DEMAM DENGEU
Disusun Oleh:
Ulfa Rizqia
21174033
Pembimbing:
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat ALLAH SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan laporan kasus dengan judul “DEMAM
DENGEU”. Sholawat dan salam selalu terlimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga,
sahabat serta pengikut ajaran beliau hingga akhir jaman.
Laporan kasus ini disusun sebagai salah satu tugas menjalani kepaniteraan klinik senior pada
Bagian/SMF Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Abulyatama Aceh di RS
Meuraxa Kota Banda Aceh.
Selama penyelesaian laporan kasus ini penulis mendapat bantuan, bimbingan, pengarahan,
dan bantuan dari banyak pihak. Oleh karena itu penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada
dr. Nanda Hudawwarchmah, Sp.A yang telah meluangkan waktu untuk memberikan arahan dan
bimbingan kepada penulis dalam menyelesaikan laporan kasus ini. Penulis juga mengucapkan
terima kasih kepada keluarga, sahabat, dan rekan-rekan yang telah memberikan motivasi dan doa
dalam menyelesaikan laporan kasus ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam laporan kasus ini. Untuk itu
penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca sekalian demi
kesempurnaan laporan kasus ini nantinya. Harapan penulis semoga laporan kasus ini dapat
bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan umumnya dan profesi kedokteran khususnya.
Ulfa Rizqia
21174033
DAFTAR ISI
Demam dengue (DD) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue dan
mengakibatkan spektrum manifestasi klinis yang bervariasi antara yang paling ringan, demam
dengue (DD), demam berdarah dengue (DBD) dan demam dengue yang disertai renjatan atau
dengue shock syndrome (DSS). Demam Dengue (DD) adalah penyakit akut yang disebabkan
oleh virus dengue, yang ditularkan oleh nyamuk. Sedangkan demam berdarah dengue (DBD)
merupakan gejala demam dengue disertai dengan tanda kebocoran plasma (plasma leakage).
Manifestasi klinis ditandai dengan demam tinggi terus menerus selama 2-7 hari; pendarahan
diatesis seperti uji tourniquet positif, trombositopenia dengan jumlah trombosit ≤ 100 x 109/L
dan peningkatan hematorit, leukopenia dan kebocoran plasma akibat peningkatan permeabilitas
pembuluh pada demam berdarah dengue.3
Infeksi dengeu merupakan penyakit yang banyak ditemukan di sebagian besar wilayah tropis
dan subtropis, terutama Asia Tenggara, Amerika Tengah, Amerika dan Karibia. Inang (host)
alami DBD adalah manusia, agentnya adalah virus dengue yang termasuk ke dalam famili
Flaviridae dan genus Flavivirus, terdiri dari 4 serotipe yaitu Den-1, Den-2, Den3 dan Den-4 1 ,
ditularkan ke manusia melalui gigitan nyamuk yang terinfeksi, khususnya nyamuk Aedes aegypti
dan Ae. albopictus 2 yang terdapat hampir di seluruh pelosok Indonesia.5.8
Sampai saat ini penyakit DD masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dan endemis di
Indonesia. Penyakit ini dapat mengakibatkan Kejadian Luar Biasa (KLB) di beberapa daerah
endemis yang terjadi hampir setiap tahunnya pada musim penghujan. World Health Organization
(WHO) mencatat sejak tahun 1968 hingga tahun 2009, Negara Indonesia merupakan Negara
dengan kasus DBD tertinggi di Asia Tenggara. Jumlah kasus DBD di Indonesia pada tahun 2010
sebanyak 156.086 kasus dengan jumlah kematian akibat DBD sebanyak 1.358 orang.2
Salah satu faktor risiko penularan demam dengue adalah pertumbuhan penduduk perkotaan
yang cepat, mobilisasi penduduk karena membaiknya sarana dan prasarana transportasi dan
terganggu atau melemahnya pengendalian populasi sehingga memungkinkan terjadinya KLB.
Morbiditas dan mortalitas infeksi dengeu dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain status
imunologis pejamu, kepadatan vektor nyamuk, transmisi virus dengeu, faktor keganasan virus,
dan kondis geografis setempat. Tidak ada terapi spesifik pada demam dengue, prinsip utama
adalah terapi suportif adekuat, yang dapat menurunkan angka kematian hingga <1 %. Khusus
untuk pasien DBD terapi utama adalah rehidrasi dan menangani perdarahan untuk menurunkan
mortalitas. Hal yang penting dalam demam dengeu dan DBD adalah pencegahan penularan virus
dengeu.3
Demam berdarah pada anak merupakan salah satu penyakit yang menyebabkan masalah
kesehatan dan sering dijumpai di bagian gawat darurat rumah sakit. Pasien yang datang bisa
dalam keadaan yang stabil maupun keadaan yang tidak stabil atau gawat darurat. Maka dari itu,
sebagai calon tenaga kesehatan yang akan bekerja di unit kegawat daruratan penulis merasa
harus memahami secara penuh kasus dan tindakan yang akan dilakukan terhadap pasien dengan
demamberdarah.
BAB II
LAPORAN KASUS
2.2 Anamnesis
Anamnesis dilakukan secara Alloanamnesis pada:
Tanggal : 12 September 2022
Tempat : Ruang Rawat Attin
DPJP : dr. Nanda Hudawwarachmah, Sp,A
Ibu pasien mengatakan pasien pernah dirawat di rumah sakit saat usia 5 tahun karna tipes
(demam tifoid)
Tidak Lengkap
Status Gizi
- BB : 24 kg
- TB : 130 cm
- Kurva CDC : Normal (Gizi Baik)
Tanda Vital
- Tekanan darah : - mmHg
- Nadi : 130 kali/ menit, reguler
- Pernafasan : 22 kali/menit, reguler
- Suhu : 38,5°C (per axilla)
- Sat. O2 : 96 %
b. Status Internus
1. Kepala : Normocephali
Mata : Pupil isokor (+/+), konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
Telinga : Normotia (+/+), tanda radang (-/-), sekret (-/-), nyeri tekan tragus
(-/-)
Hidung : Sekret (-/-), deviasi septum (-/-), pernapasan cuping hidung (-)
Mulut : Pursed lip breathing (-), tonsil (T1/T1), uvula letak tengah, faring
hiperemis (-), sianosis (-)
2. Leher
Trakea : Deviasi trakea (-)
KGB : Pembesaran (-)
3. Thoraks
Paru
Inspeksi : Normochest, pergerakan dada simetris, jejas (-/-)
Palpasi : Nyeri tekan (-/-), fremitus taktil (+/+)
Perkusi : Sonor diseluruh lapang paru
Auskultasi: Vesikuler (+/+), wheezing (-/-), ronki (+/+)
Jantung
Inspeksi : Iktus cordis tidak terlihat
Palpasi : Iktus cordis teraba pada ICS V
Perkusi :
- Batas atas ICS III linea midclavicularis sinistra
- Batas kanan ICS IV linea midclavicularis dextra
- Batas kiri ICS V linea midclavicularis sinistra
- Batas bawah ICS V linea axilaris anterior sinistra
Auskultasi: BJ 1 > BJ 2 reguler, bising (-)
4. Abdomen
Inspeksi : Datar, distensi (-), jejas (-), scar (-)
Auskultasi: Peristaltik usus normal
Perkusi : Timpani (+)
Palpasi : Soepel, nyeri tekan epigastrium (+), hepatomegali (-), splenomegali (-)
5. Ekstremitas
Look : Ekstremitas kanan dan kiri simetris
Feel : Nyeri (-), CTR < 2 detik, akral hangat (+), edema (-)
Move : Pergerakan aktif
2.5 Diagnosa
Diagnosa Banding:
1. Dengeu Fever
2. Dengeu Hemoragik Fever
3. Thypoid Fever
4. Malaria
Diagnosa Kerja
Dengeu Fever
2.6 Penatalaksanaan
a. Non- farmakologi
1) Bed rest
2) Diet makan biasa
b. Farmakologi
1) Infus (IVFD) KAEN 500 dalam 3 jam, selanjutnya Infus (IVFD) 2:1 20 gtt/i (makro)
2) Inj. Ondansetron 3 mg/8 jam/IV
3) Inj. Ranitidin 20 mg/12 Jam/IV
4) Drip. Paracetamol 250 mg/6 jam
5) Kaltrofen Supp
6) Ambroxol Syrup 3 X ½ Cth
7) Cetirizine 2 x ½ Cth
2.7 Prognosis
11/09/2022 S / Demam (+), Demam naik turun (+), Mual (+), Th / Bed rest
(Hari Rawatan 1) Muntah (+) frekuensi 6x berisi cairan, muntah setiap Infus (IVFD) KAEN 500 dalam 3 jam,
makan dan minum (+) lemas (+) Nyeri perut (+) selanjutnya Infus (IVFD) 2:1 20 gtt/i
Nyeri sendi (+), sakit kepala (+) Batuk (+), nafsu (makro)
makan (↓) BAB cair(-) BAK (+), mimisan (-) Inj. Ondansetron 3 mg/8 jam/IV
Inj. Ranitidin 20 mg/12 Jam/IV
O / KU : Sedang Kes : CM Drip. Paracetamol 250 mg/6 jam
TD : - mmHg Kaltrofen Supp
HR : 130 x/menit Ambroxol Syrup 3 X ½ Cth
RR : 22 x/menit Cetirizine 2 x ½ Cth
T : 38,5 0C
Spo2: 96%
A / Demam Dengeu
12/09/2022 S / Demam (-), Demam naik turun (-), Mual (+), Th /Bed rest
(Hari Rawatan 2) Muntah (-), Muntah setiap makan dan minum (-) IVFD 2:1 20 gtt/I (makro)
lemas (+) Nyeri perut (+) Nyeri sendi (+) sakit kepala Inj. Ondansetron 3 mg/8 jam/IV
(+) Batuk Kering (+) Nafsu Makan ↓(+), BAB cair(-) Inj. Ranitidin 20 mg/12 Jam/IV
BAK (+) , mimisan (-) Drip. Paracetamol 250 mg/6 jam
Liprolac 2x2 sachet
O / KU : Sedang Kes : CM Multivitamin Supp 1x5 ml
TD : - mmHg Minum Manis Cukup
HR : 98 x/menit
RR : 22 x/menit
T : 36,5 ℃
Sp02: 97%
A / Demam Dengeu
13/09/2022 S / Demam (-), Mual (+), Muntah (-),lemas (+) Nyeri Th /
(Hari Rawatan 3) perut (+) Nyeri sendi (-) sakit kepala (-)Batuk Kering Bed rest
(+) Pilek (-) Nafsu Makan ↓(+), BAB (-) 2 hari, BAK IVFD 2:1 20 gtt/I (makro)
(+), mimisan (-) Inj. Ondansetron 3 mg/8 jam/IV
(K/P)
O / KU : Sedang Kes : CM Inj. Ranitidin 20 mg/12 Jam/IV
TD : - mmHg Drip. PCT 250 mg/6 jam (K/P)
HR : 100 x/menit Liprolac 2x2 sachet
RR : 24 x/menit Multivitamin Supp 1x5 ml
T : 36,7 ℃ Minum Manis Cukup
Sp02: 98%
P/ cek D/R Ulang
THT: Penapasan Cuping Hidung (-) perdarahan (-)
Faring hiperemis (-)
Paru : Vesikuler (+/+), wheezing (-/-), ronki (+/+)
Jantung : BJ I > BJ II, bising (-)
Abdomen : Soepel, peristaltik usus (+), NTE (+)
Jantung : BJ I > BJ II, bising (-)
A/ Demam Dengeu
A / Demam Dengeu
15/09/2022 S / Demam (-), Mual (-), Muntah (-),lemas (-) Nyeri Th / Bed rest
(Hari Rawatan 5) perut (-) Nyeri sendi (-) Batuk Kering (+) Pilek (-) Bed rest
Nafsu Makan ↓(+), sakit Kepala (-), Pusing (-) BAB IVFD 2:1 20 gtt/i (makro)
(+), BAK (+). Inj. Ondansetron 3 mg/8 jam/IV
(K/P)
O / KU : Baik Kes : CM Inj. Ranitidin 20 mg/12 Jam/IV
TD : - mmHg Drip. PCT 250 mg/6 jam (K/P)
HR : 110 x/menit Kaltropen Supp ½ (K/P)
RR : 21 x/menit Liprolac 2x2 sachet
T : 36.2 ℃ Multivitamin Supp 1x5 ml
Spo2: 99% Minum Manis Cukup
A / Demam Dengeu
16/09/2022 S/ Demam (-), Mual (-), Muntah (-),lemas (-) Nyeri Th / Bed rest
(Hari Rawatan 6) perut (-) Nyeri sendi (-) Batuk Kering (+) Pilek (-) Bed rest
Nafsu Makan (↑), sakit Kepala (-), Pusing (-) BAB IVFD 2:1 20 gtt/i (makro)
(+), BAK (+). Inj. Ondansetron 3 mg/8 jam/IV
(K/P)
O / KU : Baik Kes : CM Inj. Ranitidin 20 mg/12 Jam/IV
TD : - mmHg Drip. PCT 250 mg/6 jam (K/P)
HR : 70 x/menit Kaltropen Supp ½ (K/P)
RR : 20 x/menit Liprolac 2x2 sachet
T : 36.0 ℃ Multivitamin Supp 1x5 ml
Spo2: 99% Codein 10 mg Pulvis 3x1
Salbutamol Tab
THT: Penapasan Cuping Hidung (-) perdarahan (-)
Faring hiperemis (-) R/ PBJ
Paru : Vesikuler (+/+), wheezing (-/-), ronki (+/+)
Jantung : BJ I > BJ II, bising (-) Dengan Obat Pulang
Abdomen : Soepel, peristaltik usus (+), NTE (+) -Syr Multivitamin 2x5 ml
Jantung : BJ I > BJ II, bising (-) -Liprolac 2x2 sachet
-Tab. Codein 10 mg Pulvis 3x1
-Tab. Salbutamol 1 mg
A/ / Demam Dengeu
-Tab. Paracetamol 500 mg ( 3x½Tab :
jika demam saja)
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Definisi
Penyakit Demam berdarah (DD) adalah penyakit akut yang disebabkan oleh virus dengue yang
ditularkan oleh nyamuk, sedangkan Demam berdarah dengue (DBD) disertai dengan tanda
kebocoran plasma. Penyakit ini terutama menyerang anak-anak yang bertendensi menimbulkan
syok dan kematian.7,8 Menurut World Health Organization (WHO), demam berdarah (DD)
merupakan penyakit yang disebabkan oleh gigitan nyamuk Aedes yang terinfeksi salah satu dari
empat tipe virus dengue dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot dan/atau nyeri sendi yang
disertai leukopenia, ruam, limfadenopati, trombositopenia dan diathesis hemoragik. Pada demam
berdarah dengue terjadi perembesan plasma yang ditandai dengan hemokonsentrasi (peningkatan
hematokrit) atau penumpukan cairan di rongga tubuh.9,10
3.2 Etiologi
Demam dengue disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan oleh nyamuk. Virus dengue
ini termasuk kelompok B Arthropod Virus (Arbovirus) yang sekarang dikenal sebagai genus
Flavivirus, famili Flaviviride, dan mempunyai 4 jenis serotipe yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan
DEN-4. Infeksi dari salah satu serotipe menimbulkan antibodi terhadap virus yang bersangkutan,
sedangkan antibodi yang terbentuk untuk serotipe lain sangat kurang, sehingga tidak dapat
memberikan perlindungan terhadap serotipe lain. Seorang yang tinggal di daerah endemis
dengue dapat terinfeksi oleh 3 atau 4 serotipe yang berbeda selama hidupnya. Serotipe DEN- 3
merupakan serotipe yang dominan dan diasumsikan banyak yang menunjukkan manifestasi
klinik yang berat. 7,9
Beberapa pasien demam dengue terus berkembang menjadi demam berdarah dengue (DBD)
yang berat. Biasanya demam mulai mereda pada 3-7 hari setelah onset gejala. Pada pasien juga
bisa didapatkan tanda peringatan (warning sign) yaitu sakit perut, muntah terus-menerus,
perubahan suhu (demam hipotermia), perdarahan, atau perubahan status mental (mudah
marah,bingung). Menurut WHO kriteria demam berdarah dengue ialah demam yang
berlangsung 2-7 hari, terdapat manifestasi perdarahan, trombositopenia (jumlah trombosit <
100.000/mm3), dan peningkatan permeabilitas pembuluh darah.
3.3 Epidemiologi
Sampai saat ini penyakit demam berdarah (DD) masih menjadi masalah kesehatan
masyarakat dan endemis di Indonesia. Penyakit ini dapat mengakibatkan Kejadian Luar Biasa
(KLB) di beberapa daerah endemis yang terjadi hampir setiap tahunnya pada musim penghujan.
Sejak tahun 1952 infeksi virus dengue menimbulkan manifestasi klinis berat yaitu demam
berdarah dengue (DBD) yang ditemukan di Manila, Filipina. Kemudian menyebar ke Thailand,
Vietnam, Malaysia bahkan Indonesia.4
Demam berdarah dengue sering terjadi pada anak usia kurang dari 15 tahun. Sekitar 50%
penderita DBD berusia 10-15 tahun yang merupakan golongan usia yang tersering menderita
DBD dibandingkan dengan bayi dan orang dewasa. Nyamuk Aedes aegypti yang aktif menggigit
pada siang hari dengan dua puncak aktivitas yaitu pada pukul 08.00 – 12.00 dan 15.00 – 17.00.
Jumlah kasus DBD di Indonesia pada tahun 2010 sebanyak 156.086 kasus dengan jumlah
kematian akibat DBD sebanyak 1.358 orang, Insidence rate (IR) 65,7 per 100.000 penduduk dan
case fatality rate (CFR) sebesar 0,87%. Terjadi penurunan IR DBD jika dibandingkan dengan
tahun 2009 yaitu sebesar 68,22 per 100.000 penduduk. Demikian juga dengan CFR yang
mengalami sedikit penurunan, pada tahun 2009 CFR DBD sebesar 0,89%.5
World Health Organization (WHO) mencatat sejak tahun 1968 hingga tahun 2009, Indonesia
merupakan Negara dengan kasus DBD tertinggi di Asia Tenggara. Penyakit DBD masih menjadi
permasalahan yang serius di Provinsi Jawa Tengah, hal ini terbukti dengan adanya 35
kabupaten/kota yang sudah pernah terjangkit penyakit DBD. Sedangkan insidence rate (IR)
DBD di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2011 sebesar 15,27/100.000 penduduk. Apabila
dibandingkan dengan tahun 2010 yang jumlahnya 59,8/100.000 penduduk pada tahun 2011
mengalami penurunan yang sangat derastis. Angka kematian / Case Fatality Rate (CFR) DBD di
Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2011 ialah 1,29%. Angka kesakitan tertinggi pada tahun 2011
berada di Kota Semarang dan terendah di Kabupaten Wonogiri sebesar 4,29/100.000 penduduk.4
Morbiditas dan mortalitas infeksi virus dengue dipengaruhi berbagai faktor antara lain
imunitas penjamu, kepadatan vektor nyamuk, transmisi virus dengue, keganasan (virulensi)
virus dengue dan kondisi geografis setempat.9
3.4 Patogenesis
Demam dengue atau demam berdarah dengue tidak ditularkan dari manusia ke manusia.
Virus dengue masuk ke dalam tubuh nyamuk setelah menggigit manusia yang mengalami
viremia. Nyamuk Aedes spp yang sudah terinfesi virus dengue, akan tetap infektif sepanjang
hidupnya dan terus menularkan kepada individu yang rentan pada saat menggigit dan menghisap
darah.12 Setelah masuk ke dalam tubuh manusia, virus de-ngue akan menuju organ sasaran yaitu
sel kuffer hepar, endotel pembuluh darah, nodus limpaticus, sumsum tulang dan paru-paru.
Beberapa penelitian menunjukkan, sel monosit dan makrofag mempunyai peran pada infeksi ini,
dimulai dengan menempel dan masuknya genom virus ke dalam sel dengan bantuan organel sel
dan membentuk komponen perantara dan komponen struktur virus. Setelah komponen struktur
dirakit, virus dilepaskan dari dalam sel.13 Infeksi ini menimbulkan reaksi immunitas protektif
terhadap serotipe virus tersebut tetapi tidak ada cross protective terhadap serotipe virus lainnya.
14
Secara invitro, antobodi terhadap virus dengue mempunyai 4 fungsi biologis yaitu
netralisasi virus, sitolisis komplemen, antibody dependent cell-mediated cytotoxity (ADCC) dan
ADE.15
Menurut WHO (2012) demam dengue memiliki tiga fase diantaranya fase demam, fase kritis
dan fase penyembuhan. Pada fase demam, penderita akan mengalami demam tinggi secara
mendadak selama 2-7 hari yang sering dijumpai dengan wajah kemerahan, eritema kulit,
myalgia, arthralgia, nyeri retroorbital, rasa sakit di seluruh tubuh, fotofobia dan sakit kepala serta
gejala umum seperti anoreksia, mual dan muntah. Tanda bahaya (warning sign) penyakit dengue
meliputi nyeri perut, muntah berkepanjangan, letargi, pembesaran hepar >2 cm, perdarahan
mukosa, trombositopeni dan penumpukan cairan di rongga tubuh karena terjadi peningkatan
permeabilitas pembuluh darah kapiler.24,26 Pada waktu transisi yaitu dari fase demam menjadi
tidak demam, pasien yang tidak diikuti dengan peningkatan pemeabilitas kapiler tidak akan
berlanjut menjadi fase kritis. Ketika terjadi penurunan demam tinggi, pasien dengan peningkatan
permeabilitas mungkin menunjukan tanda bahaya yaitu yang terbanyak adalah kebocoran
plasma. Pada fase kritis terjadi penurunan suhu menjadi 37.5-38°C atau kurang pada hari ke 3-8
dari penyakit. Progresivitas leukopenia yang diikuti oleh penurunan jumlah platelet mendahului
kebocoran plasma. Peningkatan hematokrit merupakan tanda awal terjadinya perubahan pada
tekanan darah dan denyut nadi. Terapi cairan digunakan untuk mengatasi plasma leakage.
Efusi pleura dan asites secara klinis dapat dideteksi setelah terapi cairan intravena.26
Fase terakhir adalah fase penyembuhan. Setelah pasien bertahan selama 24-48 jam fase kritis,
reabsorbsi kompartemen ekstravaskuler bertahap terjadi selama 48-72 jam. Fase ini ditandai
dengan keadaan umum membaik, nafsu makan kembali normal, gejala gastrointestinal membaik
dan status hemodinamik stabil.26
3.7 Diagnosis
Demam Dengue memiliki spektrum presentasi klinis yang luas, seringkali dengan klinis
yang tidak dapat diprediksi dan dibedakan dengan klinis penyakit lain. Tentu saja klinis,
sebagian kecil berkembang menjadi penyakit berat, sebagian besar ditandai dengan kebocoran
plasma dengan atau tanpa haemorrhage. Menentukan derajat keparahan Demam Dengue
sebaiknya dilakukan pada evaluasi penilaian awal ketika pasien masih di triage, untuk
menentukan derajat serta seberapa intensif terapi yang diberikan selanjutnya. Adapun klasifikasi
Demam dengue pada tabel berikut :
Tabel 2. Klasifikasi Demam Dengue
Diagnosis Kriteria
Dengue ± Warning Sign Probable dengue : Warning Sign :
Pasien memiliki riwayat Nyeri perut atau
tinggal atau sehabis bengkak
bepergian ke daerah Muntah persisten
endemis Dengue. Kriteria Akumulasi
nya meliouti demam dan cairan
diikuti leh kriteria berikut : Pendarahan
Mual, muntah mukosa
Ruam Letargi,
Nyeri sendi kelelahan
Tes Torniquet (+) Pembesaran liver
Leukopenia > 2 cm
Tanda Warning Lab :
sign Peningkatan Ht
dengan penurunan
jumlah platelet
Severe Dengue Sever Plasma Leakage :
Syok (DSS)
Akumulasi
cairan
dengan
distress pernapasan
Severe Bleeding :
Evaluasi dari
pemeriksaan fisik
Kerusakan
Organ
Liver : SGOT/SGPT ≥1000
CNS :
ganggua
kesadaran
Gangguan
jantung dan
organ lain.
lain
WHO membuat kriteria diagnose DBD ditegakkan jika memenuhi 2 kriteria klinis
ditambah dengan 2 kriteria laboratorium dibawah ini :
Pemeriksaan Laboratorium
Menegakkan diagnosis infeksi dengue dengan menggunakan pemeriksaan laboratorium
sangat berperan penting pada perawatan pasien, surveilans epidemiologi, pemahaman
patogenesis infeksi dengue dan riset formulasi vaksin. Diagnosis definitif infeksi virus
dengue hanya dapat dilakukan di laboratorium dengan cara isolasi virus, deteksi antigen virus
atau RNA dalam serum atau jaringan tubuh (PCR), dan deteksi spesifik dalam serum pasien.
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan adalah pemeriksaan darah rutin untuk menapis dan
membantu menegakkan diagnosis pasien demam berdarah dengue.27
1. Tes respon imunologi berdasarkan tes antibodi IgM dan IgG.
Viremia akibat dengue biasanya berlangsung singkat, biasanya terjadi 2-3 hari sebelum
timbulnya demam kemudian masa penyakit berlangsung selama empat sampai tujuh hari.
Selama periode ini virus dengue, asam nukleat dan beredar antigen virus dapat dideteksi
(Gambar 2). Respon antibodi terhadap infeksi terdiri dari kemunculan berbagai jenis
imunoglobulin; dan IgM dan IgG merupakan imunoglobulin memiliki nilai diagnostik pada
dengue. Antibodi IgM dapat terdeteksi pada hari 3-5 setelah mulai sakit, naik cepat sekitar
dua minggu dan selanjutnya menurun hingga tingkat yang tidak terdeteksi setelah 2-3 bulan.
Antibodi IgG dapat dijumpai pada kadar yang rendah hingga akhir minggu pertama,
kemudian meningkat secara tetap bertahap dan dapat bertahan untuk jangka yang panjang
(selama bertahun-tahun). Karena munculnya antibodi IgM ini cukup lambat, yaitu setelah
lima hari sejak timbulnya demam, uji serologis ini biasanya memberikan hasil negatif
selama lima hari pertama sejak pasien mulai sakit. Pada infeksi dengue sekunder (ketika
host sebelumnya telah terinfeksi virus DBD), titer antibodi meningkat pesat. Antibodi IgG
dapat terdeteksi dengan kadar yang tinggi, bahkan di fase awal, dan bertahan beberapa bulan
sampai seumur hidup. Tingkat antibodi IgM secara signifikan lebih rendah dalam kasus-
kasus infeksi sekunder. Oleh karena itu, rasio IgM / IgG biasanya digunakan untuk
membedakan antara infeksi dengue primer dan sekunder. Trombositopenia biasanya diamati
antara ketiga dan hari kedelapan penyakit diikuti oleh perubahan hematokrit.
Pemeriksaan Platelet
Pemeriksaan platelet digunakan untuk menentukan derajat dari kebocoran
plasma pada infeksi dengue. Umumnya akan terjadi penurunan jumlah trombosit
disertai peningkatan hemtokrit. Trombositopenia awalnya terjadi akibat penekanan
terhadap sumsum tulang pada fase demam viremia. Trombositopenia progresif
disertai penurunan demam disebabkan oleh destruksi platelet oleh sistem imun. Hal
ini didukung oleh adanya kompleks virus-antibodi yang telah terdeteksi pada
permukaan platelet dari pasien DBD. Perlekatan platelet dengan sel endotel akibat
tingginya pelepasan plateletactivating factor oleh monosit dan infeksi sekunder oleh
serotype berbeda juga semakin memperberat trombositopenia pada pasien.
Trombositopenia berkaitan dengan gejala klinis dari perdarahan yang muncul.
Jumlah platelet normal selama fase awal demam. Penurunan ringan dapat terjadi
selanjutnya. Penurunan jumlah platele secara tiba-tiba hingga di bawah 100.000
terjadi di akhir fase demam sebelum onset syok ataupun demam surut. Jumlah
platelet berkorelasi dengan keparahan DBD. Selain itu, terdapat kerusakan pada
fungsi platelet. Perubahan ini terjadi secara singkat dan kembali normal selama fase
pemulihan.
Pemeriksaan Hematokrit
Hematokrit normal pada fase awal demam. Peningkatan kecil dapat terjadi karena
demam tinggi, anoreksi, dan muntah. Peningkatan hematokrit secara tiba-tiba
terlihat setelah jumlah platelet berkurang. Hemokonsentrasi atau naiknya
hematokrit sebesar 20% dari batas normal merupakan bukti obyektif adanya
kebocoran plasma.
a. Ensefalopati Dengue
b. Kelainan ginjal
Gagal ginjal akut pada umumnya terjadi pada fase terminal, sebagai akibat dari
syok yang tidak teratasi dengan baik. Dapat dijumpai sindrom uremik hemolitik
walaupun jarang. Untuk mencegah gagal ginjal maka setelah syok diobati dengan
menggantikan volume intravaskular, penting diperhatikan apakah benar syok telah
teratasi dengan baik. Diuresis merupakan parameter yang penting dan mudah dikerjakan
untuk mengetahui apakah syok telah teratasi. Diuresis diusahakan > 1 ml / kg berat
badan/jam. Oleh karena bila syok belum teratasi dengan baik, sedangkan volume cairan
telah dikurangi dapat terjadi syok berulang. Pada keadaan syok berat sering kali
dijumpai akute tubular necrosis, ditandai penurunan jumlah urin dan peningkatan kadar
ureum dan kreatinin. 14
c. Udema paru
Udem paru adalah komplikasi yang mungkin terjadi sebagai akibat pemberian
cairan yang berlebihan. Pemberian cairan pada hari sakit ketiga sampai kelima sesuai
panduan yang diberikan, biasanya tidak akan menyebabkan udem paru oleh karena
perembesan plasma masih terjadi. Tetapi pada saat terjadi reabsorbsi plasma dari ruang
ekstravaskuler, apabila cairan diberikan berlebih (kesalahan terjadi bila hanya melihat
penurunan hemoglobin dan hematokrit tanpa memperhatikan hari sakit), pasien akan
mengalami distress pernafasan, disertai sembab pada kelopak mata, dan ditunjang
dengan gambaran udem paru pada foto rontgen dada. Komplikasi demam berdarah
biasanya berasosiasi dengan semakin beratnya bentuk demam berdarah yang dialami,
pendarahan, dan shock syndrome.
a. Dehidrasi
b. Pendarahan
d. Hipotensi
e. Bradikardi
f. Kerusakan hati
3.10 Penatalaksanaan
A. Demam Dengue
Pasien DD dapat berobat jalan, tidak perlu dirawat. Pada fase demam pasien
dianjurkan :
a. Tirah baring, selama masa demam
b. Obat antipiretik atau kompres hangat bila diperlukan.
c. Dianjurkan pemberian cairan dan elektrolit per oral, jus buah, susu
disamping air putih, dianjurkan paling sedikit diberikan selama 2 hari.
d. Monitor suhu, jumlah trombosit dan hematocrit sampai fase konvalesens.
Pada pasien DD, saat suhu turun pada umumnya merupakan tanda penyembuhan.
Meskipun demikian semua pasien harus diobservasi terhadap komplikasi yang dapat terjadi
selama 2 hari setelah suhu turun. Hal ini disebabkan oleh karena kemungkinan kita sulit
membedakan antara DD dan DBD pada fase demam. Perbedaan akan tampak jelas saat suhu
turun, yaitu pada DD akan terjadi penyembuhan sedangkan pada DBD terdapat tanda awal
kegagalan sirkulasi (syok).
Komplikasi perdarahan dapat terjadi pada DD tanpa disertai syok. Oleh karena itu, orang
tua atau pasien dinasehati bila terasa nyeri perut hebat dan buang air besar berlebih. Pada pasien
yang tidak mengalami komplikasi setelah suhu turun 2-3 hari, tidak perlu lagi observasi.
1. Fase Demam
Pemberian antipiretik bermanfaat menurukan demam <390C. Apabila cairan oral
tidak dapat diberikan oleh karena tidak minum, muntah atau nyeri perut yang berlebihan,
makan cairan intravena rumatan perlu diberikan. Antipiretik kadang- kadang diperlukan,
tetapi perlu diperhatikan bahwa antipiretik tidak dapat mengurangi lama demam pada
DBD. Rasa haus dan keadaan dehidrasi dapat timbul sebagai akibat demam tinggi,
anoreksia dan muntah. Jenis minuman yang dianjurkan jus buah, air the manis, sirup, susu.
Pasien perlu diberikan minum 50ml/kgBB dalam 4-6 jam pertama.
Keadaan umum, nafsu makan, muntah, perdarahan serta tanda dan gejala
lainnya.
Perfusi perifer dapat dilakukan sesering mungkin sesuai indikasi karena hal tersebut
merupakan petanda awal syok dan mudah/cepat untuk dilakukan.
Tanda-tanda vital seperti suhu, denyut nadi, laju pernapasan dan tekanan darah
harus diperiksa setidaknya setiap 2-4 jam pada pasien non-syok dan 1- 2 jam pada
pasien syok.
Hematokrit serial harus dilakukan setidaknya setiap empat sampai enam jam dalam
kasus yang stabil dan harus lebih sering pada pasien yang tidak stabil atau
dicurigai mengalami perdarahan. Harus dicatat bahwa hematokrit harus dilakukan
sebelum resusitasi cairan. Jika hal ini tidak dilakukan, maka pemeriksaan
hematokrit harus dilakukan setelah bolus cairan dan jangan saat pemberian bolus
cairan sedang berjalan.
Jumlah urine harus dicatat setidaknya setiap 8 sampai 12 jam pada kasus tidak
berat, per jam pada pasien dengan syok atau dengan kelebihan cairan. Selama
periode ini jumlah output urine harus sekitar 0,5 ml/kg/ jam (harus didasarkan
pada berat badan ideal).
Pada pasien-pasien dewasa atau mereka yang mengalami obesitas atau penderita diabetes
melitus harus menjalani pemeriksaan kadar gula darah. Sementara itu, pasien yang mengalami
syok dan atau dengan komplikasi harus menjalani pemeriksaan laboratorium seperti
diperlihatkan di kotak 13 Perbaikan terhadap nilai laboratorium yang tidak normal harus
dilakukan seperti misalnya: hipoglikemia, hipokalsemia serta asidosis metabolik yang tidak
respon dengan resusitasi cairan. Pemberian vitamin K1 intravena dapat diberikan jika terdapat
pemanjangan waktu protrombin. Perlu dicatat bahwa pada tempat-tempat dimana fasilitas
laboratorium tidak memadai, kalsium glukonat dan vitamin K1 harus diberikan sebagai bagian
dari terapi intravena. Pada keadaan syok dan tidak respon dengan cairan resusitasi intravena,
asidosis mesti dikoreksi dengan NaHCO3 jika pH < 7,3 dan bikarbonat serum < 15 mEq/L.
3.11 Prognosis
Prognosis demam dengue atau dengue fever (DF) umumnya baik, dipengaruhi oleh
adanya antibodi yang didapat secara pasif atau infeksi sebelumnya. Pada DBD, kematian telah
terjadi pada 40-50% pasien dengan syok, tetapi dengan penanganan intensif yang adekuat
kematian dapat ditekan <1% kasus. Keselamatan secara langsung berhubungan dengan
penatalaksanaan awal dan intensif. Pada kasus yang jarang, terdapat kerusakan otak yang
disebabkan syok berkepanjangan atau perdarahan intrakranial.
Penyakit demam berdarah dengue (DBD) masih menjadi masalah kesehatan masyarakat
dan endemis di Indonesia. Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit infeksi yang
disebabkan oleh virus dengue dan mengakibatkan spektrum manifestasi klinis yang bervariasi
antara yang paling ringan, demam dengue (DD), DBD dan demam dengue yang disertai renjatan
atau dengue shock syndrome (DSS).
Berdasarkan kasus yang diuraikan dari anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
penunjang pasien didiagnosis dengan Demam Dengue tanpa warning sign dan telah diberiksan
tatalaksana komprehensif sesuai teori. Pada kunjungan yang dilakukan telah diidenfikasi masalah
pada pasien yaitu masalah kebersihan lingkungan rumah pasien.
Telah dilakukan edukasi pasien dan keluarga secara lebih lengkap mengenai penyakit yang
dialami pasien yaitu demam dengue, dan diabetes mellitus serta penatalaksanaan yang dilakukan
terkait penyakit yang dialami pasien. memberikan motivasi dan semangat kepada pasien dan
keluarga mengenai hal-hal positif dan memberikan penjelasan kepada keluarga bahwa pasien
membutuhkan dukungan dari keluarga, baik dukungan secara psikis maupun yang lain, edukasi
dan mengajak pasien untuk memulai melakukan olahraga yang ringan ketika waktu senggang.
Pasien diingatkan untuk mengonsumsi obat yang diberikan dan rutin melakukan kontrol ke
puskesmas. Kontrol dilakukan bukan hanya pada saat keluhan sudah memberat namun juga
disaat pasien tidak ada keluhan, dengan tujuan adalah untuk mengevaluasi kondisi pasien.
DAFTAR
PUSTAKA