Dosen pengampu
Dr. Rondhianto, S. Kep., Ners., M. Kep.
Oleh:
Anggun Chrysalis Yuliartha
222310101196
D / 2022
Mengesahkan
ii
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Kami panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga dapat menyelesaikan tugas
Asuhan Keperawatan ini. Tugas ini telah disusun dengan maksimal dan
mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembautan
makalah ini. Untuk itu maka dengan ini penuis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. Rondhianto, S. Kep., Ners., M. Kep. Selaku dosen penanggung jawab
mata kuliah Dasar Keperawatan Medikal Bedah
2. Seluruh pihak yang turut membantu sehingga penyusunan laporan ini dapat
diselesaikan dalam waktu yang singkat.
Penulis berharap bahwa laporan ini dapat disetujui dan menjadi bernilai di
kemudian hari. Banyak ketidaksempurnaan yang penulis miliki. Maka dari itu,
penulis memohon maaf apabila terdapat kesalahan pada laporan ini. Kritik dan
saran yang mendukung sangat diharapkan oleh penulis dari semua pihak agar ke
depannya penulis tidak melakukan kesalahan yang sama.
iii
DAFTAR ISI
iv
3.5 Evaluasi....................................................................................................14
BAB 4...........................................................................................................................................16
4.1 PENGKAJIAN KEPERAWATAN........................................................16
BAB 5...........................................................................................................................................57
PENUTUP....................................................................................................................................57
5.1 Kesimpulan..............................................................................................57
5.2 Saran.........................................................................................................57
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................58
v
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyakit hati merupakan salah satu penyakit yang menjadi salah satu
titik permasalahn di Indonesia. Karena dari tinjauan pola penyakit hati yang
telah dirawat semakin banyak dan luasnya pola penyakit. Jika diurutkan, ada
beberapa jenis penyakit hati yaitu : hepatitis virus akut, sirosis
hati, kanker hati, abses hati. Dari data yang diambil, Sirosis Hati menempati
kedudukan kedua yang paling banyak menyerang masyarakat Indonesia. Sirosis
hati merupakan salah satu penyakit hati kronis yang paling banyak ditemukan
dimasyarakat dan merupakan stadium terakhir dari
penyakit hati menahun (Hadi S, 2000 dalam Stiphany, 2010). Penyakit ini
disebabkan oleh adanya cedera yang terjadi pada struktur seluler dari hati.
Cedera tersebut akan menyebabkan menyebabkan fibrosis terkait dengan radang
kronis dan perubahan necrotic menghasilkan sirosis (Digiulio & Donna
Jackson, 2014). Menurut World Health Organization (WHO) penyakit Sirosis
Hepatis menyebabkan meningkatnya angka kematian dari tahun ke-tahun.
Sekitar lebih dari 700.000 manusia meninggal karena terkena penyakit Sirosis
Hepatis World Health Organization (WHO (2015). Pada tahun 2012 sebanyak
20 juta penduduk Indonesia terserang penyakit hati.
vi
keluar darah pada gusi, mimisan, dan penurunan berat badan yang sangat drastis.
Selain gejala, penyakitt Sirosis Hepatis juga dapat menyebabkan komplikasi
seperti pembengkakkan atau menumpuknya cairan pada edema (kaki) dan
asites(perut) (Perhimpunan Penelitian Hati Indonesia /PPHI 2013)
1.2 Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah peneliti uraikan diatas, maka
perumusan masalah penelitian ini adalah bagaimana penerapan asuhan
keperawatan pada pasien dengan sirosis hepatis di ruang rawat inap Flamboyan
RSUD Dr. Moewardi.
1.3 Tujuan
Mampu mendeskripsikan penyakit Sirosis Hepatis yang menyeraag
pasien serta dapa mendeskripsikan asuhan keperawatan pada pasien dengan
sirosis hepatis di di ruang rawat inap Flamboyan RSUD Dr. Moewardi. Dengan
mengunakan metode ilmiah proses keperawatan mulai dari pengkajian sampai
dengan pembuatan dokumentasi keperawatan.
1.4 Manfaat
1. Bagi Penulis
Dengan dibuatnya tugas asuhan keperawatan ini, penulis dapat memahami cara
bagaimana cara membuat dokumentasi keperawatan kepada pasien dengan
diagnosis Sirosis Hepatis untuk memenuhi tugas mata kuliah Dasar Keperawatan
Medikal Bedah.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Dengan dibuatnya laporan Asuhan Keperawatan ini diharapkan dapat
memberikan sumbangan pikiran untuk pengembangan ilmu dalam penerapan
asuhan keperawatan pada pasien Sirosis Hepatis.
vii
BAB II
KONSEP DASAR PENYAKIT
2.1 Definisi Penyakit
Sirosis hepatis merupakan penyakit kronis yang menyerang hati ditandai
dengan inflamasi serta fibrosis yang dapat mengakibatkan distorsi struktur dan
hilangnya Sebagian besar hepar. Perubahan besar dapat terjadi karena sirosis
yaitu matinya sel-sel pada hepar, regenerasi dan jaringan parut yang
menggantikan sel-sel normal, dan terbentuknya sel-sel fibrotik. Penyakit sirosis
hepatis ini merupakan penyakit hati menahun, yang biasanya ditandai dengan
terbentuknya jaringan ikat yang disertai dengan nodul. Penyakit Sirosis Hepatis
dimulai biasa dirasakan dengan peradangan, nekrosis sel hati yang luas,
pembentukan jaringan ikat serta adanya usaha regenerasi nodul, yang dapat
menyebabkan berubahnya sirkulasi mikro dan makro sel hepar tidak teratur
(Nugroho, 2011).
viii
2.2 Epidemiologi
Penyakit ini mulai meningkat sejak terjadinya perang dunia II, sehingga
sirosis menjadi salah satu penyebab dari angka kematian yang semakin
meningkat hingga paling menonjol. Sebagian dari peningkatan disebabkan
insidensi hepatitis virus yang meningkat, serta semakin banyak
pengkonsumsian asupan alkohol yang sangat meningkat. Karena salah satu
penyebab penyakit ini yaitu akolisme, hingga mengakibatkan kematian nomor
sembilan pada tahun 1998 di Amerika Serikat dengan jumlah mencapai 28000
kematian (NIAA, 1998 dalam Price, 2005).
2.3 Etiologi
Penyebab paling umum sirosis adalah virus hepatitis C (HCV), penyakit
hati alkoholik, dan steatohepatitis nonalkohol (NASH). Penyebab sirosis lainnya
termasuk hepatitis autoimun, kolangitis bilier primer, kolangitis sklerosis
primer, hemokromatosis, penyakit Wilson, defisiensi antitripsin alfa-1, sindrom
Budd-Chiari, sirosis hati akibat obat, dan gagal jantung sisi kanan kronis. Sirosis
kriptogenik didefinisikan sebagai sirosis dengan etiologi yang tidak jelas
ix
(Sharma, B. and Savio, John., 2022). Penyebab sirosis hepatis belum
teridentifikasi dengan jelas, meskipun demikian, Menurut (Black & Hawks,
2009) ada beberapa faktor yang menyebabkan sirosis hepatis yaitu:
a. Sirosis Pascanekrosis (Makronodular)
Disebabkan oleh virus tipe B dan C, yang mempengaruhi hilangnya sel
masif inti melalui regenerasi sel yang tidak teratur. Merupakan bentuk
paling umum di seluruh dunia.
b. Sirosis Billier
Terjadi karena turunnya aliran empedu bersamaan dengan kerusakan sel
hepatosit disekitar duktus empedu seperti dengan kolestasis atau
obstruksi duktus empedu.
c. Sirosis Kardiak
Penyakit hati kronis yang terkait dengan gagal jantung sisi
kanan jangka panjang, seperti atrioventrikular perikarditis konstriktif
lama.
d. Sirosis Alkoholik (mikronodular Laenec)
Merupakan bentuk nodul kecil akibat beberapa agen yang melukai
terus-menerus, terkait dengan penyalahgunaan alkohol.
Selain tanda yang dapat diketahui jika terkena penyakit sirosis hepatis
x
yaitu dengan munculnya gejala klinis berupa :
a. edema
b. ikterus
c. koma
d. spider nevi
e. alopesia pectoralis
f. ginekomastia
g. kerusakan hati
h. asites
i. rambut pubis rontok
j. eritema palmaris
k. atropi testis
2. Hipertensi portal
a. varises oesophagus
b. spleenomegali
c. perubahan sum-sum tulang
d. caput meduse
e. asites
f. collateral veinhemorrhoid
2.5 Patofisiologi
Menurut Black & Hawks tahun 2009 sirosis merupakan tahap akhir yang
selalu terjadi pada banyak tipe cedera hati. Memiliki konsistensi noduler, dengan
berkas fibrosis (jaringan parut) dan daerah kecil jaringan regenerasi. Terdapat
kerusakan luas pada hepatosit. Perubahan bentuk pada hati ini menyebabkan
berubahnya aliran sistem dan endapan jauundis. Menurut Sylvia A. Price &
Lorraine M. Wilson, (2012), gangguan hematologik yang sering terjadi pada
sirosis adalah kecendrungan perdarahan, anemia, leukopenia, dan
trombositopenia. Oleh sebab itu penderita penyakit ini sering mengalami
xi
perdarahan hidung, gusi, menstruasi berat, dan mudah memar. Masa protrombin
dapat memanjang. Hal tersebut terjadi akibat berkurangnya pembentukan faktor-
faktor pembekuan oleh hati.
Morbidilitas dan mortalisitas pasien sirosis disebabkan oleh
perkembangan hipertandi portan dan sirkulasi hiperdinamik. Fibrosis dan
perubahan yang terjadi pada vasoregulasi menyebabkan berkembangnya portal
vasoregulasi, baik secara intrahepatik maupun sistematis, yang juga
mempengaruhin pembentukan sirkulasi kolateral dan sirkulasi hiperdinamik.
Secara intrahepatik, SEC mensintesis nitric oxide (NO) dan endothelin-1 (ET-
1), yang bekerja pada HSC, masing- masing menyebabkan relaksasi atau
kontraksi sinusoid, dan mengendalikan aliran darah sinusoidal. Pada pasien
sirosis, terjadi peningkatan produksi ET- 1, serta peningkatan sensitivitas
reseptornya dengan penurunan produksi NO. Hal tersebut merupakan penyebab
dari meningkatnya vasokonstriksi resistensi intrahepatik, memulai hipertensi
portal. Remodeling vaskular yang dimediasi oleh efek kontraktil HSC di
sinusoid menambah peningkatan resistensi vaskular. Untuk mengkompensasi
peningkatan tekanan intrahepatik ini, sirkulasi kolateral terbentuk. Pada
sirkulasi sistemik dan splanknik, efek sebaliknya terjadi, produksi NO
meningkat dapat menyebabkan vasodilatasi sistemik dan splanknik serta
penurunan pada resistensi vaskular sistemik. Jadi, pada sirosis dengan
hipertensi portal, terjadi penipisan vasodilator (terutama NO) intrahepatik
tetapi kelebihan NO ekstrahepatik di sirkulasi splanknik dan sistemik,
menyebabkan vasokonstriksi sinusoidal dan vasodilatasi splanknik (sistemik).
Kolateral juga berkontribusi pada sirkulasi hiperdinamik dengan meningkatkan
aliran balik vena ke jantung (Sharma, B. and Savio, John., 2022).
xii
2.7 Pengobatan
Pada pengobatan sirosis hepatis terdapat empat prinsip, yaitu :
1. Simtomatis
2. Supportif, yaitu :
a. Istirahat yang cukup
b. Pengaturan makanan yang cukup dan seimbang. Dengan cara :
mencukupi konsumsi kalori, protein 1gr/kgBB/hari dan vitamin
c. Pengobatan berdasarkan etiologi
A) Terapi kombinasi IFN dan Ribavirin terdiri dari IFN 3 juta unit 3
x
seminggu dan RIB 1000-2000 mg perhari, yang diberikan untuk
jangka waktu 24-48 minggu.
B) Terapi induksi Interferon yaitu interferon diberikan dengan dosis
yang lebih tinggi dari 3 juta unit setiap hari untuk 2-4 minggu yang
dilanjutkan dengan 3 juta unit 3 x seminggu selama 48 minggu
dengan atau tanpa kombinasi dengan RIB.
C) Terapi dosis interferon setiap hari.
Dasar pemberian IFN dengan dosis 3 juta atau 5 juta unit tiap hari
sampai HCV-RNA negatif di serum dan jaringan hati.
3. Pengobatan yang spesifik dari sirosishati akan diberikan jika telah terjadi
komplikasi seperti :
1. Astises
2. Spontaneous bacterial peritonitis
3. Hepatorenal syndrome
4. Ensefalophaty hepatic
2.8 Pencegahan
Penyakit sirosis hepatis dapat dicegah dengan cara menjaga pola makan
dan memulai hidup sehat. Berikut bagaimana cara untuk menegah terjadinya
sirosis hepatis:
xiii
1. Mengkonsumsi makanan yang rendah garam
2. Mengkonsumsi suplemen untuk mengurangi tekanan darah dan mencegah
pengeroposan tulang
3. Tidak mengkonsumsi alkohol
4. Mengonsumsi obat antivirus hepatis
5. Menjaga pola makan seimbang dan rajin berolahraga
xiv
2.9 Pathway
15
BAB III
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
Pengkajian adalah langkah pertama dari proses keperawatan yang
sistematis, singkat, menyeluruh, dan berkesinambungan. Pengkajian
merupakan aspek yang sangat penting terutama pada proses dokumentasi
asuhan keperawatan. Tujuan dari pengkajian yaitu untuk mengumpulkan serta
mencatat data dari respon klien yang dapat mempengaruhi kesehatanya.
Adapun sumber data yang dapat digunakan antara lain, klien, keluarga,
catatan klien, riwayat penyakit, konsultasi, hasil pemeriksaan, dan catatan
anggota medis lainya. Untuk mengumpulkan data pengkajian dapat
dikumpulkan melalui wawancara, pemeriksaan fisik dan, observasi. Berikut
merupakan hal-hal yang perlu dilakukan pengkajian:
a. Identitas klien Data
Hal perlu digali pada identitas klien yaitu nama pasien, usia,
pekerjaan, jenis kelamin, pendidikan terakhir, alamat, nomor rekam
medis, status pernikahan, tanggal dan jam MRS, tanggal dan jam
pengkajian, sumber informasi serta penanggung jawab pasien.
b. Riwayat kesehatan klien
Tahap ini merupakan tahap anamnesis dimana tahap ini bertujuan
untuk mengkaji status kesehatan pasien mulai dari pasien sebelum
sakit hingga sakit serta riwayat kesehatan keluarganya. Data riwayat
kesehatan yang harus dikaji pada saat pengkajian riwayat kesehatan
yaitu :
1. Keluhan utama
Keluhan utama merupakan penyebab utama yang dirasakan oleh
pasien sehingga memerlukan bantuan keperawatan.
Pencatatanya sesuai dengan apa yang pasien katakan dan
menggunakan kalimat langsung.
2. Riwayat penyakit sekarang
Dituliskan semua rincian penyakit mulai dari awal (awitan)
hingga bertemu dengan petugas kesehatan. Baik itu waktu,
proses, tempat, suasana, manifestasi masalah dan perjalanan
16
penyakit.
3. Riwayat kesehatan sebelumnya
Penyakit yang pernah dialami, Alergi (makanan, obat, dll)
Imunisasi, Kebiasaan/pola hidup/life style, Obat-obatan yang
digunakan
4. Riwayat penyakit keluarga
Terdiri dari status kesehatan keluarga, usia dan penyebab
kematian keluarga, riwayat penyakit keturunan maupun penyakit
menular dari keluarga.
Genogram:
Genogram disajikan berupa gambar silsilah yang
menggambarkan keturunan (anggota keluarganya) beserta
keadaanya.
a. Pola fungsional Gordon
1. Persepsi kesehatan dan pemeliharaan kesehatan
Mendeskripsikan pola kesehatan pasien dan bagaiman cara
mengelola kesehatan yang sudah pasien terapkan.
2. Pola nutrisi/metabolik (sebelum sakit dan sesudah sakit)
Mendeskripsikan pola kesehatan pasien dan bagaiman cara
mengelola kesehatan yang sudah pasien terapkan.
3. Pola eliminasi (sebelum sakit dan sesudah sakit)
Buang Air Kecil (BAK): frekuensi, jumlah, warna, bau,
karakter, berat jenis, alat bantu, kemandirian, keluhan,
gangguan.
Buang Air Besar (BAB): frekuensi, jumlah, warna, bau,
karakter, berat jenis, alat bantu, kemandirian, keluhan,
gangguan.
4. Pola aktivitas dan latihan (sebelum sakit dan sesudah sakit)
Meliputi semua kemampuan pasien dalam beraktivitas,
pengkajian ADL, tipe aktifitas, kecukupan energi, status
oksigen, fungsi kardiovaskular, terapi oksigen.
3.2 Diagnosa
Diagnosis keperawatan merupakan gambaran yang menggambarkan
rencana intervensi keperawatan guna untuk mengidentifikasi dan menentukan
prioritas asuhan yang akan diberikan berdasarkan dengan respon, tanggapan
dan pengaruh asuhan keperawatan terhadap klien. Perumusan diagnosis
keperawatan yang dikaji bersifat aktual, resiko dan sejahtera. Diagnosis aktual
merupakan keadaan klinis mengenai respon klien yang telah tervalidasi melalui
batasan karakteristik utama. Diagnosis resiko menjelaskan mengenai keadaan
klinis individu, keluarga dan komunitas yang rentan terhadap gangguan
kesehatan. Sedangkan diagnosis sejahtera yaitu keadaan klinis dalam transisi ke
tingkat kesejahteraan yang lebih tinggi.
3.3 Perencanaan
Perencanaan asuhan keperawatan yang biasa disebut dengan intervensi
keperawatan merupakan penyusunan rencana yang oleh perawat untuk kepentingan
keperawatan pasien, perawat yang menulis dan perawat lainya. Tujuan dari
perencanaan keperawatan untuk mencegah, mengurangi, mengoreksi masalah yang
timbul setelah teridentifikasi dalam tahap diagnosis. Perencanaan keperawatan
digunakan untuk memecahkan masalah mengenai tindakan apa yang akan
dilakukan, bagaimana, kapan, dan siapa yang melakukan tindakan. Tahapan
perencanaan asuhan keperawatan diantaranya, menentukan prioritas masalah,
menentukan tujuan, merumuskan kriteria hasil, menentukan rencana tindakan, dan
pendokumentasianya
3.4 Implementasi
3.5 Evaluasi
Tahap evaluasi merupakan tahapan yang membutuhkan perbandingan
yang terencana mengenai kesehatan pasien. Perawat menentukan
perkembangan kesehatan pasien darri hasil evaluasi yang dilakuakn dalam
mencapai tujuan serta dapat mengetahui apakah asuhan keperawatan yang
telah diterapkan sudah efektif atau tidak. Sehingga perawat dapat menentukan
tindakan selanjutnya, apakah rencana dilanjutkan, dimodifikasi, atau
dihentikan. Evaluasi dilaksanakan pada akhir tindakan keperawatan dengan
pendekatan SOAP (Subjektif, Objektif, Analisis dan Perencanaan).
20
BAB 4
4.1 PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Kasus
Pasien Tn. B usia 27 tahun, pendidikan terakhir S1 datang ke rumah
sakit tanggal 12 Februari 2020 mengeluhkan nyeri pada abdomen bagian
kanan atas sampai ulu hati disertai dengan mual muntah dan BAB darah
sebanyak satu kali. Sebelum dibawa ke rumah sakit pasien mengeluh BAB
darah sebanyak 5 kali, muntah satu kali dan disertai dengan perut sakit saat
muntah lalu dibawa ke IGD RSUD Dr. Moewardi dan dipindahkan ke ruang
rawat inap Flamboyan. Pada tanggan 24 Januari 2020 pasien mengalami
pendarahan pada saluran cerna atas dibuktikan dengan adanya pemeriksaan
endoskopi yang dilakukan sebelum pasien rawat inap. Dari hasil pemeriksaan
endoskopi tersebut terdapat varises esofagus grade III dan varises fundus.
Pasien mengatakan memiliki riwayat hepatitis B dan penyakit liver sejak 1
bulan sebelum masuk RS. Pasien mengatakan perutnya sakit ketika dibuat
bergerak, mual dan muntah, nyeri seperti diremas, dan nyeri dirasakan pada
abdomen kanan atas menjalar sampai regio epigastrum dengan skala nyeri 5
21
yang dirasakan hilang timbul. Pasien tampak bersikap protektif dan
menghindari nyeri. TD 120/85 mmHg, Frekuensi nadi 98x/menit, RR
24x/menit, dan suhu 36,2oC.
I.Identitas Klien
Nama : Tn. B No. RM : 135xxxx
Umur : 27 Tahun Pekerjaan : Karyawan
Jenis Kelamin : Laki-laki Status Perkawinan : Kawin
Agama : Tidak Tanggal MRS : 12 Februari 2020
terkaji
Pendidikan : S1 Tanggal Pengkajian : 13 Februari 2020
Alamat : Jl.Betu, Sumber Informasi : Klien dan keluarga
Surakarta
2. Keluhan Utama:
Klien mengeluh nyeri pada perut dan ulu hati disertai dengan mual muntah dan
BAB darah
Klien mengalami BAB darah sebanyak 5 kali, muntah satu kali dan disertai
dengan perut sakit saat muntah. Klien didiagnosa mengalami hepatitis B dan
penyakit liver sejak 1 bulan sebelum masuk rumah sakit. Tekanan darah
klien 120/85 mmHg, suhu 36,2 oC, RR 24x/menit, dan nadi 98x/menit.
22
4. Riwayat kesehatan terdahulu:
a. Penyakit yang pernah dialami dan hospitalisasi:
Klien memiliki riwayat hepatitis virus khususnya tipe B dan penyakit liver.
b. Alergi (obat, makanan, plester, dingin, debu, dll):
Klien dan keluarga mengatakan bahwa klien tidak memiliki riwayat alergi obat
ataupun plester, klien juga tidak memiliki alergi makanan
c. Imunisasi:
Tidak terkaji
Genogram:
23
III. Pengkajian Keperawatan
1. Persepsi Kesehatan & Pemeliharaan Kesehatan
Pemeliharaan Kesehatan:
Keluarga dan klien berusaha agar klien dapat sembuh seperti dahulu dan tidak
merasakan nyeri. Keluarga dan klien berharap agar klien tidak merasakan sakit
atau nyeri yang berkepanjangan dan tidak berada di rumah sakit.
2.1 Antropometeri
BB : 56 Kg
TB : 180 cm
IMT : BB : TB² (m)
: 56 : 3,24
: 17,2 kg/m2
Interpretasi:
IMT klien dibawah nilai normal
25
2.3 Clinical Sign:
Saat dilakukan pengkajian, kondisi umum klien terlihat
lemah, mengernyit, dan meringis
Interpretasi:
Klien menunjukkan kondisi nyeri
3. Pola eliminasi
26
BJ - -
Alat bantu - -
Kemandirian Mandiri Dibantu oleh keluarga
(mandiri/dibantu
Interpretasi:
Pola eliminasi (BAK) klien selama di RS dan di rumah tidak mengalami
masalah, klien hanya merasa lemas ketika berada di RS
27
Makan/minum V
Toileting V
Berpakaian V
Mobilitas di tempat tidur V
Berpindah V
Ambulasi/ROM V
Skor total 18 (ketergantungan ringan)
Keterangan:
0 = tergantung total
1 = dibantu orang lain, dengan
alat 2 = dibantu orang lain
3 = tidak dibantu orang lain, menggunakan
alat 4 = mandiri
Status Skor
ADL: 18 Status
Oksigenasi:
Nafas spontan RR:
24x/menit Fungsi
kardiovaskuler:
TD: 120/85 mmHg, Nadi:
98x/menit Terapi oksigen:
Klien tidak menerima terapi
oksigen Interpretasi:
Klien mengalami takikardia dikarenakan nyeri yang dialami
28
Klien memiliki masalah pada pola tidur dan istirahatnya
Ideal diri klien adalah sehat tidak mengalami gangguan apapun selama
beraktifitas dan mampu melakukan semua kegiatan yang di inginkan
dengan baik tanpa terkendala apapun.
Harga diri:
Harga diri pasien baik, dimana pasien menganggap bahwa dirinya memang
harus dan layak dalam mendapatkan pelayanan kesehatan yang baik dan
mengikuti prosedur perawatan dan pengobatan sehingga kondisi
kesehatannya menjadi lebih baik dari sebelumnya.
Peran Diri:
Peran diri klien terganggu dimana klien sedang sakit sehingga perannya
sebagai seorang karyawan tidak bisa berjalan seperti semestinya, klien
banyak istirahat dan tidak dapat melakukan perannya.
Identitas Diri:
Identitas diri pasien baik dimana walaupun pasien dalam kondisi sakit tapi
masih mampu mengenali dirinya dengan baik.
29
Interpretasi:
Terdapat masalah pada pola persepsi diri klien dimana setiap poin
terganggu akibat kondisi kesehatan yang mengalami penurunan
30
IV. Pemeriksaan Fisik
A. Keadaan umum (status generalis):
Klien masih terbaring diatas tempat tidur, gerakan tubuh terbatas,
kesadaran composmentis
B. Tanda Vital:
Tekanan Darah : 120/85
mmHg Nadi : 98 X/mnt
RR : 24 X/mnt
Suhu : 36,2 oC
Interpretasi:
Untuk tekanan darah, frekuensi nadi, dan suhu klien dalam kondisi
normal. Untuk frekuensi pernafasan klien dalam keadaan cukup
tinggi/tidak normal.
C. Pengkajian Fisik (Inspeksi, Palpasi, Perkusi, Auskultasi)
1. Kepala
- Inspeksi : rambut pendek, lurus, dan berwarna hitam
- Palpasi : tidak terdapat benjolan, krepitasi, dan
terdapat nyeri tekan
- Auskultasi :-
- Perkusi :-
2. Mata
- Inspeksi : reflek cahaya positif, konjungtiva anemis
- Palpasi : tidak terdapat benjolan dan tidak terdapat
nyeri tekan
- Auskultasi :-
- Perkusi :-
3. Telinga
- Inspeksi : bentuk telinga simetris, tidak menggunakan
alat bantu pendengaran, dan telinga dalam kondisi bersih
- Palpasi : tidak terdapat benjolan pada telinga, tidak
terdapat nyeri tekan
- Auskultasi :-
31
- Perkusi :-
4. Hidung
- Inspeksi : tidak terdapat luka, hidung dalam kondisi bersih
- Palpasi : tidak terdapat massa pada hidung, tidak terdapat
nyeri tekan
5. Mulut
- Inspeksi : mukosa bibir lembab, tidak terdapat lesi
- Palpasi : tidak terdapat benjolan pada area mulut, tidak
terdapat nyeri tekan
6. Leher
- Inspeksi : leher terlihat simetris bilateral, tidak terdapat
benjolan, tidak terdapat lesi
- Palpasi : tidak terdapat benjolan dan tidak terdapat
nyeri tekan
7. Dada
Jantung
- Inspeksi : bentuk dada simetris, tidak terdapat benjolan,
pengembangan dada simetris kedua sisi, dan tidak menggunakan
otot bantu pernapasan
- Palpasi : pergerakan pernapasan kanan dan kiri
simteris, tidak terdapat massa atau benjolan pada daerah dada,
vocal vremitus teraba jelas dikedua sisi
- Perkusi : suara sonor pada sinistra dan pekak pada dekstra
- Auskultasi : tidak terdapat bunyi napas tambahan pada
sinistra dan suara redup pada dekstra
Paru
- Inspeksi : tampak pergerakan ictus cordis
- Palpasi : ictus cordis teraba
- Perkusi : suara sonor
- Auskultasi : BJ1 BJ tunggal
32
8. Abdomen
- Inspeksi : bentuk perut membesar karena terdapat asites pada perut
- Palpasi : terdapat nyeri tekan di kuadran kanan atas dan
terdapat massa apda abdomen dan hepatomegaly
- Perkusi : terdengar suara thympani
- Auskultasi: bising usus 18x/menit
- Pengkajian nyeri:
- P (Provokatif) : klien mengatakan nyeri bertambah saat bergerak
- Q (Quality) : klien mengatakan nyeri seperti ditusuk tusuk
- R (Regional) : klien mengatakan nyeri di bagian abdomen
kanan atas
- S (Scale) : skala nyeri 5/10
- T (Time) : Nyeri hilang timbul
9. Genetalia dan anus
- Inspeksi : tidak terpasang kateter
- Palpasi :-
- Auskultasi :-
- Perkusi :-
10. Ekstremitas
Ekstremitas atas
Tidak ada benjolan, terpasang infus plug di tangan kanan, kulit
lembab, dan warna kulit sawo matang
Ekstremitas bawah
Tidak terpasang infus, tidak terdapat edema, dan kulit kering
- Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan pada ekstremitas atas
maupun bawah
- Kekuatan otot:
5 5
5 5
33
11. Kulit dan kuku
- Inspeksi : kulit berwarna sawo matang, akral hangat, dan tidak ada
lesi
- Palpasi : CRT <2
12. Keadaan lokal (sesuai penyakit)
Kondisi keseluruhan klien dalam keadaan cukup dimana GCS 456.
34
V. Terapi
Deskripsi Terapi
35
Na Naproxen adalah jenis obat 500-1000 Per oral Indikasi: - Mual Pemberian
pro
analgesik yang digunakan untuk mg/KgBB - Gout akut dan obat ini
xe
/12
n mengurangi rasa nyeri, bengkak, - Arthritis muntah untuk
jam
dan kemerahan akibat infeksi. - Penanganan nyeri - Kantuk mengatasi
Obat ini bekerja dengan cara - Diare masalah
menghambat produksi hormon Kontraindikasi Klien - Sakit perut nyeri pada
prostaglandin yang diproduksi dengan - Konstipasi klien
tubuh saat mengalami infeksi hipersensitivitas obat Pusing
golongan analgesik
Ch Chlorotiazide merupakan jenis 25-100 Per oral Indikasi: - Sakit kepala Pemberian
lor mg/12
obat diuretik yang digunakan Edema, 37erivate37mia, dan - Sakit otot obat ini
oti jam
azi untuk mengurangi cairan hipertensi Kontraindikasi: - Rasa haus untuk
d
tambahan pada tubuh akibat - Klien dengan gangguan ginjal yang berlebih mengurangi
edema. berat, anuria, dan - Detak kelebihan
hipersensitivitas terhadap obat jantung cairan pada
golongan 37erivate tidak tubuh klien
sulfonamide normal akibat
36
- Mual adanya asites
dan perut
muntah
37
VI. Pemeriksaan Penunjang & Laboratorium
a. Pemeriksaan penunjang hasil hematologi pada tanggal 13 Februari 2020
didapatkan hasil:
Nilai normal Hasil
No Jenis pemeriksaan (Tanggal/Jam)
Nilai S 19-02-2020
at
u
a
n
1. Hemoglobin 11,4-15 g/dL 8,0
2. Eritrosit 4,0-5,0 106/mL 2,70
3. Leukosit 4,7-11,3 103/mL 16,5
4. Hematokrit 38-42 % 30
5. Ureum 14-39 mg/dL 36,8
6. Kreatinin <1,2 mg/dL 1,3
7. AST/SGOT 5-40 u/L 48
8. ALT/SGPT 7-56 u/L 64
b. Pemeriksaan Radiologi
Tidak Terkaji
c. Pemeriksaan Penunjang Lainnya
Dilakukan pemeriksaan endoskopi pada tanggal 24 Januari 2020 Interpretasi hasil:
endoskopi tersebut terdapat varises esofagus grade III dan varises fundus.
38
ANALISIS DATA
O:
- Suara thympani
- Hepatomegali
- RR: 24x/menit
- Nadi: 98x/menit
- Hepatomegaly
39
terdapat asites pada
perut
- Terdapat massa
pada abdomen
2 S: Klien mengatakan perut Sirosis Hepatis Hipervolemia (D. ∞
terasa penuh dan nyeri D.0022) Anggun C Y.
O: Fungsi hati
- Bising usus 18x/menit terganggu
- Suara thympani
- Hepatomegaly
O: Gangguan fungsi
- IMT = 17,2 kg/m2 hati
- Ketidakmampuan untuk
memproses/mencerna
makanan Gangguan
- Anoreksia pembentukan
40
Lemak tidak dapat
diemulsikan
Defisit Nutrisi
DIAGNOSA KEPERAWATAN
41
No. Diagnosis Tan Tan Keterangan
gga ggal
Keperawa
l
tan Pen
Per capa
um ian
usa
n
Nyeri akut b.d. 13 15 Klien mengalami
Feb Febr
agen nyeri akut pada
rua uari
pencedera ri bagian abdomen
202
biologis 202 0 dikarenakan
0
d.d. klien inflamasi pada
mengeluh bagian hati yang
nyeri, tampak menyebabkan
meringis, asites
hepatomegaly,
asites
Hipervolemia 13 15 Klien mengalami
Feb Febr
berhubungan hypervolemia
rua uari
dengan ri akibat
202
gangguan 202 0 adanya asites yang
0
mekanisme diakibatkan oleh
regulasi inflamasi pada hati
ditandai
dengan
hepatomegali,
asites dan
terdapat
massa pada abdomen.
Defisit nutrisi 13 15 Klien mengalami
Feb Febr
berhubungan deficit nutrisi
rua uari
dengan ri akibat dari nyeri
202
peningkatan 202 0 dan proses
0
kebutuhan inflamasi pada
metabolisme organ hati
ditandai
42
dengan
anoreksia dan
IMT = 17,2 kg/m2
43
INTERVENSI
Paraf &
No. Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Nama
1. Nyeri akut b.d. agen Tingkat Nyeri (L.08066) Manajemen Nyeri (I.08238) ∞
pencedera fisiologis Anggun C Y.
Setelah dilakukan tindakan Observasi
(inflamasi) d.d. klien
keperawatan selama 2 x 24 jam,
- Identifikasi lokasi, karakteristik,
mengeluh nyeri,
diharapkan tingkat nyeri menurun
durasi, frekuensi, kualitas dan
tampak meringis,
dengan kriteria hasil:
intensitas nyeri
hepatomegaly, asites
1. Keluhan nyeri
- Identifikasi skala nyeri
2. Meringis
- Monitor efek samping
3. Sikap protektif penggunaan analgesik
Edukasi
- Jelaskan strategi meredakan nyeri
44
secara tepat
Kolaborasi
Terapeutik
Edukasi
Terapeutik
Edukasi
Kolaborasi
46
- Kolaborasi pemberian pereda
nyeri sebelum makan
Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrien yang dibutuhkan
47
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Ket: Hari Ke-1&2/14&15 Februari 2020
48
1. 14 Nyeri Akut - Mengidentifikasi lokasi, S: ∞
Februari (D.0077) karakteristik, durasi, Anggun C
Klien mengatakan rasa nyeri telah
2020 frekuensi, kualitas dan Y.
berkurang dari skala 5 menjadi skala 4,
intensitas nyeri
09.00 namun masih timbul apabila ditekan
- Mengidentifikasi skala nyeri
O:
- Memosisikan pasien
Klien tampak meringis dan gelisah
semi fowler
ketika lokasi nyeri ditekan,
09.15 hepatomegali belum teratasi, nyeri perut
- Mengkolaborasikan akibat asites belum teratasi, klien masih
pemberian analgesik enggan ketika hendak diperiksa bagian
penggunaan analgetik
- Menjelaskan strategi
meredakan nyeri
- Memfasilitasi istirahat
20.30
dan tidur
2. 14 Hipervole - Identifikasi penyebab S: ∞
Februari mia hypervolemia Anggun C Y.
Klien mengatakan rasa penuh di area
2020 (D.0022) - Periksa tanda dan gejala perut sudah mulai membaik
15.00 edema
O:
Tinggikan kepala
tempat tidur 30-40o 1. Perut klien masih mengalami asites,
massa pada abdomen sudah mulai
membaik
- Batasi asupan cairan
15.15
- Ajarkan cara membatasi
cairan
50
3. 14 Defisit - Mengidentifikasi S: ∞
Februari Nutrisi status nutrisi Anggun C Y.
Klien nengatakan sudah mulai dapat
2020 (D.0019) - Mengidentifikasi kebutuhan menikmati makanan
07.00 kalori dan jenis nutrien
O:
- Memonitor berat badan
Klien dapat menigkuti diet yang
Mengajarkan diet yang diprogramkan dengan baik, berat badan
diprogramkan klien belum mengalami peningkatan
- Menyajikan makanan
secara menarik dan suhu
yang sesuai
51
Memonitor berat
badan
4. 2020 Nyeri Akut - Mengidentifikasi lokasi, S: ∞
(D.0077) karakteristik, durasi, Anggun C Y.
09.00 Klien nengatakan sudah mulai
frekuensi, kualitas dan
berkurang rasa nyerinya dari skala 4
intensitas nyeri
menjadi skala 3
09.15 - Mengidentifikasi skala nyeri
O:
52
5. 15 Hipervole mia - - Memeriksa tanda dan S: ∞
Februari Anggun C Y.
(D.0022) gejala edema
2020 Klien mengatakan rasa penuh di perut
15.00 - Meninggikan kepala tempat
sudah tidak terasa
tidur 30-40
O:
16.30
- Mengkolaborasikan
pemberian diuretik
Memonitor efek samping
diuretic
53
6. 15 Defisit - Mengidentifikasi S: ∞
Februari Nutrisi status nutrisi Anggun C Y.
Klien mengatakan sudah dapat
2020 (D.0019) - Mengidentifikasi kebutuhan menikmati makanan
07.00 kalori dan jenis nutrien
O:
- Memonitor berat badan
- Mengkolaborasikan dengan Klien dapat mengikuti diet yang
diprogramkan dengan baik, berat badan
ahli gizi untuk menentukan klien sudah cukup mengalami
jumlah kalori dan jenis peningkatan
- Menyajikan makanan
secara menarik dan suhu
yang sesuai
- Menganjurkan kien
untuk makan sedikit
tapi sering
54
CATATAN PERKEMBANGAN/EVALUASI
- RR: 24x/menti
55
- Klien belum dapat tidur dengan baik
A:
P:
Lanjutkan intervensi
2. 14 2 S: ∞
Februari Anggun C Y.
Klien mengatakan rasa penuh di perut sudah mulai membaik
2020
O:
pukul
19.00 - Perut klien masih mengalami asites
- Massa pada abdomen sudah mulai membaik
56
A:
P:
Lanjutkan intervensi
3. 14 3 S: ∞
Februari Anggun C Y.
Klien mengatakan sudah mulai dapat menikmati makanan
2020
O:
pukul
10.00 - Klien membutuhkan makanan tinggi protein dan tinggi kalori
57
- Berat badan klien belum mengalami peningkatan
Porsi makanan 4 5
yang dihabiskan
Nyeri abdomen 3 5
Indeks massa 4 5
tubuh (IMT)
A:
P:
Lanjutkan intervensi
4. 15 1 S: ∞
Februari Anggun C Y.
Klien mengatakan rasa nyeri telah berkurang dari skala 4 menjadi skala 3
2020
O:
pukul
21.00 - Nyeri akibat asites sudah teratasi
58
- Hepatomegali sudah teratasi
- RR: 22x/menit
Keluhan nyeri 5 5
Meringis 5 5
Sikap protektif 5 5
Kesulitan tidur 5 5
A:
59
Masalah teratasi
P:
Keluaran urin 5 5
Edema 5 5
A:
60
Masalah teratasi
P:
Porsi makanan 5 5
yang dihabiskan
61
Nyeri abdomen 5 5
Indeks massa 5 5
tubuh (IMT)
A:
Masalah teratasi
P:
62
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Sirosis hepatis merupakan penyakit kronis yang menyerang hati ditandai
dengan inflamasi serta fibrosis yang dapat mengakibatkan distorsi struktur dan
hilangnya Sebagian besar hepar. Perubahan besar dapat terjadi karena sirosis
yaitu matinya sel-sel pada hepar, regenerasi dan jaringan parut yang
menggantikan sel-sel normal, dan terbentuknya sel-sel fibrotik. Memiliki tanda
serta gejala yang bervariasi namun mudah untuk diketahui. Pencegahan penyakit
ini dapat dilakukan mulai sejak dini, karena faktor pola hidup sangat
mempengaruhi terinveksinya penyakit ini.
5.2 Saran
Diharapkan seluruh kalangan dapat mengetahui tanda serta gejala dari
sirosis hepatis ini. Agar juka terdapat tanda-tanda yang menujnukkan munculnya
penyakit dapat segera diatasi dan ditindak lanjuti. Karena Hati merupakan organ
manusia yang memiliki peran penting pata tubuh manusia. Kita adanya
kerusakan pada hati maka tubuh manusia yang lainnya akan ikut terpengaruh.
63
DAFTAR
PUSTAKA
Price, S.A. 2005. Patofisilogi Konsep Klinis Proses Penyakit. Jakarta: EGC.
Saputri, F. A. (2021). Sirosis Hepatis (Doctoral dissertation, Poltekkes Kemenkes
Surabaya).
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2018. Standart Diagnosa Keperawatan
Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik. Edisi 1. Jakarta:DPP PPNI.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia:
Definisi dan Tindakan Keperawatan. Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2018. Standart Luaran Keperawatan Indinesia:
Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan. Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
64