Anda di halaman 1dari 36

KELALAIAN/NEGLIGENCE DAN

MALPRAKTICE
DALAM KEPERAWATAN

ELI RUSMITA, M. KEP

1
Latar Belakang
• Perawatan merupakan salah satu profesi tenaga
kesehatan yang memberikan pelayanan
kesehatan langsung baik kepada individu,
keluarga dan masyarakat. Sebagai salah satu
tenaga profesional, keperawatan menjalankan
dan melaksanakan kegiatan praktek keperawatan
dengan mengunakan ilmu pengetahuan dan teori
keperawatan yang dpt dipertanggung jawabkan.
• Dimana ciri sebagai profesi adalah mempunyai
body of knowledge yang dapat diuji
kebenarannya serta ilmunya dapat
diimplementasikan kepada masyarakat langsung.
2
• Pelayanan kesehatan dan keperawatan yang
dimaksud adalah bentuk implementasi praktek
keperawatan yang ditujukan kepada
pasien/klien baik kepada individu, keluarga dan
masyarakat dengan tujuan upaya peningkatan
kesehatan dan kesejahteraan guna
mempertahankan dan memelihara kesehatan
serta menyembuhkan dari sakit, dengan kata
lain upaya praktek keperawatan berupa
promotif, preventif, kuratif dan rehabilitasi.

3
• Profesi keperawatan harus mempunyai
standar profesi dan aturan lainnya yang
didasari oleh ilmu pengetahuan yang
dimilikinya, guna memberi perlindungan
kepada masyarakat.
• Dengan adanya standar praktek profesi
keperawatan inilah dapat dilihat apakah
seorang perawat melakukan malpraktek,
kelalaian ataupun bentuk pelanggaran praktek
keperawatan lainnya

4
• Kelalaian (Negligence) adalah salah satu
bentuk pelanggaran praktek keperawatan,
dimana perawat melakukan kegiatan
prakteknya yang seharusnya mereka lakukan
pada tingkatannya, lalai atau tidak mereka
lakukan.
• Kelalaian ini berbeda dengan malpraktek,
malpraktek merupakan pelanggaran dari
perawat yang melakukan kegiatan yang tidak
seharusnya mereka lakukan pada tingkatanya
tetapi mereka lakukan.
5
• Kelalaian dapat disebut sebagai bentuk
pelanggaran etik ataupun bentuk pelanggaran
hukum, tergantung bagaimana masalah kelalaian
itu dapat timbul, maka yang penting adalah
bagaimana menyelesaikan masalah kelalaian ini
dengan memperhatikan dari berbagai sudut
pandang, baik etik, hukum, manusianya baik
yang memberikan layanan maupun penerima
layanan.
• Peningkatan kualitas praktek keperawatan,
adanya standar praktek keperawatan dan juga
meningkatkan kualitas sumber daya manusia
keperawatan adalah hal penting 6
• Kelalaian (Negligence) Kelalaian tidak sama
dengan malpraktek, tetapi kelalaian termasuk
dalam arti malpraktik, artinya bahwa dalam
malpraktek tidak selalu ada unsur kelalaian.
• Kelalaian adalah segala tindakan yang
dilakukan dan dapat melanggar standar
sehingga mengakibatkan cidera/kerugian
orang lain (Sampurno, 2005)

7
Menurut Tonia tahun 1994, Negligence dapat
berupa:
1. Omission
(kelalaian untuk melakukan sesuatu yang
seharusnya dilakukan)
2. Commission
(melakukan sesuatu secara tidak hati-hati)

8
• Kelalaian adalah melakukan sesuatu yang
harusnya dilakukan pada tingkatan keilmuannya
tetapi tidak dilakukan atau melakukan tindakan
dibawah standar yang telah ditentukan.
• Kelalaian praktek keperawatan adalah seorang
perawat tidak mempergunakan tingkat
keterampilan dan ilmu pengetahuan
keperawatan yang lazim dipergunakan dalam
merawat pasien atau orang yang terluka
menurut ukuran dilingkungan yang sama.

9
Jenis-jenis kelalaian Bentuk-bentuk dari kelalaian
menurut Sampurno (2005)

a. Malfeasance : yaitu melakukan tindakan yang


menlanggar hukum atau tidak tepat/layak,
misal: melakukan tindakan keperawatan
tanpa indikasi yang memadai/tepat
b. Misfeasance : yaitu melakukan pilihan
tindakan keperawatan yang tepat tetapi
dilaksanakan dengan tidak tepat, misal:
melakukan tindakan keperawatan dengan
menyalahi prosedur
10
c. Nonfeasance : Adalah tidak melakukan
tindakan keperawatan yang merupakan
kewajibannya, misal: pasien seharusnya
dipasang pengaman tempat tidur tapi tidak
dilakukan.

