Anda di halaman 1dari 19

Referat Ilmu Kesehatan Jiwa

Terapi Keluarga

Pembimbing :
dr. Henny Riani, Sp.KJ
dr. Soehendro, Sp.KJ
dr. Esther, Sp.Kj
dr. Karjana, Sp.Kj

Disusun oleh :
Rahmandra 1102010228

Fakultas Kedokteran Universitas YARSI


Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Jiwa
Rumah Sakit Bhayangkara tk.I R.S. Sukanto-Jakarta
Periode: 27 Oktober 2014 29 November 2014

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
rahmat dan karunia-Nya, pembuatan karya tulis berupa referat bidang ilmu kesehatan
jiwa yang berjudul Terapi Keluarga Pada Psikoterapi dapat tersusun dan
terselesaikan tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan karya tulis referat ini adalah untuk memenuhi
salah satu tugas kepaniteraan ilmu kesehatan jiwa di RS POLRI Said Sukanto periode
27 Oktober 2014 29 November 2014 agar dapat menerima kelulusan pada bidang
kepaniteraan yang bersangkutan.
Tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu dalam penyelesaian pembuatan referat ini. Terutama pembimbing
referat yang bersangkutan di bidang kesehatan jiwa: dr. Henny Riana, Sp.KJ, dr.
Soehendro, Sp.KJ, dr. Esther, Sp.Kj, dr Karjana, Sp.Kj serta para perawat bagian jiwa
dan semua pihak yang memberi arahan dan dukungan dalam proses penyelesaian
referat ini.
Penulis menyadari bahwa referat ini masih jauh dari sempurna dan memiliki
banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis dengan senang hati menerima segala
kritik dan masukan yang diberikan agar referat ini menjadi lebih sempurna. Akhir
kata, semoga referat ini dapat berguna bagi penulis dan pembacanya.

Jakarta, 15 November 2014

Penulis
Daftar Isi
Halaman Judul ..........................................................................................................

Kata Pengantar ......................................................................................................0


Daftar Isi ................................................................................................................2
Bab I. Pendahuluan ............................................................................................3
Bab II. Definisi Keluarga ....................................................................................4
Bab III. Komunikasi Keluarga .......................................................................7
Bab IV. Definisi Terapi Keluarga ....................................................................10
Bab V. Prinsip Terapi Keluarga .....................................................................12
Bab VI. Penerapan Terapi Keluarga ...............................................................13
Ban VII. Kesimpulan..19
Daftar Pustaka....................................................................................................20

BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang

Gangguan jiwa atau penyakit jiwa merupakan penyakit dengan multi kausal,
suatu penyakit dengan berbagai penyebab yang sangat bervariasi. Kausa gangguan
jiwa selama ini dikenali meliputi kausa pada area organobiologis, area psikoedukatif,
dan area sosiokultural. Dalam konsep stress-adaptasi penyebab perilaku maladaptif
dikostrukkan sebagai tahapan mulai adanya factor predisposisi, factor presipitasi
dalam bentuk stressor pencetus, kemampuan penilaian terhadap stressor, sumber
koping yang dimiliki, dan bagaimana mekanisme koping yang dipilih oleh seorang
individu. Dari sini kemudian baru menentukan apakah perilaku individu tersebut
adaptif atau maladaptif.
Yang dimaksud dengan perilaku adaptif adalah bentuk perilaku yang masih
dapat diterima oleh norma-norma, sosial dan kebudayaan secara umum yang berlaku
di masyarakat. Sedangkan perilaku maladaptif adalah perilaku yang menimbulkan
gangguan dengan berbagai tingkat keparahan (Stuart dan Sundeen, 1998).
Berbagai pendekatan penanganan klien gangguan jiwa inilah yang dimaksud
dengan terapi modalitas. Suatu pendekatan penanganan klien gangguan yang
bervariasi yang bertujuan mengubah perilaku klien gangguan jiwa dengan perilaku
maladaptifnya menjadi perilaku yang adaptif.
Tujuan Penulisan
Penulisan makalah ini bertujuan untuk mengetahui pengertian terapi keluarga
dalam keperawatan jiwa pada umumnya, dan apa saja jenis terapi keluarga dalam
keperawatan jiwa khususnya jenis terapi biologis dan terapi kognitif serta bagaimana
tujuan dan proses yang dilakukan agar tercapainya terapis bagi klien.
BAB II
DEFINISI KELUARGA
Definisi keluarga adalah lingkungan dimana beberapa orang yang masih
memiliki hubungan darah bersatu. Keluarga di definisikan sebagai sekumpulan orang
yang tinggal dalam satu rumah yang masih mempunyai hubungan
kekerabatan/hubungan darah karena perkawinan, kelahiran, adopsi, dan lain
sebagainya. Pada umumnya keluarga terdiri dari ayah, ibu, dan anak-anak yang belum

