Anda di halaman 1dari 25

Laporan Kasus

EFUSI PLEURA

Diajukan Sebagai Salah Satu Tugas Dalam Menjalani Kepaniteraan Klinik


Senior pada Bagian/SMF Radiologi Fakultas Kedokteran Universitas
Malikussaleh Rumah Sakit Umum Daerah dr. Fauziah Bireuen

Oleh :
Imam Al Rasyidi, S.Ked

Preseptor :
dr. Cut Diana Laili, Sp.P

BAGIAN/SMF ILMU PENYAKIT PARU


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH dr. FAUZIAH BIREUEN
BIREUEN
2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
hanya dengan rahmat, karunia dan izin-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan kasus yang berjudul “Efusi Pleura” sebagai salah satu tugas dalam
menjalani Kepanitraan Klinik Senior (KKS) di bagian/SMF Ilmu Penyakit Paru
Rumah Sakit Umum Daerah dr. Fauziah Bireuen.
Pada kesempatan ini, penulis juga mengucapkan terima kasih yang tak
terhingga kepada dr. Cut Diana Laili, Sp.P sebagai pembimbing yang telah
meluangkan waktunya memberi arahan kepada penulis selama mengikuti KKS di
bagian/SMF Ilmu Penyakit Paru Rumah Sakit Umum Daerah dr. Fauziah Bireuen.
Dengan kerendahan hati, penulis menyadari bahwa dalam penyusunan
referat ini masih jauh dari kesempurnaan oleh karena itu, penulis mengharapkan
saran dan masukan yang membangun demi kesempurnaan laporan kasus ini.
Semoga referat ini dapat berguna dan bermanfaat bagi semua pihak.

Bireun, Februari 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB 1 Pendahuluan...............................................................................................1
BAB 2 Laporan Kasus...........................................................................................2
2.1 Identitas Pasien...................................................................................2
2.2 Anamnesis...........................................................................................2
2.3 Pemeriksaan Fisik...............................................................................3
2.4 Pemeriksaan Penunjang......................................................................5
2.5 Diagnosis Banding..............................................................................8
2.6 Diagnosis Kerja..................................................................................8
2.7 Prognosis.............................................................................................8
2.8 Terapi..................................................................................................8
2.9 Follow Up...........................................................................................8
BAB 3 Pembahasan..............................................................................................13
BAB 4 Kesimpulan...............................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................20

ii
BAB 1
PENDAHULUAN

Efusi pleura adalah akumulasi cairan diantara pleura parietal dan visceral,
yang disebut rongga pleura yang disebabkan oleh meningkatnya produksi atau
berkurangnya absorpsi cairan pleura. Hal ini dapat terjadi dengan sendirinya atau
dapat merupakan akibat dari penyakit parenkim disekitarnya seperti infeksi,
keganasan, atau peradangan (1). Umumnya efusi pleura merupakan penyakit
sekunder terhadap penyakit lain dan jarang merupakan penyakit primer (2).
Secara umum efusi pleura berdasarkan jenis cairannya dibagi menjadi
transudat atau eksudat. Jika efusi pleura disebabkan oleh peningkatan tekanan
hidrostatik bersifat transudat, sedangkan jika terjadi peningkatan permeabilitas
mesotel dan kapiler atau gangguan drainase limfatik menyebabkan eksudat (3).
Pada efusi pleura transudat penyebab yang paling sering terjadi yaitu congestive
heart failure, sirosis, sindrom nefrotik, glomerulonephritis, peritoneal dialysis,
hypoalbuminaemia, cerebrospinal fluid leak, dan urinothorax. Sedangkan pada
efusi pleura eksudatif sering disebabkan oleh parapneumonic, TB pleuritis,
primary or secondary thoracic malignancy pulmonary embolism, pancreatitis,
post myocardial infarction, collagen vascular disorders, haemothorax,
chylothorax, dan benign asbestos-related pleural effusion (3).
Oleh karena efusi pleura merupakan manifestasi dari penyakit lain yang
mendasari, maka angka insidennya sulit untuk untuk ditentukan. Beberapa studi
mengatakan bahwa estimasi prevalensi efusi pleura yaitu 320 dari 100.000 kasus
di negara industri dan persebaran etiologi tergantung dari prevalensi penyakit
yang mendasarinya. Frekuensi penyebab efusi pleura juga beragam di dunia.
Umumnya dinegara berkembang efusi pleura diakibatkan karena tuberculosis dan
parapneumonic, sedangkan di negara maju efusi pleura banyak diakibatkan oleh
gagal jantung, malignansi, dan pneumonia (4). Di Indonesia, belum ada data
nasional yang menggambarkan prevalensi efusi pleura. Namun, beberapa studi
telah dilakukan oleh beberapa rumah sakit.
Berdasarkan hasil rekam medis di RS Dokter Kariadi Semarang prevalensi
efusi pleura berdasarkan jenis kelamin yaitu wanita 66,7% dan laki-laki 33,3%.
Studi lain di RSUP H. Adam Malik Medan pada tahun 2011 dengan 136 kasus
menunjukan prevalensi pada wanita 34,6% dan laki- laki 65,4% (4).
Manifestasi yang muncul dari efusi pleura sangat ditentukan oleh penyakit
yang mendasarinya. Pasien dengan efusi pleura bisa asimtomatik sampai sesak
napas yang bergantung pada gangguan perjalanan penyakit (5). Gejala yang
paling sering timbul adalah sesak napas, nyeri dada pleuritik atau nyeri tumpul.
Bunyi pekak atau datar pada saat perkusi di atas area yang berisi cairan, bunyi
nafas minimal atau tak terdengar dan pergeseran trakea menjauhi tempat yang
sakit. Riwayat gagal jantung, gagal ginjal, dan penyakit hati dapat mengarahkan
kepada efusi pleura yang bersifat transudat. Sedangkan riwayat kanker dapat
mengarah pada efusi akibat keganasan. Diagnosis efusi pleura dapat ditegakkan
melalui anamnesis, pemeriksaan fisik, dan diagnosis yang pasti melalui pungsi
percobaan, biopsy, dan analisa cairan pleura (2).
Efusi pleura merupakan salah satu penyebab utama mortalitas dan
morbiditas paru (1). Oleh karena itu, untuk mengobati pasien dengan efusi pleura
tentunya sangat diperlukan pengetahuan mengenai etiologinya. Etiologi dari efusi
pleura sangat beragam dan setiap daerah memiliki perbedaan penyebab efusi
pleura yang paling sering ditemui.
1
BAB 2
LAPORAN KASUS

2.1 Identitas Pasien


Nama : Tn. M
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 50 tahun
Alamat : Alue Krueb
Nomor Rekam Medis : 170020
Agama : Islam
Suku : Aceh
Pekerjaan : Wiraswasta
Status Perkawinan : Menikah
Tanggal Pemeriksaan : 31 Januari
2023

2.2 Anamnesis
2.2.1 Keluhan Utama
Nyeri dada
2.2.2 Keluhan Tambahan
Sesak nafas, batuk, cepat lelah
2.2.3 Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke instalasi gawat darurat RSUD dr. Fauziah Bireuen yang
merupakan pasien rujukan dari RSU Jeumpa Hospital, pasien datang dengan
keluhan nyeri dada yang dirasakan seperti menusuk dan menjalar hingga ke
punggung kiri yang semakin memberat, sebelumnya pasien sering merasakan
nyeri dada yang sama selama + 2 bulan ini, nyeri dada dirasakan memberat ketika
melakukan aktivitas dan berkurang saat istirahat. Pasien juga mengeluhkan adanya
sesak nafas, batuk kering serta cepat lelah yang telah dirasakan sejak 1 minggu
sebelum masuk rumah sakit. Berdasarkan hasil anamnesis, diketahui bahwa
selama ±8 tahun terakhir, pasien pernah mengalami 2 kali kecelakaan lalu lintas
menggunakan sepeda motor yang menyebabkan terjadinya benturan pada dinding
dada sebelah kiri, pasca kejadian itu pasien sering mengalami rasa tidak nyaman
pada bagian dada sebelah kiri pasien.
3

