Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH PEMERIKSAAN SISTEM PERSEPSI

Dosen Pembimbing:
Abdul Kadir S. ST., M. Kes

Disusun Oleh :
Ervan Efendi

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN CITRA DELIMA

PRODI S1 KEPERAWATAN

2020-2021
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Mata adalah organ indra yang kompleks, pada mata terdapat reseptor khusus cahaya
yang disebut foto reseptor. Indera penglihatan yang terletak pada mata (organ fisus) terdiri
dari organ okuli asesoria (alat bantu mata) dan oculus (bola mata). Saraf indra penglihatan,
saraf optikus (urat saraf cranial ke 2), timbul dari sel-sel ganglion dalam retina, bergabung
untuk membentuk saraf optikus.

1.2 Rumusan masalah


1. ApasajaAnatomi dan Fisiologi Mata?
2. BagaimanaPemeriksaan pada Mata ?
3. BagaimanacaraInspeksi Mata?
4. Bagaimanateknik Reflek pada Pupil?
5. Bagaimanacara teknikLapang Pandang?
6. BagaimanacaraPemeriksaan Otot Ekstraokuler?
7. BagaimanacaraPemeriksaan Visus (snellen, hitung jari, pergerakan jari,
penyinaran, pinhole?
8. BagaimanacaraPemeriksaan Buta Warna?

1.3 Tujanpenulisan
1. UntukmengetahuiAnatomi dan Fisiologi Mata
2. UntukmengetahuiBagaimanaPemeriksaan pada Mata
3. UntukmengetahuiBagaimanacaraInspeksi Mata
4. UntukmengetahuiBagaimanateknik Reflek pada Pupil
5. UntukmengetahuiBagaimana cara teknikLapang Pandang
6. UntukmengetahuiBagaimana cara Pemeriksaan Otot Ekstraokuler
7. UntukmengetahuiBagaimana cara Pemeriksaan Visus (snellen, hitung jari,
pergerakan jari, penyinaran, pinhole
8. UntukmengetahuiBagaimana cara Pemeriksaan Buta Warna

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1Anatomi dan Fisiologi Mata

a. Sklera
Sklera merupakan jaringan ikat yang kenyal dan memberikan bentuk pada
mata serta bagian putih pada bola mata yang bersama kornea sebagai pembungkus
dan pelindung isi bola mata. Kekakuan tertentu pada sclera mempengaruhi
tekanan bola mata.
b. Kornea
Kornea adalah selaput bening mata, bagian selaput mata yang tembus
cahaya. Kornea merupakan lapisan jaringan yang menutupi bola mata sebelah
depan dan terdiri atas 5 lapis, yaitu:
 Epitel
 Membran Bowman
 Stroma
 MembranDescement
 Endotel
c. Aqueous Humor
Aqueous humor mengandung zat-zat gizi untuk kornea dan lensa, keduanya
tidak memiliki pasokan darah. Adanya pembuluh darah di kedua struktur ini akan
mengganggu lewatnya cahaya kefotoreseptor. Aqueous humor dibentuk dengan
kecepatan 5 ml/hari oleh jaringan kapiler di dalam korpussiliaris, turunan khusus
lapisan koroid di sebelah anterior.

3
d. Lensa
Jaringan ini berasal dari ectoderm permukaan yang berbentuk lensa di dalam bola
mata dan bersifat bening.Lensa di dalam bola mata terletak di belakang iris dan
terdiri dari zat tembus cahaya (transparan) berbentuk seperti cakram yang dapat
menebal dan menipis pada saat terjadinya akomodasi.
e. Badan Vitreous (BadanKaca)
Badan vitreous menempati daerah mata di balakang lensa. Struktur ini
merupakan gel transparan yang terdiriatas air (lebih kurang 99%), sedikit kolagen,
dan molekul asam hialuronat yang sangat terhidrasi.Badan vitreous mengandung
sangat sedikit sel yang menyintesis kolagen dan asam hialuronat (Luiz Carlos
Junqueira, 2003
f. Uvea
Uvea merupakan lapis vaskuler di dalam bola mata yang banyak
mengandung pembuluh darah yaitu ; iris, badan siliar, koroid. Iris atau selaput
pelangi mempunyai kemampuan mengatur secara otomatis masuknya sinar
kedalam bola mata.
g. Pupil
Pupil pada anak-anak pupil berukuran kecil karena belum berkembangnya
saraf simpatis. Orang dewasa ukuran pupil sedang, dan orang tua pupil mengecil
akibat rasa silau yang dibangkitkan oleh lensa yang sklerosis.
h. Retina
Retina atau selaput jala merupakan bagian mata yang mengandung reseptor
dan akan meneruskan rangsangan cahaya yang diterimanya berupa bayangan.
Dalam retina terdapat macula lutea atau bintik kuning yang merupakan bagian
kecil dari retina dan area sensitif paling rentan pada siang hari.

i. SarafOptik
Saraf yang memasuki sel tali dan kerucut dalam retina, untuk menuju keotak

