Disusun oleh :
Nama : Atikah
NIM : P1337424722048
TAHUN 2023
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Persalinan ibu hamil di Indonesia saat ini dapat ditolong oleh seorang dokter
ahli kebidanan dan penyakit kandungan atau seorang bidan dan dapat
dilaksanakan di pyskesmas, klinik bersalin atau Rumah Sakit Umum. Dokter ahli
kebidanan dan penyakit kandungan adalah dokter yang memiliki ketrampilan dan
ilmu khususu tentang kehamilan, persalinan, nifas serta segala aspek kelainannya
dan tentang alat genitalia (internal dan eksternal) diluar kehamilan. Sedangkan
yang dimaksud dengan bidan adalah seorang wanita yang telah mengikuti dan
menyelesaikan pendidikan bidan yang telah diakui pemerintah dan lulus ujian
sesuai persyaratan yang berlaku, dicatat, diberi izin secara sah untuk
menjalankan praktik.
Bidan muncul sebagai wanita terpercaya dalam mendampingi dan menolong
ibu melahirkan. Bidan adalah profesi yang diakui secara nasional maupun
internasional oleh sejumlah praktisi di seluruh dunia. Pengertian bidan dan
bidang praktiknya secara internasional telah diakui oleh International
Confederation Of Midwife (ICM), Federation International Of Gynaecologist
And Obstetrian (FIGO) dan World Health Organization (WHO) sedangkan
secara nasional telah diakui oleh Ikatan Bidan Indonesia (IBI) sebagai organisasi
profesi bidan di Indonesia (Yulista, 2019).
Peran bidan di masyarakat sangat dihargai dan dihormati karena tugasnya
yang sangat mulia, memberi semangat, membesarkan hati dan mendampingi,
serta menolong ibu melahirkan dan merawat bayinya dengan baik. Untuk
menjadi bidan yang profesional dan bertanggung jawab harus selalu
memperhatikan standar profesi bidan, kode etik bidan, wewenang bidan, sanksi
dan reward, serta komunikasi dengan klien. Hal-hal tersebut akan menjadi dasar
bagi bidan agar bisa menjalankan tugasnya sesuai dengan ketentuan-
ketentuannya (Yulista, 2019).
Bidan dalam menjalankan tugasnya selalu bersentuhan dengan pasien, dalam
UU Kebidanan disebut dengan klien. Pasien adalah orang yang sedang menderita
penyakit atau gangguan badaniah atau rohaniah yang perlu ditolong agar lekas
sembuh dan berfungsi kembali agar melakukan kegiatan sebagai salah satu
anggota masyarakat. Pasien adalah titik sentral dalam usaha penyembuhan yang
dilakukan oleh tenaga kesehatan. Tenaga kebidanan yang diberikan kepercayaan
oleh pasien haruslah memperhatikan baik buruknya pelayanan yang diberikan
serta mengutamakan prinsip kehatihatian dalam memberikan tindakan
pertolongan. Sebab tidak menutup kemungkinan suatu kesalahan atau kelalaian
bisa terjadi.
Kesalahan atau kelalaian yang dilakukan oleh bidan dalam melaksanakan
tugas profesinya dapat berakibat fatal terhadap fisik maupun jiwa pasien dan hal
ini tentu saja merugikan bagi pihak pasien. Adanya kerugian tersebut,
mengharuskan atau menimbulkan pertanggungjawaban dari pihak yang
merugikan sebagai bentuk perlindungan hukum terhadap pasien dalam
mendapatkan pelayanan kesehatan serta dapat mengurangi kepercayaan
masyarakat terhadap profesi kebidanan.
Masalah dugaan malpraktik medik, akhir-akhir ini, sering diberitakan di
media masa. Namun, sampai kini, belum ada yang tuntas penyelesaiannya.
Putusan pengadilan apakah ada kelalaian atau tidak atau tindakan tersebut
merupakan risiko yang melekat pun belum pernah diambil. Masyarakat hanya
melihat dampak dan akibat yang timbul dari tindakan malpraktik tersebut. Semua
bergantung kepada si penafsir masing-masing (keluarga, media massa,
pengacara), dan tidak ada proses hukumnya yang tuntas. Karena itu sangat perlu
bagi kita terutama tenaga medis untuk mengetahui sejauh mana malpraktek
ditinjau dari segi etika dan hukum
Seperti contoh kasus malpraktek bidan yang dialami pasangan suami istri
Khaidir dan Nova, merek kehilangan bayi perempuannya secara tragis. Di mana,
anak keduanya itu meninggal dalam kondisi mengenaskan yakni kepala terputus
saat proses persalinan di Puskesmas Gajah Mada, Indragiri Hilir (Inhil), Riau.
