Mata Merah
Seorang anak laki-laki berusia 8 tahun datang ke poliklinik diantar ibunya dengan keluhan
kedua mata merah sejak 2 hari yang lalu setelah bermain sepak bola. Keluhan disertai dengan
keluar banyak air mata dan gatal. Penglihatan tidak mengalami gangguan. Pasien pernah
menderita penyakit seperti ini 6 bulan yang lalu.
Pada pemeriksaan oftalmologi:
VOD: 6/6, VOS: 6/6
Segmen anterior ODS: palpebral edema (-), lakrimasi (+), Konjungtiva tarsalis superior: giant
papil (+) (cobble stone appearance), konjungtiva bulbi: injeksi konjungtiva (+), limbus
kornea: infiltrate (+).
Lain-lain tidak ada kelainan.
Pasien sudah mencoba mengobati dengan obat warung tapi tidak ada perubahan.
Setelah mendapatkan terapi pasien diminta untuk control rutin dan menjaga serta memelihara
kesehatan mata sesuai ajaran Islam.
KATA SULIT
1. Pemeriksaan oftalmologis
: pemeriksaan yang dilakukan untuk anatomi dan fungsi
mata
2. Injeksi konjungtiva
: melebarnya arteri konjungtiva posterior dapat terjadi
karena pengaruh mekanis
3. Giant papil
: penimbunan cairan dan sel limfoid, di bawah
konjungtiva terlihat sebagai benjolan yang besarnya lebih dari 10mm
4. Limbus kornea
: batas antara kornea dan sklera
5. Infiltrat
: kumpulan sel radang yang berasal dari pembuluh
darah sekitar limbus
6. Lakrimasi
: sekresi dan pengeluaran air mata
PERTANYAAN
1. Mengapa penglihatan pasien tidak mengalami gangguan?
2. Apakah yang menyebabkan mata pasien merah?
3. Apakah hubungan penyakit pasien sekarang dengan penyakit pasien 6 bulan yang
lalu?
4. Apakah diagnosis sementara pasien?
5. Apakah yang menyebabkan keluarnya banyak air mata dan rasa gatal?
6. Apakah yang menyebabkan infiltrat positif?
7. Bagaimana cara penanganan pertamanya?
8. Bagaimana memelihara kesehatan mata sesuai ajaran Islam?
9. Bagaimana cara mencegah mata merah?
JAWABAN
1. - Karena pasien tidak mengalami visus terganggu, yang hanya mengalami iritasi
pada konjungtiva saja
- Karena tidak mengenai media refraktif (aqueus humor, kornea, vitreous humor)
- Mata merah dengan visus normal contohnya: konjungtivitis, pendarahan
subkonjungtiva, pterigium
- Karena alirannya tidak mengenai kornea
2. Karena ada benda asing yang masuk ke mata, dan menyebabkan iritasi pada mata, dan
karena terjadi dilatasi pada pembuluh darah
3. Kemungkinan pasien mengalami hipersensitivitas terhadap debu, cahaya matahari,dll
4. Konjungtivitis et causa alergi
5. Mengeluarkan air mata adalah bentuk proteksi terhadap benda asing, dan mata merah
terjadi karena iritasi, gatal karena respon inflamasi mengeluarkan zat lain
6. Karena adanya peradangan di sekitar limbus
7. Di berikan obat tetes mata
8. Dengan cara berwudhu dan menjaga pandangan
9. Menghindari faktor resiko seperti debu, caha matahari, dll
HIPOTESIS
Faktor resiko seperti debu, cahaya matahari, bakteri, dan virus dapat menimbulkan
gejala iritasi seperti mata merah, gatal karena respon inflamasi, dan peradangan di sekitar
limbus. Pemeriksaaan fisik yang dilakukan adalah pemeriksaan visus yang menunjukkan
bahwa asien mengalami konjungtivitis et causa alergi. Untuk penanganan pertama dapat
diberikan obat tetes mata, dan dapat di cegah dengan menghindari faktor resiko juga
berwudhu dan menjaga pandangan.
SASARAN BELAJAR
2
Palpebra terletak di
depan mata serta dapat
melindungi mata dari cedera
dan kelebihan cahaya.
Palpebra superior lebih
besar dan lebih mobile
dibandingkan dengan
palpebra inferior. Hal
tersebut dikarenakan pada
palpebra superior terdapat
insertio dari M. levator
Gambar 2. Tampak depan kelopak mata
palpebra, yang mana sangat
berperan dalam proses
membuka dan menutupnya kelopak mata. Kedua palpebra saling bertemu pada
sudut medial dan lateral. Fissura palpebra adalah lubang berbentuk elips diantara
palpebra superior dan inferior yang merupakan tempat masuknya saccus
konjungtiva. (Snell, 1997)
Permukaan superfisialis palpebra ditutupi kulit dan permukaan dalamnya
ditutupi oleh membrane mukosa yang disebut dengan konjungtiva. Bulu mata yang
pendek dan melengkung terletak ditepi bebas palpebra. Mereka tersusun berbaris
dua atau tiga pada batas mucocutanea. Glandula sebasea (glandula Zeis) bermuara
langsung ke dalam folikel bulu mata. Glandula ciliaris (glandula Moll) yang
merupakan modifikasi dari kelenjar keringat, bermuara sendiri-sendiri diantara
bulu mata. Glandula tarsalis
adalah modifikasi kelenjar
sebasea yang panjang,
mencurahkan sekret
berminyaknya pada tepi
palpebra. Muaranya terdapat
dibelakang bulu mata. Bahan
berminyak seperti ini mencegah
lubernya air mata dan
membantu mencegah masuknya
air bila mata ditutup. (Snell,
1997).
Gambar 3. Antomi saluran air mata
Bola Mata
Bola mata terbenam dalam corpus adiposum orbitae, namun dipisahkan oleh
selubung fasia bola mata. Bola mata terdiri atas lapisan, dari luar ke dalam adalah
tunica fibrosa, tunica vasculosa (uvea), tunica sensoria bulbi. (Snell, 1997).
dipasok oleh serabut simpatis, yang berjalan ke depan, ke bola mata dalam Nn.
ciliares longus. (Snell, 1997).
M. sphincter pupillae bertugas untuk mengecilkan pupil dalam keadaan cahaya
terang dan selama akomodasi. M. dilator pupillae bertugas untuk melebarkan pupil
dalam keadaan cahaya yang redup ataupun rangsangan simpatis yang berlebihan,
seperti perasaan takut. (Snell, 1997)
Tunica Sensoria (Retina)
Retina terdiri dari pars pigmentosa di luar dan pars nervosa di sebelah dalam.
Permukaan luarnya melekat pada choroidea dan permukaan dalamnya berkontak
dengan corpus vitreum. Tiga perempat posterior retina merupakan organ
reseptornya. Ujung anterior cincin berombak, yaitu ora serrata, ditempat inilah
jaringan saraf berakhir. Bagian anterior retina bersifat non reseptif dan hanya
terdiri atas sel-sel berpigmen dengan lapisan epitel silindris dibawahnya. Bagian
anterior retina ini menutupi processus ciliares dan bagian belakang iris. (Snell,
1997)
Isi bola mata ialah media refraksi, humor aquosus, corpus vitreum dan lensa.
(Snell, 1997)
Homor Aquosus
Humor aquosus adalah cairan bening yang mengisi camera anterior (COA)
dan camera posterior (COP). Diduga merupakan sekret transudat dari processus
ciliaris, dari sini cairan akan mengalir ke camera posterior. Lalu, mengalir kedalam
camera anterior melalui pupillae dan diangkut pergi melalui celah-celah pada
angulus iridocornealis ke dalam canalis Schlemm. Gangguan drainase humor
aquosus mengakibatkan peningkatan tekanan intraocular (TIO), yang disebut
dengan glaucoma. Keadaan ini dapat menimbulkan perubahan degenerative pada
retina, yang mengakibatkan kebutaan. (Snell, 1997)
10
dan retina. Camera oculi anterior dan posterior terisi suatu cairan yang disebut
dengan humor aqueosus. Cairan ini dihasilkan oleh processus ciliaris yang berada
di belakang iris, berjalan dari camera posterior ke camera anterior lalu akan
didrainase melalui vena. (Eroschenko, 2003)
Retina mengandung selapis sel fotoreseptor (sel kerucut dan sel batang) yang
peka terhadap berkas cahaya melalui lensa. Saraf yang keluar dari retina adalah
saraf (sensoris) afferen yang menghantarkan impuls cahaya dari fotoreseptor ke
otak melalui N. Opticus untuk interpretasi visual. (Eroschenko, 2003)
Pada bagian posterior mata terdapat sebuah bercak berpigmen kekuningan
yang disebut makula lutea. Di pusat makula lutea terdapat sebuah lekukan kecil
yang disebut dengan fovea centralis. Bagian fovea centralis ini tidak mengandung
sel batang maupun pembuluh darah, yang ada hanya kumpulan dari sel kerucut.
Oleh karena itu bisa dikatakan fungsi dari fovea centralis ini lebih mengarah
kepada interpretasi warna. (Eroschenko, 2003)
Palpebra
Lapisan terluar palpebra adalah kulit tipis. Epidermis terdiri atas epitel
berlapis gepeng dengan papilla. Pada bagian dermis, dibawahnya terdapat folikelfolikel rambut dengan kelenjar sebasea. Selain itu, kelenjar keringat juga dapat
ditemukan pada bagian dermis. (Eroschenko, 2003)
sebasea khusus (besar) yang disebut dengan kelenjar tarsalis Meibom. Asini
sekretorius yang keluar dari kelenjar ini akan bermuara ke dalam suatu ductus
centralis yang panjang yang berjalan paralel dengan konjungtiva palpebra dan
bermuara di tepi palpebra. (Eroschenko, 2003)
Ujung bebas palpebra mengandung bulu mata yang muncul dari folikel rambut
besar dan panjang. Terdapat kelenjar sebasea kecil yang berkaitan dengan bulu
mata. Diantara folikel rambut bulu mata terdapat kelenjar keringat Moll.
(Eroschenko, 2003)
Palpebra mengandung 3 sel otot. Bagian terbesarnya adalah otot rangka, yang
disebut dengan M. orbicularis oculi. Lalu ada M. ciliaris (Roilan), di daerah folikel
rambut bulu mata dan kelenjar tarsal. Di bagian atas palpebra terdapat berkasberkas otot polos, yaitu M. tarsalis superior (Muller). (Eroschenko, 2003)
14
Jaringan ikat intralobular hanya sedikit, tetapi jaringan ikat interlobular sangat
banyak dan dapat mengandungn sel-sel lemak. (Eroschenko, 2003)
Kornea
Permukaan anterior kornea ditutupi oleh
epitel
berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk dan tanpa
papil.
Lapisan sel terbawah (basal) silindris dan berada
di atas
membran basal tipis. Di bawah epitel kornea
terdapat membrana limitans anterior (membrana
Bowman). Membrana Bowman berasal dari
lapisan dibawahnya, stroma kornea (substantia
proria). Stroma kornea membentuk badan
kornea. Stroma terdiri atas berkas serat kolagen
paralel yang membentuk lamela tipis dan
lapisan-lapisan fibroblas gepeng yang
Gambar 17. Lapisan Kornea
bercabang, keratosit, yang terletak diantara
serat kolagen. Keratosit kornea merupakan
bagian yang telah dimodifikasi. (Eroschenko, 2003)
Permukaan posterior kornea ditutupi epitel kuboid rendah, epitel posterior,
yang juga merupakan endotel kornea. Membrana limitans posterior (membrana
Descement) lebar dan merupakan membrana basalis epitel kornea posterior.
Membran ini berada pada bagian posterior dari stroma kornea. (Eroschenko, 2003)
Bola Mata
Bola mata dikelilingi oleh 3 lapisan konsentris utama, yaitu jaringan ikat
fibrosa kuat di luar (sklera dan kornea), lapisan tengah atau uvea (choroid
berpigmen yang sangat vaskular; corpus ciliaris, terdiri atas processus ciliaris dan
M. ciliaris; iris), yang terakhir adalah lapisan terdalam (jaringan saraf fotosensitif,
retina). (Eroschenko, 2003)
Sklera adalah lapisan jaringan ikat kuat, opak, putih, terdiri atas anyaman
padat serat kolagen. Sklera membantu mempertahankan kekakuan bola mata dan
tampak sebagai bagian putih mata. Batas antara sklera dan kornea disebut limbus
kornea, yang terletak di bagian anterior mata. Di bagian posterior mata terdapat N.
opticus yang muncul dari kapsul ocular, tempat peralihan sklera bola mata dan
duramater (jaringan ikat susunan saraf). (Eroschenko, 2003)
15
ditemukan pembuluh darah maupun sel batang. Pada daerah ini hanya terdapat sel
kerucut, yang berperan dalam interpretasi warna suatu benda. (Eroschenko, 2003)
Papilla opticus merupakan tempat N. opticus meninggalkan bola mata. Pada
papilla opticus tidak terdapat sel batang maupun sel kerucut. Oleh sebab itu daerah
ini disebut juga bintik buta mata. (Eroschenko, 2003)
Sklera luar bersebelahan dengan jaringan orbital, yang mengandung jaringan
ikat longgar, sel-sel lemak, jaringan lemak orbita, serat saraf, pembuluh darah,
pembuluh limfatik serta kelenjar. (Eroschenko, 2003)
17
Lapisan inti luar mengandung inti sel batang dan sel kerucut serta cabang luar
sel Muller. Di dalam lapisan pleksiform luar, akson sel kerucut dan batang
bersinaps dengan dendrit sel-sel bipolar dan sel horizontal. Lapisan inti dalam
mengandung inti sel-sel bipolar, horizontal dan amakrin, serta sel neuralgia Muller.
