Anda di halaman 1dari 54

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN SISTEM

PENCERNAAN PADA Tn M DENGAN DIAGNOSA


MEDIS GASTRITIS

Disusun oleh :

Wenie
2017.C.09a.0913

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI SARJANA
KEPERAWATAN
T.A 2020/2021
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan ini di susun oleh :

Nama : Wenie

NIM : 2017.C.09a.0913

Program Studi : S-1 Keperawatan

Judul : Laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan sistem


Pencernaan pada Tn. M dengan diagnosa medis Gastritis.

Telah melakukan asuhan keperawatan sebagai persyaratan untuk


menyelesaikan Praktik Pra-klinik Keperawatan 2 Program Studi S-1 Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Eka Harap Palangkaraya.

Laporan keperawatan ini telah disetujui oleh :

Pembimbing Akademik

i
Yelstria Ulina Tarigan, S.Kep.Ners.

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
anugerah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan Kasus dengan judul
”Asuhan Keperawatan Pada Tn. M Dengan Diagnosa Medis Gastritis Di Ruang
Sistem Pencernaan”. Laporan Kasus Asuhan Keperawatan ini merupakan salah
satu persyaratan pada Pendidikan Program Sarjana Keperawatan Stase
Keperawatan Medikal Bedah II di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Eka Harap
Palangka Raya.

Selama menyusun Laporan Kasus Asuhan Keperawatan ini, penyusun


mendapat bimbingan dan dukungan dari berbagi pihak serta bantuan baik secara
langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, pada kesempatan ini secara
khusus penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada:

1) Ibu Maria Adelheid Ensia, S.Pd., M.Kes. selaku Ketua STIKes Eka Harap
Palangka Raya.
2) Ibu Meilitha Carolina, Ners, M.Kep. selaku Ketua Program Studi S1
Keperawatan.
3) Yelstria Ulina Tarigan, S.Kep.,Ners selaku Pembimbing Akademik yang
telah memberikan dorongan, arahan dan pemikiran serta penuh kesabaran

ii
membimbing penyusunan dalam menyelesaikan Laporan Kasus Asuhan
Keperawatan ini.
4) Tn. M sebagai klien yang diberikan asuhan keperawatan yang telah bersedia
menjadi responden.

5) Semua pihak yang telah membantu hingga Laporan Kasus Asuhan


Keperawatan ini dapat terselesaikan, yang mana telah memberikan bimbingan
dan bantuan kepada penyusun.

Semoga Laporan Kasus Asuhan Keperawatan ini dapat bermanfaat bagi


perkembangan ilmu pengetahuan khususnya di bidang ilmu keperawatan.
Penyusun menyadari bahwa dalam menyusun Laporan Kasus Asuhan
Keperawatan ini masih jauh dari sempurna untuk itu kepada semua pihak,
penyusun mengharapkan kritik dan saran yang membangun sehingga dapat
menunjang kesempurnaan Laporan Kasus Asuhan Keperawatan ini.

Palangka Raya, 26 Oktober 2020

Penulis

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL DEPAN


LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... i
KATA PENGANTAR ................................................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................................... iii

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang............................................................................................ 1
1.2.Rumusan Masalah....................................................................................... 2
1.3 Tujuan Penulisan........................................................................................ 2
1.3.1 Tujuan Umum.......................................................................................... 2
1.3.2 Tujuan Khusus......................................................................................... 2
1.4 Manfaat Penulisan...................................................................................... 3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dasar Gastritis............................................................................... 4
2.1.1 Definisi.................................................................................................... 4

iv
2.1.2 Anatomi Fisiologii................................................................................... 5
2.1.3 Etiologi.................................................................................................... 6
2.1.4 Klasifikasi................................................................................................ 6
2.1.5 Patofisiologi (WOC)................................................................................ 7
2.1.6 Manifestasi Klinis.................................................................................... 8
2.1.7 Komplikasi............................................................................................... 8
2.1.8 Pemeriksaan Penunjang........................................................................... 9
2.1.9 Penatalaksanaan Medis............................................................................ 9
2.2 Konsep Manajemen Asuhan Keperawatan................................................. 11
2.2.1 Pengkajian................................................................................................ 11
2.2.2 Diagnosis Keperawatan........................................................................... 14
2.2.3 Intervensi................................................................................................. 14
2.2.4 Implementasi............................................................................................ 16
2.2.5 Evaluasi.................................................................................................... 16
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian Keperawatan............................................................................ 17
3.2 Diagnosa..................................................................................................... 26
3.3 Intervensi keperawatan............................................................................... 29
3.4 Implementasi keperawatan......................................................................... 33
3.5 Evaluasi Keperawatan (catatan perkembangan SOAP).............................. 33
BAB 4 PENUTUP
4.1 Kesimpulan................................................................................................. 44
4.2 Saran........................................................................................................... 45

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

SAP

Leaflet

v
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Gastritis merupakan gangguan kesehatan paling sering di jumpai diklinik
karena diagnosisnya sering hanya berdasarkan gejala klinis bukan pemeriksaan
hispatologi (Priyanto, 2008). Gastritis atau radang lambung yang juga dikenal
dengan sakit radang maag. Meski dirasa sepele, kenyataannya penyakit ini tetap
saja menjadi momok bagi penderitanya. Tanpa pemeriksaan dan pengobatan yang
tepat, sakit radang maag justru dapat berkembang menjadi kanker lambung. Sakit
radang maag merupakan penyakit yang terjadi saat lambung mengalami
perubahan fungsi maupun peradangan (Dewanto, 2012).Penyakit gastritis  yang
terjadi pada lambung umumnya disebabkan oleh dua faktor, yaitu faktor infeksi
dan non infeksi. Faktor infeksi umumnya disebabkan oleh bakteri, virus, jamur
dan protozoa. Kuman Helicobacter Pylori merupakan penyebab tersering. Faktor
non infeksi disebabkan oleh hadirnya zat asing yang masuk dalam tubuh melalui
makanan atau minuman yang dapat menyebabkan peradangan lambung (Dewanto,
2012).
Badan penelitian kesehatan WHO mengadakan tinjauan terhadap 8 negara
dunia dan mendapatkan beberapa hasil persentase dari angka kejadian gastritis di
dunia, dimulai dari Negara yang angka kejadian gastritisnya paling tinggi yaitu
Amerika dengan persentase mencapai 47% kemudian diikuti oleh India dengan
persentase 43%, lalu beberapa Negara lainnya seperti Inggris 22%, China 31%,
Jepang 14,5%, Kanada 35%, Perancis 29,5%, dan Indonesia 40,8% (Nurlina,
2012). penelitian dan pengamatan yang dilakukan oleh depertemen kesahatan RI
angka kejadian gastritis di beberapa kota di Indonesia ada yang tinggi mencapai
91,6% yaitu di kota Medan, lalu di beberapa kota lainnya seperti Surabaya 31,2%,
Denpasar 46%, Jakarta 50%, Bandung 32,5%, Palembang 35,3%, Aceh 31,7%
dan Pontianak 31,2%. Hal tersebut disebabkan oleh pola makan yang kurang
sehat (Nurlina, 2012).
2

Ketika penderita gastritis menjalankan perilaku sehat maka kontrol diri


mempunyai peranan dalam mengarahkan perilaku yang akan berdampak positif
bagi kesehatan, dan menjadi penentu penderita gastritis dalam menjalankan
perilaku sehat. Seseorang yang memiliki kontrol diri yang kuat terhadap dirinya
akan mampu menjalankan perilaku sehat dalam kehidupannya sehari-hari,
sehingga kemungkinan kekambuhan pada penyakitnya akan semakin berkurang
dan juga dapat mengontrol dampak-dampak negatif yang akan muncul jika
perilaku sehat tersebut tidak terjalankan dengan baik. Berdasarkan dari latar
belakang yang telah dikemukakan penulis tertarik untuk membuat asuhan
keperawatan pasien dengan gastritis.
.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan hasil pembahasan di atas “Bagaimana pelaksanaan Asuhan
Keperawatan Pada Pasien Dengan Diagnosa Medis Gastritis Di rumah sakit mulai
dari pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi sampai dengan evaluasi
keperawatan? ”

.3 Tujuan Penulisan
.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum dari penulis studi kasus ini adalah untuk memberikan Asuhan
Keperawatan Pada Pasien Dengan Diagnosa Medis Gastritis Di rumah sakit
dengan menggunakan proses keperawatan dari pengkajian sampai dengan evaluasi
keperawatan.
.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2.1 Mengidentifikasi pengkajian pada Pada Pasien Dengan Diagnosa Medis
Gastritis Di rumah sakit.
1.3.2.2 Mengidentifikasi diagnosa pada Pada Pasien Dengan Diagnosa Medis
Gastritis Di rumah sakit.
1.3.2.3 Mengidentifikasi intervensi pada Pada Pasien Dengan Diagnosa Medis
Gastritis Di rumah sakit.
1.3.2.4 Mengidentifikasi implementasi pada Pada Pasien Dengan Diagnosa Medis
Gastritis Di rumah sakit.
1.3.2.5 Mengidentifikasi evaluasi dari hasil tindakan keperawatan yang dilakukan
pada Pada Pasien Dengan Diagnosa Medis Gastritis Di rumah sakit.
3

