Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH KEPERAWATAN BENCANA

PENANGGULANGAN KONDISI BENCANA: KEBAKARAN

KELOMPOK 1 S1 KEPERAWATAN 6A :

1. Nawirul Ilmi ( 201802030 )


2. Nerilina Indah P. ( 201802031 )
3. Nur Cahyaningtyas ( 201802032 )
4. Nurul Khasanah ( 201802033 )
5. Oktaviani Riska S. ( 201802034 )
6. Riri Arum S. ( 201802036 )
7. Rizkyka Dwi Y. ( 201802037 )

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BHAKTI HUSADA MULIA
MADIUN
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah SWT dimana berkat limpahan taufik
dan hidayahnya kami  dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat serta Salam kita panjatkan
kepada Nabi besar Muhammad SAW beserta sahabat dan keluarganya semoga kita mendapat
safaat di Yaumil Akhir, aamiin.
Kami berharap dengan di buatnya makalah ini dapat menyampaikan sedikit tentang
“Penanggulangan Kondisi Bencana: Kebakaran” sehingga mampu menambah wawasan dan
pengetahuan mahasiswa, dan dapat terwujud masyarakat dan lingkungan yang aman dan
sehat.
Ucapan terima kasih kami sampaikan pada ibu Mega Arianti P. S.Kep, Ns., M.Kep.
selaku Kaprodi S1 Keperawatan, dan ibu Adhin Al Kasanah S.Kep., Ns., M.Kep. selaku
dosen Keperawatan Bencana di Stikes Bakti Husada Mulia Madiun yang telah membimbing
kami, dan kepada semua pihak yang telah mendukung kegiatan ini sehingga kelak akan
mendorong kemampuan dan skill mahasiswa dalam bidang akademik serta keilmuan. Serta
mampu mendorong kemajuan dunia pendidikan dan kesehatan di Indonesia.

Madiun, 27 Maret 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................... i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang Masalah...................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ...........................................................................................................1
1.3 Tujuan...............................................................................................................................2
1.4 Manfaat.............................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................3
2.1 Faktor penyebab kondisi bencana kebakaran...................................................................3
2.2 Penilaian resiko bencana kebakaran.................................................................................3
2.3 Perencanaan dalam menghadapi kondisi bencana............................................................4
2.4 Pemberdayaan masyarakat dalam kondisi kebakaran......................................................5
2.5 Permasalahan kesehatan dan solusi dalam kondisi kebakaran.........................................6
2.6 Prinsip penanggulangan....................................................................................................7
2.7 Teknik evakuasi bencana kebakaran................................................................................8
2.8 Perawatan saat dan setelah bencana kebakaran................................................................8
2.9 Upaya pencegahan bencana kebakaran............................................................................9
2.10 Pemenuhan kebutuhan jangka panjang........................................................................11
BAB III PENUTUP..................................................................................................................12
A. Kesimpulan......................................................................................................................12
B. Saran................................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................14

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Pemanfaatan sains dalam bidang teknologi yang manisfestasinya banyak
diaplikasikan dalam berbagai aspek kehidupan manusia dalam memenuhi tuntutan
kehidupan telah banyak dirasakan manfaatnya. Kebutuhan hidup yang semakin meningkat
cenderung merupakan suatu fenomena yang kehadirannya secara global. Kecepatan
perubahan skala dsan perkembangan industri, pembangunan gedung-gedung bertingkat,
sarana-saran umum serta pemukiman penduduk dengan segala fasilitasnya yang
sedemikian pesat belakangan ini telah mengakibatkan tingginya risiko yang dihadapi oleh
manusia. Salah satu risikonya adalah kebakaran yang dapat mengakibatkan berbagai
macam kerugian antara lain Korban manusia, kerusakan harta benda, kerusakan
lingkungan dengan berbagai bentuk kerugian lainnya (Kantor Pemadam Surakarta, 2008).
Masalah kebakaran menjadi persoalan besar juga bisa dikatakan telah menjadi salah
satu ancaman yang menakutkan bagi umat manusia. Oleh karena itu berbagai langkah dan
upaya penanggulangan bahaya kebakaran merupakan hal yang penting yang perlu
diterapkan dan dilaksankan guna mencegah terjadinya bahaya kebakaran. Upaya
pencegahan bahaya kebakaran haruslah menjadi program dalam kebijaksanaan manajemen
perusahaan dan juga harus didukung oleh segenap pekerja (Depnakertrans, 2007).