11
Sampurno (2005), menyampaikan bahwa suatu
perbuatan atau sikap tenaga kesehatan dianggap
lalai, bila memenuhi 4 unsur, yaitu:
1. Duty atau kewajiban tenaga kesehatan untuk
melakukan tindakan atau untuk tidak melakukan
tindakan tertentu terhadap pasien tertentu pada
situasi dan kondisi tertentu.
2. Dereliction of the duty/penyimpangan kewajiban
3. Damage atau kerugian, yaitu segala sesuatu yang
dirasakan oleh pasien sebagai kerugian akibat dari
layanan kesehatan yang diberikan oleh pemberi
pelayanan.
12
4. Direct cause relationship atau hubungan
sebab akibat yang nyata, dalam hal ini harus
terdapat hubungan sebab akibat antara
penyimpangan kewajiban dengan kerugian yang
setidaknya menurunkan Proximate cause
Liabilitas dalam praktek keperawatan.

Liabilitas adalah tanggungan yang dimiliki


oleh seseorang terhadap setiap tindakan atau
kegagalan melakukan tindakan

13
• Perawat profesional, seperti halnya tenaga kesehatan
lain mempunyai tanggung jawab terhadap setiap bahaya
yang ditimbulkan dari kesalahan tindakannya.
Tanggungan yang dibebankan perawat dapat berasal dari
kesalahan yang dilakukan oleh perawat baik berupa
tindakan kriminal kecerobohan dan kelalaian.
• Kelalaian merupakan kegagalan melakukan sesuatu yang
oleh orang lain dengan klasifikasi yang sama, seharusnya
dapat dilakukan dalam situasi yang sama, hal ini
merupakan masalah hukum yang paling lazim terjadi
dalam keperawatan.
• Terjadi akibat kegagalan menerapkan pengetahuan
dalam praktek antara lain disebabkan kurang
pengetahuan.
• Dampak kelalaian ini dapat merugikan pasien 14
Beberapa perundang-undangan yang melindungi
bagi pelaku dan penerima praktek keperawatan
yang ada di Indonesia, adalah sebagai berikut:
1. Undang undang No.23 tahun 1992 tentang
kesehatan, bagian kesembilan pasal 32
(penyembuhan penyakit dan pemulihan)
2. Undang undang No.8 tahun 1999 tentang
perlindungan konsumen
3. Peraturan menteri kesehatan
No.159b/Men.Kes/II/1998 tentang Rumah Sakit

15
4. Peraturan Menkes No.660/MenKes/SK/IX/1987
yang dilengkapi surat ederan Direktur Jendral
Pelayanan Medik
No.105/Yan.Med/RS.Umdik/Raw/I/88 tentang
penerapan standard praktek keperawatan bagi
perawat kesehatan di Rumah Sakit.

5. Kepmenkes No.647/SK/IV/2000 tentang registrasi


dan praktik perawat dan direvisi dengan SK
Kepmenkes No.1239/Menkes/SK/XI/2001 tentang
registrasi dan praktik perawat
16
• Akuntabilitas adalah konsep yang sangat
penting dalam praktik keperawatan.
• Akuntabilitas mengandung arti dapat
mempertanggung jawabkan suatu tindakan
yang dilakukan dan dapat menerima
konsekuensi dari tindakan tersebut (Kozier,
1991).
Fry (1990) menyatakan bahwa akuntabilitas
mengandung dua komponen utama, yakni:
1. Tanggung jawab
2. Tanggung gugat
17
Beberapa situasi yang berpotensial menimbulkan
tindakan kelalaian dalam keperawatan
diantaranya yaitu :
a. Kesalahan pemberian obat
b. Mengabaikan keluhan pasien
c. Kesalahan mengidentifikasi masalah klien
d. Kelalaian di ruang operasi
e. Timbulnya kasus decubitus selama dalam
perawatan
f. Kelalaian terhadap keamanan dan keselamatan
pasien
18
• Contoh yang sering ditemukan adalah
kejadian pasien jatuh yang sesungguhnya
dapat dicegah jika perawat memperhatikan
keamanan tempat tidur pasien.
• Beberapa rumah sakit memiliki aturan
tertentu mengenai penggunaan alat-alat
untuk mencegah hal ini.

19
• Dampak Kelalaian Kelalaian yang dilakukan
oleh perawat akan memberikan dampak yang
luas, tidak saja kepada pasien dan
keluarganya, juga kepada pihak Rumah Sakit,
individu perawat pelaku kelalaian dan
terhadap profesi
• Selain gugatan pidana, juga dapat berupa
gugatan perdata dalam bentuk ganti rugi.
(Sampurna, 2005).