2.2.4 Riwayat Penyakit Dahulu


Riwayat trauma tumpul 2 kali selama + 8 tahun terakhir. Riwayat alergi,
hipertensi, diabetes melitus, dan penyakit lain disangkal oleh pasien.
2.2.5 Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat keluhan yang sama disangkal.
2.2.6 Riwayat Penggunaan Obat
Riwayat konsumsi obat herbal pereda nyeri, Riwayat konsumsi OAT (-),
2.2.7 Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien merupakan pedagang mie dimana pengobatan selama di RS
ditanggung oleh BPJS.

2.3 Pemeriksaan Fisik


2.3.1 Keadaan Umum : Sakit sedang
2.3.2 Kesadaran : Compos mentis (E4M6V5)
2.3.3 Tekanan darah : 110/70 mmHg
2.3.4 Frekuensi nadi : 72 x/menit
2.3.5 Frekuensi napas : 20 x/menit
2.3.6 Suhu tubuh : 36,5°C
2.3.7 SpO2 : 96%
2.3.8 BB : 72 kg
2.3.9 TB : 165 cm
2.3.10 IMT : 26,18 kg/m2
4

2.3.11 Status Present


a. Kulit
Warna : sawo matang
Turgor : kembali dengan cepat
Sianosis : tidak ada
Ikterus : tidak ada
Oedema : tidak ada

b. Kepala
Rambut : hitam, tidak mudah dicabut
Mata : edema palpebra (-/-), ptosis (-/-), konjungtiva
anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
Telinga : normoaurikula, deformitas (-/-), serumen (-/-),
darah (-/-), cairan (-/-)
Hidung : deviasi (-/-), sekret (-/-), konka hipertrofi (-/-)
Mulut : sianosis (-), lidah kotor (-)
c. Leher
Trakea : terletak ditengah
Kelenjar tiroid : tidak teraba pembesaran
KGB : tidak teraba pembesaran pada KGB pre- dan post-
aurikuler, sub-mandibula, supraklavikula, axilla.
d. Thorax
Pulmo
Inspeksi : simetris secara statis dan dinamis, asimetris pada
gerakan pernafasan (dinding dada kiri tertinggal),
kelainan dinding dada (-)
Palpasi : stem fremitus kiri melemah, nyeri tekan (-/+)
Perkusi : redup (- /+)
Auskultasi : suara nafas melemah (-/+), vesikuler (+/+), wheezing (-/-),

rhonki (+/+)

Cor
Inspeksi : Ictus cordis terlihat di ICS V linea midclavicula
sin.
5

Palpasi : Ictus cordis teraba pada ICS V linea midclavicula


sin
Perkusi : Batas kiri pada ICS V linea midclavikula
sinistra Batas kanan pada ICS V linea
parasternal dextra
Auskultasi : BJ I, BJ II reguler (+), regurgitasi (-), gallop (-)
e. Abdomen
Inspeksi : simetris, distensi abdomen (-)
Auskultasi : peristaltik dalam batas normal
Perkusi : timpani di keempat kuadran abdomen
Palpasi : nyeri tekan (-)
g. Ekstremitas Superior Inferior
Oedema -/- -/-
Sianosis -/- -/-
Akral dingin -/- -/-
Clubbing finger -/- -/-

2.4 Pemeriksaan Penunjang


2.4.1 Foto thorax
6

Interpretasi:

