Anda di halaman 1dari 64

DASAR KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DEWASA


DIAGNOSIS SIROSIS HEPATIS

Dosen pengampu
Dr. Rondhianto, S. Kep., Ners., M. Kep.

Oleh:
Anggun Chrysalis Yuliartha
222310101196
D / 2022

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN


TEKNOLOGI
UNIVERSITAS JEMBER
FAKULTAS
KEPERAWATAN
Mei, 2023
HALAMAN PENGESAHAN

Makalah berjudul “Asuhan Keperawatan Pasien Sirosis Hepatis” karya Anggun


Chrysalis Yuliartha Kelas D Angkatan 2022 telah disahkan pada:
Hari, Tanggal :
Tempat :

Mengesahkan

Dosen Pengampu Mata Kuliah Dasar Keperawatan Medikal Bedah

Dr. Rondhianto, S,Kep., Ns., M.Kep


NIP. 19830324 200604 1 002

ii
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Kami panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga dapat menyelesaikan tugas
Asuhan Keperawatan ini. Tugas ini telah disusun dengan maksimal dan
mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembautan
makalah ini. Untuk itu maka dengan ini penuis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. Rondhianto, S. Kep., Ners., M. Kep. Selaku dosen penanggung jawab
mata kuliah Dasar Keperawatan Medikal Bedah
2. Seluruh pihak yang turut membantu sehingga penyusunan laporan ini dapat
diselesaikan dalam waktu yang singkat.
Penulis berharap bahwa laporan ini dapat disetujui dan menjadi bernilai di
kemudian hari. Banyak ketidaksempurnaan yang penulis miliki. Maka dari itu,
penulis memohon maaf apabila terdapat kesalahan pada laporan ini. Kritik dan
saran yang mendukung sangat diharapkan oleh penulis dari semua pihak agar ke
depannya penulis tidak melakukan kesalahan yang sama.

Jember, 28 Mei 2023

Anggun Chrusalis Yuliartha

iii
DAFTAR ISI

DASAR KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH..........................................................................i


ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DEWASA..........................................................................i
DIAGNOSIS SIROSIS HEPATIS.................................................................................................i
KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI....................i
HALAMAN PENGESAHAN........................................................................................................ii
KATA PENGANTAR..................................................................................................................iii
DAFTAR ISI.................................................................................................................................iv
BAB I.............................................................................................................................................1
PENDAHULUAN..........................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
1.2 Rumusan masalah.....................................................................................2
1.3 Tujuan........................................................................................................2
1.4 Manfaat......................................................................................................2
BAB II............................................................................................................................................3
KONSEP DASAR PENYAKIT.....................................................................................................3
2.1 Definisi Penyakit........................................................................................3
2.2 Epidemiologi..............................................................................................4
2.3 Etiologi........................................................................................................4
2.4 Tanda dan Gejala......................................................................................5
2.5 Patofisiologi................................................................................................6
2.6 Komlpikasi dan Prognosis........................................................................7
2.7 Pengobatan.................................................................................................8
2.8 Pencegahan.................................................................................................8
2.9 Pathway....................................................................................................10
BAB III.........................................................................................................................................11
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN.......................................................................11
3.1 Pengkajian................................................................................................11
3.2 Diagnosa...................................................................................................13
3.3 Perencanaan.............................................................................................14
3.4 Implementasi............................................................................................14

iv
3.5 Evaluasi....................................................................................................14
BAB 4...........................................................................................................................................16
4.1 PENGKAJIAN KEPERAWATAN........................................................16
BAB 5...........................................................................................................................................57
PENUTUP....................................................................................................................................57
5.1 Kesimpulan..............................................................................................57
5.2 Saran.........................................................................................................57
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................58

v
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyakit hati merupakan salah satu penyakit yang menjadi salah satu
titik permasalahn di Indonesia. Karena dari tinjauan pola penyakit hati yang
telah dirawat semakin banyak dan luasnya pola penyakit. Jika diurutkan, ada
beberapa jenis penyakit hati yaitu : hepatitis virus akut, sirosis
hati, kanker hati, abses hati. Dari data yang diambil, Sirosis Hati menempati
kedudukan kedua yang paling banyak menyerang masyarakat Indonesia. Sirosis
hati merupakan salah satu penyakit hati kronis yang paling banyak ditemukan
dimasyarakat dan merupakan stadium terakhir dari
penyakit hati menahun (Hadi S, 2000 dalam Stiphany, 2010). Penyakit ini
disebabkan oleh adanya cedera yang terjadi pada struktur seluler dari hati.
Cedera tersebut akan menyebabkan menyebabkan fibrosis terkait dengan radang
kronis dan perubahan necrotic menghasilkan sirosis (Digiulio & Donna
Jackson, 2014). Menurut World Health Organization (WHO) penyakit Sirosis
Hepatis menyebabkan meningkatnya angka kematian dari tahun ke-tahun.
Sekitar lebih dari 700.000 manusia meninggal karena terkena penyakit Sirosis
Hepatis World Health Organization (WHO (2015). Pada tahun 2012 sebanyak
20 juta penduduk Indonesia terserang penyakit hati.

Gejala pada penyakit Sirosis Hepatis ini dapat berkembang secara


bertahap, atau bisa saja tidak terlihat gejalaya sama sekali. Gejala yang biasa
didapati penyakit ini antara lain yaitu : menguningnya kulit, mata, dan selaput
lendir karena produksi bilirubin yang meningkat. Urin yang dikeluarkan
berwarna lebih gelap seperti seduhan teh. Warna tinja pucat dan hitam.
Hilangnya nafsu makan, munculnya mual, dan bahkan muntah darah. Seringnya

vi
keluar darah pada gusi, mimisan, dan penurunan berat badan yang sangat drastis.
Selain gejala, penyakitt Sirosis Hepatis juga dapat menyebabkan komplikasi
seperti pembengkakkan atau menumpuknya cairan pada edema (kaki) dan
asites(perut) (Perhimpunan Penelitian Hati Indonesia /PPHI 2013)
1.2 Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah peneliti uraikan diatas, maka
perumusan masalah penelitian ini adalah bagaimana penerapan asuhan
keperawatan pada pasien dengan sirosis hepatis di ruang rawat inap Flamboyan
RSUD Dr. Moewardi.

1.3 Tujuan
Mampu mendeskripsikan penyakit Sirosis Hepatis yang menyeraag
pasien serta dapa mendeskripsikan asuhan keperawatan pada pasien dengan
sirosis hepatis di di ruang rawat inap Flamboyan RSUD Dr. Moewardi. Dengan
mengunakan metode ilmiah proses keperawatan mulai dari pengkajian sampai
dengan pembuatan dokumentasi keperawatan.

1.4 Manfaat
1. Bagi Penulis
Dengan dibuatnya tugas asuhan keperawatan ini, penulis dapat memahami cara
bagaimana cara membuat dokumentasi keperawatan kepada pasien dengan
diagnosis Sirosis Hepatis untuk memenuhi tugas mata kuliah Dasar Keperawatan
Medikal Bedah.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Dengan dibuatnya laporan Asuhan Keperawatan ini diharapkan dapat
memberikan sumbangan pikiran untuk pengembangan ilmu dalam penerapan
asuhan keperawatan pada pasien Sirosis Hepatis.

vii
BAB II
KONSEP DASAR PENYAKIT
2.1 Definisi Penyakit
Sirosis hepatis merupakan penyakit kronis yang menyerang hati ditandai
dengan inflamasi serta fibrosis yang dapat mengakibatkan distorsi struktur dan
hilangnya Sebagian besar hepar. Perubahan besar dapat terjadi karena sirosis
yaitu matinya sel-sel pada hepar, regenerasi dan jaringan parut yang
menggantikan sel-sel normal, dan terbentuknya sel-sel fibrotik. Penyakit sirosis
hepatis ini merupakan penyakit hati menahun, yang biasanya ditandai dengan
terbentuknya jaringan ikat yang disertai dengan nodul. Penyakit Sirosis Hepatis
dimulai biasa dirasakan dengan peradangan, nekrosis sel hati yang luas,
pembentukan jaringan ikat serta adanya usaha regenerasi nodul, yang dapat
menyebabkan berubahnya sirkulasi mikro dan makro sel hepar tidak teratur
(Nugroho, 2011).

