Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH KEPERAWATAN PALIATIF

“STOMATITIS”

KEPERAWATAN 5A
Di Susun Oleh :
Kelompok 2

ANING SEPTIANA 201802006


ANNISATUL FITRIYAH 201802007
ANNISA MELLINA ALVIONI 201802008

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BHAKTI HUSADA MULIA
MADIUN
2020
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
limpahan Rahmat dan Karunia-nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan baik dan
tepat pada waktunya. Dalam makalah ini kami membahas “STOMATITIS”
Makalah ini dibuat dengan beberapa bantuan dari berbagai pihak untuk membantu
menyelesaikan hambatan selama mengerjakan makalah ini. Oleh karena itu, kami mengucapkan
terima kasih kepada ;

1. Bapak Zaenal Abidin, S.KM., M.Kes selaku ketua Stikes Bhakti Husada Mulia Madiun

2. Ibu Tantri Arini, S.Kep., Ns., M.Kep selaku dosen pembimbing serta,

3. Teman kelompok 2 yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.

Karena itu kami berharap kepada pembaca untuk memberikan saran serta kritik yang dapat
membangun kami.Kritik saran dari pembaca sangat kami harapkan untuk penyempurnaan
makalah selanjutnya.

Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita sekalian.

Madiun, 30 September 2020

Penyusun
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.............................................................................................................................

Daftar Isi.......................................................................................................................................

BAB I

PENDAHULUAN........................................................................................................................

A. Latar Belakang Masalah.......................................................................................

B. Rumusan Masalah ................................................................................................

C. Tujuan ...................................................................................................................

BAB II

PEMBAHASAN..........................................................................................................................

A.Definisi Stomatitis .................................................................................................

B.Etiologi Stomatitis..................................................................................................

C. Manifestasi klinis Stomatitis ................................................................................

D. Patofisiologi Stomatitis......................................................................................

E.Pathway Stomatitis..............................................................................................

F.Pemeriksaan Diagnostik/Penunjang Stomatitis......................................................

G.Pemeriksaan Fisis,Sosial,Psikologis,dan Spiritual Pasien Paliatif.........................

H.Konsep Asuhan Keperawatan Paliatif Stomatitis...................................................

I.Kasus Pasien Paliatif Stomatitis............................................................................

BAB III

PENUTUP....................................................................................................................................

A.Kesimpulan.............................................................................................................

B.Saran.......................................................................................................................

Daftar pustaka..............................................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Mulut merupakan pintu gerbang masuknya kuman-kuman atau rangsangan-
rangsangan yang bersifat merusak.Mukosa mulut dapat mengalami kelainan yang bukan
merupakan suatu penyakit tetapi merupakan kondisi herediter.Pada keadaan normal di
dalam rongga mulut terdapat bermacam-macam kuman yang merupakan bagian daripada
flora mulut dan tidak menimbulkan gangguan apapun dan disebut apatogen.Jika daya
tahan mulut atau tubuh menurun, maka kuman-kuman yang apatogen itu menjadi patogen
dan menimbulkan gangguan atau menyebabkan berbagai penyakit/infeksi.Daya tahan
mulut dapat menurun karena gangguan mekanik (trauma, cedera), gangguan kimiawi,
termik, defisiensi vitamin, kekurangan darah (anemi).
Mulut bukan sekedar pintu masuk makanan dan minuman, tetapi fungsi mulut
lebih dari itu dan tidak banyak orang menyadari besarnya peranan mulut bagi kesehatan
dan kesejahteraan seseorang. Orang tua dan anak-anak akan sadar pentingnya kesehatan
gigi dan mulut ketika terjadi masalah atau ketika terkena penyakit. Oleh karena itu
kesehatan gigi dan mulut sangat berperan dalam menunjang kesehatan seseorang. Jika
rongga mulut kotor, maka sistem pencernaan juga akan terganggu.
Pada individu tertentu dapat terjadi reaksi alergi terhadap jenis makanan tertentu
sehingga dapat mengakibatkan gangguan pada mukosa mulut, begitu juga dengan faktor
psikis dan hormonal.Ini semua dapat terjadi pada suatu gangguan mulut yang disebut
stomatitis. Stomatitis  atau sariawan dapat menyerang segala usia termasuk pada anak.
Kesadaran anak dalam menjaga kesehatan rongga mulutnya tentu masih sangat rendah,
dimana faktor peran orangtua merupakan hal yang dominan.Peran serta orangtua sangat
diperlukan dalam membimbing, memberikan pengertian, mengingatkan, dan
menyediakan fasilitas kepada anak agar dapat memelihara kebersihan gigi dan
mulutnya.Selain itu, orangtua mempunyai peran yang cukup besar dalam mencegah
terjadinya berbagai penyakit gigi dan mulut pada anak. Maka perlu diketahui gejala
klinik secara dini dari stomatitis, maupun komplikasi neurologisnya dengan harapan
angka kejadian stomatitis pada anak-anak dapat ditekan dan mengurangi angka kejadian
penyakit tersebut.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apakah definisi dari stomatitis?


2. Apakah etiologi dari stomatitis?
3. Apakah manifestasi klinis yang terdapat pada stomatitis ?
4. Apakah patofisiologi stomatitis?
5. Bagaimanakah pathway dari stomatitis ?
6. Apa saja pemeriksaan diagnostik/penunjang yang dapat dilakukan pada
stomatitis?
7. Bagaimana pemeriksaan fisik, sosial, psikologis dan spiritual pada pasien paliatif?
8. Bagaimana konsep asuhan keperawatan paliatif pada stomatitis ?
9. Berikan contoh kasus pasien stomatitis yang mengarah ke paliatif !