 Airway : Tampak deviasi trakea ke arah hemithorax dextra


Tampak perselubungan homogen setinggi ICS V pada
hemithorax
Sinistra yang menutupi sinus, diafragma dan batas sinistra
jantung
 Bone : Tulang costae, clavicula dan scapula intak, tidak ada
fraktur dan dislokasi
 Cardiac : Besar dan ukuran jantung sulit dinilai
 Diafragma : Permukaan diafragma dextra licin dan difragma kiri sulit
dinilai
 Edge : Sinus costofrenicus dextra lancip dan sinus costofrenicus
sinistra tumpul (meniscus sign (+))
Kesan:
Efusi pleura

2.4.2 Pemeriksaan laboratorium


Pemeriksaan laboratorium 31 Januari 2023
Nama Tes Hasil Satuan Nilai Rujukan
Hematologi
Darah Rutin
Hemoglobin (HGB) 13,2 g/dl 13,5 – 18
Eritrosit (RBC) 5.19 Juta/µL 4,20 – 6,20
Hematokrit (HCT) 42.0 % 37 – 51
MCV 81,0 fL 82 – 95
MCH 25,4 pg 27,0 – 31,0
MCHC 31,3 g/dl 32 – 36
Leukosit (WBC) 18.45 ribu/µL 4,0 – 10,3
Trombosit (PLT) 266 ribu/µL 150 – 450
Hitung Jenis Leukosit
Eosinofil 2 % 1–2
Basofil 0 % 0–1
Neutrofil batang 0 % 2–6
Neutrofil segmen 89 % 40 – 70
Limfosit 5 % 20 – 40
Monosit 4 % 0–6
Kimia Klinik
Karbohidrat
7
Glukosa darah sewaktu 100 mg/dL <140
Fungsi Hati
AST (SGOT) 16 U/L <45
ALT (SGPT) 15 U/L <50
Fungsi Ginjal
Ureum 34 mg/dL 10-50
kreatinin 1.1 mg/dL 0.5-1.1
Hepatitis marker
HBsAg Negatif ng/dl Negatif

Pemeriksaan laboratorium 01 Februari 2023


Nama Tes Hasil Satuan Nilai Rujukan
Elektrolit
Kalium (K) 3.70 mmol/L 3.40-5.50
Natrium (Na) 139.0 mmol/L 135.37-145.00
Klorida (Cl) 102.0 mg/dL 96-106
Fungsi hati
Albumin 3,2 g/dL 3.7-5.3
8
9

2.5 Diagnosis Banding


Pleuropneumonia
Pneumonia
Schwarte (penebalan pleura)
Atelektasis

2.6 Diagnosis Kerja


Efusi pleura hemithorax sinistra

2.7 Prognosis
Quo ad vitam : bonam
Quo ad functionam : bonam
Quo ad sanationam : bonam
2.8 Terapi
IVFD RL 20 gtt/i
Inj. ketorolac 30 mg/ml amp /8 jam
Inj. Lansoprazole 30 mg vial/24 jam
N. Acetylsistein 3x200 mg
Serbion 1x1

2.9 Follow Up
Hari Rawatan SOAP Terapi
Jum’at, 27 Januari 2023 S/ O2 nasal kanul 2 – 4 liter/menit
H+1 Pasien mengeluhkan sesak napas, IVFD RL 20 gtt/i
batuk berdahak, lemas Inj. Ceftriaxone 1 gr/12 jam
O/ Inj. Omeprazole vial/12 jam
TD: 168/101 mmHg Nebul Salbutamol/8 jam
10