Sirosis memiliki ciri-ciri tergantinya jaringan hati yang normal dengan


fibrasi yang menyebar yang dapat mempengaruhi struktur dan fungsi hati.
Terdapat tiga penyebab utama yang paling umum atau sering terjadi, yaitu :
disebabkan oleh alkoholisme kronis, paskanekrotik yang diakibatkan oleh
hepatitis virus akut yang diderita sebelumnya, dan bilierm akibat obstruksi
bilier kronis dan infeksi (Brunnerd & Suddart, 2013).

Sirosis terjadi ketika fibrosisi di dalam hepatosit, duktus empedu, jalur


vaskuler dan sel retikuler merubah aliran normal darah, empedu dan
metabolisme. Maka dari ini dapat disimpulkan bahwa sirosis hepatis merupakan
penyakit kronis pada hepar atau hati yang ditandai dengan adanya pembentukan
jaringan ikat dan pembentukan nodul.

viii
2.2 Epidemiologi
Penyakit ini mulai meningkat sejak terjadinya perang dunia II, sehingga
sirosis menjadi salah satu penyebab dari angka kematian yang semakin
meningkat hingga paling menonjol. Sebagian dari peningkatan disebabkan
insidensi hepatitis virus yang meningkat, serta semakin banyak
pengkonsumsian asupan alkohol yang sangat meningkat. Karena salah satu
penyebab penyakit ini yaitu akolisme, hingga mengakibatkan kematian nomor
sembilan pada tahun 1998 di Amerika Serikat dengan jumlah mencapai 28000
kematian (NIAA, 1998 dalam Price, 2005).

Menurut data World Health Organisastion (2004) sirosis hati


merupakan penyakit yang menyebakan kematian yang menepati urutan ke
delapanbelas didunia, dengan prevalensi 1,3%. Pada tahun 2007 WHO merilis
data baru mengenai angka kematian yang disebabkan oleh penyakit sirosis hati
alkoholik yakni menempati kedudukan urutan ke duabelas penyebab kematian
di Amerika Serikat dengan jumlah 29,165 ( 1,2%). Di Indonesia tahun 2007
menyebutkan bahwa virus hepatitis B menyebabkan sirosis sebesar 40-50%
dan virus hepatitis C 30-40%. Sedangkan 10-20% penyebab lainnya tidak
dketahui, namun paling banyak terjadi yaitu alkohol yang menjadi penyebab
sirosis hati di indonesia dengan frekuensi kecil sekali karena belum ada data
yang teranalisa (Merselina, 2014). Kasus ini lebih banyak ditemuakan pada
kaum laki-laki dibandingkan kaum wanita dengan perbandingan 2:1 dengan
usia rata-rata 44 (rentan usia 13-88 tahun) dengan kelompok terbanyak antara
usia 40-50 tahun (Sarumpaet, 2016).

2.3 Etiologi
Penyebab paling umum sirosis adalah virus hepatitis C (HCV), penyakit
hati alkoholik, dan steatohepatitis nonalkohol (NASH). Penyebab sirosis lainnya
termasuk hepatitis autoimun, kolangitis bilier primer, kolangitis sklerosis
primer, hemokromatosis, penyakit Wilson, defisiensi antitripsin alfa-1, sindrom
Budd-Chiari, sirosis hati akibat obat, dan gagal jantung sisi kanan kronis. Sirosis
kriptogenik didefinisikan sebagai sirosis dengan etiologi yang tidak jelas

ix
(Sharma, B. and Savio, John., 2022). Penyebab sirosis hepatis belum
teridentifikasi dengan jelas, meskipun demikian, Menurut (Black & Hawks,
2009) ada beberapa faktor yang menyebabkan sirosis hepatis yaitu:
a. Sirosis Pascanekrosis (Makronodular)
Disebabkan oleh virus tipe B dan C, yang mempengaruhi hilangnya sel
masif inti melalui regenerasi sel yang tidak teratur. Merupakan bentuk
paling umum di seluruh dunia.
b. Sirosis Billier
Terjadi karena turunnya aliran empedu bersamaan dengan kerusakan sel
hepatosit disekitar duktus empedu seperti dengan kolestasis atau
obstruksi duktus empedu.
c. Sirosis Kardiak
Penyakit hati kronis yang terkait dengan gagal jantung sisi
kanan jangka panjang, seperti atrioventrikular perikarditis konstriktif
lama.
d. Sirosis Alkoholik (mikronodular Laenec)
Merupakan bentuk nodul kecil akibat beberapa agen yang melukai
terus-menerus, terkait dengan penyalahgunaan alkohol.

2.4 Tanda dan Gejala


Tanda yang terlihat ketika penyakit sirosis hepatis menyerang tubuh
yaitu :

a. Kemampuan jasmani menurun

b. Nausea, nafsu makan menurun dan diikuti dengan penurunan berat


badan

c. Mata berwarna kuning dan buang air kecil berwarna gelap

d. Perut membesar serta pembengkakan pada kaki

g. Merasakan gatal yang hebat

Selain tanda yang dapat diketahui jika terkena penyakit sirosis hepatis

x
yaitu dengan munculnya gejala klinis berupa :

1. Kegagalan sirosis hati

a. edema
b. ikterus
c. koma
d. spider nevi
e. alopesia pectoralis
f. ginekomastia
g. kerusakan hati
h. asites
i. rambut pubis rontok
j. eritema palmaris
k. atropi testis
2. Hipertensi portal

a. varises oesophagus
b. spleenomegali
c. perubahan sum-sum tulang
d. caput meduse
e. asites
f. collateral veinhemorrhoid

2.5 Patofisiologi

Menurut Black & Hawks tahun 2009 sirosis merupakan tahap akhir yang
selalu terjadi pada banyak tipe cedera hati. Memiliki konsistensi noduler, dengan
berkas fibrosis (jaringan parut) dan daerah kecil jaringan regenerasi. Terdapat
kerusakan luas pada hepatosit. Perubahan bentuk pada hati ini menyebabkan
berubahnya aliran sistem dan endapan jauundis. Menurut Sylvia A. Price &
Lorraine M. Wilson, (2012), gangguan hematologik yang sering terjadi pada
sirosis adalah kecendrungan perdarahan, anemia, leukopenia, dan
trombositopenia. Oleh sebab itu penderita penyakit ini sering mengalami

xi
perdarahan hidung, gusi, menstruasi berat, dan mudah memar. Masa protrombin
dapat memanjang. Hal tersebut terjadi akibat berkurangnya pembentukan faktor-
faktor pembekuan oleh hati.
Morbidilitas dan mortalisitas pasien sirosis disebabkan oleh
perkembangan hipertandi portan dan sirkulasi hiperdinamik. Fibrosis dan
perubahan yang terjadi pada vasoregulasi menyebabkan berkembangnya portal
vasoregulasi, baik secara intrahepatik maupun sistematis, yang juga
mempengaruhin pembentukan sirkulasi kolateral dan sirkulasi hiperdinamik.
Secara intrahepatik, SEC mensintesis nitric oxide (NO) dan endothelin-1 (ET-
1), yang bekerja pada HSC, masing- masing menyebabkan relaksasi atau
kontraksi sinusoid, dan mengendalikan aliran darah sinusoidal. Pada pasien
sirosis, terjadi peningkatan produksi ET- 1, serta peningkatan sensitivitas
reseptornya dengan penurunan produksi NO. Hal tersebut merupakan penyebab
dari meningkatnya vasokonstriksi resistensi intrahepatik, memulai hipertensi
portal. Remodeling vaskular yang dimediasi oleh efek kontraktil HSC di
sinusoid menambah peningkatan resistensi vaskular. Untuk mengkompensasi
peningkatan tekanan intrahepatik ini, sirkulasi kolateral terbentuk. Pada
sirkulasi sistemik dan splanknik, efek sebaliknya terjadi, produksi NO
meningkat dapat menyebabkan vasodilatasi sistemik dan splanknik serta
penurunan pada resistensi vaskular sistemik. Jadi, pada sirosis dengan
hipertensi portal, terjadi penipisan vasodilator (terutama NO) intrahepatik
tetapi kelebihan NO ekstrahepatik di sirkulasi splanknik dan sistemik,
menyebabkan vasokonstriksi sinusoidal dan vasodilatasi splanknik (sistemik).
Kolateral juga berkontribusi pada sirkulasi hiperdinamik dengan meningkatkan
aliran balik vena ke jantung (Sharma, B. and Savio, John., 2022).