20
• Bila dilihat dari segi etika praktek keperawatan,
bahwa kelalaian merupakan bentuk dari
pelanggaran dasar moral praktek keperawatan
baik bersifat pelanggaran autonomy, justice,
nonmalefence, dan lainnya (Kozier, 1991) dan
penyelesainnya dengan menggunakan dilema
etik

21
• Dari segi hukum pelanggaran ini dapat ditujukan
bagi pelaku baik secara individu dan profesi dan
juga institusi penyelenggara pelayanan praktek
keperawatan, dan bila ini terjadi kelalaian dapat
digolongan perbuatan pidana dan perdata (pasal
339, 360 dan 361 KUHP) Yaitu:
A. Malpraktek Pengertian Malpraktek Bila dilihat
dari definisi diatas maka malpraktek dapat terjadi
karena tindakan yang disengaja (intentional)
seperti pada misconduct tertentu, tindakan
kelalaian (negligence), ataupun suatu kekurang-
mahiran/ketidakkompetenan yang tidak beralasan
(Sampurno, 2005) 22
• Malpraktek dapat dilakukan oleh profesi
apa saja, tidak hanya dokter, perawat.
• Profesional perbankan dan akutansi adalah
beberapa profesi yang dapat melakukan
malpraktek.
• Malpraktek merupakan istilah yang sangat umum
sifatnya dan tidak selalu berkonotasi yuridis.
• Secara harfiah mal mempunyai arti salah
sedangkan praktek mempunyai arti pelaksanaan
atau tindakan, sehingga malpraktek berarti
pelaksanaan atau tindakan yang salah
23
• Definisi malpraktek profesi kesehatan adalah
kelalaian dari seorang dokter atau perawat untuk
mempergunakan tingkat kepandaian dan ilmu
pengetahuan dalam mengobati dan merawat
pasien, yang lazim dipergunakan terhadap pasien
atau orang yang terluka menurut ukuran
dilingkungan yang sama.
• Malpraktek juga dapat diartikan sebagai tidak
terpenuhinya perwujudan hak-hak masyarakat
untuk mendapatkan pelayanan yang baik, yang
biasa terjadi dan dilakukan oleh oknum yang
tidak mau mematuhi aturan yang ada karena
tidak memberlakukan prinsip-prinsip transparansi
24
• Dalam arti harus menceritakan secara jelas
tentang pelayanan yang diberikan kepada
konsumen, baik pelayanan kesehatan maupun
pelayanan jasa lainnya yang diberikan.
• Malpraktik adalah kegagalan seorang profesional
(misalnya, dokter dan perawat) untuk melakukan
praktik sesuai dengan standar profesi yang berlaku
bagi seseorang yang karena memiliki keterampilan
dan pendidikan (Vestal, K.W, 1995).
• Malpraktik lebih luas daripada negligence karena
selain mencakup arti kelalaian, istilah malpraktik
pun mencakup tindakan2 yg dilakukan dgn sengaja
(criminal malpractice) & melanggar undang2 25
• Di dalam arti kesengajaan tersirat adanya motif
(guilty mind) sehingga tuntutannya dapat bersifat
perdata atau pidana.
a. Dapat ditarik kesimpulan bahwa yang dimaksud
dengan malpraktik adalah: Melakukan suatu hal
yang seharusnya tidak boleh dilakukan oleh
seorang tenaga kesehatan
b. Tidak melakukan apa yang seharusnya dilakukan
atau melalaikan kewajibannya. (negligence)
c. Melanggar suatu ketentuan menurut atau
berdasarkan peraturan perundang-undangan
26
• Malpraktik, apabila penggugat dapat menunujukkan hal-
hal dibawah ini :
a. Duty Pada saat terjadinya cedera, terkait dengan
kewajibannya yaitu, kewajiban mempergunakan segala
ilmu dan kepandaiannya untuk menyembuhkan atau
setidak-tidaknya meringankan beban penderitaan
pasiennya berdasarkan standar profesi. Hubungan
perawat-klien menunjukkan, bahwa melakukan
kewajiban berdasarkan standar keperawatan.
b. Breach of the duty Pelanggaran terjadi sehubungan
dengan kewajibannya, artinya menyimpang dari apa
yang seharusnya dilalaikan menurut standar profesinya.
Contoh pelanggaran yang terjadi terhadap pasien antara
lain, kegagalan dalam memenuhi standar keperawatan
yang ditetapkan sebagai kebijakan rumah sakit. 27
c. Kelalalian nyeri, adanya penderitaan atau stres
emosi dapat dipertimbangkan sebagai, akibat
cedera jika terkait dengan cedera fisik.
d. Proximate caused Pelanggaran terhadap
kewajibannya menyebabkan atau terk dengan
cedera yang dialami pasien.
Misalnya, cedera yang terjadi secara langsung
berhubungan. dengan pelanggaran kewajiban
perawat terhadap pasien)

