Anda di halaman 1dari 39

KASUS ETIKA PROFESI

dan HUKUM
KESEHATAN
D3 KEPERAWATAN GIGI
SEMESTER 2
ANGGI TRISNA SYLVIA
DEVI ANGGRAINI
JUWITA TANJUNG
MAHDALENA
Kasus 1
• Pemasangan behel abal-abal/alat ortho yang
dipasang oleh oknum yang praktik illegal dan tidak
sesuai kompetensi
Dari kasus 1 diatas :
 Oknum Perawat Gigi :
• Melanggar Peraturan Menteri kesehatan Republik
Indonesia Nomor 20 tahun 2016 tentang Izin dan
Penyelenggaraan Terapis Gigi dan Mulut Pasal 3
Bab II tentang perizinan yang berbunyi :
• Melanggar Peraturan Menteri kesehatan Republik
Indonesia Nomor 20 tahun 2016 tentang Izin dan
Penyelenggaraan Terapis Gigi dan Mulut Pasal 12
dan 16 Bab III tentang Penyelenggaraan Praktek
Keprofesian Terapis Gigi dan Mulut yang berbunyi :
Bahaya yang ditimbulkan dari penggunaan behel abal-abal ini adalah :
• radang gusi yang ditandai dengan keluar darah pada saat menggosok
gigi.
• kerusakan email, karena penggunaan semen atau lem braket yang tidak
sesuai standar.
• kegoyahan gigi, gigi yang dipasang behel abal-abal menjadi berantakan
dan tidak beraturan.
• Gigi terasa ngilu, tidak bisa ngunyah dan tidak bisa menggigit.
• Kerusakan mulut dan bentuk muka yang berubah akibat pemasangan
behel yang tidak disesuaikan dengan kontur muka dan mulut.
Kaidah Dasar Bioetik yang dilanggar yaitu:
• Azas tidak merugikan (non maleficence)
- Tidak melukai atau tidak menimbulkan
bahaya/cidera bagi orang lain/pasien.
- Resiko fisik, psikologis maupun sosial akibat
tindakan dan pengobatan yang akan dilakukan
hendaknya seminimal mungkin.
Kasus 2
• Pemasangan gigi palsu yang dipasang oleh oknum
yang praktik illegal dan tidak sesuai kompetensi.
Dari kasus 2 diatas :
 Oknum tersebut melanggar :
• PerMenKes No. 39 Tahun 2014 pasal 2 ayat 1, “tukang gigi wajib
mendaftarkan diri kepada Pemda Kabupaten/Kota atau Dinas
Kesehatan setempat untuk mendapat izin Tukang Gigi”.
• berdasarkan Peraturan Menteri kesehatan Nomor 39 Tahun 2014
tentang Pembinaan, Pengawasan dan Perizinan, Pekerjaan Tukang
Gigi Pasal 6 angka (2) berbunyi :
“Pekerjaan tukang gigi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), hanya
berupa:
a. Membuat gigi tiruan sebagian dan/atau penuh yang terbuat dari
bahan heat curing acrylic yang memenuhi ketentuan persyaratan
kesehatan
b. Memasang gigi tiruan sebagian dan/atau penuh yang terbuat dari
bahan heat curing acrylic dengan tidak menutupi sisa akar”.
Lanjutan...
• Pasal 6 ayat (1) Permenkes • Dalam Pasal 9 Permenkes 39/2014
juga sudah diatur dengan tegas
39/2014 berbunyi :
bahwa tukang gigi dilarang
Pekerjaan tukang gigi hanya melakukan pekerjaan selain
dapat dilakukan apabila tidak kewenangannya tersebut, larangan
membahayakan kesehatan, tidak nya yaitu :
menyebabkan kesakitan dan 1. melakukan pekerjaan selain
kematian, aman, tidak kewenangan yang diatur dalam
bertentangan dengan upaya Pasal 6 ayat (2);
peningkatan derajat kesehatan 2. mewakilkan pekerjaannya kepada
orang lain
masyarakat dan idak
bertentangan dengan norma dan 3. melakukan promosi yang
mencantumkan pekerjaan selain
nilai yang hidup dalam yang diatur dalam Pasal 6 ayat (2)
masyarakat.
4. melakukan pekerjaan secara
berpindah-pindah.
Sanksi melanggar ketentuan-ketentuan
dari kasus 2
Dikenakan sanksi administratif oleh pemerintah
daerah kabupaten/kota berupa:
1. teguran tertulis.
2. pencabutan izin sementara.
3. pencabutan izin tetap.
Bahaya yang ditimbulkan dari Pemasangan gigi palsu yang
dipasang oleh oknum yang praktik illegal dan tidak sesuai
kompetensi antara lain :
• Menyebabkan iritasi, Iritasi ini paling utama dapat disebabkan karena
gigi palsu yang digunakan tidak steril, sehingga dapat menyebabkan
kuman serta bakteri lainnya masuk dan juga menempel pada bagian
gusi.
• Penggunaan gigi palsu dapat menyebabkan munculnya rasa sakit dan
juga nyeri yang luar biasa pada penggunanya, terutama ketika pada
awal-awal masa menggunakan gigi palsu. Rasa sakit ini dapat
menyebabkan iritasi, seperti sariawan.
• gigi palsu yang mudah lepas juga mempengaruhi proses pengunyahan,
dimana proses pengunyahan pada gigi palsu yang terlepas menjadi tidak
maksimal, yang akan memicu organ pencernaan bekerja lebih keras lagi
dalam mencerna makanan.
lanjutan......
• Kemungkinan Terjadinya Gigi Palsu Tertelan, Hal ini
dikarenakan proses pada saat pemasangan yang tidak tepat
dan juga tidak benar, sehingga pada saat gigi palsu tersebut
dipasang bisa tidak sengaja ikut tertelan, paling sering
kasusnya ketika penggunanya tersebut sedang makan dan
minum.
• Terjadi Iritasi, Infeksi dan Pembengkakan, Hal ini
dikarenakan adanya bakteri dan kuman yang menempel pada
gigi palsu yang sebelumnya tidak rajin dibersihkan, dan juga
karena adanya pendarahan dan gusi berdarah. Sehingga area
sekitar penggunaan gigi palsu menjadi bengkak, timbul iritasi
bahkan pada tahap akut yaitu infeksi parah.
Kaidah Dasar Bioetik yang dilanggar
yaitu:
• Azas Otonomi
- Melakukan sesuatu bagi pasien tanpa mereka
diberitahu sebelumnya.
- Memberitahukan pasien bahwa keadaannya baik,
padahal terdapat gangguan atau penyimpangan.
Kasus 3
• Seorang perawat gigi yang melakukan promosi berupa
pelayanan pemasangan behel yang mana pemasangan
behel tersebut bukanlah kompetensi perawat gigi.
Dari kasus di atas:
Oknum perawat gigi tersebut telah melanggar UU
Nomor 29 tahun 2004 tentang Undang-Undang
Praktik Kedokteran yaitu:
• Bab IX pembinaan dan pengawasan pasal 73 ayat 1
dan 2 “Setiap orang dilarang menggunakan identitas
berupa gelar atau bentuk lain yang menimbulkan
kesan bagi masyarakat seolah-olah yang
bersangkutan adalah dokter atau dokter gigi yang
telah memiliki surat tanda registrasi dan/atau surat
izin praktik.
Lanjutan.......