C. TUJUAN
1. Dapat mengetahui definisi dari stomatitis
2. Dapat memahami etiologi dari stomatitis
3. Dapat mengetahui manifestasi klinis yang terdapat pada stomatitis
4. Dapat memahami patofisiologi stomatitis
5. Dapat memahami pathway dari stomatitis
6. Dapat menetahui pemeriksaan diagnostik/penunjang yang dapat dilakukan pada
stomatitis
7. Dapat mengetahui pemeriksaan fisik, sosial, psikologis dan spiritual pada pasien
paliatif
8. Dapat memahami konsep asuhan keperawatan paliatif pada stomatitis
9. Dapat memberikan contoh kasus pasien stomatitis yang mengarah ke paliatif
BAB II

PEMBAHASAN

A. DEFINISI
Stomatitis adalah peradangan dari mukosa mulut yang bisa disebabkan oleh
berbagai macam hal seperti contoh kebersihan gigi dan rongga mulut yang buruk.
Stomatitis biasanya berupa ulserasi berwarna putih kekuningan dengan dasar berwarna
kuning yang dapat berjumlah tunggal maupun lebih dari satu dan bersifat rekuren.
Mukosa mulut yang mempunyai epitel tidak berkeratin seperti mukosa bukal, bibir, lidah
bagian ventral dan lateral, dasar mulut, palatum molle, dan mukosa orofaring yang
mengalami inflamasi dinamakan stomatitis.
Menurut kelompok kami, stomatitis termasuk kedalam penyakit paliatif
dikarenakan stomatitis merupakan salah satu efek samping dari pengobatan kemoterapi
pada pasien paliatif seperti kanker. Stomatitis merupakan salah satu komplikasi
nonhematologik yang paling sering ditemui yang menyebabkan nyeri, nyeri telan,
perubahan pengecapan di mana lidah merasakan rasa busuk, asin, tengik, atau logam
(dysgeusia), malnutrisi, stress , personal hygiene menurun, dan juga perdarahan pada
selaput mukosa pasien sehingga dapat memperparah penyakit yang pasien derita. Serta
Terapi pada pasien kanker dapat menjadi tidak optimal karena efek samping stomatitis
ini, pada stomatitis yang berat, pasien tidak dimungkinkan untuk melanjutkan terapi dan
oleh karena itu sangat mempengaruhi keselamatan pasien.Diperkirakan kira – kira
sebanyak 40 % dari pasien yang mendapat kemoterapi mengalami stomatitis.Resiko
terjadinya stomatitis kian bertambah dengan siklus kemoterapi yang dilakukan berikutnya

B. ETIOLOGI
Berikut penyebab stomatitis yang umum terjadi:
1. Penyebab Stomatitis Herpes (Cold sore)
Disebabkan oleh infeksi virus herpes tipe 1 (HSV-1). Oleh sebab itu,
sariawan tipe ini dapat menular atau ditularkan ke orang lain melalui air liur pada
saat berbagi gelas, sendok, atau bahkan berciuman.
2. Penyebab Stomatitis Aftosa (Canker sore atau aphthous stomatitis)
Canker tidak sama dengan cancer yang merupakan tumor ganas. Canker
yang dimaksud dalam hal ini adalah luka ulkus. Stomatitis aftosa ini tidak
disebabkan oleh virus, oleh karena itu tidak bersifat menular.
Penyebab stomatitis aftosa bersifat multifaktorial atau terjadi akibat
berbagai macam sebab, biasanya karena kebersihan rongga mulut yang buruk,
adanya iritasi atau adanya kerusakan pada membran mukosa rongga
mulut.Sebagai contoh, berikut beberapa hal yang dapat menyebabkan terjadinya
aphthous stomatitis:
 Mukosa rongga mulut yang kering karena hidung tersumbat sehingga
pasien bernafas dengan mulut
 Luka pada rongga mulut, akibat tergigit, tersodok sikat gigi, atau akibat
menggunakan kawat gigi
 Respon alergi terhadap bakteri tertentu di dalam rongga mulut
 Sensitif terhadap beberapa makanan yang dapat merangsang mukosa
rongga mulut, seperti kopi, cokelat, telur, kacang-kacangan, strawberry,
dan buah-buahan lain yang asam
 Kekurangan vitamin C, vitamin B, asam folat, zat besi, atau zinc
 Penggunaan obat-obatan tertentu
 Stress
 Infeksi jamur Candida albicans
 Efek samping dari radioterapi pada pasien kanker
 Penyakit tertentu seperti celiac disease, inflammatory bowel disease,
HIV/AIDS, ataupun gangguan sistem imun

C. MANIFESTASI KLINIK
1. Masa prodromal atau penyakit 1 – 24 jam, hipersensitive dan perasaan seperti
terbakar
2. Stadium Pre Ulcerasi, adanya udema / pembengkangkan setempat dengan
terbentuknya makula pavula serta terjadi peninggian 1- 3 hari
3. Stadium Ulcerasi, pada stadium ini timbul rasa sakit terjadi nekrosis ditengah-
tengahnya, batas sisinya merah dan udema tonsilasi ini bertahan lama 1 – 16 hari.
Masa penyembuhan ini untuk tiap-tiap individu berbeda yaitu 1 – 5 minggu.
4. Gambaran klinis dari stomatitis
 Lesi bersifat ulcerasi
 Bentuk oval / bulat
 Sifat tersebar
 Batasnya jelas
 Biasa singulas (sendiri-sendiri) dan multiple (kelompok)
 Tepi merah
 Lesi dangkal
 Lesi sembuh tanpa meninggalkan jaringan parut

