Disusun oleh :
Wenie
2017.C.09a.0913
Nama : Wenie
NIM : 2017.C.09a.0913
Pembimbing Akademik
i
Yelstria Ulina Tarigan, S.Kep.Ners.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
anugerah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan Kasus dengan judul
”Asuhan Keperawatan Pada Tn. M Dengan Diagnosa Medis Gastritis Di Ruang
Sistem Pencernaan”. Laporan Kasus Asuhan Keperawatan ini merupakan salah
satu persyaratan pada Pendidikan Program Sarjana Keperawatan Stase
Keperawatan Medikal Bedah II di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Eka Harap
Palangka Raya.
1) Ibu Maria Adelheid Ensia, S.Pd., M.Kes. selaku Ketua STIKes Eka Harap
Palangka Raya.
2) Ibu Meilitha Carolina, Ners, M.Kep. selaku Ketua Program Studi S1
Keperawatan.
3) Yelstria Ulina Tarigan, S.Kep.,Ners selaku Pembimbing Akademik yang
telah memberikan dorongan, arahan dan pemikiran serta penuh kesabaran
ii
membimbing penyusunan dalam menyelesaikan Laporan Kasus Asuhan
Keperawatan ini.
4) Tn. M sebagai klien yang diberikan asuhan keperawatan yang telah bersedia
menjadi responden.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang............................................................................................ 1
1.2.Rumusan Masalah....................................................................................... 2
1.3 Tujuan Penulisan........................................................................................ 2
1.3.1 Tujuan Umum.......................................................................................... 2
1.3.2 Tujuan Khusus......................................................................................... 2
1.4 Manfaat Penulisan...................................................................................... 3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dasar Gastritis............................................................................... 4
2.1.1 Definisi.................................................................................................... 4
iv
2.1.2 Anatomi Fisiologii................................................................................... 5
2.1.3 Etiologi.................................................................................................... 6
2.1.4 Klasifikasi................................................................................................ 6
2.1.5 Patofisiologi (WOC)................................................................................ 7
2.1.6 Manifestasi Klinis.................................................................................... 8
2.1.7 Komplikasi............................................................................................... 8
2.1.8 Pemeriksaan Penunjang........................................................................... 9
2.1.9 Penatalaksanaan Medis............................................................................ 9
2.2 Konsep Manajemen Asuhan Keperawatan................................................. 11
2.2.1 Pengkajian................................................................................................ 11
2.2.2 Diagnosis Keperawatan........................................................................... 14
2.2.3 Intervensi................................................................................................. 14
2.2.4 Implementasi............................................................................................ 16
2.2.5 Evaluasi.................................................................................................... 16
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian Keperawatan............................................................................ 17
3.2 Diagnosa..................................................................................................... 26
3.3 Intervensi keperawatan............................................................................... 29
3.4 Implementasi keperawatan......................................................................... 33
3.5 Evaluasi Keperawatan (catatan perkembangan SOAP).............................. 33
BAB 4 PENUTUP
4.1 Kesimpulan................................................................................................. 44
4.2 Saran........................................................................................................... 45
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
SAP
Leaflet
v
BAB 1
PENDAHULUAN
.3 Tujuan Penulisan
.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum dari penulis studi kasus ini adalah untuk memberikan Asuhan
Keperawatan Pada Pasien Dengan Diagnosa Medis Gastritis Di rumah sakit
dengan menggunakan proses keperawatan dari pengkajian sampai dengan evaluasi
keperawatan.
.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2.1 Mengidentifikasi pengkajian pada Pada Pasien Dengan Diagnosa Medis
Gastritis Di rumah sakit.
1.3.2.2 Mengidentifikasi diagnosa pada Pada Pasien Dengan Diagnosa Medis
Gastritis Di rumah sakit.
1.3.2.3 Mengidentifikasi intervensi pada Pada Pasien Dengan Diagnosa Medis
Gastritis Di rumah sakit.
1.3.2.4 Mengidentifikasi implementasi pada Pada Pasien Dengan Diagnosa Medis
Gastritis Di rumah sakit.
1.3.2.5 Mengidentifikasi evaluasi dari hasil tindakan keperawatan yang dilakukan
pada Pada Pasien Dengan Diagnosa Medis Gastritis Di rumah sakit.
3
.4 Manfaat Penulisan
1.4.1 Bagi Peningkatan Kualitas Asuhan Keperawatan
Laporan kasus ini diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu acuan
dalam meningkatkan kualitas pelayanan asuhan keperawatan pada klien Gastritis
yang digunakan dalam peningkatan profesi keperawatan dan pelayanan kesehatan.
1.4.2 Bagi Pengembangan IPTEK
Dengan adanya laporan studi kasus diharapkan dapat menimbulkan ide-ide
dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang keperawatan
terutama penembangan dalam pelaksanaan asuhan keperawatan dengan konsep
pendekatan proses keperawatan.
1.4.3 Bagi Institusi
1.4.3.2 Pendidikan
Sebagai tolak ukur tingkat kemampuan mahasiswa dalam penguasaan
terhadap ilmu keperawatan dan pendokumentasian proses keperawatan khususnya
bagi mahasiswa STIKES Eka Harap Palangka Raya dalam memberikan asuhan
keperawatan pada klien Gastritis sehingga dapat diterapkan di masa yang akan
datang.
1.4.3.2 Rumah Sakit
Memberikan kerangka pemikiran ilmiah yang bermanfaat bagi rumah sakit
dalam peningkatan mutu pelayanan kesehatan dan memberikan gambaran
pelayanan asuhan keperawatan pada klien dengan kasus Gastritis.