HR: 98 x/menit Nebul Budesonid/8 jam


RR: 28 x/menit N. Acetylsistein 3x200 mg
Temp: 36,8°C Paracetamol 3x500 mg
SpO2: 92% tanpa O2 nasal kanul Curcuma 2x1
96% dengan O2 nasal kanul
A/
SOPT
Susp. TB paru putus obat
P/
Pemeriksaan foto thorax, laboratorium
Senin, pemeriksaan TCM
Sabtu, 28 Januari 2023 S/ O2 nasal kanul 2 – 4 liter/menit
H+2 Pasien mengeluhkan sesak napas, IVFD RL 20 gtt/i
batuk berdahak, dan lemah. Pasien Inj. Ceftriaxone 1 gr/12 jam
juga mengeluhkan adanya sakit kepala Inj. Omeprazole vial/12 jam
dan nyeri dada. Nebul Salbutamol/8 jam
O/ Nebul Budesonid/8 jam
TD: 100/70 mmHg N. Acetylsistein 3x200 mg
HR: 68 x/menit Paracetamol 3x500 mg
RR: 22x/menit Curcuma 2x1
Temp: 36,6°C
SpO2: 98% dengan nasal kanul
A/
SOPT
Susp. TB paru putus obat
P/
Senin, pemeriksaan TCM
Terapi diteruskan
Minggu, 29 Januari 2023 S/ O2 nasal kanul 2 – 4 liter/menit
H+3 Pasien mengeluhkan sesak napas, IVFD RL 20 gtt/i
batuk berdahak (+), lemas, nyeri dada Inj. Ceftriaxone 1 gr/12 jam
(+), sakit kepala (-) Inj. Omeprazole vial/12 jam
O/ Nebul Salbutamol/8 jam
11

TD: 100/80 mmHg Nebul Budesonid/8 jam


HR: 90 x/menit N. Acetylsistein 3x200 mg
RR: 21x/menit Paracetamol 3x500 mg
Temp: 37°C Curcuma 2x1
SpO2: 95%
A/
SOPT
Susp. TB paru putus obat
P/
Senin, pemeriksaan TCM
Terapi diteruskan
Senin, 30 Januari 2023 S/ O2 nasal kanul 2 – 4 liter/menit
H+4 Pasien masih mengeluhkan sesak IVFD RL 20 gtt/i
napas (+), batuk berdahak (+), nyeri Inj. Ceftriaxone 1 gr/12 jam
dada (+) Inj. Omeprazole vial/12 jam
O/ Nebul Salbutamol/8 jam
TD: 110/80 mmHg Nebul Budesonid/8 jam
HR: 92 x/menit N. Acetylsistein 3x200 mg
RR: 23 x/menit Paracetamol 3x500 mg
Temp: 36,8°C Curcuma 2x1
SpO2: 95%
A/ Hasil TCM keluar pada
SOPT pukul 12:30 WIB:
Susp. TB paru MTB detected high
P/ Rif resistance not detected
Terapi diteruskan
Selasa, 31 Januari 2023 S/ O2 nasal kanul 2 – 4 liter/menit
H+5 Pasien mengatakan sesak berkurang, IVFD RL 20 gtt/i
batuk berkurang, nyeri dada berkurang Inj. Ceftriaxone 1 gr/12 jam
O/ Inj. Omeprazole vial/12 jam
TD: 110/70 mmHg Nebul Salbutamol/8 jam
HR: 88 x/menit Nebul Budesonid/8 jam
RR: 21 x/menit N. Acetylsistein 3x200 mg
12

Temp: 36,6°C Paracetamol 3x500 mg


SpO2: 96% Curcuma 2x1
A/ OAT 4 FDC 1x3 tab
TB paru
P/
Terapi ditambahkan OAT 4 FDC 1x3
tab
Rabu, 01 Februari 2023 S/ O2 nasal kanul 2 – 4 liter/menit
H+6 Pasien mengeluhkan sesak berkurang, IVFD RL 20 gtt/i
batuk sesekali, dan nyeri dada yang Inj. Ceftriaxone 1 gr/12 jam
hilang timbul Inj. Omeprazole vial/12 jam
O/ Nebul Salbutamol/8 jam
TD: 100/70 mmHg Nebul Budesonid/8 jam
HR: 95 x/menit N. Acetylsistein 3x200 mg
RR: 21 x/menit Paracetamol 3x500 mg
Temp: 36,8°C Curcuma 2x1
SpO2: 98% OAT 4 FDC 1x3 tab
A/
TB paru
P/
Terapi diteruskan
Kamis, 02 Februari 2023 S/ O2 nasal kanul 2 – 4 liter/menit
H+7 Pasien mengeluhkan batuk berdahak IVFD RL 20 gtt/i
yang sudah berkurang, sesak Inj. Ceftriaxone 1 gr/12 jam
berkurang, nyeri dada (-), sakit kepala Inj. Omeprazole vial/12 jam
O/ Nebul Salbutamol/8 jam
TD: 100/70 mmHg Nebul Budesonid/8 jam
HR: 98 x/menit N. Acetylsistein 3x200 mg
RR: 20 x/menit Paracetamol 3x500 mg
Temp: 36,5°C Curcuma 2x1
SpO2: 97% OAT 4 FDC 1x3 tab
A/
TB paru
13

P/
Terapi diteruskan
Jum’at, 03 Februari 2023 S/ Cefixime 2x100 mg
H+8 Pasien mengatakan keluhan sesak, Omeprazole 2x20 mg
batuk sudah berkurang, namun masih N. Acetylsistein 3x200 mg
terdapat sakit kepala Paracetamol 3x500 mg
O/ Curcuma 2x1
TD: 110/80 mmHg OAT 4 FDC 1x3 tab
HR: 100 x/menit
RR: 18 x/menit
Temp: 36,5°C
SpO2: 96%
A/
TB paru
P/
PBJ
14

BAB 3
PEMBAHASAN

Pasien datang ke instalasi gawat darurat RSUD dr. Fauziah Bireuen yang
merupakan pasien rujukan dari RSU Jeumpa Hospital, pasien datang dengan
keluhan nyeri dada yang dirasakan seperti menusuk dan menjalar hingga ke
punggung kiri yang semakin memberat, sebelumnya pasien sering merasakan
nyeri dada yang sama selama + 2 bulan ini, nyeri dada dirasakan memberat ketika
melakukan aktivitas dan berkurang saat istirahat. Pasien juga mengeluhkan
adanya sesak nafas, batuk kering serta cepat lelah yang telah dirasakan sejak 1
minggu sebelum masuk rumah sakit. Berdasarkan hasil anamnesis, diketahui
bahwa selama ±8 tahun terakhir, pasien pernah mengalami 2 kali kecelakaan lalu
lintas menggunakan sepeda motor yang menyebabkan terjadinya benturan pada
dinding dada sebelah kiri, pasca kejadian itu pasien sering mengalami rasa tidak
nyaman pada bagian dada sebelah kiri pasien.
Penampilan pasien secara fisik sesuai usia dengan badan terlihat normal,
keadaan umum tampak sakit sedang, kesadaran compos mentis, berat badan 72 kg,
tinggi badan 165 cm, dan status gizi menurut IMT 26,18 kg/m2. Pada pemeriksaan
vital sign didapatkan tekanan darah 110/70 mmHg, frekuensi nadi 72 x/menit
regular, frekuensi nafas 20x/menit, suhu tubuh 36,5 ̊C, dan SpO2 96%. Inspeksi
ditemukan pergerakan dinding asimetris dengan pergerakan dinding dada kiri
tertinggal, palpasi ditemukan stem fremitus dihemithorax kiri melemah dan
dijumpai adanya nyeri tekan pada hemithorax kiri, perkusi redup dihemithorax
kiri, dan auskultasi suara nafas dihemithorax kiri melemah serta ditemukan suara
napas tambahan pada kedua lapang paru berupa rhonki. Pada pemeriksaan
penunjang darah lengkap didapatkan leukositosis (18.45 ribu/uL). Pada
pemeriksaan foto thoraks didapatkan kesan Efusi Pleura sinistra. Pada
pemeriksaan analisis cairan pleura secara makroskopi didapatkan cairan dengan
warna keruh kekuningan.