2.2 Pemeriksaan Mata


Pengkajian

4
1 Anamnesa gangguan penglihatan
- Data Umum: nama, jenis kelamin, umur,pekerjaan
- Keluhan Utama: Mata merah, Mata berair, Mata gatal, Mata Nyeri, Belekan,
Gangguan penglihatan (Kabur, penglihatan ganda/diplopia, buta),
Timbilan,Kelilipan
- Riwayat Penyakit Dahulu: Diabetes Mellitus, Hipertensi,Trauma
2 Mengkaji keluhanutama
- Apakah gangguan terjadi pada saat melihat jauh ataudekat?
- Onset mendadak atau gradual?
- Di seluruh lapang pandang atau sebagian? Jika sebagian letaknya di
sebelahmana?
- Diplopia satu mata atau kedua mata? Apakah persisten jika mata
ditutupsebelah?
- Adakah gejala sistemik lain: demam,malaise
2.3Inspeksi Mata
 Bentuk dan penyebaran alis dan bulu mata. Apakah bulu mata lentik, kebawah atau
tidak ada. Fungsi alis dan bulu mata untuk mencegah mauknya benda asing (debu)
untuk mencegah iritasi atau mata kemerahan.
 Lihat sclera dan konjungtiva.
- Konjungtiva, dengan menarik palpebral inferior dan meminta klien melihat
keatas. Amati warna, anemis atau tidak, apakah ada benda asing atau tidak
- Sclera,denganmenarikpalpebralsuperiordanmemintaklienmelihatkebawah.
Amati kemerahan pada sclera, icterus, atau produksi air mataberlebih.
 Amati kedudukan bola mata kanan kiri simetris atau tidak, bola mata keluar
(eksoptalmus) atau ke dalam (endoftalmus).
 Palpebralturunmenandakankelemahanatauatropiotot,atauhiperaktivitaspalpebral
yang menyebabkan kelopak mata terus berkedip takterkontrol.
 Observasi celah palpebral. Minta klien memandang lurus ke depan lalu perhatikan
kedudukan kelopak mata terhadap pupil dan iris. Normal jika simetris. Adanya
kelainan jika celah mata menyempit (ptosis, endoftalmus, blefarospasmus) atau
melebar (eksoftalmus, proptosis)
 Kaji sistem lakrimasi mata dengan menggunakan kertas lakmus untuk
mendapatkan data apakah mata kering atau basah yang artinya lakrimasi berfungsi
baik ( Schime test).
 Kaji sistem pembuangan air mata dengan uji anel test. Yaitu dengna menggunakan
spuit berisi cairan, dan berikan pada kanal lakrimal.

5
2.4 ReflekPupil
 Gunakanpenlightdansinarimatakanankiridarilateralkemedial.Amatirespon pupil
langsung. Normalnya jika terang, pupil mengecil dan jika gelap pupil membesar.
 Amati ukuran lebar pupil dengan melihat symbol lingkaran yang ada padabadan
penlight dan bagaimana reflek pupil tersebut, isokor atauanisokor.
 Interpretasi:
- Normal : Bentuk pupil (bulat reguler), Ukuran pupil : 2 mm – 5
mm, Posisi pupil ditengah-tengah, pupil kanan dan kiri Isokor,
Reflek cahaya langsung (+) dan Reflek cahaya konsensuil atau
pada cahaya redup(+)
- Kelainan : Pintpoin pupil, Bentuk ireguler, Anisokor dengan
kelainan reflek cahaya dan ukuran pupil kecil atau besar dari
normal (3-4mm)

2.5 Lapang Pandang / TesKonfrontasi


 Dasarnya lapang pandang klien normal jika sama dengan pemeriksa. Maka
sebelumnya, pemeriksa harus memiliki lapang pandang normal. LP klien = LP
pemeriksa
 Normalnya benda dapat dilihat pada: 60 derajat nasal, 90 derajat temporal, 50
derajat , dan atas 70 derajat bawah.
 Cara pemeriksaan :
- Klien menutup mata salah satu, misalnya kiri tanpa menekan bolamata.
- Pemeriksa duduk di depan klien dg jarak 60cm sama tinggi dengan klien.
Pemeriksa menutup mata berlawanan dengan klien, yaitu kanan.Lapang
pandang pemeriksa dianggap sebagai referensi (LP pemeriksa harusnormal)
- Objekdigerakkandariperiferkecentral(sejauhrentangantanganpemeriksa) dari
delapan arah pada bidang ditengah pemeriksa danklien
- Lapang pandang klien dibandingkan dengan pemeriksa. Lalu lanjutkan pada
mataberikutnya

2.6 Pemeriksaan OtotEkstraokuler


 Mintaklienmelihatjari,danandamenggerakkanjarianda.Mintaklienmengikutigerak
jari, dengan 8 arah dari central keperifer.
 Amati gerakan kedua mata, simetris atau ada yang tertinggal

6
Sensibilitas Kornea
 Bertujuan mengetahui bagaimana reflek sensasi kornea dengan
menggunakan kapas steril.
 Cara pemeriksaan :
- Bentuk ujung kapas dengan pinset steril agar runcing dan halus
- Fiksasi mata pasien keatas agar bulu mata tidak tersentuh saat kornea disentuh
- Fiksasi jari pemeriksa pada pipi pasien dan ujung kapas yang halus dan
runcing disentuhkan dengan hati-hati pada kornea, mulai pada mata yang
tidaksakit.
 Intrepetasi : dengan sentuhan, maka mata akan reflek berkedip. Nilai dengan
membandingkan sensibilitas kedua mata klien.

2.7 Pemeriksaan Visus (snellen, hitung jari, pergerakan jari, penyinaran, pin hole)
a) Snellen Card
- Menggunakan kartu snellen dengan mengganttungkan kartu
pada jarak 6 atau 5 meter dari klien.
- Pemeriksaan dimulai dengan mata kanan, maka minta klien
untuk tutup dengan penutup mata atau telapak tangan tanpa
menekanbolamata
- Pasien disuruh membaca huruf SNELLEN dari baris paling
atas ke bawah. Hasil pemeriksaan dicatat, kemudian diulangi
untuk mata sebelahnya.
- HASIL :

o VOD 6/6 &VOS6/6


o 6/6pasiendapatmembacaseluruhhurufdideretan6/6padasnel

7
len chart
o 6/12 pasien bisa membaca sampai baris 6/12 pada snellenchart
o 6/30 pasien bisa membaca sampai baris 6/30 pada snellenchart

b) Hitung jari
- Apabila tidak bisa membaca huruf Snellen pasien diminta
menghitung jari pemeriksa pada jarak 3meter
- 3/60 pasien bisa hitung jari pada jarak 3meter.
- 1/60 bila klien dapat membaca pada jarak 1meter

c) Pergerakan Jari
- Tidak bisa hitung jari, maka dilakukan pemeriksaan gerakan
tangan didepan pasien dengan latar belakang terang. Jika pasien
dapat menentukan arah gerakan tangan pada jarak 1m:
- VISUS 1/300 (Hand Movement/HM) kadang kala sdh perlu
menentukan arah proyeksinya

d) Penyinaran
- Jika tidak bisa melihat gerakan tangan dilakukan penyinaran
dengan penlight ke arah matapasien.
- Apabila pasien dapat mengenali saat disinari dan tidak disinari
dari segala posisi (nasal,temporal,atas,bawah) maka tajam
penglihatan V = 1/ ~ proyeksi baik (LightPerception/LP).
- JikatidakbisamenentukanarahsinarmakapenilaianV=1/~(LP,proy
eksi salah).
- Jika sinar tidak bisa dikenali maka tajam penglihatan dinilai V=
0 (NLP).Bila tidak dapat melihat sinar senter disebut BUTA

8
TOTAL (tulis00/000)

e) Pemeriksaan Dengan Pinhole


- Bila responden tidak dapat melanjutkan lagi bacaan huruf di
kartu Snellen atau kartu E maka pada mata tersebut
dipasangPINHOLE
- Dengan pinhole responden dapat melanjutkan bacaannya
sampaibaris normal (20/20) berarti responden tersebut

GangguanRefraksi
- Bila dengan pinhole responden tidak dapat melanjutkan
bacaannya maka disebutKATARAK
- Bila responden DAPAT membaca sampai baris normal
20/20 TANPA pinhole maka responden tidak perlu
dilakukan pemeriksaan dengan menggunakanpinhole

2.8Pemeriksaan Buta Warna


- Pasien diminta menyebutkan berapa angka yang tampak dikartu
- Orang normal mampu meyebutkan angka 74 buta waran merah
hijau menyebutkan angka 21

- Orang yang buta warna merah (protanopia) akan melihatnya angka 2 ,


sedangkan bagi buta warna merah ringan (protanomaly) masih melihat angka4
samar-samar
Orang yang buta warna hijau (deuteranopia) akan melihatnya angka 4 ,
sedangka bagi buta warna hijau ringan (deuteranomaly) masih melihat angka
2 samar-samar

9
- Bagi mereka yang buta warna hijau dan merah akan melihatnya
angka 70

- Bagi mereka yang buta warna hijau dan merah akan melihatnya


angka 5.

- Bagi mereka yang buta warna hijau dan merah akan melihatnya


angka 17
Memeriksa Tekanan Intra Okuler
- Rerata Tekanan Intra Okular normal ± 15 mmHg, dengan batas
antara 12- 20 mmHg
- Alat yang digunakan: Tonometer Schiotz, Lidocaine 2%/
Panthocaine tetes mata, Chloramphenicol zalf mata 2%,Kapas
alkohol70%
A. PEMERIKSAANSUBJEKTIF

10
- Klien duduk tegak, melirik ke bawah dan menutupmata
- Jari telunjuk kanan dan kiri pemeriksa bergantian menekan
bola mata pada kelopak atas ke arah bawah (45º) dengan
halus. Tiga jari yang lain bersandar pada tulang pipi,
bandingkan kanan dankiri

- Hasil TN, TN+1, TN+2, TN+3, TN-1, TN-2,TN-3

B. PEMERIKSAANOBJEKTIF

- Persiapan Alat :Tonometer ditera dg meletakkan di perm datar, jarum


menunjukkan angka 0, Perm Tonometer dibersihkan dg kapanalkohol

B. Indera Pendengar

Telinga mempunyai reseptor khusus untuk mengenali getaran bunyi dan untuk
keseimbangan. Ada tiga bagian utama dari telinga manusia, yaitu bagian telinga luar,
telinga tengah, dan telinga dalam.

Telinga luar berfungsi menangkap getaran bunyi, dan telinga tengah meneruskan
getaran dari telinga luar ke telinga dalam. Reseptor yang ada pada telinga dalam akan
menerima rarigsang bunyi dan mengirimkannya berupa impuls ke otak untuk diolah.

11
Pendengaran adalah persepsi saraf mengenai energi suara. Gelombang suara adalah
getaran udara yang merambat dan terdiri dari daerah-daerah bertekanan tinggi karena
kompresi (pemampatan)molekul-molekul udara yang berselang seling dengan daerah-
daerah bertekanan rendah karena penjarangan molekul tersebut. (Sherwood, 2001).

Bagian dari Telinga Manusia dan Fungsinya

B. FISIOLOGI SISTEM PENDENGARAN PADA MANUSIA


Pendengaran adalah persepsi saraf mengenai energi suara. Gelombang suara adalah
getaran udara yang merambat dan terdiri dari daerah-daerah bertekanan tinggi karena
kompresi (pemampatan)molekul-molekul udara yang berselang seling dengan daerah-
daerah bertekanan rendah karena penjarangan molekul tersebut. (Sherwood, 2001).
Sewaktu suatu gelombang suara mengenai jendela oval, tercipta suatu gelombang
tekanan di telinga dalam. Gelombang tekanan menyebabkan perpindahan mirip-
gelombang pada membran basilaris terhadap membrana tektorium. Sewaktu menggesek
membrana tektorium, sel-sel rambut tertekuk. Hal ini menyebabkan terbentuknya
potensial aksi. Apabila deformitasnya cukup signifikan, maka saraf-saraf aferen yang
bersinaps dengan sel-sel rambut akan terangsang untuk melepaskan potensial aksi dan
sinyal disalurkan ke otak (Corwin, 2001).

Frekuensi gelombang tekanan menentukan sel-sel rambut yang akan berubah dan,
neuron aferen yang akan melepaskan potensial aksi. Misalnya, sel-sel rambut yang
terletak dibagian membrana basilaris dekat jendela oval adalah sel-sel yang mengalami
perubahan oleh suara berfrekuensi tinggi, sedangkan sel-sel rambut yang terletak
dimembrana basilaris yang paling jauh dari jendela oval adalah sel-sel yang mengalami
perubahan oleh gelombang berfrekuensi rendah. Otak menginterpretasikan suatu suara
berdasarkan neuron-neuron yang diaktifkan. Otak menginterpretasikan intensitas suara
berdasarkan frekuensi impuls neuron dan jumlah neuron aferen yang melepaskan
potensial aksi (Corwin, 2001).

12
Penghantaran (konduksi) gelombang bunyi ke cairan di telinga dalam melalui
membran timpani dan tulang-tulang pendengaran, yang merupakan jalur utama untuk
pendengaran normal, disebut hantaran osikular. Gelombang bunyi juga menimbulkan
getaran membran timpani kedua yang menutupi fenestra rotundum. Proses ini, yang
tidak penting untuk pendengaran normal, disebut hantaran udara. Hantaran jenis ketiga,
hantaran tulang, adalah penyaluran getaran dari tulang-tulang tengkorak ke cairan di
telinga dalam. Hantaran tulang yang cukup besar terjadi apabila kita menempelkan
garpu tala atau benda lain yang bergetar langsung ke tengkorak. Jaras ini juga berperan
dalam penghantaran bunyi yang sangat keras (Ganong, 2002).
Tuli dibagi atas tuli konduktif, tuli sensorineural / sensorineural deafness ( perseptif)
serta tuli campur / mixed deafness (Soepardi et al, 2007).
Tuli konduktif disebabkan oleh hal yang mengganggu hantaran normal daripada
gelombang suara ke organ Corti. Jadi merupakan gangguan konduksi rangsangan suara
melalui liang telinga, membran timpani, ruang telinga tengah, dan tulang pendengaran
(Hassan et al, 2007).
Pada telinga luar misalnya prop serumen atau benda asing dalam liang telinga, otitis
eksterna, eksostosis. Pada telinga tengah misalnya OMA supurativa dan nonsupurativa,
otitis media kronik dengan atau tanpa mastoiditis, perforasi membrana timpani, otitis
media serosa (glue ear), otitis media adesiva, otosklerosis, sumbatan tuba Eustachii,
barotrauma, trauma kepala disertai gangguan fungsi telinga oleh ossicular chain
disruption atau oleh hematoma dalam telinga tengah, neoplasma (Hassan et al, 2007).
Pada tuli sensorineural (perseptif) kelainan terdapat pada koklea (telinga dalam,
nervus VIII atau di pusat pendengaran (Soepardi et al, 2007). Tuli saraf disebabkan oleh
hal yang merintangi atau mengurangi reaksi normal dari sel rambut terhadap stimulasi
oleh gelombang suara atau hal yang merintangi / mengganggu reaksi normal dari jalan
serabut saraf organ Corti ke korteks serebral (Hassan et al, 2007).
Kerusakan pada saraf atau koklea dapat disebabkan oleh trauma kepala disertai
kerusakan os petrosus, trauma akustik misalnya ketulian akibat bising di pabrik, infeksi
(virus pada parotitis, campak, influenza dan sebagainya), neoplasma (akustik neuroma,
glomus jugulare), obat ototoksik (streptomisin, kanamisin, preparat kina), gangguan
serebrovaskular (Hassan et al, 2007).
Tuli campur disebabkan oleh kombinasi tuli konduktif dan tuli sensorineural. Tuli
campur dapat merupakan suatu penyakit, misalnya radang telinga tengah dengan
komplikasi ke telinga dalam atau merupakan dua penyakit yang berlainan, misalnya
tumor nervus VIII (tuli saraf) dengan radang telinga tengah (tuli konduktif) (Soepardi et
al, 2007).
Untuk memeriksa pendengaran diperlukan pemeriksaan hantaran melalui
udara dan melalui tulang dengan memakai garpu tala atau audiometer nada murni.
Pemeriksaan dengan menggunakan garpu tala merupakan tes kualitatif, sedangkan

13
dengan menggunakan audiometer merupakan tes kuantitatif (Soepardi et al, 2007).
Secara fisiologik telinga dapat mendengar nada antara 20 sampai 18.000 Hz. Untuk
pendengaran sehari-hari yang paling efektif antara 500-2.000 Hz. Oleh karena itu untuk
memeriksa pendengaran dipakai garpu tala 512, 1.024, dan 2.048 Hz. Penggunaan
ketiga garpu tala ini penting untuk pemeriksaan secara kualitatif. Bila salah satu
frekuensi ini terganggu penderita akan sadar adanya gangguan pendengaran. Bila tidak
mungkin menggunakan ketiga garpu tala itu, maka diambil 512 Hz karena penggunaan
garpu tala ini tidak terlalu dipengaruhi suara bising disekitarnya (Soepardi et al,
2007).Terdapat berbagai macam tes penala, seperti tes Rinne, tes Weber, tes
Schwabach, tes Bing, dan tes Stenger. Untuk mempermudah interpretasi secara klinik,
dipakai tes Rinne, tes Weber, dan tes Schwabach secara bersamaan (Soepardi et al,
2007).

1. Tes Rinne
Tes Rinne ialah tes untuk membandingkan hantaran melalui udara dan hantaran
melalui tulang pada telinga yang diperiksa (Soepardi et al, 2007).
Caranya yaitu garpu tala digetarkan, kemudian ditempelkan pada tulang mastoid
sampai pendengar tidak mendengar lagi, lalu dipindahkan ke depan liang telinga. Disini
akan terdengar lagi oleh karena hantaran udara lebih baik daripada melalui tulang. Ini
disebut Rinne positif. Bila ada gangguan aliran udara disebut Rinne negatif. Rinne
positif terdapat pada orang normal dan pada penderita gangguan saraf (neurosensoris).
Rinne negatif terdapat pada gangguan aliran udara (tuli konduktif), misalnya di daerah
membran timpani, serumen pada liang telinga, kerusakan tulang pendengaran, dan
sebagainya (Hassan et al, 2007).

2. Tes Weber
Tes Weber ialah tes pendengaran untuk membandingkan hantaran tulang telinga
kiri dengan telinga kanan (Soepardi et al, 2007).
Caranya yaitu garpu tala digetarkan dan diletakka di verteks, kemudian
dibandingkan pendengara telinga kanan dan kiri. Pada orang normal pendengaran
telinga kanan dan kiri sama (tidak ada lateralisasi). Bila ada gangguan konduksi, terjadi
lateralisasi ke arah telinga yang sakit. Bila ada gangguan saraf, terjadi lateralisasi ke
telinga yang sehat. Hasil dinyatakan sebagai lateralisasi ke kanan / ke kiri atau
lateralisasi negatif (Hassan et al, 2007).

3. Tes Schwabach
Tes Schwabach ialah tes pendengaran untuk membandingkan hantaran tulang orang
yang diperiksa dengan pemeriksa yang pendengarannya normal (Soepardi et al, 2007).

14
Penala digetarkan, tangkai penala diletakkan pada prosesus mastoideus sampai tidak
terdengar bunyi. Kemudian tangkai penala segera dipindahkan pada prosesus
mastoideus telinga pemeriksa yang pendengarannya normal. Bila pemeriksa masih
dapat mendengar disebut Schwabach memendek, bila pemeriksa tidak dapat
mendengar, pemeriksaan diulang dengan cara sebaliknya yaitu penala diletakkan pada
prosesus mastoideus pemeriksa lebih dulu. Bila pasien masih dapat mendengar bunyi
disebut Schwabach memanjang dan bila pasien dan pemeriksa kira-kira sama-sama
mendengarnya disebut dengan Schwabach sama dengan pemeriksa (Soepardi et al,
2007).

