Anda di halaman 1dari 18

PENGKAJIAN MATA

D
I
S
U
S
U
N
OLEH :

Fahrini syafitri
170204019

Dosen Pengajar :
Ns. Amila, M.Kep, Sp.KMB

PROGRAM STUDI NERS


FAKULTAS FARMASI DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
T.A 2020
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG


Angka kebutaan dan gangguan penglihatan di Indonesia terus mengalami
peningkatan dengan prevalensi 1,5 persen dan tertinggi dibandingkan negara-
negara Asia seperti India sebesar 0,7 persen dan Thailand 0,3 persen. Hasil
Survei Kesehatan Indera tahun 1993-1996 menunjukkan angka kebutaan
meningkat dari 1,2 persen pada tahun 1982 menjadi 1,5 persen.
Diperkirakan sebanyak empat juta orang dewasa dan anak mengalami
kebutaan di Indonesia dan hal tersebut memprihatinkan karena seharusnya 90
persen kebutaan dapat ditanggulangi dengan pencegahan atau pengobatan. 
Mata merupakan salah satu organ sensori dan persepsipada manusia. Mata
adalah organ yang mengandung reseptor penglihatan, menyediakan visi 
dengan bantuan dari organ aksesori. Organ aksesori ini terdiri dari kelopak
mata dan appartus lakrimal, yang mana melindungi  mata dan seperangkat
otot ekstrinsik yang mana menggerakkan mata. Lapisan pelindung luar
bola mata yaitu sklera, dimodifikasi dibagian anterior untuk membentuk
kornea yang tembus pandang yang akan dilalui berkas sinar yang akan masuk
ke mata. Di bagian dalam sklera  terdapat lapisan koroid yang mengandung
banyak pembuluh darah yang memberi makan struktur-struktur dalam bola
mata.

1.2 RUMUSAN MASALAH


Bagaimana pengkajian pada system sensori persepsi : pengelihatan?
1.3 TUJUAN
a. Untuk mengetahui anatomi mata
b. Untuk mengetahui proses melihat
c. Untuk mengetahui pengkajian pada mata
d. Untuk mengetahui kelainan dan gangguan pada mata
e. Untuk mengetahui cara melakukan pemeriksaan fisik pada mata

1.4 MANFAAT
 Sebagai acuan dalam melakukan pengkajian pada mata
 Sebagai referensi dalam melakukan pemeriksaan fisik mata
 Menambah wawasan bagi pembaca
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 ANATOMI MATA


Organ luar :
 Bulu mata
 Alis mata
 Kelopak mata

Organ dalam : Bagian-bagian pada organ mata bekerjasama mengantarkan


cahaya dari sumbernya menuju ke otak untuk dapat dicerna oleh sistem saraf
manusia. Bagian-bagian tersebut adalah:
 Kornea Merupakan bagian terluar dari bola mata yang menerima
cahaya dari sumber cahaya.
 Pupil dan Iris : dari kornea, cahaya akan diteruskan ke pupil. Pupil
menentukan kuantitas cahaya yang masuk ke bagian mata yang lebih
dalam. Pupil mata akan melebar jika kondisi ruangan yang gelap, dan
akan menyempit jika kondisi ruangan terang. Lebar pupil dipengaruhi
oleh iris di sekelilingnya.Iris berfungsi sebagai diafragma. Iris inilah
terlihat sebagai bagian yang berwarna pada mata.
 Lensa mata Lensa mata menerima cahaya dari pupil dan
meneruskannya pada retina. Fungsi lensa mata adalah mengatur fokus
cahaya, sehingga cahaya jatuh tepat pada bintik kuning retina. Untuk
melihat objek yang jauh (cahaya datang dari jauh), lensa mata akan
menipis. Sedangkan untuk melihat objek yang dekat (cahaya datang
dari dekat), lensa mata akan menebal.
 Retina adalah bagian mata yang paling peka terhadap cahaya,
khususnya bagian retina yang disebut bintik kuning. Setelah retina,
cahaya diteruskan ke saraf optik.
 Saraf optik : saraf yang memasuki sel tali dan kerucut dalam retina,
untuk menuju ke otak.
2.2 PROSES MELIHAT
Apabila ada rangsang cahaya masuk
ke mata maka rangsang tersebut akan
diteruskan mulai dari kornea, aqueous
humor, pupil, lensa, vitreous humor
dan terakhir retina. Kemudian akan
diteruskan ke bagian saraf penglihat
atau saraf optik yang berlanjut dengan
lobus osipital sebagai pusat penglihatan pada otak besar. Bagian lobus
osipital kanan akan menerima rangsang dari mata kiri dan sebaliknya lobus
osipital kiri akan menerima rangsang mata kanan. Di dalam lobus osipital ini
rangsang akan diolah kemudian diinterpretasikan. Sehingga apabila
seseorang mengalami kecelakaan dan mengalami kerusakan lobus osipital ini
maka dia akan mengalami buta permanen, walaupun bola matanya sehat.

