Anda di halaman 1dari 17

Referat

DEMENSIA

Oleh:

Indri Aprianti

21360300

Masa KKM: 30 Mei – 2 Juli 2022

Pembimbing:

dr. Woro Pramesti, Sp.KJ

BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA


RSUD JENDRAL AHMAD YANI METRO
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MALAHAYATI
METRO
2022
Referat

DELERIUM TREMENS

Oleh:

Nur Hikmah

21360179

Masa KKM: 11 Juli – 12 Agustus 2022

Pembimbing:

dr. Wayan D, Sp.KJ

BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA


RSUD JENDRAL AHMAD YANI METRO
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MALAHAYATI
METRO
2022

ii
LEMBAR PENGESAHAN

Referat yang berjudul


“DELERIUM TREMENS”

Telah dibacakan, dikoreksi dan disetujui pada 2022

Oleh :
Nur Hikmah

21360179

Masa KKM : 11 Juli 2022 – 13 Agustus2022

Pembimbing :

dr. Wayan D, Sp.KJ

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan Rahmat dan Hidayah-Nya

sehingga kami dapat menyelesaikan tugas referat ini dalam rangka memenuhi salah satu

persyaratan Kepaniteraan Klinik ilmu Kedokteran Jiwa dan Narkoba berjudul “DEMENSIA”.

Saya menyadari bahwa penulisan referat ini tidak akan selesai tanpa adanya bantuan dan

dukungan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu,

dengan segala kerendahan hati saya menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan

kepada:

1. dr. Woro Pramesti, Sp. KJ selaku Ka SMF sekaligus pembimbing dalam stase Ilmu

Kedokteran Jiwa yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan dan arahan yang

membangun selama proses pembelajaran di RSUD Ahmad Yani Metro.

2. dr. Ni Wayan Dewi Putriny Asih, Sp. KJ selaku pembimbing dalam stase Ilmu

Kedokteran Jiwa yang telah senantiasa membimbing dan memotivasi kami selama proses

pembelajaran di RSUD Ahmad Yani Metro.

3. Segenap staf ilmu kedokteran jiwa RSUD Ahmad Yani yang senantiasa memberikan

masukan dan pengalaman berharga dalam proses pembelajaran di RSUD Ahmad Yani

Metro.

Saya menyadari bahwa dalam referat ini masih terdapat kekurangan. Oleh karena itu

kritik dan saran membangun tentunya sangat saya harapkan. Semoga segala bantuan

berupa nasehat, motivasi dan masukan semua pihak akan bermanfaat untuk semua pihak,

khususnya di bagian Ilmu Kedokteran Jiwa.

Metro, 2022

Nur Hikmah
iv
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN....................................................................................................iii

KATA PENGANTAR.............................................................................................................iv

DAFTAR ISI.............................................................................................................................v

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................................3

2.1 Definisi............................................................................................................................3

2.2 Epidemiologi...................................................................................................................3

2.3 Etiologi............................................................................................................................4

2.4 Klasifikasi......................................................................................................................6

2.5 Kriteria Diagnostik........................................................................................................6

2.6 Diagnosis Banding.........................................................................................................9

2.7 Perjalanan Penyakit dan Prognosis.............................................................................9

2.8 Penatalaksanaan..........................................................................................................10

BAB III PENUTUP................................................................................................................12

3.1 Kesimpulan...................................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................13

v
BAB I

PENDAHULUAN

Delirium merupakan suatu keadaan yang sering kali tidak terdiagnosis Delirium

memiliki karakteristik penurunan akut kesadaran dan kognisi dengan pelemahan pada

perhatian yang terjadi dengan onset yang akut (jam atau hari ), dan jangka waktu yangsingkat

( hari hingga minggu). Suatu keadaan penting yang merupakan tanda terjadinyadelirium

adalah gangguan orientasi dan perhatian yang biasanya berhubungan dengan penurunan

fungsi kognitif yang menyeluruh.Selain itu terdapat pula istilah delirium tremens yang

merupakan kejadian delirium pada pasien dengan riwayat putus zat alkohol. kejadian

delirium tremens sering ditemukan pada rawat darurat. masih banyak petugas kesehatan yang

tidak menyadari keadaan delirium tremens ini.

Delirium tremens diketahui memiliki risiko kematian tinggi bila tidak ditangani

segera. kepentingan untuk mengenali delirium maupun delirium tremens adalah kebutuhan

klinis untuk mengidentifikasi dan mengobati penyebab dasar, kebutuhan untuk mencegah

perkembangan komplikasi yang berhubungan dengan delirium maupun delirium tremens,

melakukan penatalaksanaan secara holistik kepada pasien

1
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

2.2 Epidemiologi

Pada tahun 2017, WHO memperkirakan prevalensi demesia adalah 50.000.000 orang

di seluruh dunia, dengan insiden 10.000.000 kasus per tahun. Sekitar 91% kasus terjadi pada

usia di atas 65 tahun. Hanya 9% yang terjadi <65 tahun dan disebut sebagai demensia onset

muda (young onset dementia).

Kementerian Kesehatan RI memperkirakan 1.000.000 mengidap demensia pada tahun

2013. Jumlah ini akan meningkat sebanyak dua kali lipat pada tahun 2030 dan empat kali

lipat pada 2050.

Insidens penyakit Alzheimer juga meningkat seiring dengan pertambahan usia, dan

diperkirakan angkanya 0,5 persen per tahun dari usia 65 sampai 69 tahun. 1 persen per tahun

dari usia 70 sampai 74, 2 persen per tahun dari usia 75 sampai 79. 3 persen per tahun dari

usia 80 sampai 84, dan 8 persen per tahun dari usia 85 ke atas. Progresinya bertahap namun

terus menurun. Taksiran kematian sejak awitan gejala sebelumnya diperkirakan antara 5

sampai 9 tahun; namun. pada penelitian terhadap pasien Alzheimer tahun 2001, median

angka harapan hidup hanya 3 tahun setelah awitan gejala.

Tipe demensia tersering kedua adalah demensia vaskular, yang secara kausatif

berhubungan dengan penyakit serebrovaskular. Hipertensi membuat seseorang memiliki

predisposisi terhadap penyakit ini. Demensia vaskular mencakup 15 sampai 30 persen seluruh

kasus demensia. Demensia vaskular paling sering terjadi pada orang berusia antara 60 sampai

2
70 tahun dan lebih kerap pada pria dibanding wanita. Sekitar 10 sampai 15 persen pasien

menderita demensia vaskular dan demensia tipe Alzheimer sekaligus.

2.3 Etiologi

Ada berbagai macam penyakit yang menyebabkan demensia. Dalam banyak hal,

mengapa orang menderita penyakit-penyakit ini tidak diketahui. Beberapa bentuk demensia

yang paling umum adalah :

a. Demensia pada Penyakit Alzheimer adalah bentuk demensia yang paling umum,

berjumlah kira-kira dua-pertiga dari semua kasus. Penyakit ini menyebabkan

penurunan kemampuan kognitif secara berangsur-angsur, sering bermula dengan

kehilangan daya ingat. Pada penyakit ini terjadi deposit protein abnormal yang

menyebabkan kerusakan sel otak dan penurunan pumlah neuron hippocampus yang

mengatur fungi daya ingat dan mental. Kadar neurotransmitter juga ditemukan lebih

rendah dari normal.

Gejala yang ditemukan pada penyakit Alzheimer adalah 4A yaitu:

1.) Amnesia : Ketidak mampuan untuk belajar dan mengingat kembali informasi baru

yang didapat sebelumnya.

2.) Agnosia: gagal mengenali atau mengidentifikasi objek walaupun tungsi

sensorisnya masih baik.

3.) Aphasia: Gangguan berbahasa yaitu gangguan dalam mengerti dan mengutarakan

kata - kata yang akan diucapkan.

4.) Apraxia : Ketidak mampuan dalam melakukan aktivitas motorik walaupun fungsi

motorik masih baik (contohnya mampu memegang gagang pintu tapi tak tahu apa

yang harus dilakukannya).

3
b. Demensia Vaskuler merupakan penyebab kedua demensia yang terjadi pada hampir

40% kasus. Demensia ini berhubungan dengan penyakit serebro dan kardiovaskuler

seperti hipertensi, kolesterol tinggi, penyakit jantung, diabetes dll.

Demensia ini terjadi pada umur 50-60 tahun tetapi lebih sering pada umur 60-70

tahun. Gambaran klinis dapat berupa gangguan fungsi kognitif, gangguan daya ingat,

defisit intelektual, adanya tanda gangguan neurologis fokal, aphasia, disarthria,

disphagia, sakit kepala, pusing, kelemahan, perubahan kepribadian,tetapi daya tilik

diri dan daya nilai mash baik.

c. Penyakit Lewy body (Lewy body disease) ditandai oleh adanya Lewy body didalam

otak. Lewy body adalah gumpalangumpalan protein alpha-synuclein yang abnormal

yang berkembang di dalam sel-sel syaraf. Abnormalitas ini terdapat di tempat-tempat

tertentu di otak, yang menyebabkan perubahan-perubahan dalam bergerak, berpikir

dan berkelakuan. Orang yang menderita penyakit Lewy body dapat merasakan sangat

naik-turunnya perhatian dan pemikiran. Mereka dapat berlaku hampir normal dan

kemudian menjadi sangat kebingungan dalam waktu yang pendek saja. Halusinasi

visual (melihat hal-hal yang tidak ada) juga merupakan gejala yang umum.

2.4 Klasifikasi

1.) Demensia Alzheimer

Penyakit Alzheimer adalah penyebab terbesar terjadinya Demensia. Dimana

Demensia adalah gangguan fungsi intelektual dan memori didapat yang disebabkan

oleh penyakit otak, yang tidak berhubungan dengan gangguan tingkat kesadaran.

Pasien dengan demensia Alzheimer harus mempunyai gangguan memori selain

dengan kemampuan mental lain seperti berfikir abstrak, penilaian, kepribadian,

4
bahasa, praksis dan visuospatial. Defisit yang terjadi harus cukup berat sehingga

mempengaruhi aktifitas kerja dan social secara bermakna.

2.) Demensia Vaskular

Kausa primer demensia vaskular, dahulu disebut demensia multi infark, diperkirakan

adalah penyakit vaskular serebral multipel. menyebabkan pola gejala demensia.

Demensia vaskular paling sering ditemukan pada pria. terutama mereka dengan

hipertensi yang sudah ada sebelumnya atau faktor risiko kardiovaskular lain.

Gangguan ini terutama memengaruhi pembuluh serebral berukuran kecil dan sedang,

yang mengalami infark dan menyebabkan lesi parenkim multipel yang tersebar secara

luas di otak. Kausa infark mungkin mencakup oklusi pembuluh oleh plak

arteriosklerotik atau tromboemboli dari asal yang jauh (seperti katup jantung).

Pemeriksaan pasien mungkin akan mengungkapkan adanya bruit karotis, abnormalitas

funduskopi. atau bilik jantung yang membesar.

3.) Demensia Akibat Kondisi Medis Umum Lain

Demensia yang terjadi pada penyakit medis seperti:

a.) Penyakit Pick

Penyakit Pick ditandai oleh atrofi dalam jumlah yang lebih besar di regio

frontotemporal. Regio ini juga mengalami kehilangan neuron, gliosis, dan munculnya

jisim Pick neuronal, yaitu massa elemen sitoskeletal. Jisim Pick terlihat pada beberapa

spesimen posmortem namun tidak penting untuk diagnosis.

b.) Penyakit Huntington

5
Penyakit Huntington secara klasik menyebabkan demensia. Demensia yang tampak

pada penyakit ini adalah demensia tipe subkortikal, yang ditandai oleh lebih banyak

abnormalitas motorik dan lebih sedikit abnormalitas bahasa dibanding pada demensia

tipe kortikal. Demensia pada penyakit Huntington menunjukkan perlambatan

psikomotorik dan kesulitan dengan tugas yang rumit, namun memori, bahasa, dan

tilikan relatif tetap intak pada stadium awal dan pertengahan penyakit. Namun, saat

penyakit ini berlanjut, demensianya menjadi komplet; gambaran yang

membedakannya dengan demensia tipe Alzheimer selain gangguan pergerakan

khoreoathetoid yang klasik adalah tingginya insidens depresi dan psikosis.