.4 Manfaat Penulisan
1.4.1 Bagi Peningkatan Kualitas Asuhan Keperawatan
Laporan kasus ini diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu acuan
dalam meningkatkan kualitas pelayanan asuhan keperawatan pada klien Gastritis
yang digunakan dalam peningkatan profesi keperawatan dan pelayanan kesehatan.
1.4.2 Bagi Pengembangan IPTEK
Dengan adanya laporan studi kasus diharapkan dapat menimbulkan ide-ide
dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang keperawatan
terutama penembangan dalam pelaksanaan asuhan keperawatan dengan konsep
pendekatan proses keperawatan.
1.4.3 Bagi Institusi
1.4.3.2 Pendidikan
Sebagai tolak ukur tingkat kemampuan mahasiswa dalam penguasaan
terhadap ilmu keperawatan dan pendokumentasian proses keperawatan khususnya
bagi mahasiswa STIKES Eka Harap Palangka Raya dalam memberikan asuhan
keperawatan pada klien Gastritis sehingga dapat diterapkan di masa yang akan
datang.
1.4.3.2 Rumah Sakit
Memberikan kerangka pemikiran ilmiah yang bermanfaat bagi rumah sakit
dalam peningkatan mutu pelayanan kesehatan dan memberikan gambaran
pelayanan asuhan keperawatan pada klien dengan kasus Gastritis.
1.4.3.3 Bagi Profesi
Asuhan keperawatan dengan klien Gastritis ini diharapkan dapat
memberikan masukan sebagai salah satu referensi bagi perawat untuk
meningkatkan mutu asuhan keperawatan.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

.1 Konsep Dasar Penyakit


.1.1 Pengertian

Gastritis adalah inflamasi mukosa lambung yang diakibatkan oleh diet yang
tidak benar atau makanan yang berbumbu atau mengandung mikroorganisme
penyebab penyakit (David Overdorf 2014).
Gastritis akut adalah lesi mukosa akut berupa erosi atau perdarahan akibat
faktor-faktor agresif atau akibat gangguan sirkulasi akut mukosa berupa erosi atau
perdarahan akibat faktor-faktor agresif atau akibat gangguan sirkulasi akut
mukosa lambung (Grace, Pierce A.dkk 2012).
Gastritis adalah proses inflamasi pada mukosa dan submukosa lambung.
Secara histopatologi dapat dibuktikan dengan adanya infiltrasi sel-sel radang pada
daerah tersebuh (Suyono Slamet 2010).
Dari beberapa pengertian tentang gastritis menurut para ahli, dapat
disimpulkan bahwa gastritis adalah inflamasi yang terjadi pada mukosa lambung
ditandai dengan adanya radang pada daerah tersebut yang disebabkan karena
mengkonsumsi makanan yang dapat meningkatkan mukosa lambung (seperti
makanan asam atau pedas) atau bisa disebabkan oleh kebiasaan merokok dan
minum alkohol.

4
5

.1.2 Anatomi Fisiologi

Lambung dalam bahasa inggris (stomach) dan dalam bahasa belanda (maag)
atau ventrikulus atau gaster. Berupa suatu kantong yang terletak dibawah sekat
rongga badan. Lambung menerima persediaan darah yang melimpah dari arteri
gastrika dan arteri lienalis, persyarafan diambil dari vagus dan dari pleksus seliaka
sistema simpatis. Makanan masuk kedalam lambung dari kerongkongan melalui
otot berbentuk cincin (sfingter), yang bisa membuka dan menutup. Dalam
keadaan normal, sfingter menghalangi masuknya kembali isi lambung kedalam
kerongkongan.
Lambung berfungsi sebagai gudang makanan, yang berkontraksi secara ritmik
untuk mencampur makanan dengan enzim-enzim. Sel-sel yang melapisi lambung
menghasilkan 3 zat penting yaitu :
1. Lendir berfungsi untuk melindungi sel-sel lambung dari kerusakan oleh asam
lambung. Setiap kelainan pada lapisan lendir ini, bisa menyebabkan
kerusakan yang mengarah kepada terbentuknya tukak lambung.
2. Asam klorida (HCL) berfungsi untuk menciptakan suasana yang sangat asam,
yang diperlukan oleh pepsin guna memecah protein. Keasaman lambung yang
tinggi juga berperan sebagai penghalang terhadap infeksi dengan cara
membunuh berbagai bakteri.
3. Perkursor pepsin merupakan enzim yang memecahkan protein.
2.1.3 Etiologi
2.1.3.1 Gastritis Akut
a.      Obat analgetik anti inflamasi (aspirin)
b.     Bahan kimia (lysol)
6

c.      Merokok
d.     Alkohol
e.      Stres fisis yang disebabkan oleh luka bakar, sepsis, trauma pembedahan, dll
f.      Refluks usus lambung
g.     Endotoksin
Bentuk terberat dari gastritis akut disebabkan oleh mencerna asam atau alkali
kuat, yang dapat menyebabkan mukosa menjadi gangren atau perforasi.
Pembentukan jaringan parut dapat terjadi, yang mengakibatkan obstruksi pilorus.
Gastritis juga merupakan tanda pertama dari infeksi sistemik akut.
Faktor yang dapat menyebabkan rusaknya mukosa lambung adalah :
a.      Kerusakan mukosa barier sehingga difusi balik ion H+ meningkat
b.     Perfusi mukosa lambung terganggu
c.      Jumlah asam lambung meningkat
Faktor ini saling berhubungan, misalnya stres fisik yang dapat menyebabkan
perfusi mukosa lambung terganggu sehingga timbul daerah-daerah infark kecil.
Disamping itu, sekresi asam lambung juga terpacu. Pada gastritis refluks, gastritis
karena bahan kimia, obat, mucosal barier rusak menyebabkan difusi balik ion H +
meningkat. Suasana asam yang terdapat pada lumen lambung akan mempercepat
mucosal barier oleh cairan usus.
2.1.3.2 Gastritis Kronik
a.   Pada umumnya belum diketahui
b.   Sering dijumpai bersama dengan penyakit lain (anemia penyakit adisson dan
gondok)
c.   ulkus lambung kronik atau oleh bakteri Helicobacter pylory (H. Pylory)
d.   Beberapa peneliti menghubungkan dengan proses imunologi
2.1.4 Klasifikasi
Gastritis menurut jenisanya terbagi menjadi dua yaitu (David Overdorf 2012)
2.1.4.1 Gastritis akut
Disebabkan oleh mencerna asam atau alkali kuat yang dapat menyebabkan
mukosa menjadi gangren atau perforasi. Gastritis akut dibagi menjadi dua garis
besar yaitu :
7

1) Gastritis eksogen akut (biasanya disebabkan oleh faktor –faktor dari luar,
seperti bahan kimia misal : lisol, alkohol, merokok, kafein lada, steroid,
mekanis iritasi bakterial, obat analgetik, anti inflamasi terutama aspirin
(aspirin yang dosis rendah sudah dapat menyebabkan erosi mukosa
lambung) ).
2) Gastritis endogen akut adalah gastritis yang disebabkan oleh kelainan badan.
2.1.4.2 Gastritis kronik
Inflamasi lambung yang lama dapat disebabkan oleh ulkus benigna atau
maligna dari lambung, atau oleh bakteri Helicobacter Pylori. Gastritis kronik
dikelompokkan dalam dua tipe yaitu tipe A dan tipe B. Dikatakan gastritis kronik
tipe A jika mampu menghasilkan imun sendiri. Tipe ini dikaitkan dengan atropi
dari kelenjar lambung dan penurunan mukosa. Penurunan pada sekresi gastrik
mempengaruhi produksi antibodi. Anemia pernisinosa berkembang pada proses
ini. Gastritis kronik tipe B lebih lazim. Tipe ini dikaitkan dengan infeksi
Helicobaxter pylori yang menimbulkan ulkus pada dinding lambung.
2.1.5 Patofisiologi
2.1.5.1 Gastritis Akut
Gastritis akut dapat disebabkan oleh karena stres, zat kimia misalnya obat- obatan
dan alkohol, makanan yang pedas, panas maupun asam. Pada para yang
mengalami stres akan terjadi perangsangan saraf simpatis NV (Nervus vagus)
yang akan meningkatkan produksi asam klorida (HCl) di dalam lambung. Adanya
HCl yang berada di dalam lambung akan menimbulkan rasa mual, muntah dan
anoreksia. Zat kimia maupun makanan yang merangsang akan menyebabkan sel
epitel kolumner, yang berfungsi untuk menghasilkan mukus, mengurangi
produksinya. Sedangkan mukus itu fungsinya untuk memproteksi mukosa
lambung agar tidak ikut tercerna. Respon mukosa lambung karena penurunan
sekresi mukus bervariasi diantaranya vasodilatasi sel mukosa gaster. Lapisan
mukosa gaster terdapat sel yang memproduksi HCl (terutama daerah fundus) dan
pembuluh darah. Vasodilatasi mukosa gaster akan menyebabkan produksi HCl
meningkat. Anoreksia juga dapat menyebabkan rasa nyeri. Rasa nyeri ini
ditimbulkan oleh karena kontak HCl dengan mukosa gaster. Respon mukosa
lambung akibat penurunan sekresi mukus dapat berupa eksfeliasi (pengelupasan).
8