2.3 PENGKAJIAN PADA MATA


Pengkajian pada mata meliputi :
1) Pengkajian riwayat
2) Pemeriksaan fisik

Pengkajian riwayat
a. Riwayat oftalmik
 PQRST (provokatif, qualitative, region, scale, time)
 Informasi yang harus didapat meliputi :
 Upaya keamanan dan alas an melakukan pemeriksaan
mata
 Penggunaan obat mata
 Penggunaan alat bantu pengelihatan
 Keluhan : fotophobia, nyeri kepala, pusing, mata gatal,
pengelihatan kabur, penurunan visus, pengelihatan
dobel, penurunan lapang pandang dll.
b. Riwayat medis
Penyakit lain yang sering bermanifestasi pada mata :
 Hipertensi
 Diabetes mellitus
 Penggunaan obat-obatan mata tanpa resep
 Riwayat pembedahan mata
c. Riwayat psikososial
 Mencakup kondisi psikis saat terjadi perubahan visus atau
gangguan pada mata
 System adaptasi yang digunakan
 Kaji kecemasan, harga diri, perubahan persepsi dan perasaan
ketergantungan klien
d. Riwayat social ekonomi
 Kebiasaan membaca
 Penggunaan computer
 Lingkungan pabrik dengan banyak asap
 Papran sinar ultraviolet yang berlebih
 Pekerjaan
Pemeriksaan fisik mata
Pemeriksaan fisik mata bertujuan untuk mengetahui bentuk dan fungsi
mata apakah dalam keadaan normal atau tidak. Pemeriksaan bisa
dilakukan dengan
a. Inspeksi kelopak mata, bentuk bola mata, konjungtiva, sklera, pupil
bandingkan mata kanan dan kiri
 bengkak : penyakit jantung, anemia, hipertiroid
 benjol (bengkak dengan batas tegas) : tumor
 ekstropion (kelopak mata melipat kearah luar),entropion
(kelopak mata melipat kearah dalam) : tumorkelopak mata
 pseudoptosis (kelopak sulit terangkat) : edema
 ptosis ( kelopak mata jatuh) : sinilis
 benjolan merah di kelopak mata : hordeolumb.
b. Inspeksi iris
 warna agak putih : atrofi (biasanya pada penderita DM,lansia )
 warna kemerahan : iridisc.
c. Inspeksi kornea
 cincin abu-abu dipinggir luar : arkus sinilis
 edema kornea/keruh/menebal : infeksi
 kornea tampak lembek dan menonjol : keratomalasiad.
d. Inspeksi pupil dan lensa
 amati pupil : ukuran normal 3-5 mm
 amati lensa : - jernih: normal- keruh/warna putih : katarak
e. Inspeksi konjungtiva
 warna pucat : anemia
 warna kemerahan/pus : konjungtivitis/alergie.
f. Inspeksi gerakan mata
Ketika gerakan ekstraokuler sedang dikaji, mata di observasi bila ada
nistagmus. Tujuannya untuk mengetahui apakah ada gerakan mata
yang tidak seirama.
g. Pemeriksaan lapang pandang
Pemeriksaan medan pengelihatan dapat menghasilkan informasi yang
mengungkapkan lesi diseluruh susunan optikus, mulai dari nervus
optikus, khiasma, traktus optikus, traktus genikulo-kalkarina pada
tingkat lobus temporal, parietal dan oksipital. Tujuan dilakukan
pemeriksaan lapang pandang yaitu untuk mengetahui batas
pengelihatan yang masih dapat dilihat oleh pasien.
h. Pemeriksaan visus
Ketajaman pengelihatan diekspresikan dalam rasio yang
membandingkan bagaimana seseorang dengan pengelihatan normal
melihat dari jarak 20 kaki dengan yang dilihat klien dari jarak 20 kaki.
Tujuan pemeriksaan ini untuk mengetahui ketajaman pengelihatan.
i. Uji hitung jari
Teknik uji hitung jari dilakukan apabila pasien tidak dapat membaca
huruf terbesar. Perawat dapat menentukan ketajaman dari
pengelihatan pasien dengan meletakkan jari didepan pasien dan
meminta pasien menghitung jari.
j. Uji pengelihatan warna
Colour vision yang normal sangat penting untuk pekerjaan tertentu.
Alat yang paling sering digunakan untuk menguji pengelihatan warna
adalah isihara chart, yang berisi angka yang tersusun dari titik-titik
warna, berada dalam lingkaran yang juga tersusun dari titik-titik
warna. Tujuannya untuk mengetahui apakah pasien mengalami buta
warna.
k. Uji persepsi cahaya
Teknik uji persepsi cahaya dilakukan pada pasien yang tidak dapat
mendeteksi gerakan tangan.