c.) Penyakit Parkinson

Seperti halnya penyakit Huntington, parkinsonisme adalah penyakit pada ganglia

basalis yang umumnya dikaitkan dengan demensia dan depresi. Diperkirakan sekitar

20 sampai 30 persen pasien dengan penyakit Parkinson mengalami demensia dan

tambahan 30 sampai 40 persen lainnya mengalami hendaya kemampuan kognitif yang

terukur. Lambatnya pergerakan pada pasien engan penyakit Parkinson sejajar dengan

kelambatan berpikir pada beberapa pasien, suatu gambaran yang disebut oleh para

klinisi sebagai bradifrenia.

5.) Demensia YTT

Pada demensia ini memiliki kriteria diagnosis DSM-IV-TR adalah kategori ini

sebaiknya digunakan untuk mendiagnosis demensia yag tidak memenuhi kriteria

spesifik yang dideskripsikan oleh demensia lainnya. Pada demensia ini kurangnya

daya nilai dan pengendalian impuls yang buruk biasanya tampak.

2.5 Kriteria Diagnostik

Pedoman diagnostik (PPDGJ)

6
 Adanya penurunan kemampuan daya ingat dan daya pikir. yang sampai
mengganggu kegiatan harian seseorang (personal activities of daily living)
seperti mandi, berpakaian, makan, kebersihan diri, buang air besar dan kecil.
 Tidak ada gangguan kesadaran (clear consciousness).
 Gejala dan disabilitas sudah nyata untuk paling sedikit.

Adapun kriteria diagnosa DSM-IV-TR untuk demensia tipe Alzheimer

 Munculnya defisit kognitif multiple yang dimanifestasikan baik oleh:

(1) Hendaya memori (terganggunya kemampuan mempelajari informasi baru

atau mengingat informasi yang telah dipelajari sebelumnya).

(2) terdapatnya satu atau lebih gangguan kognitif Afasia, Apraksia, Agnosia

dan gangguan dalam melakukan fungsi eksekutif.

 Defisit kognitif pada kriteria 1 dan masing-masing menyebabkan hendaya

yang signifikan dalam fungsi social dan okupasional serta menggambarkan

penurunan tingkat kemampuan berfunsi sebelumnya yang signifikan.

 Perjalanan penyakit ditandai oleh awitan yang bertahap dan penurunan

kognitif yang kontinu.

 Defisit tidak terjadi hanya pada saat delirium.

 Gangguan ini tidak lebih mungkin disebabkan oleh gangguan lain pada aksis.

Adapun Kriteria Diagnosa (PPDGJ) untuk Demensia Vaskular

 Demensia yang onsetnya sebelum usia 65 tahun.

 Perkembangan gejala cepat dan progresif.

 Adanya riwayat keluarga yang berpenyakit Alzheimer merupakan faktor yang

menyokong diagnosis tetapi tidak harus dipenuhi

7
2.6 Diagnosis Banding

Diagnosis banding dementia yang utama adalah delirium dan mild cognitive

impairment (MCI). Delirium, seperti dementia, ditandai dengan perubahan kesadaran dan

kognitif, tetapi dengan onset akut dan berfluktuasi. Keduanya sering terjadi bersamaan pada

populasi lansia.

Mild Cognitive Impairment (MCI) Pasien MCI juga mengalami penurunan kognitif,

meskipun demikian, pasien MCI masih dapat melakukan kegiatan sehari-hari secara mandiri.

Namun, perlu diingat, MCI dapat berkembang menjadi demensia

2.7 Prognosis

Prognosis demensia kurang baik, karena seiring waktu, akan terjadi perburukan gejala yang

ditandai dengan penurunan fungsi kognitif. Dementia mengganggu pasien dalam melakukan

aktivitas sehari-hari sehingga memengaruhi kualitas hidup, ekonomi, sosial, dan fungsi pasien.

2.8 Penatalaksanaan

Penatalaksanaan utama pada demensia adalah pendekatan psikologis dan suportif

yang disertai tata laksana penyakit yang mendasari demensia. Oleh karena itu, penting untuk

mencari tahu penyebab dementia agar tata laksana yang diberikan tepat.

Terapi Farmakologi

8
Penatalaksanaan Non-farmakologis dan Perawatan Suportif

Tata laksana non-farmakologis dan perawatan suportif memegang peranan penting dalam

penanganan pasien dementia.

1. Nutrisi

Pasien demensia sering kali mengalami malnutrisi dan dehidrasi. Keluarga dan caregiver

sebaiknya memperhatikan asupan makanan dan cairan pasien.

2. Rehabilitasi

Rehabilitasi dapat berupa :

 Latihan/rehabilitasi kognitif : Peningkatan fungsi kognitif bergantung pada jenis dan

frekuensi latihan/rehabilitasi kognitif yang dilakukan.

 Latihan fisik : Latihan fisik secara teratur bertujuan untuk meningkatkan fungsi fisik

pasien dan mengurangi depresi. Namun, manfaat latihan fisik pada fungsi kognitif

masih belum terbukti karena hasil antar penelitian berbeda-beda.

3, Intervensi Perilaku

9
Beberapa pasien dapat menunjukkan gejala ansietas dan agitasi yang dapat diatasi dengan

intervensi perilaku.

BAB III

PENUTUP

a. Kesimpulan

10
Demensia adalah sindrom yang ditandai dengan disorientasi ingatan atau

memori, proses berpikir, perilaku, dan penurunan kemampuan untuk melakukan

aktivitas sehari-hari. Sindrom ini bersifat kronik dan progresif. Faktor risiko utama

yang berhubungan dengan demensia adalah usia tua. Demensia juga dapat muncul

pada individu yang mengalami delirium, dan hal ini sering bertumpang tindih dengan

demensia.

Diagnosis demensia ditegakkan berdasarkan kriteria dari Diagnostic and

Statistical Manual of Mental Disorders 5 (DSM-5). Pada tahap anamnesis, dapat

ditemukan gejala defisit kognitif berupa gangguan atensi kompleks, fungsi eksekusi,

kemampuan belajar, ingatan atau memori, bahasa, persepsi motorik, dan sosial.

Anamnesis biasanya dilakukan pada keluarga tau caregiver.

Penatalaksanaan utama pada demensia adalah pendekatan psikologis dan suportif

yang disertai tatalaksana penyakit yang mendasari demensia. oleh karena itu, penting

untuk mencari tahu penyebab dementia. Agar tatalakasana yang diberikan tepat.

11
DAFTAR PUSTAKA

American Psychiatric Association, United States of America, 5th ed., 2013. Cunningham EL,

McGuiness B 12, Herron B. Passmore › APSteven journal,dementia

Cunningham, B. McGuiness, B. Herron, A. P. Passmore. Dementia,Ulster Med 2015,84(2)

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4488926/

Hartati, Sri, and Costrie Ganes Widayanti. 2017 "Clock drawing: Asesmen untuk demensia.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Menkes: Lansia yang sehat,lansia yang jauh dari

demensia, 2016.

K.R. Scott, A.M. Barret, Dementia syndromes: evaluation and treatment,Expert Neurother,

2007.

Panentu, D., and M. Irfan. "Uji Validitas Dan Reliabilitas Butir Pemeriksaan Dengan Moteral

Cognitive Assessment Versi Indonesia (MoCA-INA) Pada Insan Pasca Stroke Fase

Recovery." J. Fisioter (2013).

Paulus Anam. Demensia. Hal. 114.2015 Panduan Praktik Klinik Diagnosis dan

Penatalaksanaan.

Pieter, Janiwarti, & Saragih. Gambaran status demensia dan depresi.Pengantar Psikopatologi

untuk keperawatan. Jakarta: kencana.

R. Tampi. Assessment of Dementia, 2018.

World Health Organization, Dementia, 2017.

12

Anda mungkin juga menyukai