Anda di halaman 1dari 8

dede kelalaian dan malpraktek dalam keperawatan

1. 1. ` MAKALAH “Kelalaian dan Malpraktek” DISUSUN OLEH: SIRIL WAFA


AKADEMI KEPERAWATAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN SERANG
TAHUN AKADEMIK 2015
2. 2. Jl. Letnan Jidun No.2 Serang KATA PENGANTAR Puji syukur penyusun
panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya serta memberikan perlindungan dan kesehatan sehingga kami
dapat menyusun makalah ini. Dimana makalah ini sebagai salah satu syarat
untuk memenuhi tugas mata kuliah. Kami menyadari sepenuhnya bahwa selama
penyusunan makalah ini kami banyak menemui kesulitan dikarenakan
keterbatasan referensi dan keterbatasan kami sendiri. Dengan adanya kendala
dan keterbatasan yang dimiliki kami, maka kami berusaha semaksimal mungkin
untuk menyusun makalah dengan sebaik-baiknya. Sebagai manusia, kami
menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua
pihak demi perbaikan yang lebih baik dimasa yang akan datang. Akhirnya,
semoga makalah ini bermanfaat bagi kami khususnya dan bagi pembaca pada
umumnya, terima kasih. Serang, 20 Juni 2015 Penyusun
3. 3. BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Perawatan merupakan salah satu
profesi tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan langsung baik
kepada individu, keluarga dan masyarakat. Sebagai salah satu tenaga
profesional, keperawatan menjalankan dan melaksanakan kegiatan praktek
keperawatan dengan mengunakan ilmu pengetahuan dan teori keperawatan
yang dapat dipertanggung jawabkan. Dimana ciri sebagai profesi adalah
mempunyai body of knowledge yang dapat diuji kebenarannya serta ilmunya
dapat diimplementasikan kepada masyarakat. Pelayanan kesehatan dan
keperawatan yang dimaksud adalah bentuk implementasi praktek keperawatan
yang ditujukan kepada pasien/klien baik kepada individu, keluarga dan
masyarakat dengan tujuan upaya peningkatan kesehatan dan kesejahteraan
guna mempertahankan dan memelihara kesehatan serta menyembuhkan dari
sakit, dengan kata lain upaya praktek keperawatan berupa promotif, preventif,
kuratif dan rehabilitasi. Dalam melakukan praktek keperawatan, perawat secara
langsung berhubungan dan berinteraksi kepada penerima jasa pelayanan, dan
pada saat interaksi inilah sering timbul beberapa hal yang tidak diinginkan baik
disengaja maupun tidak disengaja, kondisi demikian inilah sering menimbulkan
konflik baik pada diri pelaku dan penerima praktek keperawatan. Oleh karena itu
profesi keperawatan harus mempunyai standar profesi dan aturan lainnya yang
didasari oleh ilmu pengetahuan yang dimilikinya, guna memberi perlindungan
kepada masyarakat. Dengan adanya standar praktek profesi keperawatan inilah
dapat dilihat apakah seorang perawat melakukan malpraktek, kelalaian ataupun
bentuk pelanggaran praktek keperawatan lainnya. Kelalaian (Negligence) adalah
salah satu bentuk pelanggaran praktek keperawatan, dimana perawat
melakukan kegiatan prakteknya yang seharusnya mereka lakukan pada
tingkatannya, lalai atau tidak mereka lakukan. Kelalaian ini berbeda dengan
malpraktek, malpraktek merupakan pelanggaran dari perawat yang melakukan
kegiatan yang tidak seharusnya mereka lakukan pada tingkatanya tetapi mereka
lakukan. Kelalaian dapat disebut sebagai bentuk pelanggaran etik ataupun
bentuk pelanggaran hukum, tergantung bagaimana masalah kelalaian itu dapat
timbul, maka yang penting adalah bagaimana menyelesaikan masalah kelalaian
ini dengan memperhatikan dari berbagai sudut pandang, baik etik, hukum,
manusianya baik yang memberikan layanan maupun penerima layanan.
4. 4. BAB 2 PEMBAHASAN Definisi A.Kelalaian(Negligence) Kelalaian tidak sama
dengan malpraktek, tetapi kelalaian termasuk dalam arti malpraktik, artinya
bahwa dalam malpraktek tidak selalu ada unsur kelalaian. Kelalaian adalah
segala tindakan yang dilakukan dan dapat melanggar standar sehingga
mengakibatkan cidera/kerugian orang lain (Sampurno, 2005). Negligence, dapat
berupa Omission (kelalaian untuk melakukan sesuatu yang seharusnya
dilakukan) atau Commission (melakukan sesuatu secara tidak hati-hati). (Tonia,
1994).Dapat disimpulkan bahwa kelalaian adalah melakukan sesuatu yang
harusnya dilakukan pada tingkatan keilmuannya tetapi tidak dilakukan atau
melakukan tindakan dibawah standar yang telah ditentukan. Kelalaian praktek
keperawatan adalah seorang perawat tidak mempergunakan tingkat
keterampilan dan ilmu pengetahuan keperawatan yang lazim dipergunakan
dalam merawat pasien atau orang yang terluka menurut ukuran dilingkungan
yang sama. Jenis-jenis,kelalaian Bentuk-bentuk dari kelalaian menurut sampurno
(2005), sebagai berikut: a. Malfeasance : yaitu melakukan tindakan yang
menlanggar hukum atau tidak tepat/layak, misal: melakukan tindakan
keperawatan tanpa indikasi yang memadai/tepat b. Misfeasance : yaitu
melakukan pilihan tindakan keperawatan yang tepat tetapi dilaksanakan dengan
tidak tepat, misal: melakukan tindakan keperawatan dengan menyalahi prosedur
c. Nonfeasance : Adalah tidak melakukan tindakan keperawatan yang
merupakan kewajibannya, misal: pasien seharusnya dipasang pengaman tempat
tidur tapi tidak dilakukan. Sampurno (2005), menyampaikan bahwa suatu
perbuatan atau sikap tenaga kesehatan dianggap lalai, bila memenuhi 4 unsur,
yaitu: 1. Duty atau kewajiban tenaga kesehatan untuk melakukan tindakan atau
untuk tidak melakukan tindakan tertentu terhadap pasien tertentu pada situasi
dan kondisi tertentu. 2. Dereliction of the duty atau penyimpangan kewajiban
5. 5. 3. Damage atau kerugian, yaitu segala sesuatu yang dirasakan oleh pasien
sebagai kerugian akibat dari layanan kesehatan yang diberikan oleh pemberi
pelayanan. 4. Direct cause relationship atau hubungan sebab akibat yang nyata,
dalam hal ini harus terdapat hubungan sebab akibat antara penyimpangan
kewajiban dengan kerugian yang setidaknya menurunkan “Proximate cause”
Liabilitas dalam praktek keperawatan Liabilitas adalah tanggungan yang dimiliki
oleh seseorang terhadap setiap tindakan atau kegagalan melakukan tindakan.
Perawat profesional, seperti halnya tenaga kesehatan lain mempunyai tanggung
jawab terhadap setiap bahaya yang ditimbulkan dari kesalahan tindakannya.
Tanggungan yang dibebankan perawat dapat berasal dari kesalahan yang
dilakukan oleh perawat baik berupa tindakan kriminal kecerobohan dan
kelalaian. Seperti telah didefinisikan diatas bahwa kelalaian merupakan
kegagalan melakukan sesuatu yang oleh orang lain dengan klasifikasi yang
sama, seharusnya dapat dilakukan dalam situasi yang sama, hal ini merupakan
masalah hukum yang paling lazim terjadi dalam keperawatan. Terjadi akibat
kegagalan menerapkan pengetahuan dalam praktek antara lain disebabkan
kurang pengetahuan. Dan dampak kelalaian ini dapat merugikan pasien.
Sedangkan akuntabilitas adalah konsep yang sangat penting dalam praktik
keperawatan. Akuntabilitas mengandung arti dapat mempertanggung jawabkan
suatu tindakan yang dilakukan dan dapat menerima konsekuensi dari tindakan
tersebut (Kozier, 1991). Dasar hukum perundang-undangan praktek
keperawatan. Beberapa perundang-undangan yang melindungi bagi pelaku dan
penerima praktek keperawatan yang ada di Indonesia, adalah sebagai berikut: 1.
Undang – undang No.23 tahun 1992 tentang kesehatan, bagian kesembilan
pasal 32 (penyembuhan penyakit dan pemulihan) 2. Undang – undang No.8
tahun 1999 tentang perlindungan konsumen 3. Peraturan menteri kesehatan
No.159b/Men.Kes/II/1998 tentang Rumah Sakit 4. Peraturan Menkes
No.660/MenKes/SK/IX/1987 yang dilengkapi surat ederan Direktur Jendral
Pelayanan Medik No.105/Yan.Med/RS.Umdik/Raw/I/88 tentang penerapan
standard praktek keperawatan bagi perawat kesehatan di Rumah Sakit. 5.
Kepmenkes No.647/SK/IV/2000 tentang registrasi dan praktik perawat dan
direvisi dengan SK Kepmenkes No.1239/Menkes/SK/XI/2001 tentang registrasi
dan praktik perawat. Perlindungan hukum baik bagi pelaku dan penerima praktek
keperawatan memiliki akuntabilitas terhadap keputusan dan tindakannya. Dalam
menjalankan tugas sehari-hari tidak
6. 6. menutup kemungkinan perawat berbuat kesalahan baik sengaja maupun tidak
sengaja. Oleh karena itu dalam menjalankan prakteknya secara hukum perawat
harus memperhatikan baik aspek moral atau etik keperawatan dan juga aspek
hukum yang berlaku di Indonesia. Fry (1990) menyatakan bahwa akuntabilitas
mengandung dua komponen utama, yakni tanggung jawab dan tanggung gugat.
Hal ini berarti tindakan yang dilakukan perawat dilihat dari praktik keperawatan,
kode etik dan undang-undang dapat dibenarkan atau absah (Priharjo, 1995).
Beberapa bentuk Kelalaian dalam Keperawatan. Pelayanan kesehatan saat ini
menunjukkan kemajuan yang cepat, baik dari segi pengetahuan maupun
teknologi, termasuk bagaimana penatalaksanaan medis dan tindakan
keperawatan yang bervariasi. Sejalan dengan kemajuan tersebut kejadian
malpraktik dan juga adanya kelalaian juga terus meningkat sebagai akibat
kompleksitas dari bentuk pelayanan kesehatan khususnya keperawatan yang
diberikan dengan standar keperawatan (Craven & Hirnle, 2000). Beberapa
situasi yang berpotensial menimbulkan tindakan kelalaian dalam keperawatan
diantaranya yaitu : a. Kesalahan pemberian obat, b. Mengabaikan keluhan
pasien, c. Kesalahan mengidentifikasi masalah klien, d. Kelalaian di ruang
operasi, e. Timbulnya kasus decubitus selama dalam perawatan, f. Kelalaian
terhadap keamanan dan keselamatan pasien: contoh yang sering ditemukan
adalah kejadian pasien jatuh yang sesungguhnya dapat dicegah jika perawat
memperhatikan keamanan tempat tidur pasien. Beberapa rumah sakit memiliki
aturan tertentu mengenai penggunaan alat-alat untuk mencegah hal ini. Dampak
Kelalaian Kelalaian yang dilakukan oleh perawat akan memberikan dampak yang
luas, tidak saja kepada pasien dan keluarganya, juga kepada pihak Rumah
Sakit, individu perawat pelaku kelalaian dan terhadap profesi. Selain gugatan
pidana, juga dapat berupa gugatan perdata dalam bentuk ganti rugi. (Sampurna,