Sel-sel horizontal dan amakrin adalah sel asosiasi. Di dalam lapisan pleksiform
dalam, akson-akson sel bipolar bersinaps dengan dendrit sel ganglion dan sel
amakrin. (Eroschenko, 2003)
Lapisan sel ganglion mengandung badan sel-sel ganglion dan sel neuroglia.
Dendrit dan sel ganglion bersinaps pada lapisan pleksiform dalam. (Eroschenko,
2003)
Lapisan serat N. opticus mengandung akson sel ganglion dan anyaman serat
dalam sel Muller. Akson sel ganglion berkumpul pada discus opticus dan
membentuk N. opticus. Ujung dalam serat sel Muller memancar membentuk
membrana limitans interna retina. (Eroschenko, 2003)
Pembuluh darah retina berjalan di dalam lapisan serat N. opticus dan sampai
ke lapisan inti dalam. Terlihat berbagai potongan pembuluh pada lapisan ini.
(Eroschenko, 2003).
18
gelap
konsentrasi GMP-siklik tinggi
kosentrasi Na tinggi
depolarisasi membrane
Jaras
penglihatan
Berkasberkas
cahaya dari
19
cahaya/terang
fotopigmen terjadi disosiasi dari retinen dan opsin
separuh kiri lapangan pandang jatuh di separuh kanan retina kedua mata. Demikian
sebaliknya, berkas-berkas cahaya
dari Na
separuh
kosentrasi
tinggikanan lapangan pandang jatuh di
separuh kiri retina kedua mata. Tiap-tiap saraf optikus keluar dari retina membawa
informasi dari kedua belahan retina yang dipersarafi. Informasi ini dipisahkan
sewaktu kedua saraf optikuspenurunan
tersebut bertemu
GMP-siklik
di kiasma optikus. Di dalam kiasma
optikus, serat-serat dari separuh medial kedua retina bersilangan ke sisi yang
berlawanan, tetapi serat-serat yang dari separuh lateral tetap di sisi yang sama.
penutupan
canal Nadan meninggalkan kiasma optikus
Berkas-berkas serat yang telah
direorganisasi
dikenal sebagai traktus optikus. Tiap-tiap traktus optikus membawa informasi dari
separuh lateral salah satu retina
dan separuh
menutupnya
canal Camedial retina yang lain. Dengan
demikian, persilangan parsial ini menyatukan serat-serat dari kedua mata yang yang
membawa informasi dari separuh lapangan pandang yang sama. Tiap-tiap traktus
dihambat
optikus menyampaikanpengeluaran
ke belahan zat
otakinhibitorik
di sisi yang
sama informasi mengenai separuh
lapangan pandang dari sisi yang berlawanan. Perhentian pertama di otak untuk
informasi dalam jalur penglihatan
adalahneuron
nukleus
genikulatus lateralis di thalamus.
terjadi eksitasi
bipolar
Di korpus atau nucleus genikulatum, serat-serat dari bagian nasal retina dan temporal
retina yang lain bersinaps di sel-sel yang axonnya membentuk traktus
genikulokalkarina.
Traktus
ini menuju
lobus penglihatan
oksipitalis korteks
perambatan
potensial
aksi kekekorteks
di otak serebrum (area
Brodmann 17).
adanyaLakrimalis
ekspresi melihat
2.2 Memahami dan Menjelaskan
Fisiologi Lakrimasi
Glandula lacrimalis terletak pada tepi supero-lateral orbita. Saluran-salurannya
bermuara ke dalam bagian lateral fornix superior di conjunctiva. Persarafan: serabutserabut sekremotorik dari nukleus salivatorius superior melalui ganglion geniculi, n.
petrosus superficialis major, ganglion pterygopalatinum, ramus zygomaticotemporalis, n. maxillaris, selanjutnya melalui nn. lacrimales.
Sirkulasi air mata:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Glandula lacrimalis.
Lacus lacrimalis.
Meluas di atas cornea.
Punctum lacrimalis di tepi medial.
Canalis lacrimalis.
Saccus lacrimalis.
Ductus nasolacrimalis.
Meatus nasi inferior di dinding lateral cavum nasi.
20
Glandula lacrimalis terdiri atas pars orbitalis yang besar dan pars palpebralis
yang kecil. Keduanya saling berhubungan pada ujung lateral m. levator palpebrae
superioris. Glandula ini terletak diatas bola mata, di bagian anterior dan superior
orbita, posterior terhadap septumorbitale. Kira-kira 12 duktus keluar dari permukaan
bawah kelenjar dan bermuara pada bagianlateral fornix superior konjungtiva.
Persarafan Glandula lacrimalis; saraf sekremotorik parasimpatis berasal dari nucleus
lacrimalis n. facialis. Serabut-serabut preganglionik mencapai ganglion
pterygopalatinum (sphenopalatinum) melalui n.intermediusdan ramus petrosus
magnus serta n.canalis pterygoidei. Serabut-serabut postganglionik meninggalkan
ganglion dan bergabung dengan n.maxillaris. Kemudian serabut ini berjalan didalam
ramus zygomaticum serta n.zygomaticotemporalis, dan mencapai glandula lacrimalis
melalui n.lacrimalis.
3. Memahami dan Menjelaskan Mata Merah
3.1 Memahami dan Menjelaskan Visus Normal
1. PTERIGIUM
Definisi
Pterigium merupakan penebalan lipatan konjungtiva bulbi yang berbentuk segitiga
dengan banyak pembuluh darah. Punvaknya terletak di kornea dan dasarnya dibagian
perifer. Biasanya terletak di celah kelopak dan sering meluas ke daerah pupil.
Penyebab
Penyebab pasti dari pterygium tidak diketahui. Tetapi, faktor penyebab yang paling
umum adalah :
1. Terkena paparan sinar matahari yang berlebihan
2. Bekerja di luar rumah
3. Paparan berlebihan pada lingkungan yang keras seperti debu, kotoran, panas,
angin, kekeringan dan asap.
4. Paparan berlebihan pada alergen seperti bahan kimia dan solvent
Epidemiologi
Umum terjadi pada usia 20-30 tahun dan di daerah yang beriklim tropis
Klasifikasi Pterygium
Tipe 1
Meluas kurang dari 2 mm di atas kornea. Timbunan besi (ditunjukkan dengan Stocker
line) dapat terlihat di epitel kornea bagian anterior/depan pterygium. Lesi/jejas ini
asimtomatis, meskipun sebentar-sebentar dapat meradang (intermittently inflamed).
Jika memakai soft contact lense, gejala dapat timbul lebih awal karena diameter lensa
yang luas bersandar pada ujung kepala pterygium yang sedikit naik/terangkat dan ini
dapat menyebabkan iritasi.
Tipe 2
21
Melebar hingga 4 mm dari kornea, dapat kambuh (recurrent) sehingga perlu tindakan
pembedahan. Dapat mengganggu precorneal tear film dan menyebabkan
astigmatisme.
Tipe 3
Meluas hingga lebih dari 4 mm dan melibatkan daerah penglihatan (visual axis).
Lesi/jejas yang luas (extensive), jika kambuh, dapat berhubungan dengan fibrosis
subkonjungtiva dan meluas hingga ke fornix yang terkadang dapat menyebabkan
keterbatasan pergerakan mata.
Gejala
Gejala pterygium bervariasi dari orang ke orang. Pada beberapa orang, pterigyum
akan tetap kecil dan tidak mempengaruhi penglihatan. Pterygium ini diperhatikan
karena alasan kosmetik. Pada orang yang lain, pterygium akan tumbuh cepat dan
dapat meyebabkan kaburnya penglihatan. Pterygium tidak menimbulkan rasa sakit.
Gejalanya termasuk :
1. Mata merah
2. Mata kering
3. Iritasi
4. Keluar air mata (berair)
5. Sensasi seperti ada sesuatu dimata
6. Penglihatan yang kabur
Diagnosis
Diagnosis pterigium dapat ditegakkan berdasarkan pemeriksaan berikut:
1. Pemeriksaan Visus
2. Slit lamp
Penatalaksanaan
Tujuan utama penatalaksanaan pterygium adalah untuk :
1.
2.
3.
4.
Mengevaluasi ukuran
Mencegah inflamasi
Mencegah infeksi
Aid dalam proses penyembuhan, apabila operasi dilakukan
Observasi:
Therapy radiasi
22
PSEUDOPTERIGIUM
1. Lokasi
Sembarang lokasi
2.Progresifitas
Selalu stasioner
3.Riwayat
peny.
4.Tes sondase
Negatif
Positif
Pencegahan
Mencegah rangsangan luar sangat dianjurkan.
24
Adalah reaksi radang yang mempengaruhi bagian luar berwarna putih yang melapisi
mata.Penyakit ini biasanya disebabkan kelainan atau penyakit sistemik. Skleritis
dibedakan menjadi :
Skleritis anterior diffus
Radang sklera disertai kongesti pembuluh darah episklera dan sklera, umumnya
mengenai sebagian sklera anterior, peradangan sklera lebih luas, tanpa nodul.
Skleritis nodular
Nodul pada skleritis noduler tidak dapat digerakkan dari dasarnya, berwarna
merah, berbeda dengan nodul pada episkleritis yang dapat digerakkan.
Skleritis nekrotik
Jenis skleritis yang menyebabkan kerusakan sklera yang berat.
Pengobatan
Pada skleritis dapat diberikan suatu steroid atau salisilat. Apabila ada penyakit yang
mendasari, maka penyakit tersebut perlu diobati.
3.2 Memahami dan Menjelaskan Visus Turun
I.
KERATITIS
a. Keratitis Superfisialis
Bentuk klinis :
-
25
Berupa bintik-bintik putih pada permukaan kornea yang dapat disebabkan oleh
berbagai penyakit infeksi virus antara lain virus herpes, herpes zoster, dan
vaksinia.
-
Keratitis flikten
Benjolan putih yang bermula di limbus tetapi mempunyai kecenderungan
untuk menyerang kornea.
Keratitis Sika
Suatu bentuk keratitis yang disebabkan oleh kurangnya sekresi kelenjar
lakrimal atau sel goblet yang berada di konjungtiva.
Keratitis Lepra
Suatu bentuk keratitis yang diakibatkan oleh gangguan trofik saraf, disebut
juga keratitis neuroparalitik.
Keratitis Numularis
Bercak putih berbentuk bulat pada permukaan kornea biasanya multipel dan
banyak didapatkan pada petani.
Keratitis Superfisialis
Keratitis Herpes Simpleks
Virus herpes simpleks menempati manusia sebagai Host, merupakan parasit
intraselular obligat, dapat ditemukan pada mukosa rongga hidung, rongga mulut, dan
mata. Penularan dapat terjadi melalui kontak dengan cairan dan jaringan mata, rongga
hidung, mulut, alat kelamin yang mengandung virus.
Bentuk infeksi keratitis herpes simpleks dibagi dalam 2 bentuk yaitu epitelial dan
stromal; pada yang epitelial, mengakibatkan kerusakan sel epitel dan membentuk
ulkus kornea superfisialis. Pada yang stromal terjadi reaksi imunologik tubuh
terhadap virus yang menyerang reaksi antigen-antibodi yang menarik sel radang ke
dalam stroma. Sel radang ini mengeluarkan bahan proteolitik untuk merusak virus
tetapi juga akan merusak jaringan stromal di sekitarnya. Pengobatan pada yang
epitelial ditujukan terhadap virusnya sedang pada yang stromal ditujukan untuk
menyerang virus dan reaksi radangnya.