D. PATOFISIOLOGI
Patofisiologi mengenai stomatitis yaitu dikarenakan beberapa penyebab antara
lain kemoterapi, oral hygiene yang kurang, stress, malnutrisi, perokok berat dan juga
penyakit-penyakit misal penyakit HIV/AIDS. Yang mana penyebab-penyebab tersebut
menjadikan daerah pada selaput mukosa teriritasi sehingga menyebabkan radang pada
lidah, radang pada gusi dan juga radang pada selaput mukosa. Peradangan tersebut
menyebabkan nyeri pada mulut sehingga klien kesulitan menguyah makanan yang
menyebabkan asupan nutrisi pada klien menurun. Pada radang selaput mukosa terdapat
ulkus yang mana menyebabkan perdarahan selaput mukosa dan juga menyebabkan
personal hygiene pada klien menurun

E. PATHWAY

F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK/PENUNJANG
 Dilakukan pengolesan lesidengan toluidin biru 1% topikal dengan swab atau
kumur sedangkan diagnosa pasti menggunakan biopsi
 Pemeriksaan laboratorium
1. WBC menurun pada stimatitis sekunder
2. Pemeriksaan kultur virus : cairan vesikel dari herpes simplek stomatitis
3. Pemeriksaan kultur bakteri : eksudat untuk membentuk vincent’s
stomatitis
G. PEMERIKSAAN FISIK, SOSIAL, PSIKOLOGIS, SPIRITUAL DAN BUDAYA
1) Pengkajian Fisik
 Pemeriksaan fisik
1. Anamnesa
a. Data demografi (nama, umur, jenis kelamin, agama, alamat,
pekerjaan, pendidikan, status perkawinan, suku bangsa,
tempat lahir dll.
b. Keluhan utama
c. Riwayat penyakit sekarang
d. Riwayat penyakit masa lalu
e. Riwayat penyakit keluarga
f. Pengobatan yang pernah atau sedang dilaksanakan seperti
kemoterapi, pembedahan, radioterapi, penggunaan ARV,
pengobatan nyeri
g. Cairan dan sirkulasi, pernafasan, neurosensory, sistem
pencernaan, eliminasi, integumen, reproduksi, mobilisasi,
makan dan minum, kebutuhan hygiene, kebutuhan istirahat
tidur, komunikasi, faktor kemanan dan lingkungan, faktor
psikologis, sosial, ekonomi, kultural, spiritual
2. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum dan tingkat kesadaran
b. Tanda –tanda Vital
c. Pemeriksaan head to toe
d. Pemeriksaan Khusus pada kasus paliatif
(luka, stoma, dekubitus, edema ekstremitas, edema
anasarka, asites, kaheksia, delirium, nausea)
3. Menganalisa hasil pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan darah lengkap
b. Foto thorax untuk menilai kondisi jantung dan paru
c. USG untuk menilai adanya massa atau kelainan organ
d. Biopsi untuk mendeteksi adanya keganasan
e. Pemeriksaan penunjang lain

 Pengkajian Nyeri
Pada pasien paliatif melihat skala nyeri dapat menggunakan kuesioner
nyeri yaitu SOCRATES yang mana antara lain:
1. Site of pain : di daeram mana nyeri tersebut dirasakan
2. Onset : kapan nyeri tersebut terjadi
3. Character : bagaimana tipe nyeri yang dirasakan pasien
4. Radiation : apakah nyeri tersebut menyebar di bagian tubuh
lain, jika menyenbar pada daerah mana
5. Associated features : apakah saat nyeri terjadi kadang disertai
gejala lain
6. Timing : apakah nyeri semakin parah pada waktu-waktu
tertentu
7. Exacebating and relieving factor : apa yang menyebabkan
nyeri tersebut semakin parah/buruk
8. Severity : apakah skala nyeri tersebut mengalami perubahan
Instrumen yang digunakan untuk pengkajian nyeri antara lain :
1. Numerical rating scale
2. BPS (Behavioral pain scale)
3. Visual analog scale

 Pengkajian Dispnea
Untuk melakukan pengkajian dispnea dapat menggunakan RDOS (the
respiratory distress observation scale) yang mana Semakin tinggi skor hasil
pengukuran maka semakin tinggi intensitas distress pernafasan pasien.
Petunjuk penggunaan RDOS sebagai berikut :
1. Tidak dapat digunakan pada pasien yang mampu melaporkan kondisi
dyspnea
2. Digunakan untuk pasien dewasa
3. Tidak bisa digunakan untuk pasien yang paralisis atau pasien yang
mendapat obat agen penghambat neuromuscular
4. Hitung nadi, RR

 Pengkajian Fatigue
Fatigue adalah hilang energi atau tenaga untuk melakukan aktifitas
ringan, kelemahan dan kelelahan. Fatigue pada pasien kanker memiliki
presentase 60-90%.
Ada beberapa kriteria Fatigue antara lain :
 Gejala fatik yang dirasakan hampir setiap hari dalam kurun 2 minggu
terakhir
 Menyatakan akan adanya kelemahan yang bersifat umum atau tungkai
terasa berat
 Kemampuan berkonsetrasi ataupun perhatian semakin berkurang
 Menurunnya motivasi atau keinginan untuk melakukan kegiatan rutin
 Insomnia atau hypersomnia
 Pasien merasa tidak segar saat terbangun dari tidur
 Mengalami kesulitan untuk mengatasi kondisi ketidakaktifan
 Ditandai dengan reaktifemosional yang mengakibatkan pasien merasa
fatik seperti kesedihan, frustasi, dan iritabilitas
 Mengalami kesulitan untuk menyelesaikan aktifitas rutin rumah tangga
 Mengalami masalah terkait memori jangka pendek
 Merasakan ketidaknyamanan dalam beberapa jam setelah melakukan
latihan fisik atau aktifitas

