PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Perawatan merupakan salah satu profesi tenaga kesehatan yang memberikan
pelayanan kesehatan langsung baik kepada individu, keluarga dan masyarakat.
Sebagai
salah
melaksanakan
satu
tenaga
kegiatan
profesional,
praktek
keperawatan
keperawatan
dengan
menjalankan
mengunakan
dan
ilmu
yang
pelayanan/asuhan
mencakup
keperawatan,
seluruh
aspek
keperawatan
aspek
pendidikan,
baik
pengembangan
aspek
dan
baik pada diri pelaku dan penerima praktek keperawatan. Oleh karena itu profesi
keperawatan harus mempunyai standar profesi dan aturan lainnya yang didasari
oleh ilmu pengetahuan yang dimilikinya, guna memberi perlindungan kepada
masyarakat. Dengan adanya standar praktek profesi keperawatan inilah dapat
dilihat apakah seorang perawat melakukan malpraktek, kelalaian ataupun bentuk
pelanggaran praktek keperawatan lainnya.
Malpraktek merupakan pelanggaran dari perawat yang melakukan kegiatan
yang tidak seharusnya mereka lakukan pada tingkatanya tetapi mereka lakukan.
Dari data yang dihimpun dari LBH Kesehatan,sejak 2003 hingga 2006, telah
menerima 373 kasus kesehatan dari seluruh Indonesia, 90 kasus diantaranya
malpraktek. Surya Chandra Suparapty sebagai Anggota Komisi IX DPR RI
menyebutkan bahwa Jumlah pengaduan dugaan malpraktek ke KKI (Konsil
Kedokteran Indonesia) hingga saat ini (15/01/2013) sudah mencapai 183 kasus.
Dengan berbagai latar belakang diatas itulah, maka penulis tertari untuk
mengambil judul Malpraktik Keperawatan pada Pasien dengan Stroke
B.
Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui tentang malpraktik keperawatan
2. Tujuan khusus
a. Mengetahui studi pustaka tentang malpraktik
b. Menganalisis hubungan antara studi pustaka dengan kasus
C.
Sistematika Penulisan
Penulisan makalah ini terdiri dari empat bab, yang terdiri dari:
Bab I, pendahuluan ; yang terdiri dari latar belakang, tujuan penulisan, dan
sistematika penulisan,
Bab II, tinjauan teoritis yang terdiri dari ; definisi kelalaian dan malpraktek, jenisjenis kelalaian, kelalaian dilihat dari segi etik dan hukum, Liabilitas dala
keperawatan,
Bab III; Pembahasan, dibab ini akan dibahas kasus yang sering terjadi diruang
rawat keperawatan, baik dari penyebab terjadinya kelalaian, apa bentuk kelalaian,
bagaimana mencegah dan menangani bila timbul kelalaian.
Bab IV merupakan penutup, terdiri dari kesimpulan dan saran.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A.
Definisi
1.
2.
Malpraktek
Ellis dan Hartley (1998) mengungkapkan bahwa malpraktik
merupakan batasan yang spesifik dari kelalaian (negligence) yang ditujukan
law
dictionary
mendefinisikan
malpraktek
sebagai
Kelalaian (Negligence)
Kelalaian tidak sama dengan malpraktek, tetapi kelalaian termasuk
dalam arti malpraktik, artinya bahwa dalam malpraktek tidak selalu ada unsur
kelalaian.
Kelalaian adalah segala tindakan yang dilakukan dan dapat melanggar
standar sehingga mengakibatkan cidera/kerugian orang lain (Sampurno,
2005).
Sedangkan menurut amir dan hanafiah (1998) yang dimaksud dengan
kelalaian adalah sikap kurang hati-hati, yaitu tidak melakukan apa yang
seseorang dengan sikap hati-hati melakukannya dengan wajar, atau sebaliknya
melakukan apa yang seseorang dengan sikap hati-hati tidak akan
melakukannya dalam situasi tersebut.
adalah
seorang
perawat
tidak
mempergunakan
tingkat
Jenis-jenis kelalaian
Bentuk-bentuk dari kelalaian menurut sampurno (2005), sebagai berikut:
1. Malfeasance : yaitu melakukan tindakan yang melanggar hukum atau tidak
tepat/layak, misal: melakukan tindakan keperawatan tanpa indikasi yang
memadai/tepat
2. Misfeasance : yaitu melakukan pilihan tindakan keperawatan yang tepat tetapi
dilaksanakan dengan tidak tepat
Misal: melakukan tindakan keperawatan dengan menyalahi prosedur
3. Nonfeasance : Adalah tidak melakukan tindakan keperawatan yang
merupakan kewajibannya.
Misal: Pasien seharusnya dipasang pengaman tempat tidur tapi tidak
dilakukan.
Sampurno (2005), menyampaikan bahwa suatu perbuatan atau sikap tenaga
kesehatan dianggap lalai, bila memenuhi empat (4) unsur, yaitu:
1. Duty atau kewajiban tenaga kesehatan untuk melakukan tindakan atau untuk
tidak melakukan tindakan tertentu terhadap pasien tertentu pada situasi dan
kondisi tertentu.
D.
1.
2.
3.
Peraturan
menteri
kesehatan
No.159b/Men.Kes/II/1998
tentang
Rumah Sakit
4.
Direktur
Jendral
Pelayanan
Medik
umumnya dituliskan dalam bentuk kode etik dan pelaksanaannya diawasi oleh
sebuah majelis atau dewan kehormatan etik.
Tanggung jawab hukum pidana profesi perawat jelas merupakan tanggung
jawab perorangan atas perbuatan pelanggaran hukum pidana yang dilakukannya.
Jenis pidana yang mungkin dituntutkan kepada perawat adalah pidana kelalaian
yang mengakibatkan luka (pasal 360 KUHP), atau luka berat atau mati (pasal 359
KUHP), yang dikualifikasikan dengan pemberatan ancaman pidananya bila
dilakukan dalam rangka melakukan pekerjaannya (pasal 361 KUHP). Sedangkan
pidana lain yang bukan kelalaian yang mungkin dituntutkan adalah pembuatan
keterangan palsu (pasal 267-268 KUHP).
Didalam setting Rumah Sakit, pidana kelalaian yang dapat dituntutkan kepada
profesi perawat dapat berupa kelalaian dalam melakukan asuhan keperawatan
maupun kelalaian dalam melakukan tindakan medis sebagai pelaksana delegasi
tindakan medis. Kelalaian dapat berupa kelalaian dalam mencegah kecelakaan di
Rumah Sakit (jatuh), kelalaian dalam mencegah terjadinya decubitus atau
pencegahan infeksi, kelalaian dalam melakukan pemantauan keadaan pasien,
kelalaian dalam merespon suatu kedaruratan, dan bentuk kelalaian lainnya yang
juga dapat terjadi pada pelayanan profesi perorangan.
F.
10
kejadian malpraktik dan juga adanya kelalaian juga terus meningkat sebagai
akibat kompleksitas dari bentuk pelayanan kesehatan khususnya keperawatan
yang diberikan dengan standar keperawatan. (Craven & Hirnle, 2000).
Beberapa situasi yang berpotensial menimbulkan tindakan kelalaian dalam
keperawatan diantaranya yaitu :
1. Kesalahan pemberian obat: Bentuk kelalaian yang sering terjadi. Hal ini
dikarenakan begitu banyaknya jumlah obat yang beredar metode pemberian
yang bervariasi. Kelalaian yang sering terjadi, diantaranya kegagalan
membaca label obat, kesalahan menghitung dosis obat, obat diberikan kepada
pasien yang tiak teoat, kesalahan mempersiapkan konsentrasi, atau kesalahan
rute pemberian. Beberapa kesalahan tersebut akan menimbulkan akibat yang
fatal, bahkan menimbulkan kematian.
2. Mengabaikan Keluhan Pasien: termasuk perawat dalam melalaikan dalan
melakukan observasi dan memberi tindakan secara tepat. Padahal dapat saja
keluhan pasien menjadi data yang dapat dipergunakan dalam menentukan
masalah pasien dengan tepat (Kozier, 1991)
3. Kesalahan Mengidentifikasi Masalah Klien: Kemunungkinan terjadi pada
situasi RS yang cukup sibuk, sehingga kondisi pasien tidak dapat secara rinci
diperhatikan. (Kozier, 1991).
4. Kelalaian di ruang operasi: Sering ditemukan kasus adanya benda atau alat
kesehatan yang tertinggal di tubuh pasien saat operasi. Kelalaian ini juga
kelalaian perawat, dimana peran perawat di kamar operasi harusnya mampu
11
G.
Dampak Kelalaian
Kelalaian yang dilakukan oleh perawat akan memberikan dampak yang luas,
tidak saja kepada pasien dan keluarganya, juga kepada pihak Rumah Sakit,
Individu perawat pelaku kelalaian dan terhadap profesi. Selain gugatan pidana,
juga dapat berupa gugatan perdata dalam bentuk ganti rugi. (Sampurna, 2005).
Bila dilihat dari segi etika praktek keperawatan, bahwa kelalaian merupakan
bentuk dari pelanggaran dasar moral praktek keperawatan baik bersifat
pelanggaran autonomy, justice, nonmalefence, dan lainnya. (Kozier, 1991) dan
penyelesainnya dengan menggunakan dilema etik. Sedangkan dari segi hukum
pelanggaran ini dapat ditujukan bagi pelaku baik secara individu dan profesi dan
12
juga institusi penyelenggara pelayanan praktek keperawatan, dan bila ini terjadi
kelalaian dapat digolongan perbuatan pidana dan perdata (pasal 339, 360 dan 361
KUHP).
13
BAB III
PEMBAHASAN
A. Kasus
Tn.K berumur 60 tahun, dirawat di ruang Kemuning unit perawatan
Kelas VIP standar Rumah Sakit KDB, tn.K dirawat memasuki hari ketiga
perawatan. Tn.K dirawat di ruang tersebut dengan diagnosa medis Stroke Non
Haemoragic, dengan keluhan saat masuk tubuh bagian kanan tidak dapat
digerakkan, bicara pelo dan kesulitan saat makan, TD: 170/110, RR: 24 x/mt,
N: 68 x/mt. Kondisi pada hari ketiga perawatan didapatkan Kesadaran compos
mentis, TD: 150/100, N: 68, hemiparese/kelumpuhan anggota gerak dextra
atas dan bawah, bicara pelo, mulut mencong kiri. Klien dapat mengerti apa
yang ditanyakan oleh perawat, namun klien menjawab pertanyaan dengan
mimik yg tidak jelas (pelo).
Pada dini hari hari ke-empat perawatan pukul 05.00 wita, merupakan
jadwal pemberian injeksi berupa vitamin dan beberapa injeksi lain kepada
klien di ruangan Kemuning. Pada saat itu, terdapat beberapa perawat yang
berjaga, sehingga masing-masing perawat diberi tugas yang berbeda-beda,
salah satunya adalah perawat yang bertugas untuk menyiapkan
serta
14
pada obat injeksi yang telah di berikan. Namun ternyata ada salah satu vitamin
yang salah dosisi saat di injeksikan. Yaitu, seharusnya klien mendapatkan
citicolin 250 mg, tetapi yang diberikan adalah citicolin 500mg.
Sebenarnya perawat sebelum memberikan injeksi, telah lebih dulu
melihat daftar injeksi pasien, namun perawat kurang memperhatikan dosis
yang seharusnya diberiakan pada pasien. Karena mungkin ini karena faktor
kebiasaan, dimana pasien mendapatkan injeksi citicolin 500mg. Tetapi tn.K
hanya mendapatkan 250mg, sehingga dosis yang diberikan oleh perawat
berlebihan.
B. Analisa Kasus
Pada kasus di atas, menggambarkan salah satu bentuk kelalaian dari
seorang perawat dalam memberikan asuhan keperawatan. Pada kasus diatas
menunjukkan bahwa perawat mengalami Human Error, dalam hal ini perawat
salah memberikan dosis citicolin kepada klien, sehingga klien mendapatkan
citicolin lebih banyak dari terapi yang seharusnya. Selain itu, perawat tidak
melakukan aplus obat di kamar klien, tetapi melakukannya di ruang tindakan.
Bila melihat dari hubungan perawat-pasien dan juga tenaga kesehatan
lain tergambar pada bentuk pelayanan praktek keperawatan, baik dari kode
etik dan standar praktek atau ilmu keperawatan. Pada praktek keperawatan,
perawat dituntut untuk dapat bertanggung jawab baik etik, disiplin dan
hukum. Dan prinsipnya dalam melakukan asuhan keperawatan, perawat harus
dapat memperhatikan beberapa hal, yaitu: 1). Melakukan praktek keperawatan
dengan ketelitian dan kecermatan sesuai standar praktek keperawatan, 2).
melakukan kegiatan sesuai kompetensinya, dan 3) mempunyai upaya
peningkatan kesejaterahan serta kesembuhan pasien sebagai tujuan dari
asuhan keperawatan.
15
melakukan
tindakan
keperawatan
sesuai
standar
profesi
keperawatan
g. Kurangnya komunikasi perawat dengan perawat lain, anggota/tim
kesehatan lain dan kurangnya komunikasi perawat dengan anggota
keluarga.
2. Dampak kelalaian
Dampak dari kelalaian secara umum dapat dilihat baik sebagai
pelanggaran etik dan pelanggaran hukum, yang jelas mempunyai dampak
bagi pelaku, penerima, dan organisasi profesi dan administrasi.
a. Terhadap Pasien
1)
2)
16
3)
4)
2)
3)
4)
5)
17
2)
Menurunnya
kualitas
keperawatan,
dan
kemungkinan
4)
d. Bagi profesi
1)
3. Hal yang perlu dilakukan dalam upaya pencegahan dan perlindungan bagi
penerima pelayanan asuhan keperawatan, adalah sebagai berikut:
a. Bagi Profesi atau Organisasi Profesi keperawatan :
1)
keperawatan
dengan
kecermatan
dan
ketelitian .
2)
18
3)
4)
pada
bidangnya
secara
bertahap
dan
berkesinambungan.
3) Rumah Sakit/Ruang rawat dapat melakukan system regulasi
keperawatan yang jelas dan sesuai dengan standar, berupa
registrasi, sertifikasi, lisensi bagi perawatnya.
4) Perlunya pelatihan atau seminar secara periodic bagi semua
perawat berkaitan dengan etik dan hukum dalam keperawatan.
5) Ruangan rawat harus membuat SAK atau SOP yang jelas dan
sesuai dengan standar praktek keperawatan.
6) Bidang keperawatan/ruangan
dapat memberikan
pembinaan
19
memperhatikan berbagai hal baik dari segi pasien dan kelurga, perawat secara
perorangan. Rumah Sakit sebagai institusi dan juga bagaimana padangan dari
organisasi profesi.
Ditinjau dari segi perawat secara perorangan, harus dilihat dahulu apakah
perawat tersebut kompeten dalam melakukan praktik keperawatan. Ini dapat ditinjau
dari ;apakah perawat tersebut memiliki Surat ijin perawat, surat tanda registrasi, atau
hal-hal lainnya yang dapat membuktikan kompetensi perawat sesuai dengan
ketentuan perudang-undangan yang berlaku. Jadi dari sini dapat diketahui apakah
perawat tersebut memang kompeten dan telah sesuai melakukan praktek asuhan
keperawatan. Tetapi bagaimanapun juga perawat harus dapat mempertanggung
jawabkan semua bentuk kelalaian sesuai aturan perundangan yang berlaku.
Bagi pihak Rumah Sakit, harus juga memberikan penjelasan apakah perawat
yang dipekerjakan di Rumah Sakit tersebut telah memenuhi syarat-syarat yang
diperbolehkan oleh profesi untuk mempekerjakan perawat tersebut. Apakah RS pada
umumnya dan ruangan Kemuning pad khususnya telah memiliki SOP yang jelas.
Bagi organisasi profesi juga harus diperhatikan beberapa hal yang
memungkinkan perawat melakukan kelalaian, organisasi profesi apakah sudah
mempunyai standar profesi yang jelas dan telah diberlakukan bagi anggotannya, dan
apakah profesi telah mempunyai aturan hukum yang mengikat anggotannya sehingga
dapat mempertanggungjawabkan tindakan praktek keperawatannya dihadapan
hukum, moral dan etik keperawatan.
20
BAB IV
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Malpraktek tidaklah selalu sama dengan kelalaian. Malpraktik sangat spesifik
dan terkait dengan status profesional dari pemberi pelayanan dan standar
pelayanan profesional Malpraktik adalah kegagalan seorang profesional (misalnya
dokter dan perawat) melakukan sesuai dengan standar profesi yang berlaku bagi
seseorang yang karena memiliki ketrampilan dan pendidikan (Vestal,K.W, 1995).
Hal ini lebih dipertegas oleh Ellis & Hartley (1998) bahwa malpraktik adalah
suatu batasan spesifik dari kelalaian. Ini ditujukan pada kelalaian yang dilakukan
oleh yang telah terlatih secara khusus atau seseorang yang berpendidikan yang
ditampilkan dalam pekerjaannya. Oleh karena itu batasan malpraktik ditujukan
untuk menggambarkan kelaliaian oleh perawat dalam melakukan kewjibannya
sebagai tenaga keperawatan. Kelalaian memang termasuk dalam arti malpraktik,
tetapi didalam malpraktik tidak selalu harus ada unsur kelalaian. Malpraktik lebih
luas daripada negligence.Karena selain mencakup arti kelalaian, istilah malpraktik
pun mencakup tindakan-tindakan yang dilakukan dengan sengaja (criminal
malpractice) dan melanggar Undang-undang. Didalam arti kesengajaan tersirat
ada motifnya (guilty mind) sehingga tuntutannya dapat bersifat perdata atau
pidana
Kelalaian praktek keperawatan adalah seorang perawat tidak mempergunakan
tingkat ketrampilan dan ilmu pengetahuan keperawatan yang lazim dipergunakan
dalam merawat pasien atau orang yang terluka menurut ukuran dilingkungan yang
sama sesuai standar praktik keperawatan.
Sebagai bentuk tanggung-jawab dalam praktek keperawatan maka perawat
sebelum melakukan praktek keperawatan harus mempunyai kompetensi baik
keilmuan dan ketrampilan yang telah diatur dalam profesi keperawatan, dan
legalitas perawat Indonesia dalam melakukan praktek keperawatan telah diatur
21
Saran
1. Sudah selayaknya perawat memiliki pemahaman dalam bekerja, sikap kehatihatian, kecermatan, ketelitian, dan melaksanakan asuhan praktik seesuai SOP
adalah cara dalam melakukan praktik keperawatan agar terhindar dari
kelalaian/malpraktek.
2. Rumah Sakit sebagai institusi pengelola layanan praktek keperawatan dan
asuhan keperawatan harus memperjelas kedudukannya dan hubungannya
dengan pelaku/pemberi pelayanan keperawatan, sehingga dapat diperjelas
bentuk tanggung jawab dari masing-masing pihak.
3. Standar profesi keperawatan dan standar kompetensi merupakan hal penting
untuk menghindarkan terjadinya kelalaian, maka perlunya pemberlakuan
standar praktek keperawatan secara Nasional dan terlegalisasi dengan jelas.
4. Penyelesaian kasus kelalaian harus dilihat sebagai suatu kasus profesional dan
bukan
sebagai
kasus
kriminal.
Karena
hal
ini
berbeda
dengan
22
Daftar Pustaka
Amir & Hanafiah, (1999). Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan, edisi
ketiga: Jakarta: EGC.
Makalah Malpraktik. wordpress.com di unduh tanggal 26 maret 2013 pukul 02.38
Kepmenkes RI Nomor 1239/Menkes/SK/XI/2001, Tetang Resgistrasi Praktik
Perawat.
Redjeki, S. (2005). Etika keperawatan ditinjau dari segi hukum. Materi
seminar tidak diterbitkan.
Supriadi, (2001). Hukum Kedokteran : Bandung: CV Mandar Maju.
Sampurno, B. (2005). Malpraktek dalam pelayanan kedokteran. Materi
seminar tidak diterbitkan.
Soenarto Soerodibroto, (2001). KUHP & KUHAP dilengkapi yurisprodensi
Mahkamah Agung dan Hoge Road: Jakarta : PT.RajaGrafindo Persada.
Tonia, Aiken. (1994). Legal, Ethical & Political Issues in Nursing. 2ndEd.
Philadelphia. FA Davis.
Undang-undang Perlindungan Konsumen nomor 8 tahun 1999. Jakarta: Sinar
Grafika.
23