Eksfeliasi sel mukosa gaster akan mengakibatkan erosi pada sel mukosa.
Hilangnya sel mukosa akibat erosi memicu timbulnya perdarahan. Perdarahan
yang terjadi dapat mengancam hidup penderita, namun dapat juga berhenti sendiri
karena proses regenerasi, sehingga erosi menghilang dalam waktu 24-48 jam
setelah perdarahan.
2.1.5.2 Gastritis Kronis
Gastritis kronik disebabkan oleh gastritis akut yang berulang sehingga terjadi
iritasi mukosa lambung yang berulang-ulang dan terjadi penyembuhan yang tidak
sempurna akibatnya akan terjadi atrhopi kelenjar epitel dan hilangnya sel pariental
dan sel chief. Karena sel pariental dan sel chief hilang maka produksi HCL.
Pepsin dan fungsi intinsik lainnya akan menurun dan dinding lambung juga
menjadi tipis serta mukosanya rata, Gastritis itu bisa sembuh dan juga bisa terjadi
perdarahan serta formasi ulser. Helicobacter pylori merupakan bakteri gram
negatif. Organisme ini menyerang sel permukaan gaster, memperberat timbulnya
desquamasi sel dan muncullah respon radang kronis pada gaster yaitu : destruksi
kelenjar dan metaplasia. Metaplasia adalah salah satu mekanisme pertahanan
tubuh terhadap iritasi, yaitu dengan mengganti sel mukosa gaster, misalnya
dengan sel desquamosa yang lebih kuat. Karena sel desquamosa lebih kuat maka
elastisitasnya juga berkurang. Pada saat mencerna makanan, lambung melakukan
gerakan peristaltik tetapi karena sel penggantinya tidak elastis maka akan timbul
kekakuan yang pada akhirnya menimbulkan rasa nyeri. Metaplasia ini juga
menyebabkan hilangnya sel mukosa pada lapisan lambung, sehingga akan
menyebabkan kerusakan pembuluh darah lapisan mukosa. Kerusakan pembuluh
darah ini akan menimbulkan perdarahan.
4

WOC Gastritis

Etiologi: Infeksi virus, Infeksi bakteri, Infeksi


parasit, Toksisitas makanan, Obat-obatan, Makanan Manifestasi klinis: Pemeriksaan
dan minuman terlalu berlemak. 1) Ketidaknyamanan di abdomen (berkisar dari kram penunjang:
Hiperperistaltik sampai nyeri) Pemeriksaan tinja,
2) Borborigmus Pemeriksaan darah,
3) Hipermotilitas usus Duodenal intubation.
Gangguan absorbsi makanan
Berkurangnya kesempatan usus menyerap makanan 4) Diare
Makanan tidak dapat diserap
5) Demam
Tekanan osmotic dlm rongga usus meningkat
6) Penghabisan cairan intraseluler
Peningkatan sekresi air atau cairan dan elektrolit dlm rongga
7) Tidak enak badan
usus.
Gastritis 8) Mual dan muntah

Kurang Kurangnya MRS Hospitalisasi Ansietas


pengetahuan informasi

B1 (Breathing) B2 (Blood) B3 (Brain) B4 (Bladder) B5 (Bowel) B6 (Bone)

Kehilangan cairan & Peningkatan aktivitas Masuknya nutrisi Peningkatan


Enterotoksin agen infeksi Tekanan osmotik
elektrolit sekresi air dan motilitas usus
usus ↑
elektrolit
Nutrisi tidak dapat diabsorpsi
Ketidakseimbangan Peningkatan aktivitas Pasase
Isi rongga usus ↑ Gangguan absorpsi
asam basa sekresi air dan elektrolit Akumulasi air di feses
nutrisi dan cairan oleh
lumen intestinal Peningkatan asam organik yang
Pelepasan mediator kimia mukosa intestinal
Akumulasi air di lumen prostaglandin, bradikinin encer
Asidosis metabolik intestinal Peningkatan sekresi cairan Mual, muntah, Penurunan absorpsi
dan elektrolit melalui feses kembung, cairan dan elektrolit. Respons injuri
Nafas cepat & dangkal Ketidakseimbangan cairan Berikatan reseptor nyeri anoreksia kontak antara permukaan anus
(kusmaul) dan elektrolit usus halus dengan
Hantar ke thalamus makanan berkurang
Oliguri, anuria Asupan nutrisi tidak Gangguan
gangguan pola napas
Hipervolemia adekuat Integritas
Nyeri akut Kulit/Jaringan
Intake dan output tidak seimbang
Defisit Nutrisi

Resiko ketidakseimbangan
cairan
5

.1.5 Komplikasi
Pada gastritis akut. Perdarahan saluran cerna bagian atas (SCBA) berupa
hematemesis dan melena, dapat berakhir sebagai syak hemoragik yang bisa
mengakibatkan kematian. Khusus untuk perdarahan SCBA, perlu dibedakan dengan
tukak peptik. Gambaran klinis yang diperhatikan hampir sama namun pada tukak
peptik penyebab utamanya adalah infeksi Helicobacter Pylori, sebesar 100% tukak
duodenum dan 60-90% pada tukak lambung. Hal ini dapat ditegakkan dengan
pemeriksaan endoskopi.Pada gastritis kronik adalah inflamasi lambung yang lama
yang disebabkan oleh ulkus benigna dan maligna dari lambung atau oleh Helicobater
Pylori.
a) Atrofi lambung dapat menyebabkan ganggguan penyerapan terhadap vitamin.
b) Anemia pernisinosa yang mempunyai antibodi terhadap faktor intrinsik dalam
serum atau cairan gasternya akibat gangguan penyerapan terhadap vitamin B12.
c) Gangguan penyerapan zat besi.
2.1.6 Pemeriksaan Penunjang
2.1.6.1 Gastritis Akut
a. Anamnesis
b. Endoscopy dilanjutkan pemeriksaan biopsy
2.1.6.2 Gastritis Kronik
Pemeriksaan kadar asam lambung perlu dilakukan karena berhubungan
dengan pengobatan. Pada gastritis kronik hipotropik dan atrofi gaster, kadar asam
lambung menurun, sedang pada gastritis kronik superfisialis oleh hipertrofikan, kadar
asam lambung normal atau meninggi. Foto rontgen dapat membantu yaitu dengan
melihat gejala benda-benda sekunder yaitu hipersekresi, mukosa yang tebal dengan
lipatan-lipatan tebal dan kasar, dll. Tetapi hal ini tidak memastikan diagnosis.
Gastritis tipe A dihubungkan dengan aklorhidria atau hipoklorhidria (kadar asam
lambung klorida tidak ada atau rendah), sedangkan gastritis tipe B dihubungkan
dengan hiperklorhidria (kadar tinggi dari asam hidroklorida). Diagnosis dapat
ditegakkan dengan endoskopi, serangkaian pemeriksaan sinar-x gastrointestinal (GI)
atas dan pemeriksaan histologis. Tindakan diagnostik untuk mendeteksi H. pylory
mencakup tes serologis untuk antibody terhadap antigen H. pylory dan tes
pernapasan.
6

2.1.7 Penatalaksanaan medis


2.1.7.1 Gastritis Akut
Gastritis akut diatasi dengan menginstruksikan pasien untuk menghindari
alkohol dan makanan yang mengganggu dan merusak mukosa gastrik sampai gejala
berkurang. Bila pasien mampu makan melalui mulut, diet mengandung gizi dianjurkan.
Bila gejala menetap, cairan perlu diberikan secara parenteral. Bila perdarahan terjadi,
maka penatalaksanaannya serupa dengan prosedur yang dilakukan untuk hemoragi
saluran gastrointestinal atas. Bila gastritis diakibatkan oleh mencerna makanan yang
sangat asam atau alkali, pengobatan terdiri dari pengenceran dan penetralisasian agen
penyebab.
a. Untuk menetralisir asam digunakan antasida (mis, aluminium hidroksida) ; untuk
menetral alkali digunakan jus lemon encer atau cuka encer.
b. Bila korosi luas atau berat, emetic dan lavase dihindari karena bahaya perforasi.
Terapi pendukung mencakup intubasi, analgesic dan sedative, antasida serta cairan
intravena. Endoskopi fiber-optik mungkin diperlukan. Pembedahan darurat mungkin
diperlukan untuk mengangkat gangren atau jaringan perforasi. Gastrojejenostomi atau
reseksi lambung mungkin diperlukan untuk mengatasi obstruksi pylorus.
2.1.7.2 Gastritis Kronik
Gastritis kronik diatasi dengan memodifikasi diet pasien, meningkatkan
istirahat, mengurasi stress dan memulai farmakoterapi. H. pylory dapat diatasi dengan
antibiotic (seperti tetrasiklin atau amoksisilin) dan garam bismut (pepto-bismol).
Pasien dengan gastritis tipe A biasanya mengalami malabsorbsi vitamin B 12 yang
disebabkan oleh adanya antibody terhadap faktor intrinsik.
.2 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
.2.1 Pengkajian
Pengkajian keperawatan adalah tahap pertama dalam proses keperawatan dan
merupakan suatu proses yang sitematis dalam mengumpulkan data dari berbagai
sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien.
Pengkajian keperawatan ditunjukan pada respon klien terhadap masalah kesehatan
yang berhubungan dengan kebutuhan dasar manusia (Nursalam 2010).
1) Identitas Klien
Nama, umur, jenis kelamin, tempat tanggal lahir, golongan darah, pendidikan
terakhir, agama, suku, status perkawinan, pekerjaan, TB/BB, alamat
2) Riwayat kesehatan
7

a. Riwayat kesehatan sekarang


Hal- hal yang perlu dikaji adalah mulai kapan keluhan dirasakan, lokasi keluhan,
intensitas, lamanya atau frekuensi, faktor yang memperberat atau memperingan
serangan, serta keluhan- keluhan lain yang menyertai dan upaya-upaya yang telah
dilakukan perawat disini harus menghubungkan masalah kulit dengan gejalanya
seperti: gatal, panas, mati rasa, immobilisasi, nyeri, demam, edema, dan neuropati.
b. Riwayat kesehatan dahulu
Apakah klien pernah mengalami masalah kulit sebelumnya.
3) Pemeriksaan fisik
a. Keadaan Umum
Tanyakan pasien tentang tanda-tanda dan gejala-gejala yang ditunjukkan; nyeri ulu
hati, indigesti, mual, muntah; jika terdapat gejala; apakah gejala berhubungan
dengan ansietas, stress, alergi, makan atau minum terlalu banyak atau terlalu cepat
b. Tanda-Tanda Vital
Tekanan darah normal, nadi cepat, suhu meningkat dan respirasi rate meningkat.
c. Pemeriksaan Kepala Dan Leher
1) Kepala Dan Rambut
Pemeriksaan meliputi bentuk kepala, penyebaran dan perubahan warna rambut
serta pemeriksaan tentang luka. Jika ada luka pada daerah tersebut,
menyebabkan timbulnya rasa nyeri dan kerusakan kulit.
2) Mata
Meliputi kesimetrisan, konjungtiva, reflek pupil terhadap cahaya dan
gangguan penglihatan.
3) Hidung
Meliputi pemeriksaan mukosa hidung, kebersihan, tidak timbul pernafasan
cuping hidung, tidak ada sekret.
4) Mulut
Catat keadaan adanya sianosis atau bibir kering.
5) Telinga
Catat bentuk gangguan pendengaran karena benda asing, perdarahan dan
serumen. Pada penderita yang bet rest dengan posisi miring maka,
kemungkinan akan terjadi ulkus didaerah daun telinga.
6) Leher
Mengetahui posisi trakea, denyut nadi karotis, ada tidaknya pembesaran vena
8

jugularis dan kelenjar linfe.


d. Pemeriksaan Dada Dan Thorax
Inspeksi bentuk thorax dan ekspansi paru, auskultasi irama pernafasan, vokal
premitus, adanya suara tambahan, bunyi jantung, dan bunyi jantung tambahan,
perkusi thorax untuk mencari ketidak normalan pada daerah thorax.
e. Abdomen
Anemia, anorexia, mual, muntah, nyeri ulu hati, tidak toleran terhadap makanan
pedas. Selidiki apakah orang lain di lingkungan pasien mempunyai gejala-gejala
serupa; apakah sudah dimuntahkan darah atau telah menelan suatu elemen
penyebab. Lakukan pengkajian fisik lengkap. Perhatikan nyeri tekan abdomen,
dehidrasi, dan bukti bukti kelainan sistemik yang mungkin bertanggung jawab
terhadap gejala-gejala.
f. Urogenital
Inspeksi adanya kelainan pada perinium. Biasanya klien dengan ulkus dan
paraplegi terpasang kateter untuk buang air kecil.
g. Muskuloskeletal
Adanya fraktur pada tulang akan menyebabkan klien bet rest dalam waktu lama,
sehingga terjadi penurunan kekuatan otot.
h. Pemeriksaan Neurologi
Tingkat kesadaran dikaji dengan sistem GCS. Nilainya bisa menurun bila terjadi
nyeri hebat (syok neurogenik) dan panas atau demam tinggi, mual muntah, dan
kaku kuduk.
.2.2 Diagnosa Keperawatan
2.2.2.1 Nyeri Akut Yang Berhubungan Dengan peradangan pada daerah perut
(D.0077 Hal 172).
2.2.2.2 Defisit nutrisi Berhubungan dengan anoreksia sekunder terhadap
ketidakcukupan masukan oral (D. 0019 Hal 56).
2.2.2.3 Gangguan Integritas Kulit Yang Berhubungan Dengan Kerusakan Mekanis
Dari respon injury anus(D.0129 Hal 282)
2.2.2.4 Resiko Infeksi Yang Berhubungan Gastritis (D.0142 Hal 304)
2.2.2.5 Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi terkait
Gastritis (D.0111 Hal 246)
9

2.2.2.6 Intoleransi aktivitas Yang Bergubungan Dengan Pembatasan Gerakan Yang


Diharuskan, Status Yang Tak Dikondisikan, Kehilangan Kontrol Motorik Atau
Perubahan Status Mental (D.0056 Hal 128).
2.2.2.7 Gangguan pola nafas berhubungan dengan Penurunan sirkulasi dan volume
vascular (D.0005 Hal 26)
2.2.2.8 Ansietas berhubungan dengan kurang terpapar informasi terkait kondisi
penyakit (D.0080 Hal 180)
10

No Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteria Hasil) Intervensi


1 Nyeri akut berhubungan dengan setelah diberikan asuhan keperawatan selama Manajemen Nyeri SIKI (I.08238 Hal 201)
kerusakan kulit atau jaringan. 1x7 jam diharapkan nyeri klien berkurang. Observasi :
SDKI (D.0077 Hal 172) Kriteria hasil : SLKI (L.08066 Hal 145) 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
1. Keluhan nyeri menurun (5) frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
2. Meringis menurun (5) 2. Identifikasi skala nyeri
3. Kesulitan tidur menurun (5) 3. Identifikasi respons nyeri non verbal
4. Identifikasi faktor yang memperberat dan
memperingan nyeri
5. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan
tentang nyeri
6. Identifikasi pengaruh budaa terhadap
respon nyeri
7. Identifikasi respon nyeri pada kualitas
hidup
8. Monitor keberhasilan terapi
komplementer yang sudah diberikan
9. Monitor efek samping penggunaan
analgetik.
Terapeutik :
1. Berikan tehnik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
2. Kontrol lingkungan yang memperberat
rasa nyeri
11

3. Fasilitasi istirahat dan tidur


4. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri
dalam pemilihan strategi meredakan
nyeri
Edukasi :
1. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu
nyeri
2. Jelaskan strategi meredakan nyeri
3. Anjurkan memonitor nyeri secara
mandiri
4. Anjurkan menggunakan analgetik secara
tepat
5. Anjurkan tehnik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian analgetik, jika
perlu

2 Defisit nutrisi berhubungan setelah diberikan asuhan keperawatan selama Manajemen Nutrisi. SIKI (I.03119 Hal 200)
dengan ketidakmampuan 1x7 jam diharapkan status nutrisi klien membaik. Observasi :
mengabsorbsi nuttrien. SDKI Kriteria hasil : SLKI (L.03030 Hal 121) 1. Identifikasi status nutrisi
(D. . 0019 Hal 56). 1. Porsi makanan yang dihabiskan
meningkat (5) 2. Identifikasi alergi dan intoleransi
makanan
2. Pengetahuan tentang standar asupan
nutrisi yang tepat meningkat (5) 3. Identifikasi makanan yang disukai
4. Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis
12

3. Indeks masa tubuh membaik (5) nutrien


4. Nafsu makan membaik (5) 5. Identifikasi perlunya penggunaan selang
nasogastrik
5. Bising usus membaik (5)
6. Monitor asupan makanan
6. Frekuensi makan membaik (5)
7. Monitor berat badan
8. Monitor hasil pemeriksaan laboraturium
Terapeutik :
1. Lakukan oral hygiene sebelum makan,
bila perlu
2. Fasilitasi menetukan pedoman diet
3. Sajikan makanan secara menarik dan
suhu yang sesuai
4. Berikan makanan tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
5. Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi
protein
6. Berikan suplemen makanan, bila perlu
7. Hentikan pemberian makanan melalui
selang nasogatrik jika asupan oral dapat
ditoleransi
Edukasi :
1. Anjurkan posisi duduk, jika mampu
13

2. Ajarkan diet yang diprogramkan


Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian medikasi sebelum
makan
2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrien yang dibutuhkan,bila perlu

3 Gangguan integritas kulit Setelah diberikan asuhan keperawatan selama Perawatan integritas kulit SIKI (I.11353 Hal
berhubungan dengan kerusakan 1x7 jam diharapkan integritas kulit dan jaringan 316)
mekanis dari respon injury anus. klien meningkat Observasi :
(D.0129 Hal 282). Kriteria hasil : SLKI (L.14125 Hal 33) 1. Identifikasi penyebab gangguan
1. Perfusi jaringan meningkat (5) integritas kulit
2. Kerusakan jaringan menurun (5) Terapeutik :
1. Ubah posisi tiap 2 jam jika tirah baring
3. Keruskan lapisan kulit menurun (5)
2. Lakukan pemujatan pada area penonjolan
4. Perdarahan menurun (5) tulang, bila perlu
5. Suhu kulit membaik (5) 3. Bersihkan parineal dengan air hangat,
terutama selama periode diare
4. Gunakan produk berbahan petrolium atau
minyak pada kulit kering
5. Gunakan produk berbahan ringan atau
alami dan hipoalergik pada kulit sensitif
6. Hindari produk berbahan dasar alkohol
pada kulit kering
Edukasi :
14

1. Anjurkan menggunakan pelembab


2. Anjurkan minum air yang cukup
3. Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
4. Anjurkan meningkatkan asupan buah dan
sayur
5. Anjurkan menghindari terpapar suhu
ekstrim
6. Anjurkan menggunakan tabir surya SPF
minimal 30 saat berada di luar rumah
7. Anjurkan mandi dan menggunakan sabun
secukupnya

4 Defisit pengetahuan Setelah diberikan asuhan keperawatan selama Edukasi pencegahan infeksi. SIKI (I 12406
berhubungan dengan kurang 1x7 jam diharapkan pengetahuan klien Hal 80)
terpaparnya informasi terkait meningkat. Observasi :
Gastritis. (D.0111 Hal 246) Kriteria hasil SLKI (L.12111 Hal 146) 1. Periksa kesiapan dan kemampuan
1. Perilaku sesuai anjuran (5) menerima informasi
2. Verbalisasi minat dalam belajar (5)Terapeutik :
1. Sediakan materi, media tentang factor-
3. Kemampuan menjelaskan pengetahuan faktor penyebab, cara identifikasi dan
tentang suatu topik (5) pencegahan risiko infeksi dirumah sakit
ataupun dirumah
4. Perilaku sesuai pengetahuan (5)
2. Jadwalkan waktu yang tepat untuk
memberikan pendidikan kesehatan sesuai
kesepakatan pasien dan keluarga
3. Berikan kesempatan untuk bertanya
Edukasi :
15