Gambaran klinis infeksi primer herpes simpleks pada mata biasanya berupa
konjungtivitis folikulasris akut disertai blefaritis vesikuler yang ulseratif, serta
pembengkakan kelenjar limfa regional. Kebanyakan penderita juga disertai keratitis
26
epitelial dan dapat mengenai troma tetapi jarang. Pada dasarnya infeksi primer ini
dapat sembuh sendiri, akan tetapi pada keadaan tertentu di mana daya tahan tubuh
sangat lemah akan menjadi parah dan menyerang stroma.
Gambaran khas pada kornea adalah bentuk dendrit, akan tetapi dapat juga bentuk lain.
Secara subjektif, keratitis herpes simpleks epitelial kadang tidak dikeluhkan oleh
penderita, keluhan mungkin karena kelopak yang sedikit membengkak atau mata
berair yang bila sering diusap menyebabkan lecet kulit palpabra. Secara objektif
didapatkan iritasi yang ringan, sedikit merah, berair, dan unilateral.
Pada serangan berulang, kornea menjadi target utama dan menimbulkan keratitis
stroma yang dapat disertai dengan uveitis. Gambaran pada kornea adalah lesi
disiformis tetapi dapat juga bentuk-bentuk lain yang tidak spesifik dan lazim disebut
keratitis meta-herpetika. Pada keadaan ini penderita datang dengan keluhan silau,
mata berair, penglihatan kabur dan pada pemeriksaan didapatkan injeksi konjungtiva
dan silier, penderita menutup matanya karena silau, dan pada kornea didapatkan
infiltrat stroma yang dapat disertai uveitis dan hipopion.
Diagnosis banding keratitis Herpes simpleks antara lain keratitis zoster, vaksinia, dan
keratitis stafilokokus.
Keratitis Herpes Zoster
Disebabkan oleh virus varicella-zoster. Virus ini dapat menyerang saraf kranial V, VII,
dan VIII. Pada nervus trigeminus, bila yang terserang antara pons dan ganglion
Gasseri, maka akan terjadi gangguan pada ketiga cabang N V. Biasanya yang
terganggu adalah cabang oftalmik.
Bila cabang oftalmik yang terkena, maka terjadi pembengkakan kulit di daerah dahi,
alis, dan kelopak mata disertai kemerahan yang dapat disertai vesikel, dapat
mengalami supurasi, yang bila pecah akan menimbulkan sikatriks.
Bila cabang nasosiliar yang terkena, maka akan timbul vesikel di daerah hidung dan
kornea terancam. Kedua erupsi kulit tidak melewati garis median.
Biasanya penderita herpes zoster oftalmik pernah mengalami penyakit varisela
beberapa waktu sebelumnya. Dapat terjadi demam atau malaise dan rasa nyeri yang
27
biasanya berkurang setelah timbulnya erupsi kulit, tetapi kadang-kadang rasa nyeri ini
dapat berlangsung berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun.
Secara subjektif, biasanya penderita datang dengan rasa nyeri disertai edema kulit
yang tampak kemerahan pada daerah dahi, alis, dan kelopak atas serta sudah disertai
dengan vesikel.
Secara objektif, tampak erupsi kulit pada daerah yang dipersarafi cabang oftalmik
nervus trigeminus. Erupsi ini unilateral dan tidak melewati garis median. Rima
palpebra tampak menyempit apabila kelopak atas mengaami pembengkakan. Bila
cabang nasosiliaris nervs trigemnus yang terkena, maka erupsi kulit terjadi pada
daerah hidung dan rima palpebra biasanya tertutup rapat. Bila kornea atau jaringan
yang lebih dalam terkena, maka timbul lakrimasi, mata yang silau dan sakit dan
penderita tampak kesakitan yang parah. Kelainan mata berupa bercak-bercak atau
bintik-bintik putih kecil yang tersebar di epitel kornea yang dengan cepat sekali
melibatkan stroma. Bila infeksi mengenai jaringan mata yang lebih dalam dapat
menimbulkan iridosiklitis disertai sinekia iris serta menimbulkan glaukoma sekunder.
Komplikasi lain adalah paresis otot penggerak mata serta neuritis optik.
Nyeri disertai erupsi kulit yang tidak melewati garis median adalah khas untuk infeksi
oleh herpes zoster.biasanya juga pembengkakan kelenjar pre-aurikler regional yang
sesuai dengan sisi cabang oftalmik N V yang terkena.
Pemberian asiklovir oral maupun topikal tampak menjanjikan; bila disertai infeksi
sekunder bakterial dapat diberikan antibiotik. Dapat diberikan pula obat-obatan yang
meningkatkan sistem imunitas tubuh, obat-obatan neurotropik, serta dapat dibantu
dengan vitamin C dosis tinggi.
Pada mata, pengobatan yang bersifat simtomatik adalah tetes metil selulose,
siklopegia.
Pemberian kortikosteroid oral maupun topikal merupkan kontraindikasi karena dapat
meningkatkan aktivitas virus, memperpanjang perjalanan klinik penyakit, serta
memicu infeksi bakteri atau jamur.
Keratitis Vaksinia
28
29
Pada anak-anak disertai gizi buruk, keratitis flikten dapat berkembang menjadi tukak
kornea karena infeksi sekunder.
Penyembuhan yang terjadi pada keratitis flikten biasanya akan meninggalkan jaringan
parut yang disertai neovaskularisasi kornea.
Pengobatan dengan tetes mata steroid akan memberikan hasil yang memuaskan.
Steroid oral tidak dianjurkan apabila bila terdapat penyakit TBC yang mendasari.
Pada tukak dapat diberikan antibiotik topikal atau oral.
Keratitis Sika
Keratitis Sika adalah keratitis yang pada dasarnya diakibatkan oleh kurangnya sekresi
kelenjar lakrimal dan atau sel globet, yang dapat disebabkan oleh berbagai penyakit
atau keadaan sebagai berikut :
-
Defisiensi kelenjar air mata (Sindrom Syogren, Syndrom Riley Day, tumor
kelenjar air mata, obat-obat diuretik, penggunaan atropin lama, usia lanjut).
Akibat parut pada kornea atau rusaknya mikrovili kornea (trauma kimia)
Secara objektif, pada tingkat dry-eye, kejernihan permukaan konjungtiva dan kornea
hilang, tes schirmer berkurang, tear-film kornea mudah pecah, tear break-up time
berkurang, sukar menggerakan kelopak mata.
Kelainan kornea dapat berupa erosi kornea, keratitis filamentosa, atau pungtata. Pada
kerusakan kornea yang lebih lanjut dapat terjadi ulkus kornea dengan segala
komplikasinya.
Apabila yang kurang adalah komponen air dari air mata, diberikan air mata tiruan;
sedangkan bila komponen lemaknya yang berkurang maka diberikan lensa kontak.
Keratitis Lepra
30
Morbus Hansen atau penyakit Lepra menyerang dan menimbulkan kerusakan pada
kornea melalui 4 cara :
-
Gangguan trofik pada kornea yang disebabkan kerusakan saraf kornea oleh
mikobakterium lepra.
Pada daerah yang endemik, sering disertai adanya penyakit trakoma yang
menyebabkan entropion dan trikiasis.
Perubahan yang terjadi akibat serangan mikobakterium lepra adalah membesar dan
membengkaknya saraf kornea disertai bintil-bintil dalam benang (bead on a string).
Pembengkakan saraf kornea adalah patognomonik untuk infeksi oleh mkobakterium
lepra pada mata ataupun dapat mengindikasikan adanya suatu infeksi sistemik.
Masa inkubasi tidak diketahui secara pasti, begitu pula cara penularannya, diduga
melalui saluran pernapasan.
Secara subjektif, penderita datang karena adanya pembengkakan yang kemerahan
pada palpebra serta tanda-tanda lain pada bagian tubuh di luar mata.
Secara objektif, terdapat keratitis avaskuler berupa lesi pungtata berwarna putih
seperti kapur yang secara perlahan batasnya akan mengabur dan sekelilingnya
menjadi seperti berkabut. Lesi ini akan menyatu dengan lesi di sebelahnya dan
menyebabkan kekeruhan sub-epitelial seperti nebula. Dalam nebula ini terdapat
sebaran seperti deposit kalsium dan sering disertai destruksi membran Bowman. Pada
fase lanjut terjadi neovaskularisasi superfisial yang disebut plannus lepromatosa.
Keratitis Nummularis
Keratitis nummularis adalah bentuk keratitis yang ditandai dengan infiltrat bundar
berkelompok dan tepinya berbatas tegas. Keratitis ini berjalan lambat, sering kali
unilateral dan pada umumnya didapatkan pada petani yang bekerja di sawah.
Secara subjektif, pasien mengeluh silau.
31
Secara objektif, mata yang terserang tampak merah karena injeksi siliar, disertai
lakrimasi.
Infiltrat multipel dan bundar yang terdapat di lapisan kornea bagian superfisial
biasanya tidak menyebabkan ulserasi.
Pemberian kortikosteroid lokal memberikan hasil yang baik yaitu hilangnya tandatanda radang dan lakrimasi tetapi penyerapan infiltrat terjadi dalam waktu yang lama,
dapat 1-2 tahun.
b. Keratitis Profunda
Bentuk klinis :
-
Keratitis sklerotikans
32
ULKUS KORNEA
Ulserasi kornea dapat meluas ke dua arah yaitu melebar dan mendalam. Ulkus yang
kecil dan superfisial akan lebih cepat sembuh, kornea dapat jernih kembali.
Pada ulkus yang menghancurkan membran Bowman dan stroma, akan menimbulkan
sikatriks kornea.
Gejala Subjektif sama seperti gejala keratitis. Gejala Objektif berupa injeksi siliar,
hilangnya sebagaian jaringan kornea, dan adanya infiltrat. Pada kasus yang lebih berat
dapat terjadi iritis disertai hipopion.
III.
RADANG UVEA
Peradangan uvea biasanya unilateral, dapat disebabkan oleh efek langsung suatu
infeksi atau merupakan fenomena alergi terhadap antigen dari luar atau antigen dari
dalam.
33
Radang iris dan badan siliar menyebabkan rusaknya Blood Aqueous Barrier sehingga
terjadi peningkatan protein, fibrin, dan sel-sel radang dalam humor akuos yang
tampak pada penyinaran miring menggunakan sentolop atau akan lebi jelas bila
menggunakan slit lamp, berkas sinar yang disebut fler.
Fibrin dimaksudkan untuk menghambat gerakan kuman akan tetapi justru
mengakibatkan perlekatan-perlekatan misalnya perlekatan iris pada permukaan lensa
(sinekia posterior).
Sel-sel radang yang terdiri atas limfosit, makrofag, sel plasma dapat membentuk
presipitat keratik yaitu sel-sel radang yang menempel pada permukaan endotel
kornea. Apabila presipitat keratik ini besar, berminyak disebut mutton fat keratic
precipitate. Akumulasi sel-sel radang dapat pula terjadi pada tepi pupil disebut
Koeppe nodules, bila di permukaan iris disebut Busacca nodules, yang bisa ditemukan
juga pada permukaan lensa dan sudut bilik mata depan.
Pada iridosiklitis yang berat sel radang dapat sedemikian banyak hingga menimbulkan
hipopion.
Otot sfingter pupil mendapat rangsangan karena radang dan pupil akan miosis dan
dengan adanya timbunan fibrin serta sel0sel radang dapat terjadi seklusio maupun
oklusio pupil. Bila terjadi seklusio dan oklusio total, cairan di dalam bilik mata
belakang tidak dapat mengalir sama sekali mengakibatkan tekanan dalam bilik mata
belakang lebih besar dari tekanan dalam bilik mata depan sehingga iris tampak
menggelembung ke depan yang disebut iris bombans.
Gangguan produksi humor akuos terjadi akibat hipofungsi badan siliar menyebabkan
tekanan bola mata turun. Eksudat protein, fibrin, dan sel-sel radang dapat berkumpul
di sudut bilik mata depan terjadi penutupan kanal Schlemm sehingga terjadi gaukoma
sekunder.
IV.
dan di sekitar mata. Penglihantannya kabur sekali dan dilihatnya warna pelangi di
sekitar lampu.
Pada pemeriksaan, ditemukan kelopak mata bengkak, konjungtiva bulbi yang sangat
hiperemik (kongestif), injeksi siliar dan kornea yang suram. Bilik mata depan dangkal
dapat dibuktikan dengan memperhatikan bilik mata depan dari samping. Pupil tampak
melebar, lonjong miring agak vertikal atau midriasis yang hampir total.
Refleks pupil lambat atau tidak ada. Tajam penglihatan menurun sampai hitung jari.
Sebenarnya dengan tanda-tanda luar ini ditambah anamnesis yang teliti sudah cukup.