1.2 Rumusan Masalah :


1. Apa saja faktor penyebab kondisi bencana kebakaran?
2. Apa saja penilaian resiko bencana kebakaran?
3. Bagaimana perencanaan dalam menghadapi kondisi bencana?
4. Bagaimana pemberdayaan masyarakat dalam kondisi kebakaran?
5. Apa saja permasalahan kesehatan dan solusi dalam kondisi kebakaran?
6. Bagaimana prinsip penanggulangannya?
7. Apa saja teknik evakuasi bencana kebakaran?
8. Bagaimana perawataan saat dan setelah bencana kebakaran?
9. Apa saja upaya pencegahan bencana kebakaran?
10. Bagaimana pemenuhan kebutuhan jangka panjang?

1
1.3 Tujuan :
1. Untuk mengetahui faktor penyebab kondisi bencana kebakaran.
2. Untuk mengetahui penilaian resiko bencana kebakaran.
3. Untuk mengetahui perencanaan dalam menghadapi kondisi bencana.
4. Untuk mengetahui pemberdayaan masyarakat dalam kondisi kebakaran.
5. Untuk mengetahui permasalahan kesehatan dan solusi dalam kondisi kebakaran.
6. Untuk mengetahui prinsip penanggulangan bencana kebakaran.
7. Untuk mengetahui teknik evakuasi dalam bencana kebakaran.
8. Untuk mengetahui perawataan saat dan setelah bencana kebakaran.
9. Untuk mengetahui upaya pencegahan bencana kebakaran.
10. Untuk mengetahui pemenuhan kebutuhan jangka panjang.

1.4 Manfaat :
1. Memberikan pengetahuan baru mengenai pemberian penyuluhan dengan
menggunakan metode small group discussion.
2. Memperoleh pengetahuan mengenai penanggulangan kondisi bencana kebakaran.
3. Sebagai wacana untuk memberikan sosialisasi kepada mahasiswa.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Faktor penyebab kondisi bencana kebakaran


a. Faktor terjadinya kebakaran karena alam:
- Petir, misal : sambaran petir pada bahan mudah terbakar.
- Gempa bumi, misal: gempa bumi yang mengakibatkan terputusnya jalur gas
bahan bakar.
- Gunung meletus, dikarenakan lava pijar yang panas membakar tumbuhan kering
disekitarnya.
- Panas matahari, misal : panas matahari yang memantul dari kaca cembung ke
dedaunan kering di sekitarnya.
b. Faktor terjadinya kebakaran karena manusia:
- Disengaja, misal : pembalakan liar, balas dendam.
- Kelalaian, lupa mematikan tungku pembakaran saat akan meninggalkan rumah.
- Kurang pengertian, misal : membuang rokok sembarangan, merokok di dekat
tempat pengisian bahan bakar.
c. Faktor penyebab kebakaran karena binatang: tikus, kucing dan binatang peliharaaan
lainnya yang berpotensi menimbulkan kebakaran akibat terdapat sumber api di sekitar
rumah tanpa pengawasan. (DPKP KOTA BANDA ACEH, 2020)
2.2 Penilaian resiko bencana kebakaran
Penilaian resiko kebakaran adalah proses yang melibatkan evaluasi sistematis
terhadap faktor-faktor yang menentukan bahaya kebakaran, serta kemungkinan kebakaran
akan terjadi, dan konsekuensinya jika terjadi.
5 langkah untuk penilaian risiko, yaitu:
a. Identify fie hazards.
b. Dentify people at risk.
c. Evaluate, remove, reduce and protect from risk.
d. Record, plan, inform, instruct and train.
e. Review and evaluate. (Indonesia Safety Center, 2017)

3
2.3 Perencanaan dalam menghadapi kondisi bencana
Dalam upaya menerapkan manajemen penanggulangan bencana, dilaksanakan dalam
3 tahapan, yaitu:

a. Manajemen risiko bencana


Adalah pengaturan upaya penanggulangan bencana dengan penekanan pada faktor-
faktor yang mengurangi risiko secara terencana, terkoordinasi, terpadu dan
menyeluruh pada saat sebelum terjadinya bencana dengan fase-fase antara lain:

- Pencegahan bencana adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan sebagai upaya


untuk menghilangkan dan/atau mengurangi ancaman bencana.
- Mitigasi adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik
melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan
menghadapi ancaman bencana.
- Kesiapsiagaan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengantisipasi
bencana melalui pengorganisasian serta melalui langkah yang tepat guna dan
berdaya guna. Dalam fase ini juga terdapat peringatan dini yaitu serangkaian
kegiatan pemberian peringatan sesegera mungkin kepada masyarakat tentang
kemungkinan terjadinya bencana pada suatu tempat oleh lembaga yang
berwenang.
b. Manajemen kedaruratan
Adalah pengaturan upaya penanggulangan bencana dengan penekanan pada faktor-
faktor pengurangan jumlah kerugian dan korban serta penanganan pengungsi secara
terencana, terkoordinasi, terpadu dan menyeluruh pada saat terjadinya bencana
dengan fase nya yaitu:
- Tanggap darurat bencana adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan dengan
segera pada saat kejadian bencana untuk menangani dampak buruk yang
ditimbulkan, yang meliputi kegiatan penyelamatan dan evakuasi korban, harta
benda, pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan, pengurusan pengungsi,
penyelamatan, serta pemulihan prasarana dan sarana.
c. Manajemen pemulihan
Adalah pengaturan upaya penanggulangan bencana dengan penekanan pada faktor-
faktor yang dapat mengembalikan kondisi masyarakat dan lingkungan hidup yang
terkena bencana dengan memfungsikan kembali kelembagaan, prasarana, dan sarana

4
secara terencana, terkoordinasi, terpadu dan menyeluruh setelah terjadinya bencana
dengan fase-fase nya yaitu:
- Rehabilitasi adalah perbaikan dan pemulihan semua aspek pelayanan publik atau
masyarakat sampai tingkat yang memadai pada wilayah pascabencana  dengan
sasaran utama untuk normalisasi atau berjalannya secara wajar semua aspek
pemerintahan dan kehidupan masyarakat pada wilayah pascabencana.
- Rekonstruksi adalah pembangunan kembali semua prasarana dan sarana,
kelembagaan pada wilayah pascabencana, baik pada tingkat pemerintahan
maupun masyarakat dengan sasaran utama tumbuh dan berkembangnya kegiatan
perekonomian, sosial dan budaya, tegaknya hukum dan ketertiban, dan
bangkitnya peran serta masyarakat dalam segala aspek kehidupan bermasyarakat
pada wilayah pasca bencana. (BPBD, 2008)
2.4 Pemberdayaan masyarakat dalam kondisi kebakaran
Pemberdayaan merupakan salah satu pendekatan untuk mengatasi persoalan
kemiskinan, ketidakberdayaan, dan kerentanan masyarakat lemah. Pemberdayaan
masyarakat juga dapat diartikan sebagai upaya mengembangkan, memandirikan,
menswadayakan, dan memperkuat posisi tawar masyarakat lapisan bawah terhadap
kekuatan-kekuatan penekan di segala bidang dan sektor kehidupan melalui pengalihan
pengambilan keputusan kepada masyarakat agar mereka terbiasa dan mampu
bertanggung jawab terhadap segala sesuatu yang dipilihnya. Dalam konteks ini,
pemberdayaan masyarakat dapat dipersamakan dengan proses pengembangan masyarakat
yang bertujuan memampukan masyarakat dalam mendefinisikan dan memenuhi
kebutuhan sendiri, serta memutuskan apa yang terbaik bagi dirinya. Pemberdayaan
masyarakat ada empat prinsip yang sering dipakai dalam mensukseskan program
pemberdayaan yakni prinsip kesetaraan, partisipasi keswadayaan atau kemandirian yang
berkelanjutan (Najiati dkk, 2013)

a. Prinsip Kesetaraan
Prinsip yang paling utama wajib dipegang dalam dalam proses pemberdayaan
masyarakat adalah terdapatnya kesetaraan atau kesejajaran kedudukan antara
masyarakat dengan lembaga yang melaksanakan program-program pemberdayaan
masyarakat baik pada atasan ataupun bawahan.
b. Prinsip Partisipasi

5
Program pemberdayaan yang bisa menstimulasi kemandirian masyarakat adalah
program yang bersifat partisipasif, terencana, dilakukan, diawasi dan dievaluasi
oleh masyarakat. Tetapi untuk sampai ditingkat tersebut membutuhkan waktu
dan proses pendampingan yang mengikutsertakan pendamping yang memiliki
komitmen tertinggi kepada pemberdayaan masyarakat.
c. Prinsip Keswadayaan / Kemandirian
Prinsip keswadayaan adalah menghargai dan mengutamakan kemampuan
masyarakat dibanding bantuan pihak lain. Konsep ini tidak memandang orang
miskin sebagai objek yang tidak berkemampuan melainkan sebagai subjek
yang mempunyai kemampuan sedikit. Mereka mempunyai kemampuan untuk
menabung pengetahuan yang mendalam mengenai masalah usahanya, tahu
tentang kondisi ingkungannya, mempunyai tenaga kerja dan kemauan serta
mempunyai norma-norma bermasyarakat yang telah dijadikan modal dasar
untuk proses pemberdayaan.
d. Prinsip Berkelanjutan
Kebakaran hutan merupakan salah satu bentuk gangguan yang makin sering
terjadi. Dampak negatif yang ditimbulkan oleh kebakaran hutan cukup besar
mencakup kerusakan ekologis, menurunnya keanekaragaman hayati,
merosotnya nilai ekonomi hutan dan produktifitas tanah, perubahan iklim mikro
maupun global dan asapnya mengganggu kesehatan masyarakat serta mengganggu
transportasi baik darat, sungai, danau laut dan udara. Sehingga di butuhkan
pemberberdayaan yang bersifat berkelanjutan agar kegiatannya bisa berjalan
secara terus menerus dan bermanfaat dalam waktu yang panjang.

Proses pemberdayaan harus dirancang agar berkelanjutan meskipun diawalnya peran


pendamping lebih dominan dari pada masyarakat sendiri tetapi secara perlahan dan
pasti, peran pendamping akan semakin berkurang bahkan pada akhirnya dihapus karena
masyarakat telah mampu mengelola aktivitas sendiri. (Azuraili, 2020)

2.5 Permasalahan kesehatan dan solusi dalam kondisi kebakaran


a. Permasalahan kesehatan
Zat-zat yang terkandung di dalam asap menyebabkan berbagai masalah kesehatan.
Pada kondisi akut, partikel padat dan zat-zat kimia yang terkandung dalam asap
menyebabkan iritasi langsung pada mata dan saluran pernafasan. Paparan pada mata
dapat menyebabkan mata perih dan berair.

6
Begitu juga, udara yang dihirup dalam proses pernafasan yang mengandung asap
kebakaran hutan, akan menyebabkan iritasi langsung pada tenggorokan dan seluruh
saluran pernafasan. Hal ini memudahkan terjadinya infeksi saluran pernapasan akut
(ISPA) dengan gejala batuk dan sesak napas. Selain itu dapat menimbulkan keluhan
sakit kepala, mual, bahkan pingsan dalam skala berat.
Pada kondisi kronis atau dalam jangka panjang, paparan asap kebakaran dapat
menurunkan fungsi paru-paru. Paparan CO dalam konsentrasi rendah pada waktu lama
dapat berdampak pada sistem saraf. Bahkan, diantara zat-zat pada asap pada kebakaran
hutan juga bersifat karsinogenik atau yang menajdi risiko terjadinya kanker.
b. Solusi
Upaya primer yang dapat dilakukan adalah meminimalkan paparan terhadap asap,
dengan cara mengurangi aktifitas di luar ruangan. Hal ini sangat bisa ditekankan
kepada anak-anak agar tidak bermain di luar rumah saat ada bencana ini.
Selain itu, sangat disarankan untuk tidak menambah polusi udara seperti membakar
sampah, merokok, dan menyalakan lilin di dalam rumah. Termasuk dalam langkah ini
adalah dengan menutup pintu dan jendela rapat-rapat untuk mengurangi polusi masuk
ke dalam ruangan.
Upaya sekunder adalah mendeteksi lebih awal dan pengobatan segera. Jika ada
anggota keluarga yang mengalami gelaja-gajala akibat paparan asap, seperti sesak
nafas, batuk, sakit kepala yang makin lama makin berat, maka perlu diperiksa dan
diobati segera ke dokter. (The Conversation, 2019)
2.6 Prinsip penanggulangan
Prinsip penanggulangan tersebut ialah:
a. Cepat dan tepat, meminimalisir korban dan kehilangan harta benda.
b. Prioritas, utamakan penyelamatan manusia, kemudian harta benda.
c. Koordinasi dan keterpaduan, antar instansi pemerintah dan masyarakat harus
dilakukan secara terpadu dan saling mendukung.
d. Berdaya guna, memanfaatkan waktu, tenaga, dan biaya sebaik mungkin.
e. Transparansi dan akuntabilitas, dilakukan secara terbuka dan dapat
dipertanggungjawabkan secara etik dan hukum.
f. Kemitraan, penanggulangan bencana dilakukan oleh semua pihak bekerja sama
dengan pemerintah.
g. Pemberdayaan, semua individu atau masyarakat dapat melakukan atau membantu
proses penanggulangan bencana.
7
h. Non diskriminatif, dilarang membeda-bedakan suku, ras, agama dan budaya yang
menjadikan proses penanganan bencana tidak seimbang antara satu dengan lainnya.
i. Non proletisi, dilarang memanfaatkan keadaan untuk kepentingan individu atau
kelompok tertentu, misalnya politik dan agama.
j. Keterpaduan, penanggulangan bencana merupakan tanggungjawab berbagai pihak
dari pemerintah, masyarakat dan lembaga swadaya lainya. Oleh karena itu,
penanggulangan bencana harus pula ada keterpaduan dari berbagai lini tersebut.
k. Berhasil guna, dalam penanggulangan bencana agar seluruh biaya, waktu dan tenaga
yang dikeluarkan tidak sia-sia haruslah mampu berhasil guna yang sifatnya
berkepanjangan.
l. Akuntabilitas, Selain anggaran negara umumnya pihak yang terkena bencana akan
mendapat berbagai bantuan dari lembaga-lembaga sosial lainnya. Oleh karena itu,
khususnya bagi pihak yang terlibat langsung dalam proses penanggulangan bencana
setiap kegiatan yang dilakukan haruslah jelas, terarah dan dapat
dipertanggungjawabkan. (Ilmu Geografi, 2020)
2.7 Teknik evakuasi bencana kebakaran
Langkah-langkah prosedur evakuasi keadaan darurat kebakaran:
a. Tetap tenang dan jangan panik.
b. Segera menuju tangga darurat yang terdekat dengan berjalan biasa dengan cepat
namun tidak berlari.
c. Lepaskan sepatu hak tinggi karena menyulitkan dalam langkah kaki.
d. Janganlah membawa barang yang lebih besar dari tas kantor/tas tangan.
e. Beritahu orang lain/tamu yang masih berada didalam ruangan lain untuk segera
melakukan evakuasi.
f. Bila pandangan tertutup asap, merangkak atau dengan berjalan berpegangan tembok
atau pegangan pada tangga, tutup hidung dan mulut dengan kain basah/kain baju, atur
pernafasan pendek-pendek.
g. Jangan berbalik arah karena akan bertabrakan dengan orang-orang dibelakang anda
dan menghambat evakuasi.
h. Segeralah menuju titik kumpul untuk menunggu instruksi berikutnya. (Bromindo,
2020)

8
2.8 Perawatan saat dan setelah bencana kebakaran
a. Saat terjadi kebakaran
1) Smothering atau isolasi Yaitu dengan membatasi atau mengurangi oksigen dalam
proses pembakaran api akan dapat padam. Salah satu contoh adalah memadamkan
minyak yang terbakar pada penggorengan/kuali dengan jalan menutup kuali tersebut
dengan bahan pemisah. Pembatasan ini biasanya adalah salah satu cara yang paling
mudah untuk memadamkan api.
2) Cooling atau Pendinginan Salah satu cara yang umum untuk memadamkan
kebakaran adalah dengan cara pendinginan/menurunkan temperatur bahan bakar
sampai tidak dapat menimbulkan uap/gas untuk pembakaran. Air adalah salah satu
bahan pemadam yang terbaik menyerap panas. Membasahi bahan-bahan yang mudah
terbakar adalah cara yang sering dipakai untuk mencegah terbakarnya bahan-bahan
yang belum terbakar menyerap air, ia memerlukan waktu lebih lama agar bisa
terbakar, sebab air itu harus diuapkan terlebih dahulu sebelum mencapai panas yang
cukup untuk terbakar.
3) Starvation Yaitu pemadaman kebakaran dengan cara menghilangkan atau
memutuskan suplai bahan bakar (menghilangkan bendanya). Sebagai contoh adalah
pipa saluran minyak atau gas yang pada ujungnya terbakar, karena salurannya di tutup.
4) System Urai Yaitu memadamkan kebakaran dengan menggunakan alat pemadam
api modern, dimana pada saat media pemadam disemprotkan maka media tadi akan
mengikat panas sekaligus akan menutup atau menyelimuti benda yang terbakar
sehingga udara atau oksigen tidak biasa masuk atau hilang.
b. Setelah terjadi kebakaran
Usaha-usaha yang dilakukan setelah terjadi kebakaran, dengan maksud evaluasi dan
menganalisa peristiwa kebakaran untuk mengambil langkah-langkah berikutnya,
antara lain:
1) Membuat pendataan.
2) Menganalisa tindakan-tindakan yang telah dilakukan.
3) Menyelidiki faktor-faktor penyebab kebakaran sebagai bahan pengusutan.
4) Pemulihan.
5) Penyampaian ke publik.
2.9 Upaya pencegahan bencana kebakaran
Upaya pencegahan kebakaran, yaitu:
a. Waspada rokok
9
Tidak membuang puntung rokok sembarangan. Pastikan rokok telah mati total
sebelum dibuang ke tempat sampah.
b. Waspada pada penerang api
Ketika mati lampu dan menggunakan penerangan api seperti lilin dan lampu petromak
maka jangan pernah lalai untuk mengawasi lampu dan tidak menaruh di tempat
sembarang yang bisa jatuh atau berpindah tempat sehingga bisa membakar benda
mudah terbakar yang ada disekitarnya. Awasi pula penggunaan anti nyamuk bakar.
c. Waspada anak-anak dan lansia
Jauhkan benda-benda yang berapi atau yang dapat mengeluarkan api. Anak-anak
sangat berpotensi bertindak ceroboh yang bersifat fatal.
d. Waspada & rawat perangkat listrik dan perangkat api
Rawat dengan baik dan rutin kompor gas, setrikaan, kabel-kabel listrik dan perangkat
listrik dan api lainnya. Jika terdapat kabel yang sudah using sebaiknya dilakukan
penggantian total, hindari mencuri listrik pln agar tidak terjadi hal-hal yang tidak
diinginkan seperti misal kesetrum dan koslet listrik.
e. Siapkan perangkat pemadam kebakaran ringan
Jika bangunan cukup besar gunakan sistem pemadam detector asap, pemancar air,
tabung pemadam semprot, dll. Jangan lupa berikan penyuluhan bagi penghuni
bangunan dalam menghadapi bencana kebakaran. Untuk bangunan kecil minimal ada
karung yang dapat dibasahi untuk meredam kebakaran ringan/kecil. Siapkan selang
panjang atau ember untuk memudahkan menyiram.
f. Melakukan pembinaan dan sosialisasi kebakaran
Berikan penyuluhan kepada seluruh anggota keluarga, pegawai/karyawan kantor,
siswa guru sekolah, buruh pabrik, dan sebagainya mengenai penanganan bencana
kebakaran yang bisa saja terjadi kapan saja dan di mana saja agar ketika terjadi
kebakaran mereka mengerti apa yang harus mereka lakukan. Beritahu nomor telepon
polisi dan pemadam kebakaran lokal dan sentral.
g. Waspada lingkungan sekitar
Kebakaran juga bisa akibat dari bangunan sebelah yang terbakar sehingga bangunan
kita ikut menjadi korban karena api bisa membesar dan merembet ke mana-mana.
Tingkatkan kesadaran bencana kebakaran di lingkungan masyarakat sekitar untuk
meminimalisir terjadinya kebakaran di lingkungan sekitar. Waspada juga dengan
melakukan tindakan-tindakan yang dapat memperkecil resiko kebakaran merembet
dari bangunan sekitar ke bangunan kita. (DPPK KOTA MEDAN, 2015)
10
2.10 Pemenuhan kebutuhan jangka panjang
Pemulihan jangka panjang ditujukan untuk membangun kembali (rekonstruksi) yang
berkaitan dengan pembangunan yang berkelanjutan.
Pada umumnya rekonstruksi jangka panjang yang dilakukan ialah:
a. Pemulihan kegiatan perekonomian.
b. Pembangunan infrastruktur yang rusak baik jalan, jembatan, sekolah, pasar,
perkantoran.
c. Tempat ibadah, sarana kesehatan.
d. Rehabilitasi kejiwaan.
e. Rehabilitasi kecacatan.
f. Perbaikan aliran listrik dan komunikasi yang permanen.
g. Pemulihan produksi pangan, sektor produksi pertanian lainnya, peternakan dan
perikanan.
h. Perbaikan kondisi lingkungan hidup.
i. Pemulihan pendidikan baik sarana prasarana maupun sumber daya manusia.
j. Pemulihan unsur rohani, budaya, adat istiadat. (Scribd, 2019)

11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Ada 3 faktor penyebab kondisi bencana kebakaran, yaitu: faktor terjadinya kebakaran
karena alam, faktor terjadinya kebakaran karena manusia, dan karena hewan.
2. 5 langkah untuk penilaian risiko, yaitu: a. identifity fire hazards, b. identifity people at
risk, c. evaluate, remove, reduce and protect from risk, d. record, plan, inform, instruct
and train, e. review and evaluate.
3. Dalam upaya menerapkan manajemen penanggulangan bencana, dilaksanakan dalam
3 tahapan, yaitu: manajemen risiko bencana, manajemen kedaruratan, manajemen
pemulihan.
4. Pemberdayaan masyarakat juga dapat diartikan sebagai upaya mengembangkan,
memandirikan, menswadayakan, dan memperkuat posisi tawar masyarakat lapisan
bawah terhadap kekuatan-kekuatan penekan di segala bidang dan sektor
kehidupan melalui pengalihan pengambilan keputusan kepada masyarakat agar
mereka terbiasa dan mampu bertanggung jawab terhadap segala sesuatu yang
dipilihnya.
5. Permasalahan kesehatan: paparan pada mata dapat menyebabkan mata perih dan
berair, infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) dengan gejala batuk dan sesak napas.
Selain itu dapat menimbulkan keluhan sakit kepala, mual, bahkan pingsan dalam skala
berat, dan dapat memicu kanker.
Solusinya ialah: upaya primer yang dapat dilakukan adalah meminimalkan paparan
terhadap asap, dengan cara mengurangi aktifitas di luar ruangan, upaya
sekunder adalah mendeteksi lebih awal dan pengobatan segera.
6. Prinsip penanggulangan tersebut ialah: cepat dan tepat, prioritas, koordinasi, berdaya
guna, transparan, kemitraan, dsb.
7. Langkah-langkah prosedur evakuasi keadaan darurat kebakaran penting diketahui
semua kalangan agar dapat membekali diri bila sewaktu-waktu hal yang tidak
diingkan terjadi.
8. Saat terjadi kebakaran hendaknya segera meloloskan diri, ataupun ikut membantu
dalam penanganan kebakaran. Setelah terjadi kebakaran dapat dilakukan pendataan
dan pemulihan kembali.

12
9. Upaya pencegahan dengan cara: waspada terhadap puntung rokok, waspada terhadap
anak-anak, waspada terhadap listrik dan api, siapkan pemadaman ringan, dll.
10. Pemulihan jangka panjang ditujukan untuk membangun kembali (rekonstruksi) yang
berkaitan dengan pembangunan yang berkelanjutan, seperti pemulihan
perekonomoian, rehabilitasi kejiwaan, dsb.

B. Saran

Jika ada kesalahan dan kekeliruan pada makalah ini maka kami dari kelompok 1
meminta kritik maupun saran yang membangun dari pembaca agar bisa lebih baik
kedepannya.

13
DAFTAR PUSTAKA

https://id.scribd.com/presentation/443271169/9-Pemenuhan-kebutuhan-jangka-panjang-pada-
korban-bencana diakses pada tanggal 26 Maret 2021 pukul 19.13

https://ilmugeografi.com/bencana-alam/prinsip-penanggulangan-bencana#:~:text=Prinsip
%20penanggulangan%20bencana%20merupakan%20suatu,sampai%20pada%20setelah
%20terjadinya%20bencana. Diakses pada tanggal 26 Maret 2021 pukul 23.14
https://bpbd.ntbprov.go.id/?q=content/penanganan-bencana diakses pada tanggal 27 Maret
2021 pukul 11.58

https://theconversation.com/kebakaran-hutan-makin-mengancam-kesehatan-penduduk-
indonesia-dari-iritasi-hingga-potensi-kanker-124112#:~:text=Sejumlah%20riset%20telah
%20membuktikan%20dengan,kanker%2C%20dan%20sejumlah%20penyakit%20lainnya.
diakses pada tanggal 27 Maret 2021 pukul 12.15

https://www.bromindo.com/prosedur-evakuasi-keadaan-darurat-kebakaran/ diakses pada


tanggal 27 Maret 2021 pukul 12.45

https://p2k.pemkomedan.go.id/artikel-7-tips-cara-mencegah-kebakaran.html diakses pada


tanggal 27 Maret 2021 pukul 14.40

https://indonesiasafetycenter.org/mengapa-perlu-melakukan-penilaian-risiko-
kebakaran/#:~:text=Penilaian%20Resiko%20Kebakaran%20adalah%20proses,terjadi%2C
%20dan%20konsekuensinya%20jika%20terjadi diakses pada tanggal 27 Maret 2021 pukul
15.30

https://midiatama.co.id/tindakan-pencegahan-kebakaran/ diakses pada tanggal 27 Maret 2021


pukul 15.55

14

Anda mungkin juga menyukai