2005). Bila dilihat dari segi etika praktek keperawatan, bahwa kelalaian
merupakan bentuk dari pelanggaran dasar moral praktek keperawatan baik
bersifat pelanggaran autonomy, justice, nonmalefence, dan lainnya (Kozier,
1991) dan penyelesainnya dengan menggunakan dilema etik. Sedangkan dari
segi hukum pelanggaran ini dapat ditujukan bagi pelaku baik secara individu dan
profesi dan juga institusi penyelenggara pelayanan praktek keperawatan, dan
bila ini terjadi kelalaian dapat digolongan perbuatan pidana dan perdata (pasal
339, 360 dan 361KUHP). B.Malpraktek
7. 7. Pengertian Malpraktek Bila dilihat dari definisi diatas maka malpraktek dapat
terjadi karena tindakan yang disengaja (intentional) seperti pada misconduct
tertentu, tindakan kelalaian (negligence), ataupun suatu kekurang-
mahiran/ketidakkompetenan yang tidak beralasan (Sampurno, 2005). Malpraktek
dapat dilakukan oleh profesi apa saja, tidak hanya dokter, perawat. Profesional
perbankan dan akutansi adalah beberapa profesi yang dapat melakukan
malpraktek. Malpraktek merupakan istilah yang sangat umum sifatnya dan tidak
selalu berkonotasi yuridis. Secara harfiah “mal” mempunyai arti salah sedangkan
“praktek” mempunyai arti pelaksanaan atau tindakan, sehingga malpraktek
berarti pelaksanaan atau tindakan yang salah. Meskipun arti harfiahnya demikian
tetapi kebanyakan istilah tersebut dipergunakan untuk menyatakan adanya
tindakan yang salah dalam rangka pelaksanaan suatu profesi. Sedangkan
definisi malpraktek profesi kesehatan adalah kelalaian dari seorang dokter atau
perawat untuk mempergunakan tingkat kepandaian dan ilmu pengetahuan dalam
mengobati dan merawat pasien, yang lazim dipergunakan terhadap pasien atau
orang yang terluka menurut ukuran dilingkungan yang sama. Malpraktek juga
dapat diartikan sebagai tidak terpenuhinya perwujudan hak-hak masyarakat
untuk mendapatkan pelayanan yang baik, yang biasa terjadi dan dilakukan oleh
oknum yang tidak mau mematuhi aturan yang ada karena tidak memberlakukan
prinsip-prinsip transparansi atau keterbukaan,dalam arti harus menceritakan
secara jelas tentang pelayanan yang diberikan kepada konsumen, baik
pelayanan kesehatan maupun pelayanan jasa lainnya yang diberikan. Malpraktik
sangat spesifik dan terkait dengan status profesional dan pemberi pelayanan dan
standar pelayanan profesional. Malpraktik adalah kegagalan seorang profesional
(misalnya, dokter dan perawat) untuk melakukan praktik sesuai dengan standar
profesi yang berlaku bagi seseorang yang karena memiliki keterampilan dan
pendidikan (Vestal, K.W, 1995). Malpraktik lebih luas daripada negligence
karena selain mencakup arti kelalaian, istilah malpraktik pun mencakup tindakan-
tindakan yang dilakukan dengan sengaja (criminal malpractice) dan melanggar
undang-undang. Di dalam arti kesengajaan tersirat adanya motif (guilty mind)
sehingga tuntutannya dapat bersifat perdata atau pidana. a. Dapat ditarik
kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan malpraktik adalah: Melakukan suatu
hal yang seharusnya tidak boleh dilakukan oleh seorang tenaga kesehatan b.
Tidak melakukan apa yang seharusnya dilakukan atau melalaikan kewajibannya.
(negligence) c. Melanggar suatu ketentuan menurut atau berdasarkan peraturan
perundang-undangan.