 Gambaran dari Delirium


 Adanya perubahan tingkat kesadaran dan kewaspadaan
 Adanya perubahan tingkat perhatian
 Secara klinis kejadiannya dapat berlangsung secara cepat dan
berfluktuasi,dan timbulnya gejala yang tiba-tiba dan tidak dapat
diperkirakan atau diharapkan
 Disorientasi
 Perubahan kognitif seperti gangguan memori,apraksia,agnosia,disfungsi
visual-spasial,gangguan atau perubahan dalam berbahasa
 Terjadinya peningkatan atau penurunan aktifitas motorik
 Terjadi perubahan siklus tidur dan terjaga
 Gejala terkait mood seperti depresi dan mood yang labil
 Gangguan persepsi seperti halusinasi,ilusi atau delusi
 Proses pikir yang tidak terstruktur dan terorganisir dengan baik
 Berbicara dengan tidak koheren
 Kemungkinan ditemukan gejala terkait gangguan saraf seperti asteriksis,
mioklonus, tremor,dan terjadi perubahan tonus otot

2) Pemeriksaan Sosial
a. Pengaruh media
b. Gender
c. Kekuasaan atau pengambilan keputusan dalam keluarga
d. Kelas sosial
e. Gambaran tingkat pendidikan
f. Ras dan etnis
g. Kaji status sosial ekonomi pasien
h. Pola kesehatan dan pengalaman sakit
i. Hubungan dengan tenaga medis
j. Hubungan dengan orang lain
k. Sistem dukungan sosial
l. Peran dalam keluarga

3) Pemeriksaan Psikologis
Untuk melakukan pengajian psikologis pasien dapat menggunakan The
hospital anxiety and depression scale (HADS) yang mana digunakan untuk
menentukan tingkat kecemasan dan depresi yang dialami seseorang.
a. Depresi tdk tertangani  isolasi sosial
b. Depresi tdk tertangani  gejala fisik dan psikis
c. Depresi tdk tertangani  gejala dpt menjadi lebih buruk dibandingkan
penyakitnya
d. Mencegah pasien dari ketidakmampuan pasien utk menyelesaikan
urusannya

4) Pemerikasaan Spritual
a. Spiritual belief sistem : Sistem kepercayaan spiritual , Afiliasi keagamaan
seseorang
b. Personal spirituality : Spiritualitas individu, Mencakup kepercayaan dan
praktik keagamaan yg dilakukan pasien atau keluarga
c. Integration with a spiritual community : Integrasi dg sebuha komunitas
spiritual , Mencakup peran individu dalam kelompok spiritual
d. Ritualised practices and restriction : Praktik ritual yang dijalankna dan
pantangan yang diyakini
e. Implication for medical care : Dampak terhadap perawatan dan
pengobatan
f. Terminal events planning : Perencanaan mengenai kejadian yang akan
datang atau kemungkinan yg terjadi di masa menjelang akhir kehidupan

5) Pemeriksaan budaya
a. Mengidentifikasi tempat kelahiran pasien
b. Menanyakan mengenai pengalaman migrasi pasien
c. Determinasi mengenai tingkat identitas budaya atau etnis pasien
d. Mengevaluasi tingkat akulturasi pasien terhadap budaya lokal tempat
pasien berdomisili
e. Mengidentifikasi kemampuan pasien menggunakan jaringan informal dan
sumber-sumber untuk mendukung dalam kegiatan di komunitas
f. Menelusuri bahasa utama dan bahasa kedua yang digunakan oleh pasien
dan keluarga
g. Mengidentifikasi penentu dan pembuat keputusan apakah pasien, keluarga
atau suatu unit sosial
h. Gambaran pola komunikasi pasien baik verbal maupun non verbal
i. Kaji perilaku nilai dna kepercayaan dalam hubungannya dengan penyakit
maupun kondisi kesehatan pasien
j. Kaji tentang nilai dalam pengobatan komplementer
H. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

1) Identitas ( Data Biografi)

Stomatitis dapat menyerang semua umur, mayoritas antara 20-40 tahun


lebih cenderung pada wanita, kelompok sosial ekonomi tinggi, penderita stres,
atau mempunyai riwayat sariawan pada keluarga.

2) Riwayat sakit dan Kesehatan

a. Keluhan utama rasa nyeri di mulut

b. Riwayat kesehatan sekarang

Stomatitis bisa terjadi pada seseorang karena intoleransi dengan


pasta gigi, penyakit yang beresiko menimbulkan stomatitis, misalnya
faringitis, panas dalam, mengkonsumsi makanan yang berlemak , kurang
vitamin C, vitamin B12 dan mineral.

c. Riwayat penyakit dahulu

Pernah menderita penyakit infeksi yang menyebabkan sistem imun


menurun sehingga lebih mudah terkena stomatitis.

d. Riwayat penyakit keluarga.

Kaji apakah ada riwayat penyakit keluarga yang bisa menyebabkan


terjadinya stomatitis.Ada juga teori yang menyebutkan bahwa penyebab
utama dari SAR (Stomatitis Aftosa Rekuren) atau sariawan adalah
keturunan.Beberapa penelitian menunjukkan bahwa anak-anak yang orang
tuanya menderita SAR lebih rentan untuk mengalami SAR juga.

e. Pengkajian Psikososial

sterss, gaya hidup (alkohol, perokok) serta kaji fungsi dan penampilan
dari rongga mulut terhadap body image dan sex.

f. Pengkajian lingkungan rumah dan komunitas

lingkungan yang panas, dan sanitasi yang buruk.

g. Riwayat nutrisi
kurang mengkonsumsi makanan yang mengandung vitamin C, vitamin
B12, mineral, dan zat besi serta pola makan yang buruk, misalnya hanya
mengkonsumsi karbohidrat dan protein saja.

h. Riwayat pertumbuhan perkembangan

 Pasien yang menderita stomatitis akan lebih lama sembuhnya


dikarenakan kondisi fisik yang lemah sebagai akibat intake nutrisi
yang kurang ( energi/kalori yang diperlukan tidak mencukupi
dalam proses penyembuhan).