1. Jelaskan tanda dan gejala infeksi local


dan sistemik
2. Informasikan hasil pemeriksaan
laboratorium
3. Ajarkan cara memeriksa kondisi luka
atau luka operasi
4. Ajarkan kecukupan nutrisi, cairan, dan
istirahat
5. Ajarkan cara mencuci tangan

5 Intoleransi aktivitas. (D.0056 Setelah diberikan asuhan keperawatan selama Dukungan Mobilisasi. SIKI (I 05173 Hal 30)
Hal 128) 1x7 jam diharapkan Intoleransi klien meningkat. Observasi :
Kriteria hasil SLKI (L.05042 Hal 6) 10. Identifikasi adanya nyeri atau keluhan
6. Pergerakan ekstremitas meningkat (5) fisik lainnya
7. Keluhan lelah meningkat (5) 11. Identifikasi toleransi fisik melakukan
pergerakan
8. Dispnea saat aktivitas meningkat (5)
12. Monitor frekuensi jantung dan tekanan
9. Dispnea setelah aktivitas meningkat (5) darah sebelum memulai mobilisasi
13. Monitor kondisi umum selama
melakukan mobilisasi
Terapeutik :
1. Fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan
alat bantu
2. Fasilitasi melakukan pergerakan,jika
perlu
16

3. Libatkan keluarga untuk membantu


pasien dalam meningkatkan
pergerakan
Edukasi :
1. Jelaskan tujuan
dan prosedur mobilisasi
2. Anjurkan
melakukan mobilisasi dini
3. Anjurkan
mobilisasi sederhana yang harus
dilakukan

6 Gangguan pola nafas Setelah diberikan asuhan keperawatan selama Dukungan ventilasi SIKI (I.01002 Hal 49)
1x7 jam diharapkan Pola nafas klien meningkat Observasi :
berhubungan dengan Penurunan
Kriteria hasil : SLKI (L.01004 Hal 95) 1.Identifikasi adanya kelelahan otot bantu
sirkulasi dan volume vascular 1. Dispnea menurun (5) nafas
(D.0005 Hal 26) 2. Penggunaan otot bantu nafas menurun (5) 2. Identifikasi efek perubahan posisi terhadap
status pernafasan
3. Keruskan lapisan kulit menurun (5)
3. Monitor status respirasi dan oksigenasi
4. Pemanjangan fase ekspirasi menurun (5)
Terapeutik :
5. Frekuensi nafas membaik (5) 1.
6. Kedalaman nafas membaik (5) 2.
3.
mungkin
4.
17

5.
Edukasi :
1. Ajarkan melakukan teknik relaksasi nafas
dalam
2. Ajarkan mengubah posisi secara mandiri
3. Ajarkan teknik batuk efektif
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian bronchodilator,
jika perlu

7 Perfusi perifer tidak efektif Setelah diberikan asuhan keperawatan selama Manajemen hipovolemia. SIKI (I.02079 Hal
1x7 jam diharapkan perfusi perifer membaik. 345)
berhubungan dengan sirkulasi
Kriteria hasil ; SLKI (L.14137 Hal 139) Observasi :
perifer tidak efektif (D.0009 Hal 1. Penyembuhan luka meningkat (5) 2. Periksa sirkulasi perifer
37) 2. Warna kulit pucat menurun (5) 3. Identifikasi factor resiko gangguan
sirkulasi
3. Nyeri ektremitas menurun (5)
4. Monitor panas, kemerahan, nyeri, atau
4. Kelemahan otot menurun (5) bengkak pada ekstremitas
5. Tekanan darah sistolik membaik (5) Terapeutik :
2.1.5.2.1.1.1 Hindari pemasangan infus atau
6. Tekanan darah diastolic membaik (5)
pengambilan darah di area keterbatasan
perfusi
2.1.5.2.1.1.2 Lakukan pencegahan infeksi
2.1.5.2.1.1.3 Lakukan perawatan kaki dan kuku
18

Edukasi :
1. Anjurkan berhenti merokok
2. Anjurkan berolahraga rutin
3. Anjurkan mengecek air mandi untuk
menghindari kulit terbakar
4. Anjurkan program rehabilitasi vascular

8 Ansietas berhubungan dengan Setelah diberikan asuhan keperawatan selama Reduksi ansietas. SIKI (I 09314 Hal 387)
1x7 jam diharapkan ansietas klien berkurang. Observasi :
kurang terpapar informasi terkait
Kriteria hasil SLKI (L.09093 Hal 132) 1. Identifikasi saat tingkat ansietas berubah
kondisi penyakit (D.0080 Hal 1. Verbalisasi kebingungan menurun (5) 2. Identifikasi kemampuan mengambil
keputusan
180) 2. Verbalisasi khawatir akibat kondisi yang 3. Monitor tanda-tanda ansietas
dihadapi menurun (5) Terapeutik :
1. Ciptakan suasana terapeutik untuk
3. Perilaku gelisah menurun (5)
menumbuhkan kepercayaan
4. Perilaku tegang menurun (5) 2. Temani pasien untuk mengurangi
kecemasan
3. Pahami situasi yang membuat ansietas
4. Dengarkan dengan penuh perhatian
5. Gunakan pendekatan yang tenang dan
meyakinkan
6. Tempatkan barang pribadi yang
memberikan kenyamanan
Edukasi :
1. Jelaskan prosedur, termasuk sensasi yang
mungkin dialami
2. Anjurkan keluarga untuk tetap bersama
pasien, jika perlu
3. Anjurkan mengungkapkan perasaan dan
19

persepsi
4. Latih teknik relaksasi
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian obat ansietas, jika
perlu

.2.4
.2.4 Implementasi Keperawatan
Pada tahap ini untuk melaksanakan intervensi dan aktivitas yang
telah dicatat dalam rencana perawatan pasien. Agar
implementasi/pelaksanaan perencanaan ini dapat tepat waktu dan efektif
maka perlu mengidentifikasi prioritas perawatan, memantau dan mencatat
respon pasien terhadap setiap intervensi yang dilaksanakan serta
mendokumentasikan pelaksanaan perawatan [ CITATION Cer10 \l 1057 ].
.2.5 Evaluasi Keperawatan
Tahap evaluasi menentukan kemajuan pasien terhadap pencapaian
hasil yang diinginkan dan respon pasien terhadap keefektifan intervensi
keperawatan, kemudian mengganti rencana perawatan jika diperlukan
Tahap akhir dari proses keperawatan perawat mengevaluasi kemampuan
pasien kearah pencapaian (Cerpianto, 2010).

22
23

BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

Nama Mahasiswa : Wenie


NIM : 2017.C.09a.0913
Ruang Praktek : Sistem Pencernaan
Tanggal Praktek : 23 November 2020
Tanggal & Jam Pengkajian : 23 November 2020 & 08.00 WIB

I. PENGKAJIAN
A. IDENTITAS PASIEN
Nama Tn. M, Umur 60 tahun, Jenis kelamin Laki-laki, Suku/Bangsa
Dayak/Indonesia, Agama Kristen, Pekerjaan swasta, Pendidikan SMP,
Status perkawinan kawin, Alamat Jln G.Obos, Tanggal masuk rumah
sakit 23 November 2020, Diagnosa medis Gastritis
B. RIWAYAT KESEHATAN /PERAWATAN
1. Keluhan Utama :
Klien mengatakan merasa nyeri pada bagian ulu hati
Peradangan perut, terasa seperti tertusuk-tusuk,nyeri terasa dibagian
perut tengah atas, skala nyeri 6 (Sedang), nyeri hilang timbul ± 5
menit”.
2. Riwayat Penyakit Sekarang :
Saat pengkajian klien di rawat di ruang bedah RSUD dr Doris
Sylvanus Palangkaraya Tn M dengan keluhan nyeri pada bagian ulu hati,
kemudian merasa mual dan tidak nafsu makan. Karena merasa nyeri terus
menerus klien juga sulit untuk tidur, Klien merasakan nyeri saat dirumah
dan meminum obat pereda nyeri kemudian nyeri dirasa hilang dan nyeri
muncul kembali kemudian pasien dibawa ke rumah sakit oleh keluarga
karena sudah tidak bisa menahan rasa sakit pada bagian perut. Kemudian
di IGD klien diberikan tindakan pemberian oksigen nasal kanul 3 lpm,
24

diberikan terapi infus Nacl 0,9% 20 Tpm dan terapi injeksi Ceftriaxone 1
g/IV, Injeksi Keterolac 30 mg/IV, Injeksi Ranitidine 150 mg/IV.
3. Riwayat Penyakit Sebelumnya (riwayat penyakit dan riwayat operasi)
Klien mengatakan tidak ada riwayat penyakit apapun sebelumnya
maupun riwayat operasi.
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Pasien mengatakan didalam keluargan tidak ada yang mengalami
penyakit yang sama serta penyakit keturunan lainnya seperti
hipertensi, jantung, stroke, dll. Klien jjuga mengatakan tidak ada yang
memiliki penyakit menular seperti TB Paru, hepatitis, dll.