menikah disebut keluarga. Sebagai unit pergaulan terkecil yang hidup dalam
masyarakat, keluarga mempunyai peranan-peranan tertentu, yaitu (Soerjono,24 : 23)
2.1.

Definisi Keluarga
Sebuah keluarga adalah sebuah sistem social yang alami, dimana seseorang

menyusun aturan, peran, struktur kekuasaan, bentuk komunikasi, cara mendiskusikan


pemecahan masalah sehingga dapat melaksanakan berbagai kegiatan dengan lebih
efektif. Dalam penjelasan yang lain dikatakan bahwa keluarga adalah suatu unit yang
berfungsi sesuai atau tidak sesuai menurut tingkat persepsi peran dan interaksi di
antara kinerja peran dari macam-macam anggota.
2.2.

Klasifikasi Keluarga
Terdapat beberapa bentuk tipe keluarga, yaitu :
1) Nuclear family :
a) yaitu keluarga yang terdiri dari suami, istri, dan anak
2) Extended family :
a) yaitu nuclear family yang ditambah kakek, paman, dan bibi
3) Blended family :
a) yaitu keluarga yang terdiri dari suami, istri, ditambah anak dari pernikahan
sebelumnya

4) Common-law family :
a) yaitu keluarga yang terdiri dari laki-laki, perempuan, dan mungkin anak
yang tinggal bersama sebagai keluarga, meskipun tanpa diikat pernikahan
yang sah
5) Single parent family :
a) yaitu rumah tangga yang terdiri dari satu orang tua (laki-laki atau
perempuan) yang mungkin disebabkan oleh perceraian, ditinggalkan atau
tidak menikah.
6) Commune family :
a) Laki-laki, perempuan, dan anak tinggal bersama, berbagi hak dan
kewajiban, memiliki dan menggunakan perabotan bersama, kadang
memutuskan untuk melkakukan pernikahan monogamy
7) Serial family :

a) yaitu keluarga yang terdiri dari laki-laki atau perempuan yang telah
menikah berkali-kali kemudian mendapatkan pasangan dan keluarga
sepanjang hidupnya tetapi hanya sekali mempunyai nuclear family.
8) Composite family :
a) Adalah bentuk pernikahan poligami dimana 2 atau lebih nuclear family
berbagi suami (poligami) atau istri (poliandri).
9) Cohabitation :
a) Hubungan yang kurang permanen antara 2 orang yang tidak menikah
dengan jenis kelamin yang berbeda yang tinggal bersama tanpa adanya
aturan yang sah
10) Gay couples :
a) Adalah pasangan dengan jenis kelamin yang sama membina hubungan
homoseksual.

2.3. Sistem Keluarga


Dalam mempelajari sistem keluarga ada 3 perspektif yang dapat memberikan
kejelasan mengenai sistem keluarga. Tiga perspektif tersebut adalah sebagai berikut :
1. Struktural
Dapat dilihat sebagai dyadic yaitu subsisten suami istri, saudara kandung, dan
anak dengan orang tua, dan trydic yaitu subsisten ibu-nenek, anak perempuan
atau ayah, kakek dan anak perempuan.
2. Fungsional
Adalah bagaimana cara keluarga melindungi, merawat, dan mendidik anak.
Bagaimana membuat fisik, sosial, dan ekonomi untuk mendukung
perkembangan individu, bagaimana menciptakan ikatan yang kuat dan
terpelihata, bagaimana orang tuan mendidik anak agar mendapat kesuksesan.
3. Developmental
Keluarga seperti individu, dimana di dalam kehidupannya berbagai tugas
perkembangan harus dikuasai dan cara untuk beradaptasi harus selalu
disempurnakan.

BAB III
KOMUNIKASI KELUARGA
3.1.

Pola Komunikasi Keluarga


Komunikasi merupakan sebuah proses saling mendengarkan antara partner

atau pasangan misalkan saja seorang istri mendengarkan suaminya bicara sebaliknya
seorang istri mendengarkan suaminya bicara dan sebaliknya seorang suami
mendengarkan istrinya berbicara tatkala dalam mengeluarkan pendapat (David
H.Olson & Amy K.O:2000)
Dalam refrensi lain menyebutkan juga bahwa sebuah konsep model untuk
mengukur atau menilai dari pasangan dan keluarga. Adapun tujuan dari penilaian dari
pasangan dan keluarga tercantumkan dalam 5 konsep domain yang serupa yang
teridentifikasi di dalam sebuah penilaian model, yaitu :
1.
2.
3.
4.
5.

Konsep kognitif
Afektif
Komunikasi dan hubungan dengan orang lain (interpersonal)
Struktur dan perkembangannya
Kemudian kontorl situasi, dan hubungan prilaku di dalam domain.
(howard.A.L&dkk:2001)
Sedangkan disebutkan lagi adapun model-model komunikasi dalam

lingkungan keluarga atau luasnya lingkungan masyarakat adalah :


1. Komunikasi pasif : kararkteristik dari komunikasi ini adalah tidak adanya
sebuah kebahagian dan kejujuran dalam berbagi, yng mencakup perasaan dan
sebuah keinginan.

2. Komunikasi agresif : yaitu komunikasi yang dilakukan seorang individu yang


menyampaikan sebuah keinginan kemudian disampaikan dengan tepat diikuti
dengan kata-kata yang memaksakan diri untuk harus bisa melakukannya.
3. Komunikasi yang assertif : adalah komunikasi yang mengijinkan seseorang
untuk mengungkapkan diri mereka, baik didalam sebuah komunikasi
keseharan, atau pun pada komunikasi lainnya. Dalam jenis komunikasi ini
sangat jelas di topang dengan asas setara dimana tiap orang dapat
mengungkapkan persaannya tanpa ada kepasifan atau tekanan.
Terdapat beberapa factor yang dapat menunjukkan bahwa pola komunikasi
pada keluarga tersebut dapat dikatagorikan kepada komunikasi keluarga yang sehat,
yaitu :
1. Menunjukkan sikap yang hangat dan percaya di dalam interaksi dalam
keluarga.
2. Mempunyai sifat yang saling terbuka dan menghargai dalam interaksi antar
anggota keluarga dan bicara jujur dan tidak takut untuk mengungkapkan
ketidaksetujuan tentang suatu pendapat atau suatu hal.
3. Mempunyai abilitas untuk mendiskusikan dan mampu focus pada apa yang
menjadi perhatiannya sekarang, bukan pada kejadian-kejadian yang lampau
atau pada hal-hal yang mengandung kekecewaan di masa lalu.
4. Berbagi pandangan umum mengenai realitas di dalam keluarga.
5. Menggunakan cara negosiasi daripada kekuasaan dalam memecahkan
masalah.
6. Meningkatkan struktur keluarga tertentu yang fleksibel dengan distribusu
tanggung jawab dan hak-hak yang sesuai antara anak dengan orang tua.
7. Menunjukkan inisiatif personal yang tinggi dan meminta tanggung jawab
personal bagi pemilihan dan perhatiannya, juga bagi masalah-masalah yang
berhubungan dengan disabilitas, kesehatan mental atau transisi karier.
8. Mempunyai kemampuan untuk mendiskusikan dan untuk fokus pada apa yang
menjadi perhatiannya pada hal-hal yang terjadi pada masa sekarang bukan halhal yang telah lampau.
9. Mempunyai kemampuan pada perubahan mempertahankan keseimbangan
kohesian, adaptibilitas, dan komunikasi. Tetapi ini tidak berarti bahwa
keluarga yang sehat selalu seimbang.
10. Mempunyai kemauan untuk menjaga diri sendiri dengan baik, termasuk
kemampuan keluarga untuk menggunakan waktu luang dengan baik, untuk

santai, untuk mencari keseimbangan antara tanggung jawab keluarga,


pekerjaan yang dibayar, dan rekreasi.
Sementara keluarga yang mempunyai masalah dalam komunikasi dapat
diketahui melalui ciri-cirinya. Adapun cirri-ciri keluarga yang berfungsi salah,
meliputi :
1. Komunikasi yang patologi, berupa pesan yang berarti double yaitu yang
membuat penerima pesan gagal membuat respon, dan adanya unsure pesan
yang membingungkan/kurang jelas
2. Keterlibatan (enmeshment) yaitu hubungan keluarga antara subsistem yang
tidak jelas, masing-masing anggota sangat terkait dalam kehidupan satu sama
lainnya.
3. Pengkambinghitaman, yaitu salah seorang anggota keluarga dianggap sebagai
penyebab ketidakharmonisan di dalam lingkup keluarga.

BAB IV
DEFINISI TERAPI KELUARGA
Family therapy adalah salah satu elemen program perawatan kesehatan jiwa
keluarga dengan cara pemberian informasi dan edukasi melalui komunikasi yang
terapeutik. Program psikoterapi ini merupakan pendekatan yang bersifat edukasi dan

pragmatik (Stuart & Laraia, 2005 ). Tujuan utama terapi keluarga adalah untuk
berbagi informasi tentang perawatan kesehatan jiwa (Varcarolis, 2006). Tujuan lain
dari program ini adalah untuk memberi dukungan terhadap anggota keluarga yang lain
dalam mengurangi beban keluarga terutama beban fisik dan mental dalam merawat
klien gangguan jiwa untuk waktu yang lama.
Terapi keluarga juga merupakan aspek penting dalam pengobatan. Pada
umumnya, psikoterapi adalah untuk membangun hubungan kolaborasi antara pasien,
keluarga, dan dokter atau psikolog. Melalui psikoterapi ini, maka pasien dibantu
untuk melakukan sosialisasi dengan lingkunganya. Keluarga dan teman merupakan
pihak yang juga sangat berperan membantu pasien dalam bersosialisasi. Dalam kasus
skizofrenia akut, pasien harus mendapat terapi khusus dari rumah sakit. Kalau perlu,
ia harus tinggal di rumah sakit tersebut untuk beberapa lama sehingga dokter dapat
melakukan kontrol dengan teratur dan memastikan keamanan penderita.
Tapi sebenarnya, yang paling penting adalah dukungan dari keluarga
penderita, karena jika dukungan ini tidak diperoleh, bukan tidak mungkin para
penderita mengalami halusinasi kembali. Menurut Dadang, sejumlah penderita
skizofrenia juga sering kambuh meski telah menyelesaikan terapi selama enam bulan.
Karena itu, agar halusinasi tidak muncul lagi, maka penderita harus terus menerus
diajak berkomunikasi dengan realitas. Namun, keluarga juga tidak boleh berlebihlebihan dalam memperlakukan penderita skizofrenia.
Menurut dr. LS Chandra, SpKJ, penderita skizofrenia memerlukan perhatian
dan empati, namun keluarga perlu menghindari sikap expressed emotion (EE) atau
reaksi berlebihan seperti sikap terlalu mengkritik, memanjakan, dan terlalu
mengontrol yang justru bisa menyulitkan penyembuhan.
Seluruh anggota keluarga harus berperan dalam upaya dukungan bagi penderita
skizofrenia. Upaya membentuk self help group di antara keluarga yang memiliki
anggota keluarga skizofrenia adalah sebuah langkah positif (Arif, 2006).

Indikasi dari terapi psikoedukasi keluarga adalah anggota keluarga dengan


aspek psikososial dan gangguan jiwa. Terapi ini juga dapat diberikan kepada keluarga
yang membutuhkan pembelajaran tentang mental, keluarga yang mempunyai anggota
yang sakit mental/ mengalami masalah kesehatan dan keluarga yang ingin
mempertahankan kesehatan mentalnya dengan training/ latihan keterampilan.

BAB V
PRINSIP TERAPI KELUARGA
Terapi keluarga didasarkan pada teori system (Van Bertalanffy, 1968) yang
terdiri dari 3 prinsip :

Pertama, adalah kausalitas sirkular, artinya peristiwa berhubungan dan saling

bergantung bukan ditentukan dalam sebab satu arahefek perhubungan.


Kedua, ekologi, mengatakan bahwa system hanya dapat dimengerti sebagai
pola integrasi, tidak sebagai kumpulan dari bagian komponen. Dalam sistem
keluarga, perubahan perilaku salah satu anggota akan mempengaruhi yang
lain.

Ketiga, adalah subjektivitas yang artinya tidak ada pandangan yang objektif
terhadap suatu masalah, tiap anggota keluarga mempunyai persepsi sendiri
dari masalah keluarga.
Ketika masalah muncul, terapi akan berusaha untuk mengidentifikasi masalah

keluarga atau komunikasi keluarga yang salah, untuk mendorong semua anggota
keluarga mengintrospeksi diri menyangkut masalah yang muncul. Tujuan umum
terapi keluarga adalah meningkatkan komunikasi karena keluarga bermasalah sering
percaya pada pemahaman tentang arti penting dari komunikasi (Patterson, 1982).
Terapis keluarga biasa dibutuhkan ketika :
1. Krisis keluarga yang mempengaruhi seluruh anggota keluarga
2. Ketidak harmonisan seksual atau perkawinan
3. Konflik keluarga dalam hal norma atau keturunan

BAB VI
PENERAPAN TERAPI KELUARGA
Konsep keluarga sebagai suatu sistem sosiokultural terbuka digambarkan
sebagai sarana dalam memenuhi kebutuhan adaptasi. Fungsi keluarga berjurang
apabila kebutuhan individu dan angota keluarga lain dijumpai maladaptif dan tidak
saling menyesuaikan.
Fokus dari terapi srtuktur ini adalah perubahan adaftasi dari maladaptif
menjadi adaptif atau perubahan pola untuk memudahkan perkembangan dalam suatu
keluarga dimana setiap anggota keluarga bisa saling berkaitan dengan sistem yang
berkesinambungan dalam pada setiap aksi-reaksi yang terjadi dalam sistem tersebut.
5.1 Strategi Terapi Keluarga
a. Reframing : dimana problem ditegaskan kembali oleh ahli terapi sebagai
sesuatuyang dibutuhkan oleh keluarga dan anggota keluarga yang bermasalah
b. Pengendalian perubahan : dimana ahli terapi mulai menjelaskan tahaptahapan dalam menjalani terapi keluarga

c. Paradok (kontradiksi/peran pertentangan) : dimana ahli terapi menggali tiap


poin permasalahan yang akan menjadi suatu rintangan dalam berjalannya
terapi ini.
5.2 Tahapan dalam terapi keluarga
a. Permulaan hubungan dan menjalin kepercayaan
Ahli terapi mulai berinteraksi dengan keluarga pasien, dengan cara melakukan
wawancara kepada anggota keluarga yang akan ikut turut serta dalam proses
terapi. Ahli terapi juga diharapkan dapat menjalin sambung rasa dengan
keluarga pasien, agar terjalinnya kepercaayan yang mendasari terapi ini.

b. Pengkajian dan perencanaan


Ahli terapi mengarah kan keluarga dalam melakukan perencanaan pada tiaptiap poin yang akan dilaksanakan dalam proses terapi ini, hal ini sebagai upaya
mendapatkan hasil yang baik dalam proses terapi ini.

(Alur

utama

kronologi

kehidupan

keluarga,

Kaplan &

Sadock,

jilid 2: 430)

c.

Implementasi dan tahapan kerja


Ahli terapi menjelaskan dan membantu keluarga pasien dalam pelaksaan terapi
dengan mengikuti poin-poin telah disepakati antara konselor dan pihak yang
terkait dalam prosese terapi ini.
d. Evaluasi dan terminasi.
Tiap poin yang telah direncakan harus mendapat evaluasi secara berkala oleh
kedua pihak agar mendapat pencapaian yang diharapkan dalam terapi ini.
5.3

Peran dokter/konselor dalam terapi keluarga


Mendidik kembali dan mengorientasi kembali seluruh anggota keluarga.

Memberikan dukungan kepada klien serta sistem yang medukung klien


untukmencapai tujuan dan usaha untuk berubah.
Mengkooridinasi dan mengintegrasi sumber pelayanan kesehatan.
Memberikan pelayanan prevensi primer, sekunder dan tersier melalui
penyuluhan,perawatan dirumah dan pendidikan.
5.4

Peran keluarga dalam terapi


1. Membuat suatu keadaan dimana anggota keluarga dapat melihat bahaya
terhadap diri klien dan aktivitasnya.
2. Tidak merasa takut dan mampu bersikap terbuka
3. Membanntu anggota bagaimana memandang orang lain
4. Bertanya dan memberikan informasi tak berbelit, memudahkan dalam
memberi dan menerima informasi yang memudahkan bagi anggota keluarga
5.
6.
7.
8.

untuk melakukannya.
Membangun self sistem
Menurunkan ancaman dengan latar belakan aturan atau interaksi
Menurunkan ancaman dengan struktur pembahsan yang sistematis
Pendidikan ulang anggota untuk bertangung jawab.

5.5
Model pendekatan-pendekatan baru yang dikembangkan dalam konseling
keluarga yaitu :
1. Multiple family therapy
Keluarga yang terpilih menemui konselor tiap minggunya dan pada waktu itu
merekea menceritakan problem mreka masing-masing dan melakukan
problem solving.
2. Multiple impact therapy
Mencakup seluruh keluarga dalam sederetan interaksi yang bekelanjutan
dengan konselor komunitas yang multidisipliner selama 2 hari atau lebih.
Terapi ini mencakup pemberian konseling secara penuh dalam jangka waktu
yang telah disepakati kepada satu keluarga.
3. Terapi jaringan (network therapy)
Usaha memobilisasi sejumlah orang untuk berkumpul dalam suatu krisis untuk
membentuk suatu perkumpulan terapeutik yang terarrah. Tujuan ini untuk
memperkuat kekuatan dari jaringan yang dikumpulkan untuk memberikan
perubahan kearah positif di dalam sistem keluarga tersebut.
5.6

Model-model terapi dalam keluarga


1. Experiential/humanistic

Pendekatan ini bertujuan untuk kematangan psikoseksual, penguatan fungsi


ego, dan pengurangan gejala patologis. Fungsi utama dari terapi ini adalah
sebagai fasilitator aktif pada potensi-potensi untuk pertumbuhan positif dan
memeberikan keluarga pada pengalaman baru. Jenis-jenis terapi yang
digunakan pada model terapi ini adalah :
a. Terapi pengalaman (experiential or symbolic family therapy)
Terapi ini menggunakan pendekatan non-teoritis , didalam terapi ini
lebih menekankan pada proses, yaitu sesuatu yang terjadi selama
berlangsungnya tahapan-tahapan terapi keluarga dan bagaimana stiap
orang mengalami perubahan perasaan dan prilaku.
b. Gestalt family therapy
Menekankan pada pengorganisasian diri secara menyeluruh. Focus
utamanya adalah membantu individu melalui masa transisinya pada
diri masing-masing, dari keadaan yang biasanya selalu dibantu oleh
lingkungan sekitanya, menjadi lebih mandiri (self support).
c. Humanistik
Terapis berperan dalam memperbanyak pengalaman keluarga dan
memperbesar kemungkinan setiap anggota keluarga untuk menyadari
keunikan dan potensi mereka yang luar biasa.
d. Pendekatan proses/komunikasi
Terapis membina kerjasama dengan keluarga terkait untuk
menstimulasi proses healting-promoting. Terapi ini digunakan untuk
mengklarfikasi adanya ketidaksesuaian dalam proses komunikasi
diantara anggota keluarga.
2. Bowenian
Tujuan pendekatan ini adalah memaksimalkan difersiasi diri pada masingmasing anggota keluarga. Kerangka umum dari model bowen ini adalah
mengutamakan masa kini dan tetap memperhatikan latar belakang keluarga.
Fungsi utama dari terapis dalam proses ini, sebagai mediator yang mengurangi
konfrontasi dan penyatuan keluarga. Bowen mencoba menjembatani antara
pendekatan yang berorientasi pada psikodinamika yang menekankan pada
perkembangan diri, isu-isu antar generasi dan peran-peran masa lalu dengan
pendekatan yang membatasi perhatian pada unit keluarga dan pengaruhnya di
masa kini. Bowen menggunakan 8 konsep dalam keluarga yang di
peruntukkan untuk menganalisis kasus, yaitu :
a. Perbedaan individu
b. Triangulasi
c. Sistem emosional keluarga
d. Proses proyeksi keluarga
e. Pemutusan emosional
f. Proses penularan multigenerasi
g. Posisi saudara kandung

h. Regenerasi masyarakat
3. Psikodinamika
Pendekatan ini bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan pola interaksi.
Psikodinamika menempatkan keluarga sebagai sistem dari interaksi
kepribadian, dimana setaip individu mempunyai subsistem yang penting
dalam keluarga dan proses keluarga untuk menjadi subsistem pada komunitas
secara bermakna. Fungsi utama terapis pada model terapi ini ialah, terapis
harus dapat memposisikan diri secara netral agar dapat membuat interpretasi
terhadap pola prilaku individu dan keluarga.
4. Behavioral
Pendekatan ini bertujuan untuk merubah konsekuensi antar prilaku yang
mengarah pada penghilangan prilaku maladaptive atau problemnya. Jenis
terapi keluarga yang biasa digunakan pada pendekatan model behavioral
adalah
a. Behavioral marital therapy
b. Behavioral parent training
5. Struktural
Pendekatan ini bertujuan pengembalian posisi atau rekonstruksi organisasi
keluarga dan menyingkarkan hal-hal yang menyebabkan pola disfungsu
transaksional. Pada pendekatan ini terapis harus mampu memanipulasi
struktur keluarga untuk mengilangkan disfungsional. Jenis pendekatan
structural yang digunakan adalah :
a. Menyusun ulang kesatuan yang mengalami disfungsional
b. Teknik intervensi struktural.
6. Komunikasi
Tujuan pendekatan komunikasi adalah mengubah perilaku disfungsional dan
rangkaian prilaku yang tidak diinginkan antara anggota keluarga serta
memperbanyak konsekuensi prilaku diantara anggota keluarga untuk
mengurangi timbulnya masalah.

BAB VII
KESIMPULAN

Terapi keluarga salah satu terapi modalitas yang melihat masalah individu
dalam konteks lingkungan khususnya keluarga.
Untuk dapat menajalankan terapi keluarga dengan baik diperlukan pendidikan dan
latihan dengan dilandasi berbagai teoeri yaitu psikoterapi kelompok, konsep keluarga
struktur dan fingsi keluarga,dinamika keluarga, terapi perilaku dan teori komunikasi.
Manfaat peran keluarga dalam proses terapi pasien dapat diperbesar melalui terapi
keluarga.
Dengan terapi keluarga diharapkan selain bermanfaat untuk terapi dan rehabilitasi
pasien juga dapat memperbaiki kesehatan mental dari keluarga, termasuk tiap tiap
anggota keluarga dalam arti memperbaiki peran dan fungsi atau hubungan
interpersonal

DAFTAR PUSTAKA

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20141/4/Chapter
%20II.pdfDiakses tanggal 14 November 2014 pukul 11.20 wib.
Yosep, Iyus. 2009. Keperawatan jiwa edisi refisi. Bandung: PT.Refika
Aditama.
Guze, B., Richeimer, S., dan Siegel, D.J. (1990). The Handbook of Psychiatry.
California: Year Book Medical Publishers
Sadock, kaplan. 1997. Sinopsis Psikiatri Ilmu Pengetahuan Perilaku Psikiatri
Klinis. Edisi ketujuh. Jilid Dua. Jakarta Barat: Binarupa Aksara.
Stuart, G.W. dan Laraia, M.T. (2001). Principles and Practice of Psychiatric
Nursing. (Ed ke-7). St. Louis: Mosby, Inc..
Goldenberg, Irene & Goldenberg, Herbert. 1985.
Family Therapy: An Overview
Hershenson, David B, Power, Paul W, Waldo Michael.
1996. Community Conseling, Boston: Allyn and Bacon.

Anda mungkin juga menyukai