Anda di halaman 1dari 14

SINDROMA OVARIUM POLIKISTIK

PRECEPTOR: PRESENTER:
dr. Yusrizal, Sp. OG Zakiatul Fuada 21174007
DEFINISI
 Sindroma Ovarium Polikistik (SOPK)
 Serangkaian gejala yang
dihubungkan dengan
hiperandrogenisme dan anovulasi
kronik yang berhubungan dengan
kelainan endokrin dan metabolik pada
wanita tanpa adanya penyakit primer
pada kelenjar hipofise atau adrenal
yang mendasari.

Maharani, L., R. Wratsangka. 2015. Sindroma Ovarium Polikistik: permasalahan dan penatalaksanaannya.
Jakarta: Bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti Jakarta.
EPIDEMIOLOGI
 WHO  3,4% atau 116 juta dari populasi wanita diseluruh dunia.
 Prevalensi SOPK masih terbatas, di USA prevalensinya berkisar 4-
6%.
 Goldzieher mendapatkan 47% wanita dengan gangguan menstruasi
berupa amenorea dan sebanyak 16% wanita siklus menstruasinya
teratur.

Budi R. Hadibroto. 2017. Sindroma Ovarium Polikistik. Medan: Departemen Obstetri dan
Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara/ RSUP H. Adam Malik Medan.
ETIOLOGI
 Penyebab yang mendasari terjadinya SOPK belum diketahui.
 Akan tetapi dasar genetik dicurigai menjadi penyebabnya. Secara
spesifik, peningkatan prevalensi tercatat pada individu yang terkena
dan saudaranya (32-66 %) dan ibunya (24-52 %).
 Faktor lain penyebabnya  faktor endokrine (kenaikan LH/FSH
ratio, hiperandrogenisme) dan faktor metabolik ( resistensi insulin).

POGI. 2016. Sindroma Ovarium Polikistik. Dalam: Standar Pelayanan


Medik Obstetri dan Ginekologi. Jakarta: POGI.
PATOFISIOLOGI
 Patofisiologi dari SOPK sangat komplek, temuan utama  peningkatan
dari kadar LH serum dan FSH rendah atau normal.
 Selain itu dijumpai pula peningkatan kadar androgen. Kelainan metabolik
berupa hiperinsulinemia dan resistensi insulin ikut berperan dalam
timbulnya SOPK.

Schorge, J.O., Schaffer, J.I., Halvorson, L.M., Hoffman, B.L., Bradshaw, K.D.,
Cunningham,F.G. 2018. Williams Gynecology. The Mcgraw-Hill Companies: USA.
GAMBARAN KLINIS

Menichini, D., & Facchinetti, F. (2019). Effects of vitamin D supplementation in women with
polycystic ovary syndrome : a review Effects of vitamin D supplementation in women with polycystic
ovary syndrome : a review. J Gynecological Endocrinology, 0(0), 1–5.
https://doi.org/10.1080/09513590.2019.1625881.
DIAGNOSIS
Menurut National Institute of Health – National Institute of Child
Health and Human Development NIH-NICHD untuk mendiagnosa
SOPK ditetapkan :
Kriteria mayor  Anovulasi, Hiperandrogenemia, Tanda klinis
hiperandrogenisme, Penyebab lainnya dapat disingkirkan.
Kriteria minor  Resistensi insulin, Hirsutisme dan obesitas yang
menetap, Meningkatnya perbandingan rasio LH FSH, Anovulasi
intermiten yang berhubungan dengan hiperandrogenemia, Bukti secara
USG terdapat ovarium polikistik.

Blay SL, Aguiar JVA, Passos IC. Polycystic ovary syndrome and mental disorders: a
systematic review and exploratory meta-analysis. Neuropsychiatr Dis Treat. 2016; 12: 2895.
PEMERIKSAAN PENUNJANG

LABORATORIUM USG

Mohammad, M. B., & Seghinsara, A. M. (2017). Polycystic Ovary Syndrome ( PCOS ),


Diagnostic Criteria , and AMH. Asian Pasific Journal of Cancer Prevention, 18, 17–21.
https://doi.org/10.22034/APJCP.2017.18.1.17.
KOMPLIKASI/DAMPAK
MEDIS
 Infertilitas
 Hipertensi dan penyakit jantung koroner
 Diabetes melitus
 Masalah kulit dan hirsutisme
 Obesitas sentripetal
 Kanker endometrium

Palomba, S., Santagni, S., Falbo, A., Battista, G., & Sala, L. (2015). Complications and challenges
associated with polycystic ovary syndrome : current perspectives. International Journal of Women’s
Health, 7, 745–763. Retrieved from http://dx.doi.org/10.2147/IJWH.S70314.
PENATALAKSANAAN
 Tujuan dari terapi adalah:
1. menghilangkan gejala dan tanda hiperandrogenisme
2. mengembalikan siklus haid menjadi normal
3. memperbaiki fertilitas
4. menghilangkan gangguan metabolisme yang terjadi

Laganà, A. S., Vitale, S. G., Noventa, M., Vitagliano, A., & Vitale, S. G. (2018). Editorial Current
Management of Polycystic Ovary Syndrome : From Bench to Bedside. International Journal of
Endocrinology, 2018. Retrieved from https://doi.org/10.1155/2018/7234543.
FARMAKOLOGI
 Kontrasepsi oral  mengembalikan haid yang normal sehingga dapat mencegah hiperplasi endometrium dan kanker
endometrium. Medroxyprogesteron asetat  terapi untuk hirsutisme. Dosis 150 mg im tiap 6 mgg selama 3 bulan.
 GnRh analog  pemberian GnRh agonis akan memperbaiki denyut sekresi LH sehingga luteinisasi prematur dari
folikel dapat dicegah dan dapat memperbaiki rasio FSH/LH.
 Metformin  Dosis 500 mg 3 x 1 selama 30 hari.
 Clomiphene Citrat  untuk induksi ovulasi dan mengembalikan fungsi fertilisasi. Dosisnya 50 mg 1X1 max perhari
200 mg.

Laganà, A. S., Vitale, S. G., Noventa, M., Vitagliano, A., & Vitale, S. G. (2018). Editorial Current
Management of Polycystic Ovary Syndrome : From Bench to Bedside. International Journal of
Endocrinology, 2018. Retrieved from https://doi.org/10.1155/2018/7234543.
 Antiandrogen  untuk menurunkan produksi testosteron / untuk
mengurangi kerja dari testosteron.
 Cyproteron acetat  Dosis 100mg/hari pada hari 5-15 siklus haid.
 Flutamide Dosis  250 mg 3 x 1 selama 3 bulan.
 Finasteride  Dosis 5 mg/hari.

Laganà, A. S., Vitale, S. G., Noventa, M., Vitagliano, A., & Vitale, S. G. (2018). Editorial Current Management
of Polycystic Ovary Syndrome : From Bench to Bedside. International Journal of Endocrinology, 2018. Retrieved
from https://doi.org/10.1155/2018/7234543.
OPERATIF
Laparoscopik ovarium elektrokauter sebagai alternatif  laparoskopi
dengan jarum elektrokauter.

Laganà, A. S., Vitale, S. G., Noventa, M., Vitagliano, A., & Vitale, S. G. (2018). Editorial
Current Management of Polycystic Ovary Syndrome : From Bench to Bedside. International
Journal of Endocrinology, 2018. Retrieved from https://doi.org/10.1155/2018/7234543.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai