NPM: 61117041
Skenario 1
Mata Merah
Seorang anak laki-laki berusia 8 tahun dang ke poliklinik diantar ibunya dengan keluhan
kedua mata merah 2 hari yang lalu setelah bermain sepak bola. Keluhan disertai dengan
keluar banyak air mata dan gatal. Penglihatan tidak mengalami gangguan. Pasien pernah
menderita penyakit seperti ini 6 bulan yang lalu.
VOD:6/6, VOS:6/6
Segmen anterior ODS:Palpebra edema (-), Lakrimasi (+), Konjungtiva tarsalis superior :
giant papil (+) (cobble stone appearance), konjungtiva bulbi : Injeksi konjungtiva (+), Limbus
kornea : Infiltrate (+), lain-lain tidak ada kelainan.
Pasien mencoba mengobati dengan obat warung tapi tidak ada pebahan. Setelah mendapatkan
terapi pasien diminta untuk control rutin dan menjaga serta memlihara kesehatan mata.
1. Lakrimasi
Sekresi dan pengeluaran air mata (Sumber : Kamus Saku Kedokteran Dorland
edisi 29; Hal 425).
2. Giant Papil
Papil besar yang ditemukan pada komplikasi konjungtivitis (Sumber: Jurnal
Pubmed).
3. Visus
Ketajaman Penglihatan (Sumber: Jurnal Universitas Udayana).
4. Palpebra edema
Pembengkakan pada kelompok mata
5. Limbus kornea
Tepi kornea yang menyatu dengan sklera (Sumber: Kamus Saku Kedokteran
Dorland edisi 29; Hal 441).
STEP 3 : Hipotesis
Mata Merah
Anak laki-laki 8
tahun
Konjungtivitis
PEMBAHASAN
a) Anatomi
Bola mata berbentuk bulat dengan panjang maksimal 24 mm. Bagian
anterior bola mata mempunyai kelengkungan yang lebih cembung sehingga
terdapat bentuk dengan dua kelengkungan berbeda. Bola mata dibungkus oleh
tiga lapisan jaringan, yaitu lapisan sklera yang bagian terdepannya disebut
kornea, lapisan uvea, dan lapisan retina. Di dalam bola mata terdapat cairan
aqueous humor, lensa dan vitreous humor.
Konjungtiva
Konjungtiva adalah membran mukosa yang transparan dan tipis yang
membungkus permukaan posterior kelopak mata (konjungtiva palpebralis) dan
permukaan anterior sklera (konjungtiva bulbaris). Konjungtiva berbatasan
dengan kulit pada tepi palpebral dan dengan epitel kornea di limbus.
Sklera
Sklera merupakan jaringan ikat yang lentur dan memberikan bentuk pada
mata. Jaringan ini merupakan bagian terluar yang melindungi bola mata.
Bagian terdepan sklera disebut kornea yang bersifat transparan yang
memudahkan sinar masuk ke dalam bola mata.
Kornea
Kornea adalah selaput bening mata, bagian selaput mata yang tembus
cahaya dam merupakan lapisan jaringan yang menutup bola mata sebelah
depan. Kornea ini disisipkan ke dalam sklera pada limbus, lekukan melingkar
pada sambungan ini disebut sulcus scleralis. Kornea dewasa rata-rata
mempunyai tebal 550 µm di pusatnya (terdapat variasi menurut ras); diameter
horizontalnya sekitar 11,75 mm dan vertikalnya 10,6 mm.
Dari anterior ke posterior kornea mempunyai lima lapisan, yaitu:
1) Epitel
Tebal dari epitel ini adalah 50 µm. Epitel kornea mempunyai lima
lapis sel epitel tak bertanduk yang terdiri dari sel basal, sel poligonal,
dan sel gepeng.
2) Membran Bowman
Membran Bowman terletak di bawah membran basal epitel kornea
yang merupakan kolagen yang tersususn tidak teratur seperti stroma
dan berasal dari bagian depan stroma.
3) Stroma
Stroma kornea menyusun sekitar 90% ketebalan kornea. Stroma
terdiri atas lamel yang merupakan susunan kolagen yang sejajar satu
dengan lainnya. Pada permukaan terlihat anyaman yang teratur sedang
di bagian perifer serta kolagen ini bercabang.
4) Membran Descemet
Membran Descemet merupakan membran aselular dan merupakan
batas belakang stroma kornea.
5) Endotel
Endotel berasal dari mesotelium, berlapis satu, berbentuk heksagonal,
dan tebalnya 20-40 µm. Lapisan ini berperan dalam mempertahankan
deturgesensi stroma kornea.
Uvea
Uvea adalah lapisan vaskular di dalam bola mata dan dilindungi oleh
kornea dan sklera yang terdiri dari tiga bagian, yaitu:
1) Iris
Iris merupakan perpanjangan badan siliar ke anterior mempunyai
permukaan yang relatif datar dengan celah yang berbentuk bulat di
tengahnya, yang disebut pupil. Iris mempunyai kemampuan untuk
mengatur banyaknya cahaya yang masuk ke dalam bola mata secara
otomatis dengan mengecilkan (miosis) atau melebarkan (midriasis)
pupil.
