehatan
yang melakukan malpraktek dapat dikenai sanksi administratif, sanksi perdata, dan/atau
sanksi pidana sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

2. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran


Undang-undang ini mengatur tentang praktik kedokteran di Indonesia. Pasal 50 ayat (1)
menyebutkan bahwa setiap dokter wajib menjalankan praktik kedokteran dengan penuh
rasa tanggung jawab dan tidak boleh melakukan tindakan yang dapat merugikan pasien.

3. Kode Etik Kedokteran Indonesia


Kode Etik Kedokteran Indonesia mengatur tentang tindakan malpraktek dan sanksi yang
dapat diberikan kepada pelaku malpraktek di bidang kesehatan. Kode Etik ini menjadi acuan
dalam menilai perilaku dan tindakan para dokter dalam menjalankan praktik kedokteran.

4. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit


Undang-undang ini mengatur tentang penyelenggaraan rumah sakit di Indonesia. Pasal 57
ayat (1) menyebutkan bahwa rumah sakit wajib memberikan pelayanan medis yang aman,
bermutu, dan sesuai dengan standar profesi dan standar prosedur operasional.
Sanksi untuk malpraktek

Undang-undang tersebut merupakan landasan hukum yang mengatur tentang malpraktek di


bidang kesehatan di Indonesia. Masing-masing undang-undang tersebut memiliki peran
dalam menegakkan standar pelayanan kesehatan dan memberikan perlindungan bagi
masyarakat dari tindakan malpraktek.

Sanksi yang diberikan kepada petugas kesehatan yang melakukan malpraktek di bidang
kesehatan gigi dan mulut di Indonesia dapat bervariasi tergantung pada tingkat kesalahan
dan pelanggaran yang dilakukan. Beberapa sanksi yang mungkin diberikan termasuk:

1. Pembekuan Izin Praktek


Petugas kesehatan yang terbukti melakukan malpraktek dalam bidang kesehatan gigi dan
mulut dapat dikenai sanksi pembekuan izin praktek. Hal ini akan mencegah mereka untuk
melanjutkan praktik kedokteran gigi sampai batas waktu tertentu atau hingga masalah yang
mendasari pembekuan izin praktek tersebut diselesaikan.

2. Diskualifikasi Profesional
Petugas kesehatan yang terlibat dalam malpraktek serius dapat didiskualifikasi secara
permanen dari praktik kedokteran gigi. Hal ini berarti mereka tidak lagi diizinkan untuk
menjalankan praktik kedokteran gigi di Indonesia.

3. Denda
Selain sanksi administratif, petugas kesehatan yang melakukan malpraktek juga dapat
dikenai denda sesuai dengan peraturan yang berlaku. Denda ini dapat menjadi bentuk
kompensasi bagi korban malpraktek dan sebagai hukuman atas pelanggaran yang
dilakukan.

4. Tuntutan Hukum
Jika malpraktek tersebut melibatkan pelanggaran hukum, petugas kesehatan tersebut
dapat dituntut secara pidana dan harus mempertanggungjawabkan perbuatannya di
pengadilan.

Sanksi-sanksi ini bertujuan untuk melindungi masyarakat dari praktik medis yang tidak etis
dan tidak aman, serta sebagai upaya untuk menjaga standar profesionalisme dalam
pelayanan kesehatan gigi dan mulut. Selain itu, sanksi tersebut juga menjadi dorongan bagi
petugas kesehatan untuk selalu menjaga kualitas pelayanan dan mematuhi etika serta
standar profesi yang berlaku.

Untuk mencegah dan mengatasi malpraktek dalam bidang kesehatan gigi di Indonesia,
beberapa upaya yang dapat dilakukan antara lain:
1. *Edukasi*: Memberikan edukasi kepada masyarakat tentang pentingnya menjaga
kesehatan gigi dan mulut, termasuk cara menyikat gigi yang baik dan benar, serta cara
pencegahan penyakit gigi dan mulut lainnya

2. *Pemberdayaan masyarakat*: Melibatkan masyarakat dalam upaya pencegahan dan


penanganan masalah kesehatan gigi dan mulut, seperti melalui pelatihan kader kesehatan
gigi

3. *Peningkatan kesadaran*: Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya


menjaga kesehatan gigi dan mulut, terutama pada masa pandemi COVID-19 yang
membatasi pelayanan kesehatan gigi dan mulut

4. *Peningkatan kualitas pelayanan*: Meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan gigi dan


mulut, termasuk melalui peningkatan kualitas tenaga medis dan fasilitas kesehatan gigi dan
mulut

5. *Penerapan standar etika*: Menerapkan standar etika dan kode etik profesi dalam praktik
kesehatan gigi dan mulut, serta melakukan pengawasan dan penegakan hukum terhadap
pelanggaran etika dan kode etik tersebut

6. *Peningkatan pengawasan*: Meningkatkan pengawasan terhadap praktik kesehatan gigi


dan mulut, termasuk melalui audit dan inspeksi

7. *Pemberdayaan profesi*: Mempromosikan profesi kesehatan gigi dan mulut dan


menguatkan kompetensi tenaga medis, seperti melalui pelatihan dan sertifikasi

Dengan melakukan upaya-upaya tersebut, diharapkan dapat meningkatkan kualitas


pelayanan kesehatan gigi dan mulut, mencegah terjadinya malpraktek, dan meningkatkan
kesadaran masyarakat tentang pentingnya menjaga kesehatan gigi dan mulut.

Anda mungkin juga menyukai