 Penurunan berat badan Biasanya pasien yang menderita stomatitis


mengalami penurunan berat badan karena intake nutrisi yang
kurang.

3) Pemeriksaan fisik

a. Keadaan umum       : lemah.


b. TTV :    
 Tekanan Darah  : dalam batas normal
 Suhu                  : suhu tubuh tinggi, lebih dari 37o C (normal 36o C-
37o C)
 Nadi                  : takikardi
 RR                     : dalam batas normal (normal 20-50 x/mnt)
c. Pemeriksaan Fisik (Head to Toe)
1) Kepala dan leher
Inspeksi :pada wajah ,rambut, mata, hidung, telinga, mulut dan lidah
Palpasi   : ada nyeri tekan (respon nyeri)
2) Dada
Inspeksi      : simetris, tidak terdapat tarikan otot bantu pernafasan
Palpasi        : denyutan jantung teraba cepat, badan terasa panas, nyeri
tekan (-)
Perkusi       :  Jantung    : dullness
                     Paru         : sonor
Auskultasi  : tidak terdengar suara ronchi
                      tidak terdengar bunyi wheezing
3) Abdomen
Inspeksi   : datar
Palpasi     : tidak terdapat nyeri tekan
Perkusi     : timpani
Auskultasi : ada bising usus
4) Kulit
Turgor kurang, pucat, kebiruan.
5)  Ekstremitas
Tidak terdapat udem pada pada daerah extremitas

d. Pemeriksaan Sosial
1. Pengaruh media
2. Gender
3. Kekuasaan atau pengambilan keputusan dalam keluarga
4. Kelas sosial
5. Gambaran tingkat pendidikan
6. Ras dan etnis
7. Kaji status sosial ekonomi pasien
8. Pola kesehatan dan pengalaman sakit
9. Hubungan dengan tenaga medis
10. Hubungan dengan orang lain
11. Sistem dukungan sosial
12. Peran dalam keluarga

e. Pemeriksaan Psikologis
Untuk melakukan pengajian psikologis pasien dapat
menggunakan The hospital anxiety and depression scale (HADS) yang
mana digunakan untuk menentukan tingkat kecemasan dan depresi yang
dialami seseorang.
1. Depresi tdk tertangani  isolasi sosial
2. Depresi tdk tertangani  gejala fisik dan psikis
3. Depresi tdk tertangani  gejala dpt menjadi lebih buruk
dibandingkan penyakitnya
4. Mencegah pasien dari ketidakmampuan pasien utk menyelesaikan
urusannya

f. Pemerikasaan Spritual
1. Spiritual belief system (Sistem kepercayaan spiritual)
Afiliasi keagamaan seseorang
2. Personal spirituality (Spiritualitas individu)
Mencakup kepercayaan dan praktik keagamaan yg dilakukan
pasien atau keluarga
3. Integration with a spiritual community (Integrasi dg sebuha
komunitas spiritual)
Mencakup peran individu dalam kelompok spiritual
4. Ritualised practices and restriction
Praktik ritual yang dijalankna dan pantangan yang diyakini
5. Implication for medical care
Dampak terhadap perawatan dan pengobatan
6. Terminal events planning
Perencanaan mengenai kejadian yang akan datang atau
kemungkinan yg terjadi di masa menjelang akhir kehidupan

g. Pemeriksaan budaya
1. Mengidentifikasi tempat kelahiran pasien
2. Menanyakan mengenai pengalaman migrasi pasien
3. Determinasi mengenai tingkat identitas budaya atau etnis pasien
4. Mengevaluasi tingkat akulturasi pasien terhadap budaya lokal tempat
pasien berdomisili
5. Mengidentifikasi kemampuan pasien menggunakan jaringan
informal dan sumber-sumber untuk mendukung dalam kegiatan di
komunitas
6. Menelusuri bahasa utama dan bahasa kedua yang digunakan oleh
pasien dan keluarga
7. Mengidentifikasi penentu dan pembuat keputusan apakah pasien,
keluarga atau suatu unit sosial
8. Gambaran pola komunikasi pasien baik verbal maupun non verbal
9. Kaji perilaku nilai dna kepercayaan dalam hubungannya dengan
penyakit maupun kondisi kesehatan pasien
10. Kaji tentang nilai dalam pengobatan komplementer

4) Diagnosa Keperawatan

a. Perubahan membran mukosa oral berhubungan dengan proses peradangan


(inflamasi)

b. Nyeri berhubungan dengan kerusakan membran mukosa oral

c. Risiko kekurangan nutrisi berhubungan dengan perubahan mucosa oral


penurunan keinginan untuk makan sekunder akibat rasa nyeri di mukosa
mulut.

5) Intervensi keperawatan

a. Diagnosa Keperawatan : Perubahan mukosa oral berhubungan dengan


proses peradangan (inflamasi)

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan mukosa oral kembali


normal dan lesi berangsur sembuh.
Kriteria Hasil :

 Mukosa oral kembali normal (tidak bengkak dan hiperemi)

 Lesi berkurang dan berangsur sembuh.

 Membran mukosa oral lembab

Intervensi keperawatan

 Mandiri :

 Pantau aktivitas klien, cegah hal-hal yang bisa memicu


terjadinya stomatitis (oral hygene yang buruk, kurang
vitamin C, kondisi stres, makanan/minuman yang terlalu
panas dan pedas)

 Kaji adanya komplikasi akibat kerusakan membran mukosa


oral

 Kolaborasi :

 Kolaborasi pemberian antibiotik dan obat kumur

 Health education :

 Menghindari makanan dan obat-obatan atau zat yang dapat


menimbulkan reaksi alergi pada rongga mulut.

