Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

ASUHAN KEPERAAWATAN PADA PASIEN OSTEOSARCOMA


Makalah ini dibuat guna memenuhi tugas Mata Kuliah
Keperawatan Medikal Bedah III
Dosen Pengampu :
Sukarno, S.Kep., Ns., M.Kep.

Oleh Kelompok 7 :
1. Atsani Qoni’ Fitria (011191071)
2. Sitta Widyasari (011191103)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS NGUDI WALUYO
2020/2021
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentu
kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta
salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW yang kita
nantikan syafa’atnya di akhirat nanti.
Penyusun mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-
Nya baik itu berupa sehat fisik maupun pikiran, sehingga penyusu mampu untuk
menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas dari mata kuliah Keperawatan
Medikal Bedah III.
Penyusun tentu menyadari bahwa makalh ini masih jauh dari kata sempuurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis
mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah inni
nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat
banyak banayk kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya kepada dosen
pengampu kami yang telah membimbing dalam menulis makalah ini.
Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Ungaran, 6 Maret 2021

Penyusun
LEMBAR PERSETUJUAN

Makalah yang berjudul asuhan keperawatan pada pasien Osteosarcoma ini


disusun untuk memenuhi tugas dari mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah III.
Makalah ini disusun oleh:
1. Atsani Qoni' Fitria (011191071)
2. Sitta Widyasari (011191103)
Ungaran, Maret 2021

Menyetujui,
Dosen Pengajar

Sukarno, S.Kep., Ns., M.Kep.


BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sarkoma osteogenik (Osteosarcoma) merupakan neoplasma tulang primer yang
sangat ganas. Tumor ini tumbuh dibagian metafisis tulang. Tempat yang paling sering
terserang tumor ini adalah baguan ujung tulang panjang terutama lutut (Price,
1962:1213)
Menurut badan kesehatan dunia (World Health Organization) setiap tahun penderita
kanker ± 6.25 juta orang. Di Indonesia dikirakan terdapat 100 penderita kanker diantara
100.000 penduduk pertahun. Dengan jumlah penduduk 220 juta jiwa sekita 11.000 anak
yang menderika kanker pertahun. Di Jakarta dan sekitarnya jumlah penduduk 12 juta
jiwa, diperkirakan terdapat 650 anak yang menderita kanker pertahun.
Menurut Errol Untung Hutagalung, seotang guru besar dalam Ilmu Bedah
Orthopedy Universitas Indonesia, dalam kurun waktu 10 tahun (1995-4004) tercatat 455
kasus tumor tulang yang terdiri 327 kasus tumor tulangganas (72%) dan 128 kasus
tulang jinak (28%). Di RSCM jenis tumor tulang osteosarcoma nerupakan tumor ganas
yang didapati yakni 22 % dari seluruh jenis tumor tulang dan 31% dari seluruh tumor
tulang ganas. Dari seluruh jumlah kasus tumor tulang 90% kasus datang dari stadium
lanjut.
Angka harapan hisup penderita kanker tulang mencapai 60% jika belum terjadi
penyebaran ke paru-paru. Sekitar 75% penderita bertahan hidup sampai 5 tahun setelah
penyakitnya terdiagnosis. Sayangnya penderita kanker tulang kerap datang dalam
keadaan sudah lanjut sehingga penanganannya lebih sulit. Jika tidak segera ditangani
maka tumor dapat menyebar ke organ lain, sementara penyembuhannya sangat
menyakitkan karena terkadang memerlukan pembedahan radikal diikuti kemotherapy.
Kanker tulang (osteosarcoma) lebih sering menyerang kelompok usia 15-25 tahun (pada
usia pertumbuhan ). Rata-rata penyakit ini terdiagnosis pada umur 15 tahun. Angka
kejadian pada anak laki-laki sama dengan anak perempuan. Tetapi pada masa akhir
remaja penyakit ini lebih banyak ditemukan pada anak laki-laki. Sampai sekarang
penyebab pasti belum diketahui.
1.2. Tujuan Penulisan
Makalah ini disusun bertujuan untuk :
1. Memahami konsep dasar penyakit osteosarkoma
2. Memahami dan mengaplikasikan asuhan keperawatan pada pasien dengan
osteosarkoma
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Penyakit
1. Definisi
Sarkoma adalah tumor yang berasal dari jaringan penyambung. Kanker
adalah neoplasma yang tidak terkontrol dari sel anaplastik yang menginvasi
jaringan dan cenderung bermetastase sampai kesisi yang jauh dalam tubuh.
Osteosarkoma adalah suatu lesi ganas pada sel mesenkim yang mempunyai
kemampuan untuk membentuk estoid atau tulang yang imatur. Osteosarkoma
pada rahang jarang terjadi dan gambaran histologinya hamper sama dengan
osteosarkoma pada tulang panjang. Osteosarkoma sering terdapat pada alveolar
ridge, maksila, dan mandibula. Osteosarcoma pada maksila lebih berbahaya
dibandingkan dengan mandibula.
Osteosarkoma (sarcoma osteogenic) merupakan tulang primer maligna yang
paling sering dan paling fatal. Ditandai dengan metastasi hematogen awal
keparu. Tumor ini menyebabkan mortalitas tinggi karena sarcoma sering sudah
menyebar keparu ketika pasien pertama kali berobat.
Tempat-tempat yang paling sering terkena adalah femur dista, tibia,
proksimal, dan humerus proksimal. Tempat yang paling jarang adalah pelvis,
kolumna, vertebrata, mandibula, klavikula, scapula, atau tulang-tulang tangan
dan kaki. Lebih dari 50% kasus terjadi pada daerah lutut.