4. Tes Bing (tes Oklusi)


Cara pemeriksaan yaitu tragus telinga yang diperiksa ditekan sampai menutup liang
telinga, sehingga terdapat tuli konduktif kira-kira 30 dB. Penala digetarkan dan
diletakkan pada pertengahan kepala (seperti pada tes Weber). Bila terdapat lateralisasi
ke telinga yang ditutup, berarti telinga tersebut normal. Bila bunyi pada telinga yang
ditutup tidak bertambah keras, berarti telinga tersebut menderita tuli konduktif
(Soepardi et al, 2007).

5. Tes Stenger
Tes Stenger digunakan pada pemeriksaan tuli anorganik (simulasi atau pura-pura
tuli) (Soepardi et al, 2007).
Cara pemeriksaan dengan menggunakan prinsip masking. Misalnya pada seseorang
yang berpura-pura tuli pada telinga kiri. Dua buah penala yang identik digetarkan dan
masing-masing diletakkan di depan telinga kiri dan kanan, dengan cara tidak kelihatan
oleh yang diperiksa. Penala pertama digetarkan dan diletakkan di depan telinga kanan
(yang normal) sehingga jelas terdengar. Kemudian penala yang kedua digetarkan lebih
keras dan diletakkan di depan telinga kiri (yang pura-pura tuli). Apabila kedua telinga
normal karena efek masking, hanya telinga kiri yang mendengar bunyi, jadi telinga
kanan tidak akan mendengar bunyi. Tetapi bila telinga kiri tuli, telinga kanan tetap
menengar bunyi (Soepardi et al, 2007).

6. Tes Rinne Tes Weber Tes Schwabach Diagnosis


- Positif Tidak ada lateralisasi Sama dengan pemeriksa Normal
- Negatif Lateralisasi ke telinga yang sakit Memanjang Tuli konduktif
- Positif Lateralisasi ke telinga yang sehat Memendek Tuli sensorineural
Catatan: Pada tuli konduktif < 30 dB, Rinne 

C. Pengertian Lidah

15
Lidah manusia adalah struktur berotot yang terletak pada bagian lantai mulut yang
digunakan untuk berbicara, makan dan mencicipi rasa. Lidah manusia di lengkapi
dengan tunas-tunas pengecap yang bisa mendeteksi zat kimia di dalam makanan dan
minuman.
Indera pengecap pada lidah bekerja sama dengan indera penciuman untuk
mengidentifikasi aroma makanan untuk di olah dalam otak sehingga manusia bisa
merasakan perbedaan aroma makanan dan minuman yang akan di konsumsi.
Pada hakikatnya, lidah mempunyai hubungan yang sangat erat dengan indera
pengecap. Dalam bahasa kedokteran, lidah (dan semua yang menyangkut lidah) disebut
Lingual. Lidah sebetulnya adalah kumpulan dari banyak otot. Dilihat dari ukurannya,
otot lidah termasuk otot yang paling kuat pada tubuh kita. Otot-otot ini memiliki arah
yang berbeda-beda, itu sebabnya lidah kita sangat fleksibel dalam bergerak ke segala
arah. Lidah sebagian besar terdiri dari dua kelompok otot yaitu otot intrinsik dan otot
ekstrinsik. Otot intrinsik lidah melakukan semua gerakan halus, sementara otot
ekstrinsik mengaitkan lidah pada bagian-bagian sekitar serta melaksanakan gerakan
kasar yang sangat penting pada saat mengunyah dan menelan. . Otot intrinsic juga
membuat kita mampu mengubah-ubah bentuk lidah (memanjang, memendek,
membulat), sedangkan otot ekstrinsik lidah membuat lidah dapat bergerak mengelilingi
rongga mulut dan faring. Lidah mengaduk-aduk makanan , menekannya pada langit-
langit dan gigi, dan kemudian mendorongnya ke farinx.
Lidah terletak pada dasar mulut, sementara pembuluh darah dan urat saraf masuk
dan keluar melalui akarnya. Ujung serta pinggiran lidah bersentuhan dengan gigi-gigi
bawah , sementara dorsum merupakan permukaan melengkung pada bagian atas lidah.
Apabila lidah di gulungkan kebelakang , maka tampaklah permukaan bawahnya yang di
sebut frenulum linguae , sebuah struktur ligamen halus yang mengaitkan bagian
posterior lidah pada dasar mulut. Bagian anterior lidah bebas tidak terkait. Dila di
julurkan, maka ujung lidah meruncing dan bila terletak tenang di dasar mulut, maka
ujung lidah berbentuk bulat.

