Anda di halaman 1dari 54

REFERAT

GANGGUAN KEPRIBADIAN

PEMBIMBING
dr. Henny R, Sp.KJ
dr. Soehendro, Sp. KJ

Disusun oleh:
Desi Adiyati 201007101004

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN JIWA


RUMAH SAKIT TK.1 BHAYANGKARA RADEN SAID SUKANTO
Periode 8 Desember 2014 -9 Januari 2015
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PELITA HARAPAN

KATAPENGANTAR

PujidansyukurpenulisucapkanataskehadiratTuhanYangMahaEsakarena
atas rahmat dan karuniaNya, pembuatan karya tulis berupa referat bidang ilmu
kesehatanjiwayangberjudul GangguanKepribadian dapatterselesaikantepat
padawaktunya.

Adapauntujuandaripenulisankaryatulisreferatiniadalahuntukdapatlebih
mengetahui dan memahami tentang diagnosis dan penatalaksanaan gangguan
kepribadian.Selainitujugabertujuanuntukmemenuhipersyaratandalamkepanitraan
klinikilmukesehatanjiwadiRSPolriRadenSaidSukantoperiode8Desember2014
9 Januari 2015 agar dapat menerima kelulusan pada bidang kepanitraan yang
bersangkutan.
Tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantudalampembuatanreferatini.Terutamakepadapembimbingreferatyang
bersangkutandibidangkesehatanjiwa: dr.HennyR,Sp.KJ dan dr.Soehendro,
Sp.KJ,sertaparaperawatbagianjiwadansemuapihakyangmemberiarahandan
dukungandalamprosespenyelesaianreferatini.
Penulismenyadaribahwareferatinimasihjauhdarisempurnadanmemiliki
banyakkekurangan.Olehkarenaitu,penulis dengansenanghatimenerimasegala
kritikdanmasukanyangdiberikanagarreferatinimenjadilebihsempurna.Akhir
kata,semogareferatinidapatbergunabagipenulisdanpembacanya

Jakarta,Desember2014

Penulis

DAFTARISI

Kata Pengantar...............................................................................................................2
Daftar Isi........................................................................................................................3
Bab I : Pendahuluan.....................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.........................................................................................................4

1.2 Tujuan......................................................................................................................5
Bab II : Tinjauan Pustaka..............................................................................................6
2.1 Definisi.....................................................................................................................6
2.2 Gangguan Kepribadian...........................................................................................13
2.3 Epidemiologi..........................................................................................................14
2.3 Etiologi...................................................................................................................15
2.5 Klasifikasi...............................................................................................................18
2.7 Penatalaksanaan.....................................................................................................47
Bab III : Penutup..........................................................................................................54
Daftar Pustaka..............................................................................................................55

BABI
PENDAHULUAN

1.1 LATARBELAKANG

Pola pribadi dari setiap individu itu sifatnya selalu unik, yaitu mencakup
struktur biologis atau jasmaniahnya dan struktur psychis atau kejiwaannya.
Kepribadian adalah keseluruhan dari individu yang terorganisir dan terdiri atas
disposisidisposisi psychis, yang memberikan kemungkinan untuk membedakan ciri
yang umum dengan pribadi yang lain.
Gangguan kepribadian adalah suatu proses perkembangan, yang timbul pada
masa kanak atau remaja dan berlanjut pada masa dewasa. Gangguan kepribadian khas
adalah suatu gangguan berat dalam konstitusi karakterologis dan kecenderungan
perilaku dari individu, biasanya meliputi beberapa bidang dari kepribadian dan
hampir selalu berhubungan dengan kekacauan pribadi dan sosial.
Kepribadian kadangkala terlihat begitu subjektif dan sulit untuk dikenali
bahkan untuk mempunyai kegunaan secara klinis. Kesan ini dapat diatasi dengan
adanya pengetahuan dasar akan gangguan kepribadian dan cara penanganannya yang
berkaitan untuk perawatan medis. Para dokter sudah sering mengalami kesulitan yang
ditimbulkan oleh masalah kepribadian ini. Sebagai contoh, seorang pasien yang selalu
tidak patuh kepada rekomendasi dokter atau pasien yang mengeluh terus menerus atau
seorang pasien yang sering berganti - ganti gejala penyakit. Kunci untuk dapat
mengatasi masalah seperti disebutkan tadi adalah dengan memahami faktor faktor
kepribadian dan menggunakan ketrampilan itu untuk melakukan intervensi dalam cara
yang lebih rasional dan efektif.
Untuk mewujudkan hal di atas, maka diperlukan adanya perangkat lunak yang
dapat membantu mendiagnosis gangguan kepribadian ini. Perangkat lunak sistem
informasi ini nantinya dapat membantu para dokter, ahli jiwa maupun orangorang
yang ingin melakukan diagnosa gangguan kepribadian secara cepat dan akurat.

1.2 TUJUAN
1.2.1 TUJUAN UMUM
Sebagai salah satu sayat yang harus dipenuhi didalam mengikuti program studi
kepaniteraan Ilmu Kedokteran Jiwa di Rumkit Raden Said Sukanto Tk I Jakarta Timur
1.2.2

TUJUAN KHUSUS
- Mengetahui definisi kepribadian dan gangguan kepribadian
- Mengetahui epidemiologi gangguan kepribadian
- Mengetahui etiologi gangguan kepribadian
- Mengetahui klasifikasi gangguan kepribadian
- Mengetahui kriteria diagnosis gangguan kepribadian
- Mengetahui pemeriksaan penunjang untuk gangguan kepribadian
- Mengetahui penatalaksanaan gangguan kepribadian

BABII
TINJAUANPUSTAKA

2.1DEFINISI

Seseorangdalammenjalanikehidupannyasejakkecil,remaja,dewasahingga
lanjutusia,mempunyaikecenderunganataukebiasaanmenggunakansuatupolayang
relativeserupadalammenyikapimasalahyangdihadapi.Apabiladiperhatikan cara
ataumetodepenyelesaianyangdilakukanseseorangmemilikipolatertentudandapat
digunakan sebagai ciri atau tandauntuk mengenal orangtersebut. Hal inidikenal
sebagaikarakterataukepribadian.
Kata kepribadian (personality)sesungguhnyaberasaldarikatalatin:persona.Pada
mulanya kata persona ini menunjuk pada topeng yang biasa digunakan oleh
pemainsandiwaradizamanromawidalammemainkanperannya.Lambatlaun,kata
persona(personality) berubah menjadi satu istilah yang mengacu pada gambaran
sosial tertentu yang diterima oleh individu dari kelompok masyarakat, kemudian
individu tersebut diharapkan bertingkah laku berdasarkan atau sesuai dengan
gambaransosialyangditerimanya.
Kepribadian merupakan organisasi yang dinamis dalam diri individu dari
sistem-sistem psikofisik yang menentukan perilaku khasnya dan cara berpikir, hal ini
dikemukakan oleh Allport
Berdaasarkan textbook, kepribadian adalah totalitas dari ciri perilaku dan
emosi yang merupakan karakter atau ciri seseorang dalam kehidupan seharihari,
dalamkondisiyangbiasa.Sifatnyastabildandapatdiramalkan.
Karakter adalahcirikepribadianyangdibentukolehprosesperkembangan
dan pengalaman hidup. Temperamen dipengaruhi oleh faktor genetik atau
konstitusionalyangterbawasejaklahir,bersifatsederhana,tanpamotivasi,barustabil
sesudahanakberusiabeberapatahun.
6

Faktor faktor yang mempengaruhi perkembangan kepribadian yaitu antara


lain: konstitusi (genetik, temperamen), perkembangan, dan pengalaman hidup
(lingkungankeluarga,budaya).

2.1.1PEMBENTUKANKEPRIBADIAN
Mengenai pengalamanpengalaman yang ikut membentuk kepribadian, kita
dapatmembedakannyadalamduagolongan:
1. Pengalaman yang umum, yaitu yang dialami oleh tiaptiap individu
dalamkebudayaantertentu.Pengalamaninierathubungannyadenganfungsi
dan peranan seseorang dalam masyarakat. Misalnya, sebagai lakilaki atau
wanitaseseorangmempunyaihakdankewajibantertentu.Beberapadariperan
itudipilihsendiriolehorangyangbersangkutantetapimasihtetapterikatpada
normanorma masyarakat,misalnya jabatan atau pekerjaan. Meskipun
demikian, kepribadian seseorang tidakdapat sepenuhnya diramalkan atau
dikenalihanyaberdasarkanpengetahuantentangstrukturkebudayaandimana
orangituhidup.Halinidisebabkankarena:
a. Pengaruh kebudayaan terhadap seseorang tidaklah sama karena
medianya(orang tua, saudara,media massadanlainlain) tidaklah sama
pulapadasetiap orang.Setiaporangtuaataumediamassamempunyai
pandangandanpendapatnyasendirisehinggaorangorangyangmenerima
pandangan danpendapat yang berbedabeda itu akan berbedabeda pula
pendiriannya.
b. Tiap individu mempunyai pengalamanpengalaman yang khusus, yang
terjadipadadirinyasendiri.
2. Pengalaman yang khusus, yaitu yang khusus dialami individu sendiri.
Pengalaman ini tidak tergantung pada status dan peran orang yang
bersangkutandalammasyarakat.Pengalamanpengalamanyangumummaupunyang
khususdiatasmemberipengaruhyangberbedabedapadatiapindividuindividu
7

itupunmerencanakanpengalamanpengalamantersebutsecaraberbedabeda
pulasampaiakhirnyaia membentukdalamdirinyasuatustukturkepribadian
yang tetap (permanen). Proses integrasi pengalamanpengalaman ke dalam
kepribadian yang makin lama makin dewasa, disebut proses pembentukan
identitasdiri.
Prosespembentukanidentitasdiriharusmelaluiberbagaitingkatan.Salahsatu
tingkat yang harus dilalui adalah identifikasi, yaitu dorongan untuk menjadi
identik(sama)denganoranglain,misalnyadenganayah,ibu,kakak,saudara,guru,
dan sebagainya. Pada masa remaja, tahap identifikasi ini dapat menyebabkan
kebingungandan kekaburan akan peran sosial, karena remajaremaja cenderung
mengidentifikasikan dirinya dengan beberapa tokoh sekaligus, misalnya dengan
ayahnya,bintangfilmkesayangannya,tokohpolitikfavoritnyadansebagainya.Kalau
kekaburanakanperanansosialinitidakdapatdihapuskansampairemajaitumenjadi
dewasa, maka besarkemungkinannya ia akan menderita gangguangangguan
kejiwaanpadamasadewasanya. Karenaitupentingsekalidiusahakanagarremaja
dapat menentukan sendiri identitas dirinya dan berangsurangsur melepaskan
identifikasinyaterhadaporangoranglainuntukakhirnyamenjadidirinyasendiri.

2.1.2TEORIKEPRIBADIAN
Adaempatteorikepribadianutamayangsatusamalaintentusajaberbeda,
yakni teori kepribadian psikoanalisis, teoriteori sifat (trait), teori kepribadian
behaviorisme,danteoripsikoligikognitif.
1. TeoriKepribadianPsikoanalisis
Dalammencobamamahamisistemkepribadianmanusia,Freudmembangun
modelkepribadianyangsalingberhubungandanmenimbulkanketegangansatusama
lain.Konflikdasardaritigasistemkepribadiantersebutmenciptakanenergipsikis

individu. Energi dasar ini menjadi kebutuhan instink individu yang


menuntutpemuasan.Tigasistemtersebutadalahid,ego,dansuperego.
Id bekerja menggunakan prinsip kesenangan, mencari pemuasan segera
impulsbiologis; ego mematuhi prinsip realita, menunda pemuasan sampai bisa
dicapaidengancarayangditerimamasyarakat,dansuperego(hatinurani;suarahati)
memiliki standarmoralpadaindividu.Jadijelaslahbahwadalamteoripsikoanalisis
Freud,egoharusmenghadapikonflikantaraid(yangberisinaluriseksualdanagresifyangselalu
mintadisalurkan)dansuperego(yangberisilaranganyangmenghambatnalurinaluri
itu).Selanjutnyaegomasihharusmempertimbangkanrealitasdidunialuarsebelum
menampilkanperilakutertentu.
Namun, dalam psikoanalisis Carl Gustav Jung, egobukannya menghadapi
konflikantaraiddansuperego,melainkanharusmengeloladorongandoronganyang
datangdari ketidaksadarankolektif(yangberisinalurinaluriyangdiperolehdaripengalaman
masa lalu dari masa generasi yang lalu) dan ketidaksadaran pribadi yangberisi
pengalamanpribadiyangdiredamdalamketidaksadaran.BerbedadenganFreud,Jung
tidakmendasarkanteorinyapadadoronganseks.
Bagi erikson, misalnya meskipun ia mengakui adanya id, ego, dan super ego,
menurutnya,yangterpentingbukannyadoronganseksdanbukanpulakoflikantaraid
dansuperego.BagiErikson,manusiaadalahmakhlukrasionalyangpikiran,perasaan,
danperilakunyadikendalikanolehego.Jadiegoituaktif,bukanpasifsepertipada
teori freud, dan merupakan unsur utama dari kepribadian yang lebih
banyakdipengaruhiolehfaktorsosialdaripadadoronganseksual.
2. TeoriTeoriSifat(TraitTheories)
Teorisifatinidikenalsebagaiteoriteoritipe(typetheories)yangmenekankan
aspekkepribadianyangbersifatrelatifstabilataumenetap. Tepatnya,teoriteoriini
menyatakan bahwa manusia memiliki sifat atau sifatsifat tertentu, yakni pola
kecenderunganuntukbertingkahlakudengancaratertentu.Sifatsifatyangstabilini
menyebabkanmanusiabertingkahlakurelatiftetapdarisituasikesituasi.
9

Allport membedakan antara sifat umum (general trait) dan


kecenderunganpribadi(personaldisposition).Sifatumumadalahdimensisifatyang
dapat membandingkan individu satu sama lainnya. Kecenderungan pribadi
dimaksudkan sebagai pola atau konfigurasi unik sifatsifat yang ada dalam diri
individu.Duaorang mungkinsamasamajujur,namunberbedadalamhalkejujuran
berkaitandengansifatlain.Orangpertama,karenapekaterhadapperasaanoranglain,
kadangkadang menceritakan kebohongan putih bagi orang ini, kepekaan
sensitivitas adalah lebih tinggi dari kejujuran. Adapunorang orang kedua menilai
kejujuranlebihtinggi,dan mengatakanapaadanyawalaupunhalitumelukaiorang
lain. Orang mungkin pula memilki sifat yang sama, tetapi dengan motif berbeda.
Seseorangmungkinberhatihatikarenaiatakutterhadappendapatoranglain,danoranglain
mungkin hatihati karena mengekspresikan kebutuhannya untuk mempertahankan
keteraturanhidup.