8. 8. Malpraktek dalam keperawatan Banyak kemungkinan yang dapat memicu
perawat melakukan malpraktik. Malpraktik lebih spesifik dan terkait dengan
status profesional seseorang, misalnya perawat, dokter, atau penasihat hukum.
Vestal, K.W. (l995) mengatakan bahwa untuk mengatakan secara pasti
malpraktik, apabila penggugat dapat menunujukkan hal-hal dibawah ini : a. Duty
– Pada saat terjadinya cedera, terkait dengan kewajibannya yaitu, kewajiban
mempergunakan segala ilmu fan kepandaiannya untuk menyembuhkan atau
setidak-tidaknya meringankan beban penderitaan pasiennya berdasarkan
standar profesi. Hubungan perawat- klien menunjukkan, bahwa melakukan
kewajiban berdasarkan standar keperawatan. b. Breach of the duty –
Pelanggaran terjadi sehubungan dengan kewajibannya, artinya menyimpang dari
apa yang seharusnya dilalaikan menurut standar profesinya. Contoh
pelanggaran yang terjadi terhadap pasien antara lain, kegagalan dalam
memenuhi standar keperawatan yang ditetapkan sebagai kebijakan rumah sakit.
c. Injury – Seseorang mengalami cedera (injury) atau kemsakan (damage) yang
dapat dituntut secara hukum, misalnya pasien mengalami cedera sebagai akibat
pelanggaran. Kelalalian nyeri, adanya penderitaan atau stres emosi dapat
dipertimbangkan sebagai, akibat cedera jika terkait dengan cedera fisik. d.
Proximate caused – Pelanggaran terhadap kewajibannya menyebabkan atau
terk dengan cedera yang dialami pasien. Misalnya, cedera yang terjadi secara
langsung berhubungan. dengan pelanggaran kewajiban perawat terhadap
pasien). Sebagai penggugat, seseorang harus mampu menunjukkan bukti pada
setiap elemen dari keempat elemen di atas. Jika semua elemen itu dapat
dibuktikan, hal ini menunjukkan bahwa telah terjadi malpraktik dan perawat
berada pada tuntutan malpraktik. Bidang Pekerjaan Perawat Yang Berisiko
Melakakan Kesalahan: Caffee (1991) dalam Vestal, K.W. (1995) mengidentifikasi
3 area yang memungkinkan perawat berisiko melakukan kesalahan, yaitu: a.
Assessment errors (pengkajian keperawatan), termasuk kegagalan
mengumpulkan data atau informasi tentang pasien secara adekuat atau
kegagalan mengidentifikasi informasi yang diperlukan, seperti data hasil
pemeriksaan laboratorium, tanda-tanda vital, atau keluhan pasien yang
membutuhkan tindakan segera. Kegagalan dalam pengumpulan data akan
berdampak pada ketidaktepatan diagnosis keperawatan dan lebih lanjut akan
mengakibatkan kesalahan atau ketidaktepatan dalam tindakan. Untuk
menghindari kesalahan ini, perawat seharusnya dapat mengumpulkan data
dasar secara komprehensif dan mendasar. b. Planning errors (perencanaan
keperawatan), termasuk hal-hal berikut :
9. 9. 1. Kegagalan mencatat masalah pasien dan kelalaian menuliskannya dalam
rencana keperawatan. 2. Kegagalan mengkomunikaskan secara efektif rencana
keperawatan yang telah dibuat. 3. Kegagalan memberikan asuhan keperawatan
secara berkelanjutan yang disebabkan kurangnya informasi yang diperoleh dari
rencana keperawatan. 4. Kegagalan memberikan instruksi yang dapat dimengerti
oleh pasien. c. Intervention errors (tindakan intervensi keperawatan) Untuk
menghindari kesalahan ini, sebaiknya rumah sakit tetap melaksanakan program
pendidikan berkelanjutan (Continuing Nursing Education). Untuk malpraktek
hukum atau yuridical malpractice dibagi dalam 3 kategori sesuai bidang hukum
yang dilanggar, yaitu : a. Criminal malpractice Perbuatan seseorang dapat
dimasukkan dalam kategori criminal malpractice manakala perbuatan tersebut
memenuhi rumusan delik pidana,yaitu : 1. Perbuatan tersebut (positive act
maupun negative act) merupakan perbuatan tercela. 2. Dilakukan dengan sikap
batin yang salah (mens rea) yang berupa kesengajaan (intensional) misalnya
melakukan euthanasia (pasal 344 KUHP), membuka rahasia jabatan (pasal 332
KUHP), membuat surat keterangan palsu (pasal 263 KUHP), melakukan aborsi
tanpa indikasi medis pasal 299 KUHP). Kecerobohan (reklessness) misalnya
melakukan tindakan medis tanpa persetujuan pasien informed consent. Atau
kealpaan (negligence) misalnya kurang hati-hati mengakibatkan luka, cacat atau
meninggalnya pasien, ketinggalan klem dalam perut pasien saat melakukan
operasi. Pertanggungjawaban didepan hukum pada criminal malpractice adalah
bersifat individual/personal dan oleh sebab itu tidak dapat dialihkan kepada
orang lain atau kepada badan yang memberikan sarana pelayanan jasa
tempatnya bernaung. b. Civil malpractice Seorang tenaga jasa akan disebut
melakukan civil malpractice apabila tidak melaksanakan kewajiban atau tidak
memberikan prestasinya sebagaimana yang telah disepakati (ingkar janji).
Tindakan tenaga jasa yang dapat dikategorikan civil malpractice antara lain : 1.
Tidak melakukan apa yang menurut kesepakatannya wajib dilakukan. 2.
Melakukan apa yang menurut kesepakatannya wajib dilakukan tetapi terlambat
melakukannya. 3. Melakukan apa yang menurut kesepakatannya wajib dilakukan
tetapi tidak sempurna.
10. 10. 4. Melakukan apa yang menurut kesepakatannya tidak seharusnya
dilakukan. Pertanggungjawaban civil malpractice dapat bersifat individual atau
korporasi dan dapat pula dialihkan pihak lain berdasarkan principle ofvicarius
liability. Dengan prinsip ini maka badan yang menyediakan sarana jasa dapat
bertanggung gugat atas kesalahan yang dilakukan karyawannya selama orang
tersebut dalam rangka melaksanakan tugas kewajibannya. c. Administrative
malpractice Tenaga jasa dikatakan telah melakukan administrative malpractice
manakala orang tersebut telah melanggar hukum administrasi. Perlu diketahui
bahwa dalam melakukan police power, pemerintah mempunyai kewenangan
menerbitkan berbagai ketentuan di bidang kesehatan, misalnya tentang
persyaratan bagi tenaga perawatan untuk menjalankan profesinya (Surat Ijin
Kerja, Surat Ijin Praktek), batas kewenangan serta kewajiban tenaga perawatan.
Apabila aturan tersebut dilanggar maka tenaga kesehatan yang bersangkutan
dapat dipersalahkan melanggar hukum administrasi. 3. Contoh Malpraktek
Keperawatan Dan Kajian Etika Hukum Pasien usia lanjut mengalami disorientasi
pada saat berada di ruang perawatan. Perawat tidak membuat rencana
keperawatan guna memantau dan mempertahankan keamanan pasien dengan
memasang penghalang tempat tidur. Sebagai akibat disorientasi, pasien
kemudian terjatuh dari tempat tidur pada waktu malam hari dan pasien
mengalami patah tulang tungkai. Dari kasus diatas, perawat telah melanggar
etika keperawatan yang telah dituangkan dalam kode etik keperawatan yang
disusun oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia dalam Musyawarah
Nasionalnya di Jakarta pada tanggal 29 Nopember 1989 khususnya pada Bab I,
pasal 1, yang menjelaskan tanggung jawab perawat terhadap klien (individu,
keluarga dan masyarakat).dimana perawat tersebut tidak melaksanakan
tanggung jawabnya terhadap klien dengan tidak membuat rencana keperawatan
guna memantau dan mempertahankan kemanan pasien dengan tidak
memasang penghalang tempat tidur. Selain itu perawat tersebut juga melanggar
bab II pasal V,yang bunyinya Mengutamakan perlindungan dan keselamatan
klien dalam melaksanakan tugas, serta matang dalam mempertimbangkan
kemampuan jika menerima atau mengalih-tugaskan tanggung jawab yang ada
hubungan dengan keperawatan dimana ia tidak mengutamakan keselamatan
kliennya sehingga mengakibatkan kliennya terjatuh dari tempat tidur dan
mengalami patah tungkai. Disamping itu perawat juga tidak melaksanakan
kewajibannya sebagai perawat dalam hal memberikan pelayanan/asuhan sesuai
standar profesi/batas kewenangan.
11. 11. Dari kasus tersebut perawat telah melakukan kelalaian yang mengakibatkan
kerugian seperti patah tulang tungkai sehingga bisa dikategorikan sebagai
malpraktek yang termasuk ke dalam criminal malpractice bersifat neglegence
yang dapat dijerat hukum antara lain : 1. Pasal-pasal 359 sampai dengan 361
KUHP, pasal-pasal karena lalai menyebabkan mati atau luka-luka berat. Pasal
359 KUHP, karena kelalaian menyebabkan orang mati: Barangsiapa karena
kealpaannya menyebabkan mati-nya orang lain, diancam dengan pidana penjara
paling lama lima tahun atau kurungan paling lama satu tahun. 2. Pasal 360
KUHP, karena kelalaian menyebakan luka berat: Ayat (1) Barang siapa karena
kealpaannya menyebakan orang lain mendapat luka-luka berat, diancam dengan
pidana penjara paling lama lima tahun atau kurungan paling lama satu tahun.
Ayat (2) Barang siapa karena kealpaannya menyebabkan orang lain luka-luka
sedemikian rupa sehinga menimbulkan penyakit atau alangan menjalankan
pekerjaan, jabatan atau pencaharian selama waktu tertentu, diancam dengan
pidana penjara paling lama sembilan bulan atau denda paling tinggi tiga ratus
rupiah. 3. Pasal 361 KUHP, karena kelalaian dalam melakukan jabatan atau
pekerjaan (misalnya: dokter, bidan, apoteker, sopir, masinis dan Iain-lain) apabila
melalaikan peraturan-peraturan pekerjaannya hingga mengakibatkan mati atau
luka berat, maka mendapat hukuman yang lebih berat pula. Pasal 361 KUHP
menyatakan: Jika kejahatan yang diterangkan dalam bab ini dilakukan dalam
menjalankan suatu jabatan atau pencaharian, maka pidana ditambah dengan
pertiga, dan yang bersalah dapat dicabut haknya untuk menjalankan
pencaharian dalam mana dilakukan kejahatan dan hakim dapat memerintahkan
supaya putusnya diumumkan. Pertanggung jawaban didepan hukum pada
criminal malpractice adalah bersifat individual/personal dan oleh sebab itu tidak
dapat dialihkan kepada orang lain atau kepada rumah sakit/sarana kesehatan.
Selain pasal tersebut diatas, perawat tersebut juga telah melanggar Pasal 54 :
(1). Terhadap tenaga kesehatan yang melakukan kesalahan atau kelalaian
dalam melak- sanakan profesinya dapat dikenakan tindakan disiplin. (2).
Penentuan ada tidaknya kesalahan atau kelalaian sebagaimana yang dimaksud
dalam ayat (1) ditentukan oleh Majelis Disiplin Tenaga Kesehatan.