Peristiwa menyedihkan itu terjadi di Puskesmas Gajah Mada pada Jumat 26
Agustus 2022 lalu.
B. Masalah
Mengapa kasus persalinan dengan sungsang ditolong oleh bidan dan bayi
meninggal masih terjadi dan apa sajakah pasal-pasal dan wewenang bidan yang
mengatur persalinan dengan sungsang?
C. Tujuan
1. Mengetahui dan memahami kasus malpraktek kebidanan dari segi hukum
etika dan profesi
2. Mengetahui dan memahami landasan hukum dan kewenangan bidan
3. Mampu menganalisis kasus malpraktek kebidanan ditinjau dari segi hukum
dan etika profesi serta kewenangan bidan.
D. Manfaat
1. Menambah wawasan ilmu pengetahuan dalam bidang kesehatan terutama
yang berkaitan dengan malpraktek persalinan sungsang yang ditolong oleh
bidan
2. Memahami permasalahan yang berkaitan dengan malpraktek persalinan
sungsang yang ditolong oleh bidan serta upaya- upaya untuk mencegahnya.
3. Memahami wewenang dan kompetensi bidan dalam pertolongan persalinan
secara sungsang
4. Memahami tuntutan hukum terhadap malpraktek persalinan sungsang yang
ditolong oleh bidan
BAB II
KAJIAN TEORI/KAJIAN JURNAL
A. Malpraktek
1. Pengertian Malpraktek
Malpraktek merupakan istilah yang sangat umum sifatnya dan tidak
selalu berkonotasi yuridis. Secara harfiah “mal” mempunyai arti “salah”
sedangkan “praktek” mempunyai arti “pelaksanaan” atau “tindakan”,
sehingga malpraktek berarti “pelaksanaan atau tindakan yang salah”.
Meskipun arti harfiahnya demikian tetapi kebanyakan istilah tersebut
dipergunakan untuk menyatakan adanya tindakan yang salah dalam rangka
pelaksanaan suatu profesi. Sedangkan difinisi malpraktek profesi kesehatan
adalah “kelalaian dari seseorang dokter atau tenaga keperawatan (perawat
dan bidan) untuk mempergunakan tingkat kepandaian dan ilmu pengetahuan
dalam mengobati dan merawat pasien, yang lazim dipergunakan terhadap
pasien atau orang yang terluka menurut ukuran dilingkungan yang sama”
(Valentin v. La Society de Bienfaisance Mutuelle de Los Angelos,
California, 1956).
Berlakunya norma etika dan norma hukum dalam profesi bidan.
Di dalam setiap profesi termasuk profesi tenaga bidan berlaku norma etika
dan norma hukum. Oleh sebab itu apabila timbul dugaan adanya kesalahan
praktek sudah seharusnyalah diukur atau dilihat dari sudut pandang kedua
norma tersebut. Kesalahan dari sudut pandang etika disebut ethical
malpractice dan dari sudut pandang hukum disebut yuridical malpractice.
Hal ini perlu difahami mengingat dalam profesi tenaga bidan berlaku norma
etika dan norma hukum, sehingga apabila ada kesalahan praktek perlu dilihat
domain apa yang dilanggar. Karena antara etika dan hukum ada perbedaan-
perbedaan yang mendasar menyangkut substansi, otoritas, tujuan dan sangsi,
maka ukuran normatif yang dipakai untuk menentukan adanya ethica
malpractice atau yuridical malpractice dengan sendirinya juga berbeda. Yang
jelas tidak setiap ethical malpractice merupakan yuridical malpractice akan
tetapi semua bentuk yuridical malpractice pasti merupakan ethical
malpractice (Lord Chief Justice, 1893).
2. Malpraktek di Bidang Hukum
Untuk malpraktek hukum atau yuridical malpractice dibagi dalam 3
kategori sesuai bidang hukum yang dilanggar, yakni criminal malpractice,
civil malpractice dan administrative malpractice.
a. Criminal malpractice
Perbuatan seseorang dapat dimasukkan dalam kategori criminal
malpractice manakala perbuatan tersebut memenuhi rumusan delik pidana
yakni perbuatan tersebut (positive act maupun negative act) merupakan
perbuatan tercela dan dilakukan dengan sikap batin yang salah (mens rea)
yang berupa kesengajaan (intensional), kecerobohan (reklessness) atau
kealpaan (negligence).
