Anda di halaman 1dari 9

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Nursing Advocacy


Nursing advocancy adalah tindakan perawat dalam membantu menginterpretasikan
berbagai macam informasi dan perlindungan terhadap informasi pasien, keputusan
pasien beserta keluarga dalam keselamatan dan keputusan dalam bertindak atas nama
pasien, serta memberikan keadilan dalam perawatan kesehatan pasien sehingga sang
pasien dapat menerima asuhan keperawatan sesuai dengan kompetensi yang dimiliki
sang perawat.
Definisi Nursing Advokasi menurut beberapa ahli:
1. American Nurses Association/ANA (1985) adalah melindungi pasien dan
masyarakat dalam pelayanan Kesehatan dan keselamatan praktik illegal yang tidak
kompoten serta melanggar atika yang dilakukan kesiapapun.
2. FRY (1987) mendefinisikan advokasi sebagai dukungan aktif terhadap setiap hal
yang memiliki dampak.
3. GADOW (1983) mengatakan bahwa advokasi merupakan dasar falsafah dan
keperawatan ideal yang melibatkan bantuan perawat secara aktif kepada individu
secara bebas menentukan nasibnya sendiri.
Perawat secara umum memiliki tanggung jawab dalam memberikan asuhan
keperawatan, meningkatkan ilmu dan meningkatkan diri sebagai profesi dan tanggung
jawab secara khusus perawat adalah memberikan asuhan keperawatan kepasien
mencakup bio-psiko-sosio-kultural-spirutual yang diatur dalam upaya pemenuhan
kebutuhan.

2.2 Tujuan Nursing Advocacy


Menurut Ellis & Hartley , tujuan peran advokat perawat adalah :
1. Menjamin bahwa pasien, keluarga dan tenaga kesehatan lain adalah partner dalam
perawatan pasien.
Pasien bukanlah objek tetapi partner perawat dalam meningkatkan derajat
kesehatannya. Sebagai partner, pasien diharapkan akan bekerja sama dengan perawat
dalam perawatannya.
2. Melibatkan pasien dalam pengambilan keputusan.
Pasien adalah makhluk yang memiliki otonomi dan berhak untuk menentukan
pilihan dalam pengobatannya. Namun, perawat berkewajiban untuk menjelaskan
semua kerugian dan keuntungan dari pilihan-pilihan pasien.
3. Memiliki saran untuk alternatif pilihan.
Saat pasien tidak memiliki pilihan, perawat perlu untuk memberikan alternatif
pilihan pada pasien dan tetap memberi kesempatan pada pasien untuk memilih sesuai
keinginannya.
4. Menerima keputusan pasien walaupun keputusan tersebut bertentangan dengan
pengobatannya.
Perawat berkewajiban menghargai semua nilai-nilai dan kepercayaan pasien.
5. Membantu pasien melakukan yang mereka ingin lakukan.
Saat berada di rumah sakit, pasien memiliki banyak keterbatasan dalam
melakukan berbagai hal. Perawat berperan sebagai advokat untuk membantu dan
memenuhi kebutuhan pasien selama dirawat di rumah sakit.
6. Melindungi nilai-nilai dan kepentingan pasien.
Setiap individu memiliki nilai-nilai dan kepercayaan yang berbeda-beda.
Sebagai advokat bagi pasien, perawat diharapkan melindungi nilai-nilai yang dianut
pasien dengan cara memberikan perawatan dan pengobatan yang tidak bertentangan
dengan nilai-nilai tersebut.
7. Membantu pasien beradaptasi dengan sistem pelayanan kesehatan.
Saat pasien memasuki lingkungan rumah sakit, pasien akan merasa asing
dengan lingkungan sekitarnya. Perawat bertanggung jawab untuk mengorientasikan
pasien dengan lingkungan rumah sakit dan menjelaskan semua peraturan-peraturan
dan hak-haknya selama di rumah sakit, sehingga pasien dapat beradaptasi dengan
baik.
8. Memberikan perawatan yang berkualitas kepada pasien.
Dalam memberikan asuhan keperawatan harus sesuai dengan protap sehingga
pelayanan lebih maksimal hasilnya.
9. Mendukung pasien dalam perawatan.
Sebagai advokat bagi pasien, perawat menjadi pendamping pasien selama
dalam perawatan dan mengidentifikasi setiap kebutuhan-kebutuhan serta mendukung
setiap keputusan pasien.
10. Meningkatkan rasa nyaman pada pasien dengan sakit terminal.
Perawat akan membantu pasien melewati rasa tidak nyaman dengan
mendampinginya dan bila perlu bertindak atas nama pasien menganjurkan dokter
untuk memberikan obat penghilang nyeri.
11. Menghargai pasien.
Saat perawat berperan sebagai advokat bagi pasien, perawat akan lebih
mengerti dan menghargai pasien dan hak-haknya sebagai pasien.
12. Mencegah pelanggaran terhadap hak-hak pasien.
Perawat sebagai advokat bagi pasien berperan melindungi hak-hak pasien
sehingga pasien terhindar dari tindakan-tindakan yang merugikan dan membahayakan
pasien.
13. Memberi kekuatan pada pasien.
Perawat yang berperan sebagai advokat merupakan sumber kekuatan bagi
pasien yang mendukung dan membantunya dalam mengekspresi

