PENDAHULUAN
Tujuan Umum
Tujuan Khusus
b. Radiasi.
Keganasan jaringan lunak dapat terjadi pada daerah tubuh yang
terpapar radiasi seperti pada klien karsinoma mamma dan limfoma maligna
yang mendapat radioterapi. Halperin, 2015 memperkirakan resiko
terjadinya sarcoma pada klien penyakit Hodgkin yang diradiasi adalah 0,9
%. Terjadinya keganasan jaringan lunak dan bone sarcoma akibat
pemaparan radiasi sudah diketahui sejak 1922. Walaupun jarang
ditemukan, prognosisnya buruk dan umumnya high grade. Tumor yang
sering ditemukan akibat radiasi adalah malignant fibrous histiocytoma
(MFH) dan angiosarkoma atau limfangiosarkoma. Jarak waktu antara
radiasi dan terjadinya sarcoma diperkirakan sekitar 11 tahun.
c. Bahan Kimia.
Bahan kimia seperti Dioxin dan Phenoxyherbicide diduga dapat
menimbulkan sarkoma, tetapi belum dapat dibuktikan. Pemaparan terhadap
torium dioksida (Thorotrast), suatu bahan kontras, dapat menimbulkan
angiosarkoma, pada hepar, selain itu, abses juga diduga dapat menimbulkan
mosotelioma, sedangkan polivilin klorida dapat menyebabkan
angiosarkoma hepatik.
d. Trauma
Sekitar 30 % kasus keganasan pada jaringan lunak mempunyai riwayat
trauma. Walaupun sarkoma kadang-kadang timbul pada jaringan sikatriks
lama, luka bakar, dan riwayat trauma, semua ini tidak pernah dapat
dibuktikan.
e. Limfedema kronis
Limfedema akibat operasi atau radiasi dapat menimbulkan
limfangiosarkoma dan kasus limfangiosarkoma pada ekstremitas superior
ditemukan pada klien karsinoma mammae yang mendapat radioterapi
pasca-mastektomi.
f. Infeksi.
Keganasan pada jaringan lunak dan tulang dapat juga disebabkan oleh
infeksi parasit, yaitu filariasis. Pada klien limfedema kronis akibat obstruksi,
filariasis dapat menimbulkan limtangiosrakoma.
3) Patofisiologi
Adanya tumor pada tulang menyebabkan jaringan lunak diinvasi oleh
sel tumor.
Timbul reaksi dari tulang normal dengan respon osteolitik yaitu proses
destruksi atau penghancuran tulang dan respon osteoblastik atau proses
pembentukan tulang. Terjadi destruksi tulang lokal. Pada proses osteoblastik,
karena adanya sel tumor maka terjadi
penimbunan periosteum tulang yang baru dekat tempat lesi terjadi, sehingga
terjadi pertumbuhan tulang yang abortif.
Kelainan kongenital, genetik, gender / jenis kelamin, usia, rangsangan
fisik berulang, hormon, infeksi, gaya hidup, karsinogenik (bahan kimia, virus,
radiasi) dapat menimbulkan tumbuh atau berkembangnya sel tumor. Sel tumor
dapat bersifat benign (jinak) atau bersifat malignant (ganas).
Sel tumor pada tumor jinak bersifat tumbuh lambat, sehingga tumor
jinak pada umumnya tidak cepat membesar. Sel tumor mendesak jaringan
sehat sekitarnya secara serempak sehingga terbentuk simpai (serabut
pembungkus yang memisahkan jaringan tumor dari jaringan sehat). Oleh
karena bersimpai maka pada umumnya tumor jinak mudah dikeluarkan
dengan cara operasi.
Sel tumor pada tumor ganas (kanker) tumbuh cepat, sehingga tumor
ganas pada umumnya cepat menjadi besar. Sel tumor ganas tumbuh menyusup
ke jaringan sehat sekitarnya, sehingga dapat digambarkan seperti kepiting
dengan kaki-kakinya mencengkeram alat tubuh yang terkena. Disamping itu
sel kanker dapat membuat anak sebar (metastasis) ke bagian alat tubuh lain
yang jauh dari tempat asalnya melalui pembuluh darah dan pembuluh getah
bening dan tumbuh kanker baru di tempat lain. Penyusupan sel kanker ke
jaringan sehat pada alat tubuh lainnya dapat merusak alat tubuh tersebut
sehingga fungs1 alat tersebut menjadi terganggu.
Kanker adalah sebuah penyakit yang ditandai dengan pembagian sel
yang tidak teratur dan kemampuan sel-sel ini untuk menyerang jaringan
biologis lainnya, baik dengan pertumbuhan langsung di jaringan yang
bersebelahan (invasi) atau dengan migrasi sel ke tempat yang jauh
(metastasis). Pertumbuhan yang tidak teratur ini menyebabkan kerusakan
DNA, menyebabkan mutasi di gen vital yang mengontrol pembagian sel, dan
fungsi lainnya (Hamim, dkk. 2015).
Adapun siklus tumbuh sel kanker adalah membelah diri, membentuk
RNA. berdiferensiasi / proliferasi, membentuk DNA baru, duplikasi
kromosom sel, duplikasi
DNA dari sel normal, menjalani fase mitosis, fase istirahat (pada saat ini sel
tidak melakukan pembelahan).
Patway
Sumber : (Hamim, dkk, 2015)
4) Manifestasi Klinis
5) Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium
1) Pada pemeriksaan laboratorium biasanya ditemukan kadar alkali
fosfatase serum meningkat (pada sarkom).
2) Tes darah rutin
Tes darah rutin disarankan. Jika ada penderitaan dari sumsum tulang
karena penyebaran kanker mungkin ada anemia, rendah sel darah putih
atau hitungan trombosit.
b. Radiologi
1) Sinar x tulang
Pemeriksaan Ini adalah yang paling umum dan paling efektif biaya
penyelidikan diberitahukan bila kondisi tulang yang dicurigai. Pasien
yang menyajikan ke dokter dengan fraktur mungkin memiliki kanker
tulang yang mendasari yang dapat diduga pada x ray. Jika sinar x
sugestif dari kanker tulang pasien disebut spesialis untuk lebih lanjut
evaluasi dan manajemen.
2) MRI scan
MRI scan adalah studi pencitraan lain yang menggunakan medan
magnet yang kuat dan gelombang radio untuk melihat tulang dan
organ tubuh. Ini mungkin disarankan untuk mendeteksi ukuran dan
penyebaran setiap kanker tumor dalam tulang.
3) CT scan
CT scan juga melibatkan mengambil serangkaian sinar-X yang melihat
ukuran dan tingkat penyebaran kanker. CT scan dada dapat
mengungkapkan penyebaran kanker tulang ke paru-paru.
c. Biopsi
Ini adalah metode yang paling pasti untuk mendeteksi kanker tulang.
Biopsi melibatkan mengambil sampel kecil dari daerah yang terkena
dampak dari tulang dan menodai dengan pewarna cook pada slide dan
memeriksa sel sampel di bawah mikroskop di laboratorium.
Biopsi digunakan untuk mendeteksi jenis kanker, tahap atau kelas
kanker dan bagaimana agresif kanker adalah. Hal ini membantu dalam
perencanaan manajemen kanker dan juga membantu dalam meramalkan
hasil dari kanker.
Biopsi dari tulang dapat diambil oleh salah satu dari dua metode - inti
biopsi jarum atau biopsi terbuka. Biopsi jarum inti dilakukan setelah
menerapkan lokal atau umum anestesi. Tipis jarum dimasukkan ke dalam
tulang dan sampel jaringan akan dihapus.
Biopsi terbuka biasanya dilakukan di bawah anestesi umum. Dokter
bedah membuat sayatan atas tulang yang terpengaruh kanker dan
menghapus bagian yang lebih besar dari tulang untuk analisis.
6) Penatalaksanaan
a. Terapi
Jenis Terapi
Asal Oseus
b.Pengobatan
1) Kemoterapi, seperti gemsitabin dan dosetaksel
2) Analgesik, seperti morfin, oksikodon, hidrokodon dan fentanil
c. Pembedahan
1) Eksisi tumor
2) Pembedahan radikal, seperti hemipelvektomi atau amputasi
insterskapulotorasika atau ekstremitas
3) Pertahankan ketinggian kepala tempat tidur minimal 30 derajat
4) Elevasikan kaki tempat tidur atau tempatkan stump (punting) yang
terkena di atas bantal selama 24 jam pertama. (Hati - hati jangan
membiarkan posisi punting selama 48 jam karena dapat menyebabkan
kontraktur).
7) Komplikasi
a. Infeksi
b. Hemoragi
c. Rekurens lokal
d. Fraktur patologis
2. Diagnosa Keperawatan
Berikut ini adalah beberapa diagnosa keperawatan yang mungkin muncul
pada klien dengan Tumor Tulang (SDKI 2017) :
2.1 D.0077 Nyeri Akut
Definisi : Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan
kerusakan jaringan aktual atau fungsional, dengan onset mendadak atau
lamat dan berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang 3
bulan.
1) Penyebab :
a. Agen pencedera fisiologis (mis. inflamasi, lakemia, neoplasma)
b. Agen pencedera kimiawi (mis. terbakar, bahan kimia iritan)
c. Agen pencedera fisik (mis.abses, amputasi, terbakar, terpotong,
mengangkat berat, prosedur operasi, trauma, latihan fisik
berlebihan)
2) Gejala dan Tanda Mayor :
a. Subjektif
- Mengeluh Nyeri
b. Objektif
- Tampak meringis
- Bersikap Protektif (mis. waspada. posisi menghindari nyeri)
- Gelisah
- Frekuensi nadi meningkat
- Sulit tidur
3) Gejala dan Tanda Minor
a. Subjektif
(tidak tersedia)
b. Objektif
- Tekanan darah meningkat
- Pola napas berubah
- Nafsu makan berubah
- Proses berpikir terganggu
- Menarik diri
- Berfokus pada diri sendiri
- Diaforesis
4) Kondisi Klinis Terkait
- Kondisi pembedahan
- Cedera traumatis
- Infeksi
- Sindrom coroner akut
- Glaucoma
2.2 D.0136 Resiko Cedera
Definisi : Berisiko mengalami bahaya atau kerusakan fisik yang
menyebabkan seseorang tidak lagi sepenuhnya sehat atau dalam kondisi
baik.
1) Faktor Resiko Eksternal
a. Terpapar patogen
b. Terpapar zat kimia toksik
c. Terpapar agent nosokomial
d. Ketidakamanan transportasi
2) Faktor Resiko Internal
a. Ketidaknormalan profil darah
b. Perubahan orietasi afektif
c. Perubahan sensasi
d. Disfungsi autoimun
e. Disfungsi biokimia
f. Hipoksia jaringan
g. Kegagalan mekanisme pertahanan tubuh
h. Malnutrisi
i. Perubahan fungsi motorik
j. Perubahan fungsi kognitif
3) Kondisi Klinis Terkait
a. Kejang
b. Sinkop
c. Vertigo
d. Gangguan penglihatan
e. Gangguan pendengaran
f. Penyakit Parkinson
g. Hipotensi
h. Kelainan nervus vestibularis
i. Retardasi mental
2.3 D. 0054 Gangguan Mobilitas Fisik
Definisi : Keterbatasan dalam gerak fisik dari satu atau lebih ekstremitas
secara mandiri.
1) Penyebab
a. Kerusakan integritas struktur tulang
b. Perubahan metabolisme
c. Ketidakbugaran fisik
d. Penurunan kendali otot
e. Penurunan massa otot
f. Penurunan kekuatan otot
g. Keterlambatan perkembangan
h. Kekakuan sendi
i. Kontraktur
j. Malnutrisi
k. Gangguan musculoskeletal
l. Gangguan neuromuscular
m. Indeks massa tubuh diatas persentil ke 75 sesuai usia
n. Efek agen farmakologis
o. Program pembatasan
p. Nyeri
q. Kurang terpapar infomasi tentang aktivitas fisik
r. Kecemasan
s. Gangguan kognitif
t. Keengganan melakukan pergerakan
u. Gangguan sensoripersepsi
2) Gejala dan Tanda Mayor :
Subjektif
- Mengeluh sulit menggerakan ekstremitas
Objektif
3. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan adalah segala treatment yang dikerjakan oleh
perawat yang didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk
mencapai luaran (outcome) yang diharapkan (SIKI DPP PPNI 2018) (SLKI
DPP PPNI 2019).
3.1 (D.0077) Nyeri Akut
Tujuan : Diharapkan tingkat nyeri menurun
Kriteria hasil :
1) Keluhan nyeri menurun
2) Gelisah menurun
3) Meringis menurun
4) Frekuensi nadi membaik
5) Pola nafas membaik
6) Tekanan darah membaik
7) Nafsu makan membaik
8) Sulit tidur menurun
Intervensi :
Observasi
Terapeutik
Edukasi
Kolaborasi
Intervensi :
Observasi
l) Identifikasi kebutuhan keselamatan (mis. Kondisi fisik. Fungsi
kognitif dan riwayat perilaku)
m) Monitor perubahan status keselamatan lingkungan
Terapeutik
Edukasi :
Intervensi :
Observasi
Terapeutik :
Edukasi
4. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah penilaian hasil dan proses. Penilaian hasil menentukan
seberapa jauh keberhasilan yang dicapai sebagai keluaran dari tindakan.
Penilaian proses menentukan apakah ada kekeliruan dari setiap tahapan proses
mulai dari pengkajian, diagnosa, perencanaan, tindakan dan evaluasi (Ali
2016). Evaluasi merupakan tahap akhir yang bertujuan untuk menilai apakah
tindakan keperawatan yang telah dilakukan tercapai atau tidak untuk
mengatasi suatu masalah.
DAFTAR PUSAKA