“STOMATITIS”
KEPERAWATAN 5A
Di Susun Oleh :
Kelompok 2
Puji dan Syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
limpahan Rahmat dan Karunia-nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan baik dan
tepat pada waktunya. Dalam makalah ini kami membahas “STOMATITIS”
Makalah ini dibuat dengan beberapa bantuan dari berbagai pihak untuk membantu
menyelesaikan hambatan selama mengerjakan makalah ini. Oleh karena itu, kami mengucapkan
terima kasih kepada ;
1. Bapak Zaenal Abidin, S.KM., M.Kes selaku ketua Stikes Bhakti Husada Mulia Madiun
2. Ibu Tantri Arini, S.Kep., Ns., M.Kep selaku dosen pembimbing serta,
Karena itu kami berharap kepada pembaca untuk memberikan saran serta kritik yang dapat
membangun kami.Kritik saran dari pembaca sangat kami harapkan untuk penyempurnaan
makalah selanjutnya.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita sekalian.
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.............................................................................................................................
Daftar Isi.......................................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN........................................................................................................................
C. Tujuan ...................................................................................................................
BAB II
PEMBAHASAN..........................................................................................................................
B.Etiologi Stomatitis..................................................................................................
D. Patofisiologi Stomatitis......................................................................................
E.Pathway Stomatitis..............................................................................................
BAB III
PENUTUP....................................................................................................................................
A.Kesimpulan.............................................................................................................
B.Saran.......................................................................................................................
Daftar pustaka..............................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Mulut merupakan pintu gerbang masuknya kuman-kuman atau rangsangan-
rangsangan yang bersifat merusak.Mukosa mulut dapat mengalami kelainan yang bukan
merupakan suatu penyakit tetapi merupakan kondisi herediter.Pada keadaan normal di
dalam rongga mulut terdapat bermacam-macam kuman yang merupakan bagian daripada
flora mulut dan tidak menimbulkan gangguan apapun dan disebut apatogen.Jika daya
tahan mulut atau tubuh menurun, maka kuman-kuman yang apatogen itu menjadi patogen
dan menimbulkan gangguan atau menyebabkan berbagai penyakit/infeksi.Daya tahan
mulut dapat menurun karena gangguan mekanik (trauma, cedera), gangguan kimiawi,
termik, defisiensi vitamin, kekurangan darah (anemi).
Mulut bukan sekedar pintu masuk makanan dan minuman, tetapi fungsi mulut
lebih dari itu dan tidak banyak orang menyadari besarnya peranan mulut bagi kesehatan
dan kesejahteraan seseorang. Orang tua dan anak-anak akan sadar pentingnya kesehatan
gigi dan mulut ketika terjadi masalah atau ketika terkena penyakit. Oleh karena itu
kesehatan gigi dan mulut sangat berperan dalam menunjang kesehatan seseorang. Jika
rongga mulut kotor, maka sistem pencernaan juga akan terganggu.
Pada individu tertentu dapat terjadi reaksi alergi terhadap jenis makanan tertentu
sehingga dapat mengakibatkan gangguan pada mukosa mulut, begitu juga dengan faktor
psikis dan hormonal.Ini semua dapat terjadi pada suatu gangguan mulut yang disebut
stomatitis. Stomatitis atau sariawan dapat menyerang segala usia termasuk pada anak.
Kesadaran anak dalam menjaga kesehatan rongga mulutnya tentu masih sangat rendah,
dimana faktor peran orangtua merupakan hal yang dominan.Peran serta orangtua sangat
diperlukan dalam membimbing, memberikan pengertian, mengingatkan, dan
menyediakan fasilitas kepada anak agar dapat memelihara kebersihan gigi dan
mulutnya.Selain itu, orangtua mempunyai peran yang cukup besar dalam mencegah
terjadinya berbagai penyakit gigi dan mulut pada anak. Maka perlu diketahui gejala
klinik secara dini dari stomatitis, maupun komplikasi neurologisnya dengan harapan
angka kejadian stomatitis pada anak-anak dapat ditekan dan mengurangi angka kejadian
penyakit tersebut.
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN
1. Dapat mengetahui definisi dari stomatitis
2. Dapat memahami etiologi dari stomatitis
3. Dapat mengetahui manifestasi klinis yang terdapat pada stomatitis
4. Dapat memahami patofisiologi stomatitis
5. Dapat memahami pathway dari stomatitis
6. Dapat menetahui pemeriksaan diagnostik/penunjang yang dapat dilakukan pada
stomatitis
7. Dapat mengetahui pemeriksaan fisik, sosial, psikologis dan spiritual pada pasien
paliatif
8. Dapat memahami konsep asuhan keperawatan paliatif pada stomatitis
9. Dapat memberikan contoh kasus pasien stomatitis yang mengarah ke paliatif
BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI
Stomatitis adalah peradangan dari mukosa mulut yang bisa disebabkan oleh
berbagai macam hal seperti contoh kebersihan gigi dan rongga mulut yang buruk.
Stomatitis biasanya berupa ulserasi berwarna putih kekuningan dengan dasar berwarna
kuning yang dapat berjumlah tunggal maupun lebih dari satu dan bersifat rekuren.
Mukosa mulut yang mempunyai epitel tidak berkeratin seperti mukosa bukal, bibir, lidah
bagian ventral dan lateral, dasar mulut, palatum molle, dan mukosa orofaring yang
mengalami inflamasi dinamakan stomatitis.
Menurut kelompok kami, stomatitis termasuk kedalam penyakit paliatif
dikarenakan stomatitis merupakan salah satu efek samping dari pengobatan kemoterapi
pada pasien paliatif seperti kanker. Stomatitis merupakan salah satu komplikasi
nonhematologik yang paling sering ditemui yang menyebabkan nyeri, nyeri telan,
perubahan pengecapan di mana lidah merasakan rasa busuk, asin, tengik, atau logam
(dysgeusia), malnutrisi, stress , personal hygiene menurun, dan juga perdarahan pada
selaput mukosa pasien sehingga dapat memperparah penyakit yang pasien derita. Serta
Terapi pada pasien kanker dapat menjadi tidak optimal karena efek samping stomatitis
ini, pada stomatitis yang berat, pasien tidak dimungkinkan untuk melanjutkan terapi dan
oleh karena itu sangat mempengaruhi keselamatan pasien.Diperkirakan kira – kira
sebanyak 40 % dari pasien yang mendapat kemoterapi mengalami stomatitis.Resiko
terjadinya stomatitis kian bertambah dengan siklus kemoterapi yang dilakukan berikutnya
B. ETIOLOGI
Berikut penyebab stomatitis yang umum terjadi:
1. Penyebab Stomatitis Herpes (Cold sore)
Disebabkan oleh infeksi virus herpes tipe 1 (HSV-1). Oleh sebab itu,
sariawan tipe ini dapat menular atau ditularkan ke orang lain melalui air liur pada
saat berbagi gelas, sendok, atau bahkan berciuman.
2. Penyebab Stomatitis Aftosa (Canker sore atau aphthous stomatitis)
Canker tidak sama dengan cancer yang merupakan tumor ganas. Canker
yang dimaksud dalam hal ini adalah luka ulkus. Stomatitis aftosa ini tidak
disebabkan oleh virus, oleh karena itu tidak bersifat menular.
Penyebab stomatitis aftosa bersifat multifaktorial atau terjadi akibat
berbagai macam sebab, biasanya karena kebersihan rongga mulut yang buruk,
adanya iritasi atau adanya kerusakan pada membran mukosa rongga
mulut.Sebagai contoh, berikut beberapa hal yang dapat menyebabkan terjadinya
aphthous stomatitis:
Mukosa rongga mulut yang kering karena hidung tersumbat sehingga
pasien bernafas dengan mulut
Luka pada rongga mulut, akibat tergigit, tersodok sikat gigi, atau akibat
menggunakan kawat gigi
Respon alergi terhadap bakteri tertentu di dalam rongga mulut
Sensitif terhadap beberapa makanan yang dapat merangsang mukosa
rongga mulut, seperti kopi, cokelat, telur, kacang-kacangan, strawberry,
dan buah-buahan lain yang asam
Kekurangan vitamin C, vitamin B, asam folat, zat besi, atau zinc
Penggunaan obat-obatan tertentu
Stress
Infeksi jamur Candida albicans
Efek samping dari radioterapi pada pasien kanker
Penyakit tertentu seperti celiac disease, inflammatory bowel disease,
HIV/AIDS, ataupun gangguan sistem imun
C. MANIFESTASI KLINIK
1. Masa prodromal atau penyakit 1 – 24 jam, hipersensitive dan perasaan seperti
terbakar
2. Stadium Pre Ulcerasi, adanya udema / pembengkangkan setempat dengan
terbentuknya makula pavula serta terjadi peninggian 1- 3 hari
3. Stadium Ulcerasi, pada stadium ini timbul rasa sakit terjadi nekrosis ditengah-
tengahnya, batas sisinya merah dan udema tonsilasi ini bertahan lama 1 – 16 hari.
Masa penyembuhan ini untuk tiap-tiap individu berbeda yaitu 1 – 5 minggu.
4. Gambaran klinis dari stomatitis
Lesi bersifat ulcerasi
Bentuk oval / bulat
Sifat tersebar
Batasnya jelas
Biasa singulas (sendiri-sendiri) dan multiple (kelompok)
Tepi merah
Lesi dangkal
Lesi sembuh tanpa meninggalkan jaringan parut
D. PATOFISIOLOGI
Patofisiologi mengenai stomatitis yaitu dikarenakan beberapa penyebab antara
lain kemoterapi, oral hygiene yang kurang, stress, malnutrisi, perokok berat dan juga
penyakit-penyakit misal penyakit HIV/AIDS. Yang mana penyebab-penyebab tersebut
menjadikan daerah pada selaput mukosa teriritasi sehingga menyebabkan radang pada
lidah, radang pada gusi dan juga radang pada selaput mukosa. Peradangan tersebut
menyebabkan nyeri pada mulut sehingga klien kesulitan menguyah makanan yang
menyebabkan asupan nutrisi pada klien menurun. Pada radang selaput mukosa terdapat
ulkus yang mana menyebabkan perdarahan selaput mukosa dan juga menyebabkan
personal hygiene pada klien menurun
E. PATHWAY
F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK/PENUNJANG
Dilakukan pengolesan lesidengan toluidin biru 1% topikal dengan swab atau
kumur sedangkan diagnosa pasti menggunakan biopsi
Pemeriksaan laboratorium
1. WBC menurun pada stimatitis sekunder
2. Pemeriksaan kultur virus : cairan vesikel dari herpes simplek stomatitis
3. Pemeriksaan kultur bakteri : eksudat untuk membentuk vincent’s
stomatitis
G. PEMERIKSAAN FISIK, SOSIAL, PSIKOLOGIS, SPIRITUAL DAN BUDAYA
1) Pengkajian Fisik
Pemeriksaan fisik
1. Anamnesa
a. Data demografi (nama, umur, jenis kelamin, agama, alamat,
pekerjaan, pendidikan, status perkawinan, suku bangsa,
tempat lahir dll.
b. Keluhan utama
c. Riwayat penyakit sekarang
d. Riwayat penyakit masa lalu
e. Riwayat penyakit keluarga
f. Pengobatan yang pernah atau sedang dilaksanakan seperti
kemoterapi, pembedahan, radioterapi, penggunaan ARV,
pengobatan nyeri
g. Cairan dan sirkulasi, pernafasan, neurosensory, sistem
pencernaan, eliminasi, integumen, reproduksi, mobilisasi,
makan dan minum, kebutuhan hygiene, kebutuhan istirahat
tidur, komunikasi, faktor kemanan dan lingkungan, faktor
psikologis, sosial, ekonomi, kultural, spiritual
2. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum dan tingkat kesadaran
b. Tanda –tanda Vital
c. Pemeriksaan head to toe
d. Pemeriksaan Khusus pada kasus paliatif
(luka, stoma, dekubitus, edema ekstremitas, edema
anasarka, asites, kaheksia, delirium, nausea)
3. Menganalisa hasil pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan darah lengkap
b. Foto thorax untuk menilai kondisi jantung dan paru
c. USG untuk menilai adanya massa atau kelainan organ
d. Biopsi untuk mendeteksi adanya keganasan
e. Pemeriksaan penunjang lain
Pengkajian Nyeri
Pada pasien paliatif melihat skala nyeri dapat menggunakan kuesioner
nyeri yaitu SOCRATES yang mana antara lain:
1. Site of pain : di daeram mana nyeri tersebut dirasakan
2. Onset : kapan nyeri tersebut terjadi
3. Character : bagaimana tipe nyeri yang dirasakan pasien
4. Radiation : apakah nyeri tersebut menyebar di bagian tubuh
lain, jika menyenbar pada daerah mana
5. Associated features : apakah saat nyeri terjadi kadang disertai
gejala lain
6. Timing : apakah nyeri semakin parah pada waktu-waktu
tertentu
7. Exacebating and relieving factor : apa yang menyebabkan
nyeri tersebut semakin parah/buruk
8. Severity : apakah skala nyeri tersebut mengalami perubahan
Instrumen yang digunakan untuk pengkajian nyeri antara lain :
1. Numerical rating scale
2. BPS (Behavioral pain scale)
3. Visual analog scale
Pengkajian Dispnea
Untuk melakukan pengkajian dispnea dapat menggunakan RDOS (the
respiratory distress observation scale) yang mana Semakin tinggi skor hasil
pengukuran maka semakin tinggi intensitas distress pernafasan pasien.
Petunjuk penggunaan RDOS sebagai berikut :
1. Tidak dapat digunakan pada pasien yang mampu melaporkan kondisi
dyspnea
2. Digunakan untuk pasien dewasa
3. Tidak bisa digunakan untuk pasien yang paralisis atau pasien yang
mendapat obat agen penghambat neuromuscular
4. Hitung nadi, RR
Pengkajian Fatigue
Fatigue adalah hilang energi atau tenaga untuk melakukan aktifitas
ringan, kelemahan dan kelelahan. Fatigue pada pasien kanker memiliki
presentase 60-90%.
Ada beberapa kriteria Fatigue antara lain :
Gejala fatik yang dirasakan hampir setiap hari dalam kurun 2 minggu
terakhir
Menyatakan akan adanya kelemahan yang bersifat umum atau tungkai
terasa berat
Kemampuan berkonsetrasi ataupun perhatian semakin berkurang
Menurunnya motivasi atau keinginan untuk melakukan kegiatan rutin
Insomnia atau hypersomnia
Pasien merasa tidak segar saat terbangun dari tidur
Mengalami kesulitan untuk mengatasi kondisi ketidakaktifan
Ditandai dengan reaktifemosional yang mengakibatkan pasien merasa
fatik seperti kesedihan, frustasi, dan iritabilitas
Mengalami kesulitan untuk menyelesaikan aktifitas rutin rumah tangga
Mengalami masalah terkait memori jangka pendek
Merasakan ketidaknyamanan dalam beberapa jam setelah melakukan
latihan fisik atau aktifitas
2) Pemeriksaan Sosial
a. Pengaruh media
b. Gender
c. Kekuasaan atau pengambilan keputusan dalam keluarga
d. Kelas sosial
e. Gambaran tingkat pendidikan
f. Ras dan etnis
g. Kaji status sosial ekonomi pasien
h. Pola kesehatan dan pengalaman sakit
i. Hubungan dengan tenaga medis
j. Hubungan dengan orang lain
k. Sistem dukungan sosial
l. Peran dalam keluarga
3) Pemeriksaan Psikologis
Untuk melakukan pengajian psikologis pasien dapat menggunakan The
hospital anxiety and depression scale (HADS) yang mana digunakan untuk
menentukan tingkat kecemasan dan depresi yang dialami seseorang.
a. Depresi tdk tertangani isolasi sosial
b. Depresi tdk tertangani gejala fisik dan psikis
c. Depresi tdk tertangani gejala dpt menjadi lebih buruk dibandingkan
penyakitnya
d. Mencegah pasien dari ketidakmampuan pasien utk menyelesaikan
urusannya
4) Pemerikasaan Spritual
a. Spiritual belief sistem : Sistem kepercayaan spiritual , Afiliasi keagamaan
seseorang
b. Personal spirituality : Spiritualitas individu, Mencakup kepercayaan dan
praktik keagamaan yg dilakukan pasien atau keluarga
c. Integration with a spiritual community : Integrasi dg sebuha komunitas
spiritual , Mencakup peran individu dalam kelompok spiritual
d. Ritualised practices and restriction : Praktik ritual yang dijalankna dan
pantangan yang diyakini
e. Implication for medical care : Dampak terhadap perawatan dan
pengobatan
f. Terminal events planning : Perencanaan mengenai kejadian yang akan
datang atau kemungkinan yg terjadi di masa menjelang akhir kehidupan
5) Pemeriksaan budaya
a. Mengidentifikasi tempat kelahiran pasien
b. Menanyakan mengenai pengalaman migrasi pasien
c. Determinasi mengenai tingkat identitas budaya atau etnis pasien
d. Mengevaluasi tingkat akulturasi pasien terhadap budaya lokal tempat
pasien berdomisili
e. Mengidentifikasi kemampuan pasien menggunakan jaringan informal dan
sumber-sumber untuk mendukung dalam kegiatan di komunitas
f. Menelusuri bahasa utama dan bahasa kedua yang digunakan oleh pasien
dan keluarga
g. Mengidentifikasi penentu dan pembuat keputusan apakah pasien, keluarga
atau suatu unit sosial
h. Gambaran pola komunikasi pasien baik verbal maupun non verbal
i. Kaji perilaku nilai dna kepercayaan dalam hubungannya dengan penyakit
maupun kondisi kesehatan pasien
j. Kaji tentang nilai dalam pengobatan komplementer
H. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
e. Pengkajian Psikososial
sterss, gaya hidup (alkohol, perokok) serta kaji fungsi dan penampilan
dari rongga mulut terhadap body image dan sex.
g. Riwayat nutrisi
kurang mengkonsumsi makanan yang mengandung vitamin C, vitamin
B12, mineral, dan zat besi serta pola makan yang buruk, misalnya hanya
mengkonsumsi karbohidrat dan protein saja.
3) Pemeriksaan fisik
d. Pemeriksaan Sosial
1. Pengaruh media
2. Gender
3. Kekuasaan atau pengambilan keputusan dalam keluarga
4. Kelas sosial
5. Gambaran tingkat pendidikan
6. Ras dan etnis
7. Kaji status sosial ekonomi pasien
8. Pola kesehatan dan pengalaman sakit
9. Hubungan dengan tenaga medis
10. Hubungan dengan orang lain
11. Sistem dukungan sosial
12. Peran dalam keluarga
e. Pemeriksaan Psikologis
Untuk melakukan pengajian psikologis pasien dapat
menggunakan The hospital anxiety and depression scale (HADS) yang
mana digunakan untuk menentukan tingkat kecemasan dan depresi yang
dialami seseorang.
1. Depresi tdk tertangani isolasi sosial
2. Depresi tdk tertangani gejala fisik dan psikis
3. Depresi tdk tertangani gejala dpt menjadi lebih buruk
dibandingkan penyakitnya
4. Mencegah pasien dari ketidakmampuan pasien utk menyelesaikan
urusannya
f. Pemerikasaan Spritual
1. Spiritual belief system (Sistem kepercayaan spiritual)
Afiliasi keagamaan seseorang
2. Personal spirituality (Spiritualitas individu)
Mencakup kepercayaan dan praktik keagamaan yg dilakukan
pasien atau keluarga
3. Integration with a spiritual community (Integrasi dg sebuha
komunitas spiritual)
Mencakup peran individu dalam kelompok spiritual
4. Ritualised practices and restriction
Praktik ritual yang dijalankna dan pantangan yang diyakini
5. Implication for medical care
Dampak terhadap perawatan dan pengobatan
6. Terminal events planning
Perencanaan mengenai kejadian yang akan datang atau
kemungkinan yg terjadi di masa menjelang akhir kehidupan
g. Pemeriksaan budaya
1. Mengidentifikasi tempat kelahiran pasien
2. Menanyakan mengenai pengalaman migrasi pasien
3. Determinasi mengenai tingkat identitas budaya atau etnis pasien
4. Mengevaluasi tingkat akulturasi pasien terhadap budaya lokal tempat
pasien berdomisili
5. Mengidentifikasi kemampuan pasien menggunakan jaringan
informal dan sumber-sumber untuk mendukung dalam kegiatan di
komunitas
6. Menelusuri bahasa utama dan bahasa kedua yang digunakan oleh
pasien dan keluarga
7. Mengidentifikasi penentu dan pembuat keputusan apakah pasien,
keluarga atau suatu unit sosial
8. Gambaran pola komunikasi pasien baik verbal maupun non verbal
9. Kaji perilaku nilai dna kepercayaan dalam hubungannya dengan
penyakit maupun kondisi kesehatan pasien
10. Kaji tentang nilai dalam pengobatan komplementer
4) Diagnosa Keperawatan
5) Intervensi keperawatan
Intervensi keperawatan
Mandiri :
Kolaborasi :
Health education :
Observasi :
Kriteria Hasil :
Intervensi keperawatan
Mandiri :
Kolaborasi :
Health education :
Observasi :
Kriteria Hasil :
Intervensi keperawatan
Mandiri :
Kolaborasi :
Observasi :
3. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum : lemah.
b. TTV
Tekanan Darah : 90/67 mmHg
Suhu : 36,7ºC,
Nadi : 120x/menit
RR : 24x/menit
c. Pemeriksaan Fisik (Head to Toe)
1) Kepala dan leher
Inspeksi :
Wajah : simetris,
Rambut : lurus dan distribusi tidak merata
Mata : pupil miosis, konjungtiva anemis
Hidung : tidak terdapat pernafasan cuping hidung
Telinga : bersih
Mulut : mukosa bibir agak kering, terdapat lesi pada
rongga mulut, bercak putih, warna lidah merah dan
keputihan karena peradangan. Kulit didalam rongga
mulut tampak bengkak dan kemerahan
Lidah : Mukosa mulut mengalami peradangan dan
ada lesi, bibir pecah-pecah, rasa kering, suatu sensasi
rasa luka atau terbakar pada daerah lidah, hipersarivasi.
Palpasi : ada nyeri tekan (respon nyeri)
2) Dada
Inspeksi : simetris, tidak terdapat tarikan otot bantu
pernafasan
Palpasi : denyutan jantung teraba cepat, badan terasa
panas, nyeri tekan (-)
Perkusi : Jantung : dullness
Paru : sonor
Auskultasi : tidak terdengar suara ronchi
tidak terdengar bunyi wheezing
3) Abdomen
Inspeksi : buncit
Palpasi : nyeri tekan
Perkusi : timpani
Auskultasi : ada bising usus
4) Kulit : Turgor kurang, pucat, kebiruan
5) Ekstremitas : Tidak terdapat udem pada pada daerah extremitas
4. Pemeriksaan Sosial : klien berasal dari suku jawa dengan status sosial
ekonomi keluarga mampu. Yang biasa dalam mengambil keputusan adalah
ayah dari klien.
C. Diagnosa keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan lesi (kerusakan membran mukosa)
2. Resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan nyeri pada mukosa mulut
3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri yang tidak terkontrol
D. Intervensi keperawatan
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Stomatitis adalah peradangan dari mukosa mulut yang bisa disebabkan oleh
berbagai macam hal seperti contoh kebersihan gigi dan rongga mulut yang buruk.
Stomatitis biasanya berupa ulserasi berwarna putih kekuningan dengan dasar berwarna
kuning yang dapat berjumlah tunggal maupun lebih dari satu dan bersifat rekuren.
Stomatitis termasuk kedalam penyakit paliatif dikarenakan stomatitis merupakan
salah satu efek samping dari pengobatan kemoterapi pada pasien paliatif seperti kanker.
Stomatitis merupakan salah satu komplikasi nonhematologik yang paling sering ditemui
yang menyebabkan nyeri, nyeri telan, perubahan pengecapan di mana lidah merasakan
rasa busuk, asin, tengik, atau logam (dysgeusia), malnutrisi, stress , personal hygiene
menurun, dan juga perdarahan pada selaput mukosa pasien sehingga dapat memperparah
penyakit yang pasien derita.
B. SARAN
Penulis tentunya masih menyadari jika makalah diatas masih terdapat banyak
kesalahan dan jauh dari kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki makalah tersebut
dengan berpedoman pada banyak sumber serta kritik yang membangun dari para
pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
Inayah, Lin. 2004. Asuhan keperawatan medikal - bedah, Edisi - 1. Salemba Medika :
Jakarta