GENOGRAM KELUARGA :
Bagan 3.1 Genogram

Keterangan :
: Laki-laki meninggal
: Perempuan meninggal
: Laki-laki
: Perempuan
: Pasien
: Tinggal serumah
: Hubungan keluarga

C. PEMERIKASAAN FISIK
1. Keadaan Umum :
Pasien tampak sakit sedang, tampak berbaring lemah. Tingkat
kesadaran pasien compos menthis, posisi pasien berbaring semi fowler ,
klien tampak lemah, klien berbaring sambil memegangi perut yang terasa
25

sakit, terpasang infus NacL 0,9% 20 tpm di tangan sebelah kiri, , aktivitas
klien tampak hanya dibantu oleh keluarganya, mobilisasi gerak klien
terbatas karena ditempat tidur.
2. Status Mental :
Tingkat kesadaran compos menthis ekspresi wajah meringis, bentuk
badan simetris, cara berbaring / berbaring miring / terbatas, mampu
berbicara dengan jelas dan lancar, berpenampilan kurang rapi. Fungsi
kognitif baik (Orientasi waktu : pasien dapat membedakan waktu,
Orientasi orang : pasien dapat membedakan perawat dan dokter maupun
keluarga, Orientasi tempat : pasien mengetahui bahwa sedang dirawat
dirumah sakit karena mengalami penurunan kesadaran). Pertahanan diri
adaftif.
3. Tanda-tanda Vital :
Suhu : 36,5oC (axila), Nadi/HR : 107x/m, Pernfasan/RR : 22x/m,
Tekanan darah/BP : 130/90 mmHg.
4. PERNAPASAN (BREATHING)
Bentuk dada simetris, tidak tampak lesi ,tidak ada kebiasaan merokok
pada pasien, pasien tidak batuk. Pasien inspirasi dengan tipe pernafasan
dada dan perut, irama nafas teratur dengan suara nafas veskuler, tidak ada
suara nafas tambahan.
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah
5. CARDIOVASCULER (BLEEDING)
Tidak ada masalah keperawatan pada fungsi kardiovaskuler Tn.M,
suara jantung s1-s2 tunggal (Lub-Dub).
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
6. PERSYARAFAN (BRAIN)
Nilai GCS Tn. M 15 E : 4 (Membuka mata secara spontan) V : 5
(Dapat berorientasi secara normal/baik) M : 6 (Melokalisir nyeri
menjangkau dan menjauhkan stimulus saat diberi rangsang nyeri), tingkat
kesadaran compos mentis,pupil isokor, refleks cahaya kanan dan kiri
positif, Adanya nyeri dibagian ulu hati, adanya gelisah.
26

Uji Koordinasi ekstrimitas atas: jari ke jari negatif, jari ke hidung positif.
Dan uji koordinasi ekstrimitas bawah:tumit ke jempul kaki negatif. Uji
kestabilan tubuh negative , pergerakan terbatas, terasa nyeri pada daerah
luka di pinggang dan os fraktur femur.
Uji Syaraf Kranial :
Nervus Kranial I (Olfaktori) : Pasien dapat mencium bau-bauan seperti:
minyak kayu putih atau alkohol.
Nervus Kranial II (Optik): Pasien dapat melihat dengan jelas orang yang
disekitarnya.
Nervus Kranial III (Okulomotor): Pupil pasien dapat berkontraksi saat
melihat cahaya.
Nervus Kranial IV (Trokreal): Pasien dapat menggerakkan bola matanya
ke atas dan ke bawah.
Nervus KranialV (Trigeminal): Pasien kesulitan mengunyah makanan:
seperti nasi, kue, buah.
Nervus Kranial VI (Abdusen):Pasien dapat melihat ke samping.
Nervus Kranial VII (Fasial): Pasien dapat tersenyum.
Nervus Kranial VIII (Auditor): Pasien dapat mendengar perkataan Dokter,
Perawat dan keluarganya
Nervus Kranial IX (Glosofaringeal): Pasien dapat membedakan rasa pahit,
manis.
Nervus Kranial X (Vagus): Pasien dapat berbicara dengan jelas.
Nervus Kranial XI (Asesori): Pasien dapat mengangkat bahunya.
Nervus Kranial XII (Hipoglosol): Pasien dapat mengatur posisi lidahnya
ke atas dan ke bawah.
Keluhan lainnya: Tidak ada
Masalah Keperawatan : Nyeri akut
7. ELIMINASI URI (BLADDER) :
Produksi urine pasien ±1000 ml 6-7 x/hari, warna urine kekuningan,
dan bau khas urine. Tidak ada masalah keperawatan pada eliminasi
uri/lancar.
27

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan


8. ELIMINASI ALVI (BOWEL) :
Kondisi bibir Tn. M tampak kering, pada gigi tidak terdapat karies
gigi, gusi tidak ada peradangan, lidah cukup bersih dan tidak ada
peradangan, pada rectum tidak terdapat kelainan, tidak ada hemoroid.
BAB 1x/hari berwarna kuning kecoklatan dengan konsistensi lembek.
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
9. TULANG - OTOT – INTEGUMEN (BONE) :
Kemampuan pergerakan sendi Tn. M terbatas, tidak Adanya luka,
tidak adanya pus, adanya nyeri dengan skala 6 (Sedang) pada bagian ulu
hati,tidak ada fraktur , ukuran otot simetris, tulang belakang pasien normal.
Uji ekstermitas atas dan bawah
5 5
4 4
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah
10. KULIT-KULIT RAMBUT
Pasien tidak memiliki alergi terhadap obat, makanan, kosmetik dan
lain-lain. Suhu kulit teraba hangat, turgor kulit baik, warna kulit normal,
tekstur kulit halus.
11. SISTEM PENGINDERAAN :
Tidak ada masalah keperawatan pada fungsi pengindraan. Fungsi
penglihatan pasien normal, gerakan bola mata bergerak normal, sklera
putih/normal, Konjungtiva anemis, adanya lingkar hitam di area mata,
kornea bening, pasien tidak menggunakan alat bantu kaca mata. Fungsi
pendengaran baik, bentuk hidung simetris, tidak ada kelainan dan
peradangan pada hidung.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
12. LEHER DAN KELENJAR LIMFE
Masa dan jaringan parut tidak ada masalah, kelenjar limfe dan
kelenjar tiroid tidak teraba, mobilitas terbatas.
28

13. Sistem Reproduksi Pria


Pada sistem reproduksi Tn. M, tidak ada kemerahan, tidak ada gatal-
gatal, tidak ada kelainan. Tidak ada masalah keperawatan.
D. POLA FUNGSI KESEHATAN
1. Persepsi Terhadap Kesehatan dan Penyakit :
Pasien mengatakan ingin cepat sembuh dan cepat pulang, karena rasa
sakit ini mengganggu.
2. Nutrisida Metabolisme
TB : 160 cm
BB sekarang : 41 kg
BB sebelum sakit : 48 kg
IMT= BB = 41 = 41 = 16
TB(m)² (1,60)² 2,56
Table 2.1 Nutrisida Metabolisme
Pola makan Saat sakit Sebelum sakit
sehari-hari
Frekuensi/hari 3x 3x
Porsi ½ porsi 2 porsi
Nafsu makan Berkurang Baik
Jenis makan Beras merah,ikan gabus,tempe,tahu Nasi,ikan, tempe, tahu
Jenis minuman Air putih Air putih dan the
Jumlah 4-6 gelas 4-6 gelas
minuman/cc/24ja
m
Kebiasaan makan Pagi, siang, sore Pagi siang malam
Keluhan/masalah Klien tidak mau mengkonsumsi Tidak ada
makanan dari RS

Keluhan lainnya: Klien sulit menelan mengunyah makanan karena


mual dan nyeri pada bagian ulu hati
Masalah Keperawatan: Defisit nutrisi

3. Pola istirahat dan tidur


29

Sebelum sakit pasien mengatakan bahwa pasien tidur malam selama


6-8 jam, tidur pada siang hari biasanya 1 jam.
Sesudah sakit pasien tidur malam hanya 1-2 jam, tidur siang hanya 45
menit
Masalah Keperawatan : Gangguan pola tidur
4. Kognitif :
Pasien mengatakan tidak mengetahui tentang penyebab adanya luka
yang muncul.
Masalah Keperawatan : Defisit pengetahuan
5. Konsep diri (Gambaran diri, ideal diri, identitas diri, harga diri, peran)
: Gambaran diri : pasien mencintai dirinya secara utuh, Ideal diri :
pasien ingin cepat sembuh, harga diri : pasien merasa dicintai oleh
keluarganya, peran : pasien seorang suami dan ayah , identitas diri :
pasien adalah seorang bapak kepala keluarga.
Tidak ada masalah keperawatan
6. Aktivitas Sehari-hari
Pasien mengatakan sebelum sakit pekerjaan sehari-hari pasien yaitu
sebagai bapak kepala keluarga yang bekerja swasta yang mengurus
keluarga, saat sakit hanya berbaring di tempat tidur, aktivitas klien
dibantu oleh keluarga seperti berpakaian, mandi, BAK, dan BAB, ,
ambulasi klien juga dibantu oleh keluarga.
7. Koping –Toleransi terhadap Stress
Keluarga pasien mengatakan sebelum sakit jika pasien memiliki
masalah ia akan bercerita dengan suami dan anak-anaknya.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
8. Nilai-Pola Keyakinan
Keluarga dan pasien menganut nilai dan pola keyakinan agama Islam,
menurut keluarga didalam tindakan yang dilakukan di rumah sakit
yang bersifat medis tidak ada yang bertentangan dengan keyakinan
keluarga dan pasien.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
30

E. SOSIAL - SPIRITUAL
1. Kemampuan berkomunikasi
Pasien dapat berkomunikasi dengan baik dengan keluarga, orang lain
dan pertugas kesehatan, pasien kooperatif.
2. Bahasa sehari-hari
Di kehidupannya sehari-hari pasien menggunakan bahasa
Banjar/Indonesia, pasien berbicara normal.
3. Hubungan dengan keluarga :
Hubungan pasien dengan keluarga baik dan harmonis
4. Hubungan dengan teman/petugas kesehatan/orang lain :
Pasien dapat menjalin hubungan baik dengan sesama pasien diruangan
dan orang lain, pasien kooperatif.
5. Orang berarti/terdekat :
Pasien mengatakan orang yang berarti/terdekat dalam kehidupanya
adalah keluarganya.
6. Kebiasaan menggunakan waktu luang :
Ketika pasien sehat pasien menggunakan waktu luang untuk
beristrahat dan berkumpul bersama keluarga dan kerabatnya, ketika
dirumah sakit pasien menggunakan waktu luang untuk beristirahat.
7. Kegiatan beribadah :
Selama sakit pasien hanya bisa berdoa diatas tempat tidur.
F. DATA PENUNJANG (RADIOLOGIS, LABORATURIUM,
PENUNJANG LAINNYA)
Tabel Pemeriksaan Laboratorium Tanggal : 23 November 2020
No Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
.
1 GDS 134 mg/dL <200
2 Ureum 33 mg/dL 21-53
3 Creatinin 0.8 mg/dL 0,7-1,5

Tabel Pemeriksaan Laboratorium Tanggal : 23 November2020


31

No Pemeriksaan Hasil Nilai Normal


.
1 WBC 7.79 x 10^3/uL 4.00-10.00
2 RBC 4.13 10^6/uL 3.50-5.50
3 HGB 11.2 g/uL 12.0-16.0
4 PLT 334 x 10^3/uL 150-400
5 GDS 134 mg/dL <200 mg/dL

Hasil pemeriksaan Radiologi pada Tanggal 23 November 2020 (pemeriksaan


X-ray Foto Thorak AP)
Kesan :
Paru tidak tampak kelainan.
G. PENATALAKSANAAN MEDIS
Tanggal : 23 November 2020
Nama Obat Dosis Obat Rute Indikasi
NacL 0,9% 20 tpm Infus Sebagai pengganti cairan tubuh yang
hilang
Ceftriaxone 2 x 1 gr IV Mengobati infeksi bakteri. Dengan cara
menghambat pertumbuhan bakteri atau
membunuh bakteri didalam tubuh
Ketorolac 3x30 mg IV Untuk nyeri akut derajat sedang-berat
setelah operasi

Ranitidine 1 x 150 gr IV Digunakan untuk mencegah dan


mengobati gejala sakit perut yang
berhubungan dengan gangguan
pencernaan dan asam lambung

Palangkaraya, 23 November 2020


Mahasiswa

Wenie

ANALISIS DATA
32

Tabel 3.3 Analisis Data


DATA SUBYEKTIF DAN KEMUNGKINAN
MASALAH
DATA OBYEKTIF PENYEBAB
DS: Pasien mengatakan “nyeri Tekanan osmotic usus Nyeri akut
pada bagian ulu hati”
peradangan pada perut, isi rongga usus meningkat
terasa seperti tertusuk-
tusuk, di bagian perut atas pelepasan mediator kimia
bagian ulu hati, skala nyeri prostaglandin
sedang 6, nyeri hilang
timbul”. berikatan reseptor nyeri
DO:
 Pasien tampak lemah
 Pasien tampak gelisah
 Pasien memegang perut
 Pasien tampak meringis
 Frekuensi nadi meningkat
 TTV
TD : 130/90 mmHg
S : 36,5oC
N : 107 x/m
R : 22 x/m

DS: Pasien mengatakan “tidak Kurang terpapar informasi Defisit pengetahuan


tahu tentang penyakitnya“. tentang Gastritis
DO :
 Pasien lulusan SMP
 Pasien tampak bingung
 Pasien banyak bertanya
tentang penyakitnya
33

DS: Klien mengatakan”saya Penurunan aliran darah ke Defisit nutrisi


tidak nafsu makan” ileus peristaltic
DO:
- Klien tampak lemah Gangguan metabolism
- Adanya penurunan berat
badan sebelum sakit 48 kg Penurunan berat badan
sesudah sakit 41 kg
- Aktivitas klien dibantu
keluarga seperti makan
minum
- Makan klien tidak dihabiskan
- IMT: 16

DS: Klien mengatakan “saya Isi rongga usus meningkat Gangguan pola tidur
susah tidur”
DO:
pelepasan mediator kimia
- Klien tampak lelah
- Klien tampak lesu prostaglandin
- Klien tampak sering
menguap
berikatan resptor nyeri
- Konjungtiva anemis
- Tampak ada kehitaman di
bawah mata hantaran ke thalamus
- Pola tidur sebelum sakit
malam 6-8 jam siang 1 jam,
sesudah sakit malam 1-2 Gangguan rasa nyaman
jam siang 45 menit
34

3.16 Prioritas Masalah


1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera biologis (inflamasi) ditandai
dengan kspresi wajah meringis, klien tampak gelisah, PQRST, P: Proses
penyakit, Q: Seperti tertusuk-tuauk, R: Di bagian ulu hati, S: Skala nyeri 6
(Sedang), T: Pada saat bergerak, TTV TD : 130/90 mmHg, N : 107 x/menit,
S : 36,50 C, R : 22x/menit.
2. Defisit nutrisi berhubungan dengan kurangnya asupan makanan ditandai
dengan klien tampak lemah,klien tampak kurus, IMT klien 16, berat badan
pasien 41 kg.
3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan klinis penyakit ditandai dengan
pasien tampak lesu, pasien tampak lemah,pasien tampak menguap,
konjungtiva anemis.
4. Defisit pengetahuan tentang Gastritis berhubungan dengan kurang terpaparnya
informasi ditandai dengan Pasien tampak bingung ketika ditanya tentang
kondisi penyakitnya, klien tampak sering bertanya, Pasien lulusan SMP.
35

INTERVENSI KEPERAWATAN
Nama pasien: Tn M
Ruang :-
No DiagnosaKeperawatan TujuandanKriteriaHasil RencanaKeperawatan/Intervensi Rasional

1. Nyeri akutberhubungan Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1 Identifikasi keluhan nyeri, 1 Membantu dalam mengindentifikasi
selama 3x7 jam diharapakan nyeri derajat ketidaknyamanan dan
dengan agen pencedera perhatikan lokasi, lamanya dan
hilang dengan kriteria hasil: kebutuhan untuk keefektifan
biologis (inflamasi) ditandai 1) Nyeri menurun (5) intensitas (skala 0-10) perhatikan analgesic
2) Kemerahan menurun (5) 2 Untuk mengetahui adanya nyeri
dengan kspresi wajah meringis, petunjuk verbal dan non verbal.
3) Hematoma menurun (5) 3 Untuk mengetahu factor penyebab
klien tampak gelisah, PQRST, 4) Kerusakan lapisan kulit menurun (5) 2 Identifikasi respons verbal nyeri
4 Keadaan umum dan TTV
P: Proses penyakit, Q: Seperti 3 Identifikasi factor penyebab nyeri
merupakan langkah awal untuk
tertusuk-tuauk, R: Di bagian 4 Observasi tanda-tanda vital klien menentukan intervensi selanjutnya.
5 Peninggian lengan dan adanya drain
ulu hati, S: Skala nyeri 6 5 Berikan posisi senyaman mungkin.
mempengaruhi kemampuan pasien
(Sedang), T: Pada saat 6 Fasilitasi istirahat tidur untuk rileks dan istrahat secara
efektif
bergerak, TTV TD : 130/90 7 Lakukan menajemen nyeri seperti
6 Agar istirahat klien tercukupi
mmHg, N : 107 x/menit, S : latihan napas dalam, distraksi dada, 7 Untuk mengurangi nyeri dengan
cara pengalihan nyeri.
36,50 C, R : 22x/menit dll.
8 Analgetik merupakan obat yang
8 Kolaborasi dengan dokter dalam digunakan untuk menghilangkan
rasa nyeri.
peberian obat analgetik Keterolac
30 mg/IV
36

Rasional
Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteria hasil) Intervensi
2. Defisit nutrisi berhubungan Setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi status nutrisi 1. Untuk mengetahui bagaimana
2.
Monitor berat badan asupan nutrisi klien
dengan kurangnya asupan keperawatan selama 1 x 7 jam
3.
Sajikan makanan secara menarik dan 2. Mengetahui jika ada peningkatan
makanan ditandai dengan diharapkan nutrisi klien suhu yang sesuai berat badan
4.
Berikan makanan tinggi serat untuk 3. Menambah nafsu makan klien
klien tampak lemah,klien membaik pasien dengan
mencegah konstipasi 4. Mencegah terjadinya konstipasi
tampak kurus, IMT klien kriteria hasil : 5. Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi 5. Meningkat gizi dan energy klien
protein 6. Memastikan asupan tepat sesuai
16, berat badan pasien 41 1. Kekuatan otot menunyah
6. Ajarkan diet yang diprogramkan kondisi klinis klien
meningkat (5)
kg 7. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk 7. Memastikan nutrisi yang tepat
2. Verbalisasi ingin untuk
menentukan jumlah kalori dan jenis sesuai anjuran ahli gizi
meningkatkan nutrisi
nutrien yang dibutuhkan,bila perlu
meningkat (5)
3. Frekuensi makan
membaik (5)
4. Nafsu makan membaik
(5)
37

Rasional
Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteria hasil) Intervensi
3.Gangguan pola tidur Setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi pola aktivitas dan tidur 1. Untuk mengetahui pola tidur klien
2. Untuk mengetahui factor penyulit
berhubungan dengan klinis keperawatan selama 1 x 7 jam 2. Identifikasi factor penganggu pola tidur
pola tidur klien
penyakit ditandai dengan diharapkan pola tidur pasien 3. Identifikasi makanan/minuman yang 3. Untuk mengurangi factor penyulit
pola tidur klien
pasien tampak lesu, pasien membaik dengan kriteria menganggu tidur
4. Memberikan kenyamanan
tampak lemah,pasien tampak hasil: 4. Modifikasi lingkungan 5. Agar pasien nyaman tidur saat
malam hari
menguap, konjungtiva anemis - Keluhan sulit tidur menurun 5. Batasi waktu tidur siang, jika perlu
(1) 6. Mengurangi resiko sakit yang bisa
- Keluhan pola tidur berubah, 6. Sesuaikan jadwal pemberian obat menyebabkan pola tidur terganggu
menurun (1) 7. Memberikan kenyamanan
dan/atau tindakan menunjang siklus
- Keluhan istirahat tidak cukup, 8. Untuk membantu proses
menurun (1) tidur penyembuhan klien
7. Berikan posisi nyaman
8. Jelaskan pentingnya tidur yang cukup
saat sakit
38

Rasional
Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteria hasil) Intervensi
4.Defisit pengetahuan tentang Setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan 1. Untuk mengetahui tingkat
pengetahuan pasien
Gastritis berhubungan dengan keperawatan selama 1 x 7 jam menerima informasi
2. Untuk menambah pengetahuan
kurang terpaparnya informasi diharapkan pengetahuan 2. Identifikasi factor-faktor yang dapat pasien
3. Mengatahui tingkat pemahaman
ditandai dengan Pasien tampak pasien dan keluarga meningkatkan dan menurunkan motivasi
pasien tentang penjelasan kondisi
bingung ketika ditanya tentang bertambah dengan kriteria perilaku hidup bersih dan sehat penyakit
4. Memberikan pasien kesiapan untuk
kondisi penyakitnya, klien hasil : 3. Sediakan materi dan media pendidikan
menerima informasi
tampak sering bertanya, Pasien 1. Verbalisasi dalam minat kesehatan 5. Mengetahui tingkat pengetahuan
belajar meningkat (5) pasien
lulusan SMP 4. Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai
2. Perilaku sesuai dengan 6. Agar pasien memahami hal-hal yang
pengetahuan meningkat kesepakatan mempengaruhi kesehatan
(5) 7. Memberikan pengetahuan dalam
5. Berikan kesempatan untuk bertanya
3. Kemampuan menajaga perilaku hidup bersih dan
menggambarkan 6. Jelaskan factor resiko yang dapat sehat
pengalaman sebelumnya
mempengaruhi kesehatan
sesuai dengan topic
meningkat (5) 7. Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat
4. Kemampuan menjelaskan
pengetahuan tentang suatu
topic meningkat(5)
39

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Hari/Tanggal Evaluasi (SOAP) Tanda tangan dan


Implementasi
Jam Nama Perawat
Senin, 23 1. Mengidentifikasi keluhan nyeri, perhatikan lokasi, S: Pasien mengatakan pasien mengatakan”terasa
November lamanya dan intensitas (skala 0-10) perhatikan petunjuk nyeri pada bagian ulu hati”
2020 verbal dan non verbal. O:
2. Melakukan observasi tanda-tanda vital klien  Klien tampak gelisah
08.00 WIB
3. Memberikan posisi senyaman mungkin.  Frekuensi nadi meningkat
Dx 1 4. Melakukan menajemen nyeri seperti latihan napas dalam,  Klien tampak meringis
distraksi dada, dll.  Kien memegangi perut yang terasa nyeri Wenie
5. Berkolaborasi dengan dokter dalam peberian obat
 Pasien tampak dapat mengikuti manajemen
analgetik Keterolac 30 mg/IV
nyeri teknik nafas dalam yang di ajarkan
 TTV
TD : 130/90 mmHg
S : 36,5oC
N : 107 x/m
R : 22 x/m
A: Masalah nyeri belum teratasi
P: Lanjutkan Intervensi 1,2,3,4 dan 5

Hari/Tanggal Implementasi Evaluasi (SOAP) Tanda tangan dan


40

Jam Jam: 10.00 Wib Nama Perawat


Senin, 23 November 1. Mengidentifikasi status nutrisi S: Pasien mengatakan”Saya masih kurang nafsu
2020 2. Melakukan pemantauan berat badan
makan”
3. Menyajikan makanan secara menarik dan
10.09 WIB suhu yang sesuai O:
4. Memberikan makanan tinggi serat untuk - Porsi makan klien ½ dari porsi makan rumah sakit
Dx 2 mencegah konstipasi - Berat badan klien 41 kg
5. Memberikan makanan tinggi kalori dan
- Porsi makan klien sesuai dengan anjuran ahli gizi
tinggi protein
6. Mengajarkan diet yang diprogramkan - Klien masih tampak lemah Wenie
7. Melakukan Kolaborasi dengan ahli gizi - Klien mengikuti pola diet dan memakan makanan
yang disediakan ahli gizi
untuk menentukan jumlah kalori dan jenis
A: Masalah defisit nutrisi belum teratasi
nutrien yang dibutuhkan
P: Lanjutkan intervensi 1,2,3,4,5 dan 7

Hari/Tanggal Implementasi Evaluasi (SOAP) Tanda tangan dan


41

Jam Jam: 10.00 Wib Nama Perawat


Senin, 23 November 1. Mengidentifikasi pola aktivitas dan tidur S: Pasien mengatakan”Saya masih sulit tidur”
2020 2. Mengidentifikasi factor penganggu pola O:
10.45 WIB tidur - Pasien tampak gelisah
Dx 3 3. Modifikasi lingkungan senyaman klien - Konjungtiva tampak anemis
4. Memberikan posisi nyaman - Tampak lingkar hitam area mata
5. Menjelaskan pentingnya tidur yang cukup - Klien berbaring semi fowler Wenie
saat sakit - Klien tampak mengerti tentang pentingnya tidur
yang cukup saat pasien sakit
A: Masalah gangguan pola tidur belum teratasi

P: Lanjutkan intervensi 1,2,3 dan 4

Hari/Tanggal Implementasi Evaluasi (SOAP) Tanda tangan dan


42

Jam Jam: 10.00 Wib Nama Perawat


Senin, 23 November 1. Mengkaji tingkat pengetahuan klien dan S: Pasien mengatakan”Saya paham dan mengerti
2020 keluarga tentang penyakit Gastritis dengan apa yang sudah disampaikan dan dijelaskan”
12.30 WIB 2. Memberikan pendidikan kesehatan pada O:

Dx 4 pasien dan keluarga tentang penyakit - Pasien tampak mengerti


Gastritis - Pasien bertanya tentang makanan yang bisa
3. Menanyakan kembali pada pasien atau memperparah gastritis Wenie
keluarga tentang penyakit Gastritis - Pasien dapat menyebutkan kembali tentang
pengertian penyakit Gastritis
A: Masalah defisit pengetahuan teratasi

P: Hentikan intervensi
43

BAB 4
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Gastritis adalah inflamasi mukosa lambung yang diakibatkan oleh diet yang tidak
benar atau makanan yang berbumbu atau mengandung mikroorganisme penyebab
penyakit.
Gastritis dibagi menjadi dua yaitu gastritis akut dan gastritis kronik. Gastritis
akut adalah kelainan klinis akut yang jelas penyebabnya dengan tanda dan gejala
yang khas, biasanya ditemukan sel inflamasi akut dan neutrofil. Sedangkan gastritis
kronik merupakan suatu peradangan bagian permukaan mukosa lambung yang
menahun, yang disebabkan oleh ulkus dan berhubungan dengan Hellicobacter Pylori.
Gejala gastritis akut sangat bervariasi, mulai dari yang sangat ringan asimtomatik
sampai sangat berat yang dapat membawa kematian. Gejala gastritis kronis :
1. Bervariasi dan tidak jelas.
2. Perasaan penuh, anoreksia.
3. Distress epigastrik yang tidak nyata.
4. Cepat kenyang.
4.2 Saran
Pentingnya menjaga kesehatan dalam sistem pencernaan itu baik, karena dapat
mengganggu kerusakan organ dalam sehingga memberikan dampak negatif bagi
kesehatan tubuh. Menghindari makanan yang asam, pedas dan minuman yang
beralkohol, kafein. Dapat memicu cepatnya terjadi gastritis karena asam lambung
tidak bisa menjaga dinding lambung. Mengakibatkan nyeri di epigastrium. Maka
dari itu jagalah organ organ penting dan kesehatan dalam tubuh kita ini.
44

DAFTAR PUSTAKA

Jr, Don R Revis. 2017.Gastritis. Availaible from URL: www.emedicine.com diakses tanggal
20 Juli 2008
Hidayat, Djunaedi, Sjaiful Fahmi Daili, dan Mochtar Hamzah. Gastritis . Dalam Cermin
Dunia Kedokteran No. 64, Tahun 2017. Availaible from URL: www.kalbe.co.id diakses
tanggal 20 Juli 2008
Doenges, Marilynn E. 2000. Rencana Keperawatan : Pedoman Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta : EGC
Carpenito, Lynda Juall. (2010). Diagnosa Keperawatan Aplikasi pada Praktek Klinik.
Edisi 6,
Cerpianto, L. J. (2010). Diagnosa Keperawatan Aplikasi pada Praktek Klinik. In Edisi 6
(p. 28). Jakarta: EGC.
Dochterman, J. M., & Bulecheck, G. N. (2013). Nursing Intervention Classification
(NIC). Mosby: Edition.Missouri.
PPNI (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator
Diagnostik, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
PPNI (2018). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator
Diagnostik, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil K
eperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI

Anda mungkin juga menyukai