2) Badan siliar
Badan siliar merupakan susunan otot melingkar yang berfungsi
mengubah tegangan kapsul lensa sehingga lensa dapat fokus untuk
objek dekat maupun jauh dalam lapang pandang.
Badan siliar terdiri atas zona anterior yang berombak-ombak, pars
plicata (2 mm) yang merupakan pembentuk aqueous humor, dan zona
posterior yang datar, pars plana (4 mm).
3) Koroid
Koroid merupakan segmen posterior uvea terletak di antara retina dan
sklera yang berisi pembuluh-pembuluh darah dalam jumlah besar,
berfungsi untuk memberi nutrisi pada retina bagian terluar yang
terletak di bawahnya.
Lensa
Lensa adalah suatu struktur bikonveks, avaskular, tak berwarna, dan
hampir transparan sempurna. Tebalnya sekitar 4 mm dan diameternya 9 mm.
Di sebelah anterior lensa terdapat aqueous humor, di posteriornya terdapat
vitreous humor. Kapsul lensa adalah suatu membran semipermeabel yang akan
memperbolehkan air dan elektrolit masuk. Di sebelah depan terdapat selapis
epitel subkapsular. Nukleus lensa lebih keras daripada korteksnya. Nukleus
dan korteks terbentuk dari lamela konsentris yang panjang. Lensa ditahan di
tempatnya oleh ligamentum suspensorium yang dikenal sebagai zonula Zinii,
yang tersusun dari banyak fibril yang berasal dari permukaan badan siliar dan
menyisip ke dalam ekuator lensa.
Aqueous Humor
Aqueous humor diproduksi oleh badan siliar. Setelah memasuki bilik mata
belakang, aqueous humor melalui pupil dan masuk ke bilik mata depan,
kemudian ke perifer menuju sudut bilik mata depan.
Vitreous Humor
Vitreous humor adalah suatu badan gelatin yang jernih dan avaskular yang
membentuk dua pertiga volume dan berat mata. Permukaan luar vitreous
humor normalnya berkontak dengan struktur-struktur berikut: kapsul lensa
posterior, serat-serat zonula, pars plana lapisan epitel, retina, dan caput nervi
optici. Basis vitreous mempertahankan penempelan yang kuat seumur hidup
ke lapisan epitel pars plana dan retina tepat di belakang ora serrata.
Retina
Retina atau selaput jala, merupakan bagian mata yang mengandung
reseptor yang menerima rangsangan cahaya. Lapisan-lapisan retina mulai dari
sisi luar yang berbatas dengan koroid adalah sebagai berikut:
1) Epitel pigmen retina (Membran Bruch).
2) Fotoreseptor Lapisan fotoreseptor terdiri dari sel batang dan sel
kerucut.
3) Membran limitan eksterna.
4) Lapisan nukleus luar Lapisan nukleus luar merupakan susunan
nukleus sel kerucut dan sel batang. Keempat lapisan di atas avaskuler
dan mendapat nutrisi dari kapiler koroid.
5) Lapisan pleksiform luar Lapisan ini merupakan lapisan aselular
tempat sinapsis sel fotoreseptor dengan sel bipolar dan sel horizontal.
6) Lapisan nukleus dalam Lapisan ini terdiri dari tubuh sel bipolar, sel
horizontal, dan sel Muller serta didarahi oleh arteri retina sentral.
7) Lapisan pleksiform dalam Lapisan ini merupakan lapisan aselular
tempat sinaps sel bipolar dan sel amakrin dengan sel ganglion.
8) Lapisan sel ganglion Lapisan ini merupakan lapisan badan sel dari
neuron kedua.
9) Serabut saraf Lapisan serabut saraf berupa akson sel ganglion yang
menuju ke arah saraf optik. Di dalam lapisan-lapisan ini terletak
sebagian besar pembuluh darah retina.
10) Membran limitan interna Membran limitan interna berupa membran
hialin antara retina dan vitreous humor.
b) Fisiologi
Penglihatan dimulai dari masuknya cahaya ke dalam mata dan difokuskan
pada retina. Cahaya yang datang dari sumber titik jauh, ketika difokuskan di
retina menjadi bayangan yang sangat kecil. Suatu keadaan dimana sinar yang
sejajar atau jauh difokuskan oleh sistem optik tepat pada daerah makula lutea
tanpa melakukan akomodasi disebut dengan emetropia atau mata normal.
Cahaya masuk ke mata dan direfraksikan atau dibelokkan ketika melalui
kornea dan bagian-bagian lain dari mata (humor aquous, lensa, humor
vitreous). Bagian-bagian tersebut mempunyai kepadatan yang berbeda-beda
sehingga cahaya yang masuk dapat difokuskan pada retina. Cahaya yang
masuk melalui kornea diteruskan ke pupil. Pupil merupakan lubang bundar
anterior di bagian tengah iris yang mengatur jumlah cahaya yang masuk ke
mata. Pupil membesar bila intensitas cahaya kecil (bila berada di tempat
gelap), dan apabila berada di tempat terang atau intensitas cahayanya besar,
maka pupil akan mengecil. Pengaturan perubahan pupil tersebut adalah iris,
yang merupakan cincin otot yang berpigmen dan tampak di dalam aqueous
humor, iris juga berperan dalam menentukan warna mata. Setelah melalui
pupil dan iris, maka cahaya sampai ke lensa. Lensa ini berada di antara humor
aquos dan humor vitreous, melekat ke otot–otot siliaris melalui ligamentum
suspensorium. Fungsi lensa selain menghasilkan kemampuan refraktif yang
bervariasi selama berakomodasi, juga berfungsi untuk memfokuskan cahaya
ke retina. Akomodasi adalah kemampuan lensa mata menjadi lebih cembung.
Apabila mata memfokuskan pada objek yang dekat, maka otot–otot siliaris
akan berkontraksi, sehingga lensa menjadi lebih tebal dan lebih kuat. Saat
mata memfokuskan objek yang jauh, maka otot–otot siliaris akan mengendur
dan lensa menjadi lebih tipis dan lebih lemah. Bila cahaya sampai ke retina,
maka sel–sel batang dan sel–sel kerucut yang merupakan sel–sel yang sensitif
terhadap cahaya akan meneruskan sinyal–sinyal cahaya tersebut ke otak
melalui saraf optik. Bayangan atau cahaya yang tertangkap oleh retina adalah
terbalik, nyata, lebih kecil, tetapi persepsi pada otak terhadap benda tetap
tegak, karena otak sudah dilatih menangkap bayangan yang terbalik itu
sebagai keadaan normal.
b) Diagnosis Banding
c) Glaukoma Kongestif
Konjungtivitis Keratitis Uveitis Anterior
Akut
Menurun perlahan,
Tergantung letak
Visus Normal tergantung letak Menurun mendadak
infiltrat
radang
Hiperemi konjungtiva perikornea siliar Mix injeksi
Epifora,
- + + -
fotofobia
Sekret Banyak - - -
Palpebra Normal Normal normal Edema
Edema, suram (tidak
Kornea Jernih Bercak infiltrat Gumpalan sel radang
bening), halo (+)
COA Cukup cukup Sel radang (+) dangkal
H. Aquous Normal normal Sel radang (+), flare Kental
(+), tyndal efek (+)
Kadang edema Kripta menghilang
Iris Normal normal
(bombans) karena edema
Pupil Normal normal miosis Mid midriasis (d:5mm)
Lensa Normal normal Sel radang menempel Keruh
7. Penatalaksanaan konjungtivitis
A. Non Farmakologi
Bila konjungtivitis disebabkan oleh mikroorganisme, pasien harus diajari
bagaimana cara menghindari kontaminasi mata yang sehat atau mata orang lain.
Perawat dapat memberikan intruksi pada pasien untuk tidak menggosok mata yang
sakit dan kemudian menyentuh mata yang sehat, mencuci tangan setelah setiap kali
memegang mata yang sakit, dan menggunakan kain lap, handuk, dan sapu tangan baru
yang terpisah untuk membersihkan mata yang sakit. Asuhan khusus harus dilakukan
oleh personal asuhan kesehatan guna mengindari penyebaran konjungtivitis antar
pasien.
B. Farmakologi
Terapi spesifik terhadap konjungtivitis bacterial tergantung temuan agen
mikrobiologinya.
Untuk menghilangkan sekret dapat dibilas dengan garam fisiologis.
b. Steroid topical
– Prednisolone 0,5% 4xsehari pada konjungtivitis psuedomembranosa atau
membranosa
– Keratitis simtomatik steroid topikal lemah, hati-hati dalam penggunaan,
gejala dapat muncul kembali karena steroid hanya menekan proses inflamasi.
– Steroid dapat membantu replikasi virus dan memperlama periode infeksius
pasien.
– Harus monitoring tekanan intraokular jika penggunaan steroid diperpanjang
c. Lainnya
– Untuk infeksi varicella zoster, Acyclovir oral dosis tinggi (800 mg 5x sehari
selama 10 hari) diberikan jika progresi memburuk.
– Pada keratitis herpetik dapat diberikan acyclovir 3% salep 5x/hari, selama 10
hari, atau dengan acyclovir oral, 400 mg 5x/hari selama 7 hari.
– Stop menggunakan lensa kontak
– Artificial tears 4xsehari
– Kompres hangat atau dingin
– Insisi/pengankatan jaringan pseudomembran atau membrane
– Antibiotik topikal jika diduga ada infeksi bateri sekunder
– Povidone-iodine
– Jika sudah ada ulkus kornea, lakukan debridemant
Katarak
ablasi retina