EFUSI PLEURA
Oleh :
Imam Al Rasyidi, S.Ked
Preseptor :
dr. Cut Diana Laili, Sp.P
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
hanya dengan rahmat, karunia dan izin-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan kasus yang berjudul “Efusi Pleura” sebagai salah satu tugas dalam
menjalani Kepanitraan Klinik Senior (KKS) di bagian/SMF Ilmu Penyakit Paru
Rumah Sakit Umum Daerah dr. Fauziah Bireuen.
Pada kesempatan ini, penulis juga mengucapkan terima kasih yang tak
terhingga kepada dr. Cut Diana Laili, Sp.P sebagai pembimbing yang telah
meluangkan waktunya memberi arahan kepada penulis selama mengikuti KKS di
bagian/SMF Ilmu Penyakit Paru Rumah Sakit Umum Daerah dr. Fauziah Bireuen.
Dengan kerendahan hati, penulis menyadari bahwa dalam penyusunan
referat ini masih jauh dari kesempurnaan oleh karena itu, penulis mengharapkan
saran dan masukan yang membangun demi kesempurnaan laporan kasus ini.
Semoga referat ini dapat berguna dan bermanfaat bagi semua pihak.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB 1 Pendahuluan...............................................................................................1
BAB 2 Laporan Kasus...........................................................................................2
2.1 Identitas Pasien...................................................................................2
2.2 Anamnesis...........................................................................................2
2.3 Pemeriksaan Fisik...............................................................................3
2.4 Pemeriksaan Penunjang......................................................................5
2.5 Diagnosis Banding..............................................................................8
2.6 Diagnosis Kerja..................................................................................8
2.7 Prognosis.............................................................................................8
2.8 Terapi..................................................................................................8
2.9 Follow Up...........................................................................................8
BAB 3 Pembahasan..............................................................................................13
BAB 4 Kesimpulan...............................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................20
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
Efusi pleura adalah akumulasi cairan diantara pleura parietal dan visceral,
yang disebut rongga pleura yang disebabkan oleh meningkatnya produksi atau
berkurangnya absorpsi cairan pleura. Hal ini dapat terjadi dengan sendirinya atau
dapat merupakan akibat dari penyakit parenkim disekitarnya seperti infeksi,
keganasan, atau peradangan (1). Umumnya efusi pleura merupakan penyakit
sekunder terhadap penyakit lain dan jarang merupakan penyakit primer (2).
Secara umum efusi pleura berdasarkan jenis cairannya dibagi menjadi
transudat atau eksudat. Jika efusi pleura disebabkan oleh peningkatan tekanan
hidrostatik bersifat transudat, sedangkan jika terjadi peningkatan permeabilitas
mesotel dan kapiler atau gangguan drainase limfatik menyebabkan eksudat (3).
Pada efusi pleura transudat penyebab yang paling sering terjadi yaitu congestive
heart failure, sirosis, sindrom nefrotik, glomerulonephritis, peritoneal dialysis,
hypoalbuminaemia, cerebrospinal fluid leak, dan urinothorax. Sedangkan pada
efusi pleura eksudatif sering disebabkan oleh parapneumonic, TB pleuritis,
primary or secondary thoracic malignancy pulmonary embolism, pancreatitis,
post myocardial infarction, collagen vascular disorders, haemothorax,
chylothorax, dan benign asbestos-related pleural effusion (3).
Oleh karena efusi pleura merupakan manifestasi dari penyakit lain yang
mendasari, maka angka insidennya sulit untuk untuk ditentukan. Beberapa studi
mengatakan bahwa estimasi prevalensi efusi pleura yaitu 320 dari 100.000 kasus
di negara industri dan persebaran etiologi tergantung dari prevalensi penyakit
yang mendasarinya. Frekuensi penyebab efusi pleura juga beragam di dunia.
Umumnya dinegara berkembang efusi pleura diakibatkan karena tuberculosis dan
parapneumonic, sedangkan di negara maju efusi pleura banyak diakibatkan oleh
gagal jantung, malignansi, dan pneumonia (4). Di Indonesia, belum ada data
nasional yang menggambarkan prevalensi efusi pleura. Namun, beberapa studi
telah dilakukan oleh beberapa rumah sakit.
Berdasarkan hasil rekam medis di RS Dokter Kariadi Semarang prevalensi
efusi pleura berdasarkan jenis kelamin yaitu wanita 66,7% dan laki-laki 33,3%.
Studi lain di RSUP H. Adam Malik Medan pada tahun 2011 dengan 136 kasus
menunjukan prevalensi pada wanita 34,6% dan laki- laki 65,4% (4).
Manifestasi yang muncul dari efusi pleura sangat ditentukan oleh penyakit
yang mendasarinya. Pasien dengan efusi pleura bisa asimtomatik sampai sesak
napas yang bergantung pada gangguan perjalanan penyakit (5). Gejala yang
paling sering timbul adalah sesak napas, nyeri dada pleuritik atau nyeri tumpul.
Bunyi pekak atau datar pada saat perkusi di atas area yang berisi cairan, bunyi
nafas minimal atau tak terdengar dan pergeseran trakea menjauhi tempat yang
sakit. Riwayat gagal jantung, gagal ginjal, dan penyakit hati dapat mengarahkan
kepada efusi pleura yang bersifat transudat. Sedangkan riwayat kanker dapat
mengarah pada efusi akibat keganasan. Diagnosis efusi pleura dapat ditegakkan
melalui anamnesis, pemeriksaan fisik, dan diagnosis yang pasti melalui pungsi
percobaan, biopsy, dan analisa cairan pleura (2).
Efusi pleura merupakan salah satu penyebab utama mortalitas dan
morbiditas paru (1). Oleh karena itu, untuk mengobati pasien dengan efusi pleura
tentunya sangat diperlukan pengetahuan mengenai etiologinya. Etiologi dari efusi
pleura sangat beragam dan setiap daerah memiliki perbedaan penyebab efusi
pleura yang paling sering ditemui.
1
BAB 2
LAPORAN KASUS
2.2 Anamnesis
2.2.1 Keluhan Utama
Nyeri dada
2.2.2 Keluhan Tambahan
Sesak nafas, batuk, cepat lelah
2.2.3 Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke instalasi gawat darurat RSUD dr. Fauziah Bireuen yang
merupakan pasien rujukan dari RSU Jeumpa Hospital, pasien datang dengan
keluhan nyeri dada yang dirasakan seperti menusuk dan menjalar hingga ke
punggung kiri yang semakin memberat, sebelumnya pasien sering merasakan
nyeri dada yang sama selama + 2 bulan ini, nyeri dada dirasakan memberat ketika
melakukan aktivitas dan berkurang saat istirahat. Pasien juga mengeluhkan adanya
sesak nafas, batuk kering serta cepat lelah yang telah dirasakan sejak 1 minggu
sebelum masuk rumah sakit. Berdasarkan hasil anamnesis, diketahui bahwa
selama ±8 tahun terakhir, pasien pernah mengalami 2 kali kecelakaan lalu lintas
menggunakan sepeda motor yang menyebabkan terjadinya benturan pada dinding
dada sebelah kiri, pasca kejadian itu pasien sering mengalami rasa tidak nyaman
pada bagian dada sebelah kiri pasien.
3
b. Kepala
Rambut : hitam, tidak mudah dicabut
Mata : edema palpebra (-/-), ptosis (-/-), konjungtiva
anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
Telinga : normoaurikula, deformitas (-/-), serumen (-/-),
darah (-/-), cairan (-/-)
Hidung : deviasi (-/-), sekret (-/-), konka hipertrofi (-/-)
Mulut : sianosis (-), lidah kotor (-)
c. Leher
Trakea : terletak ditengah
Kelenjar tiroid : tidak teraba pembesaran
KGB : tidak teraba pembesaran pada KGB pre- dan post-
aurikuler, sub-mandibula, supraklavikula, axilla.
d. Thorax
Pulmo
Inspeksi : simetris secara statis dan dinamis, asimetris pada
gerakan pernafasan (dinding dada kiri tertinggal),
kelainan dinding dada (-)
Palpasi : stem fremitus kiri melemah, nyeri tekan (-/+)
Perkusi : redup (- /+)
Auskultasi : suara nafas melemah (-/+), vesikuler (+/+), wheezing (-/-),
rhonki (+/+)
Cor
Inspeksi : Ictus cordis terlihat di ICS V linea midclavicula
sin.
5
Interpretasi:
2.7 Prognosis
Quo ad vitam : bonam
Quo ad functionam : bonam
Quo ad sanationam : bonam
2.8 Terapi
IVFD RL 20 gtt/i
Inj. ketorolac 30 mg/ml amp /8 jam
Inj. Lansoprazole 30 mg vial/24 jam
N. Acetylsistein 3x200 mg
Serbion 1x1
2.9 Follow Up
Hari Rawatan SOAP Terapi
Jum’at, 27 Januari 2023 S/ O2 nasal kanul 2 – 4 liter/menit
H+1 Pasien mengeluhkan sesak napas, IVFD RL 20 gtt/i
batuk berdahak, lemas Inj. Ceftriaxone 1 gr/12 jam
O/ Inj. Omeprazole vial/12 jam
TD: 168/101 mmHg Nebul Salbutamol/8 jam
10
P/
Terapi diteruskan
Jum’at, 03 Februari 2023 S/ Cefixime 2x100 mg
H+8 Pasien mengatakan keluhan sesak, Omeprazole 2x20 mg
batuk sudah berkurang, namun masih N. Acetylsistein 3x200 mg
terdapat sakit kepala Paracetamol 3x500 mg
O/ Curcuma 2x1
TD: 110/80 mmHg OAT 4 FDC 1x3 tab
HR: 100 x/menit
RR: 18 x/menit
Temp: 36,5°C
SpO2: 96%
A/
TB paru
P/
PBJ
14
BAB 3
PEMBAHASAN
Pasien datang ke instalasi gawat darurat RSUD dr. Fauziah Bireuen yang
merupakan pasien rujukan dari RSU Jeumpa Hospital, pasien datang dengan
keluhan nyeri dada yang dirasakan seperti menusuk dan menjalar hingga ke
punggung kiri yang semakin memberat, sebelumnya pasien sering merasakan
nyeri dada yang sama selama + 2 bulan ini, nyeri dada dirasakan memberat ketika
melakukan aktivitas dan berkurang saat istirahat. Pasien juga mengeluhkan
adanya sesak nafas, batuk kering serta cepat lelah yang telah dirasakan sejak 1
minggu sebelum masuk rumah sakit. Berdasarkan hasil anamnesis, diketahui
bahwa selama ±8 tahun terakhir, pasien pernah mengalami 2 kali kecelakaan lalu
lintas menggunakan sepeda motor yang menyebabkan terjadinya benturan pada
dinding dada sebelah kiri, pasca kejadian itu pasien sering mengalami rasa tidak
nyaman pada bagian dada sebelah kiri pasien.
Penampilan pasien secara fisik sesuai usia dengan badan terlihat normal,
keadaan umum tampak sakit sedang, kesadaran compos mentis, berat badan 72 kg,
tinggi badan 165 cm, dan status gizi menurut IMT 26,18 kg/m2. Pada pemeriksaan
vital sign didapatkan tekanan darah 110/70 mmHg, frekuensi nadi 72 x/menit
regular, frekuensi nafas 20x/menit, suhu tubuh 36,5 ̊C, dan SpO2 96%. Inspeksi
ditemukan pergerakan dinding asimetris dengan pergerakan dinding dada kiri
tertinggal, palpasi ditemukan stem fremitus dihemithorax kiri melemah dan
dijumpai adanya nyeri tekan pada hemithorax kiri, perkusi redup dihemithorax
kiri, dan auskultasi suara nafas dihemithorax kiri melemah serta ditemukan suara
napas tambahan pada kedua lapang paru berupa rhonki. Pada pemeriksaan
penunjang darah lengkap didapatkan leukositosis (18.45 ribu/uL). Pada
pemeriksaan foto thoraks didapatkan kesan Efusi Pleura sinistra. Pada
pemeriksaan analisis cairan pleura secara makroskopi didapatkan cairan dengan
warna keruh kekuningan.
Pada pasien ini telah dilakukan pemeriksaan foto thorax dengan kesan
Efusi Pleura sinistra. Pada pasien juga dilakukan torakosintesis dihari pertama
rawatan dan didapatkan cairan ±10 ml dan selanjutnya dilakukan pemeriksaan
analisis cairan pleura. Pada pemeriksaan analisis cairan pleura makroskopi
didapatkan cairan dengan warna keruh kekuningan, mikroskopis (hasil belum
diketahui) Pada pemeriksaan sitologi cairan pleura (hasil belum diketahui). Cairan
pleura dengan warna keruh kekuningan sering terlihat pada keganasan,
pneumonia, TB, pleuritis dan infark paru. Thoracoscopy mungkin diperlukan
untuk visualisasi langsung permukaan pleura dan memungkinkan untuk biopsi
bagian pleura yang cenderung memiliki hasil diagnostik yang tinggi (7).
17
BAB 4
KESIMPULAN
Efusi pleura adalah akumulasi cairan diantara pleura parietal dan visceral,
yang disebut rongga pleura yang disebabkan oleh meningkatnya produksi atau
berkurangnya absorpsi cairan pleura. Hal ini dapat terjadi dengan sendirinya atau
dapat merupakan akibat dari penyakit parenkim disekitarnya seperti infeksi,
keganasan, atau peradangan. Umumnya efusi pleura merupakan penyakit
sekunder terhadap penyakit lain dan jarang merupakan penyakit primer. Efusi
pleura merupakan salah satu penyebab utama mortalitas dan morbiditas paru.
Oleh karena itu, untuk mengobati pasien dengan efusi pleura tentunya sangat
diperlukan pengetahuan mengenai etiologinya.
Pasien laporan kasus ini dilaporkan seorang laki-laki berusia 50 tahun
datang dengan keluhan nyeri dada disertai dengan sesak nafas sejak ± 2 bulan
yang lalu dan memberat dalam 2 hari sebelum masuk rumah sakit. Pasien juga
mengaku mudah lelah dan sulit untuk melakukan aktivitas disertai batuk sejak ± 2
bulan yang lalu. Pada pemeriksaan fisik thorax ditemukan ditemukan pergerakan
dinding asimetris, palpasi ditemukan stem fremitus dihemithorax kiri melemah,
perkusi redup dihemithorax kiri, dan auskultasi suara paru dihemithorax kiri
melemah disertai dengan suara napas tambahan berupa rhonki pada kedua lapang
paru. Pada foto thorax dengan kesan efusi pleura sinistra.
19
DAFTAR PUSTAKA
20