2. Etiologi
Etiologi osteosarkoma belum diketahui secara pasti, tetapi ada berbagai
macam faktor predisposisi yang menyebabkan osteosarcoma antara lain :
1. Trauma
Osteosarkoma dapat terjadi beberapa bulan atau beberapa tahun setelah
terjadinya trauma. Walaupun demikian trauma ini tidak dapat dianggap
sebagai penyebab utama karena tulan yang fraktur akibat trauma ringan
maupun parah jarang menyebabkan osteosarkoma.
2. Ektrinsik Karsinogenik
Penggunaan subtansi radioaktif dalam jangka waktu lama dan melebihi dan
melebihi dosis juga diduga merupakan penyebab terjadinya osteosarckma
ini. salah satu contph adalah radium. Radiasi yang diberikan untuk penyakit
tulang seperti kista tulang aneurismal, fibrous dysplasia, setelah 3-40 tahun
dapat mengakibatkan osteosarkoma.
3. Karsinogenik Kimia
Ada dugaan bahwa penggunaan thorium untuk penderita tuberkolosis
mengakibatkan 14 dari 53 pasien berkembang menjadi osteosarkoma.
4. Virus
Penelitian virus yang dapat menyebabkan osteosarcoma baru dilakukan pada
hewan, sedangkan jumlah usaha untuk menemukan onkogenik virus pada
osteosarkoma manusia tidak berhasil. Walaupun beberapa laporan
menyatakan adanya pertikel seperti visru pada sel osteosarkoma dalam
kultur jaringan.
Bahan kimia, virus, radiasi, dan factor trauma. Pertumbuhan yang cepat dan
besarnya ukiran tubuh dapat juga menyebabkan terjadinya osteosarcoma
selama masa pubertas. Hal ini menunjukan bahwa hormons seks penting
walaupun belum jelas bagaimana hormone dapat mempengaruhi
perkembangan osteosarkoma.

3. Patofisiologi
Adanya tumor pada tulang menyebabkan jaringan lunak diinvasi oleh sel
tumor. Timbul reaksi dari tulang normal dengan respon osteolitik yaitu proses
distruksi atau penghancuran tulang dan respon oosteoblastik atau proses
pembentukan tulang. Terjadi distruksi tulang lokal pada proses osteoblastik,
karena adanya sel tumor maka terjadi penimbunan periosteum tulang yang baru
dekat lempat lesi terjadi sehingga terjadi pertumbuhan tulang yang abortif.

4. Manifesti Klinik
Gejala dan tanda biasanya dapat terjadi seminggu atau sebulan sebelum
pasien didiagnosa.
Gejala umum :
1. Adanya rasa ssakit ketika beraktifitas
2. Penderita osteosarcoma akam merasakan nyeri pada tulangnya pada saat
malam hari
3. Penderita osteosarcoma sering jatuh
4. Bengkak, tergantung besar dan lokai lesi
5. Faktor herediter
Gejala sistemik :
1. Demam
2. Berkeringat pada malam hari (biasanya terjadi pada penderita tuberkolosis
yang menggunakan thorium sebagai obat)

5. Penatalaksanaan ( Medis dan Perawat)


1. Penatalaksaan Medis
Penatalaksaan tergantung pada tipe dan fase dari tumor tersebut saat
didiagnosis. Tujuan penatalaksaan secara umum mengikuti pengankatan
tumor, pencegahan amputasi jika memungkinkan dan pemeliharaan fungsi
secara maksimal dari anggota tubuh atau ektremitas yang sakit.
Penatalaksanaan meliputi pembedahan, kemoterapi, radioterapi, atau terapi
kombinasi.
Osteosarcoma biasanya ditangani dengan pembedahan dan atau
radiasi dan kemoterapi. Protokol kemoterapi yang digunakan biasanya
meliputi adriamycin (doksorubisin) cytoksan dosis tinggi ( siklofosfamid)
atau metrotexate dosis tinggi (MTX) dengan leukovorin. Agen ini mungkij
digunakan secara tersendiri atau dalam kombinasi.
Bila terdapat hiperkalesmia, penanganan meliputi hidrasi dengan
pemberian cairan normal intravena, diurelika, mobilisasi, dan obat-obatan
seperti fosfat, mitramisin, kalsitonim atau kortikosteroid.

2. Penatalaksanaan Keperawatan
a. Manjemen nyeri
Teknik manajemen nyeri secara psikologik (teknik relaksasi
napas dalam, visualisasi, dan bimbingan imajinasi) dan
farmakologi (pemberian analgetika).
b. Mengajarkan mekanisme koping yang efektif
Motivasi klien dan keluarga untuk mengungkapkan perasaan
mereka, dan berikan dukungan secara moril, serta anjurkan
keluarga untuk berkonsultasi ke ahli psikologi atau rohaniawan.
c. Memberikan nutrisi yang adekuat
Berkurangnya nafsu makan, mual, mutah sering terjadi sebagai
efek samping kemoterpai dan radiasi, sehingga perlu diberikan
nutrisi yang adekuat. Antiemetika dan teknik relaksasi dapat
mengurangi reaksi gastronitetinal. Pemberian parenteral dapat
dilakukan sesuai dengan indikasi dokter.
d. Pendidikan kesehatan
Pasien dan keluarga diberikan pendidikan kesehatan tentang
kemungkinan terjadinya komplikasi, program terapi, dan teknik
perawatan luka dirumah.

6. Komplikasi
1. Akibat langsung dapat menyebakan patah tulang
2. Akibat tidak langsung, dapat menyebabkan berat badan, anemia, penurunan
kekebalan tubuh
3. Akibat pengobatan, dapat menyebabkan saraf tepi, penurunan kadar darah,
kebotakan pada kemoterapi
7. Pathway

B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
1. Riwayat Kesehatan
Dapatkan Riwayat kesehatan, proses penyakit, bagaimana keluarga
dan paisen mengatasi masalahnya dan bagaimana pasien mengatasi nyeri
yang dideritanya. Berikan perhatian khusus pada keluhan misalnya :
keletihan, nyeri pada ektremitas, berkeringat pada malam hari, kurang nafsu
makan, sakit kepala, dan malaise.
2. Pemeriksaan Fisik
a. Teraba massa tulang dan peningkatan suhu kulit diatas massa
adanya pelebaran vena
b. Pembengkakan pada atau diatas tulang atau persendian serta
pergerakan yang terbatas
c. Nyeri tekan atau nyeri lokal pada sisi yang sakit
1) Mungkin hebat atau dangkal
2) Sering hilang dengan posisi felxi
3) Anak berjalan pincang keterbatasan dalam melakukan
aktifitas, tidak mampu menahan objek berat
d. Kaji status fungsional pada area yang sakit, tanda-tanda inflamasi,
nodus limfe regional
e. Pemeriksaan diagnostik
Radiografi, tomografi, pemindaian tulang, radisotop, atau
biopsy tulang bedah, tomografi paru, tes lain untuk diagnosis
banding, aspirasi sumsum tulang(sarcoma ewing).

2. Diagnosis Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan patologik dan menbedahan
2. Koping tidak efektif berhubungan dengan rasa takut tentang ketidaktahuan
persepsi tentang proses penyakit, dan sistem pendukung tidak adekuat
3. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan status
hipermetabolik berkenaan dengan kanker.
4. Gangguan harga diri karena hilangnya bagian tubuh utau perubahan
kinerja peran.
3. Intervensi Keperawatan
Diagnosa Tujuan & Kriteria Tindakan Keprawatan Rasional
Keperawatan Hasil
Nyeri yang Setelah dilakukan 1. Kaji status nyeri 1. Memberikan data
berhubungan tindakan klien (lokasi, frekuensi. dasar untuk
dengan proses mengalami durasi, dan menentukan dan
patologik dan pengurangan nyeri. intensitas nyeri) mengevaluasi
pembedahan Dengan kriteria hasil: 2. Berikan lingkungan intervensi
1. Mengikuti aturan yang nyaman. dan 2. Meningkatkan
farmakologi yang aktivitas hiburan relaksasi yang
ditentukan (misalnya: musik. diberikan. klien.
2. Mendemontrasikan televisi) 3. Meningkatkan
penggunaan 3. Ajarkan teknik relaksasi yang dapat
keterampilan manajemen nyeri menurunkan rasa
relaksasi dan seperti teknik nyeri klien
aktifitas hiburan relaksasi napas 4. Mengurangi nyeri
sesuai indikasi dalam, visualisasi, dan spasme otot
situasi individu dan bimbingan
imajinasi.
4. Kolaborasi:
Berikan analgesik
sesuai kebutuhan
untuk nyeri.
Koping tidak Mendemonstrasikan 1. Motivasi pasien dan 1. Memberikan
efektif penggunaan keluarga untuk kesempatan pada
berhubungan mekanisme koping mengungkapkan pasien untuk
dengan rasa efektif dan partisipasi perasaan. mengungkapkan
takut tentang aktif dalam aturan 2. Berikan lingkungan rasa takut serta
ketidaktahuan, pengobatan. Dengan yang nyaman kesalahan konsep
persepsi kriteria hasil : dimana pasien dan tentang diagnosis
tentang proses 1. Pasien tampak keluarga merasa 2. Membina hubungan
penyakit, dan rileks aman untuk saling percaya dan
sistem 2. Pasien dapat mendiskusikan membantu pasien
pendukung melaporkan perasaan atau untuk merasa
tidak adekuat berkurangnya menolak untuk diterima dengan
ansietas berbicara. kondisi apa adanya
3. Pasien dapat 3. Pertahankan kontak 3. Memberikan
nengungkapkan sering dengan keyakinan bahwa
perasaan mengenai pasien dan bicara pasien tidak sendiri
perubahan yang dengan menyentuh atau ditolak.
terjadi pada pasien. 4. Dapat menurunkan
dirinya 4. Berikan informasi ansietas dan
akurat, konsisten menungkinkan
mengenai pasien membuat
prognosis. keputusan atau
pilihan sesuai
realita.
Nutrisi dari Mengalami 1. Catat asupan 1. Mengidentifikasi
kurang peningkatan asupan makanan setiap hari kekuatan atau
kebutuhan nutrisi yang adekuat, 2. Ukur tinggi, berat defisiensi nutrisi.
tubuh Dengan kriteria hasil : badan, ketebalan 2. Mengidentifikasi
berhubungan 1. Penambaha n berat kulit trisep setiap keadaan malnutrisi
dengan status badan hari. protein kalori
hipermetaboli 2. Bebas tanda 3. Berikan diet TKTP khususnya bila berat
k berkenaan malnutrisi dan asupan cairan badan dan
dengan 3. Nilai albumin adekuat. pengukuran
kanker. dalam batas 4. Kolaborasi Pantau antropometrik
normal ( 3,5 5,5 g hasil pemeriksaan kurang dari normal
%) laboratorium sesuai 3. Memenuhi
indikasi. kebutuhan metabolik
jaringan. Asupan
caimn adekuat untuk
menghilangkan
produk sisa.
4. Membantu
mengidentifikasi
derajat malnutrisi
Gangguan Mengungkapan 1. Diskusikan dengan 1. Membantu dalam
harga diri perubahan orang terdekat memastikan masalah
karena pemahaman dalam pengaruh diagnosis untuk memulai
hilangnya gaya hidup tentang dan pengobatan proses pemecahan
bagian tubuh tubuh, perasaan tidak terhadap kehidupan masalah.
atau berdaya, putus asa dan pribadi pasien dan 2. Membantu dalam
perubahan tidak mampu. Dengan keluarga. pemecahan masalah
kinerja peran kriteria hasil 1. Mulai 2. Motivasi pasien dan 3. Menunjukkan rasa
mengembangk an keluarga untuk empati dan menjaga
mekanisme koping mengungkapkan hubungan saling
untuk menghadapi perasaan tentang percaya dengan
masalah secara efektif. efek kanker atau pasien dan keluarga.
pengobatan.
3. Pertahankan kontak
mata selama
interaksi dengan
pasien dan keluarga
dan bicam dengan
menyentuh pasien.

4. Implementasi
Implementasi dilaksanakan berdasarkan perencanaan yang ditetapkan.

5. Evaluasi
1. Nyeri berkurang dan dapat teratasi
2. Nutrisi adekuat
3. Memperlihatkan pola penyelesaian masalah yang efektif.
4. Kecemasan menurun/tidak cemas lagi.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tumor merupakan pertumbuhan sel abnormal, tumor dibagi dua tumor jinak
dan tumor ganas. osteosarkoma merupakan neoplasma tulang primer yang sangat
ganas. tempat-tempat-tempat yang paling sering terkena adalah femur distal, tibia
proksimal dan humerus proksimal (Otto.2003: 72).

B. Saran
Meskipun penyebabnya masih belum diketahui, namun secara umum kanker
tulang dapat dicegah dengan menerapkan pola hidup sehat seperti menjauhi rokok
dan alkohol, menghindari makanan yang mengandung banyak lemak dan zat
karsinogen. mengonsumsi makanan dan minuman yang mengandung antioksidan
dan mineral penting lainnya, serta melakukan pemeriksaan kesehatan secara teratur
(terutama bagi yang memiliki faktor resiko yang tinggi untuk terkena kanker).
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Volume 2.
Jakarta : EGC
Doengoes, Marylin E. 2000, Rencana Asuhan Kaperawatan : Pedoman Untuk
perencanaan dan pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta : EGC
Price, Sylvia & Loiraine M. Wilson. 1998. Patofisiologi Konsep Klinis Proses Penyakit.
Edisi 4. Jakarta : EGC
Syamsuhidayat, R dan Wim de Jong, 2004. Buku Ajar llmu Bedah. Edisi 2 Jakarta: EGC

Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Volume 2. Jakarta
: EGC

Anda mungkin juga menyukai