1.4.3.3 Bagi Profesi
Asuhan keperawatan dengan klien Gastritis ini diharapkan dapat
memberikan masukan sebagai salah satu referensi bagi perawat untuk
meningkatkan mutu asuhan keperawatan.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Gastritis adalah inflamasi mukosa lambung yang diakibatkan oleh diet yang
tidak benar atau makanan yang berbumbu atau mengandung mikroorganisme
penyebab penyakit (David Overdorf 2014).
Gastritis akut adalah lesi mukosa akut berupa erosi atau perdarahan akibat
faktor-faktor agresif atau akibat gangguan sirkulasi akut mukosa berupa erosi atau
perdarahan akibat faktor-faktor agresif atau akibat gangguan sirkulasi akut
mukosa lambung (Grace, Pierce A.dkk 2012).
Gastritis adalah proses inflamasi pada mukosa dan submukosa lambung.
Secara histopatologi dapat dibuktikan dengan adanya infiltrasi sel-sel radang pada
daerah tersebuh (Suyono Slamet 2010).
Dari beberapa pengertian tentang gastritis menurut para ahli, dapat
disimpulkan bahwa gastritis adalah inflamasi yang terjadi pada mukosa lambung
ditandai dengan adanya radang pada daerah tersebut yang disebabkan karena
mengkonsumsi makanan yang dapat meningkatkan mukosa lambung (seperti
makanan asam atau pedas) atau bisa disebabkan oleh kebiasaan merokok dan
minum alkohol.
4
5
Lambung dalam bahasa inggris (stomach) dan dalam bahasa belanda (maag)
atau ventrikulus atau gaster. Berupa suatu kantong yang terletak dibawah sekat
rongga badan. Lambung menerima persediaan darah yang melimpah dari arteri
gastrika dan arteri lienalis, persyarafan diambil dari vagus dan dari pleksus seliaka
sistema simpatis. Makanan masuk kedalam lambung dari kerongkongan melalui
otot berbentuk cincin (sfingter), yang bisa membuka dan menutup. Dalam
keadaan normal, sfingter menghalangi masuknya kembali isi lambung kedalam
kerongkongan.
Lambung berfungsi sebagai gudang makanan, yang berkontraksi secara ritmik
untuk mencampur makanan dengan enzim-enzim. Sel-sel yang melapisi lambung
menghasilkan 3 zat penting yaitu :
1. Lendir berfungsi untuk melindungi sel-sel lambung dari kerusakan oleh asam
lambung. Setiap kelainan pada lapisan lendir ini, bisa menyebabkan
kerusakan yang mengarah kepada terbentuknya tukak lambung.
2. Asam klorida (HCL) berfungsi untuk menciptakan suasana yang sangat asam,
yang diperlukan oleh pepsin guna memecah protein. Keasaman lambung yang
tinggi juga berperan sebagai penghalang terhadap infeksi dengan cara
membunuh berbagai bakteri.
3. Perkursor pepsin merupakan enzim yang memecahkan protein.
2.1.3 Etiologi
2.1.3.1 Gastritis Akut
a. Obat analgetik anti inflamasi (aspirin)
b. Bahan kimia (lysol)
6
c. Merokok
d. Alkohol
e. Stres fisis yang disebabkan oleh luka bakar, sepsis, trauma pembedahan, dll
f. Refluks usus lambung
g. Endotoksin
Bentuk terberat dari gastritis akut disebabkan oleh mencerna asam atau alkali
kuat, yang dapat menyebabkan mukosa menjadi gangren atau perforasi.
Pembentukan jaringan parut dapat terjadi, yang mengakibatkan obstruksi pilorus.
Gastritis juga merupakan tanda pertama dari infeksi sistemik akut.
Faktor yang dapat menyebabkan rusaknya mukosa lambung adalah :
a. Kerusakan mukosa barier sehingga difusi balik ion H+ meningkat
b. Perfusi mukosa lambung terganggu
c. Jumlah asam lambung meningkat
Faktor ini saling berhubungan, misalnya stres fisik yang dapat menyebabkan
perfusi mukosa lambung terganggu sehingga timbul daerah-daerah infark kecil.
Disamping itu, sekresi asam lambung juga terpacu. Pada gastritis refluks, gastritis
karena bahan kimia, obat, mucosal barier rusak menyebabkan difusi balik ion H +
meningkat. Suasana asam yang terdapat pada lumen lambung akan mempercepat
mucosal barier oleh cairan usus.
2.1.3.2 Gastritis Kronik
a. Pada umumnya belum diketahui
b. Sering dijumpai bersama dengan penyakit lain (anemia penyakit adisson dan
gondok)
c. ulkus lambung kronik atau oleh bakteri Helicobacter pylory (H. Pylory)
d. Beberapa peneliti menghubungkan dengan proses imunologi
2.1.4 Klasifikasi
Gastritis menurut jenisanya terbagi menjadi dua yaitu (David Overdorf 2012)
2.1.4.1 Gastritis akut
Disebabkan oleh mencerna asam atau alkali kuat yang dapat menyebabkan
mukosa menjadi gangren atau perforasi. Gastritis akut dibagi menjadi dua garis
besar yaitu :
7
1) Gastritis eksogen akut (biasanya disebabkan oleh faktor –faktor dari luar,
seperti bahan kimia misal : lisol, alkohol, merokok, kafein lada, steroid,
mekanis iritasi bakterial, obat analgetik, anti inflamasi terutama aspirin
(aspirin yang dosis rendah sudah dapat menyebabkan erosi mukosa
lambung) ).
2) Gastritis endogen akut adalah gastritis yang disebabkan oleh kelainan badan.
2.1.4.2 Gastritis kronik
Inflamasi lambung yang lama dapat disebabkan oleh ulkus benigna atau
maligna dari lambung, atau oleh bakteri Helicobacter Pylori. Gastritis kronik
dikelompokkan dalam dua tipe yaitu tipe A dan tipe B. Dikatakan gastritis kronik
tipe A jika mampu menghasilkan imun sendiri. Tipe ini dikaitkan dengan atropi
dari kelenjar lambung dan penurunan mukosa. Penurunan pada sekresi gastrik
mempengaruhi produksi antibodi. Anemia pernisinosa berkembang pada proses
ini. Gastritis kronik tipe B lebih lazim. Tipe ini dikaitkan dengan infeksi
Helicobaxter pylori yang menimbulkan ulkus pada dinding lambung.
2.1.5 Patofisiologi
2.1.5.1 Gastritis Akut
Gastritis akut dapat disebabkan oleh karena stres, zat kimia misalnya obat- obatan
dan alkohol, makanan yang pedas, panas maupun asam. Pada para yang
mengalami stres akan terjadi perangsangan saraf simpatis NV (Nervus vagus)
yang akan meningkatkan produksi asam klorida (HCl) di dalam lambung. Adanya
HCl yang berada di dalam lambung akan menimbulkan rasa mual, muntah dan
anoreksia. Zat kimia maupun makanan yang merangsang akan menyebabkan sel
epitel kolumner, yang berfungsi untuk menghasilkan mukus, mengurangi
produksinya. Sedangkan mukus itu fungsinya untuk memproteksi mukosa
lambung agar tidak ikut tercerna. Respon mukosa lambung karena penurunan
sekresi mukus bervariasi diantaranya vasodilatasi sel mukosa gaster. Lapisan
mukosa gaster terdapat sel yang memproduksi HCl (terutama daerah fundus) dan
pembuluh darah. Vasodilatasi mukosa gaster akan menyebabkan produksi HCl
meningkat. Anoreksia juga dapat menyebabkan rasa nyeri. Rasa nyeri ini
ditimbulkan oleh karena kontak HCl dengan mukosa gaster. Respon mukosa
lambung akibat penurunan sekresi mukus dapat berupa eksfeliasi (pengelupasan).
8
Eksfeliasi sel mukosa gaster akan mengakibatkan erosi pada sel mukosa.
Hilangnya sel mukosa akibat erosi memicu timbulnya perdarahan. Perdarahan
yang terjadi dapat mengancam hidup penderita, namun dapat juga berhenti sendiri
karena proses regenerasi, sehingga erosi menghilang dalam waktu 24-48 jam
setelah perdarahan.
2.1.5.2 Gastritis Kronis
Gastritis kronik disebabkan oleh gastritis akut yang berulang sehingga terjadi
iritasi mukosa lambung yang berulang-ulang dan terjadi penyembuhan yang tidak
sempurna akibatnya akan terjadi atrhopi kelenjar epitel dan hilangnya sel pariental
dan sel chief. Karena sel pariental dan sel chief hilang maka produksi HCL.
Pepsin dan fungsi intinsik lainnya akan menurun dan dinding lambung juga
menjadi tipis serta mukosanya rata, Gastritis itu bisa sembuh dan juga bisa terjadi
perdarahan serta formasi ulser. Helicobacter pylori merupakan bakteri gram
negatif. Organisme ini menyerang sel permukaan gaster, memperberat timbulnya
desquamasi sel dan muncullah respon radang kronis pada gaster yaitu : destruksi
kelenjar dan metaplasia. Metaplasia adalah salah satu mekanisme pertahanan
tubuh terhadap iritasi, yaitu dengan mengganti sel mukosa gaster, misalnya
dengan sel desquamosa yang lebih kuat. Karena sel desquamosa lebih kuat maka
elastisitasnya juga berkurang. Pada saat mencerna makanan, lambung melakukan
gerakan peristaltik tetapi karena sel penggantinya tidak elastis maka akan timbul
kekakuan yang pada akhirnya menimbulkan rasa nyeri. Metaplasia ini juga
menyebabkan hilangnya sel mukosa pada lapisan lambung, sehingga akan
menyebabkan kerusakan pembuluh darah lapisan mukosa. Kerusakan pembuluh
darah ini akan menimbulkan perdarahan.
4
WOC Gastritis
Resiko ketidakseimbangan
cairan
5
.1.5 Komplikasi
Pada gastritis akut. Perdarahan saluran cerna bagian atas (SCBA) berupa
hematemesis dan melena, dapat berakhir sebagai syak hemoragik yang bisa
mengakibatkan kematian. Khusus untuk perdarahan SCBA, perlu dibedakan dengan
tukak peptik. Gambaran klinis yang diperhatikan hampir sama namun pada tukak
peptik penyebab utamanya adalah infeksi Helicobacter Pylori, sebesar 100% tukak
duodenum dan 60-90% pada tukak lambung. Hal ini dapat ditegakkan dengan
pemeriksaan endoskopi.Pada gastritis kronik adalah inflamasi lambung yang lama
yang disebabkan oleh ulkus benigna dan maligna dari lambung atau oleh Helicobater
Pylori.
a) Atrofi lambung dapat menyebabkan ganggguan penyerapan terhadap vitamin.
b) Anemia pernisinosa yang mempunyai antibodi terhadap faktor intrinsik dalam
serum atau cairan gasternya akibat gangguan penyerapan terhadap vitamin B12.
c) Gangguan penyerapan zat besi.
2.1.6 Pemeriksaan Penunjang
2.1.6.1 Gastritis Akut
a. Anamnesis
b. Endoscopy dilanjutkan pemeriksaan biopsy
2.1.6.2 Gastritis Kronik
Pemeriksaan kadar asam lambung perlu dilakukan karena berhubungan
dengan pengobatan. Pada gastritis kronik hipotropik dan atrofi gaster, kadar asam
lambung menurun, sedang pada gastritis kronik superfisialis oleh hipertrofikan, kadar
asam lambung normal atau meninggi. Foto rontgen dapat membantu yaitu dengan
melihat gejala benda-benda sekunder yaitu hipersekresi, mukosa yang tebal dengan
lipatan-lipatan tebal dan kasar, dll. Tetapi hal ini tidak memastikan diagnosis.
Gastritis tipe A dihubungkan dengan aklorhidria atau hipoklorhidria (kadar asam
lambung klorida tidak ada atau rendah), sedangkan gastritis tipe B dihubungkan
dengan hiperklorhidria (kadar tinggi dari asam hidroklorida). Diagnosis dapat
ditegakkan dengan endoskopi, serangkaian pemeriksaan sinar-x gastrointestinal (GI)
atas dan pemeriksaan histologis. Tindakan diagnostik untuk mendeteksi H. pylory
mencakup tes serologis untuk antibody terhadap antigen H. pylory dan tes
pernapasan.
6
2 Defisit nutrisi berhubungan setelah diberikan asuhan keperawatan selama Manajemen Nutrisi. SIKI (I.03119 Hal 200)
dengan ketidakmampuan 1x7 jam diharapkan status nutrisi klien membaik. Observasi :
mengabsorbsi nuttrien. SDKI Kriteria hasil : SLKI (L.03030 Hal 121) 1. Identifikasi status nutrisi
(D. . 0019 Hal 56). 1. Porsi makanan yang dihabiskan
meningkat (5) 2. Identifikasi alergi dan intoleransi
makanan
2. Pengetahuan tentang standar asupan
nutrisi yang tepat meningkat (5) 3. Identifikasi makanan yang disukai
4. Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis
12
3 Gangguan integritas kulit Setelah diberikan asuhan keperawatan selama Perawatan integritas kulit SIKI (I.11353 Hal
berhubungan dengan kerusakan 1x7 jam diharapkan integritas kulit dan jaringan 316)
mekanis dari respon injury anus. klien meningkat Observasi :
(D.0129 Hal 282). Kriteria hasil : SLKI (L.14125 Hal 33) 1. Identifikasi penyebab gangguan
1. Perfusi jaringan meningkat (5) integritas kulit
2. Kerusakan jaringan menurun (5) Terapeutik :
1. Ubah posisi tiap 2 jam jika tirah baring
3. Keruskan lapisan kulit menurun (5)
2. Lakukan pemujatan pada area penonjolan
4. Perdarahan menurun (5) tulang, bila perlu
5. Suhu kulit membaik (5) 3. Bersihkan parineal dengan air hangat,
terutama selama periode diare
4. Gunakan produk berbahan petrolium atau
minyak pada kulit kering
5. Gunakan produk berbahan ringan atau
alami dan hipoalergik pada kulit sensitif
6. Hindari produk berbahan dasar alkohol
pada kulit kering
Edukasi :
14
4 Defisit pengetahuan Setelah diberikan asuhan keperawatan selama Edukasi pencegahan infeksi. SIKI (I 12406
berhubungan dengan kurang 1x7 jam diharapkan pengetahuan klien Hal 80)
terpaparnya informasi terkait meningkat. Observasi :
Gastritis. (D.0111 Hal 246) Kriteria hasil SLKI (L.12111 Hal 146) 1. Periksa kesiapan dan kemampuan
1. Perilaku sesuai anjuran (5) menerima informasi
2. Verbalisasi minat dalam belajar (5)Terapeutik :
1. Sediakan materi, media tentang factor-
3. Kemampuan menjelaskan pengetahuan faktor penyebab, cara identifikasi dan
tentang suatu topik (5) pencegahan risiko infeksi dirumah sakit
ataupun dirumah
4. Perilaku sesuai pengetahuan (5)
2. Jadwalkan waktu yang tepat untuk
memberikan pendidikan kesehatan sesuai
kesepakatan pasien dan keluarga
3. Berikan kesempatan untuk bertanya
Edukasi :
15
5 Intoleransi aktivitas. (D.0056 Setelah diberikan asuhan keperawatan selama Dukungan Mobilisasi. SIKI (I 05173 Hal 30)
Hal 128) 1x7 jam diharapkan Intoleransi klien meningkat. Observasi :
Kriteria hasil SLKI (L.05042 Hal 6) 10. Identifikasi adanya nyeri atau keluhan
6. Pergerakan ekstremitas meningkat (5) fisik lainnya
7. Keluhan lelah meningkat (5) 11. Identifikasi toleransi fisik melakukan
pergerakan
8. Dispnea saat aktivitas meningkat (5)
12. Monitor frekuensi jantung dan tekanan
9. Dispnea setelah aktivitas meningkat (5) darah sebelum memulai mobilisasi
13. Monitor kondisi umum selama
melakukan mobilisasi
Terapeutik :
1. Fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan
alat bantu
2. Fasilitasi melakukan pergerakan,jika
perlu
16
6 Gangguan pola nafas Setelah diberikan asuhan keperawatan selama Dukungan ventilasi SIKI (I.01002 Hal 49)
1x7 jam diharapkan Pola nafas klien meningkat Observasi :
berhubungan dengan Penurunan
Kriteria hasil : SLKI (L.01004 Hal 95) 1.Identifikasi adanya kelelahan otot bantu
sirkulasi dan volume vascular 1. Dispnea menurun (5) nafas
(D.0005 Hal 26) 2. Penggunaan otot bantu nafas menurun (5) 2. Identifikasi efek perubahan posisi terhadap
status pernafasan
3. Keruskan lapisan kulit menurun (5)
3. Monitor status respirasi dan oksigenasi
4. Pemanjangan fase ekspirasi menurun (5)
Terapeutik :
5. Frekuensi nafas membaik (5) 1.
6. Kedalaman nafas membaik (5) 2.
3.
mungkin
4.
17
5.
Edukasi :
1. Ajarkan melakukan teknik relaksasi nafas
dalam
2. Ajarkan mengubah posisi secara mandiri
3. Ajarkan teknik batuk efektif
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian bronchodilator,
jika perlu
7 Perfusi perifer tidak efektif Setelah diberikan asuhan keperawatan selama Manajemen hipovolemia. SIKI (I.02079 Hal
1x7 jam diharapkan perfusi perifer membaik. 345)
berhubungan dengan sirkulasi
Kriteria hasil ; SLKI (L.14137 Hal 139) Observasi :
perifer tidak efektif (D.0009 Hal 1. Penyembuhan luka meningkat (5) 2. Periksa sirkulasi perifer
37) 2. Warna kulit pucat menurun (5) 3. Identifikasi factor resiko gangguan
sirkulasi
3. Nyeri ektremitas menurun (5)
4. Monitor panas, kemerahan, nyeri, atau
4. Kelemahan otot menurun (5) bengkak pada ekstremitas
5. Tekanan darah sistolik membaik (5) Terapeutik :
2.1.5.2.1.1.1 Hindari pemasangan infus atau
6. Tekanan darah diastolic membaik (5)
pengambilan darah di area keterbatasan
perfusi
2.1.5.2.1.1.2 Lakukan pencegahan infeksi
2.1.5.2.1.1.3 Lakukan perawatan kaki dan kuku
18
Edukasi :
1. Anjurkan berhenti merokok
2. Anjurkan berolahraga rutin
3. Anjurkan mengecek air mandi untuk
menghindari kulit terbakar
4. Anjurkan program rehabilitasi vascular
8 Ansietas berhubungan dengan Setelah diberikan asuhan keperawatan selama Reduksi ansietas. SIKI (I 09314 Hal 387)
1x7 jam diharapkan ansietas klien berkurang. Observasi :
kurang terpapar informasi terkait
Kriteria hasil SLKI (L.09093 Hal 132) 1. Identifikasi saat tingkat ansietas berubah
kondisi penyakit (D.0080 Hal 1. Verbalisasi kebingungan menurun (5) 2. Identifikasi kemampuan mengambil
keputusan
180) 2. Verbalisasi khawatir akibat kondisi yang 3. Monitor tanda-tanda ansietas
dihadapi menurun (5) Terapeutik :
1. Ciptakan suasana terapeutik untuk
3. Perilaku gelisah menurun (5)
menumbuhkan kepercayaan
4. Perilaku tegang menurun (5) 2. Temani pasien untuk mengurangi
kecemasan
3. Pahami situasi yang membuat ansietas
4. Dengarkan dengan penuh perhatian
5. Gunakan pendekatan yang tenang dan
meyakinkan
6. Tempatkan barang pribadi yang
memberikan kenyamanan
Edukasi :
1. Jelaskan prosedur, termasuk sensasi yang
mungkin dialami
2. Anjurkan keluarga untuk tetap bersama
pasien, jika perlu
3. Anjurkan mengungkapkan perasaan dan
19
persepsi
4. Latih teknik relaksasi
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian obat ansietas, jika
perlu
.2.4
.2.4 Implementasi Keperawatan
Pada tahap ini untuk melaksanakan intervensi dan aktivitas yang
telah dicatat dalam rencana perawatan pasien. Agar
implementasi/pelaksanaan perencanaan ini dapat tepat waktu dan efektif
maka perlu mengidentifikasi prioritas perawatan, memantau dan mencatat
respon pasien terhadap setiap intervensi yang dilaksanakan serta
mendokumentasikan pelaksanaan perawatan [ CITATION Cer10 \l 1057 ].
.2.5 Evaluasi Keperawatan
Tahap evaluasi menentukan kemajuan pasien terhadap pencapaian
hasil yang diinginkan dan respon pasien terhadap keefektifan intervensi
keperawatan, kemudian mengganti rencana perawatan jika diperlukan
Tahap akhir dari proses keperawatan perawat mengevaluasi kemampuan
pasien kearah pencapaian (Cerpianto, 2010).
22
23
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
I. PENGKAJIAN
A. IDENTITAS PASIEN
Nama Tn. M, Umur 60 tahun, Jenis kelamin Laki-laki, Suku/Bangsa
Dayak/Indonesia, Agama Kristen, Pekerjaan swasta, Pendidikan SMP,
Status perkawinan kawin, Alamat Jln G.Obos, Tanggal masuk rumah
sakit 23 November 2020, Diagnosa medis Gastritis
B. RIWAYAT KESEHATAN /PERAWATAN
1. Keluhan Utama :
Klien mengatakan merasa nyeri pada bagian ulu hati
Peradangan perut, terasa seperti tertusuk-tusuk,nyeri terasa dibagian
perut tengah atas, skala nyeri 6 (Sedang), nyeri hilang timbul ± 5
menit”.
2. Riwayat Penyakit Sekarang :
Saat pengkajian klien di rawat di ruang bedah RSUD dr Doris
Sylvanus Palangkaraya Tn M dengan keluhan nyeri pada bagian ulu hati,
kemudian merasa mual dan tidak nafsu makan. Karena merasa nyeri terus
menerus klien juga sulit untuk tidur, Klien merasakan nyeri saat dirumah
dan meminum obat pereda nyeri kemudian nyeri dirasa hilang dan nyeri
muncul kembali kemudian pasien dibawa ke rumah sakit oleh keluarga
karena sudah tidak bisa menahan rasa sakit pada bagian perut. Kemudian
di IGD klien diberikan tindakan pemberian oksigen nasal kanul 3 lpm,
24
diberikan terapi infus Nacl 0,9% 20 Tpm dan terapi injeksi Ceftriaxone 1
g/IV, Injeksi Keterolac 30 mg/IV, Injeksi Ranitidine 150 mg/IV.
3. Riwayat Penyakit Sebelumnya (riwayat penyakit dan riwayat operasi)
Klien mengatakan tidak ada riwayat penyakit apapun sebelumnya
maupun riwayat operasi.
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Pasien mengatakan didalam keluargan tidak ada yang mengalami
penyakit yang sama serta penyakit keturunan lainnya seperti
hipertensi, jantung, stroke, dll. Klien jjuga mengatakan tidak ada yang
memiliki penyakit menular seperti TB Paru, hepatitis, dll.
GENOGRAM KELUARGA :
Bagan 3.1 Genogram
Keterangan :
: Laki-laki meninggal
: Perempuan meninggal
: Laki-laki
: Perempuan
: Pasien
: Tinggal serumah
: Hubungan keluarga
C. PEMERIKASAAN FISIK
1. Keadaan Umum :
Pasien tampak sakit sedang, tampak berbaring lemah. Tingkat
kesadaran pasien compos menthis, posisi pasien berbaring semi fowler ,
klien tampak lemah, klien berbaring sambil memegangi perut yang terasa
25
sakit, terpasang infus NacL 0,9% 20 tpm di tangan sebelah kiri, , aktivitas
klien tampak hanya dibantu oleh keluarganya, mobilisasi gerak klien
terbatas karena ditempat tidur.
2. Status Mental :
Tingkat kesadaran compos menthis ekspresi wajah meringis, bentuk
badan simetris, cara berbaring / berbaring miring / terbatas, mampu
berbicara dengan jelas dan lancar, berpenampilan kurang rapi. Fungsi
kognitif baik (Orientasi waktu : pasien dapat membedakan waktu,
Orientasi orang : pasien dapat membedakan perawat dan dokter maupun
keluarga, Orientasi tempat : pasien mengetahui bahwa sedang dirawat
dirumah sakit karena mengalami penurunan kesadaran). Pertahanan diri
adaftif.
3. Tanda-tanda Vital :
Suhu : 36,5oC (axila), Nadi/HR : 107x/m, Pernfasan/RR : 22x/m,
Tekanan darah/BP : 130/90 mmHg.
4. PERNAPASAN (BREATHING)
Bentuk dada simetris, tidak tampak lesi ,tidak ada kebiasaan merokok
pada pasien, pasien tidak batuk. Pasien inspirasi dengan tipe pernafasan
dada dan perut, irama nafas teratur dengan suara nafas veskuler, tidak ada
suara nafas tambahan.
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah
5. CARDIOVASCULER (BLEEDING)
Tidak ada masalah keperawatan pada fungsi kardiovaskuler Tn.M,
suara jantung s1-s2 tunggal (Lub-Dub).
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
6. PERSYARAFAN (BRAIN)
Nilai GCS Tn. M 15 E : 4 (Membuka mata secara spontan) V : 5
(Dapat berorientasi secara normal/baik) M : 6 (Melokalisir nyeri
menjangkau dan menjauhkan stimulus saat diberi rangsang nyeri), tingkat
kesadaran compos mentis,pupil isokor, refleks cahaya kanan dan kiri
positif, Adanya nyeri dibagian ulu hati, adanya gelisah.
26
Uji Koordinasi ekstrimitas atas: jari ke jari negatif, jari ke hidung positif.
Dan uji koordinasi ekstrimitas bawah:tumit ke jempul kaki negatif. Uji
kestabilan tubuh negative , pergerakan terbatas, terasa nyeri pada daerah
luka di pinggang dan os fraktur femur.
Uji Syaraf Kranial :
Nervus Kranial I (Olfaktori) : Pasien dapat mencium bau-bauan seperti:
minyak kayu putih atau alkohol.
Nervus Kranial II (Optik): Pasien dapat melihat dengan jelas orang yang
disekitarnya.
Nervus Kranial III (Okulomotor): Pupil pasien dapat berkontraksi saat
melihat cahaya.
Nervus Kranial IV (Trokreal): Pasien dapat menggerakkan bola matanya
ke atas dan ke bawah.
Nervus KranialV (Trigeminal): Pasien kesulitan mengunyah makanan:
seperti nasi, kue, buah.
Nervus Kranial VI (Abdusen):Pasien dapat melihat ke samping.
Nervus Kranial VII (Fasial): Pasien dapat tersenyum.
Nervus Kranial VIII (Auditor): Pasien dapat mendengar perkataan Dokter,
Perawat dan keluarganya
Nervus Kranial IX (Glosofaringeal): Pasien dapat membedakan rasa pahit,
manis.
Nervus Kranial X (Vagus): Pasien dapat berbicara dengan jelas.
Nervus Kranial XI (Asesori): Pasien dapat mengangkat bahunya.
Nervus Kranial XII (Hipoglosol): Pasien dapat mengatur posisi lidahnya
ke atas dan ke bawah.
Keluhan lainnya: Tidak ada
Masalah Keperawatan : Nyeri akut
7. ELIMINASI URI (BLADDER) :
Produksi urine pasien ±1000 ml 6-7 x/hari, warna urine kekuningan,
dan bau khas urine. Tidak ada masalah keperawatan pada eliminasi
uri/lancar.
27
E. SOSIAL - SPIRITUAL
1. Kemampuan berkomunikasi
Pasien dapat berkomunikasi dengan baik dengan keluarga, orang lain
dan pertugas kesehatan, pasien kooperatif.