2.4 KELAINAN DAN GANGGUAN PADA MATA


1) Factor keturunan
 Buta warna
adalah suatu kelainan yang disebabkan ketidakmampuan sel-
sel kerucut mata untuk menangkap suatu spectrum  warna
tertentu akibat faktor genetis.

Buta warna merupakan kelainan genetik / bawaan yang


diturunkan dari orang tua kepada anaknya, kelainan ini sering
juga disebaut sex linked, karena kelainan ini dibawa
oleh kromosom X. Artinya kromosom Y tidak membawa faktor
buta warna. Hal inilah yang membedakan antara penderita buta
warna pada laki dan wanita. Seorang wanita terdapat istilah
'pembawa sifat' hal ini menujukkan ada satu kromosom X yang
membawa sifat buta warna. Wanita dengan pembawa sifat,
secara fisik tidak mengalami kelalinan buta warna sebagaimana
wanita normal pada umumnya. Tetapi wanita dengan pembawa
sifat berpotensi menurunkan faktor buta warna kepada anaknya
kelak. Apabila pada kedua kromosom X mengandung faktor
buta warna maka seorang wanita tsb menderita buta warna.

2) Kelainan pada akomodasi lensa mata


 Miopia
Miopia disebut rabun jauh karena berkurangnya kemampuan
melihat jauh tapi dapat melihat dekat dengan lebih baik. Miopia
terjadi jika kornea (terlalu cembung) dan lensa (kecembungan
kuat) berkekuatan lebih atau bola mata terlalu panjang sehingga
titik fokus sinar yang dibiaskan akan terletak di depan retina.
Koreksi mata miopia dengan memakai lensa minus/negatif
ukuran teringan yang sesuai untuk mengurangi kekuatan daya
pembiasan di dalam mata.

 Hipermetropi
Hipermetropi atau rabun dekat adalah kelainan refraksi mata
dimana bayangan dari sinar yang masuk ke mata jatuh di
belakang retina. Perbaikan penglihatan dapat dilakukan dengan
memakai kacamata dengan lensa positif (cembung).

 Presbiopi
Presbiopi merupakan kelainan pada mata yang kita kenal 
dengan sebutan mata tua, di mana si penderita tidak dapat
meliha benda dari jarak dekat dan dari jarak jauh maupun
membaca tulisan dengan ukuran yang agak kecil seperti tulisan
yang terdapat dalam koran atau majalah dengan jelas. Presbiopi
dapat diatasi dengan lensa ganda yang berisi lensa plus dan
minus.

 Astigmatisme
Astigmatisma adalah sebuah gejala penyimpangan dalam
pembentukkan bayangan pada lensa, hal ini disebabkan oleh
cacat lensa yang tidak dapat memberikan gambaran/ bayangan
garis vertikal dengan horizotal secara bersamaan.