Berdasarkan karakteristik dimana pasien merupakan seorang laki-laki


berusia 50 tahun penderita efusi pelura. Efusi pleura adalah penimbunan cairan
didalam rongga pleura akibat transudasi atau eksudasi yang berlebihan dari
permukaan pleura. Terjadi penumpukan cairan melebihi normal terutama di dalam
rongga pleura diantara pleura parietalis dan pleura visceralis. Akibat adanya
cairan yang cukup banyak dalam rongga pleura, maka kapasitas paru akan
15
berkurang dan disamping itu juga menyebabkan pendorongan organ-organ
mediastinum, termasuk jantung. Hal ini mengakibatkan insufisiensi
pernafasan dan juga dapat mengakibatkan gangguan pada jantung dan sirkulasi
darah.

Berdasarkan hasil rekam medis di RS Dokter Kariadi Semarang prevalensi


efusi pleura berdasarkan jenis kelamin yaitu wanita 66,7% dan laki-laki 33,3%
(4). Pada Penelitian di RSUD Raden Mattaher Jambi tahun 2019 menyatakan
proporsi terbanyak penderita efusi pleura berada pada kelompok usia 40-59 tahun.
Efusi pleura paling banyak terdapat pada kelompok usia pertengahan karena
kelompok usia tersebut merupakan kelompok usia masa aktif dan produktif
seseorang dalam melakukan aktivitasnya sehari-hari terutama dalam hal
pemenuhan kebutuhan hidup dan cenderung lebih aktif sehingga daya tahan
tubuhnya menurun dan memudahkan terjadinya infeksi.

Pasien dirawat selama 7 hari dengan diagnosis efusi pleura sinistra


berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Pasien
datang dengan keluhan utama nyeri dada disertai dengan sesak nafas yang
dirasakan ± 2 bulan SMRS, nyeri dada dan sesak yang dirasakan pasien yang
semkain lama semakin memberat dalam 2 hari sebelum masuk rumah sakit. Pada
efusi pleura gejala yang paling umum terjadi adalah sesak nafas. Tingkat
keparahan sesak nafas berkorelasi dengan ukuran efusi. Semakin banyak
cairan di rongga pleura maka sesak napas semakin berat (6).

Efusi pleura yang besar diakibatkan karena adanya penumpukan cairan


dalam rongga pleura yang biasanya diisi oleh parenkim paru sehingga
menyebabkan kompresi patologis pada paru dan ekspansinya terganggu (5).
Pasien efusi pleura biasanya akan merasa lebih nyaman bila dalam posisi duduk
dibandingkan berbaring. Hal ini disebabkan karena pengaruh gravitasi sehingga
cairan yang terakumulasi di rongga pleura akan turun dan proses pengembangan
paru dapat berjalan dengan lebih baik, dibandingkan saat posisi berbaring yang
menyebabkan cairan yang terakumulasi merata pada rongga pleura sehingga lebih
menganggu proses pengembangan paru atau ventilasi.
Pasien juga mengeluhkan batuk sejak ± 2 bulan yang lalu. Batuk yang
dirasakan pasien dengan frekuensi hanya sesekali, tidak disertai dahak maupun
darah, keluhan batuk yang dialami pasien, merupakan salah satu manifestasi
peradangan pleura atau kompresi paru akibat efusi yang besar (5). Umumnya efusi
pleura merupakan penyakit sekunder dan hasil manifestasi terhadap penyakit lain,
jarang merupakan penyakit primer (2). Umumnya dinegara berkembang efusi
pleura diakibatkan karena tuberculosis dan parapneumonic, sedangkan di negara
16
maju efusi pleura banyak diakibatkan oleh gagal jantung, malignansi, dan
pneumonia (4). Oleh karena itu, untuk mengobati pasien dengan efusi pleura
tentunya sangat diperlukan pengetahuan mengenai etiologinya.

Pada pasien ini telah dilakukan pemeriksaan foto thorax dengan kesan
Efusi Pleura sinistra. Pada pasien juga dilakukan torakosintesis dihari pertama
rawatan dan didapatkan cairan ±10 ml dan selanjutnya dilakukan pemeriksaan
analisis cairan pleura. Pada pemeriksaan analisis cairan pleura makroskopi
didapatkan cairan dengan warna keruh kekuningan, mikroskopis (hasil belum
diketahui) Pada pemeriksaan sitologi cairan pleura (hasil belum diketahui). Cairan
pleura dengan warna keruh kekuningan sering terlihat pada keganasan,
pneumonia, TB, pleuritis dan infark paru. Thoracoscopy mungkin diperlukan
untuk visualisasi langsung permukaan pleura dan memungkinkan untuk biopsi
bagian pleura yang cenderung memiliki hasil diagnostik yang tinggi (7).
17
BAB 4
KESIMPULAN

Efusi pleura adalah akumulasi cairan diantara pleura parietal dan visceral,
yang disebut rongga pleura yang disebabkan oleh meningkatnya produksi atau
berkurangnya absorpsi cairan pleura. Hal ini dapat terjadi dengan sendirinya atau
dapat merupakan akibat dari penyakit parenkim disekitarnya seperti infeksi,
keganasan, atau peradangan. Umumnya efusi pleura merupakan penyakit
sekunder terhadap penyakit lain dan jarang merupakan penyakit primer. Efusi
pleura merupakan salah satu penyebab utama mortalitas dan morbiditas paru.
Oleh karena itu, untuk mengobati pasien dengan efusi pleura tentunya sangat
diperlukan pengetahuan mengenai etiologinya.
Pasien laporan kasus ini dilaporkan seorang laki-laki berusia 50 tahun
datang dengan keluhan nyeri dada disertai dengan sesak nafas sejak ± 2 bulan
yang lalu dan memberat dalam 2 hari sebelum masuk rumah sakit. Pasien juga
mengaku mudah lelah dan sulit untuk melakukan aktivitas disertai batuk sejak ± 2
bulan yang lalu. Pada pemeriksaan fisik thorax ditemukan ditemukan pergerakan
dinding asimetris, palpasi ditemukan stem fremitus dihemithorax kiri melemah,
perkusi redup dihemithorax kiri, dan auskultasi suara paru dihemithorax kiri
melemah disertai dengan suara napas tambahan berupa rhonki pada kedua lapang
paru. Pada foto thorax dengan kesan efusi pleura sinistra.
19
DAFTAR PUSTAKA

1. Krishna R, Rudrappa M. Pleural Effusion. National Center for


Biotechnology Information; 2022.
2. Puspita I, Soleha TU, Berta G. Penyebab Efusi Pleura di Kota Metro pada
tahun 2015 [Internet]. Vol. 4, Jurnal Agromedicine. 2017. p. 25–32.
Availabl
from:http://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/agro/article/view/1545/pdf
3. Sundaralingam A, Bedawi EO, Rahman NM. Diagnostics in pleural
disease. Vol. 10, Diagnostics. 2020. p. 1–20.
4. Dwianggita P. Etiologi Efusi Pleura Pada Pasien Rawat Inap Di Rumah
Sakit Umum Pusat Sanglah, Denpasar, Bali Tahun 2013. Vol. 7, Intisari
Sains Medis. 2016. p. 57.
5. Jany B, Welte T. Pleural effusion in adults - Etiology, diagnosis, and
treatment. Vol. 116, Deutsches Arzteblatt International. 2019. p. 377–86.
6. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. Panduan Umum Praktik Klinis
Penyakit Paru dan Pernapasan [Internet]. Jakarta; 2021. Available from:
https://www.ptonline.com/articles/how-to-get-better-mfi-results
7. Pranita NPN. Diagnosis dan tatalaksana terbaru penyakit pleura. Vol. 2,
Wellness And Healthy Magazine. 2020. p. 69–78.

20

Anda mungkin juga menyukai