28
Caffee (1991) dalam Vestal, K.W. (1995)
mengidentifikasi 3 area yang memungkinkan
perawat berisiko melakukan kesalahan, yaitu:
a. Assessment errors (pengkajian keperawatan),
termasuk kegagalan mengumpulkan data atau
informasi tentang pasien secara adekuat atau
kegagalan mengidentifikasi informasi yang
diperlukan, seperti data hasil pemeriksaan
laboratorium, tandatanda vital, atau keluhan
pasien yang membutuhkan tindakan segera

29
Kegagalan dalam pengumpulan data akan berdampak pada
ketidaktepatan diagnosis keperawatan dan lebih lanjut akan
mengakibatkan kesalahan atau ketidaktepatan dalam
tindakan. Untuk menghindari kesalahan ini, perawat
seharus dapat mengumpulkan data dasar secara
komprehensif dan mendasar.

b. Planning errors (perencanaan keperawatan), termasuk


hal-hal berikut :
1. Kegagalan mencatat masalah pasien dan kelalaian
menuliskannya dalam rencana keperawatan.
2. Kegagalan mengkomunikaskan secara efektif rencana
keperawatan yang telah dibuat.

30
3. Kegagalan memberikan asuhan keperawatan
secara berkelanjutan yang disebabkan kurangnya
informasi yang diperoleh dari rencana
keperawatan.
4. Kegagalan memberikan instruksi yang dapat
dimengerti oleh pasien.

c. Intervention errors (tindakan intervensi


keperawatan) Untuk menghindari kesalahan ini,
sebaiknya rumah sakit tetap melaksanakan
program pendidikan berkelanjutan (Continuing
Nursing Education)
31
Untuk malpraktek hukum atau yuridical malpractice dibagi
dalam 3 kategori sesuai bidang hukum yg dilanggar, yaitu :
a. Criminal malpractice Perbuatan seseorang dapat
dimasukkan dalam kategori criminal malpractice
manakala perbuatan tersebut memenuhi rumusan
delik pidana,yaitu :
1. Perbuatan tersebut (positive act maupun negative act)
merupakan perbuatan tercela.
2. Dilakukan dengan sikap batin yang salah (mens rea)
yang berupa kesengajaan (intensional)
misalnya melakukan euthanasia (pasal 344 KUHP), civil
malpractice apabila tidak melaksanakan kewajiban atau
tidak memberikan prestasinya sebagaimana yang telah
disepakati (ingkar janji)
32
Tindakan tenaga jasa yang dapat dikategorikan civil
malpractice antara lain :
1. Tidak melakukan apa yang menurut kesepakatannya
wajib dilakukan.
2. Melakukan apa yang menurut kesepakatannya wajib
dilakukan tetapi terlambat melakukannya.
3. Melakukan apa yang menurut kesepakatannya wajib
dilakukan tetapi tidak sempurna.
4. Melakukan apa yang menurut kesepakatannya tidak
seharusnya dilakukan.
Pertanggungjawaban civil malpractice dapat bersifat
individual atau korporasi dan dapat pula dialihkan pihak
lain berdasarkan principle of vicarius liability
33
• Dengan prinsip ini maka badan yang menyediakan sarana
jasa dapat bertanggung gugat atas kesalahan yang
dilakukan karyawannya selama orang tersebut dalam
rangka melaksanakan tugas kewajibannya.

c. Administrative malpractice Tenaga jasa dikatakan telah


melakukan administrative malpractice manakala orang
tersebut telah melanggar hukum administrasi. Perlu
diketahui bahwa dalam melakukan police power,
pemerintah mempunyai kewenangan menerbitkan berbagai
ketentuan di bidang kesehatan, misalnya tentang
persyaratan bagi tenaga perawatan untuk menjalankan
profesinya (Surat Ijin Kerja, Surat Ijin Praktek), batas
kewenangan serta kewajiban tenaga perawatan
34
• Dari permasalahan yang ada tersebut maka
Penting adanya Kode etik keperawatan
• Kode etik keperawatan disusun oleh Persatuan
Perawat Nasional Indonesia (PPNI) dalam
Musyawarah Nasionalnya di Jakarta pada tanggal
29 November 1989 khususnya pada Bab I, pasal
1, yang menjelaskan tanggung jawab perawat
terhadap klien (individu, keluarga dan
masyarakat)

35
Sekian
&
Terima kasih

36

Anda mungkin juga menyukai