Terapi Keluarga
Pembimbing :
dr. Henny Riani, Sp.KJ
dr. Soehendro, Sp.KJ
dr. Esther, Sp.Kj
dr. Karjana, Sp.Kj
Disusun oleh :
Rahmandra 1102010228
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
rahmat dan karunia-Nya, pembuatan karya tulis berupa referat bidang ilmu kesehatan
jiwa yang berjudul Terapi Keluarga Pada Psikoterapi dapat tersusun dan
terselesaikan tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan karya tulis referat ini adalah untuk memenuhi
salah satu tugas kepaniteraan ilmu kesehatan jiwa di RS POLRI Said Sukanto periode
27 Oktober 2014 29 November 2014 agar dapat menerima kelulusan pada bidang
kepaniteraan yang bersangkutan.
Tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu dalam penyelesaian pembuatan referat ini. Terutama pembimbing
referat yang bersangkutan di bidang kesehatan jiwa: dr. Henny Riana, Sp.KJ, dr.
Soehendro, Sp.KJ, dr. Esther, Sp.Kj, dr Karjana, Sp.Kj serta para perawat bagian jiwa
dan semua pihak yang memberi arahan dan dukungan dalam proses penyelesaian
referat ini.
Penulis menyadari bahwa referat ini masih jauh dari sempurna dan memiliki
banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis dengan senang hati menerima segala
kritik dan masukan yang diberikan agar referat ini menjadi lebih sempurna. Akhir
kata, semoga referat ini dapat berguna bagi penulis dan pembacanya.
Penulis
Daftar Isi
Halaman Judul ..........................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Gangguan jiwa atau penyakit jiwa merupakan penyakit dengan multi kausal,
suatu penyakit dengan berbagai penyebab yang sangat bervariasi. Kausa gangguan
jiwa selama ini dikenali meliputi kausa pada area organobiologis, area psikoedukatif,
dan area sosiokultural. Dalam konsep stress-adaptasi penyebab perilaku maladaptif
dikostrukkan sebagai tahapan mulai adanya factor predisposisi, factor presipitasi
dalam bentuk stressor pencetus, kemampuan penilaian terhadap stressor, sumber
koping yang dimiliki, dan bagaimana mekanisme koping yang dipilih oleh seorang
individu. Dari sini kemudian baru menentukan apakah perilaku individu tersebut
adaptif atau maladaptif.
Yang dimaksud dengan perilaku adaptif adalah bentuk perilaku yang masih
dapat diterima oleh norma-norma, sosial dan kebudayaan secara umum yang berlaku
di masyarakat. Sedangkan perilaku maladaptif adalah perilaku yang menimbulkan
gangguan dengan berbagai tingkat keparahan (Stuart dan Sundeen, 1998).
Berbagai pendekatan penanganan klien gangguan jiwa inilah yang dimaksud
dengan terapi modalitas. Suatu pendekatan penanganan klien gangguan yang
bervariasi yang bertujuan mengubah perilaku klien gangguan jiwa dengan perilaku
maladaptifnya menjadi perilaku yang adaptif.
Tujuan Penulisan
Penulisan makalah ini bertujuan untuk mengetahui pengertian terapi keluarga
dalam keperawatan jiwa pada umumnya, dan apa saja jenis terapi keluarga dalam
keperawatan jiwa khususnya jenis terapi biologis dan terapi kognitif serta bagaimana
tujuan dan proses yang dilakukan agar tercapainya terapis bagi klien.
BAB II
DEFINISI KELUARGA
Definisi keluarga adalah lingkungan dimana beberapa orang yang masih
memiliki hubungan darah bersatu. Keluarga di definisikan sebagai sekumpulan orang
yang tinggal dalam satu rumah yang masih mempunyai hubungan
kekerabatan/hubungan darah karena perkawinan, kelahiran, adopsi, dan lain
sebagainya. Pada umumnya keluarga terdiri dari ayah, ibu, dan anak-anak yang belum
menikah disebut keluarga. Sebagai unit pergaulan terkecil yang hidup dalam
masyarakat, keluarga mempunyai peranan-peranan tertentu, yaitu (Soerjono,24 : 23)
2.1.
Definisi Keluarga
Sebuah keluarga adalah sebuah sistem social yang alami, dimana seseorang
Klasifikasi Keluarga
Terdapat beberapa bentuk tipe keluarga, yaitu :
1) Nuclear family :
a) yaitu keluarga yang terdiri dari suami, istri, dan anak
2) Extended family :
a) yaitu nuclear family yang ditambah kakek, paman, dan bibi
3) Blended family :
a) yaitu keluarga yang terdiri dari suami, istri, ditambah anak dari pernikahan
sebelumnya
4) Common-law family :
a) yaitu keluarga yang terdiri dari laki-laki, perempuan, dan mungkin anak
yang tinggal bersama sebagai keluarga, meskipun tanpa diikat pernikahan
yang sah
5) Single parent family :
a) yaitu rumah tangga yang terdiri dari satu orang tua (laki-laki atau
perempuan) yang mungkin disebabkan oleh perceraian, ditinggalkan atau
tidak menikah.
6) Commune family :
a) Laki-laki, perempuan, dan anak tinggal bersama, berbagi hak dan
kewajiban, memiliki dan menggunakan perabotan bersama, kadang
memutuskan untuk melkakukan pernikahan monogamy
7) Serial family :
a) yaitu keluarga yang terdiri dari laki-laki atau perempuan yang telah
menikah berkali-kali kemudian mendapatkan pasangan dan keluarga
sepanjang hidupnya tetapi hanya sekali mempunyai nuclear family.
8) Composite family :
a) Adalah bentuk pernikahan poligami dimana 2 atau lebih nuclear family
berbagi suami (poligami) atau istri (poliandri).
9) Cohabitation :
a) Hubungan yang kurang permanen antara 2 orang yang tidak menikah
dengan jenis kelamin yang berbeda yang tinggal bersama tanpa adanya
aturan yang sah
10) Gay couples :
a) Adalah pasangan dengan jenis kelamin yang sama membina hubungan
homoseksual.
BAB III
KOMUNIKASI KELUARGA
3.1.
atau pasangan misalkan saja seorang istri mendengarkan suaminya bicara sebaliknya
seorang istri mendengarkan suaminya bicara dan sebaliknya seorang suami
mendengarkan istrinya berbicara tatkala dalam mengeluarkan pendapat (David
H.Olson & Amy K.O:2000)
Dalam refrensi lain menyebutkan juga bahwa sebuah konsep model untuk
mengukur atau menilai dari pasangan dan keluarga. Adapun tujuan dari penilaian dari
pasangan dan keluarga tercantumkan dalam 5 konsep domain yang serupa yang
teridentifikasi di dalam sebuah penilaian model, yaitu :
1.
2.
3.
4.
5.
Konsep kognitif
Afektif
Komunikasi dan hubungan dengan orang lain (interpersonal)
Struktur dan perkembangannya
Kemudian kontorl situasi, dan hubungan prilaku di dalam domain.
(howard.A.L&dkk:2001)
Sedangkan disebutkan lagi adapun model-model komunikasi dalam
BAB IV
DEFINISI TERAPI KELUARGA
Family therapy adalah salah satu elemen program perawatan kesehatan jiwa
keluarga dengan cara pemberian informasi dan edukasi melalui komunikasi yang
terapeutik. Program psikoterapi ini merupakan pendekatan yang bersifat edukasi dan
pragmatik (Stuart & Laraia, 2005 ). Tujuan utama terapi keluarga adalah untuk
berbagi informasi tentang perawatan kesehatan jiwa (Varcarolis, 2006). Tujuan lain
dari program ini adalah untuk memberi dukungan terhadap anggota keluarga yang lain
dalam mengurangi beban keluarga terutama beban fisik dan mental dalam merawat
klien gangguan jiwa untuk waktu yang lama.
Terapi keluarga juga merupakan aspek penting dalam pengobatan. Pada
umumnya, psikoterapi adalah untuk membangun hubungan kolaborasi antara pasien,
keluarga, dan dokter atau psikolog. Melalui psikoterapi ini, maka pasien dibantu
untuk melakukan sosialisasi dengan lingkunganya. Keluarga dan teman merupakan
pihak yang juga sangat berperan membantu pasien dalam bersosialisasi. Dalam kasus
skizofrenia akut, pasien harus mendapat terapi khusus dari rumah sakit. Kalau perlu,
ia harus tinggal di rumah sakit tersebut untuk beberapa lama sehingga dokter dapat
melakukan kontrol dengan teratur dan memastikan keamanan penderita.
Tapi sebenarnya, yang paling penting adalah dukungan dari keluarga
penderita, karena jika dukungan ini tidak diperoleh, bukan tidak mungkin para
penderita mengalami halusinasi kembali. Menurut Dadang, sejumlah penderita
skizofrenia juga sering kambuh meski telah menyelesaikan terapi selama enam bulan.
Karena itu, agar halusinasi tidak muncul lagi, maka penderita harus terus menerus
diajak berkomunikasi dengan realitas. Namun, keluarga juga tidak boleh berlebihlebihan dalam memperlakukan penderita skizofrenia.
Menurut dr. LS Chandra, SpKJ, penderita skizofrenia memerlukan perhatian
dan empati, namun keluarga perlu menghindari sikap expressed emotion (EE) atau
reaksi berlebihan seperti sikap terlalu mengkritik, memanjakan, dan terlalu
mengontrol yang justru bisa menyulitkan penyembuhan.
Seluruh anggota keluarga harus berperan dalam upaya dukungan bagi penderita
skizofrenia. Upaya membentuk self help group di antara keluarga yang memiliki
anggota keluarga skizofrenia adalah sebuah langkah positif (Arif, 2006).
BAB V
PRINSIP TERAPI KELUARGA
Terapi keluarga didasarkan pada teori system (Van Bertalanffy, 1968) yang
terdiri dari 3 prinsip :
Ketiga, adalah subjektivitas yang artinya tidak ada pandangan yang objektif
terhadap suatu masalah, tiap anggota keluarga mempunyai persepsi sendiri
dari masalah keluarga.
Ketika masalah muncul, terapi akan berusaha untuk mengidentifikasi masalah
keluarga atau komunikasi keluarga yang salah, untuk mendorong semua anggota
keluarga mengintrospeksi diri menyangkut masalah yang muncul. Tujuan umum
terapi keluarga adalah meningkatkan komunikasi karena keluarga bermasalah sering
percaya pada pemahaman tentang arti penting dari komunikasi (Patterson, 1982).
Terapis keluarga biasa dibutuhkan ketika :
1. Krisis keluarga yang mempengaruhi seluruh anggota keluarga
2. Ketidak harmonisan seksual atau perkawinan
3. Konflik keluarga dalam hal norma atau keturunan
BAB VI
PENERAPAN TERAPI KELUARGA
Konsep keluarga sebagai suatu sistem sosiokultural terbuka digambarkan
sebagai sarana dalam memenuhi kebutuhan adaptasi. Fungsi keluarga berjurang
apabila kebutuhan individu dan angota keluarga lain dijumpai maladaptif dan tidak
saling menyesuaikan.
Fokus dari terapi srtuktur ini adalah perubahan adaftasi dari maladaptif
menjadi adaptif atau perubahan pola untuk memudahkan perkembangan dalam suatu
keluarga dimana setiap anggota keluarga bisa saling berkaitan dengan sistem yang
berkesinambungan dalam pada setiap aksi-reaksi yang terjadi dalam sistem tersebut.
5.1 Strategi Terapi Keluarga
a. Reframing : dimana problem ditegaskan kembali oleh ahli terapi sebagai
sesuatuyang dibutuhkan oleh keluarga dan anggota keluarga yang bermasalah
b. Pengendalian perubahan : dimana ahli terapi mulai menjelaskan tahaptahapan dalam menjalani terapi keluarga
(Alur
utama
kronologi
kehidupan
keluarga,
Kaplan &
Sadock,
jilid 2: 430)
c.
untuk melakukannya.
Membangun self sistem
Menurunkan ancaman dengan latar belakan aturan atau interaksi
Menurunkan ancaman dengan struktur pembahsan yang sistematis
Pendidikan ulang anggota untuk bertangung jawab.
5.5
Model pendekatan-pendekatan baru yang dikembangkan dalam konseling
keluarga yaitu :
1. Multiple family therapy
Keluarga yang terpilih menemui konselor tiap minggunya dan pada waktu itu
merekea menceritakan problem mreka masing-masing dan melakukan
problem solving.
2. Multiple impact therapy
Mencakup seluruh keluarga dalam sederetan interaksi yang bekelanjutan
dengan konselor komunitas yang multidisipliner selama 2 hari atau lebih.
Terapi ini mencakup pemberian konseling secara penuh dalam jangka waktu
yang telah disepakati kepada satu keluarga.
3. Terapi jaringan (network therapy)
Usaha memobilisasi sejumlah orang untuk berkumpul dalam suatu krisis untuk
membentuk suatu perkumpulan terapeutik yang terarrah. Tujuan ini untuk
memperkuat kekuatan dari jaringan yang dikumpulkan untuk memberikan
perubahan kearah positif di dalam sistem keluarga tersebut.
5.6
h. Regenerasi masyarakat
3. Psikodinamika
Pendekatan ini bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan pola interaksi.
Psikodinamika menempatkan keluarga sebagai sistem dari interaksi
kepribadian, dimana setaip individu mempunyai subsistem yang penting
dalam keluarga dan proses keluarga untuk menjadi subsistem pada komunitas
secara bermakna. Fungsi utama terapis pada model terapi ini ialah, terapis
harus dapat memposisikan diri secara netral agar dapat membuat interpretasi
terhadap pola prilaku individu dan keluarga.
4. Behavioral
Pendekatan ini bertujuan untuk merubah konsekuensi antar prilaku yang
mengarah pada penghilangan prilaku maladaptive atau problemnya. Jenis
terapi keluarga yang biasa digunakan pada pendekatan model behavioral
adalah
a. Behavioral marital therapy
b. Behavioral parent training
5. Struktural
Pendekatan ini bertujuan pengembalian posisi atau rekonstruksi organisasi
keluarga dan menyingkarkan hal-hal yang menyebabkan pola disfungsu
transaksional. Pada pendekatan ini terapis harus mampu memanipulasi
struktur keluarga untuk mengilangkan disfungsional. Jenis pendekatan
structural yang digunakan adalah :
a. Menyusun ulang kesatuan yang mengalami disfungsional
b. Teknik intervensi struktural.
6. Komunikasi
Tujuan pendekatan komunikasi adalah mengubah perilaku disfungsional dan
rangkaian prilaku yang tidak diinginkan antara anggota keluarga serta
memperbanyak konsekuensi prilaku diantara anggota keluarga untuk
mengurangi timbulnya masalah.
BAB VII
KESIMPULAN
Terapi keluarga salah satu terapi modalitas yang melihat masalah individu
dalam konteks lingkungan khususnya keluarga.
Untuk dapat menajalankan terapi keluarga dengan baik diperlukan pendidikan dan
latihan dengan dilandasi berbagai teoeri yaitu psikoterapi kelompok, konsep keluarga
struktur dan fingsi keluarga,dinamika keluarga, terapi perilaku dan teori komunikasi.
Manfaat peran keluarga dalam proses terapi pasien dapat diperbesar melalui terapi
keluarga.
Dengan terapi keluarga diharapkan selain bermanfaat untuk terapi dan rehabilitasi
pasien juga dapat memperbaiki kesehatan mental dari keluarga, termasuk tiap tiap
anggota keluarga dalam arti memperbaiki peran dan fungsi atau hubungan
interpersonal
DAFTAR PUSTAKA
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20141/4/Chapter
%20II.pdfDiakses tanggal 14 November 2014 pukul 11.20 wib.
Yosep, Iyus. 2009. Keperawatan jiwa edisi refisi. Bandung: PT.Refika
Aditama.
Guze, B., Richeimer, S., dan Siegel, D.J. (1990). The Handbook of Psychiatry.
California: Year Book Medical Publishers
Sadock, kaplan. 1997. Sinopsis Psikiatri Ilmu Pengetahuan Perilaku Psikiatri
Klinis. Edisi ketujuh. Jilid Dua. Jakarta Barat: Binarupa Aksara.
Stuart, G.W. dan Laraia, M.T. (2001). Principles and Practice of Psychiatric
Nursing. (Ed ke-7). St. Louis: Mosby, Inc..
Goldenberg, Irene & Goldenberg, Herbert. 1985.
Family Therapy: An Overview
Hershenson, David B, Power, Paul W, Waldo Michael.
1996. Community Conseling, Boston: Allyn and Bacon.