2.3 Konsep Advocacy bagi Perawat


1. Model perlindungan terhadap hak.
Perawat melindungi hak pasien agar terhindar dari tindakan yang
merugikan pasien.
2. Model pengambilan keputusan berdasarkan nilai-nilai yang dianut pasien.
3. Model penghargaan terhadap orang lain.
Perawat menghargai pasien sebagai manusia unik (kebutuhan berbeda-
beda).

2.4 Peran Nursing Advocacy


Adapun beberapa peran dari Nursing Advocacy :
1. Sebagai penghubung antara klien dengan tim kesehatan lain dalam upaya
pemenuhan kebutuhan klien.
2. Membela kepentingan klien dan membantu klien memahami semua informasi dan
upaya kesehatan yang diberikan oleh tim kesehatan dengan pendekatan tradisional
maupun professional.
3. Perawat bertindak sebagai narasumber dan fasilitator dalam tahap pengambilan
keputusan terhadap upaya kesehatan yang harus dijalani oleh klien.
4. Perawat melindungi dan memfasilitasi keluarga dan masyarakat dalam pelayanan
keperawatan.
5. Sebagai penghubung antara klien dengan tim kesehatan lain dalam upaya
pemenuhan kebutuhan klien.Membela kepentingan klien dan membantu klien
memahami semua informasi dan upaya kesehatan yang diberikan oleh tim kesehatan
dengan pendekatan tradisional maupun professional

2.5 Dasar Teori Nursing Advocacy


The Sphere of Nursing Advocacy model (SNA) merupakan kombinasi karya dari
tiga filsuf keperawatan: Curtin, Gadow dan Kohnke (Hanks, 2005). Model advokasi
manusia Curtin (1979), teori advokasi eksistensial Gadow (1980) dan model
fungsional advokasi pasien Kohnke (1982), memberikan penjelasan yang jelas dan
citra advokasi keperawatan (Hanks). Bu dan Jezewski (2006) melanjutkan advokasi
keperawatan melalui pengembangan teori rentang menengah, memanfaatkan karya
filosofis dari Curtin, Gadow, Kohnke, dan Fowler yang mengembangkan model
advokasi sosial. Model advokasi sosial Fowler menggabungkan sisi politik dari
advokasi, yang bekerja untuk perubahan sosial dan membantu dalam mengurangi
ketidakadilan perawatan kesehatan (Fowler, 1989).
Teori mid-range oleh Bu dan Jezewski (2006) mendefinisikan advokasi pasien
sebagai: "Sebuah proses atau strategi yang terdiri dari serangkaian tindakan spesifik
untuk melestarikan, mewakili dan / atau melindungi hak-hak pasien, kepentingan dan
nilai terbaik dalam sistem perawatan kesehatan" (hal.104). Hubungan unik namun
simbiosis ada di antara model filsuf. Model advokasi manusia Curtin (1979)
didasarkan pada rasa kemanusiaan perawat dengan pasien. Penyakit dapat mengurangi
kemandirian dan otonomi pasien karena pasien harus mencari bantuan dari luar untuk
menangani penyakitnya. Teknologi canggih dan kunjungan penyedia layanan
kesehatan yang terburu-buru berpotensi membuat pasien merasa bahwa mereka
hanyalah objek yang sedang dirawat atau ditindaklanjuti. Batasan ini tidak
memberikan waktu yang cukup untuk menilai pemahaman pasien tentang pilihan
pengobatan dan mendapatkan keinginan mereka untuk perawatan. Model Curtin
mewakili perawat sebagai membangun hubungan kerja dengan pasien. Hubungan ini
mengidentifikasi dan melindungi kemanusiaan dan keunikan pasien (Curtin, 1979).
Model tersebut tidak berfokus pada aspek hukum hak pasien, tetapi lebih pada
kemampuan perawat untuk melindungi dan mendukung nilai-nilai pasien.
Teori advokasi eksistensial Gadow (1983) didasarkan pada hak pasien untuk
menentukan nasib sendiri. Dalam teori Gadow, advokasi didefinisikan sebagai:
"Komitmen moral untuk meningkatkan otonomi pasien dan ... [memberikan] bantuan
kepada pasien dalam menyuarakan nilai-nilai mereka" (Gadow, 1989, hal. 535 dan
hal. 541). Melalui advokasi, perawat membantu pasien untuk menemukan kejelasan
tentang perawatan kesehatan dan pilihan hidup mereka sambil tetap teguh pada nilai-
nilai mereka (pasien). Dalam teori ini, perawat fokus pada pasien sebagai orang yang
utuh, menggabungkan berbagai nilai pasien. Penyesuaian dan modifikasi yang
konstan dibuat dalam perawatan pasien karena pengalaman hidup pasien. Model
fungsional Kohnke dari advokasi pasien menyatakan, "Individu memiliki hak untuk
menentukan nasib sendiri" (Kohnke, 1982, hal. 1). Perawat membantu pasien dalam
menentukan nasib sendiri melalui informasi dan dukungan atas keputusan mereka.
Peran advokasi pasien mengharuskan perawat memiliki pendidikan yang tepat dan
atribut agar peran tersebut efektif. Atribut-atribut ini adalah: "Pikiran terbuka dan
pengetahuan luas tentang orang-orang, masyarakat dan tatanan sosial" (Kohnke, 1982,
p. 315).
Model SNA menggabungkan teori Curtin, Gadow dan Kohnke dengan
memanfaatkan analisis teori dasar dari tiga kasus perawatan akut dari pengalaman
pribadi Hank dalam keperawatan. Melalui analisis yang cermat, muncul tema dari
data untuk membentuk asumsi berikut: 1. Klien membutuhkan advokasi ketika
mereka tidak dapat melakukan advokasi untuk diri mereka sendiri. 2. Perawat perlu
melakukan advokasi untuk klien. 3. Perawat tidak boleh meragukan tindakan mereka
saat mengadvokasi klien. 4. Perawat tidak boleh membiarkan prasangka mengganggu
advokasi untuk klien. 5. Perawat harus mengizinkan klien untuk melakukan advokasi
sendiri ketika klien mampu melakukannya. 6. Perawat harus memberikan ruang
advokasi untuk klien (Hanks, 2005, p. 76). Melalui analisis dan perumusan asumsi,
pemahaman yang lebih baik diperoleh dari model SNA. Seperti yang digambarkan
pada Gambar dibawah ini, model SNA diformulasikan dengan klien sebagai pusat
model. Perawat memberikan perisai pelindung bila diperlukan saat pasien berinteraksi
dengan lingkungan. Jika tidak diperlukan pelindung, pasien bebas berinteraksi dengan
lingkungan secara mandiri melalui pori-pori atau bukaan di dalam bola (Hanks,
2005). Dari model ini, kebutuhan advokasi pasien bersifat dinamis dan selalu berubah,
seperti halnya hubungan perawat-pasien.

2.6 Nilai-Nilai Dasar Nursing Advocacy


Menurut Kozier & Erb (2004) untuk menjalankan perannya sebagai advokasi pasien,
perawat harus memiliki nilai-nilai dasar, yaitu :
1.Pasien adalah makhluk holistik dan otonom yang mempunyai hak untuk
menentukan pilihan dan mengambil keputusan.
2.Pasien berhak untuk mempunyai hubungan antara perawat-pasien yang didasarkan
atas dasar saling menghargai, percaya, bekerja sama dalam menyelesaikan masalah
yang berhubungan dengan masalah kesehatan dan kebutuhan perawatan kesehatan,
dan bebas dalam bertukar pikiran. .
3.Perawat bertanggung jawab untuk memastikan bahwa pasien telah mengetahui cara
memelihara kesehatannya.Selain harus memiliki nilai-nilai dasar di atas, perawat
harus memiliki sikap yang baik agar perannya sebagai advokat pasien lebih
efektif.Beberapa sikap yang harus dimiliki perawat, adalah:
1.Bersikap asertif berarti mampu memandang masalah pasien dari sudut pandang
yang positif. Asertif
meliputi komunikasi yang jelas dan langsung berhadapan dengan pasien.
2.Mengakui bahwa hak-hak dan kepentingan pasien dan keluarga lebih utama
walaupun ada konflik dengan tenaga kesehatan yang lain.
3.Dapat bekerjasama dengan tenaga kesehatan lain perawat tidak dapat bekerja sendiri
dalam memberikan perawatan yang berkualitas bagi pasien..
4.Tahu bahwa peran advokat membutuhkan tindakan yang politis, seperti melaporkan
kebutuhan perawatan kesehatan pasien kepada pemerin

2.7 Faktor-Faktor yang mempengaruhi Nursing Advocacy


Ada beberapa faktor yang mempengaruhi peran advokasi perawat yaitu umur, jenis
kelamin, tingkat pendidikan dan lama kerja perawat, pengetahuan, sikap perawat,
perilaku perawat dan kondisi organisasi. Karakteristik perawat meliputi umur, jenis
kelamin, tingkat pendidikan dan lama bekerja. Aspek pengetahuan juga menjadi
modal perawat agar dapat menjalankan perannya sebagai advocator pasien. Perawat
harus mempunyai pengetahuan yang cukup terkait konsep advokasi pasien,
pengetahuan komunikasi, dan edukasi yang efektif kepada pasien. Sementara itu
faktor yang mendukung perawat dalam melaksanakan perannya sebagai advokat
yaitu: kondisi pasien, pengetahuan tentang kondisi pasien, pendidikan keperawatan
yang semakin tinggi, kewajiban perawat dan dukungan instansi rumah sakit.
Menurut Green cit Notoatmodjo (1993) peran atau perilaku dipengaruhi oleh
beberapa faktor antara lain: faktor predisposisi terwujud dalam:
1. pengetahuan; merupakan dominan yang penting untuk terbentuknya tindakan,
merupakan kesiapan individu untuk bertindak atau predisposisi suatu perilaku;
2. keyakinan; menjadi pegangan setiap orang dalam menyelenggarakan hidup
bermasyarakat;
3. nilai-nilai; menurut Allport (1954) cit Notoatmodjo (1993) nilai-nilai adalah suatu
kepercayaan terhadap obyek.Faktor pendukung yang terwujud dalam lingkungan fisik
dan fasilitas institusi/rumah sakit, tersedianya lingkungan fisik yang memungkinkan
serta fasilitas yang cukup mendorong seseorang untuk berprilaku atau berperan dalam
komunitasnya. Faktor pendorong (reinforcing factor) yang terwujud dalam sikap dan
perilaku petugas kesehatan atau perawat profesional lain yang merupakan referensi.
Sikap dan perilaku komunitas profesi akan mendorong anggota lain untuk bersikap
dan berperilaku seperti dia.

2.8 Contoh Penerapan Nursing Advocacy


contoh penerapan nursing advocacy sebagai berikut :
1.perawat sebagai pembelaan terhadap pasien serta perlindungan kepada pasien di
kesehatan perawat sebagai pelindung,perawat mampu mempertahankan lingkungan
yang aman dan nyaman dan mengambil tindakan untuk mencegah terjadinya
kecelakaan yang tidak diinginkan dari hasil pengobatan,contohnya mencegah
terjadinya alergi terhadap efek pengobatan dengan memastikan bahwa pasien
tidak memiliki riwayat alergi.
2.memberikan ajaran kepada pasien bagaimana cara hidup sehat dalam keadaan
pasien sedang di rawat, perawat memberikan ajaran bagaimana cara pola hidup yang
baik, bagaimana mengatur pola makan, olaraga dan rutinitas yang sehat lainya.
3.peran memberi informasi dan komunikasi yang baik dengan pasien
Salah satu untuk mencegah terjadinya hal – hal yang merugikan pasien
perawat harus saling berkoordinasi denganadanya standar komunikasi yang efektif
dan terintegrasi dalam kegiatan timbang terimayang dilakukan untuk mencegah
terjadinya kesalahan Peran perawat juga memberikaninformasi yang tepat agar
keadaan pasien semakin membaik,

2.9 Kelebihan dan Kekurangan Nursing Advocacy


Nursing Advocacy juga memiliki kekurangan dan kelebihan sebagai berikut :
 Kelebihan Nursing Advocacy
1. Pasien merasa sangat puas.
2. Kebutuhan pasien terpenuhi.
3. Perawat bisa membantu memahami masalah pasien
4. Kepuasan secara keseluruhan tercapai
 Kekurangan Nursing Advocacy
1. Membutuhkan tenaga kerja yang banyak.
2. Merasakan beban kerja yang tinggi jika banyak klien
3. Menerima segala resiko yang akan terjadi
DAFTAR PUSTAKA
 TELAUMBANUA, H. T. N. (2019). Peran Perawat Sebagai Advokat Pasien
Dalam Pemberian Asuhan Keperawatan di Pelayanan Kesehatan.
 Kozier, B., Erb, G., Berman, A., & Snyder, S. J. (2019, December). Buku Ajar
Fundamental Keperawatan 1. EGC.
 Iskandar, R. S. (2018). Persepsi Pasien Perioperatif tentang Advokasi Perawat
di RSUP
 H. Adam Malik.Essa. (2020). ADVOKASI KEPERAWATAN. Academia
edu. ( https://www.academia.edu/11703995/NURSING_ADVOCACY )
 Iskandar, R. S. (2018). Persepsi Pasien Perioperatif tentang Advokasi Perawat
di RSUP H. Adam Malik.
 Yulinda, A. (2018). Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Peran
Advokasi Perawat di RS Dr. Sobirin Kab. Musi Rawas–Lubuk Linggau Tahun
2018 (Doctoral dissertation, Universitas Andalas).
 NAGITA PRAMUDITA, E. Z. A., Sukarno, S., & Aniroh, U.
(2020). PENDEKATAN METAANALISA: HUBUNGAN PERILAKU CERDIK
DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA PENDERITA
HIPERTENSI (Doctoral dissertation, Universitas Ngudi Waluyo).
 F. Elita (Oct 10, 2018) Nursing Advocacy
 Becker, P. H. (1986). Advocacy in nursing: perils and possibilities. Holistic
Nursing Practice, 1(1), 54-63.
 Bu, X., & Jezewski, M. (2006). Developing a mid-range theory of patient
advocacy through concept analysis. Journal of Advanced Nursing. 57(1), 101-
110.
 Curtin, L. L. (1979). The nurse as advocate: a philosophical foundation for
nursing. ANS/Ethics and Values, 1(3), 1-10.
 Foley, B. J., Minick, M. P., & Kee, C. C. (2002). How nurses learn advocacy.
Journal of Nursing Scholarship, 34(2), 181-186.
 Foley, B., Minick, P., & Kee, C. (2000). Nursing advocacy during a military
operation. Western Journal of Nursing Research, 22(4), 492-507.
 Gadow, S. (1983). Basis for nursing ethics: Paternalism, consumerism or
advocacy? Hospital Progress, 10, 62-78.
 Hanks, R. C. (2005). Sphere of nursing advocacy model. Nursing Forum,
40(3), 75-78
 Utamie.M (2013).Nursing Advocacy.Blogspot:Jambi
http://mellytamie.blogspot.com/2013/12/nursing-advocacy.html

Anda mungkin juga menyukai