2.6 Komlpikasi dan Prognosis


1. Kongestif splenomegali
2. Perdarahan varises
3. Kegagalan hepatoseluler
4. Hepatoma/Hepatocellular carcinoma (HCC) (Muttaqin & Sari, 2011)

xii
2.7 Pengobatan
Pada pengobatan sirosis hepatis terdapat empat prinsip, yaitu :
1. Simtomatis
2. Supportif, yaitu :
a. Istirahat yang cukup
b. Pengaturan makanan yang cukup dan seimbang. Dengan cara :
mencukupi konsumsi kalori, protein 1gr/kgBB/hari dan vitamin
c. Pengobatan berdasarkan etiologi
A) Terapi kombinasi IFN dan Ribavirin terdiri dari IFN 3 juta unit 3
x
seminggu dan RIB 1000-2000 mg perhari, yang diberikan untuk
jangka waktu 24-48 minggu.
B) Terapi induksi Interferon yaitu interferon diberikan dengan dosis
yang lebih tinggi dari 3 juta unit setiap hari untuk 2-4 minggu yang
dilanjutkan dengan 3 juta unit 3 x seminggu selama 48 minggu
dengan atau tanpa kombinasi dengan RIB.
C) Terapi dosis interferon setiap hari.
Dasar pemberian IFN dengan dosis 3 juta atau 5 juta unit tiap hari
sampai HCV-RNA negatif di serum dan jaringan hati.
3. Pengobatan yang spesifik dari sirosishati akan diberikan jika telah terjadi
komplikasi seperti :
1. Astises
2. Spontaneous bacterial peritonitis
3. Hepatorenal syndrome
4. Ensefalophaty hepatic

2.8 Pencegahan
Penyakit sirosis hepatis dapat dicegah dengan cara menjaga pola makan
dan memulai hidup sehat. Berikut bagaimana cara untuk menegah terjadinya
sirosis hepatis:

xiii
1. Mengkonsumsi makanan yang rendah garam
2. Mengkonsumsi suplemen untuk mengurangi tekanan darah dan mencegah
pengeroposan tulang
3. Tidak mengkonsumsi alkohol
4. Mengonsumsi obat antivirus hepatis
5. Menjaga pola makan seimbang dan rajin berolahraga

xiv
2.9 Pathway

15
BAB III
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
Pengkajian adalah langkah pertama dari proses keperawatan yang
sistematis, singkat, menyeluruh, dan berkesinambungan. Pengkajian
merupakan aspek yang sangat penting terutama pada proses dokumentasi
asuhan keperawatan. Tujuan dari pengkajian yaitu untuk mengumpulkan serta
mencatat data dari respon klien yang dapat mempengaruhi kesehatanya.
Adapun sumber data yang dapat digunakan antara lain, klien, keluarga,
catatan klien, riwayat penyakit, konsultasi, hasil pemeriksaan, dan catatan
anggota medis lainya. Untuk mengumpulkan data pengkajian dapat
dikumpulkan melalui wawancara, pemeriksaan fisik dan, observasi. Berikut
merupakan hal-hal yang perlu dilakukan pengkajian:
a. Identitas klien Data
Hal perlu digali pada identitas klien yaitu nama pasien, usia,
pekerjaan, jenis kelamin, pendidikan terakhir, alamat, nomor rekam
medis, status pernikahan, tanggal dan jam MRS, tanggal dan jam
pengkajian, sumber informasi serta penanggung jawab pasien.
b. Riwayat kesehatan klien
Tahap ini merupakan tahap anamnesis dimana tahap ini bertujuan
untuk mengkaji status kesehatan pasien mulai dari pasien sebelum
sakit hingga sakit serta riwayat kesehatan keluarganya. Data riwayat
kesehatan yang harus dikaji pada saat pengkajian riwayat kesehatan
yaitu :
1. Keluhan utama
Keluhan utama merupakan penyebab utama yang dirasakan oleh
pasien sehingga memerlukan bantuan keperawatan.
Pencatatanya sesuai dengan apa yang pasien katakan dan
menggunakan kalimat langsung.
2. Riwayat penyakit sekarang
Dituliskan semua rincian penyakit mulai dari awal (awitan)
hingga bertemu dengan petugas kesehatan. Baik itu waktu,
proses, tempat, suasana, manifestasi masalah dan perjalanan

16
penyakit.
3. Riwayat kesehatan sebelumnya
Penyakit yang pernah dialami, Alergi (makanan, obat, dll)
Imunisasi, Kebiasaan/pola hidup/life style, Obat-obatan yang
digunakan
4. Riwayat penyakit keluarga
Terdiri dari status kesehatan keluarga, usia dan penyebab
kematian keluarga, riwayat penyakit keturunan maupun penyakit
menular dari keluarga.
Genogram:
Genogram disajikan berupa gambar silsilah yang
menggambarkan keturunan (anggota keluarganya) beserta
keadaanya.
a. Pola fungsional Gordon
1. Persepsi kesehatan dan pemeliharaan kesehatan
Mendeskripsikan pola kesehatan pasien dan bagaiman cara
mengelola kesehatan yang sudah pasien terapkan.
2. Pola nutrisi/metabolik (sebelum sakit dan sesudah sakit)
Mendeskripsikan pola kesehatan pasien dan bagaiman cara
mengelola kesehatan yang sudah pasien terapkan.
3. Pola eliminasi (sebelum sakit dan sesudah sakit)
Buang Air Kecil (BAK): frekuensi, jumlah, warna, bau,
karakter, berat jenis, alat bantu, kemandirian, keluhan,
gangguan.
Buang Air Besar (BAB): frekuensi, jumlah, warna, bau,
karakter, berat jenis, alat bantu, kemandirian, keluhan,
gangguan.
4. Pola aktivitas dan latihan (sebelum sakit dan sesudah sakit)
Meliputi semua kemampuan pasien dalam beraktivitas,
pengkajian ADL, tipe aktifitas, kecukupan energi, status
oksigen, fungsi kardiovaskular, terapi oksigen.

5. Pola tidur dan istirahat (sebelum sakit dan sesudah sakit)


Durasi, keadaan saat bangun, kebiasaan tidur, relaksasi,
17
gangguan tidur, keletihan dan respon terhadap gangguan tidur.
6. Pola kognitif dan perceptual
Kemampuan fungsional kognitif seperti bahasa, memori,
penilaian, dan pengambilan keputusan.
7. Pola persepsi dan konsep diri
Gambaran diri, ideal diri, harga diri, peran diri, dan identitas
diri.
8. Pola seksualitas dan reproduksi
Kepuasan atau ketidakpuasan dengan aspek seksualitas yang
dimiliki. Pola reproduksi, tahap reproduksi wanita
(premenopause atau pasca menopause)
9. Pola peran dan hubungan
Mengkaji peran pasien dalam keluarga dan hubunganya dengan
orang lain, pengambil keputusan dalam keluarga, apakah
keluarga bertanggung jawab terhadap pasien.
10. Pola manajemen koping stress
Mengkaji pola koping umum dan efektivitas pola dalam
toleransi stres. Termasuk cadanan individu untuk menolak
tantangan.
11. Sistem nilai dan keyakinan
Data mengenai pola kepercayaan menjelaskan nilai, tujuan dan
keyakinan yang menjadi panduan dalam mengambil keputusan.
b. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik mulai dari keadaan umum pasien, tanda-tanda
vital pasien, dan pengkajian fisik head to toe dengan teknik inspeksi,
perkusi, palpasi, auskultasi.
c. Terapi pengobatan
Pengkajian terapi pengobatan yang sudah pasien terima selama
berada di rumah sakit, data terapi ini dapat mempermudah perawat

untuk mengidentifikasi fungsi dependen yang akan dilakukan dan


digunakan sebagai dasar dalam perencanaan asuhan keperawatan.
d. Pemeriksaan penunjang
Semua hasil pemeriksaan laboratorium pasien, termasuk nilai
18
normalnya, pemeriksaan radiologi, dan pemeriksaan penunjang
lainya.

3.2 Diagnosa
Diagnosis keperawatan merupakan gambaran yang menggambarkan
rencana intervensi keperawatan guna untuk mengidentifikasi dan menentukan
prioritas asuhan yang akan diberikan berdasarkan dengan respon, tanggapan
dan pengaruh asuhan keperawatan terhadap klien. Perumusan diagnosis
keperawatan yang dikaji bersifat aktual, resiko dan sejahtera. Diagnosis aktual
merupakan keadaan klinis mengenai respon klien yang telah tervalidasi melalui
batasan karakteristik utama. Diagnosis resiko menjelaskan mengenai keadaan
klinis individu, keluarga dan komunitas yang rentan terhadap gangguan
kesehatan. Sedangkan diagnosis sejahtera yaitu keadaan klinis dalam transisi ke
tingkat kesejahteraan yang lebih tinggi.

3.3 Perencanaan
Perencanaan asuhan keperawatan yang biasa disebut dengan intervensi
keperawatan merupakan penyusunan rencana yang oleh perawat untuk kepentingan
keperawatan pasien, perawat yang menulis dan perawat lainya. Tujuan dari
perencanaan keperawatan untuk mencegah, mengurangi, mengoreksi masalah yang
timbul setelah teridentifikasi dalam tahap diagnosis. Perencanaan keperawatan
digunakan untuk memecahkan masalah mengenai tindakan apa yang akan
dilakukan, bagaimana, kapan, dan siapa yang melakukan tindakan. Tahapan
perencanaan asuhan keperawatan diantaranya, menentukan prioritas masalah,
menentukan tujuan, merumuskan kriteria hasil, menentukan rencana tindakan, dan
pendokumentasianya

3.4 Implementasi

Implementasi keperawatan adalah proses pelaksanaan tindakan


berdasarkan rencana yang telah ditetapkan pada saat intervensi keperawatan.
Perawat mengimplementasikan asuhan keperawatan sesuai dengan tujuan
yang telah ditetapkan, partisipasi klien dalam setiap tindakan yang
diimplementasikan sangat mempengaruhi pada hasil yang diinginkan.
19
Sebelum melakukan implementasi, yang harus dilakukan oleh perawat yaitu
memastikan bahwa asuhan keperawatan tersebut aman, efisien dan efektif.

3.5 Evaluasi
Tahap evaluasi merupakan tahapan yang membutuhkan perbandingan
yang terencana mengenai kesehatan pasien. Perawat menentukan
perkembangan kesehatan pasien darri hasil evaluasi yang dilakuakn dalam
mencapai tujuan serta dapat mengetahui apakah asuhan keperawatan yang
telah diterapkan sudah efektif atau tidak. Sehingga perawat dapat menentukan
tindakan selanjutnya, apakah rencana dilanjutkan, dimodifikasi, atau
dihentikan. Evaluasi dilaksanakan pada akhir tindakan keperawatan dengan
pendekatan SOAP (Subjektif, Objektif, Analisis dan Perencanaan).

20
BAB 4
4.1 PENGKAJIAN KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS JEMBER

Nama Mahasiswa : Anggun Chrysalis Yuliartha


NIM : 2223101011896
Tempat Pengkajian : RSUD Dr. Moewardi

Kasus
Pasien Tn. B usia 27 tahun, pendidikan terakhir S1 datang ke rumah
sakit tanggal 12 Februari 2020 mengeluhkan nyeri pada abdomen bagian
kanan atas sampai ulu hati disertai dengan mual muntah dan BAB darah
sebanyak satu kali. Sebelum dibawa ke rumah sakit pasien mengeluh BAB
darah sebanyak 5 kali, muntah satu kali dan disertai dengan perut sakit saat
muntah lalu dibawa ke IGD RSUD Dr. Moewardi dan dipindahkan ke ruang
rawat inap Flamboyan. Pada tanggan 24 Januari 2020 pasien mengalami
pendarahan pada saluran cerna atas dibuktikan dengan adanya pemeriksaan
endoskopi yang dilakukan sebelum pasien rawat inap. Dari hasil pemeriksaan
endoskopi tersebut terdapat varises esofagus grade III dan varises fundus.
Pasien mengatakan memiliki riwayat hepatitis B dan penyakit liver sejak 1
bulan sebelum masuk RS. Pasien mengatakan perutnya sakit ketika dibuat
bergerak, mual dan muntah, nyeri seperti diremas, dan nyeri dirasakan pada
abdomen kanan atas menjalar sampai regio epigastrum dengan skala nyeri 5
21
yang dirasakan hilang timbul. Pasien tampak bersikap protektif dan
menghindari nyeri. TD 120/85 mmHg, Frekuensi nadi 98x/menit, RR
24x/menit, dan suhu 36,2oC.

I.Identitas Klien
Nama : Tn. B No. RM : 135xxxx
Umur : 27 Tahun Pekerjaan : Karyawan
Jenis Kelamin : Laki-laki Status Perkawinan : Kawin
Agama : Tidak Tanggal MRS : 12 Februari 2020
terkaji
Pendidikan : S1 Tanggal Pengkajian : 13 Februari 2020
Alamat : Jl.Betu, Sumber Informasi : Klien dan keluarga

Surakarta

II. Riwayat Kesehatan


1. Diagnosa Medik:
Sirosis Hepatis

2. Keluhan Utama:
Klien mengeluh nyeri pada perut dan ulu hati disertai dengan mual muntah dan
BAB darah

3. Riwayat penyakit sekarang:

Klien mengalami BAB darah sebanyak 5 kali, muntah satu kali dan disertai
dengan perut sakit saat muntah. Klien didiagnosa mengalami hepatitis B dan
penyakit liver sejak 1 bulan sebelum masuk rumah sakit. Tekanan darah
klien 120/85 mmHg, suhu 36,2 oC, RR 24x/menit, dan nadi 98x/menit.

22
4. Riwayat kesehatan terdahulu:
a. Penyakit yang pernah dialami dan hospitalisasi:
Klien memiliki riwayat hepatitis virus khususnya tipe B dan penyakit liver.
b. Alergi (obat, makanan, plester, dingin, debu, dll):
Klien dan keluarga mengatakan bahwa klien tidak memiliki riwayat alergi obat
ataupun plester, klien juga tidak memiliki alergi makanan

c. Imunisasi:
Tidak terkaji

d. Kebiasaan/pola hidup/life style:


Klien dan keluarga mengatakan bahwa klien memiliki riwayat
pengonsumsian alkohol. Klien tidak memiliki kebiasaan merokok. Klien
tidak bertato, klien tidak melakukan pergaulan seks bebas.

e. Obat-obat yang digunakan:


Keluarga mengatakan bahwa pasien tidak mengkonsumsi obat – obatan

5. Riwayat penyakit keluarga:


Klien mengatakan bahwa tidak ada anggota keluarga yang menderita
penyakit yang sama dengannya.

Genogram:

23
III. Pengkajian Keperawatan
1. Persepsi Kesehatan & Pemeliharaan Kesehatan

Persepsi terhadap Kesehatan:


Keluarga mengatakan bahwa klien tidak bisa sepenuhnya beraktivitas secara
mandiri dan masih membutuhkan bantuan keluarga karena rasa nyeri di
bagian abdomen. Keluarga klien pun, turut mengerti dan memahami
kebutuhannya sehingga keluarga klien selalu membantu.

Pemeliharaan Kesehatan:
Keluarga dan klien berusaha agar klien dapat sembuh seperti dahulu dan tidak
merasakan nyeri. Keluarga dan klien berharap agar klien tidak merasakan sakit
atau nyeri yang berkepanjangan dan tidak berada di rumah sakit.

Interpretasi Pola Persepsi Kesehatan & Pemeliharaan Kesehatan:


Persepsi kesehatan dan pemeliharaan kesehatan klien baik. Klien dan keluarga klien
berusaha melakukan pengobatan agar kondisi klien menjadi lebih baik.

2. Pola Nutrisi & Metabolik (ABCD)

2.1 Antropometeri
BB : 56 Kg
TB : 180 cm
IMT : BB : TB² (m)
: 56 : 3,24
: 17,2 kg/m2
Interpretasi:
IMT klien dibawah nilai normal

2.2 Biochemical Sign/Laboratory test:


24
Hemoglobin: 8,0 g/dL (Normal: 12-15 mg/dL)
Leukosit: 16,5x103/mcL
Interpretasi:
Biomedical sign klien dalam keadaan tidak normal

25
2.3 Clinical Sign:
Saat dilakukan pengkajian, kondisi umum klien terlihat
lemah, mengernyit, dan meringis
Interpretasi:
Klien menunjukkan kondisi nyeri

2.4 Diet Pattern:

Pola makan Sebelum sakit Saat di rumah sakit


Jumlah 1 porsi ½ Porsi
Jenis Nasi Nasi
Frekuensi 3x1 Sehari 3x1 Sehari
Cara Oral Oral
Keluhan Mual muntah Penurunan nafsu makan
Sebelum masuk rumah sakit klien memiliki pola makan tiga kali
sehari. Klien mengalami penurunan nafsu makan sejak klien
mengalami sakit pada 2 bulan yang lalu, dan porsi makan klien juga
menurun. Sedangkan saat di rumah sakit klien makan 3x sehari
dengan diet yang telah diberikan dari RS, namun masih terdapat
penurunan nafsu makan pada klien, ditandai dengan makanan hanya
dimakan setengah porsi.
Interpretasi:
Kondisi intake klien dalam kondisi yang kurang baik.
Balance Kalori Selama Masa Perawat:
Tidak
terkaji
Interpreta
si : Tidak
terkaji

3. Pola eliminasi

BAK Sebelum sakit Saat di rumah sakit


Frekuensi 9-10 kali dalam sehari 9-10 kali dalam sehari
Jumlah - -
Warna Bening kekuningan Bening kekuningan
Bau Khas urin Khas urin
Karakter Encer, tidak ada darah Encer, tidak ada darah

26
BJ - -
Alat bantu - -
Kemandirian Mandiri Dibantu oleh keluarga
(mandiri/dibantu
Interpretasi:
Pola eliminasi (BAK) klien selama di RS dan di rumah tidak mengalami
masalah, klien hanya merasa lemas ketika berada di RS

BAB Sebelum sakit Saat di rumah sakit


Frekuensi 5 kali dalam sehari 1-2 kali dalam sehari
Jumlah - -
Warna Merah kecokelatan (darah) Merah kecokelatan (darah)
Bau Darah Darah
Karakter - -
Alat bantu - -
Kemandirian Mandiri Dibantu keluarga
(mandiri/dibantu)
Lainnya Klien dalam kondisi lemas Klien dalam kondisi lemas
Interpretasi:
Pola eliminasi (BAB) klien sebelum sakit mengeluarkan darah yang
mengakibatkan lemas, dan selama di RS klien tidak mengalami masalah
pada pola eliminasi, hanya saja merasa lemas dan dibantu oleh keluarga
Balance cairan:
Tidak
terkaji
Interpre
tasi:
Tidak terkaji

4. Pola Aktivitas & Latihan


Sebelum sakit, aktifitas klien sehari-hari yaitu seorang karyawan di suatu
perusahaan start up dengan durasi jam kerja yang sangat padat. Sehingga
Tn.B jarang berada di rumah. Setelah sakit klien mengurangi jam kerjanya
dan beberapa kali cuti. Sebelum akhirnya masuk ke rumah sakit.

Aktivitas harian (Activity Daily Living)


Kemampuan perawatan diri 0 1 2 3 4

27
Makan/minum V
Toileting V
Berpakaian V
Mobilitas di tempat tidur V
Berpindah V
Ambulasi/ROM V
Skor total 18 (ketergantungan ringan)

Keterangan:
0 = tergantung total
1 = dibantu orang lain, dengan
alat 2 = dibantu orang lain
3 = tidak dibantu orang lain, menggunakan
alat 4 = mandiri
Status Skor
ADL: 18 Status
Oksigenasi:
Nafas spontan RR:
24x/menit Fungsi
kardiovaskuler:
TD: 120/85 mmHg, Nadi:
98x/menit Terapi oksigen:
Klien tidak menerima terapi
oksigen Interpretasi:
Klien mengalami takikardia dikarenakan nyeri yang dialami

5. Pola Tidur & Istirahat

Tidur dan Istirahat Sebelum MRS Ketika MSR


Durasi 6-7 jam/hari 4-6 jam/hari
Jenis gangguan tidur Nyeri pada abdomen Nyeri pada abdomen
Keadaan bangun tidur Bugar Lemas
Lain-lain - -
Interpretasi:

28
Klien memiliki masalah pada pola tidur dan istirahatnya

6. Pola Kognitif & Perseptual

Fungsi Kognitif dan Memori:


Klien dapat berkomunikasi dengan baik dan mampu menceritakan dan
mengingat awal mula kejadian klien mengalami sakit sejak 2 tahun yang
lalu dengan jelas dan berurutan. Klien dapat menjawab pertanyaan dengan
konsisten dan tepat dari setiap pertanyaan yang diajukan perawat
Fungsi dan keadaan indera:
Klien tidak menggunakan alat bantu penglihatan
Interpretasi:
Tidak terdapat masalah yang mampu menganggu kesehatan klien
memburuk pada pola kognitif dan perceptual klien.

7. PolaPersepsi Diri Gambaran diri:


Gambaran diri baik, dimana pasien menyadari, mengerti dan menerima
dengan kondisinya yang sedang sakit. Klien tidak sering mengeluh mengenai
kondisinya.
Ideal diri:

Ideal diri klien adalah sehat tidak mengalami gangguan apapun selama
beraktifitas dan mampu melakukan semua kegiatan yang di inginkan
dengan baik tanpa terkendala apapun.
Harga diri:
Harga diri pasien baik, dimana pasien menganggap bahwa dirinya memang
harus dan layak dalam mendapatkan pelayanan kesehatan yang baik dan
mengikuti prosedur perawatan dan pengobatan sehingga kondisi
kesehatannya menjadi lebih baik dari sebelumnya.
Peran Diri:
Peran diri klien terganggu dimana klien sedang sakit sehingga perannya
sebagai seorang karyawan tidak bisa berjalan seperti semestinya, klien
banyak istirahat dan tidak dapat melakukan perannya.
Identitas Diri:
Identitas diri pasien baik dimana walaupun pasien dalam kondisi sakit tapi
masih mampu mengenali dirinya dengan baik.

29
Interpretasi:
Terdapat masalah pada pola persepsi diri klien dimana setiap poin
terganggu akibat kondisi kesehatan yang mengalami penurunan

8. Pola seksualitas & Produksi


Pola seksualitas:
Tidak terkaji
Fungsi reproduksi:
Tidak terkaji
Interpretasi:
Tidak terdapat masalah dalam pola reproduksi klien

9. Pola Peran & Hubungan


Hubungan klien dan anggota keluarganya baik, dimana istrinya selalu
menemani dan mengurus klien. Dan kakaknya selalu menjenguk meskipun
sedang sibuk bekerja
Interpretasi:
Tidak terdapat masalah pada pola hubungan dan peran klien

10. Pola Manajemen Koping-Stress


Koping stress dari klien adaptif dimana selama sakit klien jarang
bersedih dan hanya terkadang mengeluh, namun klien tidak menyerah
untuk melakukan pengobatan agar sembuh dan kondisi kesehatannya
membaik.
Interpretasi:
Tidak terdapat masalah dalam pola manajemen koping stress klien

11. Sistem Nilai & Keyakinan


Klien beragama islam, selama masuk rumah sakit klien masih mampu
melakukan ibadah sholat dan ibadah lainnya dengan baik
Interpretasi:
Tidak terdapat masalah dalam sistem nilai dan keyakinan klien

30
IV. Pemeriksaan Fisik
A. Keadaan umum (status generalis):
Klien masih terbaring diatas tempat tidur, gerakan tubuh terbatas,
kesadaran composmentis
B. Tanda Vital:
Tekanan Darah : 120/85
mmHg Nadi : 98 X/mnt
RR : 24 X/mnt
Suhu : 36,2 oC
Interpretasi:
Untuk tekanan darah, frekuensi nadi, dan suhu klien dalam kondisi
normal. Untuk frekuensi pernafasan klien dalam keadaan cukup
tinggi/tidak normal.
C. Pengkajian Fisik (Inspeksi, Palpasi, Perkusi, Auskultasi)
1. Kepala
- Inspeksi : rambut pendek, lurus, dan berwarna hitam
- Palpasi : tidak terdapat benjolan, krepitasi, dan
terdapat nyeri tekan
- Auskultasi :-
- Perkusi :-
2. Mata
- Inspeksi : reflek cahaya positif, konjungtiva anemis
- Palpasi : tidak terdapat benjolan dan tidak terdapat
nyeri tekan
- Auskultasi :-
- Perkusi :-
3. Telinga
- Inspeksi : bentuk telinga simetris, tidak menggunakan
alat bantu pendengaran, dan telinga dalam kondisi bersih
- Palpasi : tidak terdapat benjolan pada telinga, tidak
terdapat nyeri tekan
- Auskultasi :-

31
- Perkusi :-
4. Hidung
- Inspeksi : tidak terdapat luka, hidung dalam kondisi bersih
- Palpasi : tidak terdapat massa pada hidung, tidak terdapat
nyeri tekan
5. Mulut
- Inspeksi : mukosa bibir lembab, tidak terdapat lesi
- Palpasi : tidak terdapat benjolan pada area mulut, tidak
terdapat nyeri tekan
6. Leher
- Inspeksi : leher terlihat simetris bilateral, tidak terdapat
benjolan, tidak terdapat lesi
- Palpasi : tidak terdapat benjolan dan tidak terdapat
nyeri tekan
7. Dada
Jantung
- Inspeksi : bentuk dada simetris, tidak terdapat benjolan,
pengembangan dada simetris kedua sisi, dan tidak menggunakan
otot bantu pernapasan
- Palpasi : pergerakan pernapasan kanan dan kiri
simteris, tidak terdapat massa atau benjolan pada daerah dada,
vocal vremitus teraba jelas dikedua sisi
- Perkusi : suara sonor pada sinistra dan pekak pada dekstra
- Auskultasi : tidak terdapat bunyi napas tambahan pada
sinistra dan suara redup pada dekstra
Paru
- Inspeksi : tampak pergerakan ictus cordis
- Palpasi : ictus cordis teraba
- Perkusi : suara sonor
- Auskultasi : BJ1 BJ tunggal

- Payudara dan Ketiak : Tidak terkaji

- Posterior : Tidak terkaji

32
8. Abdomen
- Inspeksi : bentuk perut membesar karena terdapat asites pada perut
- Palpasi : terdapat nyeri tekan di kuadran kanan atas dan
terdapat massa apda abdomen dan hepatomegaly
- Perkusi : terdengar suara thympani
- Auskultasi: bising usus 18x/menit
- Pengkajian nyeri:
- P (Provokatif) : klien mengatakan nyeri bertambah saat bergerak
- Q (Quality) : klien mengatakan nyeri seperti ditusuk tusuk
- R (Regional) : klien mengatakan nyeri di bagian abdomen
kanan atas
- S (Scale) : skala nyeri 5/10
- T (Time) : Nyeri hilang timbul
9. Genetalia dan anus
- Inspeksi : tidak terpasang kateter
- Palpasi :-
- Auskultasi :-
- Perkusi :-
10. Ekstremitas
Ekstremitas atas
Tidak ada benjolan, terpasang infus plug di tangan kanan, kulit
lembab, dan warna kulit sawo matang
Ekstremitas bawah
Tidak terpasang infus, tidak terdapat edema, dan kulit kering
- Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan pada ekstremitas atas
maupun bawah
- Kekuatan otot:
5 5
5 5

33
11. Kulit dan kuku
- Inspeksi : kulit berwarna sawo matang, akral hangat, dan tidak ada
lesi
- Palpasi : CRT <2
12. Keadaan lokal (sesuai penyakit)
Kondisi keseluruhan klien dalam keadaan cukup dimana GCS 456.

34
V. Terapi
Deskripsi Terapi

Farmako dinamik Indikasi dan Kontra Implikasi


Je Dosis Rute Efek samping
dan farmako Indikasi keperawatan
ni
kinetik
s
Te
ra
pi
Ce Ceftriaxone merupakan obat 1gr/12 Per oral Indikasi: - Bengkak Pemberian
ftri
antibiotik golongan sefalosporin jam Mengatasi infeksi bakteri - Mual/muntah obat ini
ax
on untuk mengatasi infeksi bakteri. gram negatif maupun bakteri - Diare untuk
e
Obat ini bekerja dengan cara gram positif - Pusing mengurangi
membunuh dan menghambat - Sakit perut infeksi dari
Kontraindikasi:
pertumbuhan bakteri penyebab - Sakit kepala penyakit
Klien hipersensitivitas terhadap
infeksi di dalam tubuh sirosis
obat golongan
penderita. hepatis
sefalosporin

35
Na Naproxen adalah jenis obat 500-1000 Per oral Indikasi: - Mual Pemberian
pro
analgesik yang digunakan untuk mg/KgBB - Gout akut dan obat ini
xe
/12
n mengurangi rasa nyeri, bengkak, - Arthritis muntah untuk
jam
dan kemerahan akibat infeksi. - Penanganan nyeri - Kantuk mengatasi
Obat ini bekerja dengan cara - Diare masalah
menghambat produksi hormon Kontraindikasi Klien - Sakit perut nyeri pada
prostaglandin yang diproduksi dengan - Konstipasi klien
tubuh saat mengalami infeksi hipersensitivitas obat Pusing
golongan analgesik

Ch Chlorotiazide merupakan jenis 25-100 Per oral Indikasi: - Sakit kepala Pemberian
lor mg/12
obat diuretik yang digunakan Edema, 37erivate37mia, dan - Sakit otot obat ini
oti jam
azi untuk mengurangi cairan hipertensi Kontraindikasi: - Rasa haus untuk
d
tambahan pada tubuh akibat - Klien dengan gangguan ginjal yang berlebih mengurangi
edema. berat, anuria, dan - Detak kelebihan
hipersensitivitas terhadap obat jantung cairan pada
golongan 37erivate tidak tubuh klien
sulfonamide normal akibat

36
- Mual adanya asites
dan perut
muntah

37
VI. Pemeriksaan Penunjang & Laboratorium
a. Pemeriksaan penunjang hasil hematologi pada tanggal 13 Februari 2020
didapatkan hasil:
Nilai normal Hasil
No Jenis pemeriksaan (Tanggal/Jam)
Nilai S 19-02-2020
at
u
a
n
1. Hemoglobin 11,4-15 g/dL 8,0
2. Eritrosit 4,0-5,0 106/mL 2,70
3. Leukosit 4,7-11,3 103/mL 16,5
4. Hematokrit 38-42 % 30
5. Ureum 14-39 mg/dL 36,8
6. Kreatinin <1,2 mg/dL 1,3
7. AST/SGOT 5-40 u/L 48
8. ALT/SGPT 7-56 u/L 64

b. Pemeriksaan Radiologi
Tidak Terkaji
c. Pemeriksaan Penunjang Lainnya
Dilakukan pemeriksaan endoskopi pada tanggal 24 Januari 2020 Interpretasi hasil:
endoskopi tersebut terdapat varises esofagus grade III dan varises fundus.

38
ANALISIS DATA

NO DATA PENUNJANG ETIOLOGI MASALAH PARAF &


NAMA
1 S: Klien mengatakan nyeri Sirosis Hepatis Nyeri Akut

pada bagian abdomen kanan (D.0077)
Anggun C Y.
atas, nyeri seperti ditusuk-
Penurunan fungsi
tusuk, dan dengan skala nyeri
hati
5.

O:

- Bising usus 18x/menit


Inflamasi akut
- Bentuk perut membesar
karena terdapat asites
Nyeri akut
- Klien bersikap protektif Hipervolemia

- Suara thympani

- Terdapat nyeri tekan


pada abdomen bagian
kuadran kanan atas

- Hepatomegali

- RR: 24x/menit

- TD: 120/85 mmHg

- Nadi: 98x/menit

- Klien tampak meringis


kesakitan kuadran kanan
atas

- Hepatomegaly

- Bentuk perut membesar

39
terdapat asites pada
perut

- Terdapat massa
pada abdomen
2 S: Klien mengatakan perut Sirosis Hepatis Hipervolemia (D. ∞
terasa penuh dan nyeri D.0022) Anggun C Y.

O: Fungsi hati
- Bising usus 18x/menit terganggu

- Suara thympani

- Terdapat nyeri tekan


pada abdomen bagian Asites dan edema
kuadran kanan atas

- Hepatomegaly

- Bentuk perut membesar


terdapat asites pada Hipervolemia
perut
- Terdapat massa
pada abdomen
3 S: Klien mengatakan tidak Sirosis Hepatis Defisit Nutrisi ∞
dapat menikmati makanan (D.0019) Anggun C Y.

O: Gangguan fungsi
- IMT = 17,2 kg/m2 hati

- Ketidakmampuan untuk
memproses/mencerna
makanan Gangguan

- Anoreksia pembentukan

- Penurunan nafsu makan empedu

40
Lemak tidak dapat
diemulsikan

Defisit Nutrisi

DIAGNOSA KEPERAWATAN

41
No. Diagnosis Tan Tan Keterangan
gga ggal
Keperawa
l
tan Pen
Per capa
um ian
usa
n
Nyeri akut b.d. 13 15 Klien mengalami
Feb Febr
agen nyeri akut pada
rua uari
pencedera ri bagian abdomen
202
biologis 202 0 dikarenakan
0
d.d. klien inflamasi pada
mengeluh bagian hati yang
nyeri, tampak menyebabkan
meringis, asites
hepatomegaly,
asites
Hipervolemia 13 15 Klien mengalami
Feb Febr
berhubungan hypervolemia
rua uari
dengan ri akibat
202
gangguan 202 0 adanya asites yang
0
mekanisme diakibatkan oleh
regulasi inflamasi pada hati
ditandai
dengan
hepatomegali,
asites dan
terdapat
massa pada abdomen.
Defisit nutrisi 13 15 Klien mengalami
Feb Febr
berhubungan deficit nutrisi
rua uari
dengan ri akibat dari nyeri
202
peningkatan 202 0 dan proses
0
kebutuhan inflamasi pada
metabolisme organ hati
ditandai

42
dengan
anoreksia dan
IMT = 17,2 kg/m2

43
INTERVENSI

Paraf &
No. Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Nama
1. Nyeri akut b.d. agen Tingkat Nyeri (L.08066) Manajemen Nyeri (I.08238) ∞
pencedera fisiologis Anggun C Y.
Setelah dilakukan tindakan Observasi
(inflamasi) d.d. klien
keperawatan selama 2 x 24 jam,
- Identifikasi lokasi, karakteristik,
mengeluh nyeri,
diharapkan tingkat nyeri menurun
durasi, frekuensi, kualitas dan
tampak meringis,
dengan kriteria hasil:
intensitas nyeri
hepatomegaly, asites
1. Keluhan nyeri
- Identifikasi skala nyeri
2. Meringis
- Monitor efek samping
3. Sikap protektif penggunaan analgesik

4. Kesulitan tidur Terapeutik

- Berikan tindakan non


farmakologis, yaitu teknik
relaksasi napas dalam

- Fasilitasi istirahat dan tidur

Edukasi
- Jelaskan strategi meredakan nyeri

- Anjurkan menggunakan analgetik

44
secara tepat

- Ajarkan teknik non farmakologis


untuk mengurangi rasa nyeri

Kolaborasi

- Kolaborasi pemberian analgetik

2. Hipervolemia b.d. Keseimbangan Cairan (L.05020) Manajemen Hipervolemia (I.03114) ∞


gangguan Anggun C Y.
Setelah dilakukan tindakan Observasi
mekanisme regulasi
keperawatan selama 2 x 24 jam,
- Periksa tanda dan gejala edema
d.d. hepatomegali,
diharapkan keseimbangan cairan
asites dan terdapat - Identifikasi penyebab
meningkat dengan kriteria hasil:
massa pada hipervolemia
1. Keluaran urin
abdomen.
- Monitor intake dan output cairan
2. Edema
- Monitor efek samping diuretik

Terapeutik

- Batasi asupan cairan dan


garam Tinggikan kepala
tempat tidur 30-40

Edukasi

- Ajarkan cara membatasi cairan


45
Kolaborasi

Kolaborasi pemberian diuretik


3. Defisit Status Nutrisi (L.03030) Manejemen Nutrisi (I.03119) ∞
nutrisi b.d. Anggun C Y.
Setelah dilakukan tindakan Observasi
peningkatan
keperawatan selama 2 x 24 jam,
- Identifikasi status nutrisi
kebutuhan
diharapkan status nutrisi membaik
metabolisme d.d. - Identifikasi kebutuhan kalori dan
dengan kriteria hasil:
anoreksia dan IMT jenis nutrien
2 1. Porsi makanan yang dihabiskan
= 17,2 kg/m
- Monitor asupan makanan
2. Nyeri abdomen
- Monitor berat badan
3. Indeks massa tubuh (IMT)

Terapeutik

- Sajikan makanan secara menarik


dan suhu yang sesuai
- Berikan makanan tinggi kalori
dan tinggi protein

Edukasi

- Ajarkan diet yang diprogramkan

- Anjurkan klien makan sedikit


namun sering

Kolaborasi
46
- Kolaborasi pemberian pereda
nyeri sebelum makan
Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrien yang dibutuhkan

47
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Ket: Hari Ke-1&2/14&15 Februari 2020

No Tanggal/J Paraf &


No dx Implementasi Evaluasi Formatif (Hasil/Respon)
am nama

48
1. 14 Nyeri Akut - Mengidentifikasi lokasi, S: ∞
Februari (D.0077) karakteristik, durasi, Anggun C
Klien mengatakan rasa nyeri telah
2020 frekuensi, kualitas dan Y.
berkurang dari skala 5 menjadi skala 4,
intensitas nyeri
09.00 namun masih timbul apabila ditekan
- Mengidentifikasi skala nyeri
O:
- Memosisikan pasien
Klien tampak meringis dan gelisah
semi fowler
ketika lokasi nyeri ditekan,
09.15 hepatomegali belum teratasi, nyeri perut
- Mengkolaborasikan akibat asites belum teratasi, klien masih
pemberian analgesik enggan ketika hendak diperiksa bagian

- Menganjurkan menggunakan yang terasa nyeri, TD: 120/85 mmHg,

analgetik secara tepat Frekuensi nadi: 98x/menit, RR:

- Memonitor efek samping 24x/menit, Suhu: 36,2oC

penggunaan analgetik

- Menjelaskan strategi
meredakan nyeri

13.00 - Mengajarkan teknik non


farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri

- Memberikan tindakan non


49
farmakologis terapi musik

- Memfasilitasi istirahat
20.30
dan tidur
2. 14 Hipervole - Identifikasi penyebab S: ∞
Februari mia hypervolemia Anggun C Y.
Klien mengatakan rasa penuh di area
2020 (D.0022) - Periksa tanda dan gejala perut sudah mulai membaik
15.00 edema
O:
Tinggikan kepala
tempat tidur 30-40o 1. Perut klien masih mengalami asites,
massa pada abdomen sudah mulai
membaik
- Batasi asupan cairan
15.15
- Ajarkan cara membatasi
cairan

- Monitor intake dan output


cairan

16.30 - Kolaborasi pemberian


diuretik
- Monitor efek samping
diuretik

50
3. 14 Defisit - Mengidentifikasi S: ∞
Februari Nutrisi status nutrisi Anggun C Y.
Klien nengatakan sudah mulai dapat
2020 (D.0019) - Mengidentifikasi kebutuhan menikmati makanan
07.00 kalori dan jenis nutrien
O:
- Memonitor berat badan
Klien dapat menigkuti diet yang
Mengajarkan diet yang diprogramkan dengan baik, berat badan
diprogramkan klien belum mengalami peningkatan

08.00 - Mengkolaborasikan dengan


ahli gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan jenis
nutrien yang dibutuhkan

- Menyajikan makanan
secara menarik dan suhu
yang sesuai

- Memberikan makanan tinggi


kalori dan tinggi protein

- Memonitor asupan makanan

- Menganjurkan kien untuk


makan sedikit tapi sering

51
Memonitor berat
badan
4. 2020 Nyeri Akut - Mengidentifikasi lokasi, S: ∞
(D.0077) karakteristik, durasi, Anggun C Y.
09.00 Klien nengatakan sudah mulai
frekuensi, kualitas dan
berkurang rasa nyerinya dari skala 4
intensitas nyeri
menjadi skala 3
09.15 - Mengidentifikasi skala nyeri
O:

13.00 Klien sudah tidak meringis dan gelisah,


- Mengkolaborasikan
hepatomegali sudah teratasi, klien sudah
pemberian analgetik tidak menunjukkan sikap protektif,
Frekuensi nadi: 90x/menit, RR: 22
- Memonitor efek samping x/menit, TD: 120/80 mmHg, Suhu: 36oC
penggunaan analgetik

- Memberikan tindakan non


farmakologis terapi
20.30
relaksasi music

- Memfasilitasi istirahat dan


tidur

52
5. 15 Hipervole mia - - Memeriksa tanda dan S: ∞
Februari Anggun C Y.
(D.0022) gejala edema
2020 Klien mengatakan rasa penuh di perut
15.00 - Meninggikan kepala tempat
sudah tidak terasa
tidur 30-40
O:

- Membatasi asupan cairan Asites pada perut klien sudah mulai


15.15 hilang, massa pada abdomen sudah
dan garam teratasi, TD: 120/80 mmHg, Frekuensi
nadi: 90x/menit
- Memonitor intake dan output
cairan

16.30
- Mengkolaborasikan
pemberian diuretik
Memonitor efek samping
diuretic

53
6. 15 Defisit - Mengidentifikasi S: ∞
Februari Nutrisi status nutrisi Anggun C Y.
Klien mengatakan sudah dapat
2020 (D.0019) - Mengidentifikasi kebutuhan menikmati makanan
07.00 kalori dan jenis nutrien
O:
- Memonitor berat badan
- Mengkolaborasikan dengan Klien dapat mengikuti diet yang
diprogramkan dengan baik, berat badan
ahli gizi untuk menentukan klien sudah cukup mengalami
jumlah kalori dan jenis peningkatan

nutrien yang dibutuhkan

- Menyajikan makanan
secara menarik dan suhu
yang sesuai

- Memberikan makanan tinggi


kalori dan tinggi protein

- Memonitor asupan makanan

- Menganjurkan kien
untuk makan sedikit
tapi sering

54
CATATAN PERKEMBANGAN/EVALUASI

No Tanggal/ No dx EVALUASI SUMATIF Paraf & nama


Jam
1. 14 1 S: ∞
Februari Anggun C Y.
Klien mengatakan rasa nyeri telah berkurang dari skala 5 menjadi skaa 4
2020
O:
pukul
21.00 - Nyeri perut akibat asites belum teratasi

- Hepatomegali belum teratasi

- TD: 120/85 mmHg

- RR: 24x/menti

- Klien bersikap protektif

- Frekuensi nadi: 98x/menit

- Klien meringis dan gelisah serta tampak menahan sakit

- Posisi klien semi fowler

55
- Klien belum dapat tidur dengan baik

A:

Masalah belum teratasi

P:

Lanjutkan intervensi
2. 14 2 S: ∞
Februari Anggun C Y.
Klien mengatakan rasa penuh di perut sudah mulai membaik
2020
O:
pukul
19.00 - Perut klien masih mengalami asites
- Massa pada abdomen sudah mulai membaik

56
A:

Masalah belum teratasi

P:

Lanjutkan intervensi

3. 14 3 S: ∞
Februari Anggun C Y.
Klien mengatakan sudah mulai dapat menikmati makanan
2020
O:
pukul
10.00 - Klien membutuhkan makanan tinggi protein dan tinggi kalori

- Klien dapat mengikuti diet yang diprogramkan dengan baik

- Abdomen klien masih terasa nyeri apabila ditekan

57
- Berat badan klien belum mengalami peningkatan

Indikator Skor saat ini Skor


target

Porsi makanan 4 5
yang dihabiskan

Nyeri abdomen 3 5

Indeks massa 4 5
tubuh (IMT)

A:

Masalah belum teratasi

P:

Lanjutkan intervensi
4. 15 1 S: ∞
Februari Anggun C Y.
Klien mengatakan rasa nyeri telah berkurang dari skala 4 menjadi skala 3
2020
O:
pukul
21.00 - Nyeri akibat asites sudah teratasi

58
- Hepatomegali sudah teratasi

- Nyeri tekan pada perut sudah teratasi

- TD: 120/80 mmHg

- Frekuensi nadi: 90x/menit

- RR: 22x/menit

- Klien sudah tidak meringis dan gelisah karena kesakitan

- Klien sudah dapat tidur dengan baik

Indikator Skor saat ini Skor


target

Keluhan nyeri 5 5

Meringis 5 5

Sikap protektif 5 5

Kesulitan tidur 5 5

A:

59
Masalah teratasi

P:

Tidak ada lanjutan intervensi


5. 15 2 S: ∞
Februari Anggun C Y.
Klien mengatakan rasa penuh di perut sudah tidak terasa
2020
O:
pukul
19.00 - Asites pada perut klien sudah sangat membaik

- Massa pada abdomen sudah teratasi

- TD: 120/80 mmHg

- Frekuensi nadi: 90x/menit

Indikator Skor saat ini Skor


target

Keluaran urin 5 5

Edema 5 5

A:

60
Masalah teratasi

P:

Tidak ada lanjutan intervensi


6. 15 3 S: ∞
Februari Anggun C Y.
Klien mengatakan sudah dapat menikmati makanan
2020
O:
pukul
10.00 - Klien membutuhkan makanan tinggi protein dan tinggi kalori

- Klien sudah menghabiskan porsi makanan yang diberikan

- Klien dapat mengiktui diet yang diprogramkan dengan baik

- Nyeri pada abdomen sudah tidak terasa

- Berat badan klien sudah cukup mengalami peningkatan

Indikator Skor saat ini Skor


target

Porsi makanan 5 5
yang dihabiskan

61
Nyeri abdomen 5 5

Indeks massa 5 5
tubuh (IMT)

A:

Masalah teratasi

P:

Tidak ada lanjutan intervensi

62
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Sirosis hepatis merupakan penyakit kronis yang menyerang hati ditandai
dengan inflamasi serta fibrosis yang dapat mengakibatkan distorsi struktur dan
hilangnya Sebagian besar hepar. Perubahan besar dapat terjadi karena sirosis
yaitu matinya sel-sel pada hepar, regenerasi dan jaringan parut yang
menggantikan sel-sel normal, dan terbentuknya sel-sel fibrotik. Memiliki tanda
serta gejala yang bervariasi namun mudah untuk diketahui. Pencegahan penyakit
ini dapat dilakukan mulai sejak dini, karena faktor pola hidup sangat
mempengaruhi terinveksinya penyakit ini.
5.2 Saran
Diharapkan seluruh kalangan dapat mengetahui tanda serta gejala dari
sirosis hepatis ini. Agar juka terdapat tanda-tanda yang menujnukkan munculnya
penyakit dapat segera diatasi dan ditindak lanjuti. Karena Hati merupakan organ
manusia yang memiliki peran penting pata tubuh manusia. Kita adanya
kerusakan pada hati maka tubuh manusia yang lainnya akan ikut terpengaruh.

63
DAFTAR
PUSTAKA

Natasya, N., Bahri, T. S., & Kasih, L. C. (2022). ASUHAN KEPERAWATAN


PADA PSMBA DENGAN SIROSIS HEPATIS: SUATU STUDI
KASUS.
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Fakultas Keperawatan, 1(2).
Smeltzer, S.C & B.G. Bare, 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.
Jakarta: EGC.
Smeltzer, S.C & B.G. Bare. 2002. Buku Ajar Medikal Bedah Edisi 8 Volume
2.
Hambarukmo, S. D. L., dan Fitriyani, N. 2021. Asuhan Keperawatan Pasien
dengan Sirosis Hepatis dalam Pemenuhan Kebutuhan Rasa Nyaman dan
Aman. Jurnal UKH. 3(2): 8-13.
Hansen, John. 2019. Netter Clinical Anatomy, Fourth Edition. Philadelphia:
Elsevier Inc.

Price, S.A. 2005. Patofisilogi Konsep Klinis Proses Penyakit. Jakarta: EGC.
Saputri, F. A. (2021). Sirosis Hepatis (Doctoral dissertation, Poltekkes Kemenkes
Surabaya).
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2018. Standart Diagnosa Keperawatan
Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik. Edisi 1. Jakarta:DPP PPNI.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia:
Definisi dan Tindakan Keperawatan. Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2018. Standart Luaran Keperawatan Indinesia:
Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan. Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

64

Anda mungkin juga menyukai