Disusun oleh :
Nama Kelompok 1 :
1. Oktaviani Riska S. 201802034
2. Riri Arum S. 201802036
3. Rizkyka Dwi Y. 201802037
4. Salsabila Sonya R. 201802038
5. Siti Nurhalizah 201802040
6. Thahzya Viona R. 201802041
7. Valendita Mei P. 201802042
8. Wahyuni A.P. 201802043
9. Yulinda Andri I. 201802044
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan
hidayahNya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat dengan waktunya.
Dalam pembuatan makalah ini, kami menyadari masih banyak ada kekurangan baik
dari isi materi maupun penyusunan kalimat. Namun demikian, perbaikan merupakan hal yang
berlanjut sehingga kritik dan saran untuk menyempurnakan makalah ini sangat penulis
harapkan.
Penyusun
Daftar Isi
Kata pengantar..................................................................................................................
Daftar isi.............................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................2
A. Latar Belakang................................................................................................................2
B. Rumusan masalah............................................................................................................2
C. Tujuan Penulisan.............................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................................17
A. Pengertian konsep nursing care pada trauma...................................................
B. Scoring di IGD pada kasus trauma......................................................................
C. Mekanisme Trauma...............................................................................................
D. Pengkajian Primary Survey dan Secondary Survey.............................................
B. Saran............................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................18
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Trauma adalah penyebab terbesar ketiga kematian dan kecacatan diseluruh
dunia terutama usia dekade ke empat di negara berkembang lebih dari 5 juta orang
meninggal akibat trauma pada tahun 2002, lebih dari 90% tejadi di Negara berkembang
(Carolina, 2015). Trauma merupakan keadaan yang disebabkan oleh luka atau cidera.
Trauma adalah kejadian yang bersifat holistic dan dapat menyebabkan hilangnya
produktivitas seseorang (Komisi Trauma IKABI, 2014). Definisi ini memberikan
gambaran superficial dari respon fisik terhadap cedera.
Dalam menangani pasien trauma, pihak rumah sakit secara internal(intra) tentu
memerlukan disiplin ilmu untuk memanajemen kasus trauma pada pasien atau bisa disebut
nursing care management dimana Manajemen cedera diprioritaskan untuk mengobati
cedera yang mengancam nyawa terlebih dahulu, mengikuti urutan ABCDE. Pengecualian
ini adalah korban yang menderita perdarahan perifer. Hal ini telah menyebabkan
pengembangan dari urutan CABC, di mana C merupakan singkatan untuk bencana
perdarahan (Hodgetts, 2002). Dengan penanganan yang tepat pada pasien dengan kondisi
injury menggunakan diagnosis dan penilaian awal(scoring) pada IGD, maka dapat
meminimalisir tingkat kematian (mortalitas) pada pasien.
Maka dari itu, makalah ini akan membahas bagaimana konsep nursing care
management, jenis-jenis injury/trauma, mekanisme trauma, serta jenis dan tipikal scoring
trauma pada IGD beserta pengkajian primary survey dan secondary survey.
Di bawah ini adalah beberapa penjelasan Scoring Trauma di IGD sebagai berikut :
Penilaian awal pasien trauma kepala dapat dilakukan dengan beberapa cara,
diantaranya adalah Glasgow Coma Scale (GCS) dan Revised Trauma Score
(RTS). Penilaian GCS berdasarkan respon mata, verbal, dan motorik,
sedangkan penilaian RTS berdasarkan GCS, tekanan darah sistolik, dan
frekuensi pernafasan pasien. Penilaian RTS dilakukan segera setelah pasien
cedera, umumnya saat sebelum masuk rumah sakit atau ketika berada di unit
gawat darurat. RTS telah divalidasi sebagai metode penilaian untuk
membedakan pasien memiliki prognosis baik atau buruk. Penilaian RTS dapat
mengidentifikasi lebih dari 97% orang yang akan meninggal jika tidak
dilakukan perawatan (Fedakar, Aydiner, & Ercan, 2007).
Revised trauma score (RTS) adalah satu skor fisiologis yang lebih umum.
Menggunakan 3 paremeter sebagai berikut : (1) Glasgow Coma Scale (GCS),
(2) Sistolik Blood Pressure (SBP) dan (3) Respiratory Rate (RR). Skor
bernilai dari 0-4. Semakin rendah nilai RTS maka akan semakin memperburuk
keadaan pasien. Adapun tingkat keparahan RTS dapat di kategorikan dengan
nilai (1) Serius (<6), (2) Berat (7-8), (3) Sedang (9-10) dan (4) Ringan (11-12)
(Padila, 2013)
Kondisi serius dari hasil RTS maka kondisi perlu diperhatikan untuk
melakukan tindakan intensif, Semakin rendah RTS maka akan semakin
memperburuk keadaan pasien. Kondisi kritis mengharuskan melakukan
tindakan cepat, tepat, dan akurat, dalam penanganan untuk meminimalisir
terjadinya angka mortalitas yang terjadi dalam trauma otak. Kondisi stabil
pada pasien, apabila menunda dalam penanganan terhadap pasien baik dalam
kategori sedang dan ringan untuk hal ini bisa dapat meningkatkan status
kondisi pasien dari kondisi sedang ke berat apabila penanganan kurang tepat.
Berdasarkan nilai GCS, SBP, RR setelah di kali dengan nilai konstantanya.
Lalu di jumlah dan menemukan hasil Revised Trauma Score. Dari hasil
penjumlahan akan menemukan resiko terjadi keburukan seseorang (Jin, Shao,
He, et al, 2006).
Trauma Tumpul
Penyebab terbanyak dari trauma tumpul adalah kecelakaan lalu lintas. Pada suatu
kecelakaan lalulintas, misalnya tabrakan mobil, maka penderita yang berada
didalam mobil akan mengalami beberapa benturan (collision) berturut-turut
sebagai berikut :
1. Primary Collision
Terjadi pada saat mobil baru menabrak, dan penderita masih berada
pada posisi masing-masing. Tabrakan dapat terjadi dengan cara: Tabrakan
depan (frontal), Tabrakan samping (T-Bone), Tabrakan dari belakang,
Terbalik (roll over)
2. Secondary Collision
3. Tertiary Collision
Setelah penderita menabrak bagian dalam mobil, organ yang berada
dalam rongga tubuh akan melaju kearah depan dan mungkin akan mengalami
perlukaan langsung ataupun terlepas (robek) dari alat pengikatnya dalam
rongga tubuh tersebut.
4. Subsidary Collision
Kejadian berikutnya adalah kemungkinan penumpang mobil yang
mengalami tabrakan terpental kedepan atau keluar dari mobil. Selain itu
barang-barang yang berada dalam mobil turut terpental dan menambah cedera
pada penderita.
Trauma kompresi
Trauma kompresi terjadi bila bagian depan dari badan berhenti bergerak,
sedangkan bagian dalam tetap bergerak kedepan. Organ-organ terjepit dari
belakang oleh bagian belakang dinding torak oabdominal dan kulumnavetrebralis,
dan didepan oleh struktur yang terjepit. Pada organ yang berongga dapat terjadi
apa yang trauma. Mekanisme trauma yang terjadi pada pengendara sepeda motor
dan sepeda meliputi :
1. Benturan frontal
Bila roda depan menabrak suatu objek dan berhenti mendadak maka
kendaraan akan berputar kedepan,dengan momentum mengarah kesumbu
depan. Momentum kedepan akan tetap, sampai pengendara dan kendaraannya
dihentikan oleh tanah atau benda lain. Pada saat gerakan kedepan ini kepala,
dada atau perut pengendara mungkin membentur stang kemudi. Bila
pengendara terlempar keatas melewati stang kemudi, maka tungkainya
mungkin yang akan membentur stang kemudi, dan dapat terjadi fraktur femur
bilateral.
2. Benturan lateral
Pada benturan samping, mungkin akan terjadi fraktur terbuka atau
tertutup tungkai bawah. Kalau sepeda / motor tertabrak oleh kendaraan yang
bergerak maka akan rawan untukmenglami tipe trauma yang sama dengan
pemakai mobil yang mengalami tabrakan samping. Pada tabrakan samping
pengendara juga akan terpental karena kehilangan keseimbangan sehingga
akan menimbulkan cedera tambahan.
3. Laying the bike down
Untuk menghindari terjepit kendaraan atau objek yang akan
ditabraknya pengendara mungkin akan menjatuhkan kendaraannya untuk
memperlambat laju kendaraan dan memisahkannya dari kendaraan. Cara ini
dapat menimbulkan cedera jaringan lunak yang sangat parah.
4. Helm (helmets)
Walaupun penggunaan helm untuk melindungi kepala agak terbatas
namun penggunaannya jangan diremehkan. Helm didesain untuk mengurangi
kekuatan yang mengenai kepala dengan cara mengubah energi kinetik
benturan melalui kerja deformasi dari bantalannya dan diikuti dengan
mendistribusikan kekuatan yang menimpa tersebut seluas-luasnya. Secara
umum petugas gawat darurat harus berhati-hati dalam melepas helm korban
kecelakaan roda dua, terutama pada kecurigaan adanya fraktur servical harus
tetap menjaga kestabilan kepala dan tulang belakang dengan cara teknik
fiksasi yang benar. Secara umum keadaan yang harus dicurigai sebagai
perlukaan berat (walaupun penderita mungkin dalam keadaan baik) adalah
sebagai berikut : Penderita terpental , antara lain :
- Pengendara motor
- Pejalan kaki ditabrak kendaraan bermotor
- Tabrakan mobil dengan terbalik
- Terpental keluar mobil
Setiap jatuh dari ketinggian > 6 meter
Ada penumpang mobil (yang berada didalam satu kendaraan) meninggal.
2. Senjata dengan energi menengah dan tinggi (medium and high energy)
Senjata dengan energi menengah contohnya adalah pistol, sedangkan senjata
dengan energi tinggi seperti senjata militer dan senjata untuk berburu. Semakin
banyak jumlah mesiu, maka akan semakin meningkat kecepatan peluru dan energi
kinetiknya. Kerusakan jaringan tidak hanya daerah yang dilalui peluru tetapi juga
pada daerah disekitar alurnya akibat tekanan dan regangan jaringan yang dilalui
peluru.
Primary Survey
Primary survey mengatur pendekatan ke pasien sehingga ancaman kehidupan
segera dapat secara cepat diidentifikasi dan terganggulangi dengan
efektif. Primary survey berdasarkan standar ABC (A: airway/jalan napas,
B: Breathing/pernafasan, dan C: Circulation/sirkulasi) dan ditambahkan dengan
DE (D: Disability/kesadaran dan E: exposure/paparan). Pengkajian primary
survey sangat menentukan tingkat keberhasilan penanganan pada pasien gawat
darurat, sehingga diperlukan penilaian yang tepat khususnya pada pasien trauma
atau tidak sadarkan diri.
P – Painful: Jika pasien tidak memberikan respon dengan suara, maka anda
perlu melakukan pemberian rangsangan nyeri dengan cara menggosok sternum
atau sedikit cubitan pada bahu.
U – Unresponsive: Tidak ada respon apapun dengan suara atau dengan nyeri.
Airway/jalan napas
1. Pastikan kepatenan jalan napas dan kebersihannya segera. Benda asing seperti
darah, muntahan, permen, gigi palsu, atau tulang. Obstruksi juga dapat disebabkan
oleh lidah atau edema karena trauma jaringan.
2. Jika pasien tidak sadar, selalui curigai adanya fraktur spinal servikal dan
jangan melakukan hiperekstensi leher sampai spinal dipastikan tidak ada
kerusakan.
3. Gunakan tindakan jaw thrust secara manual untuk membuka jalan napas.
Breathing/pernapasan
1. Kaji irama, kedalaman dan keteraturan pernfasan dan observasi untuk ekspansi
bilateral pada dada.
2. Auskultasi bunyi nafas dan catat adanya krekels, wheezing, atau tidak adanya
bunyi nafas.
3. Jika pernafasan tidak adekuat atau tidak ada dukungan pernafasan pasien dengan
suatu alat oksigenasi yang sesuai
Circulation/Sirkulasi
1. Tentukan status sirkulasi dengan mengkaji nadi, mencatata irama dan ritmenya
dan mengkaji warna kulit.
2. Jika nadi karotis tidak teraba, lakukan kompenssasi dada tertutup.
3. Kaji tekanan darah
4. Jika pasien hipotensi, segera pasang jalur intravena dengan jarum besar (16-18).
Mulai pergantian volume per protokol. Cairan kristaloid seimbang (0.9% normal
salin atau RL) biasanya yang digunakan.
5. Kaji adanya bukti perdasarahan dan kontrol perdarahan dengan penekanan
langsung.
6. Jika pasien tidak bernafas periksa denyut nadi di leher (karotis)
7. Jika pasien bernafas, periksa denyut nadi pada karotis atau pada pergelangan
tangan (radial)
8. Jika nadi katoris pasien teraba, tapi nadi radialis tidak maka ini tanda dari syok.
9. Jika ditemukan darah berwarna cerah dan muncrat kemungkinan berasal dari
arteri, sebaliknya bila berwarna gelap dan mengalir biasanya berasal dari ven
10. Kaji juga warna kulit, suhu tubuh dan kelembaban. Jika ditemukan kulit pucat
dan dingin menjadi indikasi syok
Secondary Survey
Survei yang dilakukan berdasarkan pendekatan riwayat pasien dan ujian fisik
dimana harus dilakukan setelah penilaian awal. Diasumsikan bahwa masalah yang
mengancam jiwa telah ditemukan dan diperbaiki. Jika memiliki pasien dengan
masalah yang mengancam jiwa yang memerlukan intervensi (yaitu CPR) Anda
mungkin tidak sampai ke komponen ini. Tujuan utama dari sejarah dan fisik yang
terfokus adalah untuk menemukan dan merawat cedera spesifik pasien atau masalah
medis.
Riwayat pasien yang dimaksud adalah :
S- Signs/symptoms (Tanda/Gejala)
A-Allergies (Alergi)
M-Medications (Obat-obatan yang digunakan)
P-Pertinent past medical history (Riwayat medis masa lalu yang berkaitan)
L-Last Oral Intake
E-Events leading to the illness and injury (Peristiwa yang menyebabkan
penyakit atau cedera)
Selain riwayat pasien, pada Secondary Survey juga memperhatikan ujian fisik
(physical exam):
Ini adalah penilaian cepat, kurang rinci untuk penilaian dari ujung kepala hingga kaki
pasien yang paling kritis.
Focused assessment
Merupakan ujian yang dilakukan pada pasien yang stabil. Ini berfokus pada cedera
tertentu atau keluhan medis.
Yaitu denyut nadi, pernapasan, tanda-tanda kulit, murid dan tekanan darah. Ini
mungkin termasuk mendokumentasikan tingkat saturasi oksigen (ini sangat berguna
ketika berhadapan dengan paparan agen kimia).
Respiration (Pernapasan)
Pupil
Periksa ukuran, kesetaraan, dan reaksi terhadap cahaya. Dalam peristiwa korban
massal sangat disarankan untuk memeriksa toksisitas agen saraf / organofosfat.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa :
1. Konsep nursing care pada trauma , trauma adalah kondisi seseorang
yang telah mengalami beberapa luka traumatis, seperti cedera kepala serius selain luka
bakar yang serius. Multipel trauma atau politrauma adalah apabila terdapat 2 atau
lebih kecederaan secara fisikal pada regio atau organ tertentu, dimana salah satunya
bisa menyebabkan kematian dan memberi dampak pada fisik, kognitif, psikologik
atau kelainan psikososial dan disabilitas fungsional. Perawatan pada trauma
tergantung pada tipikal trauma itu secara klasik memiliki 3 penyebaran, yang
berhubungan antara waktu kejadian dengan penanganan efektif yang dilakukan untuk
mengatasi mortalitas :
- Immediate deaths (kematian yang segera), dimana pasien meninggal oleh
karena trauma sebelum sampai ke rumah sakit.
- Early deaths, dimana pasien meninggal beberapa jam pertama setelah
trauma.
- Late deaths, dimana pasien meninggal beberapa hari atau minggu setelah
trauma.
Skoring di IGD pada kasus trauma dirancang untuk mengukur keparahan trauma dan
memperkirakan kelangsungan hidup atau prognosis pasien. Terdapat tiga tipe sistem
penilaian trauma:
- Tipe pertama berdasarkan anatomi
- Tipe kedua berdasarkan fisiologis
- Tipe ketiga kombinasi dari sistem penilaian anatomis dan fisiologis
2. Mekanisme trauma dapat diklasifikasikan sebagai berikut : tumpul,
kompresi , ledakan dan tembus.
3. Pengkajian Primary survey mengatur pendekatan ke pasien sehingga
ancaman kehidupan segera dapat secara cepat diidentifikasi dan terganggulangi
dengan efektif. Primary survey berdasarkan standar ABC (A: airway/jalan napas,
B: Breathing/pernafasan, dan C: Circulation/sirkulasi) dan ditambahkan dengan DE
(D: Disability/kesadaran dan E: exposure/paparan). Pengkajian primary
survey sangat menentukan tingkat keberhasilan penanganan pada pasien gawat
darurat, sehingga diperlukan penilaian yang tepat khususnya pada pasien trauma atau
tidak sadarkan diri.
4. Pengkajian Secondary Survey yakni Survei yang dilakukan
berdasarkan pendekatan riwayat pasien dan ujian fisik dimana harus dilakukan setelah
penilaian awal. Diasumsikan bahwa masalah yang mengancam jiwa telah ditemukan
dan diperbaiki. Tujuan utama dari sejarah dan fisik yang terfokus adalah untuk
menemukan dan merawat cedera spesifik pasien atau masalah medis.
B. Saran
Semoga makalah yang kami susun ini bermanfaat bagi mahasiswa untuk menambah
pengetahun dan wawasan serta ketrampilan dalam melakukan tindakan nursing care intra
hospital dalam management trauma.
DAFTAR PUSTAKA
21