 Ajarkan oral hygene yang baik

 Observasi :

 Catat adanya kerusakan membran mukosa ( bengkak,


hiperemi/kemerahan)

 Personal hygene yang buruk, asupan nutrisi yang kurang


vitamin C, kondisi psikologis (stres) merupakan pemicu
terjadinya stomatitis

 Stomatitis bisa mengakibatkan komplikasi yang lebih parah


jika tidak segera ditangani

 Antibiotik digunakan untuk mengobati infeksi dan obat


kumur bisa menghilangkan kuman-kuman di mulut
sehingga bisa mencegah terjadinya infeksi lebih lanjut.
 Reaksi alergi bisa menimbulkan infeksi

 Oral hygene yang baik bisa meminimalisir terjadinya


stomatitis

 Membran mukosa yang bengkak dan hiperemi adalah


indikasi adanya peradangan

b. Diagnosa Keperawatan :ketidakseimbangan kebutuhan nutrisi


berhubungan dengan penurunan keinginan untuk makan sekunder akibat
rasa nyeri di mukosa mulut.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan nafsu makan timbul


kembali dan status nutrisi terpenuhi.

Kriteria Hasil :

 Status nutrisi terpenuhi

 nafsu makan klien timbul kembali

 berat badan normal

 jumlah Hb dan albumin normal

Intervensi keperawatan

 Mandiri :

 Beri nutrisi dalam keadaan lunak. Porsi sedikit tapi sering ,

 pantau Berat badan tiap hari,

 Kolaborasi :

 Kolaborasi pemasangan NGT jika klien tidak dapat makan


dan minum peroral

 Kolaborasi dengan ahli gizi dalam diet

 Health education :

 Berikan informasi tentang zat-zat makanan yang sangat


penting bagi keseimbangan metabolisme tubuh

 Observasi :

 Catat kebutuhan kalori yang dibutuhkan


 Monitor Hb dan albumin

 Makanan yang lunak meminimalkan kerja mulut dalam


mengunyah makanan.

 Nutrisi meningkat akan meningkatkan berat badan

Agar nutrisi klien tetap terpenuhi

 Tubuh yang sehat tidak mudah untuk terkena infeksi


(peradangan)

 Adanya kalori (sumber energi) akan mempercepat proses


penyembuhan

 Indikasi adekuatnya protein untuk sistem imun

c. Diagnosa Keperawatan : Nyeri berhubungan dengan kerusakan membran


mukosa oral

Tujuan : Membran mukosa oral kembali normal

Kriteria Hasil :

 Hilangnya rasa sakit dan perih di mukosa mulut

 Tidak bengkak dan hiperemi

 Suhu badan normal

Intervensi keperawatan

 Mandiri :

 Memberikan makanan yang tidak merangsang, seperti


makanan yang mengandung zat kimia

 Menghindari makanan yang terlalu panas dan terlalu dingin

 Menghindari pasta gigi yang merangsang

 Menghindari luka pada mulut saat menggosok gigi atau


saat menggigit makanan

 Kolaborasi :

 Kolaborasi pemberian analgesic dan kortikosteroid


 Health education :

 Beri penjelasan tentang faktor penyebab

 Menganjurkan klien untuk memperbanyak mengkonsumsi


buah dan sayuran terutama vitamin B12, Vitamin C dan zat
Besi

 Observasi :

 Monitor kandungan vitamin C, vitamin B12, zat besi dan


mineral

 Kaji status nutrisi

 Makanan yang merangsang, terlalu panas dan terlalu


dingin, serta pasta gigi yang merangsang dapat
menimbulkan nyeri di bagian yang sariawan

 Analgesic dapat mengurangi rasa nyeri Dan kotikosteroid


untuk mengurangi peradangan.

 Jika klien mengetahui factor penyebab maka klien dapat


mencegah hal tersebut terjadi kembali.

 Sayuran, Vitamin B 12, Vitamin C dan zat besi dapat


mencegah terjadinya sariawan.

 Adanya vitamin C, vitamin B12, zat besi, dan mineral


merupakan faktor yang dapat mencegah terjadinya
stomatitis

 Nutrisi yang meningkat akan mempercepat proses


penyembuhan
I. KASUS PASIEN STOMATITIS
An. S (perempuan) berusia 15 tahun masuk RS pada tanggal 12 April 2016
rencana akan Prokemoterapi. Sesuai pemeriksaan patologi anatomi massa jaringan
intraabdomen dan pemeriksaan USG abdomen menunjukkan gambaran tumor willms,
ginjal kanan membesar dengan massa besar gerutama pole bawah. Sejak 1 sepember
2015 klien mulai kemoterapi protokol tumor willms.Pengkajian dilakukan pada tanggal
13 April 2016. Data yang diperoleh antara lain kesadaran penuh, frekuensi pernapasan
24x/menit, frekuensi nadi 120x/menit, suhu badan 36,7ºC, tekanan darah 90/67
mmHg.Pemeriksaan fisik tampak perut membuncit, berat badan 24 kg , tinggi badan 135
cm , lingkar lengan atas 17 cm. Sejak sakit klien mengalami penurunan berat badan ±6kg,
status gizi buruk. Ibu mengatakan nafsu makan anaknya menurun dikarenakan nyeri dan
perih di daerah mulut. Pada kulit perut tampak eritema bekas garukan, adanya ulserasi di
membran mukosa oral, bibir pecah-pecah, rasa kering, suatu sensasi rasa luka atau
terbakar. Membran mukosa tampak bengkak bengkak dan kemerahan. Klien
mengeluhkan nyeri pada saat mengunyah makanan.pada malam hari pasien rewel
mengeluhkan nyeri pada mulutnya. Hasil pemeriksaan laboratorium hemoglobin 10,6
g/dl, hematokrit 32,3%, albumin 2,7 gr/dl. klien berasal dari suku jawa dengan status
sosial ekonomi keluarga mampu. Yang biasa dalam mengambil keputusan adalah ayah
dari klien. Klien mengalami kecemasan akibat penyakit yang ia derita tidak kunjung
sembuh. Klien beraga islam, klien sangat rajin dalam beribadah meskipun hanya dengan
berbaring di bed. Dan klien hanya dapat berserah diri kepada sang pencipta atas apa yang
akan terjadi dengannya dikemudian hari. Dahulu klien dilahirkan di salah satu rumah
sakit yang tidak jauh dari tempat tinggalnya. Bahasa yang digunakan klien dan keluarga
yaitu bahasa jawa dan bahasa indonesia.
A. Pengkajian
1. Identitas ( Data Biografi)

An. S (perempuan) berusia 15 tahun, status sosial ekonomi keluarga


tinggi, klien menderita tumor willms, dan menderita stomatitis akibat efek
samping dari kemoterapi yang ia jalani.

2. Riwayat sakit dan Kesehatan


a. Keluhan utama rasa nyeri di mulut
b. Riwayat kesehatan sekarang
Sesuai pemeriksaan patologi anatomi massa jaringan intraabdomen dan
pemeriksaan USG abdomen menunjukkan gambaran tumor willms, ginjal
kanan membesar dengan massa besar gerutama pole bawah. Serta adanya
ulserasi di membran mukosa oral. Membran mukosa tampak bengkak
bengkak dan kemerahan
c. Riwayat penyakit dahulu : Tidak ada
d. Riwayat penyakit keluarga. : tidak ada
e. Pengkajian Psikososial
Klien mengalami kecemasan akibat penyakit yang ia derita, gaya hidup
klien sehat , klien sulit untuk membuka mulut karena terdapat ulserasi
pada membran mukosa oralnya
f. Pengkajian lingkungan rumah dan komunitas

lingkungan yang panas, dan sanitasi yang buruk.

g. Riwayat nutrisi : kekurangan gizi


h. Riwayat pertumbuhan perkembangan
Klien mengalami penurunan berat badan selama sakit ±6kg akibat dari
menurunnya nafsu makan

3. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum       : lemah.
b. TTV
 Tekanan Darah  : 90/67 mmHg
 Suhu                  : 36,7ºC,
 Nadi                  : 120x/menit
 RR                     : 24x/menit
c.  Pemeriksaan Fisik (Head to Toe)
1)      Kepala dan leher
 Inspeksi :
 Wajah       :  simetris,
 Rambut    : lurus dan distribusi tidak merata
 Mata         : pupil miosis, konjungtiva anemis
 Hidung     : tidak terdapat pernafasan cuping hidung
 Telinga     : bersih
 Mulut       : mukosa bibir agak kering, terdapat lesi pada
rongga mulut, bercak putih, warna lidah merah dan
keputihan karena peradangan. Kulit didalam rongga
mulut tampak bengkak dan kemerahan
 Lidah       : Mukosa mulut mengalami peradangan dan
ada lesi, bibir pecah-pecah, rasa kering, suatu sensasi
rasa luka atau terbakar pada daerah lidah, hipersarivasi.
 Palpasi   : ada nyeri tekan (respon nyeri)
2) Dada
 Inspeksi      : simetris, tidak terdapat tarikan otot bantu
pernafasan
 Palpasi        : denyutan jantung teraba cepat, badan terasa
panas, nyeri tekan (-)
 Perkusi       :  Jantung    : dullness
                      Paru         : sonor
 Auskultasi  : tidak terdengar suara ronchi
                   tidak terdengar bunyi wheezing
3) Abdomen
 Inspeksi   : buncit
 Palpasi     : nyeri tekan
 Perkusi     : timpani
 Auskultasi : ada bising usus
4) Kulit : Turgor kurang, pucat, kebiruan
5)  Ekstremitas : Tidak terdapat udem pada pada daerah extremitas

4. Pemeriksaan Sosial : klien berasal dari suku jawa dengan status sosial
ekonomi keluarga mampu. Yang biasa dalam mengambil keputusan adalah
ayah dari klien.

5. Pemeriksaan Psikologis : Klien mengalami kecemasan akibat penyakit yang


ia derita tidak kunjung sembuh.

6. Pemerikasaan Spritual : Klien beraga islam, klien sangat rajin


dalam beribadah meskipun hanya dengan berbaring di bed. Dan klien hanya
dapat berserah diri kepada sang pencipta atas apa yang akan terjadi dengannya
dikemudian hari.

7. Pemeriksaan budaya : Dahulu klien dilahirkan di salah satu rumah sakit


yang tidak jauh dari tempat tinggalnya. Bahasa yang digunakan klien dan
keluarga yaitu bahasa jawa dan bahasa indonesia.
B. Analisa data

No Data etiologi masalah


1 Ds : Nyeri
pasien mengatakan bahwa kerusakan dan
merasa nyeri di daerah rongga inflamasi membrane
mulut. mukosa mulut
Do : ↑
terdapat luka pada daerah rongga Infeksi local pada
mulut mulut, orofaring

2 Ds : Nafsu makan Resiko


Ibu klien mengatakan bahwa menurun ketidakseimbangan
pasien jarang makan karena ↑ nutrisi kurang dari
nyeri dan perih di daerah mulut Nyeri dan perih pada kebutuhan tubuh
Do : mulut
pasien terlihat lebih kurus dari
sebelumnya.

3 Ds : ibu klien mengatakan Nyeri tak terkontrol Gangguan pola


bahwa pasien sering rewel pada ↑ tidur
malam hari Kerusakan dan
inflamasi membrane
Do : pasien tidak mau tidur mukosa

C. Diagnosa keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan lesi (kerusakan membran mukosa)
2. Resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan nyeri pada mukosa mulut
3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri yang tidak terkontrol
D. Intervensi keperawatan

N Tujuan dan kriteria hasil Intervensi


o
1 Setelah dilakukan tindakan Mandiri :
keperawatan selama 3x24 jam,  nyeri  Memberikan makanan yang tidak
pada klien dapat berkurang atau merangsang, seperti makanan yang
hilang dengan kriteria hasil: mengandung zat kimia
o Hilangnya rasa sakit dan  Menghindari makanan yang terlalu
perih di mukosa mulu panas dan terlalu dingin
o Lesi berkurang dan  Menghindari pasta gigi yang
merangsang
berangsur sembuh
 Menghindari luka pada mulut saat
o Membran mukosa oral
menggosok gigi atau saat menggigit
lembab makanan
o Tidak bengkak dan Kolaborasi :
hiperemi  Kolaborasi pemberian analgesic dan
o Suhu badan normal kortikosteroid
Health education :
 Beri penjelasan tentang faktor
penyebab
 Menganjurkan klien untuk
memperbanyak mengkonsumsi
buah dan sayuran terutama vitamin
B12, Vitamin C dan zat Besi
Observasi :
 Monitor kandungan vitamin C,
vitamin B12, zat besi dan mineral
 Kaji status nutrisi
 Makanan yang merangsang, terlalu
panas dan terlalu dingin, serta pasta
gigi yang merangsang dapat
menimbulkan nyeri di bagian yang
sariawan
 Analgesic dapat mengurangi rasa
nyeri Dan kotikosteroid untuk
mengurangi peradangan.
 Jika klien mengetahui factor
penyebab maka klien dapat
mencegah hal tersebut terjadi
kembali.
 Sayuran, Vitamin B 12, Vitamin C
dan zat besi dapat mencegah
terjadinya sariawan.
 Adanya vitamin C, vitamin B12, zat
besi, dan mineral merupakan faktor
yang dapat mencegah terjadinya
stomatitis
 Nutrisi yang meningkat akan
mempercepat proses penyembuhan

2 Setelah dilakukan tindakan Mandiri :


keperawatan selama 1 x 24 jam  Beri nutrisi dalam keadaan lunak.
diharapkan nafsu makan timbul Porsi sedikit tapi sering ,
kembali dan status nutrisi terpenuhi.  pantau Berat badan tiap hari,
Kriteria Hasil : Kolaborasi :
 Status nutrisi terpenuhi  Kolaborasi pemasangan NGT jika
 nafsu makan klien timbul kembali klien tidak dapat makan dan minum
 berat badan normal peroral
 jumlah Hb dan albumin normal  Kolaborasi dengan ahli gizi dalam
diet
Health education :
 Berikan informasi tentang zat-zat
makanan yang sangat penting bagi
keseimbangan metabolisme tubuh
Observasi :
 Catat kebutuhan kalori yang
dibutuhkan
 Monitor Hb dan albumin
 Makanan yang lunak meminimalkan
kerja mulut dalam mengunyah
makanan.
 Nutrisi meningkat akan
meningkatkan berat badan
Agar nutrisi klien tetap terpenuhi
 Tubuh yang sehat tidak mudah
untuk terkena infeksi (peradangan)
 Adanya kalori (sumber energi) akan
mempercepat proses penyembuhan
 Indikasi adekuatnya protein untuk
sistem imun

3 Setelah dilakukan perawatan 2x 24 Mandiri


jam pasien Kebutuhan tidur dan  Ciptakan suasana yang
istirahat terpenuhi mendukung, suasana tenang
dengan kriteria hasil: dengan mengurangi kebisingan.
 pasien yang rentan tidak Kolaborasi
mengalami penyakit Klien  Kolaborasi dengan dokter untuk
mampu beristirahat / tidur pemberian obat yang dapat
dalam waktu yang cukup. membuat klien tertidur
 Pasien mengungkapan sudah Health education
bisa tidur  Jelaskan pada klien dan
  Pasien mampu menjelaskan keluarga penyebab gangguan
faktor penghambat tidur. tidur
 Beri kesempatan klien untuk
mengungkapkan penyebab
gangguan tidur
Observasi
 Pantau kembali kondisi pasien
untuk asuhan selanjutnya
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Stomatitis adalah peradangan dari mukosa mulut yang bisa disebabkan oleh
berbagai macam hal seperti contoh kebersihan gigi dan rongga mulut yang buruk.
Stomatitis biasanya berupa ulserasi berwarna putih kekuningan dengan dasar berwarna
kuning yang dapat berjumlah tunggal maupun lebih dari satu dan bersifat rekuren.
Stomatitis termasuk kedalam penyakit paliatif dikarenakan stomatitis merupakan
salah satu efek samping dari pengobatan kemoterapi pada pasien paliatif seperti kanker.
Stomatitis merupakan salah satu komplikasi nonhematologik yang paling sering ditemui
yang menyebabkan nyeri, nyeri telan, perubahan pengecapan di mana lidah merasakan
rasa busuk, asin, tengik, atau logam (dysgeusia), malnutrisi, stress , personal hygiene
menurun, dan juga perdarahan pada selaput mukosa pasien sehingga dapat memperparah
penyakit yang pasien derita.

B. SARAN
Penulis tentunya masih menyadari jika makalah diatas masih terdapat banyak
kesalahan dan jauh dari kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki makalah tersebut
dengan berpedoman pada banyak sumber serta kritik yang membangun dari para
pembaca.
DAFTAR PUSTAKA

Inayah, Lin. 2004. Asuhan keperawatan medikal - bedah, Edisi - 1. Salemba Medika :
Jakarta

Muttaqin dan Sari.2011.Gangguan Gastrointestinal aplikasi asuhan keperawatan


medikal bedah,Salemba Medika: Jakarta

Potter,P.A.,& Perry,A.G.(2005). Fundamental Keperawatan.Ed.4,Vol.1.Jakarta:EGC

Anda mungkin juga menyukai