• Setiap orang dilarang • Bab V sumber daya di bidang
menggunakan alat, metode kesehatan pasal 23 ayat
atau cara lain dalam 1”dalam menyelenggarakan
memberikan pelayanan pelayanan kesehatan, tenaga
kepada masyarakat yang kesehatan wajib memiliki izin
menimbulkan kesan seolah- dari pemerintah”
olah yang bersangkutan • sedangkan disini perawat gigi
adalah dokter atau dokter gigi tersebut tidak memiliki izin
yang telah memiliki surat untuk melakukan
tanda registrasi dan/atau pemasangan behel, kenapa
surat izin praktik”. tidak memiliki izin tersebut
karena kompetensi perawat
 UU Nomor 36 tahun 2009
gigi bukanlah memasang
tentang kesehatan yaitu:
behel.
Sanksi
• Setiap dokter atau dokter gigi yang dengan sengaja melakukan
praktik kedokteran tanpa memiliki surat tanda registrasi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 ayat (1) dipidana dengan
pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun atau denda paling
banyak Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah).
• Setiap orang yang dengan sengaja menggunakan identitas berupa
gelar atau bentuk lain yang menimbulkan kesan bagi masyarakat
seolah-olah yang bersangkutan adalah dokter atau dokter gigi
yang telah memiliki surat tanda registrasi dokter atau surat tanda
registrasi dokter gigi dan/atau surat izin praktik sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 73 ayat(1) dipidana dengan pidana penjara
paling lama 5 (lima) tahun atau denda paling banyak
Rp150.000.000,00 (seratus lima puluh juta rupiah).
Kerugian yang di timbulkan
• Spesifikasi behel,behel palsu yang digunakan
bahayanya seperti bracket logam, yang mana
kandungan logam di bracket gigi tidak boleh
mengandung nikel. Jika tertelan bersama air liur,
maka dapat memicu kanker bagi si pengguna.
• Karena bukan ahlinya maka bila terjadi kesalahan
akan membuat gigi tambah rusak.
• Apabila terjadi kesalahn maka akan merusak citra
perawat gigi.
Kaidah Dasar Bioetik yang Dilanggar
• Kejujuran ( Veracity )
- Dokter dan perawat hendaknya mengatakan
secara jujur dan jelas apa yang akan dilakukan
serta akibat yang dapat terjadi.
Kasus 4
• Tindakan plagiat pada oknum-oknum tertentu yang
tidak memiliki izin untuk membuka praktek
pemasangan membehel dan memberikan veneeer dari
praktek atau klinik yang sudah memiliki izin untuk
melakukan tindakan tersebut.
Dari kasus 4 diatas:
 Oknum tersebut telah melanggar UU Nomor 24 tahun 2004
tentang Undang-Undang Praktik Kedokteran yaitu:
• BAB 1 Ketentuan Umum pasal 1 ayat 4 yaitu “Sertifikat
kompetensi adalah surat tanda pengakuan terhadap
kemampuan seorang dokter atau dokter gigi untuk
menjalankan praktik kedokteran di seluruh Indonesia setelah
lulus uji kompetensi”. Sedangkan dalam kasus tersebut,
oknum itu tidak memiliki sertifikat kompetensi.
• BAB 1 Ketentuan Umum pasal 1 ayat 7 yaitu “Surat
izin praktik adalah bukti tertulis yang diberikan
pemerintah kepada dokter atau dokter gigi yang akan
menjalankan praktik kodekteran setelah memenuhi
syarat”. Sedangkan dalam kasus tersebut, oknum itu
tidak memiliki sertifikat kompetensi.
• BAB II Asas dan Tujuan pasal 3 yang berbunyi salah
satunya “Memeberikan kepastian hukum kepada
masyarakat, dokter, dan dokter gigi”. Dalam kasus
tersebut, oknum tidak memiliki kepastian hukum
terhadap pasiennya.
Sanksi Pidana Kasus 4
• Setiap dokter atau dokter gigi yang dengan sengaja
melakukan praktik kedokteran tanpa memiliki surat
tanda registrasi dipidana dengan pidana penjara
paling lama 3 (tiga) tahun atau denda paling banyak
Rp. 100.0000.000 (seratus juta rupiah). Pasal 75 ayat
2.
Lanjutan…
• Setiap orang yang dengan sengaja menggunakan
identitas berupa gelar atau bentuk lain yang
menimbulkan kesan bagi masyarakat seolah-olah
yang bersangkutan adalah dokter atau dokter gigi
yang telah memiliki surat tanda resgistrasi dokter gigi
dan/atau surat izin praktik, dipidana dengan pidana
penjara paling lama 5 (lima) tahun tau denda paling
banyak Rp. 150.000.000 (seratus lima puluh juta
rupiah). Pasal 77.
Kompetensi Perawat Gigi
• Standar Administrasi dan Tata Laksana:
1. Standar administrasi.
2. Standar tata laksana pelayanan asuhan kesehatan gigi dan
mulut.
• Standar Pengumpulan Data Kesehatan Gigi:
1. Standar penyaringan data kesehatan gigi dan mulut.
2. Standar pemeriksaan OHIS.
3. Standar pemeriksaan DMF-T/def-t.
4. Standar pemeriksaan CPITN.
Lanjutan…
• Standar Promotif:
1. Standar penyusunan rencana kerja penyuluhan
kesehatan gigi dan mulut.
2. Standar penyuluhan kesehata gigi dan mulut.
3. Standar pelatihan kader.
Lanjutan…
• Standar Preventif:
1. Standar sikat gigi masal.
2. Standar kumur-kumur dengan larutan flour.
3. Standar pembersihan karang gigi.
4. Standar pengolesan flour.
5. Standar penumpatan pit dan fisure sealant.
Lanjutan…
• Standar Kuratif:
1. Standar pencabutan gigi sulung goyang derajat 2 atau
lebih.
2. Standar Atraumatic Restorative Treatment (ART).
3. Standar penumpatan gigi 1-2 bidang dangan amalgam.
4. Standar penumpatan gigi 1-2 bidang dengan bahan
sewarna gigi.
5. Standar pencabutan gigi permanen akar tunggal dengan
Infiltrasi Anestesi.
6. Standar rujukan.
7. Standar pencatatan dan pelaporan.
Lanjutan…
• Standar Hygiene Kesehatan Gigi:
1. Standar higiene petugas kesehatan gigi dan mulut.
2. Standa sterilisasi dan pemeliharaan alat-alat
kesehatan gigi.
3. Standar lingkungan kerja.
Lanjutan…
• Standar Pemeliharaan Kesehatan Gigi dan Mulut Pasien
Umum Rawat Inap.
• Standar Peralatan dan Bahan Asuhan Kesehatan Gigi dan
Mulut.

Dari uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa Perawat


Gigi tidak memiliki kompetensi untuk melakukan
pemasangan behel dan melakukan veneer, diperbolehkan
membuka praktik sesuai dengan kompetensi diatas dan tentu
saja harus memiliki izin.
Kerugian yang ditimbulkan
• Pemasangan behel:
1. Radang gusi yang ditandai dengan keluar darah pada saat
menggosok gigi.
2. Kerusakan email, karena penggunaan semen atau lem
braket yang tidak sesuai standar.
3. Kegoyangan gigi, gigi yang dipasang behel abal-abal
menjadi berantakan dan tidak beraturan.
4. Gigi terasa ngilu, tidak bisa ngunyah dan tidak bisa
menggigit.
5. Kerusakan mulut dan bentuk muka yang berubah akibat
pemasangan behel yang tidak disesuaikan dengan kontur
muka dan mulut.
Lanjutan…
• Kerugian pemakaian veneer:
1. Warna gigi jadi tidak sama
2. Masalah pada pemasangan veneer. Contohnya
adalah posisi veneer yang tidak benar, jika hal ini
terjadi maka gigi anda dapat mengalami kerusakan
dan pembusukan pada bagian luar tepi veneer.
3. Gigi semakin menjadi sensitif.
4. Gigi yang dipasang veneer juga bisa mengalami
kerusakan ketika menggigit atau mengunyah benda
keras.
Kaidah Dasar Bioetik yang Dilanggar
• Azas tidak merugikan (non maleficence)
- Tidak melukai atau tidak menimbulkan
bahaya/cidera bagi orang lain/pasien.
- Resiko fisik, psikologis maupun sosial akibat
tindakan dan pengobatan yang akan dilakukan
hendaknya seminimal mungkin.
• Veracity (Kejujuran)
- Dokter dan perawat hendaknya mengatakan secara
jujur dan jelas apa yang akan dilakukan serta akibat
yang dapat terjadi.
Kasus 5
• Praktek illegal yang mengaku sebagai dokter gigi
profesional
Dari kasus 5 diatas :
 Oknum Dokter Gigi:
• Melanggar Peraturan Menteri kesehatan Republik Indonesia Nomor
29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran Pasal 29 Ayat 1 Bab VI
tentang Registrasi Dokter Dan Dokter Gigi yag berbunyi : Setiap
dokter dan dokter gigi yang melakukan praktik kedokteran di Indonesia
wajib memiliki surat tanda registrasi dokter dan surat tanda registrasi
dokter gigi.
• Melanggar Peraturan Menteri kesehatan Republik Indonesia Nomor
29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran Pasal 36 Bab VII tentang
Penyelenggaraan Praktik Kedokteran yang berbunyi : Setiap dokter dan
dokter gigi yang melakukan praktik kedokteran di Indonesia wajib
memiliki surat izin praktik.
Lanjutan....
• Melanggar Peraturan Menteri kesehatan Republik
Indonesia Nomor 29 tahun 2004 tentang Praktik
Kedokteran Pasal 73 ayat (1) dan (2) Bab BAB IX
Pembinaan Dan Pengawasan yang berbunyi : (1) Setiap
orang dilarang menggunakanidentitas berupa gelar atau
bentuk lain yang menimbulkan kesan bagi masyarakat
seolah-olah yang bersangkutan adalah dokter atau dokter
gigi yang telah memiliki surat tanda registrasi dan/atau surat
izin praktik. (2) Setiap orang dilarang menggunakan alat,
metode atau cara lain dalam memberikan pelayanan kepada
masyarakat yang menimbulkan kesan seolah-olah yang
bersangkutan adalah dokter atau dokter gigi yang telah
memiliki surat tanda registrasi dan/atau surat izin praktik.
Sanksi Pidana Kasus 5
Pasal 76 : Setiap dokter atau dokter gigi yang dengan sengaja
melakukan praktik kedokteran tanpa memiliki surat izin praktik
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 dipidana dengan pidana
penjara paling lama 3 (tiga) tahun atau denda paling banyak Rp
100.000.000,00 (seratus juta rupiah).
Pasal 77 : Setiap orang yang dengan sengaja menggunakan identitas
berupa gelar atau bentuk lain yang menimbulkan kesan bagi
masyarakat seolah-olah yang bersangkutan adalah dokter atau
dokter gigi yang telah memiliki surat tanda registrasi dokter atau
surat tanda registrasi dokter gigi dan/atau surat izin praktik
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 73 ayat (1) dipidana dengan
pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun atau denda paling banyak
Rp 150.000.000,00 (seratus lima puluh juta rupiah).
Bahaya yang ditimbulkan dari doktek gigi illegal
ini adalah :
• radang gusi
• kerusakan email dan struktur gigi lainnya
• Gigi terasa ngilu dan sakit
• Timbulnya macam-macam penyakit gigi dan mulut
Kaidah Dasar Bioetik yang dilanggar
yaitu:
• Azas tidak merugikan (non maleficence)
- Tidak melukai atau tidak menimbulkan
bahaya/cidera bagi orang lain/pasien.
- Resiko fisik, psikologis maupun sosial akibat
tindakan dan pengobatan yang akan dilakukan
hendaknya seminimal mungkin.

Anda mungkin juga menyukai