2. Bahasa sehari-hari
Di kehidupannya sehari-hari pasien menggunakan bahasa
Banjar/Indonesia, pasien berbicara normal.
3. Hubungan dengan keluarga :
Hubungan pasien dengan keluarga baik dan harmonis
4. Hubungan dengan teman/petugas kesehatan/orang lain :
Pasien dapat menjalin hubungan baik dengan sesama pasien diruangan
dan orang lain, pasien kooperatif.
5. Orang berarti/terdekat :
Pasien mengatakan orang yang berarti/terdekat dalam kehidupanya
adalah keluarganya.
6. Kebiasaan menggunakan waktu luang :
Ketika pasien sehat pasien menggunakan waktu luang untuk
beristrahat dan berkumpul bersama keluarga dan kerabatnya, ketika
dirumah sakit pasien menggunakan waktu luang untuk beristirahat.
7. Kegiatan beribadah :
Selama sakit pasien hanya bisa berdoa diatas tempat tidur.
F. DATA PENUNJANG (RADIOLOGIS, LABORATURIUM,
PENUNJANG LAINNYA)
Tabel Pemeriksaan Laboratorium Tanggal : 23 November 2020
No Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
.
1 GDS 134 mg/dL <200
2 Ureum 33 mg/dL 21-53
3 Creatinin 0.8 mg/dL 0,7-1,5
Wenie
ANALISIS DATA
32
DS: Klien mengatakan “saya Isi rongga usus meningkat Gangguan pola tidur
susah tidur”
DO:
pelepasan mediator kimia
- Klien tampak lelah
- Klien tampak lesu prostaglandin
- Klien tampak sering
menguap
berikatan resptor nyeri
- Konjungtiva anemis
- Tampak ada kehitaman di
bawah mata hantaran ke thalamus
- Pola tidur sebelum sakit
malam 6-8 jam siang 1 jam,
sesudah sakit malam 1-2 Gangguan rasa nyaman
jam siang 45 menit
34
INTERVENSI KEPERAWATAN
Nama pasien: Tn M
Ruang :-
No DiagnosaKeperawatan TujuandanKriteriaHasil RencanaKeperawatan/Intervensi Rasional
1. Nyeri akutberhubungan Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1 Identifikasi keluhan nyeri, 1 Membantu dalam mengindentifikasi
selama 3x7 jam diharapakan nyeri derajat ketidaknyamanan dan
dengan agen pencedera perhatikan lokasi, lamanya dan
hilang dengan kriteria hasil: kebutuhan untuk keefektifan
biologis (inflamasi) ditandai 1) Nyeri menurun (5) intensitas (skala 0-10) perhatikan analgesic
2) Kemerahan menurun (5) 2 Untuk mengetahui adanya nyeri
dengan kspresi wajah meringis, petunjuk verbal dan non verbal.
3) Hematoma menurun (5) 3 Untuk mengetahu factor penyebab
klien tampak gelisah, PQRST, 4) Kerusakan lapisan kulit menurun (5) 2 Identifikasi respons verbal nyeri
4 Keadaan umum dan TTV
P: Proses penyakit, Q: Seperti 3 Identifikasi factor penyebab nyeri
merupakan langkah awal untuk
tertusuk-tuauk, R: Di bagian 4 Observasi tanda-tanda vital klien menentukan intervensi selanjutnya.
5 Peninggian lengan dan adanya drain
ulu hati, S: Skala nyeri 6 5 Berikan posisi senyaman mungkin.
mempengaruhi kemampuan pasien
(Sedang), T: Pada saat 6 Fasilitasi istirahat tidur untuk rileks dan istrahat secara
efektif
bergerak, TTV TD : 130/90 7 Lakukan menajemen nyeri seperti
6 Agar istirahat klien tercukupi
mmHg, N : 107 x/menit, S : latihan napas dalam, distraksi dada, 7 Untuk mengurangi nyeri dengan
cara pengalihan nyeri.
36,50 C, R : 22x/menit dll.
8 Analgetik merupakan obat yang
8 Kolaborasi dengan dokter dalam digunakan untuk menghilangkan
rasa nyeri.
peberian obat analgetik Keterolac
30 mg/IV
36
Rasional
Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteria hasil) Intervensi
2. Defisit nutrisi berhubungan Setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi status nutrisi 1. Untuk mengetahui bagaimana
2.
Monitor berat badan asupan nutrisi klien
dengan kurangnya asupan keperawatan selama 1 x 7 jam
3.
Sajikan makanan secara menarik dan 2. Mengetahui jika ada peningkatan
makanan ditandai dengan diharapkan nutrisi klien suhu yang sesuai berat badan
4.