12. 12. BAB 3 PENUTUP Kesimpulan Kelalaian tidak sama dengan malpraktek,
tetapi kelalaian termasuk dalam arti malpraktik, artinya bahwa dalam malpraktek
tidak selalu ada unsur kelalaian. Dapat dikatakan bahwa kelalaian adalah
melakukan sesuatu yang harusnya dilakukan pada tingkatan keilmuannya tetapi
tidak dilakukan atau melakukan tindakan dibawah standar yang telah ditentukan.
Kelalaian praktek keperawatan adalah seorang perawat tidak mempergunakan
tingkat ketrampilan dan ilmu pengetahuan keperawatan yang lazim dipergunakan
dalam merawat pasien atau orang yang terluka menurut ukuran dilingkungan
yang sama. Kelalaian merupakan bentuk pelanggaran yang dapat dikategorikan
dalam pelanggaran etik dan juga dapat digolongan dalam pelanggaran hukum,
yang jelas harus dilihat dahulu proses terjadinya kelalaian tersebut bukan pada
hasil akhir kenapa timbulnya kelalaian. Harus dilakukan penilaian terlebih dahulu
atas sikap dan tindakan yang dilakukan atau yang tidak dilakukan oleh tenaga
keperawatan dengan standar yang berlaku. Sebagai bentuk tanggung jawab
dalam praktek keperawatan maka perawat sebelum melakukan praktek
keperawatan harus mempunyai kompetensi baik keilmuan dan ketrampilan yang
telah diatur dalam profesi keperawatan, dan legalitas perawat Indonesia dalam
melakukan praktek keperawatan telah diatur oleh perundang-undangan tentang
registrasi dan praktek keperawatan disamping mengikuti beberapa peraturan
perundangan yang berlaku. Penyelesaian kasus kelalaian harus dilihat sebagai
suatu kasus profesional bukan sebagai kasus kriminal, berbeda dengan
perbuatan/kegiatan yang sengaja melakukan kelalaian sehingga menyebabkan
orang lain menjadi cedera dll. Disini perawat dituntut untuk lebih hati-hati, cermat
dan tidak cerobah dalam melakukan praktek keperawatannya. Sehingga pasien
terhindar dari kelalaian.
13. 13. DAFTAR PUSTAKA Amir & Hanafiah, (1999). Etika Kedokteran dan Hukum
Kesehatan, edisi ketiga: Jakarta: EGC. Craven & Hirnle. (2000). Fundamentals of
nursing. Philadelphia. Lippincott Huston, C.J, (2000). Leadership Roles and
Management Functions in Nursing; Theory and Aplication; third edition:
Philadelphia: Lippincott. Kozier. (2000). Fundamentals of Nursing : concept
theory and practices. Philadelphia. Addison Wesley. Kepmenkes RI Nomor
1239/Menkes/SK/XI/2001, Tetang Resgistrasi Praktik Perawat. Leah curtin & M.
Josephine Flaherty (1992). Nursing Ethics; Theories and Pragmatics: Maryland:
Robert J.Brady CO. Priharjo, R (1995). Pengantar etika keperawatan;
Yogyakarta: Kanisius. Redjeki, S. (2005). Etika keperawatan ditinjau dari segi
hukum. Materi seminar tidak diterbitkan. Supriadi, (2001). Hukum Kedokteran :
Bandung: CV Mandar Maju. Staunton, P and Whyburn, B. (1997). Nursing and
the law. 4th ed.Sydney: Harcourt. Sampurno, B. (2005). Malpraktek dalam
pelayanan kedokteran. Materi seminar tidak diterbitkan. Soenarto Soerodibroto,
(2001). KUHP & KUHAP dilengkapi yurisprodensi Mahkamah Agung dan Hoge
Road: Jakarta : PT.RajaGrafindo Persada. Tonia, Aiken. (1994). Legal, Ethical &
Political Issues in Nursing. 2ndEd. Philadelphia. FA Davis. Undang-undang
Perlindungan Konsumen nomor 8 tahun 1999. Jakarta: Sinar Grafika.

Anda mungkin juga menyukai