DEMENSIA
Oleh:
Indri Aprianti
21360300
Pembimbing:
DELERIUM TREMENS
Oleh:
Nur Hikmah
21360179
Pembimbing:
ii
LEMBAR PENGESAHAN
Oleh :
Nur Hikmah
21360179
Pembimbing :
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan Rahmat dan Hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas referat ini dalam rangka memenuhi salah satu
persyaratan Kepaniteraan Klinik ilmu Kedokteran Jiwa dan Narkoba berjudul “DEMENSIA”.
Saya menyadari bahwa penulisan referat ini tidak akan selesai tanpa adanya bantuan dan
dukungan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu,
dengan segala kerendahan hati saya menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan
kepada:
1. dr. Woro Pramesti, Sp. KJ selaku Ka SMF sekaligus pembimbing dalam stase Ilmu
Kedokteran Jiwa yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan dan arahan yang
2. dr. Ni Wayan Dewi Putriny Asih, Sp. KJ selaku pembimbing dalam stase Ilmu
Kedokteran Jiwa yang telah senantiasa membimbing dan memotivasi kami selama proses
3. Segenap staf ilmu kedokteran jiwa RSUD Ahmad Yani yang senantiasa memberikan
masukan dan pengalaman berharga dalam proses pembelajaran di RSUD Ahmad Yani
Metro.
Saya menyadari bahwa dalam referat ini masih terdapat kekurangan. Oleh karena itu
kritik dan saran membangun tentunya sangat saya harapkan. Semoga segala bantuan
berupa nasehat, motivasi dan masukan semua pihak akan bermanfaat untuk semua pihak,
Metro, 2022
Nur Hikmah
iv
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN....................................................................................................iii
KATA PENGANTAR.............................................................................................................iv
DAFTAR ISI.............................................................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1
2.1 Definisi............................................................................................................................3
2.2 Epidemiologi...................................................................................................................3
2.3 Etiologi............................................................................................................................4
2.4 Klasifikasi......................................................................................................................6
2.8 Penatalaksanaan..........................................................................................................10
3.1 Kesimpulan...................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................13
v
BAB I
PENDAHULUAN
Delirium merupakan suatu keadaan yang sering kali tidak terdiagnosis Delirium
memiliki karakteristik penurunan akut kesadaran dan kognisi dengan pelemahan pada
perhatian yang terjadi dengan onset yang akut (jam atau hari ), dan jangka waktu yangsingkat
( hari hingga minggu). Suatu keadaan penting yang merupakan tanda terjadinyadelirium
adalah gangguan orientasi dan perhatian yang biasanya berhubungan dengan penurunan
fungsi kognitif yang menyeluruh.Selain itu terdapat pula istilah delirium tremens yang
merupakan kejadian delirium pada pasien dengan riwayat putus zat alkohol. kejadian
delirium tremens sering ditemukan pada rawat darurat. masih banyak petugas kesehatan yang
Delirium tremens diketahui memiliki risiko kematian tinggi bila tidak ditangani
segera. kepentingan untuk mengenali delirium maupun delirium tremens adalah kebutuhan
klinis untuk mengidentifikasi dan mengobati penyebab dasar, kebutuhan untuk mencegah
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
2.2 Epidemiologi
Pada tahun 2017, WHO memperkirakan prevalensi demesia adalah 50.000.000 orang
di seluruh dunia, dengan insiden 10.000.000 kasus per tahun. Sekitar 91% kasus terjadi pada
usia di atas 65 tahun. Hanya 9% yang terjadi <65 tahun dan disebut sebagai demensia onset
2013. Jumlah ini akan meningkat sebanyak dua kali lipat pada tahun 2030 dan empat kali
Insidens penyakit Alzheimer juga meningkat seiring dengan pertambahan usia, dan
diperkirakan angkanya 0,5 persen per tahun dari usia 65 sampai 69 tahun. 1 persen per tahun
dari usia 70 sampai 74, 2 persen per tahun dari usia 75 sampai 79. 3 persen per tahun dari
usia 80 sampai 84, dan 8 persen per tahun dari usia 85 ke atas. Progresinya bertahap namun
terus menurun. Taksiran kematian sejak awitan gejala sebelumnya diperkirakan antara 5
sampai 9 tahun; namun. pada penelitian terhadap pasien Alzheimer tahun 2001, median
Tipe demensia tersering kedua adalah demensia vaskular, yang secara kausatif
predisposisi terhadap penyakit ini. Demensia vaskular mencakup 15 sampai 30 persen seluruh
kasus demensia. Demensia vaskular paling sering terjadi pada orang berusia antara 60 sampai
2
70 tahun dan lebih kerap pada pria dibanding wanita. Sekitar 10 sampai 15 persen pasien
2.3 Etiologi
Ada berbagai macam penyakit yang menyebabkan demensia. Dalam banyak hal,
mengapa orang menderita penyakit-penyakit ini tidak diketahui. Beberapa bentuk demensia
a. Demensia pada Penyakit Alzheimer adalah bentuk demensia yang paling umum,
kehilangan daya ingat. Pada penyakit ini terjadi deposit protein abnormal yang
menyebabkan kerusakan sel otak dan penurunan pumlah neuron hippocampus yang
mengatur fungi daya ingat dan mental. Kadar neurotransmitter juga ditemukan lebih
1.) Amnesia : Ketidak mampuan untuk belajar dan mengingat kembali informasi baru
3.) Aphasia: Gangguan berbahasa yaitu gangguan dalam mengerti dan mengutarakan
4.) Apraxia : Ketidak mampuan dalam melakukan aktivitas motorik walaupun fungsi
motorik masih baik (contohnya mampu memegang gagang pintu tapi tak tahu apa
3
b. Demensia Vaskuler merupakan penyebab kedua demensia yang terjadi pada hampir
40% kasus. Demensia ini berhubungan dengan penyakit serebro dan kardiovaskuler
Demensia ini terjadi pada umur 50-60 tahun tetapi lebih sering pada umur 60-70
tahun. Gambaran klinis dapat berupa gangguan fungsi kognitif, gangguan daya ingat,
c. Penyakit Lewy body (Lewy body disease) ditandai oleh adanya Lewy body didalam
dan berkelakuan. Orang yang menderita penyakit Lewy body dapat merasakan sangat
naik-turunnya perhatian dan pemikiran. Mereka dapat berlaku hampir normal dan
kemudian menjadi sangat kebingungan dalam waktu yang pendek saja. Halusinasi
visual (melihat hal-hal yang tidak ada) juga merupakan gejala yang umum.
2.4 Klasifikasi
Demensia adalah gangguan fungsi intelektual dan memori didapat yang disebabkan
oleh penyakit otak, yang tidak berhubungan dengan gangguan tingkat kesadaran.
4
bahasa, praksis dan visuospatial. Defisit yang terjadi harus cukup berat sehingga
Kausa primer demensia vaskular, dahulu disebut demensia multi infark, diperkirakan
Demensia vaskular paling sering ditemukan pada pria. terutama mereka dengan
hipertensi yang sudah ada sebelumnya atau faktor risiko kardiovaskular lain.
Gangguan ini terutama memengaruhi pembuluh serebral berukuran kecil dan sedang,
yang mengalami infark dan menyebabkan lesi parenkim multipel yang tersebar secara
luas di otak. Kausa infark mungkin mencakup oklusi pembuluh oleh plak
arteriosklerotik atau tromboemboli dari asal yang jauh (seperti katup jantung).
Penyakit Pick ditandai oleh atrofi dalam jumlah yang lebih besar di regio
frontotemporal. Regio ini juga mengalami kehilangan neuron, gliosis, dan munculnya
jisim Pick neuronal, yaitu massa elemen sitoskeletal. Jisim Pick terlihat pada beberapa
5
Penyakit Huntington secara klasik menyebabkan demensia. Demensia yang tampak
pada penyakit ini adalah demensia tipe subkortikal, yang ditandai oleh lebih banyak
abnormalitas motorik dan lebih sedikit abnormalitas bahasa dibanding pada demensia
psikomotorik dan kesulitan dengan tugas yang rumit, namun memori, bahasa, dan
tilikan relatif tetap intak pada stadium awal dan pertengahan penyakit. Namun, saat
basalis yang umumnya dikaitkan dengan demensia dan depresi. Diperkirakan sekitar
terukur. Lambatnya pergerakan pada pasien engan penyakit Parkinson sejajar dengan
kelambatan berpikir pada beberapa pasien, suatu gambaran yang disebut oleh para
Pada demensia ini memiliki kriteria diagnosis DSM-IV-TR adalah kategori ini
spesifik yang dideskripsikan oleh demensia lainnya. Pada demensia ini kurangnya
6
Adanya penurunan kemampuan daya ingat dan daya pikir. yang sampai
mengganggu kegiatan harian seseorang (personal activities of daily living)
seperti mandi, berpakaian, makan, kebersihan diri, buang air besar dan kecil.
Tidak ada gangguan kesadaran (clear consciousness).
Gejala dan disabilitas sudah nyata untuk paling sedikit.
(2) terdapatnya satu atau lebih gangguan kognitif Afasia, Apraksia, Agnosia
Gangguan ini tidak lebih mungkin disebabkan oleh gangguan lain pada aksis.
7
2.6 Diagnosis Banding
Diagnosis banding dementia yang utama adalah delirium dan mild cognitive
impairment (MCI). Delirium, seperti dementia, ditandai dengan perubahan kesadaran dan
kognitif, tetapi dengan onset akut dan berfluktuasi. Keduanya sering terjadi bersamaan pada
populasi lansia.
Mild Cognitive Impairment (MCI) Pasien MCI juga mengalami penurunan kognitif,
meskipun demikian, pasien MCI masih dapat melakukan kegiatan sehari-hari secara mandiri.
2.7 Prognosis
Prognosis demensia kurang baik, karena seiring waktu, akan terjadi perburukan gejala yang
ditandai dengan penurunan fungsi kognitif. Dementia mengganggu pasien dalam melakukan
aktivitas sehari-hari sehingga memengaruhi kualitas hidup, ekonomi, sosial, dan fungsi pasien.
2.8 Penatalaksanaan
yang disertai tata laksana penyakit yang mendasari demensia. Oleh karena itu, penting untuk
mencari tahu penyebab dementia agar tata laksana yang diberikan tepat.
Terapi Farmakologi
8
Penatalaksanaan Non-farmakologis dan Perawatan Suportif
Tata laksana non-farmakologis dan perawatan suportif memegang peranan penting dalam
1. Nutrisi
Pasien demensia sering kali mengalami malnutrisi dan dehidrasi. Keluarga dan caregiver
2. Rehabilitasi
Latihan fisik : Latihan fisik secara teratur bertujuan untuk meningkatkan fungsi fisik
pasien dan mengurangi depresi. Namun, manfaat latihan fisik pada fungsi kognitif
3, Intervensi Perilaku
9
Beberapa pasien dapat menunjukkan gejala ansietas dan agitasi yang dapat diatasi dengan
intervensi perilaku.
BAB III
PENUTUP
a. Kesimpulan
10
Demensia adalah sindrom yang ditandai dengan disorientasi ingatan atau
aktivitas sehari-hari. Sindrom ini bersifat kronik dan progresif. Faktor risiko utama
yang berhubungan dengan demensia adalah usia tua. Demensia juga dapat muncul
pada individu yang mengalami delirium, dan hal ini sering bertumpang tindih dengan
demensia.
ditemukan gejala defisit kognitif berupa gangguan atensi kompleks, fungsi eksekusi,
kemampuan belajar, ingatan atau memori, bahasa, persepsi motorik, dan sosial.
yang disertai tatalaksana penyakit yang mendasari demensia. oleh karena itu, penting
untuk mencari tahu penyebab dementia. Agar tatalakasana yang diberikan tepat.
11
DAFTAR PUSTAKA
American Psychiatric Association, United States of America, 5th ed., 2013. Cunningham EL,
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4488926/
Hartati, Sri, and Costrie Ganes Widayanti. 2017 "Clock drawing: Asesmen untuk demensia.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Menkes: Lansia yang sehat,lansia yang jauh dari
demensia, 2016.
K.R. Scott, A.M. Barret, Dementia syndromes: evaluation and treatment,Expert Neurother,
2007.
Panentu, D., and M. Irfan. "Uji Validitas Dan Reliabilitas Butir Pemeriksaan Dengan Moteral
Cognitive Assessment Versi Indonesia (MoCA-INA) Pada Insan Pasca Stroke Fase
Paulus Anam. Demensia. Hal. 114.2015 Panduan Praktik Klinik Diagnosis dan
Penatalaksanaan.
Pieter, Janiwarti, & Saragih. Gambaran status demensia dan depresi.Pengantar Psikopatologi
12