Berikan makanan tinggi serat untuk 3. Menambah nafsu makan klien
klien tampak lemah,klien membaik pasien dengan
mencegah konstipasi 4. Mencegah terjadinya konstipasi
tampak kurus, IMT klien kriteria hasil : 5. Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi 5. Meningkat gizi dan energy klien
protein 6. Memastikan asupan tepat sesuai
16, berat badan pasien 41 1. Kekuatan otot menunyah
6. Ajarkan diet yang diprogramkan kondisi klinis klien
meningkat (5)
kg 7. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk 7. Memastikan nutrisi yang tepat
2. Verbalisasi ingin untuk
menentukan jumlah kalori dan jenis sesuai anjuran ahli gizi
meningkatkan nutrisi
nutrien yang dibutuhkan,bila perlu
meningkat (5)
3. Frekuensi makan
membaik (5)
4. Nafsu makan membaik
(5)
37
Rasional
Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteria hasil) Intervensi
3.Gangguan pola tidur Setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi pola aktivitas dan tidur 1. Untuk mengetahui pola tidur klien
2. Untuk mengetahui factor penyulit
berhubungan dengan klinis keperawatan selama 1 x 7 jam 2. Identifikasi factor penganggu pola tidur
pola tidur klien
penyakit ditandai dengan diharapkan pola tidur pasien 3. Identifikasi makanan/minuman yang 3. Untuk mengurangi factor penyulit
pola tidur klien
pasien tampak lesu, pasien membaik dengan kriteria menganggu tidur
4. Memberikan kenyamanan
tampak lemah,pasien tampak hasil: 4. Modifikasi lingkungan 5. Agar pasien nyaman tidur saat
malam hari
menguap, konjungtiva anemis - Keluhan sulit tidur menurun 5. Batasi waktu tidur siang, jika perlu
(1) 6. Mengurangi resiko sakit yang bisa
- Keluhan pola tidur berubah, 6. Sesuaikan jadwal pemberian obat menyebabkan pola tidur terganggu
menurun (1) 7. Memberikan kenyamanan
dan/atau tindakan menunjang siklus
- Keluhan istirahat tidak cukup, 8. Untuk membantu proses
menurun (1) tidur penyembuhan klien
7. Berikan posisi nyaman
8. Jelaskan pentingnya tidur yang cukup
saat sakit
38
Rasional
Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteria hasil) Intervensi
4.Defisit pengetahuan tentang Setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan 1. Untuk mengetahui tingkat
pengetahuan pasien
Gastritis berhubungan dengan keperawatan selama 1 x 7 jam menerima informasi
2. Untuk menambah pengetahuan
kurang terpaparnya informasi diharapkan pengetahuan 2. Identifikasi factor-faktor yang dapat pasien
3. Mengatahui tingkat pemahaman
ditandai dengan Pasien tampak pasien dan keluarga meningkatkan dan menurunkan motivasi
pasien tentang penjelasan kondisi
bingung ketika ditanya tentang bertambah dengan kriteria perilaku hidup bersih dan sehat penyakit
4. Memberikan pasien kesiapan untuk
kondisi penyakitnya, klien hasil : 3. Sediakan materi dan media pendidikan
menerima informasi
tampak sering bertanya, Pasien 1. Verbalisasi dalam minat kesehatan 5. Mengetahui tingkat pengetahuan
belajar meningkat (5) pasien
lulusan SMP 4. Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai
2. Perilaku sesuai dengan 6. Agar pasien memahami hal-hal yang
pengetahuan meningkat kesepakatan mempengaruhi kesehatan
(5) 7. Memberikan pengetahuan dalam
5. Berikan kesempatan untuk bertanya
3. Kemampuan menajaga perilaku hidup bersih dan
menggambarkan 6. Jelaskan factor resiko yang dapat sehat
pengalaman sebelumnya
mempengaruhi kesehatan
sesuai dengan topic
meningkat (5) 7. Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat
4. Kemampuan menjelaskan
pengetahuan tentang suatu
topic meningkat(5)
39
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
P: Hentikan intervensi
43
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Gastritis adalah inflamasi mukosa lambung yang diakibatkan oleh diet yang tidak
benar atau makanan yang berbumbu atau mengandung mikroorganisme penyebab
penyakit.
Gastritis dibagi menjadi dua yaitu gastritis akut dan gastritis kronik. Gastritis
akut adalah kelainan klinis akut yang jelas penyebabnya dengan tanda dan gejala
yang khas, biasanya ditemukan sel inflamasi akut dan neutrofil. Sedangkan gastritis
kronik merupakan suatu peradangan bagian permukaan mukosa lambung yang
menahun, yang disebabkan oleh ulkus dan berhubungan dengan Hellicobacter Pylori.
Gejala gastritis akut sangat bervariasi, mulai dari yang sangat ringan asimtomatik
sampai sangat berat yang dapat membawa kematian. Gejala gastritis kronis :
1. Bervariasi dan tidak jelas.
2. Perasaan penuh, anoreksia.
3. Distress epigastrik yang tidak nyata.
4. Cepat kenyang.
4.2 Saran
Pentingnya menjaga kesehatan dalam sistem pencernaan itu baik, karena dapat
mengganggu kerusakan organ dalam sehingga memberikan dampak negatif bagi
kesehatan tubuh. Menghindari makanan yang asam, pedas dan minuman yang
beralkohol, kafein. Dapat memicu cepatnya terjadi gastritis karena asam lambung
tidak bisa menjaga dinding lambung. Mengakibatkan nyeri di epigastrium. Maka
dari itu jagalah organ organ penting dan kesehatan dalam tubuh kita ini.
44
DAFTAR PUSTAKA
Jr, Don R Revis. 2017.Gastritis. Availaible from URL: www.emedicine.com diakses tanggal
20 Juli 2008
Hidayat, Djunaedi, Sjaiful Fahmi Daili, dan Mochtar Hamzah. Gastritis . Dalam Cermin
Dunia Kedokteran No. 64, Tahun 2017. Availaible from URL: www.kalbe.co.id diakses
tanggal 20 Juli 2008
Doenges, Marilynn E. 2000. Rencana Keperawatan : Pedoman Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta : EGC
Carpenito, Lynda Juall. (2010). Diagnosa Keperawatan Aplikasi pada Praktek Klinik.
Edisi 6,
Cerpianto, L. J. (2010). Diagnosa Keperawatan Aplikasi pada Praktek Klinik. In Edisi 6
(p. 28). Jakarta: EGC.
Dochterman, J. M., & Bulecheck, G. N. (2013). Nursing Intervention Classification
(NIC). Mosby: Edition.Missouri.
PPNI (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator
Diagnostik, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
PPNI (2018). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator
Diagnostik, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil K
eperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI