Oleh Kelompok 7 :
1. Atsani Qoni’ Fitria (011191071)
2. Sitta Widyasari (011191103)
Penyusun
LEMBAR PERSETUJUAN
Menyetujui,
Dosen Pengajar
2. Etiologi
Etiologi osteosarkoma belum diketahui secara pasti, tetapi ada berbagai
macam faktor predisposisi yang menyebabkan osteosarcoma antara lain :
1. Trauma
Osteosarkoma dapat terjadi beberapa bulan atau beberapa tahun setelah
terjadinya trauma. Walaupun demikian trauma ini tidak dapat dianggap
sebagai penyebab utama karena tulan yang fraktur akibat trauma ringan
maupun parah jarang menyebabkan osteosarkoma.
2. Ektrinsik Karsinogenik
Penggunaan subtansi radioaktif dalam jangka waktu lama dan melebihi dan
melebihi dosis juga diduga merupakan penyebab terjadinya osteosarckma
ini. salah satu contph adalah radium. Radiasi yang diberikan untuk penyakit
tulang seperti kista tulang aneurismal, fibrous dysplasia, setelah 3-40 tahun
dapat mengakibatkan osteosarkoma.
3. Karsinogenik Kimia
Ada dugaan bahwa penggunaan thorium untuk penderita tuberkolosis
mengakibatkan 14 dari 53 pasien berkembang menjadi osteosarkoma.
4. Virus
Penelitian virus yang dapat menyebabkan osteosarcoma baru dilakukan pada
hewan, sedangkan jumlah usaha untuk menemukan onkogenik virus pada
osteosarkoma manusia tidak berhasil. Walaupun beberapa laporan
menyatakan adanya pertikel seperti visru pada sel osteosarkoma dalam
kultur jaringan.
Bahan kimia, virus, radiasi, dan factor trauma. Pertumbuhan yang cepat dan
besarnya ukiran tubuh dapat juga menyebabkan terjadinya osteosarcoma
selama masa pubertas. Hal ini menunjukan bahwa hormons seks penting
walaupun belum jelas bagaimana hormone dapat mempengaruhi
perkembangan osteosarkoma.
3. Patofisiologi
Adanya tumor pada tulang menyebabkan jaringan lunak diinvasi oleh sel
tumor. Timbul reaksi dari tulang normal dengan respon osteolitik yaitu proses
distruksi atau penghancuran tulang dan respon oosteoblastik atau proses
pembentukan tulang. Terjadi distruksi tulang lokal pada proses osteoblastik,
karena adanya sel tumor maka terjadi penimbunan periosteum tulang yang baru
dekat lempat lesi terjadi sehingga terjadi pertumbuhan tulang yang abortif.
4. Manifesti Klinik
Gejala dan tanda biasanya dapat terjadi seminggu atau sebulan sebelum
pasien didiagnosa.
Gejala umum :
1. Adanya rasa ssakit ketika beraktifitas
2. Penderita osteosarcoma akam merasakan nyeri pada tulangnya pada saat
malam hari
3. Penderita osteosarcoma sering jatuh
4. Bengkak, tergantung besar dan lokai lesi
5. Faktor herediter
Gejala sistemik :
1. Demam
2. Berkeringat pada malam hari (biasanya terjadi pada penderita tuberkolosis
yang menggunakan thorium sebagai obat)
2. Penatalaksanaan Keperawatan
a. Manjemen nyeri
Teknik manajemen nyeri secara psikologik (teknik relaksasi
napas dalam, visualisasi, dan bimbingan imajinasi) dan
farmakologi (pemberian analgetika).
b. Mengajarkan mekanisme koping yang efektif
Motivasi klien dan keluarga untuk mengungkapkan perasaan
mereka, dan berikan dukungan secara moril, serta anjurkan
keluarga untuk berkonsultasi ke ahli psikologi atau rohaniawan.
c. Memberikan nutrisi yang adekuat
Berkurangnya nafsu makan, mual, mutah sering terjadi sebagai
efek samping kemoterpai dan radiasi, sehingga perlu diberikan
nutrisi yang adekuat. Antiemetika dan teknik relaksasi dapat
mengurangi reaksi gastronitetinal. Pemberian parenteral dapat
dilakukan sesuai dengan indikasi dokter.
d. Pendidikan kesehatan
Pasien dan keluarga diberikan pendidikan kesehatan tentang
kemungkinan terjadinya komplikasi, program terapi, dan teknik
perawatan luka dirumah.
6. Komplikasi
1. Akibat langsung dapat menyebakan patah tulang
2. Akibat tidak langsung, dapat menyebabkan berat badan, anemia, penurunan
kekebalan tubuh
3. Akibat pengobatan, dapat menyebabkan saraf tepi, penurunan kadar darah,
kebotakan pada kemoterapi
7. Pathway
B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
1. Riwayat Kesehatan
Dapatkan Riwayat kesehatan, proses penyakit, bagaimana keluarga
dan paisen mengatasi masalahnya dan bagaimana pasien mengatasi nyeri
yang dideritanya. Berikan perhatian khusus pada keluhan misalnya :
keletihan, nyeri pada ektremitas, berkeringat pada malam hari, kurang nafsu
makan, sakit kepala, dan malaise.
2. Pemeriksaan Fisik
a. Teraba massa tulang dan peningkatan suhu kulit diatas massa
adanya pelebaran vena
b. Pembengkakan pada atau diatas tulang atau persendian serta
pergerakan yang terbatas
c. Nyeri tekan atau nyeri lokal pada sisi yang sakit
1) Mungkin hebat atau dangkal
2) Sering hilang dengan posisi felxi
3) Anak berjalan pincang keterbatasan dalam melakukan
aktifitas, tidak mampu menahan objek berat
d. Kaji status fungsional pada area yang sakit, tanda-tanda inflamasi,
nodus limfe regional
e. Pemeriksaan diagnostik
Radiografi, tomografi, pemindaian tulang, radisotop, atau
biopsy tulang bedah, tomografi paru, tes lain untuk diagnosis
banding, aspirasi sumsum tulang(sarcoma ewing).
2. Diagnosis Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan patologik dan menbedahan
2. Koping tidak efektif berhubungan dengan rasa takut tentang ketidaktahuan
persepsi tentang proses penyakit, dan sistem pendukung tidak adekuat
3. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan status
hipermetabolik berkenaan dengan kanker.
4. Gangguan harga diri karena hilangnya bagian tubuh utau perubahan
kinerja peran.
3. Intervensi Keperawatan
Diagnosa Tujuan & Kriteria Tindakan Keprawatan Rasional
Keperawatan Hasil
Nyeri yang Setelah dilakukan 1. Kaji status nyeri 1. Memberikan data
berhubungan tindakan klien (lokasi, frekuensi. dasar untuk
dengan proses mengalami durasi, dan menentukan dan
patologik dan pengurangan nyeri. intensitas nyeri) mengevaluasi
pembedahan Dengan kriteria hasil: 2. Berikan lingkungan intervensi
1. Mengikuti aturan yang nyaman. dan 2. Meningkatkan
farmakologi yang aktivitas hiburan relaksasi yang
ditentukan (misalnya: musik. diberikan. klien.
2. Mendemontrasikan televisi) 3. Meningkatkan
penggunaan 3. Ajarkan teknik relaksasi yang dapat
keterampilan manajemen nyeri menurunkan rasa
relaksasi dan seperti teknik nyeri klien
aktifitas hiburan relaksasi napas 4. Mengurangi nyeri
sesuai indikasi dalam, visualisasi, dan spasme otot
situasi individu dan bimbingan
imajinasi.
4. Kolaborasi:
Berikan analgesik
sesuai kebutuhan
untuk nyeri.
Koping tidak Mendemonstrasikan 1. Motivasi pasien dan 1. Memberikan
efektif penggunaan keluarga untuk kesempatan pada
berhubungan mekanisme koping mengungkapkan pasien untuk
dengan rasa efektif dan partisipasi perasaan. mengungkapkan
takut tentang aktif dalam aturan 2. Berikan lingkungan rasa takut serta
ketidaktahuan, pengobatan. Dengan yang nyaman kesalahan konsep
persepsi kriteria hasil : dimana pasien dan tentang diagnosis
tentang proses 1. Pasien tampak keluarga merasa 2. Membina hubungan
penyakit, dan rileks aman untuk saling percaya dan
sistem 2. Pasien dapat mendiskusikan membantu pasien
pendukung melaporkan perasaan atau untuk merasa
tidak adekuat berkurangnya menolak untuk diterima dengan
ansietas berbicara. kondisi apa adanya
3. Pasien dapat 3. Pertahankan kontak 3. Memberikan
nengungkapkan sering dengan keyakinan bahwa
perasaan mengenai pasien dan bicara pasien tidak sendiri
perubahan yang dengan menyentuh atau ditolak.
terjadi pada pasien. 4. Dapat menurunkan
dirinya 4. Berikan informasi ansietas dan
akurat, konsisten menungkinkan
mengenai pasien membuat
prognosis. keputusan atau
pilihan sesuai
realita.
Nutrisi dari Mengalami 1. Catat asupan 1. Mengidentifikasi
kurang peningkatan asupan makanan setiap hari kekuatan atau
kebutuhan nutrisi yang adekuat, 2. Ukur tinggi, berat defisiensi nutrisi.
tubuh Dengan kriteria hasil : badan, ketebalan 2. Mengidentifikasi
berhubungan 1. Penambaha n berat kulit trisep setiap keadaan malnutrisi
dengan status badan hari. protein kalori
hipermetaboli 2. Bebas tanda 3. Berikan diet TKTP khususnya bila berat
k berkenaan malnutrisi dan asupan cairan badan dan
dengan 3. Nilai albumin adekuat. pengukuran
kanker. dalam batas 4. Kolaborasi Pantau antropometrik
normal ( 3,5 5,5 g hasil pemeriksaan kurang dari normal
%) laboratorium sesuai 3. Memenuhi
indikasi. kebutuhan metabolik
jaringan. Asupan
caimn adekuat untuk
menghilangkan
produk sisa.
4. Membantu
mengidentifikasi
derajat malnutrisi
Gangguan Mengungkapan 1. Diskusikan dengan 1. Membantu dalam
harga diri perubahan orang terdekat memastikan masalah
karena pemahaman dalam pengaruh diagnosis untuk memulai
hilangnya gaya hidup tentang dan pengobatan proses pemecahan
bagian tubuh tubuh, perasaan tidak terhadap kehidupan masalah.
atau berdaya, putus asa dan pribadi pasien dan 2. Membantu dalam
perubahan tidak mampu. Dengan keluarga. pemecahan masalah
kinerja peran kriteria hasil 1. Mulai 2. Motivasi pasien dan 3. Menunjukkan rasa
mengembangk an keluarga untuk empati dan menjaga
mekanisme koping mengungkapkan hubungan saling
untuk menghadapi perasaan tentang percaya dengan
masalah secara efektif. efek kanker atau pasien dan keluarga.
pengobatan.
3. Pertahankan kontak
mata selama
interaksi dengan
pasien dan keluarga
dan bicam dengan
menyentuh pasien.
4. Implementasi
Implementasi dilaksanakan berdasarkan perencanaan yang ditetapkan.
5. Evaluasi
1. Nyeri berkurang dan dapat teratasi
2. Nutrisi adekuat
3. Memperlihatkan pola penyelesaian masalah yang efektif.
4. Kecemasan menurun/tidak cemas lagi.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tumor merupakan pertumbuhan sel abnormal, tumor dibagi dua tumor jinak
dan tumor ganas. osteosarkoma merupakan neoplasma tulang primer yang sangat
ganas. tempat-tempat-tempat yang paling sering terkena adalah femur distal, tibia
proksimal dan humerus proksimal (Otto.2003: 72).
B. Saran
Meskipun penyebabnya masih belum diketahui, namun secara umum kanker
tulang dapat dicegah dengan menerapkan pola hidup sehat seperti menjauhi rokok
dan alkohol, menghindari makanan yang mengandung banyak lemak dan zat
karsinogen. mengonsumsi makanan dan minuman yang mengandung antioksidan
dan mineral penting lainnya, serta melakukan pemeriksaan kesehatan secara teratur
(terutama bagi yang memiliki faktor resiko yang tinggi untuk terkena kanker).
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Volume 2.
Jakarta : EGC
Doengoes, Marylin E. 2000, Rencana Asuhan Kaperawatan : Pedoman Untuk
perencanaan dan pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta : EGC
Price, Sylvia & Loiraine M. Wilson. 1998. Patofisiologi Konsep Klinis Proses Penyakit.
Edisi 4. Jakarta : EGC
Syamsuhidayat, R dan Wim de Jong, 2004. Buku Ajar llmu Bedah. Edisi 2 Jakarta: EGC
Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Volume 2. Jakarta
: EGC