Bagian-bagian Lidah
Ada lebih dari 10.000 tunas pengecap pada lidah manusia, sel-sel ini tumbuh
seminggu setelah itu digantikan oleh sel-sel yang baru. Sel-sel reseptor (tunas pengecap)
terdapat pada tonjolan-tonjolan kecil pada permukaan lidah (papila). Sel-sel inilah yang
bisa membedakan rasa manis asam, pahit dan asin.
Secara garis besar lidah dapat terbagi menjadi 2 bagian yaitu 2/3 depan (yang
disebut apeks) dan 1/3 belakang (yang disebut dorsum). Bagian depan lidah sangat
fleksibel dan bekerja sama dengan gigi dalam pengucapan huruf-huruf. bagian tersebut
juga membantu untuk menggerakkan makanan ke segala arah saat sedang mengunyah.
Lidah juga mendorong makanan kembali ke permukaan kunyah gigi sehingga gigi dapat

16
menggilasnya. Bagian belakang lidah juga penting untuk pengunyahan. Begitu makanan
sudah halus dan tercampur dengan saliva (air liur), atau pada saat meludah, otot-otot
belakang lidah bekerja. Otot tersebut bersama-sama air liur mengangkat dan mendorong
makanan memasuki esofagus, yaitu “pipa” yang menghubungkan tenggorokan dengan
perut.
Meski dapat bergerak bebas, lidah terikat ke dasar mulut. Coba lihat ke cermin dan
angkat lidah Anda, akan terlihat selapis tipis jaringan (yang dalam bahasa kedokteran
disebut frenulum ) yang menghubungkan lidah ke dasar mulut. Bila kita meliahat juga di
cermin bahwa permukaan dari lidah kita tidak rata. Hal ini disebabkan karena
permukaan lidah bagian depan tertutup oleh selapis tonjol-tonjol yang disebut papillae.
Ada 4 jenis papillae, yaitu :
1.      Papillae sirkumvalata, ada delapan hingga dua belas buah dari jenis ini yang
terletak pada bagian dasar lidah. Pappilae sirkumvalata adalah jenis pappilae yang
terbesar dan masing-masing di kelilingi semacam lekukan seperti parit . pappilae ini
terdudun berjejer membentuk huruf V pada belakang lidah.
2.      Pappilae fungiformis, menyebar pada permukaan ujung dan sisi lidah dan
berbentuk jamur.
3.      Pappilae filiform, adalah yang terbanyak dan menyebar pada seluruh permukaan
lidah. Organ ujung untuk pengecapan adalah putting-putting pengecap yang sangat
banyak terdapat dalam dinding pappilae sirkumvalata dan fungiforum. Pappilae
filiform lebih berfungsi untuk menerima rasa sentuh daripada rasa pengecapan yang
sebenarnya. Selaput lendir langit-langit dan farinx juga bermuatan putting-putting
pengecap.
4.      Pappilae Vallatae, sebagai pembantu memegang makanan saat terjadi proses
pengunyahan.

Papillae terbesar, ada di cekungan berbentuk V di 1/3 lidah bagian belakang.


Semua papilla tersebut memiliki kuncup pengecap, kecuali papilla vallatae yang hanya
berfungsi untuk membantu “memegang” makanan). Selain berfungsi sebagai kuncup
pengecap, Manusia terlahir dengan kurang lebih 10.000 kuncup pengecap. Namun
seiring dengan bertambahnya usia, sebagian kuncup pengecapnya mengalami atrofi
/mati. Kuncup pengecap dapat membuat kita dapat menentukan apakah suatu makanan
berasa manis, asam, pahit atau asin. Setiap kuncup pengecap terdiri dari dua macam sel,
yaitu sel pengecap dan sel penunjang, pada sel pengecap terdapat silia (rambut gustatori)
yang memanjang ke lubang pengecap. Zat-zat kimia dari makanan yang kita makan,
mencapai kuncup pengecap

Melalui lubang-lubang pengecap (taste pores). Kuncup-kuncup pengecap dapat


merespon empat rasa dasar, yaitu manis, masam, asin dan pahit. Letak masing-masing
rasa berbeda-beda yaitu :

17
1.             Rasa Asin = Lidah Bagian Depan
2.             Rasa Manis = Lidah Bagian Tepi
3.             Rasa Asam / Asem = Lidah Bagian Samping
4.             Rasa Pahit / Pait = Lidah Bagian Belakang

D. Pemeriksaan inderaperaba ( kulit )

A. PemeriksaanFisik
1. Warnakulit

 Dalam melihat perubahan, mungkin pasien menjadi orang yang


pertama untuk melihat warna kulit mereka. Untuk itu, meminta
informasi dari mereka menjadi tolak ukur yang penting. Kemudian,
carilah peningkatan pigmentasi, hilangnya pigmentasi, kemerahan,
pucat, sianosis, dan warna kuning pada kulit. Menilai warna merah
oksihemoglobin dan pucat pada area yang sedikit atau tidak adanya
lapisan tanduk, seperti pada: kuku, bibir, dan selaput lendir,
terutamadarimulut dan konjungtiva palpebra. Dalamhalini, pada pasien
yang berkulit gelap, memeriksa telapak tangan dan kaki juga dapat
berguna. Untuk mendeteksi Sianosis sentral terbaik dilakukan pada
bibir, mukosa mulut, dan lidah. Bibir dapat berubah menjadi biru dan
dingin, dan melanin di bibir dapat mensimulasikan sianosis pada orang
berkulit gelap.Sianosis kuku pada tangan dan kaki mungkin saja
merupakan sianosis sentral ataupuperifer . Perhatikan kondisi pasien
dan ruangan, karena kecemasan atau ruang periksa terlalu dingin dapat
menyebabkan sianosis perifer. Nilai juga perubahan warna sklera
menjadi kuning yang disebut dengan istilah jaundice (ikterus). Ikterus
dapat juga muncul di konjungtiva palpebral, bibir, palatum durum,
lidah, membran timpani, dan kulit. Untuk melihat ikterus lebih mudah
di bibir, dengan menekannya dengan 2 kaca objek, maka kemerahan
dari bibir akan menghilang.Untuk warna kuning yang disertai
peninggian kadar karoten, dapatdilihat di telapak tangan, telapak kaki,
dan wajah.

2. Kelembaban kulit

Yang perlu dinilai dari kelembaban kulit adalah kekeringan, berkeringat, dan
kulit berminyak. Kekeringan terjadi pada pasien dengan hipotiroidisme. Kulit yang
berminyak akan mempunyai kecenderungan untuk munculnya jerawat.

3. Suhu kulit

Gunakan punggung jari-jari untuk menilai suhu kulit. Selain mengidentifikasi


kehangatan umum atau kesejukan kulit, berguna juga untukmenilai suhu setiap area
yang kemerahan. Kehangatan umum pada demam atau hipertiroidisme, sedangkan
kesejukan pada hipotiroidisme; Kehangatan lokal jika terjadi peradangan atau
selulitis.

4. Teksturkulit

18
Penilainan kekasaran dan kehalusan penting untuk dilakukan. Penderita
hipotiroidis memempuinyai kulit yang relatif lebih kasar, dan penderita hipertiroidis
memempunyai tekstur kulit beledru.

5. Mobilitas Kulit dan Turgor kulit

Penilaian dilakukan dengan mengangkat lipatan kulit dan perhatikan betapa


mudah kulit terangkat (mobilitas) dan seberapa cepat kulit itu kembali ketempatnya
(turgor). Pada edema ataupun scleroderma terjadi morbilitas kulit yang turun, dan
pada dehidrasi turgor kulit akan menurun.

B. Pemeriksaan sensibilitas kulit

Dalam pemeriksaan ini kita menerapkan system TPT untuk mengetahui apa
rangsangan kulit pada klien masih normal atau memiliki ketidakseimbangan atau
gangguan

T ( Temperatur )
Dimana pada kita memeriksa bahwa klien dapat menerima rangsangan panas dan
dingin dengan cara menyiapkan air bersuhu panas dan air bersuhu dingin dalam
wadah yang berbeda,lalu kita letakkan pada kulit klien, dan kita tanya rangsangan
apa yang dirasakan klien tersebut

P ( Pen )
Dalam pemeriksaan ini kita bisa memeriksa juga ransangan rasa tajam dan tumpul
dengan menggunakan “Pen” atau pensil atau juga bisa menggunakan jarum pentul,
caranya kita tusukkan bagian yang runcingnya lalu bagian yang tumpulnya, sama
seperti cara tadi kita tanya kembali ransangan apa yang klien rasakan

T ( Touch )
Nah pemeriksaan ini menggunakan cara sentuhan tapi tidak dengan tangan kita
sendiri tapi dengan menggunakan kapas, tisu, atau kertas tipis. Caranya dengan
mengusapkan kapas/tisu/kertas itu kekulit klien. Nah setelah cara ini dilakukan yang
kita tanyakan pada klien arah dari mana kemanakah rangsangan yang tadi diberikan

19
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Sistem persepsi sensori adalah organ indra yang kompleks, pada mata terdapat
reseptor khusus cahaya yang disebut foto reseptor. Indera penglihatan yang terletak
pada mata (organ fisus) terdiri dari organ okuli asesoria (alat bantu mata) dan oculus
(bola mata). Saraf indra penglihatan, saraf optikus (urat saraf cranial ke 2), timbul dari
sel-sel ganglion dalam retina, bergabung untuk membentuk saraf optikus.

Pada pemeriksaan mata dilakukan pengkajian terlebih dahulu, seperti melakukan


anamnesa pada gangguan penglihatan dan mengkaji keluhan utama pada pasien.
Pemeriksaan indera dilakukan beberapa teknik, yaitu :

- Inspeksi Mata
- Reflek Pupil
- Lapang Pandang / Tes Konfrontasi
- Pemeriksaan Otot Ekstraokuler
- Pemeriksaan Visus (snellen, hitung jari, pergerakan jari, penyinaran, pin hole)
- Pemeriksaan Buta Warna

3.2 Saran

Dengan adanya makalah ini penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kata sempurna, kedepannya penulis akan lebih fokus dan details dalam menjelaskan
tentang makalah di atas dengan sumber-sumber yang lebih banyak yang tentunya dapat
di pertanggung jawabkan dan makalah ini penulis tulis untuk memberikan kepada
pembaca tentang pemeriksaan mata.

20

Anda mungkin juga menyukai