Termasuk dalam teoriteori sifat berikutnya adalah teoriteori dari Willim

Sheldom. Teori Sheldom sering digolongkan sebagai teori topologi. Meskipun


demikianiasebenarnyamenolakpengotakkanmenuruttipeini.Menurutnya,manusia
tidakdapatdigolongkandalamtipeiniatautipeitu.Akantetapi,setidaktidaknya
seseorang memiliki tiga komponen fisik yang berbeda menurut derajat dan
tingkatannyamasingmasing.Kombinasiketigakomponeninimenimbulkanberbagai
kemungkinan tipe fisik yang disebutnya sebagai somatotipe. Menurut Sheldom
adatigakomponenataudimensitemperamentaladalahsebagaiberikut:
a. Viscerotonia.Individuyangmemilikinilaiviscerotoniayangtinggi,memiliki
sifatsifat, antara lain suka makan enak, pengejar kenikmatan, tenang
toleran,lamban,santai,pandaibergaul.
b. Somatotonia. Individudengansifatsomatotoniayangtinggimemiliki sifat
sifat seperti berpetualang dan berani mengambil resiko yang tinggi,
membutuhkan aktivitas fisik yangmenantang, agresif, kurangpeka dengan
perasaanoranglain,cenderungmenguasaidanmembuatgaduh.

10

c. Cerebretonia. Pribadiyangmempunyainilai cerebretonia dikatakanbersifat


tertutupdansenangmenyendiri,tidakmenyukaikeramaiandantakutkepada
oranglain,sertamemilikikesadarandiriyangtinggi.Bilasedangdirundung
masalah,Iamemilikireaksiyangcepatdansulittidur.
3. TeoriKepribadianBehaviorisme
Menurut Skinner, individu adalah organisme yang memperoleh
perbendaharaantingkahlakunyamelaluibelajar.Diabukanlahagenpenyebabtingkah
laku,melainkantempatkedudukanatausuatupoinyangfaktorfaktorlingkungandan
bawaan yang khas secara bersamasama menghasilkan akibat (tingkah laku) yang
khaspulapadaindividutersebut.

BagiSkinner,studimengenaikepribadianituditujukanpadapenemuanpola
yangkhasdarikaitanantaratingkahlakuorganismedanberbagaikonsekuensiyang
diperkuatnya. Selanjutnya, Skinner telah menguraikan sejumlah teknik yang
digunakanuntukmengontrolperilaku.
Tekhniktersebutantaralainadalahsebagaiberikut:
1) Pengekanganfisik(psycalrestraints)
Menurut skinner, kita mengntrol perilaku melalui pengekangan fisik.
Misalnya, beberapa dari kita menutup mulut untuk menghindari diri dari
menertawakan kesalahan orang lain. Orang kadangkadang melakukannya
denganbentuklain,sepertiberjalanmenjauhiseseorangyangtelahmenghina
kitaagartidakkehilangankontroldanmenyerangorangtersebutsecarafisik.
2) Bantuanfisik(physicalaids)
Kadangkadangorangmenggunakanobatobatanuntukmengontrolperilakuyangtidak
dinginkan. Misalnya, pengendara truk meminum obat perangsang agar
tidakmengatuk saat menempuh perjalanan jauh. Bantuan fisik bisa juga
digunakanuntukmemudahkanperilakutertentu,yangbisadilihatpadaorang
yangmemilikimasalahpenglihatandengancaramemakaikacamata.
3) Mengubahkondisistimulus(changingthestimulusconditions)

11

Suatutekhniklainadalahmengubahstimulusyangbertanggunggungjawab.
Misalnya,orangyangberkelebihanberatbadanmenyisihkansekotakpermen
darihadapannyasehinggadapatmengekangdirisendiri.
4) Memanipulasikondisiemosional(manipulatingemotionalconditions)
Skinnermenyatakanterkadangkitamengadakanperubahanemosionaldalam
diri kita untuk mengontrol diri. Misalnya, beberapa orang menggunakan
tekhnikmeditasiuntukmengatasistess.
5) Melakukanresponsresponslain(performingalternativeresponses)
MenurutSkinner,kitajugaseringmenahandiridarimelakukanperilakuyang
membawahukumandenganmelakukanhallain.Misalnya,untukmenahandiri
agar tidak menyerang orang yang sangat tidak kita sukai, kita mungkin
melakukan tindakan yang tidak berhubungan dengan pendapat kita tentang
mereka.
6) Menguatkandirisecarapositif(positifselfreinforcement)
Salahsatuteknikyangkitagunakanuntukmengendalikanperilakumenurut
Skinner, adalah positive selfreinforcement. Kita menghadiahi diri sendiri
atasperilakuyangpatutdihargai.Misalnya,seorangpelajarmenghadiahidiri
sendiri karenatelahbelajarkerasdandapatmengerjakanujiandenganbaik,
denganmenontonfilmyangbagus.
7) Menghukumdirisendiri(selfpunishment)
Akhirnya,seseorangmengkinmenghukumdirisendirikarenagagalmencapai
tujuandirisendiri.Misalnya,seorangmahasiswamenghukumdirinyasendiri
karena gagal melakukan ujian dengan baik dengan cara menyendiri dan
belajarkembalidengangiat.

4. TeoriPsikologiKognitif
Menurut para ahli, teori psikologi kognitif dapat dikatakan berawal
daripandangan psikologi Gestalt. Mereka berpendapat bahwa dalam
mempersepsi lingkungannya,manusiatidaksekadarmengandalkandiripadaapayang
diterima daripenginderaannya, tetapi masukan dari pengindraan itu, diatur,

12

salingdihubungkandandiorganisasikanuntukdiberimakna,danselanjutnya
dijadikanawaldarisuatuperilaku.
Pandanganteorikognitifmenyatakanbahwaorganisasikepribadianmanusia
tidaklainadalahelemenelemenkesadaranyangsatusamalainsalingterkaitdalam
lapangankesadaran(kognisi).Dalamteoriini,unsurpsikisdanfisiktidakdipisahkan
lagi, karena keduanya termasuk dalam kognisi manusia. Bahkan, dengan teori ini
dimungkinkan juga faktorfaktor diluar diri dimasukkan (diwakili) dalam
lapanganpsikologisataulapangankesadaranseseorang.

2.2GANGGUANKEPRIBADIAN

GangguanKepribadianadalahcirikepribadianyangbersifattidakfleksibel
dan maladaptive yang menyebabkan disfungsi yang bermakna atau penderitaan
subjektif.Orangdengangangguankepribadian memiliki responsyangbenarbenar
kaku terhadap situasi pribadi, hubungan dengan orang lain ataupun lingkungan
sekitarnya.Kekakuantersebutmenghalangimerekauntukmenyesuaikandiriterhadap
tuntutan eksternal, sehingga akhirnya pola tersebut bersifat selfdefeating. Sikap
kepribadian yang terganggu itu akan semakin nyata pada saat remaja awal masa
dewasadanterusberlanjutdisepanjangkehidupandewasa,semakinlamasemakin
mendalamdanmengakarsehinggasemakinsulitdiubah.Dapatdisimpulkanbahwa
seseorangdengangangguankepribadianakanmenunjukkanpolarelasidanpersepsi
terhadaplingkungandandirinyasendiriyangbersifattidakfleksibel,maladaptif,serta
berakarmendalam.
Menurut PPDGJ III, gangguan kepribadian berbeda dari perubahan
kepribadian dalam waktu dan cara terjadinya. Gangguan kepribadian adalah suatu
proses perkembangan, yang timbul pada masa kanak atau remaja dan berlanjut pada
masa dewasa, yang bukan keadaan sekunder dari gangguan jiwa lain atau penyakit
otak meskipun dapat mendahului dan timbul bersamaan dengan gangguan lain.

13

Sebaliknya, perubahan kepribadian adalah suatu proses yang didapat, biasanya pada
usia dewasa, setelah stres berat atau berkepanjangan, deprivasi lingkungan yang
ekstrem, gangguan jiwa yang parah atau penyakit/cedera otak.
Menurut Diagnostic and Statistical Manual of the American Psychiatric
Association, Fourth Edition, Text Revision (DSM-IV-TR), gangguan kepribadian
adalah pola abadi pengalaman batin dan perilaku yang berbeda nyata dari harapan
daripada kebudayaan individu, onset pada masa remaja atau awal masa dewasa, stabil
dari waktu ke waktu dan menyebabkan penderitaan atau gangguan.

2.3 EPIDEMIOLOGI
Berdasarkan hasil yang ditemukan di Amerika Serikat, gangguan kepribadian
mempengaruhi 10-15% populasi orang dewasa di Amerika Serikat, dimana dengan
rincian secara spesifik sebagai berikut :

Gangguan kepribadian paranoid : 0.5 2.5%


14

Gangguan kepribadian schizotypal : 3%


Gangguan kepribadian antisosial : 3% Pria ; 1% wanita
Gangguan kepribadian borderline : 2%
Gangguan kepribadian histrionik : 2-3%
Gangguan kepribadian narsis : <1%
Gangguan kepribadian avoidant : 0.5-1%
Gangguan kepribadian obsesi kompulsif : 1%
Berdasarkan umur, gangguan kepribadian tidak seharusnya didiagnosis pada

anak-anak dan remaja, karena perkembangan kepribadian belum sempurna dan sifat
gejala tidak terus ada sampai dewasa. Oleh karena itu, rule of thumb yaitu
diagnosis gangguan kepribadian tidak dapat ditegakkan sampai seseorang mencapai
umur kurang lebih 18 tahun. Karena kriteria untuk diagnosis gangguan kepribadian
erat kaitan dengan perilaku orang muda dan umur pertengahan dewasa.

2.4ETIOLOGI
1. FaktorGenetik
Dibuktikan berdasarkan dari sebuah penelitian dari 15.000 pasang anak
kembar. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa kembar monozigot memiliki
kesesuaianuntukgangguankepribadianbeberapakalilipatdibandingkandengan
kembar dizigotik. Selain itu, menurut sebuah studi, kembar monozigot yang
dibesarkansecaraterpisahmemilikikesamaandengankembarmonozigotyang
dibesarkanbersamasama.Kemiripanmeliputibeberapapenilaiankepribadiandan
temperamen,minatpekerjaandanwaktuluang,dansikapsosial.
Kelompok A termasuk dalam kelompok ini adalah Gangguan Kepribadian
Skizotipal, Gangguan Kepribadian Paranoid, dan Gangguan Kepribadian Skizoid.
Pada kelompok ini memiliki kaitan biologis anggota keluarga dengan skizofrenia
daripada di kelompok kontrol. Lebih banyak gangguan kepribadian schizotypal
terjadi dalam sejarah keluarga penderita schizophrenia daripada di kelompok

15

kontrol. Korelasi kurang ditemukan antara gangguan kepribadian paranoid atau


skizoid dan skizofrenia.
Kelompok B termasuk Gangguan Kepribadian Antisosial, Gangguan
Kepribadian

Ambang,

Gangguan

Kepribadian

Narsistik

dan

Gangguan

kepribadian Histrionik. Gangguan kepribadian yang tergolong kelompok ini


tampaknya memiliki dasar genetik. Gangguan kepribadian antisosial dikaitkan
dengan gangguan penggunaan alkohol. Pada Gangguan Kepribadian Ambang
seringkali juga ditemukan Gangguan Mood (alam perasaan), khususnya depresi.
Sedangkan pada penderita Gangguan Kepribadian Histrionik seringkali ada
Gangguan Somatisasi (sindrom Briquet).
Kelompok C

termasuk Gangguan Kepribadian Menghindar, Gangguan

Kepribadian Obsesif Kompulsif (Anankastik), Gangguan Kepribadian Dependent,


dan pada kelompok inimungkin juga memiliki dasar genetik. Pasien dengan
gangguan kepribadian menghindar seringkali memiliki tingkat kecemasan yang
tinggi. Ciri-ciri obsesif-kompulsif yang lebih sering terjadi pada kembar
monozigot dibandingkan kembar dizigotik, dan pasien dengan kepribadian
obsesif-kompulsif menunjukkan beberapa tanda-tanda yang terkait dengan depresi
(misalnya memendeknya periode latensi rapid eye movement (REM) dan hasil
abnormal dexamethasone-suppression test (DST).
2. Faktor Biologik
Hormon
Orang yang menunjukkan sifat impulsif juga sering menunjukkan tingkat
testosteron, 17-estradiol, dan estron yang tinggi. Pada primata, androgen
meningkatkan kemungkinan agresi dan perilaku seksual, tetapi peran
testosteron dalam agresi manusia tidak jelas. Gangguan Kepribadian Ambang

dan orang yang menderita depresi, kadar DST nya abnormal.


Platelet Monoamin Oksidase
Penelitian membuktikan bahwa mahasiswa dengan kadar monoamine
oksidase trombosit rendah dilaporkan menghabiskan lebih banyak waktu
dalam kegiatan sosial dari siswa dengan kadar monoamine oksidase trombosit
tinggi. Tingkat monoamine oksidase trombosit yang rendah juga telah dicatat

pada beberapa pasien dengan gangguan skizotipal.


Neurotransmiter
16

Tingkat endorfin endogen yang tinggi mungkin berhubungan dengan orangorang yang phlegmatis. Tingkat 5-hydroxyindoleacetic asam (5-HIAA), suatu
metabolit serotonin, adalah rendah pada orang yang mencoba bunuh diri dan
pada

pasien

yang

impulsif

dan

agresif.

Meningkatkan kadar serotonin dengan agen serotonergik seperti fluoxetine


(Prozac) dapat menghasilkan perubahan dramatis dalam beberapa karakter
kepribadian. Pada banyak orang, serotonin mengurangi depresi, impulsif, dan
dapat menghasilkan rasa kesejahteraan. Peningkatan konsentrasi dopamin
dalam sistem saraf pusat, yang diproduksi oleh psikostimulan tertentu
(misalnya, amfetamin) dapat menyebabkan euforia. Efek neurotransmitter
pada sifat kepribadian telah dihasilkan banyak perhatian dan kontroversi

tentang apakah sifat-sifat kepribadian bawaan atau diperoleh.


Elektrofisiologi
Pada orang dengan Gangguan Kepribadian Antisosial dan Ambang sering ada
gelombang lambat dalam EEG.

3. Faktorlingkungan
Faktor ini sangat berperan dalam perkembangan gangguan kepribadian pada seseorang.
Model dan perilaku pengasuhan dari orang tua, perilaku otoriter dari ayah, merupakan hal
yang ditemukan dari sebagian data mengenai gangguan kepribadian. Selain itu pada
gangguan kepribadian narsistik dapat muncul dari ketidak seimbangan antara cerminan
positif dari anak yang sedang berkembang dan adanya sosok dewasa yang bisa ideal.
Berdasarkan Journal of Nervous and Mental Disease (Vol. 190, No. 8), gangguan
kepribadian borderline ditemukan oleh karena trauma seksual pada masa kanak-kanak.
Selain itu,sekitar 55% disebabkan oleh karena tekanan secara fisik, diasingkan dan tidak
dianggap oleh lingkungan sekitar, serta kontak seksual pada masa kanak-kanak.

Kasus penyalahgunaan masa kanak-kanak (child abuse) atau anak-anak yang


dilupakan (neglected child), dilaporkan empat kali lebih mungkin untuk terjadinya
gangguan kepribadian di awal masa dewasa menurut penelitian yang diungkapkan
oleh Johnson pada tahun 1999 di Archives of General Psychiatry (Vol. 56, No. 7).
Studi lain yang juga dipimpin oleh Johnson pada tahun 2001 di Comprehensive
Psychiatry (Vol. 42, No.1), melakukan pengamatan terhadap penyalahgunaan
verbal yang dilakukan ibu kepada anaknya, kali ini melibatkan 793 ibu dan anak
mereka. Studi prospektif memberi pertanyaan kepada para ibu mengenai apakah
mereka sering berteriak kepada anak mereka pada bulan-bulan terakhir, atau
apakah pernah mengatakan bahwa mereka tidak mencintai anak-anak mereka atau

17

mengusir mereka dari rumah. Hasilnya disimpulkan bahwa anak-anak yang


mengalami penyalahgunaan verbal dari ibu mereka 3 kali lebih menimbulkan
gangguan kepribadian (borderline, narsis, obsesi kompulsif, dan paranoid)
daripada yang tidak mengalami penyalahgunaan secara verbal. Masalah lain yang
juga menjadi sorotan adalah masalah mengenai orang tua yang selalu
menyalahkan. Menurut Porr, ia tidak menyangkal bahwa perilaku orang tua dapat
berperan dalam gangguan kepribadian borderline.

2.5 KLASIFIKASI
Berdasarkan PPDGJ III : (F60-F62)
F60 : Gangguan Kepribadian Khas
F60.0 : Gangguan Kepribadian Paranoid
F60.1 : Gangguan Kepribadian Skizoid
F60.2 : Gangguan Kepribadian Dissosial
F60.3 : Gangguan Kepribadian Emosional Tak Stabil
F60.4 : Gangguan Kepribadian Histrionik
F60.5 : Gangguan Kepribadian Anankastik
F60.6 : Gangguan Kepribadian Cemas
F60.7 : Gangguan Kepribadian Dependen
F60.8 : Gangguan Kepribadian Khas Lainnya
F60.9 : Gangguan Kepribadian YTT
F61 : Gangguan Kepribadian Campuran dan Lainnya
F61.0 Gangguan Kepribadian Campuran
F61.1 Perubahan Kepribadian yang bermasalah
F62 : Perubahan Kepribadian yang berlangsung lama yang tidak diakibatkan oleh
kerusakan atau penyakit otak
F62.0 : Perubahan kepribadian yang berlangsung lama setelah mengalami katastrofa
F62.1 : Perubahan kepribadian yang berlangsung lama akibat penyakit psikiatrik
F62.8 : Perubahan kepribadian yang berlangsung lama lainnya

18

F62.9 : Perubahan Kepribadian yang berlangsung lama YTT


Berdasarkan Diagnostic and Statistical Manual of the American Psychiatric
Association, Fourth Edition, Text Revision (DSM-IV-TR):
Cluster A :
-

Gangguan kepribadian paranoid


Gangguan kepribadian skizoid
Gangguan kepribadian skizotipal

Cluster B :
-

Gangguan kepribadian antisosial


Gangguan kepribadian borderline
Gangguan kepribadian histrionic
Gangguan kepribadian narcissistik

Cluster C :
-

Gangguan kepribadian avoidant


Gangguan kepribadian dependen
Gangguan kepribadian obsesi kompulsif

2.5.1 GANGGUAN KEPRIBADIAN KHAS


Gangguan kepribadian khas merupakan suatu gangguan berat dalam konstitusi
karakteriologis dan kecenderungan perilaku dari individu, biasanya meliputi beberapa
bidan dari kepribadian dan hampir selalu berhubungan dengan kekacauan pribadi dan
sosial. Gangguan kepribadian cenderung muncul pada akhir masa kanak atau masa
remaja dan berlanjut pada usia dewasa. Karenanya diagnosis gangguan kepribadian
tidak apabila diberikan pada usia dibawah 16 atau 17 tahun.
Pedoman diagnostik :
Keadaan yang tidak disebabkan langsung oleh kerusakan atau penyakit otak berat atau
gangguan jiwa lain, tetapi memenuhi kriteria berikut :
a. Sikap dan perilaku yang amat tak serasi yang meliputi biasanya beberapa
bidang fungsi, misalnya : afek, kesadaran, pengendalian impuls, cara
memandang dan berpikir, serta gaya berhubungan dengan orang lain

19

b. Pola perilaku abnormal berlangsung lama, berjangka panjang dan tidak


terbatas pada episode penyakit jiwa
c. Pola perilaku abnormalnya pervasif dan jelas maladaptif terhadap berbagai
keadaan pribadi dan sosial yang luas
d. Manifestasi diatas selalu muncul pada masa kanak atau remaja dan berlanjut
sampai usia dewasa
e. Gangguannya menjurus kepada penderitaan pribadi yang berarti, tetapi hal ini
mungkin hanya menjadi nyata kemudian dalam perjalanan penyakitnya
f. Gangguan ini biasanya, tetapi tidak selalu, berhubungan secara bermakna
dengan masalah pekerjaan dan kinerja sosial
Untuk budaya yang berbeda, mungkin penting untuk mengembangkan
seperangkat kriteria khas yang berhubungan dengan norma sosial, peraturanm dan
kewajiban. Untuk mendiagnosis kebanyakan dari subtipe dibawah ini, bukti nyata
biasanya dibutuhkan tentang adanya paling sedikit tiga dari ciri atau perilaku yang
diberikan dalam deskripsi klinis.

2.5.1.1 GANGGUAN KEPRIBADIAN PARANOID


Gambaran Klinis :
Kecurigaan dan ketidakpercayaan pada orang lain bahwa orang lain berniat
buruk kepadanya, bersifat pervasif, awitan dewasa muda, nyata dalam berbagai
konteks. Akibatnya mereka sering menuduh keluarga atau orang lain akan
mengeksploitasi, mencelakakan dirinya, bersifat tidak setia atau tidak dapat dipercaya.
Terhadap pasangannya seringkali bersifat cemburu patologis atau meragukan
kesetiian pasangannya. Mereka mengeksternalisasikan perasaannya dan menggunakan
mekanisme defensi proyeksi sehingga segala pikiran dan perasaan buruknya yang
tidak mau diterimanya sebagai bagian dari dirinya, dilontarkannya kepada orang lain
dan menuduh orang lainlah yang bersifat demikian.
Orang yang memiliki jenis gangguan kepribadian ini jarang sekali
menunjukan kehangatan dan sering bersikap tidak emosional, mereka sangat memberi
perhatian kepada kekuasaan dan kepangkatan membenci orang yang dianggap lemah,
berpenyakitan atau ada kecatcatan. Sering pula bersifat sangat bussines like dan
menimbulkan suasana ketakutan atau konflik dengan orang lain.
Epidemiologi :
20

Prevalensi gangguan kepribadian paranoid adalah 0,5 2,5% dari seluruh


populasi. Orang dengan gangguan ini jarang sekali mencari pengobatan atas
kesadarannya sendiri; ketika diantar oleh pasangan atau kerabatnya, mereka
cenderung menarik diri dan tampak tidak menderita. Memiliki saudara kandung yang
skizofrenia menunjukkan insiden lebih tinggi dibandingkan kelompok kontrol.
Gangguan ini lebih sering pada pria dibanding wanita dan tampak tidak berkaitan
dengan model dalam keluarga. Diyakini bahwa lebih sering dialami oleh kelompok
minoritas, imigran, dan orang yang tuna rungu (tuli), atau orang dengan budaya yang
berperilaku sangat hati-hati atau defensif dibandingkan dengan populasi umum.
Diagnosis :
Berdasarkan PPDGJ III, gangguan kepribadian paranoid ditandai oleh :
a. Kepekaan berlebihan terhadap kegagalan dan penolakan
b. Kecenderungan untuk tetap menyimpan dendam, misalnya menolak untuk
memaafkan suatu penghinaan dan luka hati atau masalah kecil
c. Kecurigaan dan kecenderungan pervasif untuk menyalahartikan tindakan
orang lain yang netral atau bersahabat sebagai suatu sikap permusuhan atau
penghinaan
d. Mempertahankan dengan gigih bila perlu dengan kekuatan fisik tentang hak
pribadinya yang sebenarnya tidak sesuai dengan keadaan sebenarnya
e. Kecurigaan yang berulang ,tanpa dasar, tentang kesetiaan seksual dari
pasangannya
f. Kecenderungan untuk merasa dirinya penting secara berlebihan yang
dinyatakan dalam sikap menyangkut diri yang menetap
g. Dirundung oleh rasa persekongkolan dari suatu peristiwa terhadap baik diri
pasien maupun dunia pada umumnya tanpa bukti
Termasuk : paranoid ekspansif, gangguan kepribadian paranoid yang sensitif dan suka
mengeluh/membantah dan fanatic
Menurut

DSM

IV,

individu

dengan

gangguan

ini

menampilkan

ketidakpercayaan yang pervasif dan kecurigaan, dengan kecenderungan untuk


mempunyai motif jahat kepada orang lain, disibukkan dengan keragu-raguan yang
tidak adil, dan terus menerus menyimpan dendam. Berikut diindikasikan terdapat 4
atau lebih untuk mendiagnosis gangguan kepribadian paranoid :
1. Tersangka, tanpa dasar yang cukup bahwa orang lain memanfaatkan,
merugikan, atau menipu dia
21

2. Sibuk dengan keraguan tentang kesetiaan atau kepercayaan dari teman-teman


atau rekan
3. Enggan curhat kepada orang lain karena takut tidak beralasan bahwa informasi
yang diberikan akan menjadi hal untuk berbuat jahat terhadap dia
4. Dibaca tersembunyi arti merendahkan atau mengancam pada peristiwa
5. Terus menerus menanggung dendam yaitu tidak kenal pengampunan dari luka
penghinaan
6. Menerima serangan kepada karakternya dan reputasinya yang tidak jelas bagi
orang lain dan cepat beraksi dengan marah atau untuk melakukan serangan
balik
7. Memiliki kecurigaan berulang, tanpa pembenaran tentang kesetiaan pasangan
atau pasangan seksual
8. Tidak terjadi secara eksklusif selama skizofren, gangguan mood dengan
psikotik atau gangguan psikotik lain yang tidak secara langsung karena efek
psikologis pada kondisi medis general

Tatalaksana :
A. Psikoterapi

Psikoterapi adalah pengobatan pilihan untuk gangguan kepribadian paranoid.


Terapis harus jujur dalam menangani pasien ini. Apabila terapis melakukan
ketidaktetapan atau kesalahan, seperti terlambat, kejujuran dan permintaan maaf
lebih disukai untuk penjelasan defensif. Terapis harus ingat bahwa kepercayaan
dan toleransi keakraban adalah hal yang menjadi perhatian bagi pasien dengan
gangguan ini. Psikoterapi individual membutuhkan gaya yang profesional dan
hangat dari terapis. Pasien dengan gangguan ini kurang baik dalam psikoterapi
kelompok, walaupun hal ini dapat memperbaiki kemampuan sosial dan
mengurangi kecurigaan melalui role playing. Pasien memiliki perilaku merasa
terancam sehingga terapis harus mengatur atau membatasi tindakan mereka.
Tuduhan delusi harus ditangani dengan realistis tapi lembut dan tanpa
mempermalukan pasien. Pasien yang paranoid sangat takut ketika merasa bahwa
terapis yang berusaha untuk membantu mereka (pasien) yang lemah dan tak
berdaya, karena itu, terapis tidak harus menawarkan untuk mengambil kontrol
kecuali pasien bersedia dan mampu melakukannya.
B. Farmakoterapi

22

Pada banyak kasus, agen anti-ansietas seperti diazepam (Valium) cukup. Apabila
diperlukan, dapat diberikan anti-psikotik seperti haloperidol (Haldol) dalam
dosis kecill dan untuk periode singkat untuk menangani kegelisahan pasien yang
buruk atau pemikiran seakan-akan delusi. Obat anti-psikotik pimozide (Orap)
berhasil mengurangi pemikiran paranoid pada beberapa pasien.

Perjalanan gangguan dan prognosis :


Pada beberapa, gangguan kepribadian paranoid berlangsung seumur hidup;
pada yang lainnya dapat mendahului terjadinya skizofrenia. Sikap paranoid dapat
memberikan cara untuk pembentukan reaksi, perhatian yang sesuai dengan moralitas,
dan sifat mengutamakan orang lain atau penghilang stress. Secara umum, orang
dengan gangguan kepribadian paranoid memiliki masalah berkaitan dengan pekerjaan
dan berhubungan dengan orang lain seumur hidup. Masalah pekerjaan dan dalam
kehidupan pernikahan juga umum terjadi.

2.5.1.2 GANGGUAN KEPRIBADIAN SKIZOID


Definisi :
Pola perilaku berupa pelepasan diri dari hubungan sosial disertai kemampuan
ekspresi emosi yang terbatas dalam hubungan interpersonal. Bersifat pervasif,
berawal sejak dewasa muda dan nyata dalam pelbagai konteks. Pasien umumnya
dilihat oleh orang lain sebagai orang yang aneh, terisolasi, dan kesepian.
Epidemiologi :
Prevalensi gangguan kepribadian skizoid belum dibuktikan secara jelas, tetapi
gangguan ini mempengaruhi 7,5% dari seluruh populasi. Ratio berdasarkan gender
juga belum diketahui; beberapa penelitian melaporkan ratio pria:wanita adalah 2:1.
Orang dengan gangguan ini tertarik pada pekerjaan yang sendirian yang hanya
mencakup sedikit bahkan tidak ada kontak dengan orang lain. Banyak yang lebih
memilih pekerjaan pada malam hari dibandingkan siang, sehingga mereka tidak harus
berhubungan dengan orang lain.

23

Diagnosis :
Berdasarkan PPDGJ III, gangguan kepribadian skizoid memenuhi deskripsi berikut :
a. Hanya sedikit saja, bila ada aktivitas yang memberikan kebahagiaan
b. Emosi dingin, afek datar
c. Kurang mampu untuk menyatakan kehangatan, kelembutan, atau kemarahan
terhadap orang lain
d. Ketidakpeduliak yang nyata terhadap pujian atau kecaman
e. Kurang tertarik untuk menjalin pengalaman seksual dengan orang lain (dengan
memperhitungkan umurnya)
f. Hampir selalu memilih aktivitas yang menyendiri
g. Dirundung oleh fantasi dan instropeksi yang berlebihan
h. Tidak mempunyai teman dekat atau hubungan pribadi yang akrab (kalau ada
hanya satu) dan keinginan untuk mempunyai hubungan seperti itu
i. Sangat tidak sensitif terhadap norma dan kebiasaan sosial yang berlaku
Menurut DSM IV, kriteria diagnosis untuk gangguan kepribadian skizoid adalah :
a. Tidak menginginkan atau menikmati hubungan dekat, termasuk menjadi
bagian dari keluarga
b. Hampir selalu memilih kegiatan soliter
c. Mempunyai sedikit, jika ada, minatnya untuk memiliki pengalaman seksual
dengan orang lain
d. Mengambil sedikit kesenangan dari aktivitas
e. Tidak memiliki teman dekat atau kepercayaan lain selain kerabat tingkat
pertama
f. Tampil acuh tak acuh terhadap pujian atau kritik dari orang lain
g. Menunjukkan emosional yang dingin, atau afek datar
h. Tidak terjadi secara eksklusif selama skizofren, gangguan mood dengan
psikotik atau gangguan psikotik lain yang tidak secara langsung karena efek
psikologis pada kondisi medis general

Tatalaksana :
A. Psikoterapi

24

Tatalaksana pasien dengan gangguan kepribadian skizoid mirip dengan


penanganan pada orang dengan gangguan kepribadian paranoid. Pasien dengan
skizoid cenderung mengarah introspeksi, bagaimanapun juga, kecenderungan ini
bersifat konsisten dengan harapan psikoterapis, dan pasien menjadi sangat setia.
Seiring berkembangnya kepercayaan, pasien dengan skizoid dapat dengan
kegaduhan yang hebat, menunjukkan fantasi yang sangat banyak, teman imaginer,
dan ketakutan atas ketergantungan yang tidak tertahankan meskipun bersatu
dengan terapis.
Dalam keadaan terapi kelompok, pasien dengan gangguan kepribadian skizoid
dapat diam untuk waktu yang lama; meskipun demikian, mereka nantinya akan
berpartisipasi. Pasien harus dilindungi terhadap serangan agresif dari anggota
kelompok karena kecenderungannya untuk diam. Seiring waktu, anggota
kelompok akan menjadi penting bagi pasien dengan skizoid dan menumbuhkan
satu-satunya interaksi sosial dalam kehidupannya yang terisolasi.
B. Farmakoterapi

Farmakoterapi dengan dosis kecil anti-psikotik, anti-depresan, dan psikostimulan


memberikan keuntungan bagi beberapa pasien. Agen serotonergik membuat
pasien kurang sensitif terhadap penolakan. Benzodiazepine dapat mengurangi
kecemasan interpersonal.

Perjalanan Gangguan dan prognosis :


Timbulnya gangguan kepribadian skizoid biasanya terjadi pada anak usia dini.
Seperti dengan semua gangguan kepribadian, gangguan kepribadian skizoid adalah
tahan lama, tetapi belum tentu seumur hidup. Proporsi pasien yang dikenakan
skizofrenia tidak diketahui.

2.5.1.3 GANGGUAN KEPRIBADIAN DISSOSIAL


Definisi :

25

Pola perilaku pengabaian dan perlanggaran pelbagai hak orang lain, bersifat
pervasif, berawal sejak usia dewasa muda dan nyata dalam pelbagai konteks.
Epidemiologi:
Prevalensi gangguan kepribadian dissosial adalah 3% pada pria dan 1% pada wanita.
Hal ini paling umum ditemukan di daerah perkotaan miskin dan antara penduduk
yang sering berpindah-pindah. Timbulnya gangguan adalah sebelum usia 15. Gadis
biasanya memiliki gejala sebelum pubertas, dan anak laki-laki bahkan lebih awal.
Dalam populasi penjara, prevalensi gangguan kepribadian antisosial dapat setinggi
75%. Apabila terdapat riwayat anggota keluarga yang menderita gangguan yang sama,
gangguan ini lima kali lebih umum di antara tingkat pertama kerabat laki-laki dengan
gangguan dari kelompok kontrol.
Fitur klinis :
Pasien dengan gangguan kepribadian dissosial seringkali dapat tampak normal
dan bahkan menawan dan manis. Riwayat mereka mengungkapkan banyak bidang
kehidupan berfungsi teratur. Berbohong, pembolosan, lari dari rumah, pencurian,
perkelahian, penyalahgunaan zat, dan kegiatan ilegal adalah pengalaman khas yang
pasien laporkan sebagai awal di masa kecil. Pasien-pasien ini seringkali terhadap
dokter dengan jenis kelamin berlawanan memberikan kesan kepribadian yang
berwarna-warni dan bergairah, tetapi terhadap dokter yang berjenis kelamin sama
mungkin mereka tampak manipulatif dan menuntut. Pasien dengan gangguan
kepribadian dissosial tidak menunjukkan kecemasan atau depresi, tampak secara kasar
tidak sesuai dengan situasi mereka, meskipun ancaman bunuh diri dan keluhan
somatik mungkin umum. Penjelasan mereka sendiri mengenai perilaku dissosial
mereka membuatnya tampak ceroboh, tapi konten mental mereka mengungkapkan
tidak adanya delusi dan tanda-tanda lain dari berpikir irasional. Bahkan, mereka
sering memiliki rasa tinggi pengujian realitas dan seringkali terkesan memiliki
kecerdasan lisan yang baik.
Orang dengan gangguan kepribadian dissosial sangat mewakili apa yang
disebut para penipu. Mereka sangat manipulatif dan sering dapat berbicara orang lain
untuk berpartisipasi dalam skema cara mudah untuk membuat uang atau untuk
mencapai ketenaran. Skema ini akhirnya dapat memimpin sikap tidak berhati-hati
26

sampai menimbulkan kekacauan finansial atau rasa malu sosial atau keduanya.
Mereka dengan gangguan ini tidak mengatakan kebenaran dan tidak dapat dipercaya
untuk melaksanakan tugas apapun atau mematuhi semua standar konvensional
moralitas. Pergaulan bebas, penyalahgunaan pasangan, penganiayaan anak, dan
mengemudi dalam keadaan mabuk adalah kejadian umum dalam hidup mereka.
Temuan penting adalah kurangnya penyesalan atas tindakan ini, yaitu, mereka tampak
kurang memiliki hati nurani.
Diagnosis :
Berdasarkan PPDGJ III, gangguan kepribadian dissosial biasanya timbul karena
perbedaan yang besar antar perilaku dan norma sosial yang berlaku, dan ditandai oleh:
a. Bersikap tidak peduli dengan perasaan orang lain
b. Sikap yang amat tidak bertanggung jawab dan menetap dan tidak peduli
terhadap norma, peraturan dan kewajiban sosial
c. Tidak mampu untuk mempertahankan hubungan agar berlangsung lama,
meskipun tidak ada kesulitan untuk mengembangkannya
d. Mudah menjadi frustasi dan bertindak agresif, termasuk tindak kekerasan
e. Tidak mampu untuk menerima kesalahan dan belajar dari pengalaman,
terutama dari hukuman
f. Sangat cenderung untuk menyalahkan orang lain, atau menawarkan
rasionalisasi yang dapat diterima, untuk perilaku yang telah membawa pasien
dalam konflik sosial.
Mungkin disertai iritabilitas yang menetap. Gangguan tingkah laku pada masa kanak
dan remaja, meskipun tidak selalu ada, dapat mendukung diagnosis.
Termasuk : ganggua kepribadian amoral, antisosial, asosial, psikopatik, dan sosiopatik
Menurut DSM IV, kriteria diagnosis untuk gangguan kepribadian antisosial, ada pola
yang perfasif dari mengabaikan dan melanggar hak orang lain yang terjadi sejak usia
15 tahun, dan terdapat 3 atau lebih gejala berikut :4
a. Kegagalan untuk menyesuaikan diri dengan norma-norma sosial yang
berkaitan dengan perilaku yang sah seperti yang ditunjukkan berulangkali
b. Tipu daya, seperti yang ditunjukkan berbohong, penggunaan alias, atau
menipu orang lain untuk keuntungan pribadi atau kesenangan
c. Impulsif atau kegagalan untuk merencanakan ke depan

27

d. Mudah marah dan agresifitas seperti ditunjukkan dengan perkelahian fisik


berulang atau serangan
e. Sembrono dalam hal mengabaikan keselamatan diri dan orang lain
f. Tidak bertanggung jawab yang diindikasikan dengan kegagalan berulang
untuk mempertahankan perilaku kerja yang konsisten atau menghormati
kewajiban dalam hal keuangan
g. Kurangnya penyesalan seperti yang ditunjukkan dengan menjadi acuh tak
acuh
Pasien ini biasanya berkisar umur 18 tahun. Ada bukti mengenai gangguan konduksi
dengan onset umur kurang dari 15 tahun. Terjadinya ulang perilaku antisosial tidak
terjadi selama skizofrenia atau episode manik.
Tatalaksana :
A. Psikoterapi

Jika pasien dengan gangguan kepribadian dissosial yang tidak dapat bergerak
(misalnya, ditempatkan di rumah sakit), mereka sering menjadi setuju untuk
psikoterapi. Ketika pasien merasa bahwa mereka dikelilingi rekan-rekan, motivasi
untuk berubah menghilang. Mungkin karena alasan ini, kelompok untuk
membantu diri sendiri lebih berguna daripada penjara dalam mengurangi
gangguan tersebut.
Sebelum pengobatan dapat dimulai, batas tegas sangat penting. Terapis harus
menemukan cara untuk berurusan dengan perilaku pasien yang merusak diri
sendiri. Dan untuk mengatasi ketakutan pasien akan keintiman, terapis harus
menggagalkan keinginan pasien untuk lari dari pertemuan yang nyata dengan
orang lain. Dengan demikian, terapis menghadapi tantangan memisahkan kendali
dari hukuman dan memisahkan bantuan dan konforntasi dari isolasi sosial dan
retribusi.
B. Farmakoterapi

Farmakoterapi digunakan untuk menangani gejala-gejala seperti kecemasan,


kemarahan, dan depresi, namun karena pasien sering menyalahgunakan zat, obatobatan harus digunakan secara bijaksana. Jika pasien menunjukkan bukti
gangguan atensi atau gangguan hiperaktif, psikostimulan seperti methylphenidate
(Ritalin) mungkin berguna. Upaya telah dilakukan untuk mengubah metabolisme
28

katekolamin dengan obat-obatan dan untuk mengontrol perilaku impulsif dengan


obat antiepilepsi, misalnya, carbamazepine (Tegretol) atau valproate (Depakote),
terutama jika bentuk gelombang abnormal dicatat pada EEG. -adrenergic
reseptor antagonis telah digunakan untuk mengurangi agresi.
Perjalanan gangguan dan Prognosis :
Setelah gangguan kepribadian antisosial berkembang, berjalan tak hentihentinya, dengan tingginya perilaku antisosial biasanya terjadi pada akhir masa
remaja. Prognosis bervariasi. Beberapa laporan menunjukkan bahwa gejala penurunan
seiring bertambahnya usia. Banyak pasien mengalami gangguan somatisasi dan
keluhan

fisik.

Gangguan

depresif,

gangguan

penggunaan

alkohol,

dan

penyalahgunaan zat lainnya adalah umum terjadi.

2.5.1.4 GANGGUAN KEPRIBADIAN EMOSIONAL TAK STABIL


Definisi :
Bertindak impulsif tanpa mempetimbangkan dampaknya, afek atau emosi
tidak stabil atau kurang pengendalian diri, dapat menjurus kepada ledakan kemarahan
atau perilaku kekerasan. Dua varian dari gangguan kepribadian ini telah ditentukan
odan keduanya mempunyai persamaan motif umum berupa impulsivitas dan
kekurangan pengendalian diri.
Tipe Impulsif
Ciri khas yang predominan adalah ketidakstabilan emosional dan kekurangan
pengendalian impuls (dorongan hati). Ledakan kekerasan atau perilaku mengancam
lazim terjadi, khususnya sebagai tanggapan terhadap kritik orang lain.
Tipe ambang (borderline)
Ciri khas ketidakstabilan emosi, citra diri, tujuan hidup, serta prevensi internal
(seringkali juga orientasi seksualnya) sering tidak jelas atau terganggu. Acapkali ada
perasaan hampa secara kronis. Sangat cenderung membina hubungan interpersonal
yang intensif tapi tidak stabil, sehingga terjadi krisis emosi yang berulang, dan hal itu

29

sering pula berkaitan dengan upaya berlebihan supaya tidak ditinggalkan


pasangannya. Kadan-kadang ia cepat bersikap akbrab dengan orang yang tidak
dikenalnya (bahkan melakukan hubungan seks yang sembarangan) hanya untuk
menghilangkan perasaan kesepian. Ia sering pula melakukan ancaman bunuh diri atau
perilaku mencederai dirinya (sering pula hal itu terjadi tanpa faktor pencetus yang
jelas).
Diagnosis :
Menurut DSM-IV-TR, diagnosis gangguan kepribadian emosional tidak stabil
dapat dibuat awal masa dewasa ketika pasien menunjukkan setidaknya lima kriteria
yang tercantum pada kriteria diagnostik. Studi biologi dapat membantu dalam
diagnosis, beberapa pasien dengan gangguan kepribadian emosional tidak stabil
menunjukkan memendeknya latensi REM dan gangguan tidur kontinuitas, hasil DST
yang abnormal, dan hasil hormon yang abnormal thyrotropin-releasing test.
Perubahan tersebut juga terlihat pada beberapa pasien dengan gangguan depresi.
Pola pervasif ketidakstabilan hubungan interpersonal, citra diri, dan afek, dan impulsif
dengan awitan awal masa dewasa dan hadir dalam berbagai konteks, seperti yang
ditunjukkan oleh lima (atau lebih) sebagai berikut:
1. Upaya yang penuh kegelisahan untuk menghindari keadaan ditinggalkan yang
nyata maupun yang hanya dibayangkan. Catatan: Tidak meliputi perilaku
bunuh diri atau mutilasi diri tercakup dalam Kriteria 5.
2. pola hubungan interpersonal erat namun tidak stabil
3. gangguan identitas: citra diri atau kesadaran diri yang secara nyata dan terus
menerus tidak stabil
4. impulsif dalam setidaknya dua wilayah yang berpotensi merusak diri
(misalnya, pengeluaran, seks, penyalahgunaan zat, mengemudi sembrono,
makan pesta). Catatan: Tidak meliputi perilaku bunuh diri atau mutilasi diri
tercakup dalam Kriteria 5
5. perilaku bunuh diri berulang, gestur, atau ancaman, atau perilaku mutilasi diri
6. Ketidakstabilan perasaan atau afek yang disebabkan oleh suasana hati
(misalnya, dysphoria episodik intens, lekas marah, atau kecemasan biasanya
berlangsung beberapa jam dan jarang lebih dari beberapa hari)
7. Perasaan kosong yang kronis
8. Kemarahan yang tidak pantas, intens atau kesulitan mengendalikan marah
(misalnya, menampilkan sering marah, kemarahan yang konstan, perkelahian
fisik berulang)

30

9. Pemikiran paranoid yang berkaitan dengan stres berlangsung singkat gejala


disosiatif yang parah

Tatalaksana :
A. Psikoterapi
Psikoterapi untuk pasien dengan gangguan kepribadian emosional tidak stabil
adalah penyelidikan intensif dan telah menjadi terapi pilihan. Untuk hasil terbaik,
farmakoterapi

telah

ditambahkan

ke

rejimen

pengobatan.

Psikoterapi sulit bagi pasien dan terapis. Pasien regresi dengan mudah, bertindak
impuls, dan menunjukkan transferences negatif atau positif labil atau tetap, yang
sulit untuk dianalisis. Identifikasi proyektif juga dapat menyebabkan masalah
kontra-transferensi ketika terapis tidak menyadari bahwa pasien secara tidak sadar
mencoba untuk memaksa mereka untuk bertindak perilaku tertentu. Mekanisme
pertahanan splitting menyebabkan pasien untuk bergantian menyukai dan
membenci terapis dan lain-lain di lingkungan. Pendekatan yang berorientasi pada
realitas cukup efektif.
Terapis telah menggunakan terapi perilaku untuk mengendalikan impuls pasien
dan ledakan marah dan untuk mengurangi kepekaan mereka terhadap kritik dan
penolakan. Pelatihan keterampilan sosial, terutama dengan pemutaran rekaman
video, membantu memungkinkan pasien untuk melihat bagaimana tindakan
mereka mempengaruhi orang lain dan dengan demikian meningkatkan perilaku
interpersonal mereka.
Pasien dengan gangguan kepribadian emosional tidak stabil sering melakukannya
dengan baik di rumah sakit di mana mereka menerima psikoterapi intensif pada
psikoterapi individual dan secara kelompok. Di rumah sakit, mereka juga dapat
berinteraksi dengan anggota staf terlatih dari berbagai disiplin ilmu dan dapat
diberikan dengan terapi okupasi, rekreasi, dan profesi. Program-program tersebut
sangat membantu ketika lingkungan rumah merugikan rehabilitasi pasien karena
konflik dalam keluarga atau tekanan lain. Dalam lingkungan yang terlindung di
rumah sakit, pasien yang terlalu impulsif, merusak diri sendiri, atau mutilasi diri
dapat dibatasi, dan tindakan mereka dapat diamati. Dalam situasi yang ideal,
pasien tetap di rumah sakit sampai mereka menunjukkan tanda perbaikan, sampai
dengan 1 tahun di beberapa kasus. Pasien kemudian dapat dikeluarkan ke sistem
suportif khusus, seperti rumah sakit, rumah sakit malam, dan rumah transisi.
31

Bentuk khusus dari psikoterapi yang disebut terapi perilaku dialektis (dialectical
behavior therapy - DBT) telah digunakan untuk pasien dengan gangguan ini,
terutama mereka dengan perilaku parasuicidal, seperti sering memotong.
B. Farmakoterapi
Farmakoterapi berguna untuk menangani dengan fitur kepribadian tertentu yang
mengganggu fungsi keseluruhan pasien. Antipsikotik telah digunakan untuk
mengendalikan

kemarahan,

permusuhan,

dan

episode

psikotik

singkat.

Antidepresan meningkatkan mood depresi umum pada pasien dengan gangguan


kepribadian ini. MAO inhibitor (MAOI) dapat digunakan pada beberapa pasien
dengan perilaku impulsif. Benzodiazepin, khususnya alprazolam (Xanax),
membantu kecemasan dan depresi, tetapi beberapa pasien menunjukkan
disinhibisi dengan kelas obat ini. Antikonvulsan, seperti carbamazepine, dapat
meningkatkan fungsi global untuk beberapa pasien. Agen serotonergik seperti
serotonin reuptake inhibitor (SSRI) telah membantu dalam beberapa kasus.
Perjalanan gangguan dan prognosis
Gangguan kepribadian borderline cukup stabil, pasien sedikit perubahan dari
waktu ke waktu. Studi longitudinal tidak menunjukkan perkembangan ke arah
skizofrenia, tetapi pasien memiliki insidensi tinggi dari episode depresi utama.
Diagnosis biasanya dibuat sebelum usia 40, ketika pasien sedang berusaha untuk
membuat pilihan pekerjaan, perkawinan, dan lainnya dan tidak dapat berurusan
dengan tahap normal dari siklus hidup.

2.5.1.5 GANGGUAN KEPRIBADIAN HISTRIONIK


Definisi:
Pola perilaku berupa emosionalitas berlebih dan menarik perhatian, bersifat
pervasif, berawal sejak usia dewasa muda, dan nyata dalam pelbagai konteks.
Epidemiologi:
Menurut DSM-IV-TR, data terbatas dari studi populasi umum menunjukkan
prevalensi gangguan kepribadian histerik sekitar 2-3%. Sekitar 10-15 % telah
dilaporkan di rawat inap dan rawat jalan pusat kesehatan mental saat penilaian
terstruktur digunakan. Kelainan ini didiagnosis lebih sering pada wanita dibandingkan
32

pada pria. Beberapa studi telah menemukan hubungan dengan gangguan somatisasi
dan gangguan penggunaan alkohol.
Diagnosis :
Menurut PPDGJ III, gangguan kepribadian histrionik ditandai oleh :
a. Ekspresi emosi yang didramatisasikan sendiri, teatrikalitas dan dibesarbesarkan
b. Bersifat sugestif, mudah dipengaruhi oleh orang lain atau keadaan
c. Afek datar dan labil
d. Terus menerus mencari kepuasan (excitement), apresiasi oleh orang lain, dan
aktivitas di mana pasien menjadi pusat perhatian
e. Kegairahan yang tidak pantas dalam penampilan atau perilaku
f. Terlalu mementingkan daya tarik fisik
Gambaran penyerta mungkin mencakup egosentrisitas, pemuasan diri, terus menerus
mengharapkan apresiasi, perasaan mudah tersinggung dan perliaku manipulatif yang
menetap untuk mencapai kepentingan pribadi
Termasuk : (gangguan) kepribadian histeris dan psikoinfantil
Berdasarkan DSM IV, terdapat pola perfasif dari emosional yang berlebihan dan
pencarian perhatian, dimulai dari awal masa muda dan muncul pada beberapa konteks
yang diindikasikan dengan 5 atau lebih gejala berikut :
a. ketidaknyamanan dalam situasi dimana mereka tidak masuk perhatian
b. interaksi dengan orang lain sering ditandai oleh perilaku menggoda secara
seksual yang tidak panas atau perilaku profokatif
c. menunjukkan pergerakan yang cepat dan dangkal dari ekspresi emosi
d. secara konsisten menggunakan penampilan fisik untuk menarik perhatian pada
diri
e. memiliki gaya bicara yang impresi berlebihan dan terlalu rinci
f. menunjukkan dramatisasi diri, sandiwara, dan ekspresi emosi yang dibesarbesarkan
g. mudah dipengaruhi oleh orang lain atau keadaan
h. menganggap hubungan menjadi lebih intim daripada mereka yang yang
sebenarnya

Tatalaksana :

33

A. Psikoterapi
Pasien dengan gangguan kepribadian histrionik seringkali tidak menyadari
perasaan mereka sendiri yang nyata; klarifikasi dari perasaan batin mereka adalah
proses terapeutik penting. Psikoterapi dengan orientasi psikoanalitik, baik
kelompok atau individu, mungkin adalah pilihan perawatan untuk gangguan
kepribadian histerik.
B. Farmakoterapi
Farmakoterapi dapat adjunctive bila gejala ditargetkan (misalnya, penggunaan
antidepresan untuk depresi dan keluhan somatik, agen anti ansietas untuk
kegelisahan, dan antipsikotik untuk derealisasi dan ilusi).
Perjalanan gangguan dan prognosis :
Seiring bertambahnya usia, orang dengan gangguan kepribadian histrionik
menunjukkan gejala yang lebih sedikit. Orang dengan gangguan ini adalah pencari
sensasi, dan mereka mungkin mendapatkan masalah dengan hukum, penyalahgunaan
zat, dan bertindak sembarangan.

2.5.1.6

GANGGUAN

KEPRIBADIAN

OBSESIF

KOMPULSIF

ANANKASTIK
Definisi:
Pola

perilaku

perfeksionisme,

berupa

kontrol

preokupasi

mental

dan

dengan
hubungan

keteraturan,
interpersonal,

peraturan,
dengan

mengenyampingkan: fleksibilitas, keterbukaan, efisiensi, bersifat pervasif, awitan


sejak dewasa muda nyata dalam pelbagai konteks.
Epidemiologi:
Prevalensi obsesif-kompulsif gangguan kepribadian tidak diketahui. Hal ini lebih
sering terjadi pada pria dibandingkan pada wanita dan didiagnosis paling sering pada
anak tertua. Gangguan juga terjadi lebih sering pada tingkat pertama keluarga biologis
dari orang-orang dengan gangguan daripada populasi umum. Pasien sering memiliki
latar belakang disiplin yang keras.
34

Diagnosis :
Menurut PPDGJ III, gangguan kepribadian anankastik ditandai oleh :
a.
b.
c.
d.

Perasaan ragu dan hati-hati yang berlebihan


Keterpakuan pada rincian, peraturan, daftar, perintah, organisasi, jadwal
Perfeksionisme yang menghambat penyelesaian tugas
Ketelitian yang berlebihan, terlalu hati-hati, dan kecenderungan yang tidak

semestinya untuk menciptakan kesenangan dan hubungan interpersonal


e. Keterpakuan dan keterikatan yang berlebihan pada kebiasaan sosial
f. Kaku dan keras kepala
g. Pemaksaan secara tidak masuk akal agar orang lain melakukan menurut
caranya, atau keenganan yang tak masuk akal untuk mengizinkan orang lain
melakukan sesuatu
h. Mencampuradukkan pikiran atau dorongan yang bersifat memaksa atau yang
tidak disukai
Termasuk : (gangguan) kepribadian yang obsesif dan kompulsif
Berdasarkan DSM IV, terdapat pola perfasif memiliki keasyikan dengan teratur,
perfeksionis, dan mental dan kontrol interpersonal,dengan mengorbankan fleksibilitas,
keterbukaan, dan efisiensi, dimulai dari awal masa muda dan muncul pada beberapa
konteks yang diindikasikan dengan 4 atau lebih gejala berikut :
a. Sibuk dengan detail, aturan, rincian, urutan, organisasi, atau jadwal
b. Menunjukkan perfeksionisme yang mengganggu pekerjaan (tidak mampu
menyelesaikan proyek karena dirinya yang terlalu ketat untuk memenuhi
standari)
c. Secara berlebihan dikhususkan untuk kerja dan produktivitas dengan
mengesampingkan kegiatan rekreasi dan persahabatan (tidak diperhitungkan
oleh kebutuhan ekonomi yang jelas)
d. Sangat teliti, dan tidak fleksibel tentang masalah moralitas, etika, atau nilai
(tidak diperhitungkan identifikasi budaya atau agama)
e. Tidak dapat membuang benda berharga bahkan ketika mereka tidak memiliki
nilai sentimental
f. Enggan untuk mendelegasikan tugas atau kerja dengan orang lain kecuali
mereka yakin tau cara melakukan hal-hal tersebut
g. Mengadopsi gaya belanja yang kikir baik terhadap diri sendiri maupun orang
lain. Uang dipandang sebagai sesuatu yang harus ditimbun untuk masa depan

35

Tatalaksana :
A. Psikoterapi

Berbeda pasien dengan gangguan kepribadian lainnya, orang-orang dengan


gangguan kepribadian obsesif-kompulsif sering menyadari penderitaan mereka,
dan mereka mencari pengobatan sendiri. Pengobatan sering berlangsung panjang
dan

rumit.

Terapi kelompok dan terapi perilaku kadang-kadang menawarkan keuntungan


tertentu. Dalam kedua konteks, mudah untuk menginterupsi pasien di tengahtengah interaksi atau penjelasan maladaptif mereka. Mencegah penyelesaian
perilaku kebiasaan mereka menimbulkan kecemasan pasien dan membuat mereka
rentan terhadap strategi belajar mengatasi yang baru. Pasien juga dapat menerima
hadiah langsung untuk perubahan dalam terapi kelompok, sesuatu yang kurang
sering mungkin dalam psikoterapi individu.
B. Farmakoterapi

Clonazepam (Klonopin), benzodiazepin dengan penggunaan antikonvulsan, telah


mengurangi gejala pada pasien dengan obsesif-kompulsif berat. Clomipramine
(Anafranil) dan agen serotonergik seperti fluoxetine, biasanya pada dosis 60
sampai 80 mg sehari, mungkin berguna jika tanda dan gejala obsesif-kompulsif
muncul. Nefazodone (Serzone) mungkin mendapat manfaat beberapa pasien.

Perjalanan gangguan dan prognosis :


Perjalanan gangguan kepribadian obsesif-kompulsif adalah bervariasi dan tak
terduga. Dari waktu ke waktu, orang dapat mengembangkan obsesi atau dorongan
dalam perjalanan gangguan mereka. Beberapa remaja dengan gangguan kepribadian
obsesif-kompulsif berkembang menjadi orang dewasa yang hangat, terbuka, dan
penuh kasih; pada orang lain, gangguan dapat berupa pertanda skizofrenia pada
dekade kemudian dan diperburuk oleh proses penuaan atau gangguan depresi mayor.
Orang dengan gangguan obsesif-kompulsif kepribadian dapat berkembang
dalam posisi menuntut kerja metodis, deduktif, atau rinci, namun mereka rentan
terhadap perubahan yang tak terduga, dan kehidupan pribadi mereka mungkin tetap
tidak bertumbuh. Gangguan depresi, terutama onset terlambat, umum terjadi.
36

2.5.1.7 GANGGUAN KEPRIBADIAN DEPENDEN


Definisi :
Suatu pola perilaku berupa kebutuhan berlebih agar dirinya dipelihara, yang
menyebabkan seorang individu berperilaku submisif, bergantung kepada orang lain,
dan ketakutan akan perpisahan dengan orang tempat ia bergantung, Besifat pervasif,
berawal sejak usia dewasa muda, dan nyata dalam pelbagai situasi.
Epidemiologi:
Gangguan kepribadian dependen lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan pada
pria. Satu studi didiagnosis 2,5% dari semua gangguan kepribadian jatuh ke dalam
kategori ini. Hal ini lebih umum pada anak-anak daripada yang lebih tua. Orang
dengan penyakit fisik kronis di masa kecil mungkin paling rentan terhadap gangguan
ini.
Diagnosis :
Menurut PPDGJ III, gangguan kepribadian dependen ditandai oleh :
a. Mendorong atau membiarkan orang lain untuk mengambil sebagian besar
keputusan penting bagi dirinya
b. Meletakkan kebutuhan sendiri lebih rendah daripada orang lain pada siapa ia
bergantung, dan kerelaan yang tidak semestinya terhadap keinginan mereka
c. Keenggenan untuk mengajukan tuntunan yang layak kepada orang pada siapa
ia bergantung
d. Perasaan tidak enak atau tidak berdaya apabila sendirian, karena ketakutan
yang dibesar-besarkan tentang ketidakmampuan mengurus diri sendiri
e. Terpaku pada ketakutan akan ditinggalkan oleh orang yang dekat dengannya
dan ditinggalkan agar mengurus diri sendiri
f. Keterbatasan kemampuan untuk membuat keputusan sehari-hari tanpa
mendapat nasihat yang berlebihan dan diyakinkan oleh orang lain
Gambaran penyerta dapat mencakup perasaan tidak berdaya, tidak kompeten dan
kehilangan stamina.
Termasuk : (gangguan) kepribadian astenik, inadekuat, pasif dan menyalahkan diri
sendiri.
37

Berdasarkan DSM IV, terdapat pola perfasif dan kebutuhan berlebih untuk
diperhatikan yang memicu keoada perilaku yang erat dan tunduk dan ketakutan untuk
berpisah, dimulai dari awal masa muda dan muncul pada beberapa konteks yang
diindikasikan dengan 5 atau lebih gejala berikut :
a. memiliki kesulitan membuat keputusan setiap hari tanpa sejumlah nasihat dan
jaminan dari orang lain
b. membutuhkan orang lain untuk mengasumsikan tanggung jawab untuk area
yang utama dalam hidupnya
c. memiliki kesulitan untuk mengekspresikan ketidaksetujuan dengan orang lain
karena takut kehilangan dukungan atau persetujuan
d. memiliki kesulitan memulai proyek atau melakukan sesuatu sendiri (karena
kehilangan rasa percaya diri dalam penilaian atau kemampun daridapat
kurangnya motivasi atau energi)
e. terjadi kesusahan yang berlebihan untuk mendapatkan dukungan dari orang
lain
f. merasa tidak nyaman atau tak berdaya ketika sendiri karena ketakutan yang
berlebihan menjadi tidak mampu merawat dirinya sendiri
g. mendesak mencari hubungan lain sebagai sumber perawatan dan dukungan
h. mempunyai realitas yang sibuk dengan kekhawatiran untuk mengurus dirinya
sendiri

Tatalaksana :
A. Psikoterapi
Pengobatan gangguan kepribadian dependen sering berhasil. Terapi berdasarkan
tilikan memungkinkan pasien untuk memahami anteseden perilaku mereka, dan
dengan dukungan dari terapis, pasien dapat menjadi lebih mandiri, tegas, dan
mandiri. Terapi perilaku, pelatihan ketegasan, terapi keluarga, dan terapi
kelompok semuanya telah digunakan, dengan hasil yang sukses dalam banyak
kasus.
Sebuah kesulitan mungkin timbul dalam pengobatan ketika terapis mendorong
pasien untuk mengubah dinamika hubungan patologis (misalnya, mendukung istri
disiksa secara fisik dalam mencari bantuan dari polisi). Pada titik ini, pasien
mungkin menjadi cemas dan tidak mampu bekerja sama dalam terapi, mereka
mungkin merasa terpecah antara sesuai dengan terapis dan kehilangan hubungan

38

eksternal patologis. Terapis harus menunjukkan rasa hormat besar bagi perasaan
dependen pasien, tidak peduli seberapa patologis perasaan ini mungkin tampak.
B. Farmakoterapi
Farmakoterapi telah digunakan untuk menangani gejala-gejala spesifik, seperti
kecemasan dan depresi, yang merupakan fitur yang berhubungan umum dari
gangguan kepribadian dependen. Pasien yang mengalami serangan panik atau
yang memiliki tingkat kecemasan perpisahan dapat dibantu dengan imipramine
(Tofranil). Benzodiazepin dan agen serotonergik juga telah berguna. Jika depresi
pasien atau gejala penarikan menanggapi psikostimulan, mereka dapat digunakan.

Perjalanan gangguan dan Prognosis :


Sedikit yang diketahui tentang perjalanan gangguan kepribadian dependen.
Berfungsi kerja cenderung dirugikan, karena orang-orang dengan gangguan tersebut
tidak dapat bertindak secara independen dan tanpa pengawasan ketat. Hubungan
sosial terbatas pada orang-orang pada siapa mereka dapat bergantung, dan banyak
menderita pelecehan fisik atau mental karena mereka tidak dapat menyatakan diri
mereka sendiri. Mereka risiko gangguan depresi besar jika mereka kehilangan orang
pada siapa mereka bergantung, tetapi dengan pengobatan, prognosis menguntungkan.
2.5.1.8 GANGGUAN KEPRIBADIAN KHAS LAINNYA
Gangguan kepribadian yang tidak cocok dengan rubrik khusus F60.0-F60.7
Termasuk : (gangguan) kepribadian eksentrik, tipe haltlose, imatur, narsistik, pasif
agresif dan psikoneurotik.
2.5.1.9 GANGGUAN KEPRIBADIAN CAMPURAN DAN LAINNYA
Kategori ini dimaksudkan untuk gangguan kepribadian dan abnormalitas yang
sering kali menyulitkan tetapi tidak menunjukkan pola spesifik dari gejala yang
menjadi ciri khas dari gangguan dalam F60.-. Sebagai akibat seringkali lebih sukat
didiagnosis daripada gangguan di dalam kategori itu. Dua tipe dikhususkan di sini
dengan karakter keempat.

39

2.5.1.9.1 GANGGUAN KEPRIBADIAN CAMPURAN


Dengan gambaran beberapa gangguan pada F60.- tetapi tanpa suatu kumpulan
gejala yang predominan yang memungkinkan suatu diagnosis yang lebih khas/

2.5.1.9.2 PERUBAHAN KEPRIBADIAN YANG BERMASALAH


Tidak dapat diklasifikasikan pada F60.- atau F62.- dan dianggap sebagai
sekunder terhadap suatu diagnosis utama berupa suatu gangguan afektif atau anxietas
yang ada secara bersamaan.
2.5.2.0 PERUBAHAN KEPRIBADIAN YANG BERLANGSUNG LAMA YANG
TIDAK DIAKIBATKAN OLEH KERUSAKAN ATAU PENYAKIT OTAK
Kelompok ini meliputi gangguan kepribadian dan perilaku masa dewasa yang
berkembang mengikuti stres yang sangat berkepanjangan atau katastrofik, atau
mengikuti penyakit jiwa yang berat, pada pasien yang tanpa gangguan kepribadian
sebelumnya. Diagnosis ini harus dibuat apabila ada bukti yang pasti dan perubahan
yang berlangsung lama pada pola seseorang dalam hal menerima, berhubungan
dengan atau berpikir tentang lingkungan dan dirinya sendiri. Perubahan kepribadian
harus bermakna dan disertai dengan perilaku yang tidak fleksibel dan maladaptif yang
tidak ada sebelum kejadian yang patogenik. Perubahan tidak boleh merupakan
manifestasi dari gangguan jiwa lainnya, atau sebagai gejala residual dari suatu
gangguan jiwa sebelumnya. Perubahan kepribadian yang berlangsung lama seperti ini
paling sering menyusul suatu pengalaman traumatik yang dahsyat, tetapi mungkin
juga berkembang kemudian mengikuti suatu gangguan jiwa yang berat, berulang, dan
berkepanjangan. Kemungkinan

sukar untuk membedakan

antara

perubahan

kepribadian yang didapat dengan eksaserbasi atau tampilnya suatu gangguan


kepribadian yang sudah ada akibat stres, ketegangan atau pengalaman psikotik.
Perubahan kepribadian yang berlangsung lama, harus didiagnosis hanya apabila
perubahan merupakan penampakan dari suatu keadaan yang permanen dan berlainan,
yang secara etiologis dapat ditelusuri kembali pada adanya pengalaman yang nyata
dan sangat ekstrem. Diagnosis tidak boleh dibuat apabila gangguan kepribadian itu
sekunder karena kerusakan atau penyakit otak.
40

2.5.2.1 PERUBAHAN KEPRIBADIAN YANG BERLANGSUNG LAMA


SETELAH MENGALAMI KATASTROFA
Perubahan kepribadian yang berlangsung lama dapat menyertai suatu
pengalaman stres katastrofik. Stres harus sedemikian ekstrem sehingga tidak perlu
lagi untuk mempertimbangkan kerentanan pasien agar dapat menjelaskan efeknya
yang berat pada kepribadian. Contoh mencakup pengalaman kamp konsentrasi,
penyiksaan, bencana, menghadapi bencana maut yang berlangsung lama (misalnya
penyanderaan, penahanan dalam waktu yang lama dengan kemungkinan ancaman
dibunuh). Gangguan stress pasca trauma (F43.1) dapat mendahului jenis perubahan
kepribadian ini, yang dapat dilihat sebagai sekuele yang ireversibel dan kronis dari
suatu gangguan stres. Namun demikian, pada keadaan lain, perubahan kepribadian
yang berlangsung lama yang memenuhi uraian di bawah ini dapat berkembang tanpa
suatu fase sementara berupa gangguan stres pasca trauma yang manifest (nyata).
Tetapi perubahan kepribadian yang berlangsung lama yang mengikuti suatu
pengalaman ancaman maut jangka pendek seperti kecelakaan kendaraan, tidak boleh
dimasukkan dalam kategori ini, sebab riset yang terakhir menunjukkan bahwa
perkembangan demikian tergantung pada kerentanan psikologis yang sebelumnya
sudah ada.
Menurut PPDGJ III, perubahan kepribadian harus berlangsung lama dan muncul
sebagai gambaran yang tidak fleksibel dan maladaptif yang menjurus kepada
kegagalan dalam fungsi interpersonal, sosial dan pekerjaan. Biasanya perubahan
kepribadian harus dipastikan berdasarkan keterangan yang dapat diandalkan. Untuk
menegakkan diagnosis, adalah esensial untuk memastikan gambaran yang tidak
tampak sebelumnya, seperti:
a.
b.
c.
d.
e.

Sikap bermusuhan dan tidak percaya menghadapi dunia


Penarikan diri dari masyarakat
Perasaan kosong dan putus asa
Perasaan terpojok yang kronis seperti terancam terus menerus
Keterasingan
Perubahan kepribadian ini harus sudah ada selama minimal 2 tahun, dan harus

tidak disebabkan oleh gangguan kepribadian yang sebelumnya sudah ada atau karena
suatu gangguan jiwa selain gangguan stres pasca trauma. Adanya kerusakan atau

41

penyakit otak yang dapat menyebabkan gambaran klinis yang serupa harus
disingkirkan.
Termasuk : Perubahan kepribadian setelah suatu pengalam di kamp konsentrasi,
bencana, berada dalam sekapan yang berkepanjangan yang disertai ancaman
kemungkinan dibunuh, berada dalam keadaan ancaman maut secara berkepanjangan
seperti menjadi korban terorisme atau penyiksaan.
2.5.2.2 PERUBAHAN KEPRIBADIAN YANG BERLANGSUNG LAMA
AKIBAT PENYAKIT PSIKIATRIK
Perubahan kepribadian yang disebabkan oleh pengalaman traumatik akibat
menderita penyakit jiwa yang berat. Perubahan tidak dapat dijelaskan oleh gangguan
kepribadian yang sudah ada sebelumnya dan harus dibedakan dari skizofrenia residual
dan keadaan sembuh tak sempurna lain karena suatu gangguan jiwa sebelumnya
Menurut PPDGJ III, perubahan kepribadian harus berlangsung lama dan tampil
sebagai pola yang tidak fleksibel dan maladatif dalam fungsi dan pengalamannya,
yang mengarah kepada problem yang berkepanjangan dalam fungsi interpersonal,
sosial, atau pekerjaan dan penderitaan subjektif. Tidak boleh ada tanda bahwa
sebelumnya sudah ada gangguan kepribadian yang akan menjelaskan terjadinya
perubahan kepribadian itu, dan diagnosis tidak boleh berdasarkan suatu gejala
residual gangguan jiwa sebelumnya. Perubahan kepribadian berkembang mengikuti
penyembuhan klinis suatu gangguan jiwa yang harus telah dialami sebagai sangat
menekan secara emosional, dan menghancurkan citra diri pasien. Sikap atau reaksi
orang lain terhadap pasien sesudah penyakit itu adalah penting dalam menentukan dan
memperkuat persepsi pasien terhadap derajat stres. Tipe perubahan kepribadian ini
tidak dapat dimengerti sepenuhnya tanpa mempertimbangkan pengalaman emosional
yang subjektid dan kepribadian sebelumnya, penyesuaian dirinya dan kerentanan
khasnya.
Tanda diagnositik untuk jenis kepribadian ini harus mencakup gambaran klinis yaitu :
a. Sikap ketergantungan pada dan sikap menuntut dari orang lain yang
berlebihan
b. Tuduhan bahwa dirinya berubag atau cacat oleh karena penyakit terdahulu,
menjurus

kepada

ketidakmampuan

membentuk

dan

mempertahankan

hubungan pribadi yang dekat dan terpercaya serta isolasi sosial

42

c. Pasif, minat berkurang dan menurunnya keterlibatan dalam aktivitas rekreasi


d. Selalu mengeluh sakit, yang mungkin disertai dengan keluhan hipokondrik
dan perilaku sakit
e. Disforia atau suasana perasaan yang labil, yang tidak disebabkan oleh adanya
gangguan jiwa saat ini atau gangguan jiwa sebelumnya dengan gejala afektif
residual
f. Hendaya yang bermakna dalam fungsi sosial dan pekerjaan dibandingkan
dengan keadaan sebelum sakit.
Manifestasi tersebut diatas harus sudah ada selama kurun waktu 2 tahun atau lebih.
Perubahan bukan terjadi karena kerusakan atau penyakit otak yang berat. Adanya
diagnosis skizofrenia sebelumnya tidak menyingkirkan kemungkinan diagnosis ini.
2.5.2.3 PERUBAHAN KEPRIBADIAN YANG BERLANGSUNG LAMA
LAINNYA
Termasuk : perubahan kepribadian yang berlangsung lama sesudah pengalaman yang
tidak disebutkan dalam F62.0 dan F62.1, seperti sindrom kepribadian nyeri kronis dan
perubahan kepribadian yang berlangsung lama sesudah peristiwa kematian.
2.5.2.4 GANGGUAN KEPRIBADIAN SKIZOTIPAL
Menurut DSM IV, gangguan kepribadian skizotipal memenuhi 5 atau lebih kriteria
dibawah ini :
a. ideas of reference (termasuk delusi referensi)

b. Kepercayaan aneh atau pemikiran magis yang mempengaruhi perilaku dan


tidak konsisten dengan norma subkultural (telepati, indra keenam, pada anakanak dan remaja fantasi aneh dan mengasyikan)
c. Pengalaman persepsi yang tidak lazim, termasuk ilusi tubuh
d. Pemikiran aneh dan perkataan (misalnya samar-samar, mendalam, metaforis,
e.
f.
g.
h.

streotip)
Kecurigaan atau ide paranoid
Afek yang terbatas
Perilaku atau penampilan yang aneh, eksentrik
Kurangnya teman-teman dekat atau kepercayaan lain selain kerabat tingkat

pertama
i. Kecemasan sosial yang berlebihan yang tidak berkurang dengan keakraban
dan cenderung terkait dengan ketakutan paranoid daripada penilaian negatif
tentang diri.

43

j. Tidak terjadi secara eksklusif selama skizofren, gangguan mood dengan


psikotik atau gangguan psikotik lain yang tidak secara langsung karena efek
psikologis pada kondisi medis general

2.5.2.5 GANGGUAN KEPRIBADIAN BORDERLINE


Menurut DSM IV, terdapat pola pervasif yang tidak stabil dari hubungan
interpersonal, gambaran diri, dan afek dan jelas secara impulsif berawal dengan
kehidupan awal masa dewasa dan ada pada beberapa konteks yang diindikasikan 5
atau lebih gejala berikut :
a. Upaya panik untuk menghindari kenyataan atau membayangkan ditinggalkan.
Catatan : jangan sertakan bunuh diri atau perilaku mutilasi diri
b. Pola hubungan interpersonal yang tidak stabil dan intens ditandai dengan
pergantiaan antara idealisasi yang ekstrim dan devaluasi
c. Gangguan identitas yang jelas dan gambaran diri yang tidak stabil atau rasa
diri
d. Impulsif setidaknya dalam 2 area yang berpotensi merusak diri sendiri
(misalnya menghabiskan sex, penyalahgunaan obat-obatan, mengemudi
dengan sembrono, makan berlebihan)
e. S: perilaku bunuh diri berulang, gerakan, atau ancaman, perilaku mutilasi diri
f. Ketidakstabilan afek karena reaktivitas suasana hati (episodik yang intense
dari dysphoria, iritabilitas, kegelisahan biasanya berkisar beberapa jam dan
jarang lebih dari beberapa hari)
g. Perasaan kronik tentang kekosongan
h. Kemarahan yang intens atau susah mengontrol marah (misalnya sering
menampilkan kemarahan, kemarahan yang konstan, perkelahian fisik
berulang)
i. Stres yang menetap terkait ide paranoid atau gejala disosiatif yang parah

2.5.2.6 GANGGUAN KEPRIBADIAN NARISISTIK


Menurut DSM IV, terdapat sebuah pola yang grandios/kebesaran (dalam hal fantasi
atau perilaku), membutuhkan pujaan, dan kekurangan empati, berawal dari masa
muda dan muncul dalam berbagai konteks dan diindikasikan dengan gejala 5 atau
lebih gejala berikut :
a. punya rasa kebesaran dari kepentingan diri (melebih-lebihkan prestasi dan
bakat, mengharapkan untuk diakui sebagai superior tanpa prestasi sepadan)

44

b. sibuk dengan fantasi untuk keberhasilan yang tidak terbatas, kekuatan,


kecantikan, atau ide yang besar
c. percaya bahwa dirinya adalah khusus dan unik dan hanya dapat dipahami, atau
harus bergaul dengan orang-orang yang berstatus tinggi (institusi)
d. membutuhkan pujaan yang berlebih
e. memiliki rasa hak
f. eksploitatif secara interpersonal yaitu mengambil keuntungan dari orang lain
untuk mencapai keuntungan diri sendiri

2.5.2.7 GANGGUAN KEPRIBADIAN AVOIDANT


Menurut DSM IV, terdapat sebuah pola yang berhubungan dengan penghambatan
sosial, rasa ketidakcukupan, dan hipersensitif terhadap evaluasi negatif, berawal dari
masa muda dan muncul dalam berbagai konteks dan diindikasikan dengan gejala 4
atau lebih gejala berikut :
a. menghindari kegiatan kerja yang melibatkan kontak interpersonal yang
signifikan karena ketakutan kritik, ketidak setujuan, atau penolakan
b. ketidakinginan untuk bergabung dengan orang-orang kecuali yang menyukai
dia
c. menunjukkan menahan diri dalam hubungan intim karena takut dipermalukan
atau diejek
d. sibuk dengan dikritik atau ditolak dalam situasi sosial
e. dihambat dalam situasi interpersonal yang baru karena perasaan tidak mampu
f. memandang diri sebagai tidak layak secara sosial, secara pribadi, atau lebih
inferior dari yang lain
g. enggan untuk mengambil resiko pribadi untuk terlibat dalam aktivitas baru
karena mereka akan dipermalukan

2.6 PENATALAKSANAAN
Tatalaksana pasien gangguan kepribadian perlu pertimbangan untuk
pendekatan dimana perawat/pengasuh harus waspada tentang potensi bunuh diri dari
pasien dan harus didokumentasikan penilaian pasien pada rekam medis di setiap
kunjungan.

45

Kontrol impuls yang buruk pada pasien dengan gangguan kepribadian,


terutama yang tergolong cluster B menurut DSM IV, butuh tanggung jawab yang
besar bagi dokter. Jika seorang pasien mengancam orang lain dengan cedera, dokter
mungkin memiliki kewajiban untuk memperingatkan korban yang dimaksud.

2.6.1 INTERAKSI DOKTER DAN PASIEN


Berdasarkan DSM IV, dibagi menurut clusternya :
a. Cluster A
Pada pasien golongan ini jarang mencari pengobatan. Ketika berobat, dokter harus
hormat dan jujur dalam memberikan penjelasan.
b. Cluster B
- Gangguan kepribadian Antisosial
Tetapkan batas perilaku bila diperlukan. Berikan pendekatan kepada pasien tanpa
kesan menghukum
-

Gangguan kepribadian borderline

Menjelaskan perawatan dengan jujur dan sederhana. Hilangkan kegelisahan.


Biasanya, pada pasien ini menggunakan mekanisme pertahanan (defense mechanism)
yaitu splitting yaitu mendeskripsikan seseorang semua baik atau semua buruk. Pada
departemen kegawatdaruratan, pasien dapat pandai memanipulasi staf dan melawan
perawat/pengasuh. Yakinkan untuk punya komunikasi yang jelas antara perawat di
departemen kegawatdaruratan.
Sadarilah bahwa volatilitas pasien dapat dipicu oleh berita bahwa pengobatan yang
diminta atau disposisi adalah tidak mungin atau sesuai. Libatkan pasien dalam
evaluasi tentang dirinya dengan meminta pasien untuk menentukan hasil pengobatan
yang mereka harapkan atau berharap untuk dicapai.
Dengan keluhan yang sulit untuk dikarakteristikan seperti kelemahan, sakit kepala,
atau pusing, mungkin akan membantu apabila meminta pasien untuk membuat suatu
diary tentang gejala yang diderita dengan memasukkan tanggal dan waktu. Tujuanya
adalah agar pasien memiliki kepemilikan tentang gejala yang dideritanya, daripada
menyajikan tanggung jawab untuk semua solusi pada penyedia layanan kesehatan.

46

Gangguan kepripadian Histrionik

Menyediakan dukungan dalam hal emosional kepada pasien tetapi butuh hubungan
interpersonal
-

Gangguan kepribadian narsisitik

Penyedia layanan kesehatan harus yakin dengan transisi emosional oleh pasien dari
ideal yang berlebihan kepada penyedia sampai mendevaluasi mereka. Penyedia harus
menghindari untuk mempertahankan tentang kesalahan. Ada beberapa penelitian yang
dilakukan menunjukkan bahwa kepribadian narsistik mungkin memiliki kualitas yang
sama dengan kepribadian antisosial. Perbedaan utama adalah dalam tingkat
grandios/kebesaran, dan pasien narsistik cenderung melebih-lebihkan bakat mereka.
c. Cluster C
- Gangguan kepribadian avoidant
Menghindari untuk mengkritisi pasien. Bina hubungan dokter dan pasien
-

Gangguan kepribadian dependen

Buat batasan dengan pasien yang membuat pasien merasa disediakan dan diperhatikan
-

Gangguan kepribadian obsesi kompulsif

Mensharingkan kontrol perawatan dengan pasien. Mengijinkan seseorang untuk aktif


berpartisipasi

dalam

keputusan

tentang

perawatan

dirinya.

Tambahannya,

menghindari untuk menjadi defensif dan otoriter terhadap pasien.

2.6.2 PSIKOTERAPI
Psikoterpai merupakan pusat pengobatan untuk gangguan kepribadian. Karena
gangguan kepribadian menghasilkan gejala-gejala oleh karena rendahnya atau
terbatanya kemampuan untuk mengatasi, psikoterapi bertujuan untuk meningkatkan
persepsi dan respons terhadap stresor sosial dan lingkungan.

47

a. Psikoterapi psikodinamik
Psikoterapi psikodinamik memeriksa bagaiman pasien menerima peristiwaperistiwa, berdasarkan asumsi bawah persepsi mereka dibentuk oleh karena
pengalaman di awal kehidupan mereka. Psikoterapi bertujuan untuk mengidentifikasi
distorsi dari persepsi dan sumber sejarah mereka serta memfasilitasi perkembangan
cara adaptasi dari persepsi dan responsnya. Penatalaksanaan biasanya lebih dari
beberapa tahun dan dalam frekuensi yang berkisar antara beberapa kali seminggu
sampai sebulan.
b. Terapi kognitif
Terapi kognitif atau yang biasa disebut dengan terapi kognitif tingkah laku
(cognitive behaviour therapy) adalah berdasarkan ide bahwa pikiran yang eror/rusak
berasal dari kepercayaan yang terlalu lama mempengaruhi arti yang terikat pada
peristiwa-peristiwa interpersonal. Hal ini berkaitan dengan bagaimana orang-orang
berpikir tentang dunia mereka dan dengan persepsi mereka didalamnya. Terapi ini
merupakan bentuk yang sangat aktif untuk mengidentifikasi distorsi dan perlekatan
dengan pasien dalam usaha untuk mereformulasi persepsi dan tingkah laku mereka.
Terapi ini biasanya dibatasi sekali seminggu dalam masa pengobatan 6-20 minggu.
Dalam kasus gangguan kepribadian, episode terapi bisa diulang seringkali lebih
daripada setahun.
c. Terapi interpersonal
Terapi interpersonal berdasarkan ide tentang kesulitan pasien yang dihasilkan
dari masalah interpersonal yang terbatas seperti isu sebagai penentuan utama dan
kesedihan. Masalah yang sering terjadi diinterpretasi nyaris melalui saringan daripada
formulasi ini, dan solusinya terpaku pada interpersonal. Terapi ini biasanya mingguan
untuk periode 6-20 sesi. Secara empiris memang valid untuk gelisah dan depresi.
Terapi interpersonal tidak secara luas dilatih, dan komunikasi terapis dalam hal teknik
sulit untuk dilokalisasi.
d. Terapi dialektik tingkah laku

48

Terapi dialektik tingkah laku (Dialectic behaviour therapy), merupakan ilmu


yang berbasis terapi dan dapat digunakan secara individu maupun berkelompok dan
sudah dipakai untuk gangguan kepribadian borderline. Terapi ini dikembangkan oleh
Marsha Linehan. Terapi yang berbasis manual ini adalah dalam pengembangan
ketrampilan mengatasi untuk meningkatkan stabilitas afek dan kontrol impuls dan
penurunan tingkah laku yang berbahaya. Terapi ini juga digunakkan untuk gangguan
kepribadian lain pada cluster B untuk menurunkan tingkah laku yang impulsif.

2.6.3 PERAWATAN DI RUMAH SAKIT


Indikasi rawat inap pada pasien dengan gangguan kepribadian adalh secara
umum sama dengan pasien yang diagnosis axis I gangguan psikiatrik:
-

Bahaya untuk diri sendiri atau orang lain


Ketidakmampuan untuk merawat kebutuhan dasar
Stressor psikososial membuat pasien tidak bisa mengatasi
Karena gangguan yang mendasarinya tetap pada dasarnya tidak berubah

dengan intervensi rawat inap, lamanya untuk tinggal harus diminimalkan untuk
menghindari ketergantungan yang merongrong pemulihan dari keadaan untuk
mendorong rawat inap.
Pendeknya rawat inap dapat digunakan untuk menstabilkan faktor lingkungan,
menyesuaikan regimen pengobatan, dan atau tidak melaksanakan intervensi
psikoterapi jangka pendek.

2.6.4 PSIKOFARMAKA
Pengobatan medikamentosa jarang diperlukan untuk mengobati gangguan
kepribadian. Memang, membedakan gangguan kepribadian dari gangguan mood
murni adalah penting karena pasien dengan gangguan mood akan bermanfaat apabila
dilakukan medikamentosia seperti SSRI (serotonin reuptake inhibitors). Pasien
dengan gangguan kepribadian dan mewujudkan komorbiditas gangguan mood
49

memerlukan pengawasan medis yang ketat dalam hal inisiasi dan terapi
medikamentosa.
Pengobatan medikamentosa sama sekali tidak kuratif untuk gangguan
kepribadian apapun. Pengobatan ini harus dipandang sebagai tambahan untuk
psikoterapi sehingga pasien dapat produktif terlibat dalam psikoterapi.
Fokus daripada pengobatan ini adalah gejala-gejala seperti gejala kognitif-perseptual,
disregulasi afektif, dan diskontrol impulsif perilaku. Gejala-gejala ini dapat
mempersulit hampir pada semua gangguan kepribadian untuk berbagai tingkat, dan
semuanya ini ada pada gangguan kepribadian borderline.
Asumsinya adalah bahwa kelainan neurotransmiter yang melampaui konsep gangguan
axis I dan axis II yang mendasari gejala tersebut diatas. Bukti terkuat untuk
kemanjuran pengobatan medikamentosa untuk gangguan kepribadian borderline,
tetapi berdasarkan database yang cukup kecil.

ANTIDEPRESI
Oleh karena resiko overdosis, trisiklik antidepresi dan monoamine oxidase
inhibitor tidak selalu diberikan untuk pasien dengan gangguan kepribadian. Obat anti
depresi SSRI (serotonin reuptake inhibitors) aman dan efektif. Akan tetapi, karena
sebagian besar pasien depresi dengan gangguan kepribadian yang berasal dari
keterbatasan kapasitas mereka untuk mengatasi, antidepresi kurang efektif dibanding
pada pasien dengan depresi mayor yang tidak terkomplikasi.
Obat anti-depresi SSRI (serotonin reuptake inhibitors) :
-

Sertaline
Paroxetine
Fluvoxamine
Fluoxetine
Duloxetine
Citalopram

Mekanisme kerja : menghambat reuptake serotonin di presinaps (Sertaline). Selain itu


pada paroxetine misalnya sangat poten dan selektif untuk menghambat reuptake
serotonin, dan dapat mempunyai efek pada reuptake norepinephrine dan dopamine.

50

ANTIKONVULSI
Antikonvulsi dapat digunakan untuk menstabilkan afek pada pasien yang ekstrim
denga gangguan bipolar, tetapi kurang efektif dalam pasien dengan gangguan
kepribadian. Obat ini punya demonstrasi tentang efikasi dalam menekan impuls dan
pada pasien dengan perilaku yang agresif.
-

Asam valproat
Divalproex sodium

Mekanisme kerja : Asam valproat secara kimia tidak berhubungan dengan obat yang
mengobati kejang. Mekanismenya berhubungan dengan peningkatan level GABA
(gamma-aminobutyric acid) atau memicu kerja GABA. Obat ini memungkinkan
terjadinya respons post sinaps GABA, mempengaruhi kanal kalium/potasium, atau
mempunyai efek langsung pada kestabilan membran.

ANTIPSIKOTIK
Beberapa gangguan kepribadian, khususnya gangguan kepribadian borderline,
menghasilkan periode psikotik sementara, sedangkan yang laing seperti gangguan
kepribadian skizotipal juga punya gejala yang mendekati proporsi psikotik (chronic
idiosyncratic ideation)
Repons terhadap antipsikotik pada pasien dengan gangguan kepribadian tidak
terlalu berpengaruh pada pasien dengan psikotik yang nyata pada axis I, tetapi gejala
seperti gelisah, kebencian, dan sensitif terhadap penolakan dapat berkurang.
Antipsikotik biasanya digunakkan dalam waktu singkat, sementara gejala aktif.
Antipsikotik yang atipikal hampir secara keseluruhan menggantikan neuroleptik
tradisional karena batas keamanan, tetapi resiko neurologis (tardive dyskinesia dan
neuroleptic malignant syndrome) tidak pernah ada. Risperidone dan olanzapine
disebutkan disini. Akan tetapi, quetiapine dan ziprasidone dapat juga digunakan.
Tidak ada bukti mengenai efikasi dari obat yang superior.
Obat antipsikosis atipikal
1. Benzamide : Supiride
2. Dibenzodiazepine : Clozapine, Olanzapine, Quetiapine, Zotepine
3. Benzisoxazole : Risperidon, aripiprazole
Mekanisme kerja :
51

Berafinitas terhadap dopamine D2 reseptor juga terhadap serotonin 5HT2


reseptor

BAB III
PENUTUP
Menurut Allport, Kepribadian merupakan organisasi yang dinamis dalam diri
individu dari sistem-sistem psikofisik yang menentukan perilaku khasnya dan cara
berpikir. Individu dikatakan mengalami gangguan kepribadian apabila ciri
kepribadiannya menampakkan pola perilaku maladaptif dan telah berlangsung untuk
jangka waktu yang lama. Pola tersebut muncul pada setiap situasi serta menganggu

52

fungsi kehidupannya sehari-hari. Menurut PPDGJ III, Gangguan kepribadian adalah


suatu proses perkembangan, yang timbul pada masa kanak atau remaja dan berlanjut
pada masa dewasa, yang bukan keadaan sekunder dari gangguan jiwa lain atau
penyakit otak meskipun dapat mendahului dan timbul bersamaan dengan gangguan
lain. Berdasarkan epidemiologi yang ditemukan di Amerika serikat, gangguan
kepribadian mempengaruhi 10-15% populasi orang dewasa di Amerika Serikat yang
terjadi pada umur >18 tahun. Etiologi terdapat berbagai macam namun yang paling
berperan adalah faktor genetik, faktor lingkungan, dan faktor biologis.
Klasifikasi gangguan kepribadian dilihat berdasarkan PPDGJ III dan DSM IV,
yaitu terdiri dari gangguan kepribadian paranoid, skizoid, dissosial, gangguan
kepribadian emosional tak stabil, histrionik, anankastik, cemas, dependen, narsistik,
borderline, avoidant, skizotipal, gangguan kepribadian campuran dan perubahan
kepribadian yang berlangsung lama yang tidak diakibatkan oleh kerusakan atau
penyakit otak.
Penatalaksaan gangguan kepribadian perlu pertimbangan untuk pendekatan
kepada pasien sehingga diperlukan interaksi dokter dan pasien. Psikoterapi
merupakan pusat dari pengobatan untuk gangguan kepribadian. Sedangkan
psikofarmaka hanya penunjang untuk psikoterapi.

Prognosis untuk gangguan

kepribadian adalah dubia dan bisa dubia ad malam, oleh karena faktor-faktor
penyebab yang terlalu lama melekat pada seseorang dan sudah membentuk menjadi
kesatuan utuh. Diperlukan psikoterapi untuk mengubah prognosis pada pasien.

DAFTAR PUSTAKA
1. James Sadock, Benjamin, Virginia Alcott Sadock, dan Pedro Ruiz. Kaplan &
Sadocks Comprehensive textbook of Psychiatry : Theories of Personality and
Psycopathology. Edisi ke sembilan, Volume 1. Wolters Kluwer Health,
Lippincott Wiliams & Wilkins. New York, 2009. Sub-bab VI.

53

2. Mangindaan, Lukas. Ed: Elvira, S. D., & Hadisukanto, G. (2010). Buku Ajar

Psikiatri: Gangguan Kepribadian. Jakarta: Badan Penerbit FKUI. Hal 329334.


3. Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Pelayanan Medik. PPDGJ III :
Gangguan Kepribadian(F60-F62). Cetakan pertama. Departemen Kesehatan.
Jakarta,1993. Hal260-267.

54

Anda mungkin juga menyukai