Anda di halaman 1dari 62

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN.

A
DENGAN DIAGNOSA MEDIS ASMA BRONKIAL
DI RSUD Dr. DORIS SYLVANUS
PALANGKA RAYA

Oleh :
Kriswanto Ciko
(NIM : 2018.C.10a.0941)

YAYASAN EKA HARAP PALANGKARAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PRODI S1 KEPERAWATAN
TAHUN 2020
PLEMBAR PENGESAHAN

Laporan ini disusun oleh:

Nama : Kriswanto ciko

Nim : 2018.c.10a.0941

Program studi : S1 Keperawatan

Judul : Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Dengan


Diagnosis Medis Asma Bronkial Pada Tn. A Di RS Doris
Sylvanus Palangka Raya.

Telah melakukan asuhan keperawatan sebagai persyaratan untuk


menyelesaikan Pratik Pra Klinik Keperawatan 1 Program Studi S1 Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Eka Harap Palangaka Raya.

Laporan Praktikum ini telah disetujui Oleh :


Mengetahui

Ketua Program Studi S1 Keperawatan Pembimbing Akademik

Meilitha Carolina, Ners, M. Kep Ika paskaria, S. Kep., Ners

KATA PENGANTAR

i
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah melimpahkan Rahmat dan karunia-Nya sehingga penyusunan Asuhan
Keperawatan Kebutuhan Dasar Manusia di Ruang Gardenia RSUD Dr.Doris
Sylvanus Palangka Raya yang memaparkan beberapa hal terkait “ASUHAN
KEPERAWATAN PADA TN. A DENGAN DIAGNOSA MEDIS ASMA
BRONKIAL DI RSUD DR DORIS SYLVANUS PALANGKA RAYA “. Tidak
lupa saya juga mengucapkan terima kasih atas bantuan dari pihak rumah sakit dan
dosen pembimbing yang telah memberikan motivasi dan ilmu.
Dan harapan saya semoga laporan ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi laporan agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatan pengetahuan maupun pengalaman, saya yakin masih
banyak kekurangan dalam laporan ini, oleh karena itu saya sangat mengharapkan
saran dan kritik yang membangunan dari para pembaca demi kesempurnaan
laporan ini kedepannya.

Palangka Raya, September 2020

Penyusun

DAFTAR ISI

ii
LEMBAR PENGESAHAN...................................................................................i
KATA PENGANTAR ..........................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................3
1.3 Tujuan Penulisan .........................................................................................3
1.3.1 Tujuan Umum.....................................................................................3
1.3.2 Tujuan Khusus....................................................................................3
1.4 Manfaat........................................................................................................4
1.4.1 Untuk Mahasiswa...............................................................................4
1.4.2 Untuk Klien Dan Keluarga.................................................................4
1.4.3 Untuk Institusi (Pendidikan Dan Rumah Sakit).................................4
1.4.4 Untuk Iptek.........................................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................5
2.1 Konsep Penyakit..........................................................................................5
2.1.1 Definisi................................................................................................5
2.1.2 Anatomi Fisiologi...............................................................................6
2.1.3 Etiologi................................................................................................10
2.1.4 Klasifikasi...........................................................................................11
2.1.5 Patofisiologi........................................................................................11
2.1.6 Manifestasi Klinis...............................................................................15
2.1.7 Komplikasi..........................................................................................16
2.1.8 Pemeriksaan Penunjang......................................................................17
2.1.9 Penatalaksanaan Medis.......................................................................17
2.2 Menajemen Asuhan Keperawatan...............................................................19
2.2.1 Pengkajian Keperawatan.....................................................................19
2.2.2 Diagnosa Keperawatan.......................................................................21
2.2.3 Intervensi Keperawatan.......................................................................21
2.2.4 Implementasi Keperawatan.................................................................26
2.2.3 Evaluasi Keperawatan.........................................................................26

iii
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN.................................................................27
3.1 Pengkajian ...................................................................................................27
3.2 Diagnosa ......................................................................................................35
3.3 Intervensi......................................................................................................38
3.4 Implementasi................................................................................................42
3.5 Evaluasi........................................................................................................42
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRA
SAP
LEAPLET

iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Asma merupakan salah satu penyakit saluran pernafasan yang banyak
dijumpai pada anak-anak maupun dewasa. Menurut global initiative for asthma
(GINA) tahun 2015, asma didefinisikan sebagai “ suatu penyakit yang heterogen,
yang dikarakteristik oleh adanya inflamasi kronis pada saluran pernafasan. Hal ini
ditentukan oleh adanya riwayat gejala gangguan pernafasan seperti mengi, nafas
terengahengah, dada terasa berat/tertekan, dan batuk, yang bervariasi waktu dan
intensitasnya, diikuti dengan keterbatasan aliran udara ekspirasi yang bervariasi”,
(Kementrian Kesehatan RI, 2017). Asma adalah penyakit gangguan pernapasan
yang dapatmenyerang anak-anak hingga orang dewasa, tetapipenyakit ini lebih
banyak terjadi pada anak-anak. Menurut para ahli, prevalensi asma akan
terusmeningkat. Sekitar 100 - 150 juta penduduk duniaterserang asma dengan
penambahan 180.000 setiaptahunnya. (Dharmayanti & Hapsari, 2015) Angka
kejadian asma bervariasi diberbagai negara, tetapi terlihat kecendrungan bahwa
penderita penyakit ini meningkat jumlahnya, meskipun belakang ini obat-obatan
asma banyak dikembangkan. Laporan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dalam
world health report 2000 menyebutkan, lima penyakit paru utama merupakan 17,4
% dari seluruh kematian di dunia, masing-masing terdiri dari infeksi paru 7,2 %,
PPOK (Penyakit Paru Obstruksi Kronis) 4,8%, Tuberkulosis 3,0%, kanker
paru/trakea/bronkus 2,1 %. Dan asma 0,3%. (Infodatin, 2017).
Saat ini penyakit asma masih menunjukkan prevalensi yang tinggi.
Berdasarkan data dari WHO (2002) dan GINA (2011), di seluruh dunia
diperkirakan terdapat 300 juta orang menderita asma dan tahun 2025 diperkirakan
jumlah pasien asma mencapai 400 juta. Jumlah ini dapat saja lebih besar
mengingat asma merupakan penyakit yang underdiagnosed. Buruknya kualitas
udara dan berubahnya pola hidup masyarakat diperkirakan menjadi penyebab
meningkatnya penderita asma. Data dari berbagai negara menunjukkan bahwa
prevalensi penyakit asma berkisar antara 1-18% (Infodatin, 2017).
Asma adalah salah satu penyakit tidak menular utama. Asma termasuk
penyakit kronis dimana kondisi saluran udara paru-paru meradang dan juga

1
2

menyempit. Sekitar 235 juta orang saat ini menderita asma. Asma merupakan
penyakit umum di kalangan anak-anak dan orang dewasa. Menurut perkiraan
World Health Organization (WHO) terbaru yang dirilis pada Desember 2016,
terdapat 383.000 kematian akibat asma pada 2015 (The Global Asthma Report,
2018).
Penyakit asma masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di hampir
semua negara di dunia, yang sebagian besar diderita oleh anak-anak sampai
dewasa dengan derajat penyakit dari ringan sampai berat, bahkan beberapa kasus
dapat menyebabkan kematian. Asma merupakan penyakit kronis yang sering
muncul pada masa kanak-kanak dan usia muda sehingga dapat menyebabkan
kehilangan hari-hari sekolah atau hari kerja produktif yang berarti, juga
menyebabkan gangguan aktivitas sosial, bahkan berpotensi mengganggu
pertumbuhan dan perkembangan anak.
Sebagian besar kematian terkait asma terjadi di negara berpenghasilan
rendah dan menengah ke bawah. Faktor risiko terkuat sebagai pemicu asma
adalah zat dan partikel yang dihirup yang dapat memicu reaksi alergi atau
mengiritasi saluran udara. Untuk menghindari kambuhnya asma, pasien dapat
meminum obat. Menghindari pemicu asma juga bisa mengurangi keparahan asma.
Penatalaksanaan asma yang tepat dapat memungkinkan orang menikmati kualitas
hidup yang baik.
Secara nasional, 10 kabupaten/kota dengan prevalensi penyakit asma
tertinggi adalah Aceh Barat (13,6%), Buol (13,5%), Pohuwato (13,0%), Sumba
Barat (11,5%), Boalemo (11,0%), Sorong Selatan (10,6%), Kaimana (10,5%),
Tana Toraja (9,5%), Banjar (9,2%), dan Manggarai (9,2%). Sedangkan 10
kabupaten/kota dengan prevalensi penyakit asma terendah adalah Yahukimo
(0,2%), Langkat (0,5%), Lampung Tengah (0,5%), Tapanuli.
prevalensi penderita asma rawat jalan berdasarkan kelompok umur, dimana
pada tahun 2015 sampai dengan 2017 prevalensi tertingginya ada pada kelompok
umur 45-64 tahun, angka prevalensinya 26,7%-31,3%. Sedangkan untuk
prevalensi asma terendah ada pada kelompok umur 0-6 hari dengan prevalensi
antara 0,1%-0,3%.
3

Dampak yang akan terjadi jika seseorang dengan penyakit asma broncial
tidak ditangani dengan tepat, dimana lingkungan memiliki peran dalam memicu
kekambuhan asma. Selain itu ada faktor lain yang dapat meningkatkan keparahan
asma. Beberapa diantaranya adalah rinitis yang tidak diobati atau sinusitis,
gangguan refluks gastroesofagal, sensitivitas terhadap aspirin, pemaparan
terhadap senyawa sulfit atau obat golongan beta bloker, dan influenza, faktor
mekanik, dan faktor psikis (Stress) (Zullies, 2016).
Penanganan yang dilakukan pada orang dewasa dengan asma yaitu jauhkan
dari agen-agen yang dapat membuat asma kambuh seperti debu, bulu binatang,
perubahan cuaca, dll. Serta selalu memakai masker dan kenakan pakaian yang
hangat, saat cuaca yang dingin agar tidak terjadinya kekambuhan asma.
Upaya yang dilakukan dalam menurunkan angka kejadian asma dengan
menjaga kebersihan rumah dan lingkungan, hindari merokok dan asap rokok serta
asap korbondiaksoda, hindari binatang yang mempunyai bulu yang halus dan
menjaga pola makan agar tidak terjadinya obesitas, karena obesitas juga
merupakan faktor resiko terjadinya asma pada individu.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat diambil suatu rumusan
masalah, yaitu Bagaimana asuhan keperawatan pada Tn.A dengan diagnosa medis
Asma Bronkial di Ruang Gardenia Rsud Dr. Doris Sylvanus Palangka Raya?

1.3 Tujuan Penulisan


1.3.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melakukan asuhan keperawatan pada Tn.A dengan d
iagnosa medis Asma Bronkial di Rsud Dr. Doris Sylvanus Palangka Raya?
1.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2.1 Mahasiswa mampu menjelaskan konsep penyakit Asma Bronkial
1.3.2.2 Mahasisiwa mampu menjelaskan konsep teori pada pasian Asma Bronkial
1.3.2.3 Mahasiswa mampu menjelaskan manajemen asuhan keperawatan pada
pasien Asma Bronkial
1.3.2.4 Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada pasien Tn.A dengan
diagnosa medis Asma Bronkial di Rsud Dr. Doris Sylvanus Palangka Raya
4

1.3.2.5 Mahasiswa mampu menentukan diagnosa pada Tn.A dengan diagnosa


medis Asma Bronkial di Rsud Dr. Doris Sylvanus Palangka Raya
1.3.2.6 Mahasiswa dapat menentukan intervensi pada Tn.A dengan diagnosa
medis Asma Bronkial di Rsud Dr. Doris Sylvanus Palangka Raya.
1.3.2.7 Mahasiswa dapat melakukan implementasi pada Tn.A dengan diagnosa
medis Asma Bronkial di Rsud Dr. Doris Sylvanus Palangka Raya.
1.3.2.8 Mahasiswa mampu melakukan evaluasi pada Tn.A dengan diagnosa medis
Asma Bronkial di Rsud Dr. Doris Sylvanus Palangka Raya
1.3.2.9 Mahasiswa mampu membuat dokumentasi pada Tn.A dengan diagnosa
medis Asma Bronkial di Rsud Dr. Doris Sylvanus Palangka Raya.

1.4 Manfaat
1.4.1 Untuk Mahasiswa
Mahasiswa mampu menyusun asuhan keperawatan pada klien dengan
diagnose medis Asma Bronkial
1.4.2 Untuk Klien Dan Keluarga
Klien dan keluarga dapat mengetahui perawatan yang tepat untuk Asma
Bronkial.
1.4.3 Untuk Institusi (Pendidikan dan Rumah Sakit)
Institusi (Pendidikan Dan Rumah Sakit) dapat melakukan pengembangan
pengetahuan mengenai sebuah asuhan keperawatan pada klien dengan diagnose
medis Asma Bronkial.
1.4.4 Untuk IPTEK
Untuk mengembangakan ilmu pengetahuan teknologi di bidang kesehatan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 KONSEP PENYAKIT
2.1.1 Pengertian Asma
Asma adalah penyakit inflamasi (peradangan) kronik saluran napas yang
ditandai dengan adanya mengi, batuk, dan rasa sesak di dada yang berulang dan
timbul terutama pada malam atau menjelang pagi akibat penyumbatan saluran
pernapasan. (Infodatin, 2017)
Asma merupakan proses inflamasi kronik saluran pernapasan menjadi
hiperesponsif, sehingga memudahkan terjadinya bronkokonstriksi, edema, dan
hipersekresi kelenjar.(Nelson, 2013)
Asma adalah suatu keadaan dimana saluran nafas mengalami penyempitan
karena hiperaktivitas terhadap rangsangan tertentu, yang menyebabkan
peradangan. (Amin & Hardi, 2016) Beberapa faktor penyebab asma, antara lain
umur pasien, status atopi, faktor keturunan, serta faktor lingkungan. Asma
dibedakan menjadi 2 jenis, (Amin & Hardi, 2016) yakni :
1) Asma bronkial
Penderita asma bronkial, hipersensitif dan hiperaktif terhadap
rangsangan dari luar, seperti debu rumah, bulu binatang, asap dan bahan
lain penyebab alergi. Gejala kemunculannya sangat mendadak, sehingga
gangguan asma bisa datang secara tiba-tiba. Gangguan asma bronkial
juga bisa muncul lantaranadanya radang yang mengakibatkan
penyempitan saluran pernapasan bagian bawah. Penyempitan iniakibat
berkerutnya otot polos saluran pernapasan, pembengkakan selaput
lendir, dan pembentukan timbunan lendir yang berlebihan.
2) Asma kardial
Asma yang timbul akibat adanya kelainan jantung. Gejala asma kardial
biasanya terjadi pada malam hari, disertai sesak napas yang hebat.
Kejadian ini disebut nocturnal paroxymul dispnea. Biasanya terjadi pada
saat penderita sedang tidur.

5
6

2.1.2 Anatomi Fisiologi


2.1.2.1 Rongga Hidung

Hidung merupakan organ utama saluran pernapasan yang langsung


berhubungan dengan dunia luar yang berfungsi sebagai jalan masuk dan keluarnya
udara melalui proses pernapasan. Selain itu hidung juga berfungsi untuk
mempertahankan dan menghangatkan udara yang masuk, sebagai filter dalam
membersihkan benda asing yang masuk dan berperan untuk resonansi suara,
sebagai tempat reseptor alfaktorius.
2.1.2.2 Faring

Faring merupakan tempat persimpangan antara jalan pernapasan dan jalan


makanan, terdapat di bawah dasar tengkorak, di belakang rongga hidung dan
mulut sebelah depan ruas tulang leher.
2.1.2.3 Laring
Laring merupakan saluran pernapasan yang terletak antara orofaring dan
trakea , fungsi dari laring adalah sebagai jalan masuknya udara, membersihkan
jalan masuknya makanan ke esofagus dan sebagai produksi suara. Laring sering
disebut sebagai kotak suara dan terdiri atas :
2.1.2.3.1 Epiglotis : daun katup kartilago yang menutupi ostium ke arah
laring selama menelan
2.1.2.3.2 Glotis : ostium antara pita suara dalam laring
7

2.1.2.4 Trakhea

Trakea merupakan organ tabung antara laring sampai dengan puncak paru,
panjangnya sekitar 10-12 cm, setinggi servikal 6-torakal 5. Disebut juga batang
tenggorokan . Ujung trakea bercabang menjadi dua bronkus yang disebut karina
2.1.2.5 Bronkus
Bronkus merupakan cabang dari trakea yang bercabang dua keparu-paru kanan
dan paru-paru kiri.Bronkus kanan lebih pendek dan lebih besar
diameternya.Bronkus kiri lebih horizontal, lebih panjang dan lebih sempit.
2.1.2.5.1 Bronkus
a) Terbagi menjadi bronkus kanan dan kiri Disebut bronkus lobaris kanan
(3
b) lobus) dan bronkus lobaris kiri (2 bronkus)
c) Bronkus lobaris kanan terbagi menjadi 10 bronkus segmental dan
d) bronkus lobaris kiri terbagi menjadi 9 bronkus segmental
e) Bronkus segmentalis ini kemudian terbagi lagi menjadi subsegmental
yang dikelilingi oleh jaringan ikat yang memiliki : arteri, limfatik dan
saraf
2.1.2.5.2 Bronkiolus
a) Bronkus segmental bercabang-cabang menjadi bronkiolus
b) Bronkiolus mengadung kelenjar submukosa yang memproduksi yang
membentuk selimut tidak terputus untuk melapisi bagian dalam jalan
napas.

2.1.2.5.3 Bronkiolus Terminalis


8

a) Bronkiolus membentuk percabangan menjadi bronkiolus terminalis


(yang tidak mempunyai kelenjar lendir dan silia)
2.1.2.5.4 Bronkiolus Respiratori
a) Bronkiolus terminalis kemudian menjadi bronkiolus respiratori
b) Bronkiolus respiratori dianggap sebagai saluran transisional antara jalan
napas konduksi dan jalan udara pertukaran gas.
2.1.2.6 Paru-Paru

Paru-paru merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar berada pada
rongga dada bagian atas, di bagian samping di batasi oleh otot dan rusuk dan di
bagianb bawah di batasi oleh diafragma yang berotot kuat. Merupakan organ yang
elastis berbentuk kerucut Terletak dalam rongga dada atau toraks Kedua paru
dipisahkan oleh mediastinum sentral yang berisi jantung dan beberapa pembuluh
darah besar Setiap paru mempunyai apeks dan basis Paru kanan lebih besar dan
terbagi menjadi 3 lobus oleh fisura interlobaris Paru kiri lebih kecil dan terbagi
menjadi 2 lobus Lobos-lobus tersebut terbagi lagi menjadi beberapa segmen
sesuai dengan segmen bronkusnya.
2.1.2.7 Alveolus
9

Merupakan bagian terminal cabang-cabang bronkus dan bertanggung


jawab akan struktur paru-paru yang menyerupai kantong kecil terbuka pada salah
satu sisinya dan tempat pertukaran O2 dan CO2 Terdapat sekitar 300 juta yang
jika bersatu membentuk satu lembar akan seluas 70 m2.
2.1.2.8 Fisiologi Sistem Pernafasan
Fungsi paru- paru ialah pertukaran gas oksigen dan karbon dioksida.Pada
pernapasan melalui paru-paru atau pernapasan eksterna, oksigen dipungut melalui
hidung dan mulut pada waktu bernapas; oksigen masuk melalui trakea dan pipa
bronkial ke alveoli, dan dapat berhubungan erat dengan darah di dalam kapiler
pulmonaris. Hanya satu lapis membran, yaitu membran alveoli-kapiler, yang
memisahkan oksigen dari darah. Oksigen menembus membran ini dan dipungut
oleh hemoglobin sel darah merah dan dibawa ke jantung. Dari sini dipompa di
dalam arteri ke semua bagian tubuh. Darah meninggalkan paru – paru pada
tekanan oksigen 100 mm Hg dan pada tingkat ini hemoglobinnya 95 persen jenuh
oksigen.
Di dalam paru-paru, karbon dioksida, salah satu hasil buangan
metabolisme, menembus membran alveoler-kapiler dari kapiler darah ke alveoli
dan setelah melalui pipa bronkial dan trakea, dinapaskan keluar melalui hidung
dan mulut. Semua proses ini diatur sedemikian sehingga darah yang
meninggalkan paru-paru menerima jumlah tepat CO2 dan O2. Pada waktu gerak
badan, lebih banyak darah datang di paru – paru membawa terlalu banyak CO2
dan terlampau sedikit O2; jumlah CO2 itu tidak dapat dikeluarkan, maka
konsentrasinya dalam darah arteri bertambah. Hal ini merangsang pusat
pernapasan dalam otak unutk memperbesar kecepatan dan dalamnya pernapasan.
Penambahan ventilasi ini mengeluarkan CO2 dan memungut lebih banyak O2.
Pernapasan jaringan atau pernapasan interna. Darah yang telah
menjenuhkan hemoglobinnya dengan oksigen (oksihemoglobin) megintari
seluruh tubuh dan akhirnya mencapai kapiler, di mana darah bergerak sangat
lambat. Sel jaringan memungut oksigen dari hemoglobin untuk memungkinkan
oksigen berlangsung, dan darah menerima, sebagai gantinya, yaitu karbon
dioksida.
10

2.1.3 Etiologi Asma


Asma merupakan gangguan kompleks yang melibatkaan faktor autonom,
imunologis, infeksi, endokrin dan psikologis dalam berbagai tingkat pada
berbagai individu. Pengendalian diameter jalan napas dapat dipandang sebagai
suatu keseimbangan gaya neural dan humoral. Aktivitas bronkokonstriktor neural
diperantarai oleh bagian kolinergik sistem saraf otonom. Ujung sensoris vagus
pada epitel jalan napas, disebut reseptor batu atau iritan, tergantung pada
lokasinya, mencetuskan refleks arkus cabang aferens, yang pada ujung eferens
merangsang kontraksi otot polos bronkus.
1) Faktor imunologis
Pada beberapa penderita yang disebut asma ekstrinsik atau alergik,
eksaserbasi terjadi setelah pemaparan terhadap faktor lingkungan seperti
debu rumah, tepungsari, dan ketombe. Bentuk asma adanya instrinsik dan
ekstrinsik. Perbedaan intrinsik dan ekstrinsik mungkun pada hal buatan
(artifisial), karena dasar imun pada jejas mukosa akibat mediator pada
kedua kelompok tersebut. Asma ekstrinsikmungkin dihubungkan dengan
lebih mudahnya mengenali rangsangan pelepasan mediator daripada asma
instrinsik.
2) Faktor endokrin
Asma dapat lebih buruk dalam hubungannya dengan kehamilan dan
menstruasi, terutama premenstruasi, atau dapat timbul pada saat wanita
menopause. Asma membaik pada beberapa anak saat pubertas.
3) Faktor psikologis
Faktor emosi dapat memicu gejala-gejala pada beberapa anak dan dewasa
yang berpenyakit asma, tetapi “penyimpangan” emosional atau sifat-sifat
perilaku yang dijumpai pad anak asma tidak lebih sering daripada anak
dengan penyakit cacat kronis yang lain.(Nelson, 2013).
11

2.1.4 Klasifikasi Asma


Keparahan asma juga dapat dinilai secara retrospektif dari tingkat obat yang
digunakan untuk mengontrol gejala dan serangan asma. Hal ini dapat dinilai jika
pasien telah menggunakan obat pengontrol untuk beberapa bulan. Yang perlu
dipahami adalah bahwa keparahan asma bukanlah bersifat statis, namun bisa
berubah dari waktu-waktu, dari bulan ke bulan, atau dari tahun ke tahun, (GINA,
2015) Adapun klasifikasinya adalah sebagai berikut :
1) Asma ringan
Adalah asma yang terkontrol dengan pengobatan tahap 1 atau tahap 2,
yaitu terapi pelega bila perlu saja, atau dengan obat pengontrol dengan
intensitas rendah seperti steroid inhalasi dosis rendah atau antogonis
leukotrien, atau kromon.
2) Asma sedang
Adalah asma terkontrol dengan pengobatan tahap 3, yaitu terapi dengan
obat pengontrol kombinasi steroid dosis rendah plus long acting beta
agonist (LABA).
3) Asma berat
Adalah asma yang membutuhkan terapi tahap 4 atau 5, yaitu terapi dengan
obat pengontrol kombinasi steroid dosis tinggi plus long acting beta
agonist (LABA) untuk menjadi terkontrol, atau asma yang tidak terkontrol
meskipun telah mendapat terapi.
Perlu dibedakan antara asma berat dengan asma tidak terkontrol. Asma
yang tidak terkontrol biasnya disebabkan karena teknik inhalasi yang
kurang tepat, kurangnya kepatuhan, paparan alergen yang berlebih, atau
ada komorbiditas. Asma yang tidak terkontrol relatif bisa membaik dengan
pengobatan. Sedangkan asma berat merujuk pada kondisi asma yang
walaupun mendapatkan pengobatan yang adekuat tetapi sulit mencapai
kontrol yang baik.
2.1.5 Patofisiologi
Pada dua dekade yang lalu, penyakit asma dianggap merupakan penyakit
yang disebabkan karena adanya penyempitan bronkus saja, sehingga terapi utama
pada saat itu adalah suatu bronkodilator, seperti betaegonis dan golongan metil
12

ksantin saja. Namun, para ahli mengemukakan konsep baru ayng kemudian
digunakan hingga kini, yaitu bahwa asma merupakan penyakit inflamasi pada
saluran pernafasan, yang ditandai dengan bronkokonstriksi, inflamasi, dan respon
yang berlebihan terhadap rangsangan (hyperresponsiveness). Selain itu juga
terdapat penghambatan terhadap aliran udara dan penurunan kecepatan aliran
udara akibat penyempitan bronkus. Akibatnya terjadi hiperinflasi distal,
perubahan mekanis paruparu, dan meningkatnya kesulitan bernafasan. Selain itu
juga dapat terjadipeningkatan sekresi mukus yang berlebihan (Zullies, 2016).
Secara klasik, asma dibagidalam dua kategori berdasarkan faktor
pemicunya, yaitu asma ekstrinsik atau alergi dan asma intrinsik atau idiosinkratik.
Asma ekstrinsik mengacu pada asma yang disebabkan karena menghirup alergen,
yang biasanya terjadi pada anak-anak yang memiliki keluarga dan riwayat
penyakit alergi (baik eksim, utikaria atau hay fever). Asma instrinsik mengacu
pada asma yang disebabkan oleh karena faktor-faktordi luar mekanisme imunitas,
dan umumnya dijumpai pada orang dewasa. Disebut juga asma non alergik, di
mana pasien tidak memiliki riwayat alergi. Beberapa faktor yang dapat memicu
terjadinya asma antara lain : udara dingin, obat-obatan, stress, dan olahraga.
Khusus untuk asma yang dipicu oleh olahraga. Khusus untuk asma yang dipicu
oleh olahraga dikenal dengan istilah (Zullies, 2016)
Seperti yang telah dikatakan diatas, asma adalah penyakit inflamasi saluran
napas. Meskipun ada berbagai cara untuk menimbulkan suatu respons inflamasi,
baik pada asma ekstrinik maupun instrinsik, tetapi karakteristik inflamasi pada
asma umunya sama, yaitu terjadinya infiltrasi eosinofil dan limfosit serta terjadi
pengelupasan sel-sel epitelial pada saluran nafas dan dan peningkatan
permeabilitas mukosa. Kejadian ini bahkan dapat dijumpai juga pada penderita
asma yang ringan. Pada pasien yang meninggal karena serangan asma , secara
histologis terlihat adana sumbatan (plugs) yang terdiri dari mukus glikoprotein
dan eksudat protein plasma yang memperangkap debris yang berisi se-sel epitelial
yang terkelupas dan sel-sel inflamasi. Selain itu terlihat adanya penebalan lapisan
subepitelial saluran nafas. Respons inflamasi ini terjadi hampir di sepanjang
saluran napas, dan trakea samapi ujung bronkiolus. Juga terjadi hiperplasia dari
13

kelenjar-kelenjar sel goblet yang menyebabkan hiperserkesi mukus yang


kemudian turut menyumbat saluran napas (Zullies, 2016)
Penyakit asma melibatkan interaksi yang kompleks antara sel-sel inflamasi,
mediator inflamasi, dan jaringan pada saluran napas. Sel-sel inflamasi utama yang
turut berkontribusi pada rangkaian kejadian pada serangan asma antara lain adalah
sel mast, limfosit, dan eosinofil, sedangkan mediator inflamasi utama yang terlibat
dalam asma adalah histamin, leukotrein, faktor kemotaktik eosinofil dan beberapa
sitokin yaitu : interleukin (Zullies, 2016)
Pada asma alergi atau atopik, bronkospasme terjadi akibat dari
meningkatnya responsivitas otot polos bronkus terhadap adanya rangsangan dari
luar, yang disebut alergen. Rangsangan ini kemudian akan memicu pelepasan
berbagai senyawa endogen dari sel mast yang merupakan mediator inflamasi,
yaitu histamin, leukotrien, dan faktor kemotaktik eosinofil. Histamin dan
leukotrien merupakan bronkokonstriktor yang poten, sedangkan faktorkemotaktik
eosinofil bekerja menarik secara kimiawi sel-sel eosinophil menuju tempat
terjadinya peradangan yaitu di bronkus (Zullies, 2016).
14

WOC ASMA BRONKIAL : Sumber: Huda & Kusuma (2016)


Genetic Allergen (terutama Polusi udara Infeksi sal. Lingkungan stress
napas kerja Olahraga yang Obat-obatan
inhalasi
berat

Reaksi antara antigen dan antibody


yang melekat pada sel mast pada paru

MK: pola nafas


MK: resiko tinggi infeksi Mengeluarkan zat (histamine, Penyempitan
tidak efektif
bradikidin, da nanfilatoksin saluran nafas

Peningkatan permeabilitas
Asma bronkial Sekresi mucus MK: ansietas
kapiler
meningkat

Edema mukosa, kontraksi otot Hipoventilasi, distribusi Produksi mucus


polos (bronkospasme), hipersekresi ventilasi tidak merata dengan meningkat
sirkulasi darah paru-paru
karena mengalami gangguan
perfusi jaringan Penurunan
Obstruksi jalan
nafsu makan
nafas

MK: gangguan
MK: bersihan jalan MK: ansietas MK: ketidakseimbangan nutrisi
pertukaran gas
nafas tidak efektif kurang dari kebutuhan tubuh
15

2.1.6 Manifestasi Klinis


Berikut ini adalah tanda dan gejala asma, menurut Zullies (2016), tanda dan
gejala pada penderita asma dibagi menjadi 2, yakni :
2.1.6.1 Studium Dini
Faktor hipersekresi yang lebih menonjol
a) Batuk dengan dahak bisa dengan maupun tanpa pilek
b) Ronchi basah halus pada serangan kedua atau ketiga, sifatnya hilang
timbul
c) Wheezing belum ada
d) Belum ada kelainana bentuk thorak
e) Ada peningkatan eosinofil darah dan IGE.
f) Blood gas analysis (BGA) belum patologis
Faktor spasme bronchiolus dan edema yang lebih dominan :
a) Timbul sesak napas dengan atau tanpa sputum
b) Wheezing
c) Ronchi basah bila terdapat hipersekresi
d) Penurunan tekanan parial O2
2.1.6.2 studium lanjut/kronis
a) Batuk, ronchi
b) Sesak nafas berat dan dada seolah-olah tertekan
c) Dahak lengket dan sulit untuk dikeluarkan
d) Suara napas melemah bahkan tak terdengar (silent chest)
e) Thorak seperti barel chest
f) Tampak tarikan otot sternokleidomastoideus
g) Sianosis
h) Blood gas analysis (BGA) Pa O2 kurang dari 80 %
i) Ro paru terdapat peningkatan gambaran bronchovaskuler kanan dan kiri
j) Hipokapnea dan alkalosis bahkan asidosis repiratorik
Bising mengi (wheezing) yang terdengar dengan/ tanpa stetoskop, batuk
produktif, sering pada malam hari, nafas atau dada seperti tertekan, ekspirasi
memanjang.
16

2.1.7 Komplikasi
Bila serangan asma sering terjadi dan telah berlangsung lama, maka akan
terjadi emfisema dan mengakibatkan perubahan bentuk toraks, yaitu toraks
menbungkuk ke depan dan memanjang. Pada foto rontgen toraks terlihat
diafragma letaknya rendah, gambaran jantung menyempit, corakan hilus kiri dan
kanan bertambah. Pada asma kronik dan berat dapat terjadi bentuk dada burung
dara dan tampak sulkus Harrison.
Bila sekret banyak dan kental, salah satu bronkus dapat tersumbat sehingga
dapat terjadi atelektasis pada lobus segmen yang sesuai. Mediastinum tertarik ke
arah atelektasis. Bila atelektasis berlangsung lama dapat berubah menjadi
bronkietasis, dan bila ada infeksi akan terjadi bronkopneumonia. Serangan asma
yang terus menerus dan berlangsung beberapa hari serta berat dan tidak dapat
diatasi dengan obat-obat yang biasa disebut status asmatikus. Bila tidak ditolong
dengan semestinya dapat menyebabkan kematian, kegagalan pernafasan dan
kegagalan jantung.
2.1.8 Pemeriksaan Penunjang
Menurut Ngastiyah (2013), ada beberapa pemeriksaan diagnostik bagi para
penderita asma, antara lain :
2.1.8.1 uji faal paru
Uji faal paru dikerjakan untuk menentukan derajat obstruksi, menilai hasil
provokasi bronkus, menilai hasil pengobatan dan mengikuti perjalanan
penyakit. Alat yang digunakan untuk uji faal paru adalah peak flow meter,
caranya anak disuruh meniup flow meter beberapa kali (sebelumnya
menarik napas dalam melalui mulut kemudian menghembuskan dengan
kuat) dan dicatat hasil.
2.1.8.2 foto toraks
Foto toraks dilakukan terutama pada anak yang baru berkunjung pertama
kali di poliklinik, untuk menyingkirkan kemungkinan ada penyakit lain.
Pada pasien asma yang telah kronik akan terlihat jelas adanya kelainan
berupa hiperinflasi dan atelektasis.
2.1.8.3 pemeriksaan darah
17

Hasilnya akan terdapat eosinofilia pada darah tepi dan sekret hidung. Bila
tidak eosinofilia kemungkinan bukan asma. Selain itu juga, dilakukan uji
tuberkulin dan uji kulit dengan menggunakan alergen.
2.1.9 Penatalaksanaan
Tujuan utama penatalaksanaan Asma adalah mencapai asma terkontrol
sehingga penderita asma dapat hidup normal tanpa hambatan dalam melakukan
aktivitas sehari-hari. Pada prinsipnya penatalaksanaan asma dibagi menjadi 2,
yaitu : penatalaksanaan asma jangka panjang dan penatalaksanaan asma akut/saat
serangan.
2.1.9.1 Tatalaksana Asma Jangka Panjang
Prinsip utama tatalaksana jangka panjang adalah edukasi, obat Asma
(pengontrol dan pelega), dan menjaga kebugaran (senam asma). Obat
pelega diberikan pada saat serangan, obat pengontrol ditujukan untuk
pencegahan serangan dan diberikan dalam jangka panjang dan terus
menerus.
2.1.9.2 Tatalaksana Asma Akut pada Anak dan Dewasa
Tujuan tatalaksana serangan Asma akut:
a) Mengatasi gejala serangan asma
b) Mengembalikan fungsi paru ke keadaan sebelum serangan
c) Mencegah terjadinya kekambuhan
d) Mencegah kematian karena serangan asma
Menurut Kusuma (2016), ada program penatalaksanaan asma meliputi 7
komponen, yaitu :
1) Edukasi
Edukasi yang baik akan menurunkan morbiditi dan mortaliti. Edukasi
tidak hanya ditujukan untuk penderita dan keluarga tetapi juga pihak
lain yang membutuhkan energi pemegang keputusan, pembuat
perencanaan bidang kesehatan/asma, profesi kesehatan.
2) Menilai dan monitor berat asma secara berkala Penilaian klinis berkala
antara 1-6 bulan dan monitoring asma oleh penderita sendiri mutlak
dilakukan pada penatalaksanaan asma. Hal tersebut disebabkan
berbagai faktor antara lain :
18

a. Gejala dan berat asma berubah, sehingga membutuhkan perubahan


terapi
b. Pajanan pencetus menyebabkan penderita mengalami perubahan pada
asmanya
c. Daya ingat (memori) dan motivasi penderita yang perlu direview,
sehingga membantu penanganan asma terutama asma mandiri.
2.1.9.3 Identifikasi dan mengendalikan faktor pencetus
2.1.9.4 Merencanakan dan memberikan pengobatan jangka panjang
Penatalaksanaan asma bertujuan untuk mengontrol penyakit, disebut
sebagai asma terkontrol. Terdapat 3 faktor yang perlu dipertimbangkan :
a) Medikasi asma ditujukan untuk mengatasi dan mencegah gejala
obstruksi jalan napas, terdiri atas pengontrol dan pelega.
b) Tahap pengobatan
1) Asma Intermiten, medikasi pengontrol harian tidak perlu
sedangakan alternatif lainnya tidak ada.
2) Asma Presisten Ringan, medikasi pengontrol harian diberikan
Glukokortikosteroid ihalasi (200-400 ug Bd/hati atau ekivalennya),
untuk alternati diberikan Teofilin lepas lambat, kromolin dan
leukotriene modifiers.
3) Asma Persisten Sedang, medikasi pengontrol harian diberikan
Kombinasi inhalasi glukokortikosteroid (400-800 ug BD/hari atau
ekivalennya), untuk alternatifnya diberikan glukokortikosteroid
ihalasi (400-800 ug Bd atau ekivalennya) ditambah Teofilin dan di
tambah agonis beta 2 kerja lama oral, atau Teofilin lepas lambat
4) Asma Persisten Berat, medikasi pengontrol harian diberikan ihalasi
glukokortikosteroid (> 800 ug Bd atau ekivalennya) dan agonis beta
2 kerja lama, ditambah 1 antara lain : Teofilin lepas lambat,
Leukotriene, Modifiers, Glukokortikosteroid oral. Untuk alternatif
lainnya Prednisolo/ metilprednisolon oral selang sehari 10 mg
ditambah agonis bate 2 kerja lama oral, ditambah Teofilin lepas
lambat.
19

c) Penanganan asma mandiri (pelangi asma)


Hubungan penderita dokter yang baik adalah dasar yang kuat untuk
terjadi kepatuhan dan efektif penatalaksanaan asma. Rencanakan
pengobatan asma jangka panjang sesuai kondisi penderita, realistik/
memungkinkan bagi penderita dengan maksud mengontrol asma.
2.1.9.5 Menetapkan pengobatan pada serangan akut
Pengobatan pada serangan akut antara lain : Nebulisasi agonis beta 2 tiap 4
jam, alternatifnya Agonis beta 2 subcutan, Aminofilin IV, Adrenalin
1/1000 0,3 ml SK, dan oksigen bila mungkin Kortikosteroid sistemik.
2.1.9.6 kontrol secara teratur
Pada penatalaksanaan jangka panjang terdapat 2 hal yang penting
diperhatikan oleh dokter yaitu:
a) Tindak lanjut (follow-up) teratur
b) Rujuk ke ahli paru untuk konsultasi atau penangan lanjut bila
diperlukan
2.1.9.7 Pola hidup sehat
a) Meningkatkan kebugaran fisik
Olahraga menghasilkan kebugaran fisik secara umum. Walaupun terdapat
salah satu bentuk asma yang timbul serangan sesudah execrise, akan tetapi
tidak berarti penderita EIA dilarang melakukan olahraga. Senam asma
Indonesia (SAI) adalah salah satu bentuk olahraga yang dianjurkan karena
melatih dan menguatkan otot-otot pernapasan khususnya, selain manfaat
lain pada olahraga umumnya.
a) Berhenti atau tidak pernah merokok
b) Lingkungan kerja.
Kenali lingkungan kerja yang berpotensi dapat menimbulkan asma.
2.2 Manajemen Asuhan Keperawatan
2.2.1 pengkajian keperawatan
2.2.1.1 Pernafasan (B1: Breathing).
a) Inspeksi.
Terlihat adanya peningkatan usaha dan frekuensi pernafasan serta
penggunaan otot bantu nafas. Bentuk dada barrel chest (akibat udara yang
20

tertangkap) atau bisa juga normo chest, penipisan massa otot, dan
pernapasan dengan bibir dirapatkan. Pernapasan abnormal tidak fektif dan
penggunaan otot- otot bantu nafas (sternocleidomastoideus). Pada tahap
lanjut, dispnea terjadi saat aktivitas bahkan pada aktivitas kehidupan
sehari-hari seperti makan dan mandi. Pengkajian batuk produktif dengan
sputum purulen disertai demam mengindikasikan adanya tanda pertama
infeksi pernafasan.
b) Palpasi.
Pada palpasi, ekspansi meningkat dan taktil fremitus biasanya menurun.
c) Perkusi
Pada perkusi didapatkan suara normal sampai hiper sonor sedangkan
diafrgama menurun.
d) Auskultasi.
Sering didapatkan adanya bunyi nafas ronchi dan wheezing sesuai tingkat
beratnya obstruktif pada bronkiolus. Pada pengkajian lain, didapatkan
kadar oksigen yang rendah (hipoksemia) dan kadar karbondioksida yang
tinggi (hiperkapnea) terjadi pada tahap lanjut penyakit. Pada waktunya,
bahkan gerakan ringan sekalipun seperti membungkuk untuk mengikat tali
sepatu, mengakibatkan dispnea dan keletihan (dispnea eksersorial). Paru
yang mengalami emfisematosa tidak berkontraksi saat ekspirasi dan
bronkiolus tidak dikosongkan secara efektif dari sekresi yang
dihasilkannya. Pasien rentan terhadap reaksi inflamasi dan infeksi akibat
pengumpulan sekresi ini. Setelah infeksi terjadi, pasien mengalami mengi
yang berkepanjangan saat ekspirasi.
2.2.1.2 Kardiovaskuler (B2:Blood).
Sering didapatkan adanya kelemahan fisik secara umum. Denyut nadi
takikardi. Tekanan darah biasanya normal. Batas jantung tidak mengalami
pergeseran. Vena jugularis mungkin mengalami distensi selama ekspirasi.
Kepala dan wajah jarang dilihat adanya sianosis.
2.2.1.3 Persyarafan (B3: Brain).
Kesadaran biasanya compos mentis apabila tidak ada komplikasi penyakit
yang serius.
21

2.2.1.4 Perkemihan (B4: Bladder).


Produksi urin biasanya dalam batas normal dan tidak ada keluhan pada
sistem perkemihan. Namun perawat perlu memonitor adanya oliguria yang
merupakan salah satu tanda awal dari syok.
2.2.1.5 Pencernaan (B5: Bowel).
Pasien biasanya mual, nyeri lambung dan menyebabkan pasien tidak nafsu
makan. Kadang disertai penurunan berat badan.
2.2.1.6 Tulang, otot dan integument (B6: Bone).
Kerena penggunaan otot bantu nafas yang lama pasien terlihat keletihan,
sering didapatkan intoleransi aktivitas dan gangguan pemenuhan ADL
(Activity Day Living).
2.2.2 Diagnosa Keperawatan
2.2.2.1 Bersihan jalan napas tidak efektif b.d spasme jalan napas (D.0001) hal.18
2.2.2.2 Gangguan pertukaran gas b.d perubahan membran alveolus-kapiler
(D.0003) hal. 22
2.2.2.3 Resiko deficit nutrisi b.d faktor psikologis (Mis. Stress, keengganan untuk
makan) (D.0032) hal. 81
2.2.2.4 Pola napas tidak efektif b.d hambatan upaya napas (D.0005) hal.26
2.2.2.5 Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan
oksigen (D.0056) hal. 128
2.2.3 Intervensi Keperawatan
2.2.3.1 Intervensi 1 Bersihan jalan napas tidak efektif b.d spasme jalan napas
kriteria hasil:
1) Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada
sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas
dengan mudah, tidakada pursed lips)
2) Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama
nafas, frekuensi pernafasan dalam rentang normal, tidak ada suara nafas
abnormal)
3) Tanda Tanda vital dalam rentang normal (tekanan darah, nadi,
pernafasan)
22

Rencana tindakkan :
1) Monitor kecepatan, irama,kedalaman dan kesulitan bernafas
Rasional : untuk mengetahui perkembangan status kesehatan pasien
2) Posisikan semi-fowler atau fowler
Rasional : posisi semi-fowler atau fowler dapat mengurangi sesak napas
klien
3) Catat pergerakan dada, catat ketidaksimetrisan, penggunaan otot-
otot  bantu nafas, dan retraksi pada otot supraclaviculas dan interkosta
Rasional : Untuk mengetahui perkembangan status kesehatan pasien
dan mencegah komplikasi
4) Auskultasi suara nafas, catat area yang ventilasinya menurun atau tidak
ada adanya suara nafas tambahan
Rasional : Untuk mengetahui perkembangan status kesehatan klien dan
mencegah komplikasi
5) Kelola pemberian bronkodilator, sebagaimana mestinya
Rasional : Bronkodilator adalah sebuah substansi yang dapat
memperlebar luas permukaan bronkus dan bronkiolus pada paru-paru,
dan membuat kapasitas serapan oksigen paru-paru meningkat.
6) Amati adanya dahak untuk jumlah, warna, konsistensi.
Rasional : untuk mengetahui tingkat indikasi adanya perubahan pola
pernapasan klien
7) Ajarkan teknik batuk efektif
Rasional : teknik batuk efektif dapat mengurangi sesak napas karena di
keluarkannya sputum dari saluran napas.
2.2.3.2 intervensi 2 Gangguan pertukaran gas b.d perubahan membran alveolus-
kapiler krakteria hasil :
1) Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan
2) Tanda Tanda vital dalam rentang normal (tekanan darah, nadi,
pernafasan)
3) Tidak ada sianosis
Rencana tindakan :
1. Monitor kecepatan, irama,kedalaman dan kesulitan bernafas
23

Rasional : untuk mengetahui perkembangan status kesehatan pasien


2. Catat pergerakan dada, catat ketidaksimetrisan, penggunaan otot-
otot  bantu nafas, dan retraksi pada otot supraclaviculas dan interkosta
Rasional : Untuk mengetahui perkembangan status kesehatan pasien
dan mencegah komplkasi lanjutan
3. Posisikan semi-fowler atau fowler
Rasional : posisi semi-fowler atau fowler dapat mengurangi sesk napas
4. Auskultasi suara nafas, catat area yang ventilasinya menurun atau tidak
ada adanya suara nafas buatan
Rasional : Untuk mengetahui perkembangan status kesehatan pasien
dan mencegah komplkasi lanjutan
5. Kelola pemberian bronkodilator, sebagaimana mestinya
Rasional : Bronkodilator adalah sebuah substansi yang dapat
memperlebar luas permukaan bronkus dan bronkiolus pada paru-paru,
dan membuat kapasitas serapan oksigen paru-paru meningkat.
2.2.3.3 Intervensi 6 deficit nutrisi b.d faktor psikologis
Kriteria hasil:
1) Pasin dan keluarga mengetahui penyebab perubahan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
2) Klien menunjukan peningkatan BB dan/atau mempertahankan BB yang
stabil
3) Keadaan umum membaik
4) Dapat menghabiskan porsi makan yang diberikan
5) Tidak mengalami tanda malnutrisi
6) Nilai laboratorium (transferin, albumin, dan elektrolit) dalam batas
normal
Rencanan tindakan :
1) Pantau kandungan nutrisi dan kalori pada catatan asupan
2) Timbang pasien pada interval yang tepat
3) Pantau nilai laboratorium, khususnya transferrin, albumin, dan elektrolit
4) Ajarkan metode untuk perencanaan makanan
24

5) Berikan informasi yang tepat tentang kebutuhan nutrisi dan bagaimana


memenuhinya.
6) Jelaskan pada klien dan keluarga penyebab kurangnya nutrisi dari
kebutuhan.
7) Bantu makan sesuai dengan kebutuhan
8) Diskusikan dengan ahli gizi dalam menentukan kebutuhan gizi pasien
2.2.3.4 Intervensi 2 Pola napas tidak efektif b.d hambatan upaya napas
Kreteria hasil :
1) Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama
nafas, frekuensi pernafasan dalam rentang normal, tidak ada suara nafas
abnormal)
2) Tanda Tanda vital dalam rentang normal (tekanan darah, nadi,
pernafasan
Rencana tindakan :
1) Monitor kecepatan, irama,kedalaman dan kesulitan bernafas
Rasional : untuk mengetahui perkembangan status kesehatan pasien
2) Catat pergerakan dada, catat ketidaksimetrisan, penggunaan otot-
otot  bantu nafas, dan retraksi pada otot supraclaviculas dan interkosta
Rasional : Untuk mengetahui perkembangan status kesehatan pasien
dan mencegah komplkasi lanjutan
3) Posisikan semi-fowler atau fowler
Rasional : posisi semi-fowler atau fowler dapat mengurangi sesk napas
4) Auskultasi suara nafas, catat area yang ventilasinya menurun atau tidak
ada adanya suara nafas buatan
Rasional : Untuk mengetahui perkembangan status kesehatan pasien
dan mencegah komplkasi lanjutan
5) Kelola pemberian bronkodilator, sebagaimana mestinya
Rasional : Bronkodilator adalah sebuah substansi yang dapat
memperlebar luas permukaan bronkus dan bronkiolus pada paru-paru,
dan membuat kapasitas serapan oksigen paru-paru meningkat.
6) Regulasi asupan cairan untuk mengoptimalkan keseimbangan cairan
25

7) Rasional : mengoptimalkan keseimbangan cairan untuk mencegah


komplikasi lanjutan
8) Amati adanya dahak untuk jumlah, warna, konsistensi.
Rasional : Ini mungkin merupakan indikasi adanya perubahan pola
pernapasan
9) Ajarkan teknik batuk efektif
Rasional : teknik batuk efektif dapat mengurangi sesak napas karena di
keluarkannya sputum dari saluran napas.
2.2.3.5 Intervensi 7 Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen
Kriteria hasil:
1. Klien mengetahui penyebab intoleransi aktivitas
2. Klien mampu mengidentifikasi aktivitas dan/atau situasi yang
menimbulkan kecemasan yang berkonstribusi pada intoleransi aktivitas
3. Klien dapat beraktivitas sesuai dengan kemampuan
4. Tanda-tanda vital dalam batas normal
5. Klien tidak menunjukan tanda-tanda keletihan
Rencana tindakan :
1. Kaji respons emosi, social, dan spiritual terhadap aktivitas.
2. Evaluasi motivasi dan keinginan pasien untuk meningkatkan aktivitas
3. Pantau asupan nutrisi untuk memastikan keadekuatan sumber energy.
4. Pantau respons oksigen pasien (misalnya, nadi, irama jantung, dan
frekuensi respirasi) terhadap aktivitas perawatan diri.
5. Ajarkan kepada pasien dan keluarga tentang teknik perawatan diri yang
akan meminimalkan konsumsi oksigen (misalnya, memantau diri dan
teknik berjalan untuk melakukan AKS)
6. Rencanakan aktivitas dengan pasien/keluarga yang meningkatkan
kemandirian dan daya tahan. Misalnya: anjurkan periode alternative
untuk istirahat dan aktifitas
7. Jelaskan pada pasien dan keluarga penyebab intoleransi aktivitas.
26

2.2.4 Implementasi Keperawatan


Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh
perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi
kestatus kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan kriteria hasil yang
diharapkan (Gordon, 1994, dalam Potter & Perry, 1997).
2.2.5 Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan tahap akhir yang bertujuan untuk menilai apakah
tindakan keperawatan yang telah dilakukan tercapai atau tidak untuk
mengatasi suatu masalah. (Meirisa, 2013). 
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
Nama : Kriswanto Ciko
Nim : 2018.C.10a.0941
Ruang Praktek : Ruang Rawat Inap Sistem Pernafasan
Tanggal Praktek : 13 september 2020
Tanggal & Jam Pengkajian : 08.00 Wib
3.1 Pengkajian
3.1.1 Identitas Pasien
Nama : Tn. A
Umur : 29 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Suku/Bangsa : Dayak/Indonesia
Agama : Islam
Pekerjaan : Swasta
Pendidikan : SMP
Status Perkawinan : Sudah Menikah
Alamat : Jl. Rajawali VII
Tgl MRS : Minggu 12 september 2020
Diagnosa Medis : Asma Bronkial

3.1.2 Riwayat Kesehatan /Perawatan


3.1.2.1 Keluhan Utama :
klien mengatakan saya sesak napas pada saat aktivitas dan saat mau tidur.
3.1.2.2 Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien mengatakan pada saat dirumah mengeluh sesak napas, dan batuk-batuk
sehingga pada tanggal 11 september 2020 pasien dibawa ke RSUD sampit dengan
keluhan sesak napas. Saat di RSUD sampit, pasien diberikan tindakan
pemeriksaan tanda-tanda vital, dan pemasangan oksigen nasal kanul 3L/menit dan
pemasangan infus. Lalu pada tanggal 13 september 2020 di rujuk ke RSUD dr.
Doris Sylvanus Palangka Raya dan masuk IGD, saat di IGD dilakukan tindakan
pemasangan oksigen 3L/menit dan dilakukan dilakukan pemeriksaan tindakan
tanda-tanda vital. Lalu dari IGD menyarankan untuk rawat inap dan dipindahkan
ke ruang rawat inap untuk penanganan lebih lanjut.

27
28

3.1.2.3 Riwayat Penyakit Sebelumnya (riwayat penyakit dan riwayat operasi)


Klien mengatakan tidak pernah masuk rumah sakit dan tidak riwayat operasi
3.1.2.4 Riwayat Penyakit Keluarga
Klien mengatakan bahwa keluarga tidak memiliki riwayat penyakit keturunan.
GENOGRAM KELUARGA :

Keterangan :
Laki-laki Pasien

Perempuan ...... Tinggal Serumah

Hubungan

Meninggal

3.1.3 Pemerikasaan Fisik


3.1.3.1 Keadaan Umum :
Pasien tampak sakit sedang dan pasien tampak berbaring, pasien tampak lemas,
sesak nafas kesadaran composmentis, irama pernafasan tidak teratur, type
pernafasan menggunakan perut dan dada, terdengar suara nafas tambahan mengi,
posisi berbaring semi-fowler, terpasang O2 nasal kanul 3Lpm terpasang infus
NaCL 0,9 % drip aminopilin 1 ampul 15 tpm ditangan kiri.
3.1.3.2 Status Mental :
Tingkat Kesadaran Compos Mentis, ekspresi wajah datar, bentuk badan simetris,
cara berbaring/bergerak semi fowler, berbicara lancar, suasana hati gelisah,
penampilan rapi, fungsi kognitif: orentasi waktu klien bisa membedakan waktu
pagi, siang, malam, orientasi orang klien bisa membedakan mengenal orang
29

sekitar, klien mengetahui ia dirawat di rumah sakit, proses berfikir baik, insight
baik, dan mekanisme pertahanan diri adaptif.
3.1.3.3 Tanda-tandaVital :
Suhu 36,1 0C, Nadi 92 x/menit, penapasan 30 X/menit, dan tekanan darah 120
x/menit.
3.1.4 Pernapasan (Breathing)
Bentuk dada simetris, batuk sejak 11 september 2020, sputum berwarna putih,
sesak nafas saat berkativitas, dan saat mau tidur, type pernapasan dada dan perut,
irama napas tidak teratur, ada suara nafas tambahan mengi, sianosis kebiruan
Masalah Keperawatan : bersihan jalan napas tidak efektif
- Pola nafas tidak efektif
3.1.5 Cardiovasculer (Bleeding)
Klien tidak merasa nyeri dada, kram kaki, pusat, pusing/sinkop, clubbing finger,
sianosis, sakit kepala, palpitasi, pingsan, capillary refill < 2 detik, tidak ada
oedema, tidak ada asites dengan lingkar peut 80 cm.Ictus cordis tidak terlihat,
vena jugularis tidak meningkat, dan suara jantung normal, S1>S2; lub dub.
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
3.1.6 Persyarafan (Brain)
Nilai GCS E:4 (membuka mata spontan), V: 5 (berbicara dengan jelas), M: 6
(mematuhi perintah), total nili GCS = 15, kesadaran compos mentis, pupil isokor,
reflek cahaya kanan dan kiri positif, Uji Syaraf Kranial : Nervus Kranial
(Olfaktorius) klien dapat membedakan bau parfume dan kopi, Nervus Kranial II
(Optikus) klien dapat melihat tulisan dengan baik, Nervus Kranial III
(Okulomotor) pupil klien bereaksi terhadap cahaya, Nervus Kranial IV
(Troklearis) klien dapat menggerakkan bola matanya, Nervus Kranial V
(Trigeminalis) klien tidak dapat merasakan nyeri ketika di cubit, Nervus Kranial
VI (Abdusen): klien dapat menggerakkan bola matanya kesamping Nervus
Kranial VII (Fasialis) klien dapat membedakan rasa gula manis, asam jeruk, dan
asin garam, Nervus Kranial VIII (Auditorius) klien dapat mendengar dengan baik,
Nervus Kranial IX (Glosofaringeus) klien dapat menelan nasi dengan baik,
Nervus Kranial X (Vagus) klien dapat menggerakkan rahang, Nervus Kranial XI
(Assesorius) klien dapat menggerakkan bahu dengan baik Nervus Kranial XII
30

(Hipoglosus) klien dapat menggerakkan lidah dengan baik, Hasil Uji Koordinasi
ekstremitas atas jari kejari positif, jari kehidung positif, ekstremitas tumit ke
jempol kaki positif, kesetabilan tubuh positif. Rafleks bisep kanan dan kiri positif
dengan skala 4, trisep kanan dan kiri positif dengan skala 4, brakioradialis kanan
dan kiri positif dengan skala 4, patella kanan dan kiri positif dengan skala 4,
akhiles kanan dan kiri positif dengan skala 4, reflek babinski kanan dan kiri positif
dengan skala 4.
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
3.1.7 Eliminasi Uri (Bladder) :
Produksi urine 1300ml/7jam, warna kuning, bau amoniak, dan tidak ada
masalah/lancar
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
3.1.8 Eliminasi Alvi (Bowel) :
Bibir terlihat tampak kering, gigi tampak tidak lengkap, gusi tampak tidak ada
luka, lidah tampak lembab, mukosa tampak lembab, tonsil tampak tidak ada
radang, tidak ada nyeri dan gangguan menelan, tidak ada haemoroid, BAB 2 x/hr,
warna coklat, konsistensi lembek, bising usus normal.
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
3.1.9 Tulang - Otot – Integumen (Bone) :
Kemampuan pergerakkan sendi bebas, ukuran otot simetris, kekuatan uji otot
ekstremitas atas 5/5, kekuatan uji otot ekstremitas bawah 5/5, dan tulang belakan
normal
Masalah keperawatan: tidak ada maslah keperawatan
3.1.10 Kulit-Kulit Rambut
Klien tidak memiliki riwayat alergi obat, makanan, kosmetik, suhu kulit klien
hangat, warna kulit putih pucat, turgor kulit baik, tekstur kuli halus, tidak ada lesi,
tekstur rambut halus, distribusi rambut sedikit, dan bentuk kuku simetris.
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
3.1.11 Sistem Penginderaan :
fungsi penglihatan baik, gerakkan bola mata normal, tidak ada visus, scelera
norma/putih, kornea keruh, tidak ada nyeri. Dan tidak ada keluhan lain, klien
dapat mendengar dengan baik. bentuk hidung simetris, tidak ada lesi, patensi,
31

obstruksi, nyeri tekan sinus, trensluminasi. Cavum nasal berwarna merah muda
dengan integritas baik, dan septum nasal baik.
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan.
3.1.12 Leher Dan Kelenjar Limfe
Massa tidak ada, jaringan parut tidak ada, kelenjar limfe tidak teraba, kelenjar
tyroid teraba, dan mobilitas leher bebas.
3.1.13 Sistem Reproduksi
Klien menolak untuk dikaji
3.1.14 Pola Fungsi Kesehatan
1) Persepsi Terhadap Kesehatan dan Penyakit :
Menurut Tn.A kesehatan sangat penting, karena dengan sehat ia dapat
beraktivitas seperti biasanya dan Tn.A juga mengatakan bahwa saat ini ia
belum begitu mengerti tentang penyakit yang dideritanya.
2) Nutrisida Metabolism
Tinggi badan klien 160 cm, BB sekarang 41 Kg, dan BB sebelum sakit 41 Kg,

41 Kg
IMT= =16,01 (16,01 menunjukkan kategori kurus kerena
1,60 cmx 1,60 cm
normal IMT 18-25) , tidak ada kesukaran untuk menelan, dan diet biasa.
Pola Makan Sehari-hari Sesudah Sakit Sebelum Sakit
Frekuensi/hari 3 x sehari 3 x sehari
Porsi 5-6 sendok 5-6 sendok makan
makan
Nafsu makan Normal Normal
Jenis Makanan Nasi, ikan, Nasi. Ikan, daging, sayur
daging, sayur
Jenis Minuman Air mineral Air mineral
Jumlah minuman/cc/24 800 cc 2000 cc
jam
Kebiasaan makan Pagi, siang, Pagi, siang, malam
malam
Keluhan/masalah Tidak ada Tidak ada
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
3) Pola istirahat dan tidur
Sebelum sakit : siang 1 jam, Malam : 8 jam
32

Setelah sakit : siang kurang lebih 1 jam, Malam : kurang lebih 6-7 jam
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
4) Kognitif :
Pasien mengatakan belum begitu mengerti tentang penyakitnya
Masalah Keperawatan : Kurang pengetahuan
5) Konsep diri (Gambaran diri, ideal diri, identitas diri, harga diri, peran ) :
Gambaran diri : pasien mengenali dirinya
Ideal diri : pasien ingin cepat sembuh
Identitas diri : pasien bersama seorang ibu
Harga diri : pasien cukup dipertahankan oleh keluarga
Peran : sebagai kepala keluarga
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
6) Aktivitas Sehari-hari
Sebelum sakit pasien banyak melakukan kegiatan
Setelah sakit pasien hanya istirahat dan tidur di RS
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
7) Koping –Toleransi terhadap Stress
Pasien bila ada keluhan hamya istirahat dan bercerita pada keluarganya
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
8) Nilai-Pola Keyakinan
Pasien aktif dalam keyakinannya
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
3.1.15 Sosial – Spiritual
1) Kemampuan berkomunikasi
Klien berkomunikasi dengan lancar
2) Bahasa sehari-hari
Klien biasanya berkomunikasi menggunakan bahasa dayak dengan keluarga
dan menggunakan bahasa indonesia dengan petugas kesehatan.
3) Hubungan dengan keluarga
Klien memiliki hubungan ynag baik dengan keluarganya
4) Hubungan dengan teman/petugas kesehatan/orang lain
33

Klien memiliki hubungan yang baik dengan teman satu kamar dan petugas
kesehatan.
5) Orang berarti/terdekat
6) Orang terdekat dan bebrarti bagi klien adalah keluarganya
7) Kebiasaan menggunakan waktu luang
Sebelum sakit : klien biasa menghabiskan waktu luang dengan berbincang
bersama keluarganya
8) Sesudah sakit : klien lebih banyak beristirahat
9) Kegiatan beribadah
Sebelum sakit : klien biasanya pergi kegereja untuk mengikuti persekutuan
ibadah
10) Sesudah sakit : klien lebih banyak beristirahat dan hanya berdoa di rumah
3.1.16 Data Penunjang (Radiologis, Laboratorium, Penunjang Lainnya)
Hasil laboratorium Tanggal 13 September 2020

No. Parameter Hasil Nilai Normal


1. Glukosa- sewaktu 99 mg/Dl < 200
2. Ureum 36 mg/Dl 21-53
3. Creatinin 1,01 mg/dL 0,7-1,5
4. WBC 12.38x10^3/uL 4.000-10.00

3.1.17 Penatalaksanaan Medis


Obat Dosis Indikasi
Infus NaCL 0,9 15 tpm Digunakan untuk memenuhi
% kebutuhan cairan tubuh pasien
Aminopilin drip 1 ampul Digunakan untuk mengobati berbagai
macam gangguan pernapasan
Ceftrixone 1 x 2 gr Digunakan untuk mengobati berbagai
macam infeksi bakteri
Bricasma 3x½ Digunakan untuk meringankan gejala
Ampul asma dengan cepat
34

Palangka raya, 13 september


2020

Kriswanto ciko
35

ANALISIS DATA
DATA SUBYEKTIF DAN KEMUNGKINAN
MASALAH
DATA OBYEKTIF PENYEBAB
DS: pasien mengatakan Penurunan cardiac output Pola nafas tidak
efektif
sesak nafas saat beraktivitas
DO:-pasien tampak sesak Suplay O2 ke paru
-pasien tampak gelisah meningkat
-terpasang O2 nasal
kanul 3 lpm Kebutuhan O2 meningkat

TTV:TD:120/70mmH Kompensasi meningkat


g
N: 100x/menit Takipnea/dyspnea
R: 30x/menit
S: 36,8◦c Pola nafas tidak efektif

Bersihan jalan nafas


DS : Produksi sputum tidak efektif
Klien mengatakan saya meningkat
sudah batuk selama 2 hari
dan sesak nafas
DO : Mukus kental
- Pasien tampak
setengah duduk
( semi-fowler ) Batuk berdahak
- Irama pernapasan
tidak teratur
- Tipe pernapasan Bersihan jalan napas tidak
dada dan perut efektif
- Suara nafas
tambahan mengi
- Bunyi nafas
vesikuler
- Klien batuk dengan
sputum berwarna
putih
TD : 120/70 mmHg
S : 36,8 0 C
N : 100 x/menit
RR : 30 x/menit

Defisit pengetahuan
36

Keterbatasan kognitif

DS : klien mengatakan Kurang terpapar informasi


saya masih belum begitu
mengerti tentang penyakit Ketidaktahuan
saya menemukan sumber
informasi
DO :
- klien bertanya Defisit pengetahuan
kepada perawat
tentang penyakitnya
- klien tampak
bingung
- pendidikan terakhir
klien SMP
sederajat.

PRIORITAS MASALAH

1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya nafas


dibuktikan dengan pasien tampak sesak, terpasang O2 nasal kanul 3 lpm.
2. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan spasme jalan napas
dibuktikan dengan klien mengatakan saya sudah batuk selama 2 hari di
sertai dengan peningkatan sputum, tipe pernapasan dada dan perut, Suara
napas tambahan mengi, bunyi napas vesikuler, Klien batuk dengan sputum
berwarna putih dan TTV TD :120/70 mmhg, N :100 x/ menit, RR : 30
x/menit , S : 36,8 0C.
3. Defisit pengetahuan berhubungan dengan Kurang terpapar informasi.
Ditandai dengan : klien bertanya kepada perawat tentang penyakitnya,
klien tampak bingung, pendidkan terakhir smp sederajat.
37
38

RENCANA KEPERAWATAN
NamaPasien :Tn.A
RuangRawat: Ruang Rawat Inap
DiagnosaKeperawatan Tujuan (Kriteriahasil) Intervensi Rasional
Pola nafas tidak efektif Setelah dilakukan tindakan 1. monitor pola nafas 1.agar mengetahui pola
keperawatan selama 1x7 jam, 2. kaji bunyi nafas tambahan nafas pasien
diharapkan pasien dapat 3. posisikan semi-fowler atau 2.agar mengetahui apakah
mengontrol pola nafas dengan fowler pasien memiliki suara
kriteria 4. berikan pasien Oksigen tambahan atau tidak
-pasien tampak rileks 3.posisikan pasien agar
-ekspresi tenang nyaman semi-fowler atau
-klien tidak sulit saat bernafas fowler
4.pemasangan Oksigen agar
pasien tidak sesak
39

Bersihan jalan nafas tidak Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor kecepatan, irama,kedalaman 1. untuk mengetahui
efektif
keperawatan selam 1x7 jam dan kesulitan bernafas perkembangan status
diharapkan masalh klien dapat kesehatan pasien
teratasi dengan kriteria hasil : 2. Posisikan semi-fowler atau fowler 2. Untuk mengetahui
1. Kedalaman napas perkembangan status
membaik kesehatan pasien dan
2. Irama pernapasan teratur mencegah komplkasi
3. Klien tidak merasa sesak 3. Catat pergerakan dada, catat 3. posisi semi-fowler atau
saat bernapas
ketidaksimetrisan, penggunaan otot- fowler dapat mengurangi
4. Klien dapat melakukan
batuk efektif secara otot  bantu nafas, dan retraksi pada sesk napas
mandiri
5. Tidak ada napas tambahan otot supraclaviculas dan interkosta
4. catat area yang ventilasinya menurun 4. Bronkodilator adalah sebuah

atau tidak ada adanya suara nafas substansi yang dapat

buata memperlebar luas permukaan


bronkus dan bronkiolus pada
paru-paru, dan membuat

5. Lakukan pemberian bronkodilator, kapasitas serapan oksigen

sebagaimana mestinya paru-paru meningkat.


5. Menetralkan keseimbangan
40

6. perhatikan adanya dahak yang cairan dalam tubuh untuk


mencegah komplikasi
berlebih untuk jumlah, warna,
lanjutan
konsistensi.
6. Untuk mengetahui
perkembangan status
kesehatan pasien dan
mencegah komplkasi
7. Ajarkan teknik batuk efektif lanjutan

7. teknik batuk efektif dapat


mengurangi sesak napas
karena di keluarkannya
sputum dari saluran napas.

Defisit pengetahuan Setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi kesiapan dan 1. Untuk mengetahui
berhubungan dengan keperawatan selam 1x7 jam kemampuan menerima informasi kemampuan menerima
Kurang terpapar informasi
diharapkan masalh pasien 2. Berikan kesempatan untuk bertanya informasi
dapat teratasi dengan kriteria 3. Sediakan materi dan media 2. Untuk memberikan
hasil : pendidikan kesehatan kesempatan bertanya
41

1. Pengetahuan pasien 4. Ajarkan perlaku hidup bersih dan 3. Untuk dilakukan pendidikan
meningkat sehat kesehatan kepada pasien
2. Kemampuan untuk 5. Jadwalkan pendidikan kesehatan 4. Untuk dapat melakukan
mengetahui informasi sesuai kesepakatan hidup bersih dan sehat
meningkat 6. Jelaskan faktor risiko yang dapat 5. Untuk mengoptimalkan
mempengaruhi kesehatan kesiapan memaparkan
materi
6. Untuk meningkatkan
pengetahuan klien.

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN


Nama Pasien : Tn.A
Ruang Rawat: Ruang Rawat Inap
Tanda tangan
Hari/Tanggal
Implementasi Evaluasi (SOAP) dan
Jam
Nama Perawat
Rabu, 16 September 1. memonitor pola nafas S: Pasien mengatakan mulai enak saat tidur Kriswanto Ciko
42

2020 semi-fowler
Jam 11.00 WIB
-irama pernafasan tidak teratur O: pasien tampak rileks, pasien

2. mengkaji bunyi nafas tambahan menggunakan Oksigen (02 NC 3 liter/menit)


A: Masalah teratasi sebagian
-tidak ada bunyi nafas tambahan
P: Intervensi dilanjutkan
3. memposisikan semi-fowler atau fowler
1. memonitor pola nafas
-memposisikan pasien setengah susuk 2. mengkaji bunyi nafas tambahan.
4. memberikan pasien Oksigen
-memasang oksigen nasal kanul 3 lpm

S:
Pasien mengatakan sesak napas mulai
Diagnosa kep: Bersihan jalan napas tidak berkurang
efektif berhubungan dengan spasme jalan
napas O:
1. Klien tampak tidak sesak nafas
1. Monitor kecepatan,
2. Frekuensi napas 20x/menit
irama,kedalaman dan kesulitan
43

bernafas 3. Klien tampak nyaman


2. memposisikan semi-fowler atau 4. Klien tampak bisa melakukan batuk
fowler efektif sendiri
3. Mencatat hasil pergerakan dada, 5. Pemberian obat sudah diberikan sesuai
catat ketidaksimetrisan, indikasi 13x1 mg
penggunaan otot-otot  bantu 6. Klien tampak sudah nyaman diposisi
nafas, dan retraksi pada semi-fowler
otot supraclaviculas dan
interkosta A:
4. Mencatat hasil area yang Masalah mulai teratasi
ventilasinya menurun atau tidak P:
ada adanya suara nafas buatan Intervensi dilanjutkan 3,4,6…
5. mengelola pemberian
bronkodilator, sebagaimana
mestinya
6. mengamati adanya dahak yang
berlebih untuk jumlah, warna,
konsistensi.
7. Mengajarkan cara/teknik batuk
44

efektif

S:
Defisit pengetahuan berhubungan dengan
Rabu, 16 September Pasien mengatakan sudah mulai mengerti
Kurang terpapar informasi
2020
tentang penyakitnya
Jam 13.00 WIB 1. Mengidentifikasi kesiapan dan
O:
kemampuan menerima informasi
1. Klien tampak mulai mengerti dengan
2. Memberikan kesempatan untuk
yang dijelaskan
bertanya
2. Klien tampak mulai mengerti cara
45

3. Menyediakan materi dan media pengobatan penyakitnya


pendidikan kesehatan Mengajarkan 3. Klien tampak bisa melakukan prilaku
perlaku hidup bersih dan sehat hidup sehat.
4. Ajarkan perlaku hidup bersih dan A:
sehat Masalah teratasi sebagian
5. Jadwalkan pendidikan kesehatan P:
sesuai kesepakatan Intervensi di lanjutkan 2,3,5,
6. Jelaskan faktor risiko yang dapat
mempengaruhi kesehatan
Daftar pustaka
Anonim.2011.LP Asma. (dalam http://askepreview.wordpress.com/2011/07/13/lp-
asma/. Diakses tanggal 17 September 2013 (16:30).
Clark Varnell Margaret. (2013). Asma; Panduan Penatalaksanaan Klinis. Jakarta :
EGC
Ikawati Zullies. (2016). Penatalaksanaan Terapi : Penyakit Sistem Pernafasan.
Yogyakarta : Bursa Ilmu
Infodatin 2017. Pusat data dan informasi Kementrian Kesehatan RI. ISSN 2442-
7659.
NANDA Internasional. 2012. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi.
Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran. EGC
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Pokok bahasan : Hidup Sehat


Sub pokok bahasan : Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
Sasaran : Klien Dan Keluarga Klien
Hari / Tanggal : Kami, 17 September 2020
Tempat : Rs. Doris Silvanus Di Ruang Rawat Inap Palangka
Raya
Waktu : 20 menit

A. Tujuan
 Tujuan khusus:
a. Tersedianya pedoman pelaksanaan program PHBS Kabupaten/Kota
percontohan untuk meningkatkan cakupan rumah tangga berperilaku
hidup bersih dan sehat.
b. Terlaksananya pengembangan Kabupaten/Kota percontohan program
PHBS
c. Meningkatnya cakupan rumah tangga berperilaku hidup bersih dan
sehat
d. Meningkatnya Desa/Kelurahan dan Kabupaten/Kota Sehat
 Tujuan umum:
a. Acuan bagi lintas program dan lintas sektor dalam rangka
pengembangan
b. program PHBS percontohan untuk meningkatkan cakupan rumah
tangga
c. berperilaku hidup bersih dan sehat secara bertahap dan
berkesinambungan
d. menuju Lansia Sehat.
B. Materi ( terlampir )
1. Pengertian PHBS
2. Ciri-ciri Rumah Sehat
3. Indikator dalam Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat
4. Tujuan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Di Masyarakat
5. Manfaat Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
C. Media
 Leaflet
D. Metode penyuluhan
 Simposium
 Diskusi (Tanya jawab)
E. Pengorganisasian :

1) Kriswanto Ciko

F. Rincian tugas pengorganisasian:


1. Moderator:
 Membuka kegiatan dengan mengucapkan salam.
 Memperkenalkan diri
 Menjelaskan tujuan dari penyuluhan
 Menyebutkan materi yang akan diberikan
 Memimpin jalannya penyuluhan dan menjelaskan waktu penyuluhan
 Menulis pertanyaan yang diajukan peserta penyuluhan.
 Menjadi penengah komunikasi antara peserta dan pemberi materi.
 Mengatur waktu kegiatan penyuluhan
2. Penyuluh:
 Menggali pengetahuan keluarga tentang pengertian diet seimbang bagi
orang dewasa sampai lansia
 Menjelaskan materi mengenai diet seimbang
 Menjawab pertanyaan peserta
3. Fasilitator:
 Menyiapkan tempat dan media sebelum memulai penyuluhan
 Mengatur teknik acara sebelum dimulainya penyuluhan
 Memotivasi keluarga klien agar berpartisipasi dalam penyuluhan
 Memotivasi keluarga untuk mengajukan pertanyaan saat moderator
memberikan kesempatan bertanya
 Membantu pembicara menjawab pertanyaan dari peserta
 Membagikan leaflet kepada peserta di akhir penyuluhan
4. Observer:
 Mengobservasi jalannya proses kegiatan
 Mencatat perilaku verbal dan non verbal peserta selama kegiatan
penyuluhan saat berlangsung
G. Kegiatan penyuluhan
No Kegiatan
Waktu
. Pembicara Peserta
1. 5 menit Pembukaan
1. Memberi salam 1) Menjawab salam
2. Memperkenalkan diri 2-5) Mendengarkan
3. Menyampaikan topik dan Memperhatikan
4. Menjelaskan tujuan
penyuluhan
5. Melakukan kontrak
waktu
15 Isi
menit 1. Pengertian Pola Hidup
bersih dan Sehat (PHBS)
2. Ciri-ciri Rumah Sehat 1) Mendengarkan dan
3. Indikator dalam Perilaku memperhatikan
Hidup Bersih Dan Sehat
4. Tujuan Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat Di
Masyarakat
5. Manfaat Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat
3. 10 Evaluasi
menit 1. Memberikan 1) Bertanya
kesempatan pada peserta
untuk bertanya 2) Menjawab
2. Menanyakan kembali
pada peserta tentang
materi yang disampaikan
4. 5 menit Penutup
1) Menyimpulkan materi 1) Mendengarkan
2) Memberi salam 2) Menjawab salam

H. Evaluasi
Keluarga klien dapat menjawab beberapa petanyaan seperti berikut :
1. Apakah pengertian PHBS?
2. Apakah ciri-ciri rumah sehat?
3. Sebutkan manfaat dan tujuan PHBS?
4. Siapa saja yang menjadi sasaran PHBS?
 Evaluasi pemograman
1) Peserta hadir di tempat penyuluhan Tepat waktu.
2) Penyelenggaraan Penyuluhan dilakukan di ruang rawat inap
3) Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan dilakukan satu minggu
sebelumnya (Satuan Acara Penyuluhan)
4) Tidak ada peserta penyuluhan yang meninggalkan tempat sebelum
penyuluhan selesai
5) Peserta antusias terhadap materi penyuluhan
6) Hasil : Peserta mengerti dan memahami penjelasan yang diberikan oleh
penyuluh
MATERI
PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT

A. Definisi Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS)


Perilaku Sehat adalah pengetahuan, sikap, dan tindakan proaktif
untuk memelihara dan mencegah resiko terjadinya penyakit, melindungi
diri dari ancaman penyakit, serta berperan aktif dalam Gerakan Kesehatan
Masyarakat (Depkes, 2008).
Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) adalah semua perilaku
yang dilakukan atas kesadaran sehingga anggota keluarga atau keluarga
dapat menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif
dalam kegiatan-kegiatan kesehatan dimasyarakat (Depkes, 2008).
Perilaku Hidup Berih Dan Sehat (PBHS) adalah sebagai wujud
operasional promosi kesehatan merupakan dalam upaya mengajak,
mendorong kemandirian masyarakat berperilaku hidup bersih dan sehat
(Ekasari, 2008).
Berdasarkan beberapa defenisi PHBS adalah upaya untuk
mewujudkan kesehatan anggota keluarga agar tahu, mau dan mampu
melaksakan perilaku hidup bersih dan sehat.
B. Ciri-ciri Rumah Sehat
Ada 5 ciri-ciri rumah sehat menurut Notoadmodjo (2007) sebagai
berikut:
1. Bahan bangunan
Bahan bangunan terbuat dari lantai ubin atau semen, dinding terbuat dari tembok,
atap rumah terbuat dari genteng atau seng.
2. Ventilasi
Ventilasi rumah mempunyai banyak fungsi yaitu untuk menjaga agar aliran udara
dalam rumah tersebut tetap segar, untuk membebaskan udara ruangan dari bakteri-
bakteri, untuk menjaga agar ruangan rumah selalu tetap dalam kelembaban yang
optimum.
3. Cahaya
Rumah yang sehat memerlukan cahaya yang cukup, tidak kurang dan tidak terlalu
banyak.
4. Luas bangunan rumah
Luas lantai bangunan rumah sehat harus cukup untuk penghuni di dalamnya,
artinya luas lantai bangunan tersebut harus disesuaikan dengan jumlah
penghuninya.
5. Fasilitas-fasilitas dalam rumah sehat
Rumah yang sehat harus mempunyai fasilitas-fasilitas yaitu penyediaan air bersih
yang cukup, pembuangan tinja, pembuangan air limbah, pembuangan sampah,
fasilitas dapur, ruang berkumpul keluarga.
C. Tujuan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Di Masyarakat
Menurut Ekasari, dkk (2008) Tujuan perilaku hidup bersih dan sehat di
masyarakat sebagai berikut:
1. Masyarakat mampu mengupayakan lingkungan sehat
2. Masyarakat mampu mencegah dan mangatasi masalah-masalah kesehatan
yang dihadapinya
3. Masyarakat memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada untuk penyembuhan
penyakit dan peningkatan kesehatannya.
4. Masyarakat mampu mengembangkan Upaya Kesehatan Bersumber
Masyarakat untuk pencapaian PHBS di rumah tangga, seperti
penyelenggaraan posyandu, jaminan pemeliharaan kesehatan, tabungan ibu
bersalin dan sosial ibu bersalin, ambulan desa, kelompok pemakaian air dan
arisan jamban.
D. Manfaat Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
Menurut Ekasari, dkk (2008) Manfaat Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
(PHBS) sebagai berikut:
1. Setiap rumah tangga meningkat kesehatannya dan tidak mudah sakit.
2. Anak tumbuh sehat dan cerdas.
3. Produktivitas kerja anggota keluarga meningkat.
4. Pengeluaran biaya rumah tangga dapat dialihkan untuk pemenuhan gizi
keluarga, biaya pendidikan dan modal usaha untuk peningkatan pendapatan
keluarga.
E. Sasaran PHBS
      Sasaran PHBS dalam keluarga adalah seluruh anggota keluarga
yang  meliputi:
a. Pasangan usia subur
b. Ibu hamil atau ibu menyusui
c. Anak dan remaja
d. Usia lanjut
e. Pengasuh anak
Daftar pustaka

Doenges E Marilynn, 2000., Rencana Asuhan Keperawatan, EGC, Jakarta


Kalim, Handono, 1996., Ilmu Penyakit Dalam, Balai Penerbit FKUI, Jakarta.
Mansjoer, Arif, 2000., Kapita Selekta Kedokteran, Media Aesculaapius
FKUI,Jakarta.
Prince, Sylvia Anderson, 1999., Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit., Ed. 4, EGC, Jakarta
http://repository.usu.ac.idbitstream123456789315354Chapter%20II.pdf
PERILAKU HIDUP Mengapa setiap maksudkan
BERSIH DAN persalinan harus untuk
APA ITU PHBS? ditolong oleh memantau
SEHAT
tenaga pertumbuhanny
kesehatan? a setiap bulan.
Tenaga Setelah balita
PHBS (Perilaku Hidup kesehatan ditimbang di
Bersih Dan Sehat ) merupakan buku KIA
adalah semua perilaku
yang dilakukan atas orang yang (kesehatan ibu
kesadaran, sehingga sudah ahli dan anak) atau
anggota keluarga atau dalam kartu menuju
keluarga dapat membantu sehat (KMS)
menolong dirinya persalinan, maka akan
sendiri di bidang sehingga terlihat berat
kesehatan dan berperan
keselamatan ibu badannya naik
aktif dalam kegiatan-
kegiatan kesehatan dan bayi lebih atau tidak naik
dimasyarakat. terjamin. (lihat
perkembangann
2) Memberi Bayi ya)
Sepuluh Perilaku Hidup
ASI Ekslusif. 4) Menggunakan
Bersih dan Sehat Di
Adalah bayi air bersih.
Rumah Tangga.
usia 0-6 hanya Air adalah
diberi ASI saja kebutuhan dasar
tanpa yang
memberikan dipergunakan
tambahan sehari-hari
makanan atau untuk minum,
minuman lain. memasak,
ASI adalah mandi,
makanan berkumur,
alamiah berupa membersihkan
cairan dengan lantai, mencuci
kandungan gizi alat-alat dapur,
yang cukup dan mencuci
sesuai untuk pakaian, dan
kebutuhan bayi, sebagainya, Air
sehingga bayi harus terjamin
tumbuh dan kualitasnya agar
berkembang kita terhindar
dengan baik. dari sakit.
1) Persalinan
3) Menimbang 5) Mencuci
ditolong Oleh
Balita Setiap Tangan
Tenaga
Bulan. Dengan Air
Kesehatan.
Penimbangan Bersih dan
balita di Sabun.
Air yang tidak penampungan memelihara
bersih banyak kotoran dan air pencernaan.
mengandung untuk 9) Melakukan
kuman dan membersihkann Aktivitas Fisik
bakteri ya Setiap Hari
penyebab 7) Memberantas Aktifitas fisik
penyakit. Bila jentik di bisa berupa:
digunakan, rumah sekali Olah raga, jalan
kuman seminggu. santai, ataupun
berpindah ke Rumah bebas maraton yang
tangan. Pada jentik adalah bertujuan untuk
saat makan, rumah tangga meningkatkan
kuman dengan yang setelah tingkat
cepat masuk ke dilakukan kesehatan
dalam tubuh, pemeriksaan tubuh.
yang bisa jentik secara 10) Tidak
menimbulkan berkala tidak merokok di
penyakit. Sabun terdapat jentik dalam rumah.
dapat nyamuk dengan Karena didalam
membersihkan pola 3M plus rokok terdapat
kotoran dan (Menguras, zat-zat kimia
membunuh Menutup, yang berbahaya
kuman, karena Mengubur, plus bagi tubuh,
tanpa sabun Menghindari seperti tar dan
kotoran dan gigitan nikotin,
kuman masih nyamuk). sehingga jika
tertinggal di 8) Makan buah terhirup dapat
tangan. dan sayur menimbulakan
6) Menggunakan setiap hari. kanker dan
jamban sehat. Mengkonsunsi penyakit
Jamban adalah minimal 3 porsi berbahaya
suatu ruangan buah dan 2 lainnya.
yang porsi sayuran
mempunyai atau sebaliknya
fasilitas setiap hari
pembuangan karena buah
Apa Manfaat Rumah
kotoran Mengandung
manusia yang vitamin, Tangga Ber-PHBS?
terdiri atas mineral, dan
tempat jongkok serat yang
atau tempat mengatur 1. Bagi Rumah
duduk dengan pertumbuhan Tangga :
leher angsa dan a. Setiap
(cemplung) pemeliharaan anggota
yang dilengkapi tubuh serta keluarga
dengan unit menjadi
sehat dan an yang
tidak ada.
mudah
sakit.
b. Anak
tumbuh
sehat dan
cerdas..
c. Pengeluara
n biaya
rumah
tangga
dapat
ditujukan
untuk
memenuhi 2. Bagi
gizi Masyarakat:
keluarga, a. Masyar
pendidikan akat
dan modal mampu
usaha mengup
untuk ayakan
menambah lingkun
pendapatan gan
keluarga. sehat.
b. Masyar
akat
PERILAKU HIDUP mampu
BERSIH DAN menceg
SEHAT DI RUMAH ah dan
TANGGA menang
gulangi
masalah

masalah
kesehat
an.
c. Masyar
akat
dapat
memanf
aatkan
pelayan
an
kesehat

Anda mungkin juga menyukai