Diagnosis baru dapat ditegakkan kalau tekanan bola mata diukur, lalu didapatkan
tinggi sekali. Mereka yang tidak biasa untuk mentransfer harus dipakai cara digital.
injeksi
hilangnya
siliar,
sebagaian
jaringan
kornea,
dan
adanya
infiltrat.
Pada
kasus
yang
lebih
berat
dapat
III.
RADANG
terjadi
iritis
UVEA
disertai
hipopion.
Peradangan
atau
merupakan
uvea
fenomena
biasanya
unilateral,
alergi
terhadap
dapat
antigen
disebabkan
dari
luar
oleh
atau
efek
antigen
langsung
dari
suatu
dalam.
infeksi
Radang
terjadi
peningkatan
iris
dan
badan
protein,
fibrin,
menyebabkan
dan
sel-sel
rusaknya
radang
Blood
dalam
Aqueous
humor
Barrier
yang
sehingga
tampak
pada
lamp,
penyinaran
berkas
sinar
miring
yang
menggunakan
disebut
fler.
sentolop
atau
akan
lebi
jelas
bila
menggunakan
slit
Fibrin
perlekatan-perlekatan
dimaksudkan
untuk
misalnya
menghambat
perlekatan
gerakan
iris
pada
permukaan
akan
tetapi
lensa
justru
(sinekia
mengakibatkan
posterior).
Sel-sel
presipitat
radang
keratik
yang
yaitu
sel-sel
terdiri
radang
atas
yang
limfosit,
menempel
makrofag,
pada
permukaan
sel
plasma
endotel
dapat
kornea.
membentuk
Apabila
Akumulasi
sel-sel
radang
keratik
dapat
ini
besar,
pula
terjadi
berminyak
pada
tepi
disebut
pupil
mutton
disebut
fat
Koeppe
keratic
nodules,
precipitate.
bila
di
lensa
permukaan
dan
sudut
iris
bilik
disebut
mata
Busacca
depan.
nodules,
yang
bisa
ditemukan
juga
pada
permukaan
hipopion.
Pada
iridosiklitis
Gejala
Subjektif
berat
sama
sel
radang
seperti
dapat
gejala
sedemikian
keratitis.
banyak
Gejala
hingga
Objektif
menimbulkan
berupa
dan
dengan
pupil.
Bila
adanya
terjadi
timbunan
seklusio
fibrin
dan
oklusio
serta
sel0sel
total,
radang
cairan
di
dapat
dalam
terjadi
bilik
seklusio
belakang
maupun
tidak
besar
mengalir
dari
tekanan
sama
dalam
sekali
bilik
mengakibatkan
mata
depan
tekanan
sehingga
dalam
iris
tampak
bilik
mata
menggelembung
belakang
lebih
ke
depan
Gangguan
yang
produksi
disebut
iris
humor
bombans.
akuos
terjadi
akibat
hipofungsi
badan
siliar
menyebabkan
tekanan
bola
turun.
Eksudat
protein,
fibrin,
dan
sel-sel
radang
dapat
berkumpul
di
sekunder.
gaukoma
depan,
fase
sedang
akut
pada
terjadi
fase
glaukoma
lenjut
glaukoma
sekunder
sekunder
karena
gumpalan-gumpalan
terjadi
karena
adanya
pada
seklusio
sudut
bilik
pupil.
prostaglandin.
IV.
Seseorang
GLAUKOMA
yang
datang
KONGESTIF
dalam
fase
AKUT
serangan
akut
glaukoma
memberi
kesan
seperti
orang
dipapah.
Penderita
inilah
yang
sendiri
mengelabui
memegang
dokter
kepalanya
umum;
sering
karena
dikiranya
sakit,
kadang-kadang
seorang
penderita
pakai
dengan
selimut.
suatu
Hal
penyakit
Dalam
anamnesis,
sistemik.
keluarganya
akan
menceritakan
bahwa
sudah
sekian
hari
penderita
tidak
sekitar
bisa
mata.
bangun,
Penglihantannya
sakit
kepala
kabur
dan
terus
sekali
muntah-muntah,
dan
dilihatnya
nyeri
warna
dirasakan
pelangi
di
di
sekitar
dalam
lampu.
dan
di
sangat
hiperemik
dibuktikan
(kongestif),
dengan
injeksi
memperhatikan
siliar
dan
kornea
bilik
yang
depan
suram.
dari
Bilik
samping.
mata
depan
Pupil
dangkal
tampak
melebar,
Refleks
lonjong
lambat
miring
atau
agak
tidak
vertikal
atau
Tajam
midriasis
penglihatan
yang
hampir
menurun
total.
sampai
hitung
jari.
Sebenarnya
Naik
baru
dengan
turunnya
dapat
tanda-tanda
tekanan
bola
luar
kalau
mata
ini
tekanan
ditambah
disebutkan
bola
anamnesis
mata
pula
sebagai
diukur,
yang
akibat
lalu
teliti
didapatkan
sudah
perna
cukup.
asetilkolin
tinggi
dan
sekali.
Mereka
yang
tidak
biasa
untuk
mentransfer
harus
dipakai
cara
digital.
Iritis
Nyeri
akut
mata
pada
iritis
tidak
sehebat
glaukoma
akut
Fotofobia
Kornea
masih
lebih
mengkilat
hebat
daripada
glaukoma
akut
Pupil
Bilik
mata
kecil
depan
tidak
dangkal
atau
normal
Konjungtivitis
Tekanan
bola
mata
akut
biasa
atau
rendah
Tak
ada
nyeri
perubahan
atau
tajam
penglihatan
hanya
sedikit
Ada
Hiperemi
sekret
konjungitva
mata
berat;
tidak
ada
hiperemi
perikorneal.
Diagnosis
diobatai
dengan
banding
miotikum,
penting
sekali
pada
iritis
karena
harus
berhubungan
diberi
midriatik.
dengan
Bila
pengobatan.
salah
diberikan,
Glaukoma
akan
berabahaya.
Harus
obat
hanya
diingat
untuk
bahwa
tindakan
kasus
darurat
glaukoma
agar
akut
segera
adalah
dirujuk
masalah
ke
rumah
pembedahan.
sakit
yang
Pemberian
memiliki
fasilitas
Pengobatan
Diagnosis
pembedahan
banding
obat
mata.
::ditegakkan
::%
menit,
Miotik
kemudian
::pupil
pilokarpin
disusul
2-4
11terlalu
tetes
tetes
tiap
mata
jam
yang
sampai
diteteskan
66kuman
jam.
setiap
Hasilnya
menit
adalah
11akuos
tetes
liosis
selama
dan
55oklusio
karenanya
terbuka.
melepaskan
iris
dari
jaringan
trabekulum.
Sudut
mata
depan
akan
kemudian
Carbonic
disusul
Anhidrase
tiap
44siliar
jam
Inhibitor
11diberikan
tablet
::ada.
sampai
asetazolamid
24
jam.
@
Kerja
250
obat
mg,
ini
adalah
2tablet
dengan
sekaligus,
mengurangi
Obat
hiperosmotik
pembentukan
::mungkin
akuos
humor.
1.5
larutan
cc/kgBB).
gliserin,
Untuk
50%
praktisnya
yang
dapat
dipakai
oral.
Dosis
11mata
cc/kgBB.
1-1.5
gram/kg
Obat
BB
harus
(0.7odiminum
Mannitol
sekaligus.
20%
yang
diberikan
per
infus
60
tetes/menit.
plasma.
obat
hiperosmotik
adalah
mempertinggi
daya
osmosis
-Kerja
Morfin
::presipitat
Pengobatan
injeksi
10-15
mg
mengurangi
sakit
dan
mengecilkan
pupi
injeksi
hilangnya
siliar,
sebagaian
jaringan
kornea,
dan
adanya
infiltrat.
Pada
kasus
yang
lebih
berat
dapat
III.
RADANG
terjadi
iritis
UVEA
disertai
hipopion.
Peradangan
atau
merupakan
uvea
fenomena
biasanya
unilateral,
alergi
terhadap
dapat
antigen
disebabkan
dari
luar
oleh
atau
efek
antigen
langsung
dari
suatu
dalam.
infeksi
Radang
terjadi
peningkatan
iris
dan
badan
protein,
siliar
fibrin,
menyebabkan
dan
sel-sel
rusaknya
radang
Blood
dalam
Aqueous
humor
akuos
Barrier
yang
sehingga
tampak
pada
lamp,
penyinaran
berkas
sinar
miring
yang
menggunakan
disebut
fler.
sentolop
atau
akan
lebi
jelas
bila
menggunakan
slit
Fibrin
perlekatan-perlekatan
dimaksudkan
untuk
misalnya
menghambat
perlekatan
gerakan
iris
pada
kuman
permukaan
akan
tetapi
lensa
justru
(sinekia
mengakibatkan
posterior).
Sel-sel
presipitat
radang
keratik
yang
yaitu
sel-sel
terdiri
radang
atas
yang
limfosit,
menempel
makrofag,
pada
permukaan
sel
plasma
endotel
dapat
kornea.
membentuk
Apabila
Akumulasi
presipitat
sel-sel
radang
keratik
dapat
ini
besar,
pula
terjadi
berminyak
pada
tepi
disebut
pupil
mutton
disebut
fat
Koeppe
keratic
nodules,
precipitate.
bila
di
lensa
permukaan
dan
sudut
iris
bilik
disebut
mata
Busacca
depan.
nodules,
yang
bisa
ditemukan
juga
pada
permukaan
hipopion.
iridosiklitis
berat
sel
radang
dapat
sedemikian
banyak
hingga
menimbulkan
dan
dengan
pupil.
Bila
adanya
terjadi
timbunan
seklusio
fibrin
dan
oklusio
serta
sel0sel
total,
radang
cairan
di
dapat
dalam
terjadi
bilik
seklusio
belakang
maupun
tidak
oklusio
besar
mengalir
dari
tekanan
sama
dalam
sekali
bilik
mengakibatkan
mata
depan
tekanan
sehingga
dalam
iris
tampak
bilik
mata
menggelembung
belakang
lebih
ke
depan
Gangguan
yang
produksi
disebut
iris
humor
bombans.
akuos
terjadi
akibat
hipofungsi
badan
siliar
menyebabkan
tekanan
bola
turun.
Eksudat
protein,
fibrin,
dan
sel-sel
radang
dapat
berkumpul
di
sekunder.
gaukoma
Pada
depan,
fase
sedang
akut
pada
terjadi
fase
glaukoma
lenjut
glaukoma
sekunder
sekunder
karena
gumpalan-gumpalan
terjadi
karena
adanya
pada
seklusio
sudut
bilik
pupil.
prostaglandin.
IV.
Seseorang
GLAUKOMA
yang
datang
KONGESTIF
dalam
fase
AKUT
serangan
akut
glaukoma
memberi
kesan
seperti
orang
dipapah.
Penderita
inilah
yang
sendiri
mengelabui
memegang
dokter
kepalanya
umum;
sering
karena
dikiranya
sakit,
kadang-kadang
seorang
penderita
pakai
dengan
selimut.
suatu
Hal
penyakit
Dalam
anamnesis,
sistemik.
keluarganya
akan
menceritakan
bahwa
sudah
sekian
hari
penderita
tidak
sekitar
bisa
mata.
bangun,
Penglihantannya
sakit
kepala
kabur
dan
terus
sekali
muntah-muntah,
dan
dilihatnya
nyeri
warna
dirasakan
pelangi
di
di
sekitar
dalam
lampu.
dan
di
sangat
hiperemik
dibuktikan
(kongestif),
dengan
injeksi
memperhatikan
siliar
dan
kornea
bilik
mata
yang
depan
suram.
dari
Bilik
samping.
mata
depan
Pupil
dangkal
tampak
melebar,
Refleks
pupil
lonjong
lambat
miring
atau
agak
tidak
vertikal
ada.
atau
Tajam
midriasis
penglihatan
yang
hampir
menurun
total.
sampai
hitung
Sebenarnya
Naik
baru
dengan
turunnya
dapat
tanda-tanda
ditegakkan
tekanan
bola
luar
kalau
mata
ini
tekanan
ditambah
disebutkan
bola
anamnesis
mata
pula
sebagai
diukur,
yang
akibat
lalu
teliti
didapatkan
sudah
perna
cukup.
asetilkolin
tinggi
dan
sekali.
Mereka
yang
tidak
biasa
untuk
mentransfer
harus
dipakai
cara
digital.
Iritis
Nyeri
akut
mata
pada
iritis
tidak
sehebat
glaukoma
akut
Fotofobia
Kornea
masih
lebih
mengkilat
hebat
daripada
glaukoma
akut
Pupil
Bilik
mata
kecil
depan
tidak
terlalu
dangkal
atau
normal
Konjungtivitis
Tekanan
bola
mata
akut
biasa
atau
rendah
Tak
ada
nyeri
perubahan
atau
mungkin
tajam
penglihatan
hanya
sedikit
Ada
Hiperemi
sekret
konjungitva
mata
berat;
tidak
ada
hiperemi
perikorneal.