1) Criminal malpractice yang bersifat sengaja (intensional):
- Pasal 322 KUHP, tentang Pelanggaran Wajib Simpan Rahasia
Kebidanan, yang berbunyi:
Ayat (1) Barangsiapa dengan sengaja membuka rahasia yang wajib
disimpannya karena jabatan atau pencahariannya, baik yang
sekarang, maupun yang dahuluj diancam dengan pidana penjara
paling lama sembi Ian bulan atau denda paling banyak enam ratu
rupiah.
Ayat (2) Jika kejahatan dilakukan terhadap seorang tertentu, maka
perbuatan itu hanya dapat dituntut ata pengaduan orang itu.
- Pasal 346 sampai dengan pasal 349 KUHP, tentang Abortus
Provokatus. Pasal 346 KUHP Mengatakan: Seorang wanita yang
sengaja menggugurkan atau mematikan kandungannya atau
menyuruh orang lain untuk itu, diancam dengan pidana penjara
paling lama empat tahun.
C. Persalinan Sungsang
1. Pengertiang Persalinan Sungsang
Pengertian letak sungsang atau bokong Persalinan letak sungsang
adalah letak bayi sesuai dengan sumbu badan ibu, kepala berada pada fundus
uteri sedangkan bokong merupakan bagian terbawah (di daerah pintu atas
panggul/simfisis). Letak sungsang atau presentasi bokong adalah suatu
keadaan yang terjadi dimana bokong atau tungkai janin sebagai bagian yang
terendah di dalam panggul ibu. Letak sungsang atau presentasi bokong
adalah janin letak memanjang dengan bagian terendahnya bokong, kaki atau
kombinasi keduanya. Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan
bahwa persalinan letak sungsang adalah suatu keadaan dengan letak janin
memanjang dan bokong atau tungkai janin berada di bagian terendah pintu
atas panggul.
2. Penyebab
Sering kali tidak ada penyebab yang bisa diidentifikasi, tetapi berbagai
kondisi berikut ini mendorong terjadinya presentasi bokong
a. Tungkai Ekstensi
Versi sefalik spontan dapat terhambat jika tungkai janin mengalami
ekstensi dan „membelit‟ punggung
b. Persalinan Premature
Presentasi bokong relatif banyak terjadi sebelum usia gestasi 34 minggu
sehingga presentasi bokong lebih sering terjadi pada persalinan
premature.
c. Kehamilan kembar
Kehamilan kembar membatasi ruang yang tersedia untuk perputaran
janin, yang dapat menyebabkan salah satu janin atau lebih memiliki
presentasi bokong.
d. Polihidramnion
Distensi rongga uterus oleh cairan amnion yang berlebihan dapat
menyebabkan presentasi bokong.
e. Hidrosefalus
Keadaan dimana terjadi penimbunan cairan serebrospinalis dalam
ventrikel otak, sehingga kepala menjadi besar serta terjadi pelebaran
sutura-sutura dan ubun-ubun. Karena ukuran kepala janin terlalu besar
dan tidak dapat berakomodasi dibagian bawah uterus, maka sering
ditemukan dalam letak sungsang
f. Abnormlitas Uterus
Dostorsi rongga uterus oleh septum atau jaringan fibroid dapat
menyebabkan presentasi bokong.
g. Plasenta previa
Sebagian penulis meyakini bahwa hal ini dapat menyebabkan presentasi
bokong, tetapi sebagian lain tidak menyetujui hal tersebut.
3. Etiologi Penyebab letak sungsang dapat berasal dari:
a. Faktor ibu
1) Keadaan rahim
a) Rahim arkuatus
b) Septum pada rahim
c) Uterus dupleks
d) Mioma bersama kehamilan
2) Keadaan plasenta
a) Plasenta letak rendah
b) Plasena previa 3)
3) Keadaan jalan lahir
a) Kesempitan panggul
b) Deformitas tulang panggul
c) erdapat tumor menghalangi jalan lahir dan perputaran ke posisi
kepala.
b. Faktor Janin
1) Tali pusat pendek atau lilitan tali pusat
2) Hirdosefalus atau anensefalus
3) Kehamilan kembar
4) Hirdramnion atau oligohidramnion
5) Prematuritas.
4. Prognosis
a. Bagi ibu Kemungkinan robekan pada perineum lebih besar, ketuban
pecah lebih cepat, partus lama, sehingga mudah terkena infeksi
b. Bagi bayi Prognosa tidak begitu baik, karena adanya gangguan peredaran
darah plasenta setelah bokong lahir dan setelah perut lahir, tali pusat
terjapit antara kepala dan panggul, sehingga bayi bisa mengalami asfiksia.
Oleh karena itu supaya janin hidup, kepala janin harus dilahirkan
dalam waktu maksimal delapan ( 8 ) menit sejak lahir sebatas pusat.
5. Konsep Penatalaksanaan Letak Sungsang
Pertolongan persalinan letak sungsang memerlukan perhatian karena
dapat menimbulkan komplikasi kesakitan, cacat permanen sampai kematian
bayi. Menghadapi kehamilan letak sungsang dapat diambil tindakan :
a. Saat kehamilan
1) Mengubah Posisi Sungsang dengan Bersujud
Cara termudah dan teraman untuk mengubah posisi janin sungsang
adalah dengan bersujud (knee chest position) secara rutin setiap hari
sebanyak 2 kali sehari, misalnya pagi dan sore, masing-masing selama
10 menit. Biasanya bayi akan berputar dan posisinya kembali normal,
yaitu kepala berada di bagian bawah rahim. Pada saat kontrol ulang/
periksa ulang , maka bidan atau dokter akan kembali melakukan
pemeriksaan palpasi untuk memeriksa posisi janin. Jika belum
berhasil, maka latihan diulangi dan dilanjutkan setiap hari. Latihan ini
hanya efektif bila dilakukan pada usia kehamilan kurang dari 37
minggu.
2) Cara Lain dengan Versi Luar
Merupakan upaya yang dilakukan dari luar untuk dapat mengubah
kedudukan janin menjadi kedudukan lebih menguntungkan dalam
persalinan pervaginam (memutar posisi janin dari luar). Untuk
melakukan versi luar ini diperlukan syarat, sehingga versi luar dapat
berhasil dengan baik, yaitu :
Dilakukan pada primigravida dengan umur kehamilan 34 minggu,
multigravida dengan umur kehamilan 36
Pada inpartu dilakukan sebelum pembukaan 4 cm
Bagian terendah belum masuk atau masih dapat dikeluarkan dari
pintu atas panggul
Bayi dapat dilahirkan pervaginam
Ketuban masih positif utuh.
Tidak ada komplikasi atau kontraindikasi ( IUGR, perdarahan,
bekas seksio, kelainan janin, kehamilan kembar, hipertensi)
b. Persalinan diselesaikan dengan :
1) Pertolongan persalinan pervaginam Pertolongan persalinan letak
sungsang pervaginam yang tidak sempat atau tidak berhasil dilakukan
versi luar adalah :
Pertolongan fisiologis secara Brach
Persalinan Brach berhasil bila berlangsung dalam satu kali his dan
mengejan, Sedangkan penolong membantu melakukan
hiperlordose. Bila persalinan dengan satu kali his dan mengejan
tidak berhasil, maka pertolongan Brach dianggap gagal, dan
dilanjutkan dengan ekstraksi (manual aid)
Ekstraksi bokong partial
Persalinan dengan ekstraksi bokong partial dimaksudkan bahwa:
Persalinan bokong sampai umbilikus berlangsung dengan
kekuatan sendiri Terjadi kemacetan persalinan badan dan kepala
Dilakukan persalinan bantuan dengan jalan : secara klasik,
secara Muller dan Loevset.
A. Profil Kasus
Pasangan suami Khaidir dan Nova kehilangan bayi perempuannya secara
tragis. Di mana, anak keduanya itu meninggal dalam kondisi mengenaskan yakni
kepala terputus saat proses persalinan di Puskesmas Gajah Mada, Indragiri Hilir
(Inhil), Riau. Peristiwa menyedihkan itu terjadi di Puskesmas Gajah Mada pada
Jumat (26/8) lalu. Berikut sejumlah fakta atas peristiwa tersebut:
1. Nova Dilarikan ke Puskesmas Karena Mengalami Pecah Ketuban
Nova sendiri dilarikan ke puskesmas karena mengalami pecah air
ketuban. Setibanya di Puskesmas, Nova langsung ditangani tenaga kesehatan.
Namun tak disangka, bayi yang dilahirkan justru tidak utuh alias putus di
bagian kepala. Insiden itu sontak membuat Khaidir kaget. Nova pun akhirnya
dirujuk ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Puri Husada untuk mendapat
penanganan medis.
Insiden itu kemudian membuat pasangan Khaidir dan Nova syok. Bahkan
pasangan itu tidak kuasa melihat bayinya lahir tanpa kepala. Khaidir saat
dikonfirmasi membenarkan insiden tersebut. Hanya saja ia belum ada
melaporkan kasus tersebut ke kepolisian. "Benar (soal insiden kepala bayinya
putus). Belum ada lapor," ujar Khaidir saat dimintai konfirmasi dari seluler,
Rabu (31/8/2022).
2. Tim Ahli Cari Tahu Penyebab Kepala Bayi Putus
Kepala Puskesmas Gajah Mada, Marlina mengatakan tim ahli sudah turun
untuk memastikan atas insiden persalinan tersebut. "Saya belum bisa cerita
banyak karena ini tim audit dan tim ahli sudah turun. Ya kita tunggu dari ahli
AMP atau audit maternal perinatal dulu selesai kerja," kata Marlina, ketika
dikonfirmasi, Rabu (31/8/2022).
B. Pembahasan
Etika punya arti yang berbeda-beda jika dilihat dari sudut pandang
pengguna yang berbeda dari istilah itu. Bagi ahli falsafah, etika adalah ilmu atau
kajian formal tentang moralitas. Moralitas adalah ha-hal yang menyangkut moral,
dan moral adalah sistem tentang motivasi, perilaku dan perbuatan manusia yang
dianggap baik atau buruk. Peter Singer, filusf kontemporer dari Australia menilai
kata etika dan moralitas sama artinya, karena itu dalam buku-bukunya ia
menggunakan keduanya secara tertukar-tukar. Bagi sosiolog, etika adalah adat,
kebiasaan dan perilaku orang-orang dari lingkungan budaya tertentu. Bagi
praktisi profesional termasuk dokter dan tenaga kesehatan lainnya etika berarti
kewajiban dan tanggung jawab memenuhi harapan (ekspekatasi) profesi dan
masyarakat, serta bertindak dengan cara-cara yang profesional, etika adalah salah
satu kaidah yang menjaga terjalinnya interaksi antara pemberi dan penerima jasa
profesi secara wajar, jujur, adil, profesional dan terhormat.
Bagi asosiasi profesi, etika adalah kesepakatan bersama dan pedoman
untuk diterapkan dan dipatuhi semua anggota asosiasi tentang apa yang dinilai
baik dan buruk dalam pelaksanaan dan pelayanan profesi itu. Malpraktek
meliputi pelanggaran kontrak ( breach of contract), perbuatan yang disengaja
(intentional tort), dan kelalaian (negligence). Kelalaian lebih mengarah pada
ketidaksengajaan (culpa), sembrono dan kurang teliti. Kelalaian bukanlah suatu
pelanggaran hukum atau kejahatan, selama tidak sampai membawa kerugian atau
cedera kepada orang lain dan orang itu dapat menerimanya. Ini berdasarkan
prinsip hukum “de minimis noncurat lex”, hukum tidak mencampuri hal-hal yang
dianggap sepele.
Salah satu upaya untuk menghindarkan dari malpraktek adalah adanya
informed consent (persetujuan) untuk setiap tindakan dan pelayanan medis pada
pasien. Hal ini sangat perlu tidak hanya ntuk melindungi dari kesewenangan
tenaga kesehatan seperti dokter atau bidan, tetapi juga diperlukan untuk
melindungi tenaga kesehatan dari kesewenangan pasien yang melanggar batas-
batas hukum dan perundang-undangan malpraktek.
Dalam kasus diatas pasangan suami istri Khaidir dan Nova kehilangan bayi
perempuannya secara tragis. Di mana, anak keduanya itu meninggal dalam
kondisi mengenaskan yakni kepala terputus saat proses persalinan di Puskesmas
Gajah Mada, Indragiri Hilir (Inhil), Riau. Peristiwa menyedihkan itu terjadi di
Puskesmas Gajah Mada pada Jumat 26 Agustus 2022 lalu Berikut sejumlah fakta
dan pembahasan berdasarkan teori dan pengalaman saya di lapangan sebagai
bidan atas peristiwa tersebut:
1. Nova Dilarikan ke Puskesmas Karena Mengalami Pecah Ketuban
Nova sendiri dilarikan ke puskesmas karena mengalami pecah air
ketuban. Setibanya di Puskesmas, Nova langsung ditangani tenaga kesehatan.
Namun tak disangka, bayi yang dilahirkan justru tidak utuh alias putus di
bagian kepala. Insiden itu sontak membuat Khaidir kaget. Nova pun akhirnya
dirujuk ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Puri Husada untuk mendapat
penanganan medis. Insiden itu kemudian membuat pasangan Khaidir dan
Nova syok. Bahkan pasangan itu tidak kuasa melihat bayinya lahir tanpa
kepala. Khaidir saat dikonfirmasi membenarkan insiden tersebut. Hanya saja
ia belum ada melaporkan kasus tersebut ke kepolisian. "Benar (soal insiden
kepala bayinya putus). Belum ada lapor," ujar Khaidir saat dimintai
konfirmasi dari seluler, Rabu (31/8/2022).
Pembahasan :
Menurut pendapat saya, langkah yang diambil pasangan suami istri
Khaidir dan Nova sudah tepat dengan membawa istrinya ke fasilitas kesehatan
saat istrinya mengalami pecah ketuban. Akan tetapi perlu digaris bawahi, jika
pasien dan keluarga sudah mengetahui kondisi bayi, bahwa bayi mengalami
kelainan medis dan letak sungsang saat dilakukan pemeriksaan hamil
sebelumnya, maka seharusnya perencanaan persalinan dilakukan di rumah
sakit. Pasangan tersebut memutuskan ke Puskesmas Gajah Mada, Indragiri
Hilir untuk memperoleh rujukan ke fasilitas kesehatan selanjutnya atau rumah
sakit, akan tetapi keadaan Ny nova saat datang ke puskesmas memerlukan
penanganan segera, maka bidan di Puskesmas tersebut harus melakukan
langkah atau tindakan segera yang terbaik yang dilakukan untuk mengatasi
keadaan Ny Nova yang sudah mengalami pecah ketuban saat datang ke
puskesmas. Dan pada saat Ny Nova datang ke Puskesmas, proses persalinan
harus segera dimulai karena pembukaan sudah lengkap dan pantat bayi sudah
terlihat. Tapi kenyataan yang terjadi diluar rencana tenaga kesehatan dalam
hal ini bidan, proses persalinan sangat tragis sampai kepala bayi Ny Nova
putus.
2. Tim Ahli Cari Tahu Penyebab Kepala Bayi Putus
Kepala Puskesmas Gajah Mada, Marlina mengatakan tim ahli sudah turun
untuk memastikan atas insiden persalinan tersebut. "Saya belum bisa cerita
banyak karena ini tim audit dan tim ahli sudah turun. Ya kita tunggu dari ahli
AMP atau audit maternal perinatal dulu selesai kerja," kata Marlina, ketika
dikonfirmasi, Rabu (31/8/2022).
Pembahasan :
Lima hari setelah kejadian bayi Ny Nova lahir sungsang dan kepala bayi
putus tim ahli AMP (Audit Maternal Perinatal) meninjau langsung ke
lapangan untuk menelusuri masalah tersebut. Audit Maternal Perinatal (AMP)
adalah suatu kegiatan yang menelusuri kembali sebab kesakitan dan kematian
ibu dan bayi dengan tujuan mencegah kesakitan dan kematian yang akan
datang serta dalam rangka mempercepat penurunan angka kematian ibu dan
bayi. Untuk itu kepala Puskesmas Gajah mada Ibu Marlina belum dapat
menceritakan kronologis dan penyebab kepala bayi putus sampai tim AMP
selesai melakukan peneluauran atas kasus teresebu.
3. Awalnya ke Puskesmas Hanya Ingin Ambil Rujukan
Khaidir, ayah dari bayi yang kepalanya putus saat lahiran datang ke
Puskesmas Gajah Mada untuk mengambil rujukan ke rumah sakit, bukan
untuk persalinan istrinya. "Waktu dibawa ke puskesmas itu ketuban sudah
pecah dari rumah. Jadi dari rumah juga ke puskesmas sekitar 15 menit, nah
suaminya minta ambulans untuk dibawa karena secara BPJS harus rujukan
dulu di Puskesmas kalau mau ke RSUD," kata pengacara keluarga Khaidir,
Hendri, Kamis (1/9/2022).
Setiba di puskesmas, pantat bayi ternyata sudah keluar. Hal itu membuat
tiga bidan di Puskesmas Gajah Mada langsung mengambil tindakan medis
mengeluarkan bayi tanpa dirujuk. "Di Puskesmas itu juga posisinya pantat si
bayi sudah keluar," jelasnya.
Pembahasan :
Menurut pendapat saya, seharusnya Khaidir langsung membawa istrinya
Nova ke RSUD karena sudah mengetahui posisi bayi letak sungsang saat
pemeriksaan kehamilan, karena ketika persalinan dalam keadaan darurat tidak
perlu menggunakan rujukan untuk ke RSUD. Direktur Kepatuhan, Hukum
dan HAL BPJS Kesehatan Bayu Wahyudi mengatakan penjaminan persalinan
normal di faskes rujukan tingkat lanjutan (FKRTL) atau rumah sakit dapat
dilakukan sesuai indikasi medis berdasarkan rujukan dari faskes tingkat
pertama atau dalam kondisi gawat darurat. Yang dimaksud kondisi gawat
darurat persalinan misalnya perdarahan, kejang pada kehamilan, ketuban
pecah dini, gawat janin dan kondisi lain yang mengancam jiwa ibu dan
bayinya. Dalam kasus ini keadaan ibu sudah termasuk keadaan gawat darurat
yaitu ketuban pecah dini dengan letak sungsang.
1. Cara langsung
Kelalaian memakai tolok ukur adanya 4 D yakni :
a. Duty (kewajiban)
Dalam hubungan perjanjian bidan dengan pasien, bidan haruslah bertindak
berdasarkan
a) Adanya indikasi medis
b) Bertindak secara hati-hati dan teliti
c) Bekerja sesuai standar profesi
d) Sudah ada informed consent.
b. Dereliction of Duty (penyimpangan dari kewajiban)
Jika seorang bidan melakukan pekerjaan menyimpang dari apa yang
seharusnya atau tidak melakukan apa yang seharusnya dilakukan menurut
standard profesinya, maka bidan tersebut dapat dipersalahkan.
c. Direct Causation (penyebab langsung)
d. Damage (kerugian)
Bidan untuk dapat dipersalahkan haruslah ada hubungan kausal
(langsung) antara penyebab (causal) dan kerugian (damage)yang diderita
oleh karenanya dan tidak ada peristiwa atau tindakan sela diantaranya., dan
hal ini haruslah dibuktikan dengan jelas. Hasil (outcome) negatif tidak
dapat sebagai dasar menyalahkan bidan. Sebagai adagium dalam ilmu
pengetahuan hukum, maka pembuktiannya adanya kesalahan
dibebankan/harus diberikan oleh si penggugat (pasien).
2. Cara tidak langsung
Cara tidak langsung merupakan cara pembuktian yang mudah bagi
pasien, yakni dengan mengajukan fakta-fakta yang diderita olehnya sebagai
hasil layanan (doktrin res ipsa loquitur). Doktrin res ipsa loquitur dapat
diterapkan apabila fakta-fakta yang ada memenuhi kriteria:
a. Fakta tidak mungkin ada/terjadi apabila bidan tidak lalai
b. Fakta itu terjadi memang berada dalam tanggung jawab bidan
c. Fakta itu terjadi tanpa ada kontribusi dari pasien dengan perkataan lain
tidak ada contributory negligence.
Tidak setiap upaya kesehatan selalu dapat memberikan kepuasan
kepada pasien baik berupa kecacatan atau bahkan kematian. Malapetaka
seperti ini tidak mungkin dapat dihindari sama sekali. Yang perlu dikaji
apakah malapetaka tersebut merupakan akibat kesalahan bidan atau
merupakan resiko tindakan, untuk selanjutnya siapa yang harus bertanggung
gugat apabila kerugian tersebut merupakan akibat kelalaian bidan. Di dalam
transaksi teraputik ada beberapa macam tanggung gugat, antara lain:
a. Contractual liability
Tanggung gugat ini timbul sebagai akibat tidak dipenuhinya
kewajiban dari hubungan kontraktual yang sudah disepakati. Di
lapangan kewajiban yang harus dilaksanakan adalah daya upaya
maksimal, bukan keberhasilan, karena health care provider baik tenaga
kesehatan maupun rumah sakit hanya bertanggung jawab atas pelayanan
kesehatan yang tidak sesuai standar profesi/standar pelayanan.
