Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH ETIKA KEPERAWATAN

KASUS ETIKA KEPERAWATAN DI RUMAH SAKIT


Untuk memenuhi tugas etika keperawatan
Dosen pengampu :

DISUSUN OLEH :
1. Iklima Fathullantip (P1337420218129)
2. Utvia damayenti (P1337420218135)
3. Ika Sofi Inggarsari (P1337420218117)
4. Wiwik Hagiana Dewi (P1337420218115)

KELOMPOK IV
TINGKAT 1 C

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN SEMARANG


PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN PURWOKERTO
TAHUN PELAJARAN 2017/2018
1. Permasalahan
Oknum Perawat Ini Operasi Pasien Hingga Sarafnya Putus
Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Kabupaten
Pamekasan, Jawa Timur, menyelidiki kasus malapraktik yang diduga
dilakukan oleh Bustami terhadap pasiennya Sudeh (42) hingga
menyebabkan yang bersangkutan lumpuh.
Ketua PPNI Pamekasan Cahyono, Kamis, mengatakan, pihaknya perlu
melakukan penyelidikan dengan minta klarifikasi secara langsung kepada
yang bersangkutan, karena hal itu berkaitan dengan kode etik profesi
perawat.
"Delik etik profesi perawat ini adalah urusan PPNI sebagai organisasi yang
menaungi profesi keperawatan," kata Cahyono seperti dikutip dari Antara,
Jumat (13/9/2013).
Penyelidikan yang akan dilakukan PPNI, katanya, hanya berkaitan dengan
kode etik perawat untuk memastikan apakah yang bersangkutan benar-
benar melanggar kode etik atau tidak.
Sedangkan dugaan kasus malapraktik yang dilakukan pelaku hingga
menyebabkan korban lumpuh, menurut Cahyono, merupakan urusan
kepolisian.
Ia menjelaskan, sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 17
Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Praktik Keperawatan, sebenarnya
seorang perawat diperbolehkan menjalankan praktik keperawatan, maupun
praktik mandiri keperawatan.
Sesuai dengan ketentuan itu, perawat yang diperbolehkan menjalankan
praktik mandiri ialah yang berpendidikan minimal D3 keperawatan, juga
mempunyai surat izin kerja, dan izin praktik perawat, apabila yang
bersangkutan membuka praktik keperawatan di luar tempat kerjanya.
"Apabila persyaratan-persyaratan itu dipenuhi, maka sebenarnya tidak ada
persoalan bagi perawat tersebut untuk membuka praktik," kata Cahyono
menjelaskan.
Terkait dengan kasus malapraktik yang dilakukan Bustami, Ketua PPNI
Cahyono menyatakan belum bisa memberikan kesimpulan apapun. Hanya
saja ia memastikan, jika secara etika Bustami memang melanggar ketentuan
kode etik, maka PPNI hanya bisa merekomendasikan kepada instansi
berwenang agar izin praktik perawatnya di luar institusi kerja dicabut.
Kasus dugaan malapraktik di Pamekasan menimpa Suadeh alias Sudeh (42),
warga Desa Tebul Timur, Kecamatan Pegantenan, Pamekasan, oleh oknum
perawat Bustami yang selama ini mengaku sebagai dokter spesialis bedah.
Dugaan malapraktik itu terungkap, setelah keluarga korban melaporkan
kepada polisi atas kasus yang menimpa pasien yang ditangani oknum
perawat namun mengaku dokter spesialis bedah itu. Sebelumnya, pasien
berobat ke klinik milik oknum perawat bernama Bustami itu.
Kasus itu, terjadi pada 2012. Saat itu korban bernama Sudeh (42) datang ke
"Klinik Harapan" yang menjadi tempat praktik oknum itu di rumahnya di
Desa/Kecamatan Pakong, Pamekasan.
Ketika itu, korban menderita pusing-pusing. Oleh oknum perawat itu
disarankan agar dibedah karena di bagian punggung korban ada benjolan
yang diduga sebagai penyebab dari penyakit yang dideritanya.
"Saat itu kami bilang pada ’si dokter’ tersebut, akan dirujuk ke rumah sakit
di Pamekasan," kata saudara korban, Jumrah.
Akan tetapi, kata dia, Bustami justru minta agar tidak dioperasi di rumah
sakit, sebab dirinya juga bisa melakukan tindakan medis dan dia sendiri
merupakan dokter spesialis bedah.
Atas saran Bustami itu, pasien kemudian dioperasi oleh oknum perawat itu
di klinik setempat. Akan tetapi, setelah operasi ternyata kondisi pasien tidak
sembuh, bahkan pandangan mata kian buram, pendengaran terganggu, dan
kemudian lumpuh.
"Kami lalu memeriksakan diri ke rumah sakit Dr Soetomo di Surabaya,
ternyata sarafnya putus akibat operasi yang dilakukan oleh Bustami itu,"
kata Jumrah.
Bustami merupakan pegawai Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD)
Pamekasan sebagai perawat di unit gawat darurat.
II.PEMBAHASAN

2.1 JENIS PELANGGARAN


TERMASUK pelanggaran etika keperawatan dirumah sakit.
2.3 SIAPA YANG MELAKUKAN PELANGGARAN
1. perawat bustami
2. ketua PPNI Cahyono
2.4 Apa akibat dari tindakan malpraktek terhadap pasien?
Saraf putus dan pasien menjadi lumpuh
2.5 Apa tindakan pemerintah terhadap pelaku pelanggaran?
Sesuai Undang-Undang
2.6 Apa tindakan pemerintah terhadap pelaku pelanggaran?

Hokum
Pada peraturan perundang-undangan Indonesia yang sekarang berlaku tidak ditemukan
pengertian mengenai malpraktik. Akan tetapi makna atau pengertian malpraktik justru
didapati dalam Pasal 11 ayat (1) huruf b UU No. 6 Tahun 1963 tentang Tenaga
Kesehatan (“UU Tenaga Kesehatan”) yang telah dinyatakan dihapus oleh UU No. 23
Tahun 1992 tentang Kesehatan. Oleh karena itu secara perundang-undangan, menurut
Dr. H. Syahrul Machmud, S.H., M.H., ketentuan Pasal 11 ayat (1) huruf b UU Tenaga
Kesehatan dapat dijadikan acuan makna malpraktik yang mengidentifikasikan malpraktik
dengan melalaikan kewajiban, berarti tidak melakukan sesuatu yang seharusnya
dilakukan.

Pasal 11 ayat (1) huruf b UU Tenaga Kesehatan:


(1) Dengan tidak mengurangi ketentuan-ketentuan di dalam Kitab Undang-undang
Hukum Pidana dan Peraturan-peraturan perundang-undangan lain, maka
terhadap tenaga kesehatan dapat dilakukan tindakan-tindakan administratip
dalam hal sebagai berikut:
a. melalaikan kewajiban;
b. melakukan sesuatu hal yang seharusnya tidak boleh diperbuat oleh
seorang tenaga kesehatan, baik mengingat sumpah jabatannya
maupun mengingat sumpah sebagai tenaga kesehatan;
c. mengabaikan sesuatu yang seharusnya dilakukan oleh tenaga
kesehatan;
d. melanggar sesuatu ketentuan menurut atau berdasarkan undang-
undang ini.
Dari kasus tersebut perawat telah melakukan kelalaian yang
mengakibatkan kerugian seperti patah tulang tungkai sehingga bisa
dikategorikan sebagai malpraktek yang termasuk ke dalam criminal
malpractice bersifat neglegence yang dapat dijerat hokum antara lain :

1. Pasal-pasal 359 sampai dengan 361 KUHP, pasal-pasal karena lalai


menyebabkan mati atau luka-luka berat.Pasal 359 KUHP, karena kelalaian
menyebabkan orang mati :Barangsiapa karena kealpaannya menyebabkan
mati-nya orang lain, diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun
atau kurungan paling lama satu tahun.

2. Pasal 360 KUHP, karena kelalaian menyebakan luka berat:Ayat (1)


Barangsiapa karena kealpaannya menyebakan orang lain mendapat luka-
luka berat, diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun atau
kurungan paling lama satu tahun.Ayat (2) Barangsiapa karena kealpaannya
menyebabkan orang lain luka-luka sedemikian rupa sehinga menimbulkan
penyakit atau alangan menjalankan pekerjaan, jabatan atau pencaharian
selama waktu tertentu, diancam de¬ngan pidana penjara paling lama
sembilan bulan atau denda paling tinggi tiga ratus rupiah.

3. Pasal 361 KUHP, karena kelalaian dalam melakukan jabatan atau


pekerjaan (misalnya: dokter, bidan, apoteker, sopir, masinis dan Iain-lain)
apabila melalaikan peraturan-peraturan pekerjaannya hingga
mengakibatkan mati atau luka berat, maka mendapat hukuman yang lebih
berat pula.Pasal 361 KUHP menyatakan:Jika kejahatan yang diterangkan
dalam bab ini di-lakukan dalam menjalankan suatu jabatan atau
pen¬caharian, maka pidana ditambah dengan pertiga, dan yang bersalah
dapat dicabut haknya untuk menjalankan pencaharian dalam mana
dilakukan kejahatan dan hakim dapat memerintahkan supaya putusnya di-
umumkan.Pertanggung jawaban didepan hukum pada criminal malpractice
adalah bersifat individual/personal dan oleh sebab itu tidak dapat dialihkan
kepada orang lain atau kepada rumah sakit/sarana kesehatan.

Selain pasal tersebut diatas, perawat tersebut juga telah melanggar Pasal
54 :

(1). Terhadap tenaga kesehatan yang melakukan kesalahan atau kelalaian


dalam melak-sanakan profesinya dapat dikenakan tindakan disiplin.
(2). Penentuan ada tidaknya kesalahan atau kelalaian sebagaimana yang
dimaksud dalam ayat (1) ditentukan oleh Majelis Disiplin Tenaga
Kesehatan.

KESIMPULAN
– Malpraktik bersifat sangat kompleks

– Perawat diperhadapkan pada tuntutan pelayanan profesional.

– Banyak kemungkinan yang dapat memicu perawat melakukan malpraktik.


Malpraktik lebih spesifik dan terkait dengan status profesional seseorang,
misalnya perawat, dokter, atau penasihat hokum

– untuk mengatakan secara pasti malpraktik, apabila pengguagat dapat


menunujukkan hal-hal dibawah ini :
a. Duty – Pada saat terjadinya cedera, terkait dengan kewajibannya
yaitu, kewajiban mempergunakan segala ilmu dan kepandaiannya untuk
menyembuhkan atau setidak-tidaknya meringankan beban penderitaan
pasiennya berdasarkan standar profesi.

b. Breach of the duty – Pelanggaran terjadi sehubungan dengan kewajibannya,


artinya menyimpang dari apa yang seharusnya dilalaikan menurut standar
profesinya.
c. Injury – Seseorang mengalami cedera (injury) atau kerusakan (damage) yang
dapat dituntut secara hukum
d. Proximate caused – Pelanggaran terhadap kewajibannya menyebabkan atau terk
dengan cedera yang dialami pasien.

– Bidang Pekerjaan Perawat Yang Berisiko Melakakan Kesalahan yaitu tahap


pengkajian keperawatan (assessment errors), perencanaan keperawatan
(planning errors), dan tindakan intervensi keperawatan (intervention errors).

SARAN
– dalam memberikan pelayanan keperawatan , hendaknya berpedoman pada kode
etik keperawatan dan mengacu pada standar praktek keperawatan

– perawat diharapkan mampu mengidentifikasi 3 area yang memungkinkan perawat


berisiko melakukan kesalahan, yaitu tahap pengkajian keperawatan
(assessment errors), perencanaan keperawatan (planning errors), dan tindakan
intervensi keperawatan (intervention errors) sehigga nantinya dapat
menghindari kesalahan yang dapat terjadi

– perawat harus memiliki kredibilitas tinggi dan senantiasa meningkatkan


kemampuannya untuk mencegah terjadinya malpraktek

Anda mungkin juga menyukai