Diagnosis
diobatai
dengan
banding
miotikum,
penting
sekali
pada
iritis
karena
harus
berhubungan
diberi
midriatik.
dengan
Bila
pengobatan.
salah
diberikan,
Glaukoma
akan
berabahaya.
Harus
obat
hanya
diingat
untuk
bahwa
tindakan
kasus
darurat
glaukoma
agar
akut
segera
adalah
dirujuk
masalah
ke
rumah
pembedahan.
sakit
yang
Pemberian
memiliki
fasilitas
Pengobatan
Diagnosis
pembedahan
banding
obat
mata.
menit,
Miotik
kemudian
pilokarpin
disusul
2-4
%
tetes
tetes
tiap
mata
jam
yang
sampai
diteteskan
jam.
setiap
Hasilnya
menit
adalah
tetes
liosis
selama
dan
karenanya
terbuka.
melepaskan
iris
dari
jaringan
trabekulum.
Sudut
mata
depan
akan
kemudian
Carbonic
disusul
Anhidrase
tiap
jam
Inhibitor
tablet
sampai
asetazolamid
24
jam.
@
Kerja
250
obat
mg,
ini
adalah
2tablet
dengan
sekaligus,
-mengurangi
Obat
hiperosmotik
pembentukan
akuos
humor.
1.5
larutan
cc/kgBB).
gliserin,
Untuk
50%
praktisnya
yang
diberikan
dapat
dipakai
oral.
Dosis
cc/kgBB.
1-1.5
gram/kg
Obat
BB
harus
(0.7odiminum
Mannitol
sekaligus.
20%
yang
diberikan
per
infus
60
tetes/menit.
Kerja
plasma.
obat
hiperosmotik
adalah
mempertinggi
daya
osmosis
Morfin
Pengobatan
injeksi
10-15
mg
mengurangi
sakit
dan
mengecilkan
pupi
injeksi
hilangnya
siliar,
sebagaian
jaringan
kornea,
dan
adanya
infiltrat.
Pada
kasus
yang
lebih
berat
III.
RADANG
terjadi
iritis
UVEA
disertai
hipopion.
Peradangan
atau
merupakan
uvea
fenomena
biasanya
unilateral,
alergi
terhadap
dapat
antigen
disebabkan
dari
luar
oleh
atau
efek
antigen
langsung
dari
suatu
dalam.
infeksi
Radang
terjadi
peningkatan
iris
dan
badan
protein,
siliar
fibrin,
menyebabkan
dan
sel-sel
rusaknya
radang
Blood
dalam
Aqueous
humor
akuos
Barrier
yang
sehingga
tampak
pada
lamp,
penyinaran
berkas
sinar
miring
yang
menggunakan
disebut
fler.
sentolop
atau
akan
lebi
jelas
bila
menggunakan
Fibrin
perlekatan-perlekatan
dimaksudkan
untuk
misalnya
menghambat
perlekatan
gerakan
iris
pada
kuman
permukaan
akan
tetapi
lensa
justru
(sinekia
mengakibatkan
posterior).
Sel-sel
presipitat
radang
keratik
yang
yaitu
sel-sel
terdiri
radang
atas
yang
limfosit,
menempel
makrofag,
pada
permukaan
sel
plasma
endotel
dapat
kornea.
membentuk
Apabila
Akumulasi
presipitat
sel-sel
radang
keratik
dapat
ini
besar,
pula
terjadi
berminyak
pada
tepi
disebut
pupil
mutton
disebut
fat
Koeppe
keratic
nodules,
precipitate.
bila
di
lensa
permukaan
dan
sudut
iris
bilik
disebut
mata
Busacca
depan.
nodules,
yang
bisa
ditemukan
juga
pada
permukaan
hipopion.
iridosiklitis
berat
sel
radang
dapat
sedemikian
banyak
hingga
menimbulkan
dan
dengan
pupil.
Bila
adanya
terjadi
timbunan
seklusio
fibrin
dan
oklusio
serta
sel0sel
total,
radang
cairan
di
dapat
dalam
terjadi
bilik
seklusio
belakang
maupun
tidak
oklusio
besar
mengalir
dari
tekanan
sama
dalam
sekali
bilik
mengakibatkan
mata
depan
tekanan
sehingga
dalam
iris
tampak
bilik
mata
menggelembung
belakang
lebih
ke
depan
Gangguan
yang
produksi
disebut
iris
humor
bombans.
akuos
terjadi
akibat
hipofungsi
badan
siliar
menyebabkan
tekanan
bola
turun.
Eksudat
protein,
fibrin,
dan
sel-sel
radang
dapat
berkumpul
di
sekunder.
gaukoma
Pada
depan,
fase
sedang
akut
pada
terjadi
fase
glaukoma
lenjut
glaukoma
sekunder
sekunder
karena
gumpalan-gumpalan
terjadi
karena
adanya
pada
seklusio
sudut
bilik
pupil.
prostaglandin.
IV.
Seseorang
GLAUKOMA
yang
datang
KONGESTIF
dalam
fase
AKUT
serangan
akut
glaukoma
memberi
kesan
seperti
orang
dipapah.
Penderita
inilah
yang
sendiri
mengelabui
memegang
dokter
kepalanya
umum;
sering
karena
dikiranya
sakit,
kadang-kadang
seorang
penderita
pakai
dengan
selimut.
suatu
Hal
penyakit
Dalam
anamnesis,
sistemik.
keluarganya
akan
menceritakan
bahwa
sudah
sekian
hari
penderita
tidak
sekitar
bisa
mata.
bangun,
Penglihantannya
sakit
kepala
kabur
dan
terus
sekali
muntah-muntah,
dan
dilihatnya
nyeri
warna
dirasakan
pelangi
di
di
sekitar
dalam
lampu.
dan
dijari.
sangat
hiperemik
dapat
dibuktikan
(kongestif),
dengan
injeksi
memperhatikan
siliar
dan
kornea
bilik
mata
yang
depan
suram.
dari
Bilik
samping.
mata
depan
Pupil
dangkal
tampak
melebar,
Refleks
pupil
lonjong
lambat
miring
atau
agak
tidak
vertikal
ada.
atau
Tajam
midriasis
penglihatan
yang
hampir
menurun
total.
sampai
hitung
jari.
Sebenarnya
Naik
baru
dengan
turunnya
dapat
tanda-tanda
ditegakkan
tekanan
bola
luar
kalau
mata
ini
tekanan
ditambah
disebutkan
bola
anamnesis
mata
pula
sebagai
diukur,
yang
akibat
lalu
teliti
didapatkan
sudah
perna
cukup.
asetilkolin
tinggi
dan
sekali.
Mereka
yang
tidak
biasa
untuk
mentransfer
harus
dipakai
cara
digital.
Iritis
Nyeri
akut
mata
pada
iritis
tidak
sehebat
glaukoma
akut
Fotofobia
Kornea
masih
lebih
mengkilat
hebat
daripada
glaukoma
akut
Pupil
Bilik
mata
kecil
depan
tidak
terlalu
dangkal
atau
normal
Konjungtivitis
Tekanan
bola
mata
akut
biasa
atau
rendah
Tak
ada
nyeri
perubahan
atau
mungkin
tajam
penglihatan
hanya
sedikit
o-
Ada
Hiperemi
sekret
konjungitva
mata
berat;
tidak
ada
hiperemi
perikorneal.
Diagnosis
diobatai
dengan
banding
miotikum,
penting
sekali
pada
iritis
karena
harus
berhubungan
diberi
midriatik.
dengan
Bila
pengobatan.
salah
diberikan,
Glaukoma
akan
berabahaya.
Harus
obat
hanya
diingat
untuk
bahwa
tindakan
kasus
darurat
glaukoma
agar
akut
segera
adalah
dirujuk
masalah
ke
rumah
pembedahan.
sakit
yang
Pemberian
memiliki
fasilitas
Pengobatan
Diagnosis
pembedahan
banding
obat
mata.
:
:
menit,
Miotik
kemudian
pilokarpin
disusul
%
1iris
tetes
tetes
tiap
mata
jam
yang
sampai
diteteskan
6 mengecilkan
jam.
setiap
Hasilnya
menit
adalah
12tablet
tetes
liosis
selama
dan 5akanslit
karenanya
terbuka.
melepaskan
dari
jaringan
Sudut
mata
depan
kemudian
Carbonic
disusul
Anhidrase
tiap
4yang
jam
Inhibitor
1diberikan
tablet
: infus
sampai
asetazolamid
24dan
jam.
@
Kerja
250
obat
mg,
ini
adalah
dengan
sekaligus,
mengurangi
Obat
hiperosmotik
pembentukan
:2-4
akuos
humor.
1.5
larutan
cc/kgBB).
Untuk
50%
praktisnya
dapat
dipakai
oral.
Dosis
1trabekulum.
cc/kgBB.
1-1.5
gram/kg
Obat
BB
harus
(0.7diminum
Mannitol
sekaligus.
20%
yang
diberikan
per
60
tetes/menit.
Kerja
plasma.
obat
hiperosmotik
adalah
mempertinggi
daya
osmosis
Morfin
4.
::gliserin,
Memahami
Pengobatan
injeksi
10-15
dan
mg
Menjelaskan
mengurangi
Konjungtivitis
sakit
pu
4.1 Memahami dan Menjelaskan Definisi Konjungtivitis
1. Konjungtivitis Bakteri
Konjungtivitis bakteri dapat dibagi menjadi empat bentuk, yaitu hiperakut,
akut, subakut dan kronik. Konjungtivitis bakteri hiperakut biasanya disebabkan
oleh N gonnorhoeae, Neisseria kochii dan N meningitidis. Bentuk yang akut
biasanya disebabkan oleh Streptococcus pneumonia dan Haemophilus
aegyptyus. Penyebab yang paling sering pada bentuk konjungtivitis bakteri
subakut adalah H influenza dan Escherichia coli, sedangkan bentuk kronik
35
paling sering terjadi pada konjungtivitis sekunder atau pada pasien dengan
obstruksi duktus nasolakrimalis (Jatla, 2009).
Konjungtivitis bakterial biasanya mulai pada satu mata kemudian mengenai
mata yang sebelah melalui tangan dan dapat menyebar ke orang lain. Penyakit
ini biasanya terjadi pada orang yang terlalu sering kontak dengan penderita,
sinusitis dan keadaan imunodefisiensi (Marlin, 2009).
2. Konjungtivitis Virus
Konjungtivitis viral dapat disebabkan berbagai jenis virus, tetapi
adenovirus adalah virus yang paling banyak menyebabkan penyakit ini, dan
herpes simplex virus yang paling membahayakan. Selain itu penyakit ini juga
dapat disebabkan oleh virus Varicella zoster, picornavirus (enterovirus 70,
Coxsackie A24), poxvirus, dan human immunodeficiency virus (Scott, 2010).
Penyakit ini sering terjadi pada orang yang sering kontak dengan penderita
dan dapat menular melalui di droplet pernafasan, kontak dengan benda-benda
yang menyebarkan virus (fomites) dan berada di kolam renang yang
terkontaminasi (Ilyas, 2008).
3. Konjungtivitis Alergi
Konjungtivitis alergi dibedakan atas lima subkategori, yaitu konjungtivitis
alergi musiman dan konjungtivitis alergi tumbuh-tumbuhan yang biasanya
dikelompokkan dalam satu grup, keratokonjungtivitis vernal,
keratokonjungtivitis atopik dan konjungtivitis papilar raksasa (Vaughan, 2010).
Etiologi dan faktor resiko pada konjungtivitis alergi berbeda-beda sesuai
dengan subkategorinya. Misalnya konjungtivitis alergi musiman dan tumbuhtumbuhan biasanya disebabkan oleh alergi tepung sari, rumput, bulu hewan,
dan disertai dengan rinitis alergi serta timbul pada waktu-waktu tertentu. Vernal
konjungtivitis sering disertai dengan riwayat asma, eksema dan rinitis alergi
musiman. Konjungtivitis atopik terjadi pada pasien dengan riwayat dermatitis
atopic, sedangkan konjungtivitis papilar rak pada pengguna lensa- kontak atau
mata buatan dari plastik (Asokan, 2007).
4. Konjungtivitis Jamur
Konjungtivitis jamur paling sering disebabkan oleh Candida albicans dan
merupakan infeksi yang jarang terjadi. Penyakit ini ditandai dengan adanya
bercak putih dan dapat timbul pada pasien diabetes dan pasien dengan keadaan
sistem imun yang terganggu. Selain Candida sp, penyakit ini juga dapat
disebabkan oleh Sporothrix schenckii, Rhinosporidium serberi, dan
Coccidioides immitis walaupun jarang (Vaughan, 2010).
5. Konjungtivits Parasit
Konjungtivitis parasit dapat disebabkan oleh infeksi Thelazia californiensis,
Loa loa, Ascaris lumbricoides, Trichinella spiralis, Schistosoma haematobium,
Taenia solium dan Pthirus pubis walaupun jarang (Vaughan, 2010).
36
1. Konjungtivitis Bakteri
Konjungtivitis Bakteri adalah inflamasi konjungtiva yang disebabkan oleh bakteri. Pada
konjungtivitis ini biasanya pasien datang dengan keluhan mata merah, sekret pada mata
dan iritasi mata.
2. Konjungtivitis Virus
Konjungtivitis viral adalah penyakit umum yang dapat disebabkan oleh berbagai jenis
virus, dan berkisar antara penyakit berat yang dapat menimbulkan cacat hingga infeksi
ringan yang dapat sembuh sendiri dan dapat berlangsung lebih lama daripada
konjungtivitis bakteri.
3. Konjungtivitis Alergi
Konjungtivitis alergi adalah bentuk alergi pada mata yang paing sering dan disebabkan
oleh reaksi inflamasi pada konjungtiva yang diperantarai olehsistem imun (Cuvillo et al,
2009). Reaksi hipersensitivitas yang paling sering terlibat pada alergi di konjungtiva
adalah reaksi hipersensitivitas tipe 1.
4. Konjungtivitis Parasit
5. Konjungtivitis Jamur
6. Kinjungtivitis Kimia
Jenis Konjungtivitis dapat ditinjau dari penyebabnya dan dapat pula ditinjau dari gambaran
klinisnya yaitu :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Konjungtivitis Kataral
Konjungtivitis Purulen, Mukopurulen
Konjuntivitis Membran
Konjungtivitis Folikular
Konjungtivitis Vernal
Konjungtivitis Flikte
1. Konjungtivitis Kataral
37
Etiologi
Biasanya disebabkan oleh infeksi bakteri, antara lain stafilokok aureus, Pneumokok,
Diplobasil Morax Axenfeld dan basil Koch Weeks.
Bisa juga disebabkan oleh virus, misalnya Morbili, atau bahan kimia seperti bahan kimia basa
(keratokonjungtivitis) atau bahan kimia yang lain dapat pula menyebabkan tanda-tanda
konjungtivitis kataral. Herpes Zoster Oftalmik dapat pula disertai konjungtivitis.
Gambaran Klinis
Injeksi konjungtiva, hiperemi konjungtiva tarsal, tanpa folikel, tanpa cobble-stone, tanpa
flikten, terdapat sekret baik serous, mukus, mukopurulen (tergantung penyebabnya). Dapat
disertai blefaritis atau obstruksi duktus lakrimal.
Pengobatan
Pengobatan Konjungtivitis Kataral tergantung kepada penyebabnya. Apabila penyebabnya
karena inf. bakteri maka dapat diberikan antibiotik, seperti : tetrasiklin, kloromisetin, dan
lain-lain. Pada infeksi virus dianjurkan pemakaia sulfasetamid atau obat anti-virus seperti
IDU untuk infeksi Herpes Simplek.
AB sistemik pd dewasa :
Cefriaxone IM 1 g/hr selama 5 hr + irigasi saline atau Penisilin G 10 juta IU/IV/hr
selama 5 hr + irigasi
AB sistemik pd neonatus :
Cefotaxime 25 mg/kgBB tiap 8-12 jam selama 7 hr atau Penisilin G 100.000
IU/kgBB/hr dibagi dl 4 dosis selama 7 hr + irigasi saline
3. Konjungtivitis Membran
Etiologi
38
Konjungtivitis Membran dapat disebabkan oleh infeksi Streptokok hemolitik dan infeksi
difteria. Konjungtivitis Pseudomembran disebabkan oleh infeksi yang hiperakut, serta infeksi
pneumokok.
Gambaran Klinis
Penyakit ini ditandai dengan adanya membran/selaput berupa masa putih pada konjungtiva
tarsal dan kadang juga menutupi konjungtiva bulbi. Massa ini ada dua jenis, yaitu membran
dan pseudomembran.
Pengobatan
Tergantung pada penyebabnya. Apabila penyebabnya infeksi Streptokok B hemolitik,
diberikan antibiotik yang sensitif. Pada infeksi difteria, diberi salep mata penisillin tiap jam
dan injeksi penisillin sesuai umur, pada anak-anak diberikan penisillin dengan dosis 50.000
unit/KgBB, pada orang dewasa diberi injeksi penisillin 2 hari masing-masing 1.2 juta unit.
Untuk mencegah gangguan jantung oleh toksin difteria, perlu diberikan antitoksin difteria
20.000 unit 2 hari berturut-turut.
4. Konjungtivitis Folikular
Dikenal beberapa jenis konjungtivitis follikular, yaitu konjungtivitis viral, konjungtivitis
klamidia, konjungtivitis follikular toksik dan konjungtivitis follikular yang tidak diketahui
penyebabnya.
Jenis Konjungtivitis Follikular
a. Kerato-Konjungtivitis Epidemi
Etiologi
Infeksi Adenovirus type 8, masa inkubasi 5-10 hari
Gambaran Klinis
Dapat mengenai anak-anak dan dewasa.Gejala radang mata timbul akut dan selalu pada
satu mata terlebih dahulu. Kelenjar pre-aurikuler dapat membesar dan nyeri tekan, kelopak
mata membengkak, konjungtiva tarsal hiperemi, konjungtiva bulbi kemosis. Terdapat
pendarahan subkonjungtiva. Pada akhir minggu pertama perjalanan penyakit, baru timbul
gejala di kornea. Pada kornea terdapat infiltrat bulat kecil, superfisial, subepitel.
Gejala-gejala subyektif berupa mata berair, silau dan seperti ada pasir. Gejala radang akut
mereda dalam tiga minggu, tetapi kelainan kornea dapat menetap berminggu-minggu,
berbulan-berbulan bahkan bertahun-tahun setelah sembuhnya penyakit.
Pengobatan
Tidak terdapat pengobatan yang spesifik, dianjurkan pemberian obat lokal sulfasetamid
atau antibiotik untuk mencegah infeksi sekunder.
b. Demam Faringo-Konjungtiva
Etiologi
Penyebab paling sering adalah adenovirus tipe 3
Gambaran Klinis
39
Lebih sering pada anak daripada orang dewasa.Terdapat demam, disamping tanda-tanda
konjungtivitis follikular akut dan faringitis akut. Kelenjar pre-aurikuler dapat membesar.
Lebih sering mengenai dua mata, kelopak mata membengkak.
Dua minggu sesudah perjalanan penyakit dapat timbul kelainan kornea, yaitu terdapat
infiltrat bulat kecil superfisial. Faringitis timbul beberapa hari setelah timbulnya
konjungtivitis follikular akut.
Pengobatan
Tidak ada pengobatan yang spesifik
c. Konjungtivitis Hemoragik Akut
Etiologi
Penyebabnya adalah Entero-virus 70, masa inkubasinya 1-2 hari
Gambaran Klinis
Timbulnya akut, disertai gejala subjektif seperti ada pasir, berair dan diikuti rasa gatal,
biasanya dimulai pada satu mata dan untuk beberapa jam atau satu dua hari kemudian
diikuti peradangan akut mata yang lain.Penyakit ini berlangsung 5-10 hari, terkadang
sampai dua minggu.
Pengobatan
Tidak dikenal obat yang spesifik, tetapi dianjurkan pemberian tetes mata sulfasetamid atau
antibiotik.
d. Konjungtivitis New Castle
Etiologi
Virus New Castle, masa inkubasi 1-2 hari Konjungtivitis ini biasanya mengenai orangorang yang berhubungan dengan unggas, penyakit ini jarang dijumpai.
Gambaran Klinis
Gambaran Klinik : kelopak mata bengkak, konjungtiva tarsal hiperemi dan hiperplasi,
tampak folikel-folikel kecil yang terdapat lebih banyak pada konjungtiva tarsal inferior.
Pada konjungtiva tarsal dapat ditemukan perdarahan dan pada konjungtiviis ini biasanya
disertai pembesaran kelenjar pre-aurikular, nyeri tekan. Sering unilateral
Gejala subjektif : seperti perasaan ada benda asing, berair, silau dan rasa sakit.
Pengobatan
Tidak ada pengobatan yang efektif, tetapi dapat diberi antibiotik untuk mencegah infeksi
sekunder.
e. Inclusion Konjungtivitis
Etiologi
Klamidia okulo-genital, masa inkubasi 4-12 hari
Gambaran Klinis
40
Gambaran kliniknya adalah konjungtivitis follikular akut dan gambaran ini terdapat pada
orang dewasa dan didapatkan sekret mukopurulen, sedang pada bayi gambaran kliniknya
adalah suatu konjungtivitis purulen yang juga disebut Inclusion blenorrhoe.
Pengobatan
Diberikan tetrasiklin sistemik, dapat pula diberikan sulfonamid atau eritromisin
f. Trachoma
Etiologi
Klamidia trakoma
Gambaran Klinis
Gambaran klinik terdapat empat stadium :
1. Stadium Insipiens atau permulaan
Folikel imatur kecil-kecil pada konjungtiva tarsal superior, pada kornea di daerah
limbus superior terdapat keratitis pungtata epitel dan subepitel. Kelainan kornea akan
lebih jelas apabila diperiksa dengan menggunakan tes flurosein, dimana akan terlihat
titik-titik hijau pada defek kornea.
2. Stadium akut (trakoma nyata)
Terdapat folikel-folikel di konjungtiva tarsal superior, beberapa folikel matur
berwarna abu-abu.
3. Stadium sikatriks
Sikatriks konjungtiva pada folikel konjungtiva tarsal superior yang terlihat seperti
garis putih halus. Pannus pada kornea lebih nyata.
4. Stadium penyembuhan
Trakoma inaktif, folikel, sikatriks meluas tanpa peradangan
Pengobatan
Pemberian salep derivat tetrasiklin 3-4 kali sehari selama dua bulan. Apabila perlu dapat
diberikan juga sulfonamid oral.
5. Konjungtivitis Vernal
Etiologi
Kemungkinan suatu konjungtivitis atopik
Ada dua tipe konjugtivitis vernalis :
a. Bentuk Palpebra
Pada tipe palpebral ini terutama mengenai konjungtiva tarsal superior, terdapat
pertumbuhan papil yang besar atau cobble stone yang diliputi secret yang mukoid.
Konjungtiva bawah hiperemi dan edema dengan kelainan kornea lebih berat
disbanding bentuk limbal. Secara klinik, papil besar ini tampak sebagai tonjolan
bersegi banyak dengan permukaan uang rata dan dengan kapiler di tengahnya.
b. Bentuk Limbal
Hipertrofi pada limbus superior yang dapat membentuk jaringan hiperplastik gelatine.
Dengan trantas dot yang merupakan degenerasi epitel kornea atau eosinofil di bagian
epitel limbus kornea, terbentuknya panus dengan sedikit eosinophil
41
Konjungtivitis lebih dikenal sebagai pink eye, yaitu adanya inflamasi pada
konjungtiva atau peradangan pada konjungtiva, selaput bening yang menutupi
bagian berwarna putih pada mata dan permukaan bagian dalam kelopak mata.
Konjungtivitis terkadang dapat ditandai dengan mata berwarna sangat merah dan
menyebar begitu cepat dan biasanya menyebabkan mata rusak. Beberapa jenis
Konjungtivitis dapat hilang dengan sendiri, tapi ada juga yang memerlukan
pengobatan (Effendi, 2008).
Konjungtivitis dapat mengenai pada usia bayi maupun dewasa. Konjungtivitis
pada bayi baru lahir, bisa mendapatkan infeksi gonokokus pada konjungtiva dari
ibunya ketika melewati jalan lahir. Karena itu setiap bayi baru lahir mendapatkan
tetes mata (biasanya perak nitrat, povidin iodin) atau salep antibiotik (misalnya
eritromisin) untuk membunuh bakteri yang bisa menyebabkan konjungtivitis
gonokokal. Pada usia dewasa bisa mendapatkan konjungtivitis melalui hubungan
seksual (misalnya jika cairan semen yang terinfeksi masuk ke dalam mata).
Biasanya konjungtivitis hanya menyerang satu mata. Dalam waktu 12 sampai 48
jam setelah infeksi mulai, mata menjadi merah dan nyeri. Jika tidak diobati bisa
terbentuk ulkus kornea, abses, perforasi mata bahkan kebutaan. Untuk mengatasi
konjungtivitis gonokokal bisa diberikan tablet, suntikan maupun tetesmata yang
mengandung antibiotik (Medicastore, 2009).
Perjalanan penyakit pada orang dewasa secara umum, terdiri atas 3 stadium:
1. Stadium Infiltratif.
Berlangsung 3 4 hari, dimana palpebra bengkak, hiperemi, tegang,
blefarospasme, disertai rasa sakit. Pada konjungtiva bulbi terdapat injeksi
konjungtiva yang lembab, kemotik dan menebal, sekret serous, kadang-kadang
berdarah. Kelenjar preauikuler membesar, mungkin disertai demam. Pada
orang dewasa selaput konjungtiva lebih bengkak dan lebih menonjol dengan
gambaran hipertrofi papilar yang besar. Gambaran ini adalah gambaran spesifik
gonore dewasa. Pada umumnya kelainan ini menyerang satu mata terlebih
dahulu dan biasanya kelainan ini pada laki-laki didahului pada mata kanannya.
2. Stadium Supurativa/Purulenta.
Berlangsung 2 3 minggu, berjalan tak begitu hebat lagi, palpebra masih
bengkak, hiperemis, tetapi tidak begitu tegang dan masih terdapat
blefarospasme. Sekret yang kental campur darah keluar terus-menerus. Pada
bayi biasanya mengenai kedua mata dengan sekret kuning kental, terdapat
pseudomembran yang merupakan kondensasi fibrin pada permukaan
konjungtiva. Kalau palpebra dibuka, yang khas adalah sekret akan keluar
dengan mendadak (memancar muncrat), oleh karenanya harus hati-hati bila
membuka palpebra, jangan sampai sekret mengenai mata pemeriksa.
42
1. Konjungtivitis Bakteri
Pada konjungtivitis bakteri memberikan gejala secret mukopurulen dan
purulent, kemosis konjungtiva, edema kelopak, kadang-kadang disertai
keratitis dan blefaritis. Konjungtivitis ini mudah menular ke mata sebelahnya
dan menyebar ke orang lain melalui benda yang dapat menyebarkan kuman.
a. Konjungtivitis Bakteri Akut
- Mukopurulen dan purulent
- Hiperemi konjungtiva
- Edema keloak, papil dengan korna yang jernih
b. Konjungtiva gonore
Konjungtiva gonore merupakan radang konjungtiba akut dan hebat yang disertai
dengan sekret purulent. Pada neonatus infeksi konjungtiva ditularkan saat berada pada
jalan kelahiran, yang ditularkan oleh ibu yang sedang menderita penyakit tersebut.
43
Penyakit ini memberikan secret purulent dengan masa inkubasi antara 12 jam hingga
5 hari, disertai perdarahan subkonjungtiva dan konjungtivitis kemotik.
Pada orang dewasa terdapat 3 stadium, yaitu infiltrate, supuratif, dan penyembuhan.
Pada stadium infiltrate ditemukan kelopak dan konjungtiva yang kaku disertai rasa
sakit pada perabaan. Kelopak mata membengkak dan kaku sehingga sukar dibuka.
Terdapat pseudomembran pada konjungtiva tarsal superior sedangkan konjungtiva
bulbi merah, kemotik, dan menebal. Umumnya terjadi satu mata terlebih dahulu dan
biasanya kelianan ini pada laki-laki didahului dengan mata kanannya.
Pada stadium supuratif terdapat sekret yang kental. Pada bayi biasanya mengenai dua
mata dengan secret kuning kental. Terdapat pseudomembran yang merupakan
kondensasi fibrin pada permukaan konjungtiva.
c. Oftalmia neonatorum
Merupakan konjungtivitis purulent hiperakut, terjadi pada bayi di bawah usia 1
bulan, disebabkan penularan dari secret vagina.
Gejala:
-
d. Konjungtivitis angular
Terutama didapatkan di daerah kantus interpalpebra, disertai eksoriasi
kulit di sekitar daerah meradang. Terdapat secret mukopurulen dan
pasien sering mengedip.
e. Konjungtivitis mukopurulen
Merupakan konjungtivitis dengan gejala umum konjungtivitis kataral
mukoid. Ditandai dengan hiperemi konjungtiva dengan secret
mukopurulen yang menyebabkan kedua kelopak mata melekat
terutama waktu bangun pagi.
Gejala terberat pada hari ketiga apabila tidak diobati dan
berjalan kronis. Dapat timbul ulkus kataral marginal pada kornea atau
keratitis superfisial.
2. Konjungtivitis Virus
a. Demam faringokonjungtiva
Memberikan gejala demam, faringitis, sedikit sekret berair, folikel pada konjungtiva,
mengenai satu atau kedua mata. Biasanya disebabkan oleh adenovirus 3,4, dan 7.
Masa inkubasi 5-12 hari, bersifat epidemik. Biasanya mengenai anak-anak yang
disebarkan melalui droplet atau kolam renang.
44
Berjalan akut dengan gejala penyakit hyperemia konjungtiva, sekret serous, fotofobia,
kelopak bengkak dengan pseudomembran, selain itu terjadi keratitis epitel superfisial,
dan atau subepitel dengan pembesaran kelenjar limfe preaurikel.
b. Keratokonjungtivitis epidemic
Disebabkan oleh adenovirus 8, 19, 29, dan 37, umumnya bilateral. Mudah menular
dengan masa inkubasi 8-9 hari dan masa infeksius 14 hari. Pada awal infeksi terdapat
injeksi konjungtiva, folikel terutama konjungtiva bawah, kadang-kadang terdapat
pseudomembran. Kelenjar preaurikel membesar. Gejala akan turun dalam waktu 7-15
hari.
c. Konjungtivitis herpetic
Berlangsung selama 2-3 minggu. Ditandai dengan infeksi unilateral, iritasi, sekret
mukosa, nyeri dan fotofobia ringan. Disertai dengan keratitis herpes simpleks, dengan
vesikel pada kornea yang dapat membentuk gambaran dendrit.
d. Konjungtivitis varisela-zoster
Herpes zoster terdapat pada usia lebih dari 50 tahun. Virus ini memberikan gambaran
klinik hyperemia, vesikel dan pseudomembran pada konungtiva, papil, dengan
pembesaran kelenjar aurikel.
e. Konjungtivitis new castle
Disebabkan oleh virus new castle, biasanya mengenai pada pekerja peternakan unggas
yang terdapat pada unggas. Biasanya unilateral, bisa juga bilateral. Konjungtivitis ini
memberikan gejala influenza dengan demam ringan, sakit kepala, dan nyeri sendi,
rasa sakit pada mata, gatal, mata berair, penglihatan kabur, dan fotofobia.
f. Konjungtivitis hemoragik epidemic akut
Konjungtivitis hemoragik epidemic akut merupakan konjungtivitis disertai timbulnya
perdarahan konjungtiva. Infeksi ini disebabkan oleh virus pikornavirus dan
enterovirus 70.
Masa inkubasi 24-48 jam, dengan tanda-tanda kedua mata iritatif seperti
kelilipan, dan sakit periorbita, edema kelopak mata, kemosis konjungtiva, sekret
seromukos, fotofobia disertai lakrimasi. Gejala akut ditandai dengan ditemukan
adanya konjungtiva folikular tingan, sakit periorbita, keratitis, adenopati preaurikel,
dan perdarahan subkonjungtiva.
3. Konjungtivitis Alergi
Gejala klinis konjungtivitis alergi berbeda-beda sesuai dengan
subkategorinya. Pada konjungtivitis alergi musiman dan alergi tumbuhtumbuhan keluhan utama adalah gatal, kemerahan, air mata, injeksi ringan
konjungtiva, dan sering ditemukan kemosis berat. Pasien dengan
keratokonjungtivitis vernal sering mengeluhkan mata sangat gatal dengan
45
kotoran mata yang berserat, konjungtiva tampak putih susu dan banyak papila
halus di konjungtiva tarsalis inferior.
Sensasi terbakar, pengeluaran sekret mukoid, merah, dan fotofobia
merupakan keluhan yang paling sering pada keratokonjungtivitis atopik.
Ditemukan jupa tepian palpebra yang eritematosa dan konjungtiva tampak
putih susu. Pada kasus yang berat ketajaman penglihatan menurun, sedangkan
pada konjungtiviitis papilar raksasa dijumpai tanda dan gejala yang mirip
konjungtivitis vernal (Vaughan, 2010).
4. Konjungtivitis Jamur
a. Konjungtivitis Candida
Konjungtivitis yang disebabkan oleh Candida spp (biasanya Candida albicans)
adalah infeksi yang jarang terjadi; umumnya tampak sebagai bercak putih. Keadaan
ini dapat timbul pada pasien diabetes atau pasien yang terganggu sistem imunnya,
sebagai konjungtivitis ulseratif atau granulomatosa.
Kerokan menunjukkan reaksi radang sel polimorfonuklear. Organisme mudah
tumbuh pada agar darah atau media Saboraud dan mudah diidentifikasi sebagai ragi
bertunas (budding yeast) atau sebagai pseudohifa (jarang).
b. Konjungtivitis Jamur Lain
Sporothrix schenckii, walaupun jarang, bisa mengenai konjungtiva atau palpebral.
Jamur ini menimbulkan penyakit granulomatosa yang disertai KGB preaurikular yang
jelas. Pemeriksaan mikroskopik dari biopsy granuloma menampakkan conidia (spora)
gram positif berbentuk cerutu.
Rhinosporidium seeberi, meskipun jarang, dapat mengenai konjungtiva, saccus
lacrimalis, palpebral, canaliculi dan sclera. Lesi khas berupa granuloma polipoid yang
mudah berdarah dengan trauma minimal. Pemeriksaan histologik menampakkan
granuloma dengan spherula besar terbungkus yang mengandung endospore myriad.
5. Konjungtivits Parasit
a. Infeksi Thelazia californiensis
Habitat alami cacing giling ini adalah pada mata anjing, tetapi cacing ini juga bisa
menginfeksi mata kucing, domba, beruang hitam, kuda, dan rusa. Infeksi aksidental
pada saccus conjunctivalis manusia pernah juga terjadi. Penyakit ini dapat
disembuhkan secara efektif dengan menyingkirkan cacing dari saccus conjungtivalis
dengan forceps atau aplikator berujung kain.
b. Infeksi Loa-loa
L. loa adalah cacing mata di Afrika. Cacing ini hidup di jaringan ikat manusia
dan kera; kera tampakanya merupakan reservoarnya. Parasit ini ditularkan oleh
gigitan lalat kuda atau lalat mangga. Cacing dewasa kemudian bermigrasi ke
palpebral, konjungtiva, atau orbita.
Pada 60-80% infeksi L. loa, terdapat eosinofilia, tetapi diagnosis ditegakkan
dengan menemukan cacing atau dengan menemukan mikrofilaria dalam darah yang
diperiksa siang hari. Saat ini, obat pilihan untuk L. loa adalah diethylcarbamazine.
46
47
h. Oftalmomyasis
Myiasis adalah infeksi oleh larva lalat. Banyak spesies lalat dapat menimbulkan
myiasis. Jaringan mata mungkin cedera akibat transmisi mekanik organisme penyebab
penyakit atau oleh aktivitas parasit larva dalam jaringan sehat. Banyak yang terkena
infeksi karena tanpa sengaja menelan telur atau larva atau karena kontaminasi pada
luka luar atau kulit. Bayi dan anak-anak kecil, pecandu alkohol, dan pasien lemah
yang tak terurus adalah sasaran umum lalt penyebab myiasis.
Larva ini dapat mempengaruhi permukaan mata, jaringan intraocular, atau jaringan
orbita yang lebih dalam. Terkenanya permukaan mata dapat disebabkan oleh Musca
domestica lalat rumah, Fannia lalat jamban, dan Oestrus ovis- lalat domba. Lalatlalat ini meletakkan telurnya di tepian palpebral inferior atau kantus internus, dan
larva itu menetap di permukaan mata, menimbulkan iritasi, nyeri, dan hyperemia
konjungtiva.
6. Konjungtivitis zat kimia atau iritatif
a. Konjungtivitis Iatrogenik Pemberian Obat Topikal
Konjungtivitis folikular toksik atau konjungtivitis non-spesifik infiltrate,
diikuti pembentukan parut, sering kali terjadi akibat pemberian lama
dipivefrin, m i o t i k a , i d o x u r i d i n e , n e o m y c i n , d a n o b a t - o b a t
l a i n y a n g d i s i a p k a n d a l a m bahan pengawet atau vehikel toksik atau
yang menimbulakan iritasi. Perak nitratyang diteteskan ke dalam saccus
conjungtiva saat lahir sering menjadi penyebab konjungtivitis kimia
ringan. Jika produksi air mata berkurang akibat iritasi yang kontinyu,
konjungtiva kemudian akan cedera karena tidak ada
pengenceranterhadap agen yang merusak saat diteteskan kedalam saccus
conjungtivae. Kerokan konjungtiva sering mengandung sel-sel epitel
berkeratin, beberapa neutrofil polimorfonuklear, dan sesekali ada sel
berbentuk aneh
b. Konjungtivitis Pekerjaan oleh Bahan Kimia dan Iritans
Asam, alkali, asap, angin, dan hamper setiap substansi iritan yang masuk kesaccus
conjungtiva dapat menimbulkan konjungtivitis. Beberapa iritan umumadalah pupuk,
sabun, deodorant, spray rambut, tembakau, bahan-bahan make-up,dan berbagai asam
dan aLKALI. DI DAERAH TERTENTU,ASBUT (campuran asap dan kabut)menjadi
penyebab utama konjungtivitis kimia ringan. Iritan spesifik dalam asbut belum dapat
ditetapkan secara positif, dan pengobatannya non-spesifik. Tidak ada efek pada mata
yang permanen, namun mata yang terkena seringkali merah danterasa mengganggu
secara menahun.
DIAGNOSIS
48
1. Konjungtivitis Bakteri
Pada saat anamnesis yang perlu ditanyakan meliputi usia, karena mungkin
saja penyakit berhubungan dengan mekanisme pertahanan tubuh pada pasien
yang lebih tua. Pada pasien yang aktif secara seksual, perlu dipertimbangkan
penyakit menular seksual dan riwayat penyakit pada pasangan seksual. Perlu
juga ditanyakan durasi lamanya penyakit, riwayat penyakit yang sama
sebelumnya, riwayat penyakit sistemik, obat-obatan, penggunaan obat-obat
kemoterapi, riwayat pekerjaan yang mungkin ada hubungannya dengan
penyakit, riwayat alergi dan alergi terhadap obat-obatan, dan riwayat
penggunaan lensa-kontak (Marlin, 2009).
2. Konjungtivitis Virus
Diagnosis pada konjungtivitis virus bervariasi tergantung etiologinya,
karena itu diagnosisnya difokuskan pada gejala-gejala yang membedakan tipetipe menurut penyebabnya. Dibutuhkan informasi mengenai, durasi dan gejalagejala sistemik maupun ocular, keparahan dan frekuensi gejala, faktor-faktor
resiko dan keadaan lingkungan sekitar untuk menetapkan diagnosis
konjungtivitis virus (AOA, 2010).
Pada anamnesis penting juga untuk ditanyakan onset, dan juga apakah
hanya sebelah mata atau kedua mata yang terinfeksi (Gleadle, 2007).
Konjungtivitis virus sulit untuk dibedakan dengan konjungtivitis bakteri
berdasarkan gejala klinisnya dan untuk itu harus dilakukan pemeriksaan
lanjutan, tetapi pemeriksaan lanjutan jarang dilakukan karena menghabiskan
waktu dan biaya (Hurwitz, 2009).
3. Konjungtivitis Alergi
Diperlukan riwayat alergi baik pada pasien maupun keluarga pasien serta
observasi pada gejala klinis untuk menegakkan diagnosis konjungtivitis alergi.
Gejala yang paling penting untuk mendiagnosis penyakit ini adalah rasa gatal
pada mata, yang mungkin saja disertai mata berair, kemerahan dan fotofobia
(Weissman, 2010).
DIAGNOSIS BANDING
49
Keratitis/
Tukak
Kornea
Iritis akut
Glaukoma
akut
Kornea
Jernih
Fluoresein +
++/-
Presipitat
Edema
Penglihatan
<N
<N
<N
Sekret
(+)
(-)
(-)
(-)
Fler
-/+
++
-/+
Pupil
<N
<N
>N
Tekanan
<N>
N+++
Vaskularisasi
a.konjungtiva
posterior
Siliar
Pleksus
Siliar
Episkleral
Injeksi
Konjungtival
Siliar
Siliar
Episkleral
Pengobatan
Antibiotic
Antibiotika
sikloplegik
Steroid
sikloplegik
Miotika
diamox +
Infeksi local
Tonometri
bedah
Uji
Bakteri
Sensibilitas
1. Konjungtivitis Bakteri
Terapi empiris didahulukan sebelum hasil tes sensitivitas antibiotik tersedia.
Adapun terapi empiris yang dapat diberikan adalah Polytrim dalam bentuk
topical. Sediaan topikal yang diberikan dalam bentuk salep atau tetes mata
adalah seperti gentamisin, tobramisin, aureomisin, kloramfenikol, polimiksin
B kombinasi dengan basitrasin dan neomisis, kanamisis, asam fusidat,
ofloksasin, dan asidamfenikol. Kombinasi pengobatan antibiotik spektrum
luas dengan deksametason atau hidrokortison dapat mengurangi keluhan yang
dialami oleh pasien lebih cepat.
Namun, apabila hasil mikroskopik menunjukkan bakteri gram-negatif
diplokokus seperti neisseria, maka terapi sistemik dan topikal harus diberikan
secepatnya. Seftriakson 1 g, dosis tunggal intramuscular, diberikan apabila
tidak mengenai kornea. Jika ada keterlibatan kornea, maka diberikan
seftriakson 1-2 g/hari secara parenteral selama 5 hari. Pemberian obat tersebut
diikuti dengan doksisiklin 100 mg dua kali sehari atau eritromisin 500 mg
empat kali sehari selama 1 minggu. Pada konjungtivitis kataral kronik,
diberikan antibiotik topikal seperti kloramfenikol atau gentamisin diberikan 34 kali/ hari selama dua minggu untuk mengeliminasi infeksi kronik.
Selain itu, eksudat dibilas dengan larutan saline pada konjungtivitis purulen
dan mukopurulen akut. Untuk mencegah penyebaran penyakit, pasien dan
keluarga diedukasi untuk memerhatikan kebersihan diri.
2. Konjungtivitis Virus
1. Mengurangi risiko transmisi
a. Menjaga kebersihan tangan, mencegah menggaruk mata
b. Tidak menggunakan handuk bersamaan
c. Disinfeksi alat-alat kedokteran setelah digunakan pada pasien yang
terinfeksi menggunakan sodium hipoklorit, povidone-iodine
2. Steroid topical
a. Prednisolone 0,5% 4xsehari pada konjungtivitis psuedomembranosa
atau membranosa
b. Keratitis simtomatik steroid topikal lemah, hati-hati dalam
penggunaan, gejala dapat muncul kembali karena steroid hanya
menekan proses inflamasi.
c. Steroid dapat membantu replikasi virus dan memperlama periode
infeksius pasien.
d. Harus monitoring tekanan intraokular jika penggunaan steroid
diperpanjang
3. Lainnya
a. Untuk infeksi varicella zoster, Acyclovir oral dosis tinggi (800 mg 5x
sehari selama 10 hari) diberikan jika progresi memburuk.
b. Pada keratitis herpetik dapat diberikan acyclovir 3% salep 5x/hari,
selama 10 hari, atau dengan acyclovir oral, 400 mg 5x/hari selama 7
hari.
c. Stop menggunakan lensa kontak
d. Artificial tears 4xsehari
51
e.
f.
g.
h.
i.
4. Konjungtivitis Alergi
Pada dasarnya terapi yang diberikan berupa terapi suportif pemberian
vasokonstriktor-antihistamin topikal, kompres dingin untuk mengurangi gatal,
antihistamin oral, dan steroid topikal untuk mengurangi infeksi. Pemberian
steroid harus dengan hati-hati, karena hanya mensupresi gejala, bukan
menyingkirkan penyebab utama. Pada pasien dengan kecurigaan infeksi
sekunder bakteri, dapat diberikan antibiotik topikal. Sedangkan pada kasuskasus akibat alergi dengan air mata artifisial atau lensa kontak, penanganan
terbaik adalah menghentikan penggunaannya atau mengalihkan dengan jenis
lain. Sedangkan pada konjungtivitis sicca, tatalaksana hanya berupa suportif,
menggantikan fungsi kelenjar air mata yang hilang, menggunakan air mata
artifisial. Hal lain yang juga perlu diperhatikan adalah mengupayakan untuk
menghindari kontak dengan alergen.
1. Konjungtivitis Bakteri
Pada infeksi staphylococcal dapat terbentuk blefaritis marginal kronik.
Selain itu, konjungtivitis pseudomembranosa dan membranosa akan
menimbulkan sikatriks dalam proses penyembuhan, dan lebih jarang
menyebabkan ulkus kornea. Ulkus kornea marginal mempermudah infeksi N
gonorrhoeae, N kochii, N meningitidis, H aegyptius, S aureus, dan M
catarrhalis. Apabila produk toksik N gonorrhoeae menyebar pada bilik mata
depan, akan terjadi iritis toksik.
2. Konjungtivitis Virus
Konjungtivitis viral bisa berkembang menjadi kronis hingga menimbulkan
blefarokonjungtivitis. Komplikasi lainnya dapat berupa timbulnya
pseudomembran, jaringan parut, keterlibatan kornea, serta muncul vesikel
pada kulit.
3. Konjungtivitis Alergi
Komplikasi bergantung pada perjalanan dan lokasi penyakit. Jika
konjungtivitis berlangsung kronik atau mengenai media refraksi, maka dapat
meinggalkan jaringan parut yang akan mengganggu pandangan.
52
1. Konjungtivitis Bakteri
Konjungtivitis bacterial akut dapat sembuh sendiri dalam 10-14 hari tanpa
pengobatan. Namun, konjungtivitis akan sembuh lebih cepat dalam 1-3 hari
apabila diobati dengan tepat. Sebaliknya, infeksi kronik membutuhkan terapi
yang adekuat untuk dapat pulih. Infeksi staphylococcal dapat menimbulkan
blefarokonjungtivitis. Kemudian, konjungtivitis gonococcal dapat
menyebabkan ulkus kornea dan endoftalmitis jika tidak diobati. Oleh karena
konjungtiva dapat menjadi port dentry, maka septikemia dan meningitis
menjadi komplikasi dari konjungtivitis meningococcal.
2. Konjungtivitis Virus
Konjungtivitis virus merupakan penyakit limited disease, yang dapat
sembuh dengan sendirinya tanpa pengobatan khusus. Pada infeksi adenovirus,
infeksi dapat hilang sempurna dalam 3 4 minggu, dan 2 3 minggu untuk
HSV. Dan infeksi enterovirus tipe 70 atau coxsackievirus tipe A24 sembuh
dalam 5 7 hari, tanpa butu tatalaksana khusus.
3. Konjungtivitis Alergi
Konjungtivitis ini bersifat self limited, ketika alergen hilang, maka reaksi
inflamasi diharapkan juga berhenti. Beberapa memiliki masa perjalanan
penyakit yang pendek, namun ada pula yang berjalan kronik, tergantung
dengan kapasitas sitem imun pasien. Penyakit ini banyak timbul pada usia
anak, remaja, hingga dewasa. Pada sebagian kasus rekurensi berkurang jauh
ketika meninjak usia tua, diatas 40 50 tahun.
4.10
a. Konjungtivitis mudah menular, karena itu sebelum dan sesudah membersihkan atau
mengoleskan obat, penderita harus mencuci tangannya bersih-bersih.
b. Usahakan untuk tidak menyentuh mata yang sehat sesudah menangani mata yang
sakit
c. Jangan menggunakan handuk atau lap bersama dengan penghuni rumah lain
d. Gunakan lensa kontak sesuai dengan petunjuk dari dokter dan pabrik pembuatnya.
e. Mengganti sarung bantal dan handuk dengan yang bersih setiap hari.
f. Hindari berbagi bantal, handuk dan saputangan dengan orang lain.
g. Usahakan tangan tidak megang-megang wajah (kecuali untuk keperluan tertentu), dan
hindari mengucek-ngucek mata.
h. Bagi penderita konjungtivitis, hendaknya segera membuang tissue atau sejenisnya
setelah membersihkan kotoran mata.
53
54
DAFTAR PUSTAKA
Ilyas, Sidarta, Sri Rahayu Yulianti. 2013. Ilmu Penyakit Mata. Edisi 4. Jakrta:FKUI
Riordan-Eva P, Whitcher JP. Vaughan & Asburys general ophthalmology. Edisi ke-17.
McGraw-Hill, 2007.
Sherwood, Lauralee. 2011. Fisiologi Manusia Dari Sel ke Sistem. Edisi 6. Jakarta:EGC
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31458/4/Chapter%20II.pdf
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/32435/4/Chapter%20II.pdf
http://www.scribd.com/doc/87961403/Konjungtivitis-Jamur-Parasit#download
http://kayrallah.blogspot.com/2012/02/imunologi-pada-mata-ocular-immunology.html
55