b. Vicarius liability
Vicarius liability atau respondeat superior ialah tanggung gugat yang
timbul atas kesalahan yang dibuat oleh tenaga kesehatan yang ada dalam
tanggung jawabnya (sub ordinate), misalnya rumah sakit akan
bertanggung gugat atas kerugian pasien yang diakibatkan kelalaian
bidan sebagai karyawannya.
c. Liability in tort
Liability in tort adalah tanggung gugat atas perbuatan melawan
hukum (onrechtmatige daad). Perbuatan melawan hukum tidak terbatas
hanya perbuatan yang melawan hukum, kewajiban hukum baik terhadap
diri sendiri maupun terhadap orang lain, akan tetapi termasuk juga yang
berlawanan dengan kesusilaan atau berlawanan dengan ketelitian yang
patut dilakukan dalam pergaulan hidup terhadap orang lain atau benda
orang lain (Hogeraad 31 Januari 1919).
Untuk itu kita sebagai bidan, dalam melakukan tindakan medis kita
seharusnya lebih berhati-hati karena yang kita hadapi adalah Manusia.
Apabila kita tidak mampu atau tidak sanggup untuk melakukan tindakan
tersebut, maka kita harus meminta bantuan/atau merujuk ke rumah sakit
terdekat. Dengan kejadian kasus di atas, kita sudah melakukan
malpraktek karena sudah mencederai pasien dan mau tidak mau kita
harus berurusan dengan Hukum. Kita Sebagai seorang bidan sudah
selayaknya bertindak sesuai dengan prinsip-prinsip legal dan etis
kebidanan serta sesuai dengan kode etik dan kewenangan bidan dalam
memberikan pelayanan untuk menciptakan keamanan serta terwujudnya
pelayanan kesehatan yang baik dan benar. Dan juga bertindak harus
sesuai dengan hukum dan norma yang berlaku di masyarakat.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Atas dasar beberapa uraian yang telah disebutkan di atas dapat diambil
suatu kesimpulan sehubungan dengan masalah malapraktek bidan, adalah sebagai
berikut kasus malapraktek merupakan suatu kasus yang menarik, yang sering
dialami oleh masyarakat, dan yang sekaligus merupakan manifestasi dari
kemajuan teknologi kesehatan dengan berbagai peralatannya yang canggih.
Sementara itu dengan semakin banyaknya kasus malapraktek yang disidangkan
di pengadilan dan bermunculannya berita-berita tentang malapraktek bidan di
media massa karena kegagalannya dalam berpraktek sehingga mengakibatkan
cidera-nya atau meninggalkan pasien, menunjukkan bahwa tingkat kesadaran
hukum masyarakat mulai meningkat, sehingga perpaduan antara kedua hal
tersebut di atas akan menimbulkan suatu perbenturan atau sengketa.
Sedangkan altematif untuk menyelesaikan sengketa itu sendiri, untuk
sementara waktu ini belum memadai, sehingga kasus-kasus malapraktek
dijuimpai kandas di pemeriksaan sidang pengadilan. Oleh sebab sangat
diperlukan adanya suatu pemikiran-pemikiran yang jernih dari para arsitek
hukum untuk mene-mukan altematif apa yang dapat dipakai dalam menghadapi
kasus-kasus malapraktek tersebut, sebab kasus ini sangat banyak berkaitan
dengan kepentingan masyarakat, khususnya bagi yang merasa dirugikannya.
B. Saran
Dalam melakukan tindakan medis kita seharusnya lebih berhati-hati karena
yang kita hadapi adalah manusia. Apabila kita tidak mampu atau tidak sanggup untuk
melakukan tindakan tersebut, maka kita harus meminta bantuan/atau merujuk ke
rumah sakit terdekat. Kalau sudah begini jadinya, kita sudah melakukan malpraktek
karena sudah mencederai pasien dan mau tidak mau kita harus berurusan dengan
hukum.
Kita Sebagai seorang bidan sudah selayaknya bertindak sesuai dengan prinsip-
prinsip legal dan etis kebidanan untuk menciptakan keamanan serta terwujudnya
pelayanan kesehatan yang baik dan benar. Dan juga harus sesuai dengan hukum dan
norma yang berlaku di masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA