Anda di halaman 1dari 30

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Tumor jaringan lunak merupakan kelompok neoplasma yang besar dan
heterogen. Tumor jinak jaringan lunak ternyata lebih umum ditemukan daripada
tumor jinak pa da tul ang. Tumor semua tempat, didalam ataupuntumor ini bisa
menyerang hampir di diantara otot, ligament, saraf, dan pembuluh darah. Bentuk
penampakan dan sifatnya juga sangat luas variannya. Berdasarkan literatur pada
tahun 2013,tumor jaringan lunak menduduki urutan ke10 sebagai kanker dengan
angka kejadian terbanyak (Ritonga, 2020).
Tumor tulang merupakan pertumbuhan sel abnormal yang terjadi pada
tulang manusia dimana tumor ini dapat bersifat jinak atau ganas. Tumor jinak
memiliki jumlah penderita melebihi tumor ganas, terutama sebelum usia 40 tahun
dan secara klinis seringkali tidak menunjukkan gejala dan ditemukan secara
incidental (Desrianta,2020). Tumor tulang / incoplasma adalah pertumbuhan
jaringan baru yang terus menerus secara cepat dan perkembangannya tidak
terkendali. Tumor / incoplasma dapat berasal dari dalam tulang juga timbul dari
jaringan atau dari sel-sel kartilago yang berhubungan dengan epifisis atau dari
unsur-unsur pembentuk darah yang terdapat pada sumsum tulang. Tumor tulang
mempunyai distribusi lokasi yang spesifik. Osteosarkoma dan Kodrosarkoma
biasanya timbul pada metafisis tulang panjang terutama disekitar sendi lutut,
sedangkan Ewingsarkoma tumbuh paling sering mengenai diafisis tulang (Hanif,
2021).
Tumor tulang primer lebih sering terjadi pada pria dari pada wanita dengan
perbandingan 3:2. Hal ini bisa disebabkan karena masa pertumbuhan tulang pada
pria lebih lama dari pada wanita. Lebih dari 60% pada usia kurang dari 25
menderita tumor tulang yaitu osteosarcoma . Menurut WHO insiden terjadinya
tumor tulang sekitar 4-5 orang per 1.000.000 penduduk. Perkiraan insiden tumor
meningkat menjadi 8-11 per 1.000.000 penduduk per tahun pada usia 15-19
tahun. Menurut data Riskesdas 2018, prevalensi tumor atau kanker di Indonesia
menunjukkan adanya peningkatan dari 1,4 per seribu penduduk di 2013 menjadi
1,79 per seribu penduduk di 2018. Maka dari itu jika tidak segera ditangani
dengan saksama maka bisa berakibat fatal.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Hanif, jika dilihat dari letak
tumor pada ekstremitas ditemukan bahwa kasus terbanyak adalah pada tulang
femur dan tibia. Penemuan ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan
sebelumnya oleh Manal et al yang menyebutkan bahwa femur (63%) dan tibia
(26%) sebagai lokasi tersering dari kasus osteosarkoma. Studi menyebutkan
bahwa ini berkaitan dengan pertumbuhan pada area metafisis dari tulang panjang.
Sebagian besar tumor jaringan lunak bersifat jinak, dan mempunyai angka
kesembuhan tinggi jika ditangani dengan pembedahan, sel tumor bersifat
parasitik dan menjadi pelawan bagi sel jaringan normal untuk kebutuhan
metabolismenya.
Peran perawat sebagai pemberi perawatan adalah untuk memberikan
layanan perawatan kepada individu dengan fokus pada manajemen nyeri, nutrisi,
dan gangguan tidur. Peran perawat adalah advokat klien, menjaga lingkungan
yang aman bagi pasien dan mengambil tindakan untuk mencegah komplikasi dari
tumor tulang. Peran perawat lainnya adalah sebagai konsultan, pasien tumor
tulang dapat dimotivasi dengan berkonsultasi tentang masalah yang dihadapi dan
merencanakan bagaimana layanan perawatan akan diberikan sesuai dengan
prosedur rencana keperawatan. Perawat juga berperan sebagai edukator,
memberikan pendidikan kesehatan tentang tumor tulang, penyebab, tanda, gejala,
komplikasi, dan pengobatannya sehingga keluarga dapat merawat pasiennya
dengan baik di rumah. Perawat berperan sebagai koordinator, khususnya dengan
mengarahkan, merencanakan, dan menyelenggarakan pelayanan kesehatan
sehingga dapat mengarahkan pemberi pelayanan kesehatan sesuai dengan
kebutuhan pasien tumor tulang (Hikmatia,2018).
Berdasarkan data di atas, maka dapat dijadikan alasan penulis untuk
mengangkat asuhan keperawatan pasien dengan tumor tulang. penulis tertarik
melakukan studi kasus tentang tumor tulang. Dan menjadikanya sebuah Karya
Tulis Ilmiah dengan judul Asuhan Keperawatan pada Ny. K dengan tumor tulang
femur Sinistra di Rumah Sakit Tingkat II Kartika Husada Pontianak.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah “Bagaimanakah Asuhan Keperawatan pada Klien Ny.K
dengan Tumor Femur Sinistra yang di Rawat di Rumah Sakit Tingkat II Kartika
Husada Pontianak Ruangan Dahlia ?”

1.3 Tujuan Penelitian


Tujuan dalam penelitian ini dibagi menjadi 2 yaitu

Tujuan Umum

Untuk mendeskripsikan studi kasus Asuhan Keperawatan pada Klien Ny. K


dengan Tumor Femur Sinistra yang di Rawat di Rumah Sakit Tingkat II Kartika
Husada Pontianak Ruangan Dahlia.

Tujuan Khusus

a. Mengkaji Klien dengan Tumor Femur Sinistra.


b. Menegakkan Diagnosis Keperawatan pada Klien dengan Tumor Femur
Sinistra.
c. Menyusun Perencanaan Keperawatan pada Klien dengan Tumor Femur
Sinistra.
d. Melaksanakan Intervensi Keperawatan pada Klien dengan Tumor Femur
Sinistra.
e. Mengevaluasi Klien dengan Tumor Femur Sinisttra
1.4 Hasil Literature Review
Asuhan keperawatan perioperatif diberikan pada saat pasien telah
mengambil keputusan untuk menjalani operasi dan berakhir ketika pasien datang
di meja operasi .Tujuan dari asuhan keperawatan perioperatif adalah untuk
memberikan lingkungan dan kualitas hidup pasien yang lebih baik sebelum,
selama dan setelah operasi (Suarni,2015). Fenomena yang ditemukan di kamar
bedah bahwa terdapat pasien yang mengalami ansietas saat akan menjelang
proses pembedahan. Tanda dan gejala ansietas adalah mudah marah, isolasi diri,
gugup, merasa tidak aman, nyeri kepala, berkeringat, muntah, diare, kesemutan,
menggigil, hot-flush, takipnea, takikardia, dan hipertensi (Mulugeta,2018).
Ansietas yang tinggi pada pasien orthopedi mungkin disebabkan karena
insiden rasa sakit dan ketakutan yang lebih tinggi akan kecacatan. Asuhan
Keperawatan yang dapat dilakukan dalam menurunkan tingkat Ansietas pada
pasien perioperatif orthopedi adalah relaksasi genggam jari dan relaksasi napas
dalam. Relaksasi genggam jari adalah cara yang mudah untuk mengelola emosi
dan mengembangkan kecerdasan emosional. Titik-titik refleksi pada tangan
memberikan rangsangan secara reflex/ spontan pada saat genggaman.
Rangsangan tersebut akan mengalirkan semacam gelombang kejut atau listrik
menuju otak kemudian diproses secara cepat dan diteruskan menuju saraf pada
organ tubuh yang mengalami gangguan, sehingga sumbatan dijalur energi dapat
menjadi lancar. Relaksasi genggam jari dapat mengendalikan dan
mengembalikan emosi yang akan membuat tubuh menjadi rileks. Ketika tubuh
rileks, maka ketegangan pada otot akan berkurang yang kemudian akan
mengurangi ansietas (Yuliastuti, 2016).
Relaksasi napas dalam merupakan tekhnik relaksasi yang dilakukan dengan
cara melakukan nafas dalam secara lambat yang terdiri dari inspirasi secara
maksimal dengan perlahan dan menghembuskan nafas lewat mulut secara
perlahan. Relaksasi napas dalam merupakan salah satu teknik relaksasi termudah
dan tertua yang bermanfaat untuk mengatasi stres. Dengan menarik napas secara
perlahan dan meminimalkan penggunaan otot bahu, leher, dan dada bagian atas,
relaksasi napas dalam memungkinkan seseorang untuk bernapas lebih teratur dan
mengurangi ketegangan serta gairah fisiologis. Selama latihan relaksasi, aktivitas
neuromuskuler berkurang, menghasilkan penurunan aktivasi sistem saraf
simpatis dan pengurangan keadaan rangsangan korteks serebral. Teknik relaksasi
mengatasi pengalihan kognitif dan restrukturisasi stimulus yang mengancam
seperti rasa sakit dan ansietas (Yunidar,2017).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Nada Elize dengan penelitian
yang berjudul “Efektivitas Antara Relaksasi Genggam Jari dengan Relaksasi
Napas Dalam pada Tingkat Ansietas Pasien Pra Bedah Orthopedi di RSUD dr..
Soedarso Pontianak”.Didapatkan hasil penelitian sesudah melakukan relaksasi
genggam jari pada kelompok perlakuan responden yang tidak ansietas 21,4%,
ansietas ringan 64,3%, ansietas sedang 14,3% dan tidak ada yang mengalami
ansietas berat dengan mean 13,36 pada saat sebelum intervensi menjadi 9,36
setelah intervensi. Perbedaan mean yang didapatkan antara sebelum dan sesudah
terapi adalah 4. Dengan nilai p value = 0,001. Hasil penelitian ini membuktikan
bahwa ada pengaruh relaksasi genggam jari terhadap penururnan tingkat ansietas
pada pasien pra bedah orthopedi. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa ada
pengaruh relaksasi napas dalam terhadap penururnan tingkat ansietas pada pasien
pra bedah orthopedi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Medis Tumor Femur


1) Definisi
Tumor adalah pertumbuhan iaringan baru yang terus menerus secara
cepat dan pertumbuhannya tidak terkendali. Tumor dapat berasal dari dalam
tulang, jaringan, atau sel kartilago yang berhubungan dengan epifisis atau dari
unsur pembentuk darah yang terdapat pada sumsum tulang (Hamim, 2015).
Tumor tulang / incoplasma adalah pertumbuhan jaringan baru yang
terus menerus secara cepat dan pertimbangannya tidak terkendali. Tumor /
incoplasma dapat berasal dari dalam tulang juga timbul dari jaringan atau dari
sel- sel kartilago yang berhubungan dengan epiphipisis atau dari unsur-unsur
pembentuk darah yang terdapat pada sumsum tulang.
2) Etiologi
Penyebab pasti terjadinya tumor tulang tidak diketahui. Akhir-akhir
ini, penelitian menunjukkan bahwa peningkatan suatu zat dalam tubuh yaitu
C-Fos dapat meningkatkan kejadian tumor tulang. Radiasi sinar radio aktif
dosis tinggi, keturunan, beberapa kondisi tulang yang ada sebelumnya seperti
penyakit paget (akibat pajanan radiasi), (Hamim, 2015).
Meskipun tidak ada penyebab tumor tulang yang pasti, ada beberapa
factor yang berhubungan dan memungkinkan menjadi faktor penyebab
terjadinya tumor tulang yang meliputi:
a. Genetik
Beberapa kelainan genetik dikaitkan dengan terjadinya keganasan
tulang, misalnya sarcoma jaringan lunak atau Soft Tissue Sarcoma (STS).
Dari data penelitian diduga mutasi genetik pada sel induk mesinkin dapat
menimbulkan sarcoma. Ada beberapa gen yang sudah diketahui
mempunvai peranan dalam keiadian sarcoma. antara lain gen RB-1 dan
p53. Mutasi p53 mempunyai peranan yang jelas dalam terjadinya STS.Gen
lain yang juga diketahui mempunyai peranan adalah gen MDM-2 (Murine
Double Minute 2). Gen ini dapat menghasilkan suatu protein yang dapat
mengikat pada gen p53 yang telah mutasi dan menginaktivitas gen tersebut.

b. Radiasi.
Keganasan jaringan lunak dapat terjadi pada daerah tubuh yang
terpapar radiasi seperti pada klien karsinoma mamma dan limfoma maligna
yang mendapat radioterapi. Halperin, 2015 memperkirakan resiko
terjadinya sarcoma pada klien penyakit Hodgkin yang diradiasi adalah 0,9
%. Terjadinya keganasan jaringan lunak dan bone sarcoma akibat
pemaparan radiasi sudah diketahui sejak 1922. Walaupun jarang
ditemukan, prognosisnya buruk dan umumnya high grade. Tumor yang
sering ditemukan akibat radiasi adalah malignant fibrous histiocytoma
(MFH) dan angiosarkoma atau limfangiosarkoma. Jarak waktu antara
radiasi dan terjadinya sarcoma diperkirakan sekitar 11 tahun.

c. Bahan Kimia.
Bahan kimia seperti Dioxin dan Phenoxyherbicide diduga dapat
menimbulkan sarkoma, tetapi belum dapat dibuktikan. Pemaparan terhadap
torium dioksida (Thorotrast), suatu bahan kontras, dapat menimbulkan
angiosarkoma, pada hepar, selain itu, abses juga diduga dapat menimbulkan
mosotelioma, sedangkan polivilin klorida dapat menyebabkan
angiosarkoma hepatik.

d. Trauma
Sekitar 30 % kasus keganasan pada jaringan lunak mempunyai riwayat
trauma. Walaupun sarkoma kadang-kadang timbul pada jaringan sikatriks
lama, luka bakar, dan riwayat trauma, semua ini tidak pernah dapat
dibuktikan.
e. Limfedema kronis
Limfedema akibat operasi atau radiasi dapat menimbulkan
limfangiosarkoma dan kasus limfangiosarkoma pada ekstremitas superior
ditemukan pada klien karsinoma mammae yang mendapat radioterapi
pasca-mastektomi.

f. Infeksi.
Keganasan pada jaringan lunak dan tulang dapat juga disebabkan oleh
infeksi parasit, yaitu filariasis. Pada klien limfedema kronis akibat obstruksi,
filariasis dapat menimbulkan limtangiosrakoma.

3) Patofisiologi
Adanya tumor pada tulang menyebabkan jaringan lunak diinvasi oleh
sel tumor.
Timbul reaksi dari tulang normal dengan respon osteolitik yaitu proses
destruksi atau penghancuran tulang dan respon osteoblastik atau proses
pembentukan tulang. Terjadi destruksi tulang lokal. Pada proses osteoblastik,
karena adanya sel tumor maka terjadi
penimbunan periosteum tulang yang baru dekat tempat lesi terjadi, sehingga
terjadi pertumbuhan tulang yang abortif.
Kelainan kongenital, genetik, gender / jenis kelamin, usia, rangsangan
fisik berulang, hormon, infeksi, gaya hidup, karsinogenik (bahan kimia, virus,
radiasi) dapat menimbulkan tumbuh atau berkembangnya sel tumor. Sel tumor
dapat bersifat benign (jinak) atau bersifat malignant (ganas).
Sel tumor pada tumor jinak bersifat tumbuh lambat, sehingga tumor
jinak pada umumnya tidak cepat membesar. Sel tumor mendesak jaringan
sehat sekitarnya secara serempak sehingga terbentuk simpai (serabut
pembungkus yang memisahkan jaringan tumor dari jaringan sehat). Oleh
karena bersimpai maka pada umumnya tumor jinak mudah dikeluarkan
dengan cara operasi.
Sel tumor pada tumor ganas (kanker) tumbuh cepat, sehingga tumor
ganas pada umumnya cepat menjadi besar. Sel tumor ganas tumbuh menyusup
ke jaringan sehat sekitarnya, sehingga dapat digambarkan seperti kepiting
dengan kaki-kakinya mencengkeram alat tubuh yang terkena. Disamping itu
sel kanker dapat membuat anak sebar (metastasis) ke bagian alat tubuh lain
yang jauh dari tempat asalnya melalui pembuluh darah dan pembuluh getah
bening dan tumbuh kanker baru di tempat lain. Penyusupan sel kanker ke
jaringan sehat pada alat tubuh lainnya dapat merusak alat tubuh tersebut
sehingga fungs1 alat tersebut menjadi terganggu.
Kanker adalah sebuah penyakit yang ditandai dengan pembagian sel
yang tidak teratur dan kemampuan sel-sel ini untuk menyerang jaringan
biologis lainnya, baik dengan pertumbuhan langsung di jaringan yang
bersebelahan (invasi) atau dengan migrasi sel ke tempat yang jauh
(metastasis). Pertumbuhan yang tidak teratur ini menyebabkan kerusakan
DNA, menyebabkan mutasi di gen vital yang mengontrol pembagian sel, dan
fungsi lainnya (Hamim, dkk. 2015).
Adapun siklus tumbuh sel kanker adalah membelah diri, membentuk
RNA. berdiferensiasi / proliferasi, membentuk DNA baru, duplikasi
kromosom sel, duplikasi
DNA dari sel normal, menjalani fase mitosis, fase istirahat (pada saat ini sel
tidak melakukan pembelahan).
Patway
Sumber : (Hamim, dkk, 2015)
4) Manifestasi Klinis

Jenis Gambaran Klinis


Asal Oseus

Kondrosarkoma a. Berasal dari kartilago


b. Tidak nyeri; tumbuh lambat; rekuren dan
invasif secara lokal
c. Muncul paling sering pada panggul, femur
proksimal, kosta, dan gelang bahu
d. Biasanya diderita pria berusia 30 hingga 50
tahun
Sel tumor raksasa maligna a. Berasal dari sel tumor raksasa maligna
b. Ditemukan yang paling sering di tulang
panjang, terutama di area kulit
c. Biasanya diderita wanita berusia 18 hingga
50
Sarkoma osteogenik a. Tumor osteoid tampak pada specimen
b. Tumor tumbuh dari osteoblas pembentuk
tulang dan osteoklas pencerna tulang
c. Muncul paing sering pada femur, namun
juga tibia dan humerus; terkadang, pada
fibula, ileum, vertebra, atau mandibula
d. Biasanya diderita pria berusia 10 hingga 30
tahun
Sarkoma osteogenik a. Tumbuh pada permukaan tulang daripada
parosteal bagian
b. Perjalanan penyakit berlangsung lambat
c. Terjadi paling sering pada femur distal,
tetapi juga tibia, humerus dan ulna
d. Biasanya diderita wanita berusia 30 hingga
40 tahun
Asal Non- Oseus

Kordoma a. Dihasilkan dari remnanst embrionik


notokord
b. Berlangsung lambat
c. Biasanya ditemukan pada ujung kolumna
spinalis dan stenooksipital, sakrokoksigeal,
dan area vertebra
d. Ditandai dengan konstipasi dan gangguan
penglihatan
e. Biasanya diderita pria berusia 50 hingga 60
tahun
Sarkoma Ewing a. Berasal dari sumsum tulang dan menyerang
gugusan tulang datar dan tulang panjang
b. Biasanya menyerang ekstremitas bawah,
paling sering femur, tulang inominata, kosta
tibia.
c. humerus, vertebra, dan fibula; dapat
bermetastasis ke paru Nyeri semakin hebat
dan persisten
d. Biasanya diderita pria berusia 10 hingga 20
tahun
e. Proenosis buruk
Fibrosarkoma a. Relatif jarang
b. Berasal dari jaringan fibrosa tulang
Menyerang tulang panjang atau datar
(femur, tibia, mandibula) namun juga
menyerang otot periosteum dan otot
penunjang
c. Biasanya terjadi pria yang berusia 30
hingga 40 tahun

5) Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium
1) Pada pemeriksaan laboratorium biasanya ditemukan kadar alkali
fosfatase serum meningkat (pada sarkom).
2) Tes darah rutin
Tes darah rutin disarankan. Jika ada penderitaan dari sumsum tulang
karena penyebaran kanker mungkin ada anemia, rendah sel darah putih
atau hitungan trombosit.

3) Tes darah biokimia


Darah biokimia tes mungkin menunjukkan peningkatan enzim yang
disebut basa phosphatise pada pasien dengan osteosarkoma.

b. Radiologi
1) Sinar x tulang
Pemeriksaan Ini adalah yang paling umum dan paling efektif biaya
penyelidikan diberitahukan bila kondisi tulang yang dicurigai. Pasien
yang menyajikan ke dokter dengan fraktur mungkin memiliki kanker
tulang yang mendasari yang dapat diduga pada x ray. Jika sinar x
sugestif dari kanker tulang pasien disebut spesialis untuk lebih lanjut
evaluasi dan manajemen.
2) MRI scan
MRI scan adalah studi pencitraan lain yang menggunakan medan
magnet yang kuat dan gelombang radio untuk melihat tulang dan
organ tubuh. Ini mungkin disarankan untuk mendeteksi ukuran dan
penyebaran setiap kanker tumor dalam tulang.
3) CT scan
CT scan juga melibatkan mengambil serangkaian sinar-X yang melihat
ukuran dan tingkat penyebaran kanker. CT scan dada dapat
mengungkapkan penyebaran kanker tulang ke paru-paru.

c. Biopsi
Ini adalah metode yang paling pasti untuk mendeteksi kanker tulang.
Biopsi melibatkan mengambil sampel kecil dari daerah yang terkena
dampak dari tulang dan menodai dengan pewarna cook pada slide dan
memeriksa sel sampel di bawah mikroskop di laboratorium.
Biopsi digunakan untuk mendeteksi jenis kanker, tahap atau kelas
kanker dan bagaimana agresif kanker adalah. Hal ini membantu dalam
perencanaan manajemen kanker dan juga membantu dalam meramalkan
hasil dari kanker.
Biopsi dari tulang dapat diambil oleh salah satu dari dua metode - inti
biopsi jarum atau biopsi terbuka. Biopsi jarum inti dilakukan setelah
menerapkan lokal atau umum anestesi. Tipis jarum dimasukkan ke dalam
tulang dan sampel jaringan akan dihapus.
Biopsi terbuka biasanya dilakukan di bawah anestesi umum. Dokter
bedah membuat sayatan atas tulang yang terpengaruh kanker dan
menghapus bagian yang lebih besar dari tulang untuk analisis.

6) Penatalaksanaan
a. Terapi

Jenis Terapi
Asal Oseus

Kondrosarkoma a. Hemipelvektomi, reseksi bedah (kosta)


b. Radiasi (paliatif)
c. Kemoterapi
Sel tumor raksasa maligna a. Kuretase
b. Eksisi total
c. Radiasi untuk penyakit rekuren
Sarkoma osteogenik a. Pembedahan (reseksi tumor, amputasi
paha, proksimal, hemipelvektomi,
bedah kemoterani Pembedahan (reseksi
tumor, amputasi paha, proksimal,
hemipelvektomi, bedah
interskapulotorasik)
b. Kemoterapi
Sarkoma osteogenik parosteal a. Pembedahan (reseksi tumor, amputasi
paha, proksimal, hemipelvektomi,
bedah kemoterani Pembedahan (reseksi
tumor, amputasi paha, proksimal,
hemipelvektomi, bedah
interskapulotorasik)
b. Kemoterapi
c. Kombinasi di atas
Asal Non- Oseus

Kordima a. Reseksi bedah (biasanya menybabkan


defek neural)
b. Radiasi ( paliatif atau bila pembedahan
tidak dilakukan, seperti pada area
oksipitalis)
Sarkoma ewing a. Radiasi tegagan tinggi (tumor sensitif
terhadap radiasi)
b. Kemoterapi untuk memperlambat
metastasis
c. Amputasi hanya bila tidak ada bukti
metastasis
Fibrosarkoma a. Amputasi
b. Radiasi
c. Kemoterapi
d. Tandur (graft) tulang (pada
fibrosarkoma derajat ringan)

b.Pengobatan
1) Kemoterapi, seperti gemsitabin dan dosetaksel
2) Analgesik, seperti morfin, oksikodon, hidrokodon dan fentanil

c. Pembedahan
1) Eksisi tumor
2) Pembedahan radikal, seperti hemipelvektomi atau amputasi
insterskapulotorasika atau ekstremitas
3) Pertahankan ketinggian kepala tempat tidur minimal 30 derajat
4) Elevasikan kaki tempat tidur atau tempatkan stump (punting) yang
terkena di atas bantal selama 24 jam pertama. (Hati - hati jangan
membiarkan posisi punting selama 48 jam karena dapat menyebabkan
kontraktur).

7) Komplikasi
a. Infeksi
b. Hemoragi
c. Rekurens lokal
d. Fraktur patologis

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


1. Pengkajian
Dalam melakukan asuhan keperawatan, pengkajian merupakan dasar utama
dan hal yang penting di lakukan baik saat pasien pertama kali masuk rumah
sakit maupun selama pasien dirawat di rumah sakit (Widyorini et al. 2017).
Yang paling penting untuk mengetahui bahwa seseorang menderita tumor
tulang adalah anamnesis untuk menegakkan diagnosis tumor tulang jenis apa
yang diderita oleh si pasien dan tindakan apa yang harus dilakukan
selanjutnya. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam anamnesis adalah:
1.1 Umur
Umur penderita sangat penting untuk diketahui karena banyak tumor
tulang yang mempunyai kekhasan dalam umur terjadinya, misalnya
osteogenik sarkoma ditemukan pada anak sampai sebelum dewasa muda,
kondrosarkoma pada umur 40 tahun, giant cell tumor jarang ditemukan
dibawah umur 20 tahun.
1.2 Lama dan perkembangan (progresifitas) tumor.
Tumor jinak basanya berkembang secara pelahan dan bila terjadi
perkembangan yang cepat dalam waktu singkat atau suatu tumor yang
jinak, tiba tiba menjadi hesar maka perlu dicurigai adanya keganasan.
1.3 Nyeri
Nyeri merupakan keluhan utama pada tumor ganas. Adanya nyeri
menunjukkan tanda ekspansi tumor yang cepat dan penekanan kejaringan
sekitamya, perdarahan atau degenerasi.
1.4 Pembengkakan
Kadang-kadang penderita mengeluhkan adanya suatu pembengkakan,
yang timbul secara perlahan-lahan dalam jangka waktu yang lama atau
secara tiba tiba.
1.5 Pemeriksaan Fisik
Kemudian dilakukan pemeriksaan klinik, hal hal yang penting dalam
melakukan pemeriksaan klinik adalah:
1) Lokasi
Beberapa jenis tumor mempunyai lokasi yang klasik dan tempat
tempat predileksi tertentu seperti didaerah epifisis, metafisis tulang
atau menyerang tulang-tulang tertentu misalnya osteoma pada daerah
tengkorak. Osteogenik sarkoma pada daerah metafisis, osteoblatoma
pada daerah vertebra.
2) Besar, bentuk, batas dan sifat tumor.
Tumor yang kecil kemudian suatu tumor jinak, sedangkan tumor yang
besar kemungkinan adalah tumor ganas, penting pula diperhatikan
bentuk tumor apakah disertai pelebaran pembuluh darah atau ulkus
yang merupakan karateristik suatu tumor ganas, tanda tanda efusi
sendi mungkin dapat ditemukan pada tumor yang berdekatan dengan
sendi
3) Gangguan pergerakan sendi
Pada tumor yang besar disekitar sendi akan memberikan gangguan
pada pergerakan sendi.
4) Spasme otot dan kekakuan tulang belakang
Apabila tumor terdapat pada tulang belakang, baik jinak atau ganas,
dapat memberikan spasme atau kekakuan otot tulang belakang.
5) Fraktur patologis
Beberapa tumor ganas dapat memberikan komplikasi fraktur oleh
karena terjadi kerapuhan pada tulang sehingga penderita akan datang
dengan gejala fraktur.

2. Diagnosa Keperawatan
Berikut ini adalah beberapa diagnosa keperawatan yang mungkin muncul
pada klien dengan Tumor Tulang (SDKI 2017) :
2.1 D.0077 Nyeri Akut
Definisi : Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan
kerusakan jaringan aktual atau fungsional, dengan onset mendadak atau
lamat dan berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang 3
bulan.
1) Penyebab :
a. Agen pencedera fisiologis (mis. inflamasi, lakemia, neoplasma)
b. Agen pencedera kimiawi (mis. terbakar, bahan kimia iritan)
c. Agen pencedera fisik (mis.abses, amputasi, terbakar, terpotong,
mengangkat berat, prosedur operasi, trauma, latihan fisik
berlebihan)
2) Gejala dan Tanda Mayor :
a. Subjektif
- Mengeluh Nyeri
b. Objektif
- Tampak meringis
- Bersikap Protektif (mis. waspada. posisi menghindari nyeri)
- Gelisah
- Frekuensi nadi meningkat
- Sulit tidur
3) Gejala dan Tanda Minor
a. Subjektif
(tidak tersedia)
b. Objektif
- Tekanan darah meningkat
- Pola napas berubah
- Nafsu makan berubah
- Proses berpikir terganggu
- Menarik diri
- Berfokus pada diri sendiri
- Diaforesis
4) Kondisi Klinis Terkait
- Kondisi pembedahan
- Cedera traumatis
- Infeksi
- Sindrom coroner akut
- Glaucoma
2.2 D.0136 Resiko Cedera
Definisi : Berisiko mengalami bahaya atau kerusakan fisik yang
menyebabkan seseorang tidak lagi sepenuhnya sehat atau dalam kondisi
baik.
1) Faktor Resiko Eksternal
a. Terpapar patogen
b. Terpapar zat kimia toksik
c. Terpapar agent nosokomial
d. Ketidakamanan transportasi
2) Faktor Resiko Internal
a. Ketidaknormalan profil darah
b. Perubahan orietasi afektif
c. Perubahan sensasi
d. Disfungsi autoimun
e. Disfungsi biokimia
f. Hipoksia jaringan
g. Kegagalan mekanisme pertahanan tubuh
h. Malnutrisi
i. Perubahan fungsi motorik
j. Perubahan fungsi kognitif
3) Kondisi Klinis Terkait
a. Kejang
b. Sinkop
c. Vertigo
d. Gangguan penglihatan
e. Gangguan pendengaran
f. Penyakit Parkinson
g. Hipotensi
h. Kelainan nervus vestibularis
i. Retardasi mental
2.3 D. 0054 Gangguan Mobilitas Fisik
Definisi : Keterbatasan dalam gerak fisik dari satu atau lebih ekstremitas
secara mandiri.
1) Penyebab
a. Kerusakan integritas struktur tulang
b. Perubahan metabolisme
c. Ketidakbugaran fisik
d. Penurunan kendali otot
e. Penurunan massa otot
f. Penurunan kekuatan otot
g. Keterlambatan perkembangan
h. Kekakuan sendi
i. Kontraktur
j. Malnutrisi
k. Gangguan musculoskeletal
l. Gangguan neuromuscular
m. Indeks massa tubuh diatas persentil ke 75 sesuai usia
n. Efek agen farmakologis
o. Program pembatasan
p. Nyeri
q. Kurang terpapar infomasi tentang aktivitas fisik
r. Kecemasan
s. Gangguan kognitif
t. Keengganan melakukan pergerakan
u. Gangguan sensoripersepsi
2) Gejala dan Tanda Mayor :
Subjektif
- Mengeluh sulit menggerakan ekstremitas

Objektif

- Kekuatan otot  menurun


- Rentang gerak (ROM) menurun
3) Gejala dan tanda Minor :
a. Nyeri saat bergerak
b. Enggan melakukan pergerakan
c. Merasa cemas saat bergerak
4) Data Objektif
a. Sendi kaku
b. Gerakan tidak terkooordinasi
c. Gerakan terbatas
d. Fisik lemah
5) Kondisi Klinis Terkait
a. Stroke
b. Cedera medulla spinalis
c. Trauma
d. Fraktur
e. Osteoarthritis
f. Osteomalasia
g. Keganasan

3. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan adalah segala treatment yang dikerjakan oleh
perawat yang didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk
mencapai luaran (outcome) yang diharapkan (SIKI DPP PPNI 2018) (SLKI
DPP PPNI 2019).
3.1 (D.0077) Nyeri Akut
Tujuan : Diharapkan tingkat nyeri menurun
Kriteria hasil :
1) Keluhan nyeri menurun
2) Gelisah menurun
3) Meringis menurun
4) Frekuensi nadi membaik
5) Pola nafas membaik
6) Tekanan darah membaik
7) Nafsu makan membaik
8) Sulit tidur menurun

Intervensi :

Observasi

a) Identifikasi lokasi karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,


intensitas nyeri
b) Identifikasi skala nyeri
c) Identifikasi respons nyeri non verbal
d) Identifikasi factor yang memperberat dan memperingan nyeri
e) Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
f) Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
g) Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
h) Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan
i) Monitor efek samping penggunaan analgetik

Terapeutik

j) Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis


TENS, hipnosis, akupresur, terapi musik, biofeedback terapi pijat,
aromaterapi, teknik imajinasi terbimbing. kompres hangat dingin,
terapi bermain)
k) Fasilitasi Istirahat dan tidur
l) Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri

Edukasi

m) Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri


n) Jelaskan strategi meredakan nyeri
o) Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
p) Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
q) Anjurkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri

Kolaborasi

r) Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu

3.2 (D.0136) Resiko Cedera


Tujuan : Diharapkan tingkat cedera menurun
Kriteria hasil :
a) Kejadian cedera menurun
b) Ketegangan otot menurun
c) Fraktur menurun
d) Gangguan mobilitas menurun
e) Gangguan kognitif menurun
f) Perdarahan menurun
g) Ekspresi wajah kesakitan menurun
h) Tekanan darah membaik
i) Frekuensi nadi membaik
j) Frekuensi napas membaik
k) Pola tidur membaik

Intervensi :

Observasi
l) Identifikasi kebutuhan keselamatan (mis. Kondisi fisik. Fungsi
kognitif dan riwayat perilaku)
m) Monitor perubahan status keselamatan lingkungan

Terapeutik

n) Hilangkan bahaya keselamatan lingkungan (mis. Fisik, biologi,


dan kimia), jika memungkinkan
o) Modifikasi lingkungan untuk meminimalkan bahaya dan risiko
p) Sediakan alat bantu keamanan lingkungan (mis. Commode chair
dan pegangan tangan)
q) Gunakan perangkat pelindung (mis. Pengekangan fisik, rel
samping, pintu terkunci, pagar)
r) Hubungi pihak berwenang sesuai masalah komunitas (mis.
Puskesmas, polisi, damkar)
s) Fasilitas relokasi ke lingkungan yang aman
t) Lakukan program skrining bahaya lingkungan (mis. timbal)

Edukasi :

u) Ajarkan individu, keluarga, dan kelompok risiko tinggi bahaya


lingkungan

3.3 (D. 0054) Gangguan Mobilitas Fisik


Tujuan : Diharapkan kemampuan dalam gerakan fisik secara mandiri
meningkat
Kriteria hasil :
a) Pergerakan ekstremitas meningkat
b) Kekuatan otot meningkat
c) Rentang gerak (ROM) meningkat
d) Nyeri menurun
e) Kaku sendi menurun
f) Kecemasan menurun
g) Gerakan tidak terkoordinasi menurun
h) Gerakan terbatas menurun
i) Kelemahan fisik menurun

Intervensi :

Observasi

j) Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya


k) Identifikasi toleransi fisik melakukan pergerakan
l) Monitor frekuensi jantung dan tekanan darah sebelum memulai
mobilisasi
m) Monitor kondisi umum selama mobilisasi

Terapeutik :

n) Fasilitias aktivitas mobilisasi dengan alat bantu (mis. pagar tempat


tidur)
o) Fasilitas melakukan pergerakan, jika perlu
p) Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam meningkatkan
pergerakan

Edukasi

q) Jelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi


r) Anjurkan melakukan mobilisasi dini
s) Ajarkan mobilisasi sederhana yang harus dilakukan (mis. duduk
ditempat tidur, duduk di sisi tempat tidur, pindah dari tempat tidur
ke kursi)

4. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah penilaian hasil dan proses. Penilaian hasil menentukan
seberapa jauh keberhasilan yang dicapai sebagai keluaran dari tindakan.
Penilaian proses menentukan apakah ada kekeliruan dari setiap tahapan proses
mulai dari pengkajian, diagnosa, perencanaan, tindakan dan evaluasi (Ali
2016). Evaluasi merupakan tahap akhir yang bertujuan untuk menilai apakah
tindakan keperawatan yang telah dilakukan tercapai atau tidak untuk
mengatasi suatu masalah.
DAFTAR PUSAKA

Desrianta, I. G. N., & Wiratnaya, I. G. E. (2020). Prevalensi Tumor Tulang Jinak


Di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar Tahun 2013-
2015. Medika Udayana, 9(11), 110-114.
Hanif, M. R. (2021). Angka Kejadian Pasien Tumor Tulang yang Telah
Melakukan Pemeriksaan Foto X-Rays di Instalasi Radiologi RSUD Dr. H.
Abdul Moeloek Periode Tahun 2013–2018. Malahayati Nursing
Journal, 3(4), 570-577.
Hikmatia, N. D., & Zahra, A. N. (2018). Perilaku Kesehatan Anggota Keluarga
Dengan Pasien Kanker. Jurnal Riset Kesehatan Nasional, 2(2), 142-148.
Ritonga, R. O. E. (2020). Profil Penderita Soft Tissue Tumor di Laboratorium
Patologi Rumah Sakit Advent Medan Tahun 2016-2017.
Manal, M., Chandrasekar, M. J. N., Priya, J. G., & Nanjan, M. J. (2016). Inhibitors
of histone deacetylase as antitumor agents: A critical review. Bioorganic
chemistry, 67, 18-42.
Mulugeta, H., Ayana, M., Sintayehu, M., Dessie, G., & Zewdu, T. (2018).
Praoperative anxiety and associated factors among adult surgical patients in
Debre Markos and Felege Hiwot referral hospitals, Northwest Ethiopia.
BMC Anesthesiology, 18(155), 1-9
Suarni, L., Nurjannah, I., & Apriyani, H. (2015). Nursing and collaborative
diagnoses on perioperative patients with and without using six steps of
diagnostic reasoning methods. International Journal of Research in Medical
Sciences, 3(1), 97-103
Yuliastuti, Christina. (2016). Effect Of Handheld Finger Relaxation On Reduction
Of Pain Intensity In Patients With Post-Appendectomy At Inpatient Ward,
Rsud Sidoarjo. International Journal Of Medicine And Pharmaceutical
Sciences (Ijmps), 5(3), 53-58.
Yunidar, Yunita, D., & Pitoyo, J. (2017). Pengaruh Teknik Relaksasi Nafas Dalam
Terhadap Penanganan Tingkat Ansietas Pasien Yang Akan Menjalani
Tindakan Egd Di Rumah Sakit Dr.Bratanata Jambi. Jurnal Akademika
Baiturrahim, 6 (2), 52-61
Nurlatifah, N. E. Efektivitas antara relaksasi genggam jari dengan relaksasi napas
dalam pada tingkat ansietas pasien pra bedah orthopedi di rsud dr. Soedarso
pontianak. Jurnal ProNers, 4(1)
Widyorini, Prasti, Kintan Arifa Shafrin, Nur Endah Wahyuningsih, and Retno
Murwani. 2017. “Dengue Hemorrhagic Fever ( DHF ) Incidence Is Related
to Air Temperature , Rainfall and Humidity of the Climate in Semarang
City , Central Java, Indonesia.” (July 2018): 8–13

PPNI, T. P. S. D. (2017). Standar diagnosis keperawatan indonesia.

PPNI, T. P. S. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI).

PPNI, T. P. S. D. (2018). Standar intervensi keperawatan indonesia.

Anda mungkin juga menyukai