PENDAHULUAN
Mengingat besarnya tanggung jawab dan beban kerja bidan dalam melayani
masyarakat, pemerintah bersama dengan IBI telah mengupayakan pendidikan bagi
bidan agar dapat menghasilkan lulusan yang mampu memberikan pelayanan yang
berkualitas dan dapat berperan sebagai tenaga kesehatan professional.
Permasalahan yang dihadapi saat ini ialah semakin banyaknya bidan memiliki izin
untuk melakukan kegiatan medis dengan begitu mudahnya, sehingga
memungkinkannya muncul bidan-bidan yang tidak berkompeten dan dalam
makalah ini dibahas mengenai malpraktik yang terjadi akibat dari bidan.
1.2. Ruang Lingkup Masalah
Ruang lingkup pembahasan yang akan dibahas yaitu mengenai refleksi
kasus dalam malpraktek tentang bayi baru lahir.
2.1. Malpraktek
1. Pengertian Malpraktek
Malpraktek merupakan istilah yang sangat umum sifatnya dan tidak selalu
berkonotasi yuridis. Secara harfiah “mal” mempunyai arti “salah” sedangkan
“praktek” mempunyai arti “pelaksanaan” atau “tindakan”, sehingga malpraktek
berarti “pelaksanaan atau tindakan yang salah”. Meskipun arti harfiahnya
demikian tetapi kebanyakan istilah tersebut dipergunakan untuk menyatakan
adanya tindakan yang salah dalam rangka pelaksanaan suatu profesi.
1. Criminal malpractice
2. Civil malpractice
3. Administrative malpractice
Sebagai contoh adanya komplain terhadap tenaga bidan dari pasien yang
menderita radang uretra setelah pemasangan kateter. Apakah hal ini dapat
dimintakan tanggung jawab hukum kepada tenaga bidan? Yang perlu dipahami
semua pihak adalah apakah ureteritis bukan merupakan resiko yang melekat
terhadap pemasangan kateter? Apakah tenaga bidan dalam memasang kateter
telah sesuai dengan prosedur profesional ?.
Hal-hal inilah yang menjadi pegangan untuk menentukan ada dan tidaknya
malpraktek.
Apabila tenaga bidan didakwa telah melakukan kesalahan profesi, hal ini
bukanlah merupakan hal yang mudah bagi siapa saja yang tidak memahami
profesi kesehatan dalam membuktikan ada dan tidaknya kesalahan.
1. Cara langsung
a. Duty (kewajiban)
d. Damage (kerugian)
Cara tidak langsung merupakan cara pembuktian yang mudah bagi pasien,
yakni dengan mengajukan fakta-fakta yang diderita olehnya sebagai hasil layanan
bidan (doktrin res ipsa loquitur).
Doktrin res ipsa loquitur dapat diterapkan apabila fakta-fakta yang ada
memenuhi kriteria:
Dalam hal ini jari yang putus dapat dijadikan fakta yang secara tidak
langsung dapat membuktikan kesalahan tenaga bidan, karena:
a. Jari bayi tidak akan terpotong apabila tidak ada kelalaian tenaga bidan.
b. Membetulkan jarum infus adalah merupakan/berada pada tanggung jawab
bidan.
c. Pasien/bayi tidak mungkin dapat memberi andil akan kejadian tersebut.
1. Contractual liability
2. Vicarius liability
3. Liability in tort
Di Indonesia terdapat ketentuan informed consent yang diatur antara lain pada
peraturan pemerintah no 18 tahun 1981 yaitu:
sendiri dan memainkan peranan penting dalam masalah mutu layanan kesehatan.
yang bermutu secara konsisten, keinginan tersebut harus dijabarkan menjadi suatu
Pelaksanaan asuhan bayi baru lahir mengacu pada pedoman Asuhan Persalinan
Normal yang tersedia di puskesmas, pemberi layanan asuhan bayi baru lahir dapat
dilaksanakan oleh dokter, bidan atau perawat. Pelaksanaan asuhan bayi baru lahir
dilaksanakan dalam ruangan yang sama dengan ibunya atau rawat gabung (ibu
dan bayi dirawat dalam satu kamar, bayi berada dalam jangkauan ibu selama 24
jam).
Asuhan bayi baru lahir meliputi:
a. Pencegahan infeksi (PI)
b. Penilaian awal untuk memutuskan resusitasi pada bayi
c. Pemotongan dan perawatan tali pusat
d. Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
e. Pencegahan kehilangan panas melalui tunda mandi selama 6 jam, kontak
kulit bayi dan ibu serta menyelimuti kepala dan tubuh bayi.
f. Pencegahan perdarahan melalui penyuntikan vitamin K1 dosis tunggal di
paha kiri
g. Pemberian imunisasi Hepatitis B (HB 0) dosis tunggal di paha kanan
h. Pencegahan infeksi mata melalui pemberian salep mata antibiotika dosis
tunggal
i. Pemeriksaan bayi baru lahir
j. Pemberian ASI eksklusif
e. Pencegahan infeksi
Pemotongan tali pusat pada BBL normal dilakukan sekitar 2 menit setelah
bayi baru lahir atau setelah penyuntikan oksitosin 10 IU intramuskular
kepada ibu.
Jangan membungkus punting tali pusat atau perut bayi atau mengoleskan
cairan atau bahan apapun kepuntung tali pusat
Mengoleskan alcohol atau betadin (terutama jika pemotong tali pusat tidak
terjamin DTT atau steril) masih diperkenankan tetapi tidak dikompreskan
karena akan menyebabkan tali pusat basah atau lembab
Berikan nasehat pada ibu dan keluarga sebelum meninggakan bayi
Lipat popok di bawah punting tali pusat
Jika punting tali pusat kotor, bersihkan hati-hati dengan air DTT dan
sabun dan segera keringkan secara seksama dengan menggunakan kain
bersih
Jelaskan pada ibu bahwa ia harus mencari bantuan jika pusat menjadi
merah, bernanah, berdarah atau berbau
Jika pangkal tali pusat menjadi merah, mengeluarkan nanah atau darah
segera rujuk bayi ke fasilitas yang dilengkapi perawatan untuk BBL
h. Kunjungan Neonatal
Pelayanan kesehatan kepada neonatus sedikitnya 3 kali yaitu:
1. Kunjungan neonatal I (KN1) pada 6 jam sampai dengan 48 jam setelah
lahir
2. Kunjungan neonatal II (KN2) pada hari ke 3 s/d 7 hari
3. Kunjungan neonatal III (KN3) pada hari ke 8 – 28 hari
Selama tiga tahun terakhir, Bidan T berhasil menjual tujuh bayi. "Penyidik
masih mendalami praktik penjualan bayi ini," ungkapnya.
Menurut Martinus, penyidik juga menyelidiki kemungkinan sang bidan menerima
jasa aborsi. Kecurigaan tersebut, kata Martinus, bukan tanpa alasan. Penyidik
menerima informasi lima bulan lalu ada yang melakukan aborsi di bidan tersebut.
Namun janinnya tidak dibawa pulang kembali.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Malpraktek merupakan istilah yang sangat umum sifatnya dan tidak selalu
berkonotasi yuridis. Secara harfiah “mal” mempunyai arti “salah” sedangkan
“praktek” mempunyai arti “pelaksanaan” atau “tindakan”, sehingga malpraktek
berarti “pelaksanaan atau tindakan yang salah”. Meskipun arti harfiahnya
demikian tetapi kebanyakan istilah tersebut dipergunakan untuk menyatakan
adanya tindakan yang salah dalam rangka pelaksanaan suatu profesi.
3.2. Saran
Penulis sangat mengharapkan agar makalah ini dapat menjadi acuan dalam
mempelajari tentang pelayanan kesehatan pada bayi dan balita.
Dan harapan penulis makalah ini tidak hanya berguna bagi penulis tetapi
juga berguna bagi semua pembaca. Terakhir dari penulis walaupun makalah ini
kurang sempurna penulis mengharapkan kritik dan saran untuk perbaikan di
kemudian hari.
DAFTAR PUSTAKA
1. http://www.opensubscriber.com/message/dokter@itb.ac.id/4645648.html Diakses
pada tanggal 05 Januari 2016 pukul 20.19 WIB
2. http://bidankita.com/?p=210 Diakses pada tanggal 29 Mei 2010 pukul 15.30 WIB