3) Penyakit pada mata


 Katarak
Katarak merupakan keadaan pengeruhan pada lensa mata.
Sebab- sebabnya adalah diabetes melitus, sinar X, obat-obat
kortison dalam waktu lama. Penyakit ini dapat disembuhkan
melalui operasi, dengan menanam lensa buatan di dalam bola
mata.
 Trakhoma
Trakhoma merupakan penyakit yang disebabkan terjadinya
peradangan konjungktiva, yang diakibatkan karena infeksi
virus. Apabila dibiarkan penyakit ini dapat menimbulkan
kebutaan.
BAB III
LANGKAH KERJA

Cara inspeksi mata


1) Amati bola mata terhadap adanya gerakan mata, lapang pandang, dan
visus
2) Amati kelopak mata, perhatikan bentuk dan setiap kelainan dengan
cara sebagai berikut :
a. Anjurkan pasien melihat ke depan
b. Bandingkan mata kanan dan mata kiri
c. Anjurkan pasien menutup kedua mata
d. Amati bentuk dan keadaan kulit pada kelopak mata, serta pada bagian
pinggir kelopak mata, catat setiap ada kelainan, misalnya adanya
kemerah-merahan.
e. Amati pertumbuhan rambut pada kelopak mata terkait dengan
ada/tidaknya bulu mata, dan posisi bulu mata.
f. Perhatikan keluasaan mata atas, atau dalam membuka atau sewaktu
mata membuka (ptosis)
3) Amati konjuntiva dan sclera sebagai berikut :
a. Anjurkan pasien untuk melihat lurus ke depan
b. Amati konjungtiva untuk mengetahui ada/tidaknya kemerah-
merahan , keadaan vaskularisasi, serta lokasinya.
c. Tarik kelopak mata bagian bawah ke bawah dengan mengunakan
ibu jari
d. Amati keadaan konjungtiva dan kantong konjungtiva bagian
bawah, catat bila didapatkan infeksi atau pus atau bila warnanya
tidak normal, misalnya anemis.
e. Bila diperlukan, amati konjungtiva bagian atas, yaitu dengan cara
membuk/membalik kelopak mata atas dengan perawat berdiri di
belakang pasien
f. Amati warna sklera saat memriksa konjungtiva yang pada keadaan
tertentu warnanya dapat menjadi ikterik.
4) Amati warna iris serta ukuran dan bentuk pupil . kemudian lanjutkan
dengan mengevaluasi reaksi pupil terhadap cahaya. Normalnya bentuk
pupil adalah sama besar (isokor). Pupil yang mengecil disebut miosis,
amat kecil disebut pinpoint, sedangkan pupil yang melebar/dilatasi
disebut midriasis.

Cara inspeksi gerakan mata


a. Anjurkan pasien untuk melihat lurus kedepan
b. Amati apakah kedua mata tetap diam atau bergerak secar spontan
(nistagmus) yaitu gerakan ritmis bola mata, mula-mula lambat
bergerak ke satu arah, kemudian dengna cepat kembali keposisi
semula.
c. Bila ditemukan adany nistagmus, amati bentuk, frekuensi (cepat atau
lambat), amplitude (luas/sempit), dan durasi nya (hari.minggu).
d. Amati apakah kedua mata memandang lurus ke depan ata salah satu
mengalami deviasi
e. Luruskan jari telunjuk anda dan dekatkan dengan jarak sekitar 15-30
cm.

f. Beri tahu pasien untuk mengikuti gerakan jari anda dan pertahankan
posisi kepala pasien. Gerakkan jari anda kedelapan arah untuk
mengetahui fungsi 6 otot mata

Cara inspeksi lapang pandang


a. Berdiri di depan pasien
b. Kaji kedua mata secara terpisah yaitu dengan cara menutup mata yang
tidak diperiksa
c. Beri tahu pasien untuk melihat
lurus kedepan dan menfokuskan
pada satu titik pandang,, misalnya
hidung anda
d. Gerakan jari anda pada suatu garis
vertical/dari samping, dekatkan ke
mata pasien secara perlahan –lahan
e. Anjurkan pasien untuk memberi
tahu sewaktu mulai melihat jari
anda
f. Kaji mata sebelahnya.

Pemeriksan visus
a. Siapkan kartu Snellen atau kartu yang lain untuk pasien dewsa atau
kartu gambar untuk anak-anak.
b. Atur kursi tempat duduk pasien dengan
jarak 5 atau 6 m dari kartu Snellen .
c. Atur penerangan yang memadai
sehingga kartu dapat di baca dengan
jelas.
d. Beri tahu pasien untuk menutup mata
kiri dengan satu tangann.
e. Pemeriksaan mata kanan dilakukan
dengan cara pasien disuruh membaca
mulai dari huruf yang paling besar
menuju huruf yang kecil dan catat
tulisan terkhir yang masih dapat dibaca
oleh pasien
f. Selanjutnya lakukan pemeriksaan mata kiri.
Cara uji hitung jari
a. Perawat berdiri sekitar 1 meter didepan pasien
b. Perawat menyuruh pasien menutup mata kiri dan menunjukkan jari
didepan mata pasien secara acak, misal 5, kemudian 2,4 dan 3
c. Pasien ditanya berapa jumlah jari yang terlihat
d. Prosedur ini diulang minimal 5 kali
e. Jika pasien dapat menjawab benar 3 dari 5 perintah ketajaman dicatat
sebagai hitung jari jarak 1 meter atau jarak terjauh tempat pasien dapat
menghitung jari
f. Jika pasien dapat menghitung atau melihat jari pemeriksa dari jarak 6
meter, maka visus adalah 6/60, atau jarak 5 meter dengan visus 5/60
g. Prosedur tersebut kemudian diulang untuk mata yang lain

Cara menguji pengelihatan warna


a. Perawat menyiapkan lingkungan yang terang
b. Siapkan kartu isihara
c. Instruksikan pasien untuk menyebutkan angka yang dibentuk dari titik-
titik warna

Cara menguji persepsi cahaya


a. Perawat memodifikasi lingkungan dan menempatkan pasien dalam
kamar gelap
b. Perawat berdiri sekitar ½ sampai 1 meter didepan pasien
c. Satu mata pasien ditutup
d. Perawat mengarahakan sinar dari oftalmoskop indirect atau senter pada
mata yang tidak ditutup selama 1 sampai 2 detik
e. Pasien diinstruksikan untuk mengatakan ‘hidup’ pada saat sinar
diterima dan ‘mati’ pada saat sinar padam
f. Prosedur diulang minimal 5 kali. Jika pasien dapat menjawab benar 3
dari 5 perintah ketajaman pengelihatannya adalah LP (+) dan visus 1/-.
Pasien yang tidak dapat mendeteksi stimulus tersebut dengan benar
disebut dengan no light perception (NLP)

Cara palpasi mata


Palpasi pada mata dikerjakan dengan tujuan untuk mengetahui takanan bola
mata dan mengetahui adnya nyeri tekan. Untuk mengukur tekanan bola mata
secara lebih teliti diperlukan alat Tonometri yang memerlukan keahlian
khusus.

Cara palpasi untuk mengetahui tekanan bola mata


a. Beri tahu pasien untuk duduk
b. Anjurkan pasien untuk memejamkan mata
c. Lakukan palpasi pada kedua mata. Bila tekanan bola mata meninggi,
mata teraba keras.
BAB IV
PENUTUP

Pengkajian pada mata meliputi :


1) Pengkajian riwayat
2) Pemeriksaan fisik

Pengkajian Riwayat
a. Riwayat oftalmik
b. Riwayat medis
c. Riwayat psikososial
d. Riwayat social ekonomi

Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi kelopak mata, bentuk bola mata, konjungtiva, sklera, pupil
bandingkan mata kanan dan kiri
b. Inspeksi iris
c. Inspeksi kornea
d. Inspeksi pupil dan lensa
e. Inspeksi konjungtiva
f. Inspeksi gerakan mata
g. Pemeriksaan lapang pandang
h. Pemeriksaan visus
i. Uji hitung jari
j. Uji pengelihatan warna
k. Uji persepsi cahaya
DAFTAR RUJUKAN

http://www.nyatanya.com/2012/03/angka-kebutaan-di-indonesia-tertinggi.html
(online) diakses pada 2 Mei 2012
http://www.scribd.com/doc/77003113/Pengkajian-Pada-Sistem-Sensori-Persepsi-
Mata-Dan-Telinga (online) diakses pada 2 Mei 2012
http://www.scribd.com/doc/53711697/27/Proses-penglihatan-pada-mata (online)
diakses pada 2 Mei
http://www.klikdokter.com/medisaz/read/2010/07/05/35/kelainan-refraksi (online)
diakses pada 2 Mei 2012
Muttaqien, Arif. 2010.pengkajian keperawatan.jakarta selatan: Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai